• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tetes Hidung

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Tetes Hidung"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

TETES HIDUNG (NASAL DROP)

DEFENISI

Sediaan hidung adalah cairan, semisolid atau sediaan padat yang digunakan pada rongga hidung untuk memperoleh suatu efek sistemik atau lokal. Berisi satu atau lebih bahan aktif. Sediaan hidung sebisa mungkin tidak mengiritasi dan tidak memberi pengaruh yang negatif pada fungsi mukosa hidung dan cilianya. Sediaan hidung mengandung air pada umumnya isotonik dan mungkin berisi excipients, sebagai contoh, untuk melakukan penyesuaian sifat merekat untuk sediaan, untuk melakukan penyesuaian atau stabilisasi pH, untuk meningkatkan kelarutan bahan aktif, atau kestabilan sediaan itu.

Menurut FI IV :

Tetes hidung adalah Obat tetes hidung (OTH) adalah obat tetes yang digunakan untuk hidung dengan cara meneteskan obat kedalam rongga hidung, dapat mengandung zat pensuspensi, pendapar dan pengawet.

Menurut British Pharmakope 2001

Tetes hidung dan larutan spray hidung adalah larutan, suspensi atau emulsi yang digunakan untuk disemprotkan atau diteteskan ke dalam rongga hidung

SEJARAH

Dahulu sediaan untuk hidung ini dinamakan COLLUNARIA, yang mengandung bermacam-macam jenis minyak sebagai pembawa. Kemudian berkembang pengetahuan bahwa meneteskan minyak ke dalam rongga hidung mungkin berbahaya, maka kemudian digunakan cairan berair sebagai pembawa.

Pada tahun-tahun terakhir berkembang bahwa cairan pembawa harus isotonis dan ditambahkan pengawet dan tidak mempengaruhi pergerakan cilia pada hidung.

KOMPOSISI

Umumnya OTH mengandung zat aktif

1. Antibiotika (ex : Kloramfenikol, neomisin Sultat, Polimiksin B Sultat)

2. Sulfonamida

3. Vasokonstriktor

4. Antiseptik / germiside (ex : Hldrogen peroksida) 5. Anestetika lokal (ex : Lidokain HCl)

(2)

Pada dasarnya sediaan obat tetes hidung sama dengan sediaan cair lainnya karena bentuknya larutan atau suspensi; sehingga untuk teori sediaan, evaluasi, dll mengacu pada larutan atau suspensi.

Formula umum (Fornas)

Bentuk Larutan Bentuk Suspensi

- Zat Aktif

- Anti oksidan (bila perlu) - Pendapar - pengisotonis - pelarut - pengental - Zat aktif - Pensuspensi - Pengental - Pendapar - Pembawa Bahan Pembantu a. Cairan Pembawa : • Umumnya digunakan air

• Minyak lemak atau minyak mineral tidak boleh digunakan sebagai cairan pembawa obat tetes hidung

• Catatan (Repetitorium):

1. Dalam pembawa minyak yang dulu digunakan untuk aksi depo sekarang tidak lagi digunakan karena dapat menimbulkan pnemonia Upoid jika masuk mencapai paru-paru.

2. Sediaan OTH tidak boleh mengganggu aksi pembersih cillia epithelia pada mukosa hiding. Hidung yang berfungsi sebagai filter yang harus senantiasa bersih. Kebersihan ini dicapai dengan aktivitas cilia yang secaro aktif menggerakkan lapisan tipis mucus hidung pada bagian tenggorokan.

3. Agar aktivitas cillla epithelial tidak terganggu maka :

 Viskositas larutan harus seimbang dengan viskositas mukus hidung. (The Art of Compounding hal 253: pH sekresi hidung dewasa sekitar 5,5-6,5 sedangkan anak-anak sekitar pH 5-6.7)

 pH sediaan sedikit asam mendekati netral.

 Larutan Isotonis atau Larutan sedikit hipertonis. • Cairan pembawa lain : propilenglikol dan parafin liquid.

