• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kumpulan Tulisan Prof Ali

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Kumpulan Tulisan Prof Ali"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

SEPENGGAL KATA

Sebagai manusia -yang katanya modern- hidup kita sangat rentan terhadap stres. Setiap hari kita berkutat dengan beragam aktifitas yang menyita waktu dan energi. Dan disadari atau tidak seringkali kita melupakan tujuan hidup kita sebagai seorang hamba. Yakni mengenal dengan sepenuhnya makrifat kepada pencipta kita dan beribadah dengan ikhlas kepadaNya. Padahal, jalan untuk mengenalNya terbentang luas di hadapan kita. Berbagai peristiwa di kehidupan sehari-hari kitapun sebenarnya penuh dengan pelajaran ilahi. Sayangnya kita tidak pernah mau merenung sejenak dan mengambil pelajaran darinya, karena kesibukan kita.

Karena itulah kumpulan tulisan Cak Ali ini -begitu kalau saya boleh menyebutnya- sangat layak kita apresiasi. Dengan bahasanya yang sederhana tapi begitu bertenaga, ringkas namun penuh makna, dan diatas itu semua, mampu menembus sanubari pembacanya, kumpulan tulisan ini dapat membantu kita menemukan mutiara hikmah yang sering kita sia-siakan. Pembaca sekalian akan disuguhi dengan pelbagai persoalan kehidupan sehari-hari yang sering kita temui. Tidak hanya itu, kita akan digiring untuk selalu mencari solusi atas permasalahan tersebut dengan kekuatan ilahi. Inilah yang sering kali dilupakan oleh orang-orang. Mencari solusi kepada manusia yang sama-sama lemah, betapapun kaya, kuat, atau berpangkat sekalipun. Manusia tetaplah manusia. Mahluk yang oleh Al Qur’an disifati “mudah berkeluh kesah lagi kikir” (Q.S. 70:19-21). Karenanya melalui tulisan ini Cak Ali mengajak kita semua untuk introspeksi, sabar, pasrah, tawakkal seperti patung ketika mendapat cacian. Tapi disisi lain kita harus bisa menjadi seperti kuda yang penuh dengan mobilitas tak kenal lelah pada saat berikhtiar/berusaha.

Semoga Alloh SWT meridloi usaha penulis dalam rangka membantu saudara-saudaranya seiman untuk menjadi pribadi yang lebih baik. Dan semoga usaha kecil saya dalam mengumpulkan tulisan-tulisan beliau bisa bermanfaat untuk saudara-saudaraku sekalian. Kepada Allahlah kita memohon pertolongan.

Sidoarjo, 25 September 2013

Al Faqir ila Allah

(2)

SUSAHNYA BERSAMA SUAMI AHLI AL-QUR’AN Tanya:

Assalamu‟alaikum Wr Wb.

Saya bangga sebagai seorang istri dari ustad pembaca Al-Qur‟an terkenal. Sebagai penghormatan kepada keilmuan serta statusnya sebagai suami, saya menunjukkan ketaatan yang maksimal. Apa saja perintahnya saya lakukan. Seingat saya, tidak ada satupun perintahnya yang saya bantah. Setiap jabat tangan, pasti saya cium tangannya. Sampai saat ini, saya tidak pernah menuntut nafkah yang aneh-aneh, hanya kebutuhan pokok rumah tangga saja.

Memasuki tahun keenam rumah tangga, tiba-tiba saja sering terjadi kesalahfahaman. Suatu saat, suami marah, lalu pamit pergi dengan alasan mencari hawa segar daripada hawa menyesakkan di rumah. Saya hitung ia tidak pulang sampai enam bulan. Nafkah lahir tidak, apalagi nafkah batin. Nasehat orang tua, mertua, guru-gurunya tidak pernah dihiraukan. Ia lebih mendengar bisikan orang lain. Apa yang harus saya lakukan?. Lalu, siapakah yang bisa memberi nasehat kepada suami yang sudah berstatus ustadz itu? Sejauhmana batas kebebasan keluar rumah bagi seorang suami?. Demikian, saya ucapkan terimakasih atas jawaban Bapak.

Noer Husna – Gresik Jawab:

Wa‟alaikumussalam wr wb.

Pengasuh ikut prihatin atas masalah yang Anda hadapi. Semakin mulia kedudukan seseorang, semakin besar ujian dan cobaannya. Anda orang mulia, karenanya diuji dengan ujian seperti ini. Suami Anda juga sangat mulia karena penguasaan Al Qur‟an, maka diuji Allah apakah hafalan Al Qur‟an bisa menguatkan kesabaran menghadapi Anda, anak-anak dan masalah-masalah keluarga. Tapi percayalah, kemarau panjang akan berakhir dengan hujan sehari. Hujan itu adalah hidayah Allah untuk suami Anda, dan juga untuk Anda sendiri.

Saya katakan hidayah Allah juga penting untuk Anda sendiri, sebab bisa saja tindakan suami yang Anda sebutkan dalam pertanyaan itu, hanya sebagai akibat dari ucapan, sikap dan tingkah laku Anda kepada suami selama ini. Mungkin Anda tidak merasa selalu melakukan yang positif. Tapi, bisa saja suami menafsirkannya secara negatif. Inilah yang disebut kesalahfahaman. Namanya salah faham, berarti kedua pihak harus dipertemukan untuk klarifikasi.

