• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisa Kapasitas Bukaan Median (u-turn) (Studi Kasus : Jl. A. H. Nasution Depan Trigunadharma)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisa Kapasitas Bukaan Median (u-turn) (Studi Kasus : Jl. A. H. Nasution Depan Trigunadharma)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. PENDAHULUAN

Banyak fasilitas lalu lintas yang disediakan untuk membuat aktivitas di jalan raya aman dan nyaman. Salah satu contohnya adalah median. Median jalan didefinisikan sebagai bagian jalan yang tidak dapat dilalui oleh kendaraan dengan bentuk memanjang sejajar jalan, terletak di tengah jalan. Median sendiri memiliki banyak fungsi selain untuk menjadi pemisah arus lalu lintas yang berlawanan. Seperti yang terdapat dalam Pedoman Jalan Perkotaan (2004) median jalan terbagi dalam 2 tipikal; tipikal median yang ditinggikan dan tipikal median yang diturunkan.

Gbr.2.1. Median yang diturunkan

Gbr.2.2. Median yang ditinggikan Adapun beberapa fungsi median adalah sebagai berikut :

(2)

- Mencegah kendaraan belok kanan - Lapak tunggu penyebrang jalan - Penempatan fasilitas pendukung jalan

Jalan dua arah dengan empat lajur harus dilengkapi dengan median. Banyak lagi aturan yang mengatur bagaimana median jalan disediakan dan dirancang pada badan jalan. Median memegang peranan yang cukup penting untuk keamanan berlalu lintas.

Median jalan dalam fungsinya dikembangkan lagi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan fasilitas lalu lintas. Salah satu pergerakan pengguna jalan yang membutuhkan fasilitas median adalah pergerakan memutar balik (u-turn). Putaran balik adalah gerak lalu lintas kendaraan untuk berputar kembali atau berbelok 180°. Seringkali kendaraan harus menunggu di lampu merah atau mengambil jalur yang lebih jauh untuk melakukan putaran balik. Untuk memfasilitasi kebutuhan tersebut maka dirancanglah bukaan pada median.

2.1.a. Dasar Umum Rancangan

Ketentuan umum dalam perencanaan lokasi putaran balik harus memperhatikan asperk-aspek geometri jalan dan lalu lintas, yaitu :

1) Fungsi jalan 2) klasifikasi jalan 3) lebar jalan 4) lebar lajur jalan 5) lebar bahu jalan 6) volume lalu lintas

7) jumlah kendaraan memutar per menit

(3)

perkerasan. Bukaan median direncanakan agara kendaraan dapat melakukan gerakan putaran balik pada tipe jalan terbagi serta mengakomodasi gerakan memotong dan belok kanan.

2.1.b. Bukaan Median untuk Putaran Balik

Bukaan median untuk putaran balik (Bina Marga, 2005) dapat dilakukan pada lokasi-lokasi berikut :

a. lokasi di antara persimpangan untuk mengakomodasi gerakan putaran balik yang tidak disediakan di persimpangan

b. lokasi di dekat persimpangan untuk mengakomodasikan gerakan putaran balik yang akan mempengaruhi gerakan menerus dan gerakan belok di persimpangan. Putaran balik dapat direncanakan pada median yang cukup lebar pada pendekat jalan yng memiliki sedikit bukaan.

c. Lokasi dimana terdapat aktifitas umum penting seperti; rumah sakit atau aktifitas yang berhubungan dengan kegiatan jalan.

d. Lokasi pada jalan tanpa kontrol, merupakan akses dimana bukaan median pada

jarak yang optimum disediakan untuk melayani pengembangan daerah tepinya dan meminimumkan tekanan untuk bukaan median didepannya.