(3)

b. pH Larutan dan Zat Pendapar

 pH sekresi hidung orang dewasa antara 5,5 - 6,5 dan pH sekresi anak-anak antara 5,0 - 6,7. Jadi dibuat pH larutan OTH antara pH 5 sampai 6,7. Rhinitis akut menyebabkan pergeseran pH ke arah basa. Peradangan akut menyebabkan pergeseran pH ke arah asam. Larutan sedikit asam akan leblh efektif bila digunakan untuk pengobatan demam dan infeksi sinusitis. Obat-obat yang bersifat alkali akan meningkatkan sekresi basa demikian juga sebaliknya (Fabricant "Modern Medication of Ear, Nose and Throat," New York, 1951). Keduanya dapat mempengaruhi aksi cillia. Jadipenggunaan obat tetes hidunng bersifat basa adalah kontraindikasi selama rinitis akut dan rinosinusitiss akut.

 Kapasitas dapar OTH sedang dan isotonis atau hampir isotonis karena kapasitas dapar cairan mucus hidung rendah, maka larutan alkali dari sulfonamida tanpa dapar dapat me;nyebabkan kerusakan serius pada cillia. Untuk mengatasi kekuatan basa Sulfonamida yang dapat mengiritasi ini dianjurkan penggunaan propilenglikol.

 Disarankan menggunakan dapar fostat pH 6.5 atau dapar lain yang cocok pH 6.5 dan dibuat isotonis dengan NaCI.

c. Pensuspensi (FI III)

Dapat digunakan sorbitan (span), polisorbat (tween) atau surfaktan lain yang cocok, kadar tidak boleh melebihi dari 0,01 %b/v.

d. Pengental

Untuk menghasilkan viskositas larutan yang seimbang dengan viskositas mucus hidung (agar aksi cillia tidak terganggu). Sering digunakan :

- Metil selulosa (Tylosa) = o,1 -0.5 % ; - CMC-Na = 0.5-2 %

Larutan yang sangat encer/sangat kental menyebabkan iritasi mukosa hidung.

e. Pengawet

Umumnya digunakan :

- Benzolkonium Klorida = O.01 – 0,1 %b/v - Klorbutanol = 0.5-0.7 % b/v

(4)

Pengawet antimikroba digunakan sama dengan yang digunakan dalam pengawetan larutan obat mata.

f. Tonisitas

Kalau dapat larutan dibuat isotonis (0.9 % NaCI) atau sedikit hipertonis dengan memakai NaCl atau dekstrosa

g. Sterilitas :

Sediaan hidung steril disiapkan menggunakan metoda dan material yang dirancang untuk memastikan sterilitas dan untuk menghindari paparan dari kontaminan dan pertumbuhan dari jasad renik, rekomendasi pada aspek ini disiapkan dalam bentuk teks pada metoda produksi sediaan yang steril (BP 2001).

Sediaan tetes hidung harus steril Cara sterilisasi :

1. Filtrasi dengan menggunakan filter membran dengan ukuran pori 0,45µm atau 0,2 µm. 2. Panas kering

3. Autoclaving

4. Sterilisasi gas dengan etilen oksida

EVALUASI  Sterilisasi

 Kejernihan

 pH

 Volume/berat sediaan

Evaluasi sediaan mengacu pada evaluasi larutan atau suspensi (BP 2001).

Keseragaman robot dilakukan untuk sediaan tetes hidung berupa larutan :

timbanglah masa sediaan tetes hidung secara individu sepuluh wadah, dan tentukan rata-rata bobotnya. Tidak lebih dari dua bobot individu menyimpang dengan lebih dari 10 persen dari rata-rata bobot dan sama sekali tidak menyimpang lebih dari 20%.

Keseragaman isi dilakukan untuk sediaan tetes hidung berupa emulsi atau suspensi.

WADAH DAN PENYIMPANAN

Penyimpanan dilakukan didalam suatu kontainer yang yang tertutup baik, jika sediaan steril, simpanlah di dalam wadah steril, yang kedap udara.