Karena Anda sebagai penanya, maka nasehat saya sampaikan kepada Anda. Bukan kepada suami yang tidak membaca jawaban ini. Pertama, jika Anda menemukan batu besar di tengah jalan, dan Anda tidak mampu menggesernya, Anda tidak perlu melakukannya sendirian. Bisa jadi, batu tetap bertengger sekalipun tangan Anda patah. Cukup Anda berjalan dengan berbelok sedikit melewati jalan lain untuk bisa sampai tujuan. Suami Anda mungkin punya watak dan temperamen yang unik, maka untuk sementara, Anda tidak perlu menasehati atau mencari orang untuk menasehatinya. Cobalah merenung untuk introspeksi sejenak, kata, sikap atau tindakan apa yang paling tidak disenangi sang suami? Rubahlah sekarang, tidak perlu berbantah dengan

(3)

suami, apalagi menggunakan Al-Qur‟an dan hadis sebagai penguat alasan. Ia sudah hafal semuanya. Logis atau tidak, apa saja yang tidak menyenangkan suami, Anda hindari. Pengasuh yakin, Anda lebih tahu hal ini, karena sekian tahun berkumpul dengannya. Jika suami terbuka, mintalah ia mengatakan secara tertulis atau lisan apa saja yang sedang membuatnya kecewa dan marah. Tanyakan bagaimana caranya agar ia betah di rumah?. Sekali lagi jangan berbantah. Ikuti saja. Jika sudah membaik, didiskusikan lebih lanjut.

Hanya Allah yang menjadi Penggenggam hati sang suami. Saya yakin, Allah dengan sinar cahaya-Nya yang menembus lapisan langit dan bumi melunakkan hatinya. Itu sangat mudah bagi-Nya. Jika suami Anda bersedia, pengasuh siap menjembatani, dengan catatan Anda berdua yang datang. Kata Ibnu Taimiyah, “Jika seekor anjing akan menggigit, Anda tidak perlu melawannya. Cukup teriaklah pada pemilik yang mengendalikannya.”

Mudah-mudahan Allah menakdirkan suami Anda membaca hadis ini, “Mu‟awiyah bin Hydah r.a berkata, ”Aku bertanya, wahai Rasulullah, apa kewajiban kami kepada istri?. Nabi menjawab, ”memberi makan, jika engkau (mampu) memberinya, memberi pakaian jika engkau (mampu) memberinya, jangan memukul wajahnya, jangan menjelekkannya dan jangan pula menghindar darinya kecuali serumah” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah). Artinya, dalam suasana ”perang” seseru apapun dalam keluarga, suami tidak dibenarkan meninggalkan rumah. Hanya boleh berpisah tidur, tapi tetap serumah. Wallahu A‟lamu bis-shawab.

MUSLIM SELEKTIF PRODUKTIF

September 5th, 2013 | Posted by admin_tsb in Taushiyah/Khutbah - (4 Comments)

MUSLIM SELEKTIF PRODUKTIF

Khutbah Jum‟at di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya

30 Syawal 1434 / 06 September 2013

Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag

Penulis Buku “60 Menit Terapi Shalat Bahagia”

هْيِمَناَعْنا ِّبَر ِ ه ِلِلُّدْمَحْنَا ُهْيِبُمْنا ُّق َحْنا ُكِهَمْنا ٌَُُ هلاِا ًََنِاَلا ْنَاُدٍَْشَا َر ُث ُُْعْبَمْنا ًُُنُُْسَرََ ُيُدْبَع اًدهمَحُم هنَا ُدٍَْشَاََ َهْيِمَناَعْهِن ًةَم ْح ُكْيِص َُْا ِاللهَداَبِع اَيَف ُدْعَباهمَا َهْيِعَم ْجَا ًِِب ْحَصََ ًِِنَا َّهَعََ ٍدهمَحُم اَوِدِّيَس َّهَع ِّمَص همٍُّهنَا ُالله َلاَق َن ُُْقهتُمْنا َساَف ْدَقَف ِالله َُِْقَتِب َْاهيِاََ ْم ُىَمَا َهْيِذهنا اٍَُّيَاآَي َّناَعَت َن ُُْمِهْسُم ْمُتْوَاََ هلاِا ههُتُُْمَت َلاََ ًِِتاَقُت هقَح َالله اُُقهتا اُْ

Kaum muslimin Yth.

Siang ini, saya akan menyampaikan satu hadits Nabi SAW yang sangat singkat, yang oleh Ibnu ‟Abdil Bar dikatakan, “Inilah hadis paling singkat kata, tapi padat makna. Belum ada ucapan sesingkat dan sepadat itu sebelum Nabi SAW”. Inilah hadisnya:

Abu Hurairah r.a berkata, Rasululah SAW bersabda, ”Salah satu tanda sempurnanya keagamaan (Islam) seseorang adalah kesediaan meninggalkan sesuatu yang tidak bernilai baginya” (HR. At Tirmidzi dan lainnya)

Islam membuat skala nilai perbuatan manusia, mulai dari yang wajib (keharusan), sunnah (anjuran), mubah (netral nilai), makruh (anjuran untuk ditinggalkan) sampai yang haram

(4)

(terlarang). Allah telah memberi kita akal, kitab suci al-Qur‟an dan hadis Nabi sebagai alat untuk memilih di antara semua nilai tersebut. Sabda Nabi di atas memberi petunjuk, bagaimana kita seharusnya memilih di antara banyak nilai perbuatan tersebut. Kerjakan yang benar-benar bernilai, dan tinggalkan yang tidak bernilai sekalipun tidak terlarang.

Sesuatu disebut bernilai, jika ia dibutuhkan untuk kelangsungan hidup dan keselamatannya di akhirat. Terhadap hadis ini, Al Fasyani berkata, “Jika Anda membatasi diri untuk hal-hal yang penting dalam segala hal, Anda dijamin selamat dari penderitaan dunia dan akhirat. Jika Anda sadar bahwa semua kata dan tindakan selalu direkam dan dipertanggung-jawabkan di akhirat, pasti Anda tidak berbicara kecuali yang bernilai, dan tidak mendengarkan kecuali yang ada gunanya.”