NCHRP 524 (Safety of U-turn at Unsignalized Median Opening, 2004) merekomendasikan beberapa tipe bukaan median seperti :

Gambar 2.3. Bukaan median tanpa penambahan jalur

(4)

Gambar 2.5. Bukaan median dengan lajur tambahan dan lajur khusus

Gambar 2.6. Bukaan median dengan tambahan pulau

2.1.c. Rancangan Median

Lebar median ideal adalah lebar median yang diperlukan oleh kendaraan dalam melakukan gerakan putar balik dari lajur yang paling dalam ke lajur yang paling luar. Pada putaran balik langsung terdapat 3 jenis gerakan memutar, yaitu :

- Gerakan memutar dari lajur dalam ke lajur dalam pada arus berlawanan - Gerakan memutar dari lajur luar pada arus berlawanan

- Gerakan memutar dari lajur dalam ke bahu jalan pada arus berlawanan

Kebutuhan lebar median ideal sebuah putaran balik adalah spesifikasi kendaraan rencana dan radius putarnya. Dalam hal ini acuannya adalah Pedoman Perencanaan Putaran Balik Bina Marga 2005 seperti di bawah ini :

Tabel 2.1.

Jenis putaran

(gerakan putar balik dari lajur dalam ke lajur

(5)

Lebar median ideal (M) lajur dalam ke lajur

kedua arus lawan)

Lebar median ideal (M)

3,5 4,0 14,5 15,5 lajur dalam ke bahu

jalan arus lawan)

Lebar median ideal (M)

3,5 0,5 11 12

3 1,5 12,5 14

(6)

Tabel 2.4.

Jenis putaran

(gerakan memutar dari lajur dalam ke lajur

dalam arus lawan

Lebar median ideal (M)

3,5 4,0 14,5 15,5 lajur dalam ke lajur ke dua arus lawan dengan

lajur khusus)

Lebar median ideal (M)

3,5 4,0 14,5 15,5

3 4,5 15,5 17,0

(7)

Tabel 2.6.

Jenis putaran

(gerakan memutar dari lajur dalam ke bahu jalan arus lawan dengan

lajur khusus)

Lebar median ideal (M)

3,5 4,0 14,5 15,5

3 4,5 15,5 17,0

2,75 5,0 16,0 18

2.1.d. Putaran Balik di Persimpangan Bersinyal

Putaran balik di persimpangan bersinyal dapat direncanakan pada lajur 4 lajur 2 arah terbagi harus dilakukan penambahan lajur khusus seperti diisyaratkan pada gambar berikut.

Gambar 2.7. Putaran balik di Simpang Bersinyal

(8)

Gambar 2.8. Putaran Balik sebelum Simpang Bersinyal

Guna tetap mempertahankan tingkat pelayanan jalan secara keseluruhan pada daerah perputaran balik arah, secara proporsional kapasitas jalan yang terganggu akibat sejumlah arus lalu-lintas yang melakukan gerakan putar arah (u-turn) perlu diperhitungkan. Fasilitas median yang merupakan area pemisahan antara kendaraan arus lurus dan kendaraan arus balik arah perlu disesuaikan dengan kondisi arus lalu-lintas, kondisi geometrik jalan dan komposisi arus lalu-lintas. Adapun tahapan pegerakan U-turn adalah sebagai berikut (Agah, 2007) :

Gambar 2.9. Gerak Arus Berputar Arah Sumber: Heddy R. Agah, 2007

a. Tahap pertama, kendaraan yang melakukan gerakan balik arah akan mengurangi kecepatan dan akan berada pada jalur paling kanan. Perlambatan arus lalu-lintas yang terjadi sesuai teori car following mengakibatkan terjadinya antrian yang ditandai dengan panjang antrian, waktu tundaan dan gelombang kejut.