(5)

· nama dan jumlah bahan aktif

· instruksi penggunaan sediaan tetes hidung

· tanggal kadaluarsa

· kondisi penyimpanan sedian tetes hidung KONSELING

Konseling kepada pasien meliputi : 1. Cara pemakaian

2. Cara penyimpanan obat 3. Peringatan

(6)

TETES TELINGA (

GUTTAE AURICULARES

)

DEFENISI

1. Tetes telinga adalah obat tetes yang digunakan untuk telinga dengan cara meneteskan

obat ke dalam telinga. Kecuali dinyatakan lain, tetes telinga dibuat menggunakan cairan pembawa bukan air (FI III)

2. Tetes telinga adalah bentuk larutan, suspensi atau salep yang digunakan pada telinga

dengan cara diteteskan atau dimasukkan dalam jumlah kecil ke dalam saluran telinga untuk melepaskan kotoran telinga (lilin telinga) atau untuk mengobati infeksi, peradangan atau rasa sakit (Ansel) •

3. Tetes telinga adalah bahan obat yang dimasukkan ke dalam saluran telinga, yang dimaksudkan untuk efek lokal, dimana bahan – bahan obat tersebut dapat berupa anestetik lokal, peroksida, bahan – bahan antibakteri dan fungisida, yang berbentuk larutan, digunakan untuk membersihkan, menghangatkan, atau mengeringkan telinga bagian luar.

4. Tetes telinga adalah bentuk dari obat yang digunakan untuk mengobati dan mencegah

infeksi telinga, khususnya infeksi pada telinga bagian luar dan saluran telinga (otitis eksterna).

PENGGUNAAN

1. Preparat untuk melepaskan kotoran telinga (Ansel : 567)

Kotoran telinga adalah campuran sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebasea dari saluran telinga bagian luar. Tumpukan kotoran telinga yang berlebihan dalam telinga dapat menimbulkan gatal, rasa sakit, gangguan pendengaran dan merupakan penghalang bagi pemeriksaan secara otologik. Telah bertahun-tahun minyak mineral encer, minyak nabati, dan hydrogen peroksida digunakan untuk melunakkan kotoran telinga yang terjepit agar dapat dikeluarkan. Baru-baru ini, larutan surfaktan sintetik dikembangkan untuk aktivitas cerumenolitik dalam melepaskan lilin telinga. Salah satu bahan ini, kondensat dari trietanolamin polipeptida oleat, dalam perdagangan diformulasikan dalam propilen glikol, yang digunakan sebagai pengemulsi kotoran telinga sehingga membantu pengeluarannya.

2. Obat-obat yang digunakan pada permukaan bagian luar telinga untuk melawan infeksi

adalah zat – zat seperti kloramfenikol, kolistin sulfat, neomisin, polimiksin B sulfat dan nistatin.

(7)

3. Untuk membantu mengurangi rasa sakit yang sering menyertai infeksi telinga,

beberapa preparat otik antiinfeksi juga mengandung bahan analgetika seperti antipirin dan anestetika local seperti lidokain dan benzokain.

KOMPOSISI

Pada umumnya sediaan tetes telingan dalam bentuk larutan atau suspensi. Pembawa yang sering digunakan antara lain :

1. Gliserin

2. Propilen glikol

3. PEG dengan BM kecil seperti PEG 300

Pembawa yang kental ini memungkinkan kontak antara obat dengan jaringan telinga yang lebih lama. Selain itu karena sifat higroskopisnya, memungkinkan menarik kelembaban dari jaringan telinga sehingga mengurangi peradangan dan membuang lembab yang tersedia untuk proses kehidupan mikroorganisme yang ada.

SIFAT FISIKO KIMIA YANG HARUS DIPERHATIKAN 1. Kelarutan

Kebanyakan senyawa obat larut dalam cairan pembawa yang umum digunakan pada sediaan tetes telinga, jika senyawa obat tidak larut dalam cairan pembawa maka bisa dibuat sediaan suspensi. Karena kebanyakan zat pembawa merupakan zat yang kental, maka pada pembuatan sediaan suspensi untuk tetes telingan tidak perlu ditambahkan zat pensuspensi.

2. Viskositas

Viskositas sediaan tetes telinga penting untuk diperhatikan karena dapat menjamin sediaan bisa lama berada di dalam saluran telinga.