Hadis ini juga megandung perintah berhati-hati dalam setiap kata dan tindakan, agar tidak ada orang yang terganggu ketenangannya atau tersakiti hatinya. Termasuk pula kata tak bernilai adalah kata yang diucapkan hanya untuk mengundang tawa orang. Dalam Kitab al-Muwatha‟, Imam Malik mengutip nasehat Luqman, ”Ada tiga pangkal kebajikan, yaitu berbicara yang benar, memegang teguh amanah dan meninggalkan hal yang tidak berguna”. Imam Al-Hasan berkata, ”Salah satu tanda orang yang dibenci Allah adalah jika ia menghabiskan waktu untuk hal-hal yang tidak bernilai.” Allah SWT berfirman,

“Sungguh, bahagialah orang-orang yang beriman, (yaitu) mereka yang khusyu‟ shalatnya, dan mereka yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS. Al Mukminun [23]:1-3)

Dalam kehidupan sehari-hari, kebanyakan kita tidak selektif dalam berucap dan bertindak. Kita sering melakukan sesuatu yang sebenarnya tidak penting. Menghibur diri itu boleh dan perlu, tapi jika lebih dari cukup, itu sudah termasuk tak bernilai. Bergurau antar teman itu juga diijinkan untuk mengurangi ketegangan, tapi jika lebih dari cukup, maka itu termasuk tidak bernilai, bahkan seringkali menjadi sumber permusuhan. Apalagi sampai hanyut dalam gurauan yang berbau pornografi. Cobalah pegang prinsip ini ketika kita memegang telpon seluler, di depan internet, di depan televisi, di meja makan, dan dalam segala hal. Semakin selektif terhadap ucapan dan tindakan, Anda semakin produktif, dan semakin jelas kemuliaan karakter Anda. Sebaliknya, semakin tidak selektif, semakin tampak kekeredilan dan kerapuhan iman Anda. Al-Fasyani berpesan, ”Sibukkan dirimu dengan hal-hal yang berguna dan berpahala. Setan amat senang jika Anda menyia-nyiakan usia. Setan tahu bahwa setiap tarikan nafas dalam hidup ini amat mahal harganya. Muslim yang bijaksana akan menggunakan setiap detik usianya untuk mencari bekal menuju di akhirat.”

Setiap muslim harus menjauhi perkataan yang tidak baik. Jika tidak hati-hati, bisa saja orang mengalami penderitaan beruntun di akhirat hanya karena satu kata yang pernah diucapkannya. Ketika ia mati, setiap kali ada orang yang mengikuti ucapan buruk itu, ia mendapat siksa dalam kuburnya. Ibnu Umar r.a berkata, ”Jangan memperbanyak bicara kecuali yang bisa mendorong ingatan kepada Allah. Jika tidak, hatimu akan membatu dan Anda terjauh dari Allah.”

Hidup adalah amanah ”Sungguh, Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya” (QS. An-Nisa [4]:58). Oleh sebab itu, setiap anggota badan adalah amanah. Amanah lisan adalah berbicara yang benar dan berguna. Pesan orang bijak,

(5)

”Berlebihlah dalam sedekah, tapi berhematlah dalam kata”. Amanah mata adalah menjauh dari pandangan yang dosa. Amanah tangan adalah berkarya terbaik untuk umat manusia. Amanah pemimpin adalah kesejahteraan dan keadilan untuk rakyat. Amanah ulama adalah mengarahkan umat ke jalan yang benar dan menjauhkannya dari kemaksiatan dengan fatwa dan ketauladanan. Amanah budak adalah tidak mengurangi pengabdiannya kepada tuan dan tidak curang terhadap harta yang dipercayakan kepadanya. Perlu diingat, kita adalah budak dalam hubungannya dengan Allah SWT.

Ketinggian iman seseorang ditentukan sikap selektifnya terhadap segala ucapan dan tindakan. Ada dua pedoman untuk seleksi kata dan tindakan. Pertama, ucapan atau tindakan itu diperbolehkan agama atau tidak?. Kedua, jika diperbolehkan, kita harus mempertimbangkan, ada gunanya atau tidak. Jika tidak ada gunanya, maka tinggalkan, dan inilah tanda kesempurnaan iman Anda. Anda telah menjadi muslim produktif sebab semua kata dan tindakan Anda membuahkan kedekatan kepada Allah dan kehangatan persaudaraan sesama manusia.

Jika cukup bicara dua kalimat, jangan ucapkan kalimat ketiga. Kalimat ketiga itu tak bernilai, boros energi, bahkan kalimat yang berlebih itu bisa menjengkelkan orang. Jika ada SMS yang tidak terlalu penting, untuk apa dibaca atau dijawab?. Jika Anda menasehati orang cukup dengan satu kata, untuk apa dua atau tiga kata. Kelebihan kata itu menandakan rendahnya keimanan, sebab Anda tidak selektif kata dan kontra produktif.

Belanjakan uang untuk hal-hal yang sangat penting saja. Jika tidak, rumah tangga Anda akan berantakan, sebab Anda boros dan mengarah ke pola hidup GLTL alias “gali lubang tutup lubang.” Keluarlah dari rumah, jika memang ada hal penting yang harus dilakukan. Jika tidak, Anda menghamburkan BBM, tidak ikut prihatin dengan menipisnya cadangan BBM di negeri ini, dan menambah kemacetan yang menyusahkan orang di jalan raya. Jika cukup setengah piring, jangan makan satu, apalagi dua piring, sebab itu melebihi yang dibutuhkan tubuh. Makanan yang lebih dari yang dibutuhkan tubuh itulah yang menjadi sumber penyakit di kemudian hari.