(9)

untuk kedua arah. Apabila jumlah kendaraan berputar cukup besar, lajur penampung perlu disediakan untuk mengurangi dampak terhadap aktivitas kendaraan di belakangnya.

c. Tahap ketiga, adalah gerakan balik arah kendaraan, sehingga perlu diperhatikan kondisi arus lalu-lintas arah berlawanan. Terjadi interaksi antara kendaraan balik arah dan kendaraan gerakan lurus pada arah yang berlawanan, dan penyatuan dengan arus lawan arah untuk memasuki jalur yang sama. Pada kondisi ini yang terpenting adalah penetapan pengendara sehingga gerakan menyatu dengan arus utama tersedia. Artinya, pengendara harus dapat mempertimbangkan adanya senjang jarak antara dua kendaraan pada arah arus utama sehingga kendaraan dapat dengan aman menyatu dengan arus utama (gap acceptance), dan fenomena merging dan weaving.

Pada tahap pertama dan ketiga parameter analisis adalah senjang waktu antar kendaraan pada suatu arus lalu lintas, senjang jarak, gap, dan time + space gap. Untuk itu perlu diperhitungkan frekuensi kedatangan dan critical gap. Pada tahap satu karena ada gerakan membelok kendaraan, arus utama searah akan terpengaruhi perlambatan arus dan ini mempengaruhi kapasitas jalan. Dengan demikian perlu diperhitungkan kecepatan arus bebas dan kapasitas aktualnya.

2.2. TEORI GAP ACCEPTANCE

(10)

banyak peneliti untuk menghitung nilai kapasitas bukaan median sebagai putaran balik. Di Indonesia sendiri sudah diatur di dalam Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahap untuk menghitung nilai kapasitas simpang tak bersinyal. Hanya dalam MKJI untuk menghitung nilai kapasitas simpang tak bersinyal mengacu pada kondisi geometrik jalan, bukan dengan teori gap acceptance. MKJI beranggapan bahwa perilaku pengendara di Indonesia tidak seperti pengendara di luar negeri sehingga sulit untuk menggunakan teori tersebut untuk perhitungan. Gerakan kendaraan memutar tidak termasuk dalam perhitungan MKJI. Sedangkan pergerakan memutar jauh lebih kompleks dibanding dengan pergerakan pada simpang tak bersinyal.

Teori gap acceptance berdasar pada konsep bagaimana sebuah kendaraan yang akan melakukan gerakan menyebrang atau menyatu pada arus utama menunggu untuk gap yang memenuhi kebutuhan pengendara. Teori ini berkaitan dengan perilaku pengendara. Untuk menghitung kapasitas bukaan median, penelitian sebelumnya menyamakan pergerakan memutar kendaraan dengan gerakan kendaraan pada Two-Way Stop-Controlled (TWSC). Tata cara perhitungan simpang TWSC terdapat dalam HCM 2000 bab 10.

(11)

gap acceptance memiliki dua parameter utama yaitu critical gap dan follow-up time (TRB,

2000).

2.2.a. Pengertian Critical Gap

Critical gap (gap kritis) didefinisikan sebagai panjang interval waktu minimum yang

membolehkan suatu kendaraan jalan minor masuk ke persimpangan (HCM 1994). Brilon et al (1997) mendefinisikan critical gap sebagai waktu gap minimum yang siap diambil kendaraan pada arus minor untuk menyebrang atau bergabung ke arus utama/mayor. Gap kritis adalah salah satu variabel yang penting dalam teori gap acceptance. Untuk mengestimasi nilai gap kritis banyak metode yang sudah dikembangkan, salah satu penelitian terhadap metode mencari nilai gap kritis adalah yang dilakukan Brilon et al (1997). dalam penelitiannya, Brilon membagi dalam 2 kedaan yaitu pada saat arus jenuh dan arus tidak jenuh. Hal inipun terdapat disemua penelitian tentang gap kritis. Arus jenuh yang dimaksud adalah keadaan dimana ada lebih dari 1 kendaraan yang memanfaatkan satu gap yang tersedia di arus mayor. Dan untuk arus tidak jenuh adalah dimana hanya ada 1 kendaraan yang menggunakan satu gap yang disediakan arus mayor. Sebuah kendaraan bisa menolak lebih dari satu waktu gap, tetapi hanya bisa menerima 1 nilai gap yang dianggap aman.