3. Sifat surfaktan

Dengan adanya surfaktan akan membantu proses penyebaran sediaan dan melepaskan kotoran pada telinga.

4. Pengawet

Pada sediaan tetes telingan yang menggunakan gliserin, propilen glikol sebagai pembawa tidak perlu ditambahkan zat pengawet.

5. Sterilisasi

(8)

6. pH optimum untuk larutan berair yang digunakan pada telinga utamanya adalah dalam pH asam. Fabricant dan Perlstein menemukan range pH antara 5 – 7,8. keefektifan obat telinga sering bergantung pada pH-nya. Larutan alkali biasanya tidak diinginkan karena tidak fisiologis dan menyediakan media yang subur untuk penggandaan infeksi. Ketika pH telinga berubah dari asam menjadi alkali, bakteri dan fungi akan tumbuh lebih cepat. Sering perbedaan dalam keefektifan antara dua obat yang sama itu adalah karena kenyataan bahwa yang satu asam sedangkan yang lainnya basa (Scoville’s : 257) Larutan untuk telinga biasanya memakai wadah botol drop dan harus jernih atau dalam bentuk suspensi yang seragam (Scoville’s : 257)

EVALUASI

1. Keseragam bobot dan volume 2. pH

3. Viskositas

4. Bentuk, Penampilan dan bau

WADAH DAN PENYIMPANAN

Sediaan tetes telingan dikemas pada kemasan yang bisa meneteskan sediaan. Sediaan harus disimpan pada temperatur kamar atau dalam lemari es tapi bukan dalam freezer.

KONSELING PASIEN

1. Cara pemakaian sediaan tetes telingan 2. Penyimpanan

Cara Menggunakan Obat Tetes Telinga

(9)

2. Pastikan kondisi ujung botol atau pipet tetes tidak rusak.

3. Bersihkan telinga bagian luar dengan menggunakan air hangat atau kain lembab dengan hati-hati, kemudian dikeringkan.

4. Hangatkan obat tetes telinga dengan memegang botolnya menggunakan tangan selama beberapa menit. Kocok botol obat tetes.

5. Miringkan kepala sehingga telinga yang akan diberikan obat menghadap ke atas.

A. Untuk dewasa: tarik daun telinga ke atas dan ke belakang untuk meluruskan saluran telinganya.

(10)

6. Teteskan obat sesuai dengan dosis pemakaian pada lubang telinga. Pertahankan posisi kepala 2-3 menit. Tekan secara lembut kulit penutup kecil telinga atau gunakan kapas steril untuk menyumbat lubang telinga agar obat dapat mencapai dasar saluran telinga.

7. Pasang kembali tutup botol tetes telinga dengan rapat, jangan menyeka atau membilas ujung botol tetes.

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang berbeda dengan pernyataan 22, ada sebanyak 86% responden akan bertanya pada petugas apotek bila tidak jelas cara penggunaan obat tetes telinga dan bila dilihat

Pada penelitian ini akan dilakukan penetapan kadar campuran kloramfenikol dan lidokain HCl dalam sampel obat tetes telinga Colme ® dengan metode kromatografi

Penelitian yang akan dilakukan adalah optimasi pemisahan campuran baku kloramfenikol dan lidokain HCl sebagai zat aktif di dalam obat tetes telinga Colme ®

menargetkan pelepasan obat yang spesifik pada saluran cerna untuk1. memberikan efek lokal maupun

Dalam pembuatan obat tetes ini terlebih dahulu alat&alat yang akan digunakan disterilkan terke!uali bahan karena dalam hal ini tidak tahan  pemanasan dan #at

Yang dimaksud dengan sediaan guttae atau obat tetes adalah sediaan cair berupa larutan, suspensi atau emulsi yang dimaksudkan untuk pemakaian dalam atau luar, digunakan dengan

Tetes mata adalah sediaan steril yang berupa larutan atau suspensi yang digunakan dengan cara meneteskan obat pada selaput lendir mata disekitar kelopak mata dari bola mata.DOM

Seperti halnya obat yang diberikan secara intranasal adalah untuk efek lokal seperti obat tetes hidung atau dalam bentuk spray yang biasa digunakan penderita untuk