Subhanallah, luar biasa, Maha Benar Allah dalam segala firman-Nya. Sungguh, pesan Rasulullah SAW sangat mendalam cakupannya. Ucapkan dan kerjakan hanya yang benar-benar penting. Tinggalkan yang tidak seberapa penting, sekalipun diperbolehkan agama, apalagi tidak ada gunanya sama sekali. Jadilah muslim selektif dan produktif. Badan Anda dijamin lebih sehat, rumah tangga Anda dijamin lebih bahagia, ekonomi Anda dijamin lebih stabil, dan tidak banyak orang di sekeliling Anda yang sinis atau bermusuhan dengan Anda. Barakallahu fikum (Semoga Allah memberkahi kehidupan kita semua)

ُالله ُزِفْغَتْسَاََ اَذٌَ ِّن َُْق ُلُُْقَا ُمْيِحهزنا ُرُُْفَغْنا ٌَُُ ًُهوِا ْمُكَنََ ِّن

(6)

AKU DIAM

August 18th, 2013 | Posted by admin_tsb in Lain-lain - (1 Comments) Orang di utara bilang

Gunung itu indah; aku diam Orang di selatan bilang

Lautanlah yang indah; aku diam

Orang di timur bilang Bulan itu indah; aku diam Orang di barat bilang

Bintanglah yang indah; aku diam

Tapi, jika orang di utara, selatan Timur dan barat bertanya kepadaku

Aku bilang, istriku….(atau suamiku… sebut namanya) yang paling indah

(Mohon maaf saya lupa pencipta puisi berikut ini. Jika ada yang tahu, mohon saya diberitahu. Terima kasih)

(7)

BERJIWA MERDEKA DENGAN PUASA

Oleh: Prof. Dr. Moh. Ali Aziz, M.Ag

Penulis Buku/Founder: “60 Menit Terapi Shalat Bahagia” (www.terapishalatbahagia.net) Ceramah Shalat Taraweh di Masjid Nasional Al Akbar Surabaya 14 Juli 2013

Tahukah Anda bahwa Ramadlan berati pembakaran? Bisa berarti membakar lemak, karena tetap bekerja dan berkeringat sekalipun sedang berlapar-lapar puasa, dan bisa juga membakar dosa yang menumpuk. Kita harapkan, puasa juga membakar semangat untuk manjadi manusia merdeka. Paling tidak merdeka dari mental mengeluh dan mental peminta.

Mungkin luput dari penghayatan Anda, bahwa setiap shalat taraweh dan witir, Anda diajak sang imam bersenandung doa, Asyh-hadu an la ilaha illallah, astaghfirullah. As-aluka ridlaka wal jannata wa-„adzubika min sakhatika wannar“ (Aku bersaksi tiada Tuhan selain Allah. Aku memohon ampunan kepada-Mu. Wahai Allah, aku benar-benar mengharap ridlo-Mu dan surga. Jauhkan aku dari murka-Mu dan neraka.” Khusus permohonan “ridlo-Mu,” saya terjemahkan secara bebas, “Oh Allah, aku ingin Engkau senang melihat aku.”

Apalah artinya, jika Anda kaya raya, tapi Allah tidak menyukai Anda. Di mata mukmin sejati, lebih baik miskin dengan ridlo ilahi, daripada kaya tapi Allah murka. Untuk apa Anda sehat wal afiat, jika kesehatan itu tidak mendatangkan ridlo Allah. Bagi mukmin yang cerdas, lebih baik sakit tapi Allah senyum melihat dia, daripada sehat tapi menjadi sarana durhaka. Semoga Anda tidak mengalami pilihan kepepet itu. Anda pasti sama dengan saya dan semua mukmin: ingin sehat, kaya dan sukses sekaligus disenangi Allah.

Untuk mengupas soal ridlo Allah, saya kutipkan doa Nabi ketika mendapat lemparan batu dari penduduk Thaif, desa kecil sebelah utara Mekah, yang belum faham visi misi Nabi. Orang tidak lagi bisa mengenal wajah Nabi saat itu, karena lumuran darah yang menutupi wajahnya. Giginya pun patah. Inilah doanya, “Wahai Allah, kepada-Mu aku mengadukan kekuatanku yang lemah, ikhtiarku yang terbatas, dan diri yang hina di mata manusia. Engkau Tuhan Paling Pengasih dari semua pengasih, Engkau pelindung orang-orang yang tertindas dan Engkaulah Tuhanku. Kepada siapakah Engkau menyerahkan diriku ini?. Kepada mereka yang tiada saya duga menyerangku (hari ini) atau kepada mereka yang bisa bertindak apa saja kepadaku?. Selama Engkau tidak murka kepadaku, semuanya tiada masalah bagiku. Sungguh, perlindungan-Mu tiada terbatas. Dengan cahaya-Mu yang mengusir kegelapan, dan memberi kebaikan permasalahan dunia dan akhirat, aku memohon agar Engkau tidak murka kepadaku. Demi

(8)

Engkaulah aku rela dihinakan, asal Engkau ridla padaku. Tiada daya dan tiada kekuatan, kecuali dari-Mu.” (lihat Buku Doa Al Mustahabbah p. 17-18)

Kata kunci pada doa di atas adalah “ridlo.” Gigi yang patah, muka yang bermake-up darah tidak menjadi masalah sama sekali bagi Nabi asal Allah tidak murka kepadanya. Perjalanan seterjal apapun, lembah securam apapun atau gelombang ombak berapapun tingginya, akan dilalui oleh Nabi demi mengejar ridlo-Nya. Cercaan orang sepedas apapun akan diterima dengan ikhlas oleh Nabi asal bisa meraih ridlo Allah. Bahkan Nabi menjadi pohon mangga: dilempar dengan batu, tapi dibalas dengan kiriman buah masak nan segar.

Semua Anda akan kembali kepada Allah. Kembalilah kepadanya dengan senyum dan disambut dengan senyum-Nya. Anda pasti tersiksa, jika berkunjung ke rumah orang, lalu tuan rumah itu muak melihat Anda, malas berbicara, atau menutup telinga ketika Anda berbicara. Tanpa suguhan apapun, Anda pasti bahagia, jika tuan rumah tiada henti tersenyum dan bersemangat berbicara dengan Anda.