Terdapat banyak metode dalam menentukan nilai critical gap. Beberapa diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Metode Raff & Hart (1950)

(12)

Raff & Hart (1950) mengatakan dalam penelitiannya bahwa nilai criticap gap adalah sebagai gap yang mempunyai jumlah penolakan (> t) = jumlah

penerimaan (< t). Analisa gap kritis diperoleh dalam penelitian ini menggunakan metode grafis. Data yang diplotkan merupakan data gap ditolak dan gap diterima. Salter (1974) dalam bukunya juga menggunakan metode ini dalam mengestimasi nilai critical gap.

b. Maximum Likelihood

Metode ini didasarkan pada asumsi bahwa kendaraan pada arus minor akan menolak setiap gap yang lebih kecil dari nilai gap kritis. Dengan asumsi seperti ini maka distribusi nilai gap kritis akan ada diantara nilai gap diterima dan nilai gap terbesar yang ditolak oleh sebuah kendaraan. Dalam metode ini data gap yang ada mengikuti distribusi lognormal.

Gbr.2.11. Grafik Maximum Likelihood

c. Ashworth

(13)

�� = µ� − �.��2

Dimana p = volume kendaraan arus mayor; � = standar deviasi gap; � = rata-rata gap yang diterima arus minor.

d. Greenshields

Metode Greenshields menggunakan histogram yang mempresentasikan total jumlah gap yang diterima dan ditolak pada setiap interval gap. Sumbu vertikal positif histogram menggambarkan jumlah gap yang diterima sedangkan sumbu vertikan negatif menggambarkan jumlah gap yang ditolak. Nilai gap kritis diidentifikasikan sebagai rata-rata gap yang memepunya jumalah yang sama antara gap yang diterima dan gap yang ditolak.

Gbr.2.12. Histogram metode Greenshield

e. Michael P. Taylor&A.Aldian

Dalam penelitiannya yang berjudul Selecting Prioriry Junction Traffic Models To Determine U-turn Capacity at Median Opening(2011), mereka mencari nilai gap kritis dengan mencari

(14)

Gbr.2.13. Diagram lognormal Michael&Aldian 2.2.b. Pengertian Follow Up Time

Follow up time (tf) adalah rentang waktu antara kedatangan satu kendaraan dan

kedatangan kendaraan lainnya dalam kondisi antrean yang kontinu (Brilon, Troutbeck, Koenig, 1997).

Gbr.2.14. Ilustrasi waktu follow-up

Follow-up terjadi karena ada 2 kendaraan atau lebih yang mengantri untuk menunggu gap

(15)

mengembangkan metode regresi untuk menentukan nilai gap kritis sekaligus nilai follow-up dan parameter waktu awal, dan selanjutnya dikembangkan untuk mencari nilai kapasitas putaran balik. Rumusan nilai gap kritis dan follow-up yang dikembangkan Siegloch adalah :

�� =�0+ 0,5��

dimana � = gap kritis; �0 = parameter nol; �� = waktu follow-up

tf

Gambar 2.15. Parameter gap acceptance metode regresi

Nilai follow-up dalam metode ini diperoleh dari slope garis regresi.

Metode kedua yang juga digunakan untuk mencari nilai waktu follow-up yang dikembangkan dalam penelitian Taylor&Aldian adalah dengan menggunakan cara yang sama dengan mencari nilai gap kritis. Dan metode ini digunakan dalam penelitian ini. Metode dengan mencari nilai rata-rata dari data nilai waktu follow-up kendaraan yang diperoleh dari hasil pengamatan di lapangan.