Bagaimana kita bisa meraih ridlo Allah itu? Aminilah doa sang imam berikutnya, “Allahummaj‟alna bil imani kaamilin, watahta liwaai sayyidina Muhammadin yaumal qiyamati saa-irin, Wabil qadloi rodlin.” (Wahai Allah, jadikan kami hidup dengan iman yang sempurna, tempatkan kami pada barisan pemegang bendera Nabi Muhammad pada hari kiamat, dan jadikan kami ridlo terhadap semua takdir-Mu). Jangan hanya mengamini, tapi berupayalah menjalani hidup sesuai dengan ujung doa itu, “Jadikan kami ridlo dengan semua takdir-Mu.” Jika Anda ridlo dengan apapun takdir Allah, tidak mengeluh sama sekali dengan takdir yang tidak Anda sukai itu, Allah pasti ridlo dengan siapapun Anda. Jika Anda ridlo dengan rizki yang sedikit, Allah akan ridlo menerima kehadiran Anda dengan pahala yang sedikit. Senyum Anda ketika mendapat takdir cobaan hidup, adalah senyum Allah untuk Anda, sebagai simbol ridlo-Nya. Terimalah dengan ikhlas dan ridlo penyakit yang Anda derita sekarang ini, jangan mengeluh. Terimalah dengan senang cobaan kebangkrutan ekonomi sekarang ini. Jangan sekali-kali mengeluh karenanya. Terimalah dengan kesabaran, takdir Allah berupa pasangan hidup yang amat menjengkelkan Anda saat ini. Terimalah dengan senang hati dan optimis. Anda mungkin juga sedang diberi cobaan berupa anak yang menyesakkan dada Anda. Jangan mengeluh. Semua itu takdir Allah untuk menguji mukmin macam apa Anda sebenarnya. Juga untuk mencerdaskan dan mematangkan mental Anda untuk menghadapi kesuksesan besar yang sudah dipersiapkan Allah untuk Anda di kemudian hari. Percayalah. (baca Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia, hal. 173-177)

Jika Anda mengeluh, Anda merasakan empat melapetaka: jiwa yang menderita, fisik yang rapuh bahkan bertambah sakit, doa yang tidak terkabul, dan kematian yang mengerikan. Saya katakan kematian yang mengerikan, sebab Allah tidak suka bertemu dan berbicara kepada orang mati dengan membawa keluhan atau kejengkelan terhadap takdir-Nya. Allah SWT berfirman dalam hadits qudsi, “Barangsiapa tidak senang dengan keputusan dan takdir-Ku, maka hendaknya ia segera mencari Tuhan selain Aku”(HQR. Al Baihaqi dari Anas r.a). “Barangsiapa tidak beriman pada takdir-Ku: enak atau tidak enak, maka Aku tidak akan mengurusinya lagi” (HQR. Abu Ya‟la dari Abu Hurairah r.a)

Sebaliknya, jika Anda ikhlas dan ridlo terhadap takdir Allah, Anda mendapat empat bonus kebahagiaan: jiwa yang bahagia, fisik yang lebih sehat, doa yang mudah terkabul dan kematian yang menyenangkan. Allah sangat senang melihat Anda dan Anda pun senang menerima apapun

(9)

pemberian-Nya. Jika Anda meninggal pada saat demikian, Allah akan merangkul Anda. Keharuman ruh Anda menjadi rebutan malaikat di langit yang mengantarkan ruh ke pemiliknya yang sejati, Allah SWT.

Dengan puasa, Anda juga harus merdeka dari mental peminta. Ramadan adalah bulan kedatangan Malaikat Jibril untuk bertadarus Al Qur‟an dengan Nabi SAW. Ia mendengarkan dengan seksama ayat demi ayat yang dibaca Nabi SAW. Bacaan Al Qur‟an Anda juga selalu didengar para malaikat. Berbahagialah dengan Al Qur‟an dan bersenanglah Anda berdampingan dengan para malaikat selama Anda membaca ayat-ayat Allah itu. Salah satu pesan Jibril ketika bertemu Nabi SAW adalah, “(Wahai Muhammad)… manusia perkasa adalah manusia yang tidak bergantung lagi kepada manusia” (wa„izzahu istighnaa-uhu „anin naas) (HR Al Baihaqi dari Jabir r.a). Muslim perkasa adalah muslim mandiri: tidak mengharap pemberian atau jasa orang lain, tapi berusaha bagaimana bisa memenuhi kebutuhannya sendiri, bahkan berprinsip “aku harus menjadi pemberi.” Saya teringat beberapa sopir taksi di Inggris yang rata-rata sudah lansia. Mereka ingin hidup mandiri, tidak mau bergantung kepada siapapun termasuk anaknya sendiri. Dengan puasa dan sedekah selama Ramadan, kita berusaha meniru Allah: tidak makan, tapi selalu memberi makan orang.

Saya mengajak semua orang, termasuk yang tidak kaya untuk berbuka puasa dengan separuh porsi saja, agar bisa berbagi buka puasa pada orang lain. Dengan cara itu, saya menawarkan tiga bonus: ramadlan bukan menjadi bulan menumpuk lemak, shalat taraweh Anda aman dari kantuk yang biasanya terjadi karena terlalu kenyang, dan Anda mendapat tambahan pahala senilai sehari puasa dari penerima sedekah Anda.

Tahukah Anda jumlah orang miskin penerima BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) sekarang ini 15,5 juta orang. Mereka berebut dan berdesakan menerimanya sampai tidak terasa menginjak wanita tua sampai ia meninggal. Inilah bantuan yang menyebabkan kepala desa takut diserbu warga, karena antara data penerima tertulis dengan kenyataan di lapangan berbeda. Tertulis sebagai orang miskin, tapi ternyata rumah dan gaya hidupnya tidak menunjukkan kemiskinan. Sedangkan tetangga sebelahnya penghuni rumah kecil, pekerja penarik sampah tidak tercatat dalam daftar penerima BLSM. Terjadilah konflik horisontal dan vertikal. Semua konflik itu terjadi karena kebanyakan orang tidak merdeka dari mental peminta. Mereka tidak malu dengan pekerja perawat taman kota di Surabaya yang beberapa hari yang lalu diwawancarai sebuah stasiun televisi, menolak BLSM karena melihat ada orang yang jauh lebih membutuhkan dari dirinya. Kenapa kita lebih suka diberi daripada memberi?. Tidakkah menurut Nabi, manusia pemberi lebih terhormat dari penerima. Maukah?

Bebaskan diri dari ketergantungan orang lain. Termasuk, bergantung pada orang lain untuk menuntun bacaan kalimat tauhid menjelang mati Anda. Orang yang menerima wasiat Anda untuk mengajari la ilaha illallah itu tidak dijamin mati lebih akhir dari Anda. Biasakan membaca kalimat tauhid itu, agar terbentuk reflektivitas atau sensor otomatis, sehingga jika sewaktu-waktu Malaikat Izrail datang, secara otomatis Anda mengucapkannya dengan tegas dan benar, tanpa diajari siapapun.

Bagaimana dengan bacaan surat Yasin untuk orang yang akan meninggal? Nabi SAW bersabda, “Yasin adalah jantung Al Qur‟an. Siapapun membacanya dengan tujuan ridla Allah dan pahala akhirat, pastilah ia diampuni dosanya. Bacalah surat itu untuk siapapun di antara kalian yang akan meninggal” (HR Ahmad dan Abu Daud dari Ma‟qil bin Yasar ra). Hampir semua ulama sepakat bahwa bacaan Yasin untuk orang yang akan meninggal mendatangkan ridla Allah dan

(10)

keringanan (ampunan)-Nya. Dalam hal ini, sebaiknya Anda juga tidak bergantung kepada orang lain. Sebab bisa saja terjadi, Anda meninggal sendirian tanpa ada orang mengetahuinya. Mengapa Anda tidak menghafal saja Surat Yasin mulai sekarang? Ada seorang guru sekolah dasar di Lamongan yang menjelang matinya membaca Surat Yasin sampai selesai dalam keadaaan setengah sadar. Beberapa detik setelah itu ia menutup akhir hayatnya dengan kalimat tauhid, la ilaha illallah. Silakan mulai menghafal surat itu, sedikit demi sedikit. Saya yakin bisa, jika ada kemauan dan memiliki mental kemandirian.

Merdeka! Selamat menjadi manusia merdeka dari mental mengeluh dan mental peminta. Hasbunallah wani‟mal wakil. (Kun Yaquta Foundation: 031.77337800)

MEMAJUKAN BANGSA DENGAN “JUS TOMAT”

July 13th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (2 Comments) MEMAJUKAN BANGSA DENGAN “JUS TOMAT”

Oleh: Prof Dr Moh Ali Aziz, M, Ag

Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia

Jus tomat bisa menyehatkan badan, itu sudah jelas. Seiring dengan kesadaran masyarakat tentang minuman kesehatan, saat ini semakin banyak penjual minuman sari buah itu di tepi-tepi jalan raya, dan saya senang melihat pembeli antri membelinya. Tapi bisakah Jus Tomat menjadi “jimat” untuk memajukan bangsa?

Semua tokoh masyarakat dari semua lapisan mengakui bahwa kemajuan ekonomi telah dirasakan. Bahkan jumlah orang kaya jauh meningkat dibanding tahun-tahun sebelumnya. Tapi pada saat yang sama, kita menyaksikan sesuatu yang kontras. Orang miskin yang terdaftar (saja) penerima BLSM (Bantuan Langsung Sementara Masyarakat) atau kadang disingkat BALSEM berjumlah 15,5 juta orang. Bersamaan dengan itu, kita menyaksikan dengan mata telanjang kenyataan rapuhnya karakter semua elemen bangsa. Lembaga pendidikan umum dan Islam, yang seharusnya menjadi pusat penguatan karakter, juga terjangkit virus perusak karakter yang sama. Setiap Ujian Nasional akhir tahun, kita selalu dikejutkan berita adanya kebohongan yang dilakukan guru atau tenaga kependidikan demi mercusuar sekolah atau daerah.

Dalam dunia politik, wajah para pemimpin kita digambarkan oleh pengamen di atas bus kota. Dua pemusik jalanan, masing-masing dengan gitar dan harmonica menyanyikan lagu sindiran

(11)

secara kompak. “Aku sudah tidak perlu rumah mewah, karena telah dibeli para wakilku. Tidak perlu memiliki rekening di bank, karena telah diambil oleh wakilku. Tidak perlu kendaraan bermilyar, karena telah dinaiki wakilku. Jika aku mati, aku akan bebas, karena semua dosa telah diambil-alih para wakilku.”

Tidak sedikit pimpinan kita yang terseret ke meja hijau menjadi pemain sandiwara yang handal, padahal tidak pernah sekolah teater sebelumnya. Uh, untuk mendapat simpati dari para penegak hukum, mereka bisa bersandiwara sakit dengan infuse di tangan, atau perban di kepala dengan ekspresi yang luar biasa penghayatannya. Atau berlagak pikun dengan suara yang mantap di depan para hakim, padahal ia sebelumnya cerdas, kuat ingatan dan tidak pernah keliru menghitung kekayaannya. Ada juga public figure yang tiba-tiba saja tampil beda: berjilbab rapat di kepala, atau baju koko-takwa ketika menjalani pemeriksaan. Semoga itu dandanan simbol kesungguhan bertobat.

Inilah waktu yang tepat kita suguhkan “Jus Tomat” untuk kesehatan karakter bangsa kita ke depan. Jus Tomat yang saya maksud adalah singkatan dari delapan karakter mulia, yaitu Jujur, Ulet, Sabar, Tawakal, Optimis, Menghargai, Amanah dan Tanggungjawab. Karakter itulah yang menjadi cita-cita Nabi SAW, bahkan selalu memenuhi pikirannya sepanjang tugas membimbing umatnya. Allah SWT memuji kesunggguhan perjuangan Nabi itu. “Sungguh telah datang kepadamu seorang Rasul dari kaummu sendiri, berat terasa olehnya penderitaanmu, sangat menginginkan (keimanan dan keselamatan) bagimu, amat belas kasihan lagi penyayang terhadap orang-orang mukmin.” (QS At Taubah [9]:128). Itulah orang yang harus Anda idolakan. “Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah” .(QS. Al-Ahzab [33]:21)

Tidak ada satupun orang yang meragukan kejujuran Nabi. Musuh yang paling jahatpun tidak bisa menemukan satupun bukti kebohongan Nabi. Mereka harus mengakui kebenaran gelar Al Amin (Manusia Terpercaya) yang diberikan oleh masyarakat kepadanya. Selain Nabi, sekalipun terkenal sedunia sebagai orang jujur, pasti pernah satu atau beberapa kali dusta. Minimal dirinya sendiri yang mengetahui. Negeri ini amat kaya orang cerdas intelektual tapi tidak cerdas emosional dan spiritual.