2.3. KAPASITAS PUTARAN BALIK

(16)

lebar jalan dan gangguan terhadap arus lalulintas yang melalui jalan tersebut. Kapasitas didefinisikan sebagai tingkat arus maksimum dimana kendaraan dapat diharapkan untuk melalui suatu potongan jalan pada periode waktu tertentu untuk kondisi lajur atau jalan, lalulintas, pengendalian lalulintas dan kondisi cuaca yang berlaku. (Edward K. Morlok, 1998). Kapasitas bukaan median sebagai putaran balik dimaksudkan untuk mengetahui berapa jumlah kendaraan yang mampu melakukan putaran balik persatuan waktu. Model yang digunakan adalah rumus kapasitas yang dikembangkan oleh Siegloch. Persamaan keduanya ditunjukkan seperti di bawah ini:

�=�3600

�� � �

−� �3600�(��−0,5��)

dimana ; � =���������� − ���� (���/���)

�=������������������������� (���/���) � = ����������� (detik)

�� = ������ − ������ (�����)

2.4. TINGKAT PELAYANAN

(17)

Tabel 2.7. Tingkat Pelayanan Simpang Tak Bersinyal

Tingkat pelayanan jalan juga bisa diukur berdasarkan nilai derajat kejenuhan (D/C ratio). Adapun nilai tingkat pelayanannya seperti di bawah ini:

Tabel 2.8. Tingkat Pelayanan Berdasarkan D/C Tingkat pelayanan D/C ratio

Good 0.00-0.50

Fair 0.50-0.70

Tolerable 0.70-0.85

Bad 0.85-1.00

Very Bad 1.00-

Metode yang dikembangkan Finlandia ini juga menggambarkan nilai tingkat pelayanan jalan dapat diperoleh dari memplot nilai arus kendaraan minor dengan nilai kapasitas arus minor jalan.

Tingkat pelayanan Kapasitas yang tersedia (kend/jam)

A >400

B 300-399

C 200-299

D 100-199

(18)

Gbr.2.16. Diagram Tingkat Pelayanan Jalan

HCM 2000 mengatur pada bab 17 tentang simpang TWSC, bahwa sebuah simpang yang memiliki nilai tingkat pelayanan F terjadi bila tidak ada gap yang cukup untuk kendaraan pada arus minor untuk melakukan penyebrangan atau ingin menyatu pada arus minor. HCM 2000 juga menyimpulkan sebuah nilai tingkat pelayanan bernilai F bila kapasitas yang terjadi adalah 85 kendaraan/jam. HCM juga mengatur bahwa nilai tingkat pelayanan sebuah simpang TWSC dapat diukur dari nilai tundaan kendaraan pada arus minor jalan tersebut.

(19)

�� = �

dimana; Ds = derajat kejenuhan

Q = arus lalu lintas (smp/jam) C = kapasitas jalan (smp/jam)

2.6. PENELITIAN TERDAHULU

Beberapa penelitian serupa yang pernah dilakukan sebelumnya adalah sebagai berikut :

1. “Selecting Prioriry Junction Traffic Models To Determine U-turn Capacity at

Median Opening” A. Aldian & Michael A. P. Taylor

Penelitian ini membahas tentang pemilihan metode yang tepat unutk menentukan nilai kapasitas bukaan median sebagai putaran balik (u-turn). Beberapa metode dibandingkan dalam menentukan nilai kapasitas bukaan median. Beberapa metode yang diperbandingkan dalam penelitian ini adalah metode Tanner, metode Siegloch, dan metode random Platoon Tanner. Dalam penelitian ini tidak membahas bagaimana metode yang tepat yang digunakan mengestimasi nilai gap kritis dan follow-up. Pada kesimpulannya mereka mengatakan bahwa metode yang paling cocok untuk menentukan nilai kapasitas bukaan median adalah metode random platoon Tanner.

2. “Effect of Waiting Time on the Gap Acceptance Behavior of U-turning Vehicles at

Midblock Median Openings” Thakonlaphat J. & Kazushi S.

(20)

follow-up, juga nilai kapasitas yang terjadi pada bukaan median di lokasi. Metode yang digunakan untuk menghitung nilai kapasitas adalah metode Siegloch yaitu metode regresi. Kesimpulan penelitian ini menyimpulkan bahwa semakin lama sebuah kendaraan menunggu sebuah gap akan membuat pengendara semakin frustasi untuk mengambil gap semakin kecil.