Dengan kecerdasan itulah, seorang oknum pegawai negeri sipil bisa memiliki rekening ratusan milyar. Sekian lama, ia aman saja melakukan korupsi dengan bersiul-siul karena aman dari diteksi penegak hukum. Ia juga lenggang kangkung menghabiskan uangnya di luar negeri. Atau juga menitipkan kepingan emas di manca negara itu. Beberapa hari terakhir, kita prihatin melihat beberapa orang yang selama ini kita kagumi bacaan Al-Qur‟an dan bahasa Arabnya harus duduk di kursi pesakitan di Pengadilan Tinggi Korupsi.

Orang kecil juga tidak kalah cerdasnya. Dengan teknologi temuannya, bisa membuat makanan goreng terasa kremes lezat. Cukup dengan memasukkan tas kresek di minyak goreng yang telah mendidih. Mereka juga bisa membuat ayam tirin (mati kemarin) yang sudah busuk menjadi ayam goreng empuk dan sedap atau menjadi nugget. Atau menaburkan formalin (obat pengawet mayat) di tahu atau ikan sehingga tidak bisa busuk. Atau membuat gula merah menjadi keras dan tahan lama dengan mencampurkan sabun deterjen.

Di dunia kampus juga demikian. Adalah peristiwa yang amat memprihatinkan, seorang wisudawan dianugerahi piagam penghargaan sebagai alumni terbaik. Tapi beberapa tahun

(12)

kemudian, terbukti tugas akhirnya merupakan jiplakan sembilanpuluh lima persen dari karya orang lain. Inilah contoh-contoh kecerdasan intelektual yang justeru membahayakan masa depan bangsa karena tidak disertai kecerdasan emosional spiritual atau karakter terpuji.

Jika tujuh puluh persen saja kepala pemerintahan di semua level, dan para wakil rakyat bertindak jujur, negeri ini akan melompat menjadi Negara terhebat di Asia, bahkan di dunia dalam waktu yang tidak lama.

Di samping kejujuran, kita harus menjadi bangsa yang ulet dan sabar, tahan bantingan dan tidak mudah menyerah pada tantangan. Sebuah cita-cita harus dilalui penuh keringat bahkan berdarah-darah dan perlu waktu. Perlu keuletan dan kesabaran, sebab tidak yang instant dalam meraih cita-cita. Setiap kesulitan lebih tepat dipandang sebagai tantangan daripada sebagai rintangan. Ketika Nabi menjadi karyawan pada wanita kaya, Khadijah, ia diberi bayaran dua kali lipat daripada yang diterima karyawan lain. Apa yang dijual sama dengan yang dijual pegawai lain. Tapi di tangan Muhammad (waktu itu belum diangkat sebagai nabi), omset penjualan jauh melampaui target, karena keuletan nabi dalam menjalankan tugas dan kejujurannya terhadap pembeli dan kepada majikan. Nabi mengajarkan keuletan umatnya dengan menanamkan keyakinan bahwa setiap tantangan pasti ada jalan keluarnya, setiap kesulitan pasti ada kemudahan di kemudian hari (inna ma‟al „usri yusra). Putus asa dalam segala hal bertentangan dengan prinsip keimanan. Hanya orang kafirlah yang berputus asa dari kasih dan pertolongan Allah.

Jika usaha telah dilakukan secara maksimal, hanya ada satu kata yang diperlukan: tawakal, yaitu menyerahkan sepenuhnya apapun hasil ikhtiar tersebut kepada Allah. Ulet bekerja itu baik, tapi jika tidak dibentengi dengan tawakal, kemungkinan stres sangat tinggi dan berbahaya. Sebab kemungkinan gagal, selalu ada dalam setiap usaha. Tidak ada usaha yang sukses selamanya. Jumlah orang stres selalu bertambah setiap tahun, karena ketiadaan sikap tawakal atau tawakal hanya dengan setengah hati. Tawakal harus berbasis iman, yaitu didahului usaha yang maksimal. Nabi hanya mau berangkat berperang, jika persiapan dan perhitungan yang matang berdasar analisis politik, logistik telah dilakukan. Jika sudah, maka Nabi memimpin pasukan dengan komando hasbunallahu wani‟mal wakil (Cukuplah Allah sebagai penolong dan pelindung kami).

Di samping tawakal, pemimpin baru bisa berhasil jika percaya diri dan optimistis. Ia harus yakin dan yakin bahwa Allah pasti dan pasti Maha Kuasa memberi pertolongan kepadanya. Hanya orang yang percaya diri dan optimis yang bisa meraih kesuksesan. Berlatihlah sampai menjadi kebiasaan untuk rukuk dan sujud yang lama (minimal 30 detik) setiap shalat. Katakan dalam hati, “Aku yakin, yakin, yakin akan pertolongan Allah. Pasti, pasti dan pasti Allah Maha Pengasih untuk memberi kemudahan menuju kesuksesan saya.” Anda akan terkejut, ternyata apa yang Anda takuti ternyata sama sekali tidak terjadi. Anda akan keheranan terhadap diri Anda sendiri: ternyata Anda bisa melakukannya. Sukses dan sukses sudah di depan mata.

Anda pasti mendapat simpati dan teman kerjasama yang menguntungkan, jika Anda pandai menghargai orang lain. Nabi tidak mungkin mendapat dukungan luas jika tidak pandai menghargai karya dan perasaan orang. Tidak jarang Nabi mendengarkan dengan antusias pendapat peserta rapat. Hasil keputusan juga diikuti nabi, walaupun di kemudian hari, terbukti keputusan itu merugikan. Nabi mengajarkan menghargai perasaan orang dengan larangan berbicara berdua ketika berada dalam kelompok. Orang lain bisa tersinggung, apalagi berbisik atau menggunakan bahasa yang tidak umum dalam lingkungan itu.