3. “Kebutuhan Fasilitas Penyeberangan Pada Ruas Jalan Piere Tendean Untuk

Segmen Ruas Jalan Depan IT Centre Kota Manado Berdasarkan Gap Kritis”

Amelia umboh

Penelitian ini membahas tentang peluang dan kesempatan penyeberang jalan di kota Manado sehubungan dengan gap yang tersedia oleh pengendara di ruas jalan lokasi. Dalam penelitian ini dijabarkan beberapa metode untuk menentukan nilai gap kritis. Beberapa metode yang dijelaskan dalam penelitian ini diantaranya metode Raff, metode Greenshield, dan metode Acceptance curve. Beberapa metode ini digunakan sebagai bahan tinjauan pustaka untuk penelitian ini.

4. “ Capacity Of U-Turn At Median Opening” Hashem Al Masaeid

Masaeid dalam penelitiannya membandingkan metode empiris dengan metode gap acceptance untuk menghitung nilai kapasitas putaran balik. Penelitian ini dilakukan di

(21)

median sebagai putaran balik. Beliau juga mengatakan bahwa nilai kapasitas dan tundaan pada bukaan median dipengaruhi oleh arus mayor atau arus konflik.

5. “Useful Estimation Procedures For Critical Gap” Warner Brilon & Ralph Keonig

Seperti yang tertera pada judulnya, penelitian ini membahas tentang berbagai metode untuk mengestimasi nilai gap kritis pada simpang tidak bersinyal. metode yang digunakan terbagi dalam dua kondisi, yaitu kondisi arus jenuh dan arus tidak jenuh. Untuk arus jenuh metode yang digunakan adalah metode Siegloch. Sedangkan untuk kondisi tidak jenuh digunakan banyak metode, diantaranya metode Logit, metode Raff, metode Ashworth, dan sebagainya. Hal ini digunakan sebagai bahan pustaka untuk mengetahui metode apa yang pas untuk digunakan dalam penelitian ini.

6. “Gap Acceptance Behaviour At U-Turn Median Openings – Case Study In Jordan”

Turki I. Al-Suleiman

Gambar

Gambar 2.3. Bukaan median tanpa penambahan jalur
Gambar 2.5. Bukaan median dengan lajur tambahan dan lajur khusus
Tabel 2.3.
Tabel 2.4.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Akibat kondisi jumlah lajur, tundaan kendaraan dan sepeda motor yang tidak melakukan u-turn di lokasi pengamatan, pada kendaraan tidak terganggu yang tidak melakukan u-turn

Berdasarkan analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada Bukaan Median ( U- Turn ) di depan Wisma Bandar Lampung dapat disimpulkan bahwa pengaruh U-Turn pada hari

Dari hasil analisis panjang antrian kendaraan yang akan melakukan putaran balik dari arah simpang Polda pada jam 17.00 – 18.00 didapatkan panjang antrian maksimum

Tundaan di lokasi penelitian kendaraan dan sepeda motor yang dipengaruhi beberapa kondisi seperti akibat jumlah lajur, akibat lebar bukaan median, dan akibat jenis kendaraan,

PENGARUH GERAK U-TURN PADA BUKAAN MEDIAN TERHADAP KARAKTERISTIK ARUS LALU LINTAS DI RUAS..

Pada saat kendaraan melakukan gerak u-turn , harus diperhatikan kondisi arus lalu lintas arah lawannya. Pada kondisi ini pengendara harus

Dari adanya arus dan kecepatan , maka dalam melakukan penelitian ini parameter yang ada di lokasi pengamatan yaitu waktu tempuh kendaraan dan kecepatan kendaraan dan parameter

Untuk itulah dilakukan penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh gerak u-turn pada bukaan median terhadap perubahan kecepatan kendaraan dan