(13)

Bagi Nabi, tugas sebagai rasul adalah amanah. Demikian juga sebagai kepala Negara. Ia memikul dua amanah: sebagai rasul dan sebagai kepala Negara. Betapa berat tugas itu. Tugas itu dikerjakan dengan fokus dan sungguh-sungguh. Siang dan malam hanya berfikir tentang tugasnya. Sama sekali tidak menyalahgunakan kekuasaan dengan seenaknya. Betapa sakit hati rakyat kecil yang membayar pajak di kantor kelurahan, ketika melihat seorang PNS pajak tidak amanah, dengan menyalahgunakan kekuasaanya untuk mencuri puluhan milyar rupiah. Atau mendengar setiap hari ada transfer haram mliyaran rupiah hasil korupsi. Betapa keras jeritan orang-orang yang sampai mempunyai anak empat belum punya rumah melihat orang punya rumah di semua propinsi hasil korupsi.

Sifat Nabi berikutnya yang patut kita tauladani adalah jiwa ksatria yaitu bertanggungjawab penuh sebagai pemimpin. Tidak mencari-cari alasan atau kambing hitam jika terjadi suatu kegagalan. Pada suatu persiapan perang, beberapa tentara muslim termakan psy-war musuh sehingga enggan berangkat perang. Karena tanggungjawab perang di atas pundak nabi, maka di hadapan tentara yang lemah semangat, Nabi berkata, “jika kalian tidak berangkat, saya sendirilah yang berangkat berperang”. Rasa tanggungjawab itulah yang membuat ia menangis ketika ia mendengar firman Allah yang sedang dibaca Abdullah bin Mas‟ud. Ayat itu berbicara tentang keharusan Nabi untuk bertanggungjawab atas semua umatnya di akhirat kelak.

Seumur hidup Nabi, ia selalu berfikir tentang orang lain daripada dirinya sendiri. Ia diharamkan menerima zakat dari umatnya. Jika menggunakan pakaian yang amat disukai, lalu ada seorang sahabat yang memintanya, baju itu segera diberikan. Ia memang menyukai baju itu, tapi membuat orang lain suka dan senang itulah yang lebih diutamakan. Beberapa menit sebelum ajal menjemput, Nabi masih bertanya kepada Malaikat Jibril, “Bagaimana umatku kelak?”. Negara ini rusak karena beberapa pemimpin kita lebih memikirkan diri, keluarga, kelompok dan partainya daripada orang lain yaitu kepentingan rakyat banyak.

Minumlah JUS TOMAT untuk bahagiaan rumah tangga Anda. Juga suguhkan kepada semua pemimpin untuk kejayaan bangsa ke depan! Selamat menikmatinya.

MENGHADAPI KEKERASAN SUAMI

July 11th, 2013 | Posted by admin_tsb in Konsultasi Keluarga Bahagia - (0 Comments) MENGHADAPI KEKERASAN SUAMI

Assalamu‟alaikum wr wb.

Ustad, saya ibu rumah tangga (25 tahun) yang sedang hamil untuk anak pertama. Sekarang memasuki bulan ke empat. Pada saat-saat bersyukur atas kehamilan itu, saya mendapar ujian yang sangat berat. Suami saya bertindak kasar. Telah satu setengah tahun saya menjalani keadaan rumah tangga seperti ini. Semula saya berharap suami saya menjadi penyabar jika saya hamil. Tapi, ternyata tetap saja. Bahasa dan nada bicaranya sangat menusuk hati. Itupun berkali-kali dilakukan di depan banyak orang. Tidak jarang melakukan kekerasan fisik pada saya. Belum kering air mata saya usap, sudah mengalir lagi. Itulah yang saya alami, pak ustad.

(14)

Saya ingin tetap bersabar, tapi apa mungkin manusia selain nabi bersabar terus menerus. Apa yang harus saya lakukan?

Sekian terima kasih atas jawaban ustad. Syukriyah (nama samaran).

Jawaban:

Wa‟alaikumussalam wr wb.

Pengasuh ikut prihatin atas cobaan hidup ibu. Semoga kesabaran ibu selama ini membentuk anak ibu kelak menjadi pribadi penyabar, tahan ujian, ulet dan diberkahi sepanjang hidupnya.

Sebelum menjawab pertanyaan ibu, saya kutipkan firman Allah, “Dan Allah membuat isteri Fir‟aun perumpamaan bagi orang-orang yang beriman, ketika ia berkata: “Wahai Tuhanku, bangunkanlah untukku sebuah rumah di sisi-Mu dalam Firdaus, dan selamatkanlah aku dari Fir‟aun dan perbuatannya, dan selamatkanlah aku dari kaum yang dhalim”. (QS at-Tahrim: 10-12). Ayat itu menggambarkan adanya tipe rumah tangga di mana seorang istri menanggung derita karena ulah suaminya. Inilah yang ibu alami saat ini. Pada ayat sebelumnya, digambarkan tipe sebaliknya, yaitu suami yang menderita karena ulah istrinya, yaitu Nabi Nuh dan Nabi Luth. Insyaallah ibu akan dibangunkan rumah indah di Surga Firdaus seperti yang disediakan Allah untuk istri Fir‟aun. Pengasuh mohon maaf, sama sekali tidak bermaksud menyamakan suami ibu dengan Fir‟aun.

Sekalipun ibu sudah menduga jawaban dari pengasuh adalah nasehat sabar, pengasuh tetap saja menasehati demikian. Sebab nasehat tersebut bukan nasehat biasa, tapi bersumber dari Allah SWT dan berkali-kali disebut dalam Al-Qur‟an. “Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, dan sungguh, yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu‟ (QS. Al-Baqarah [2]:45). “Hai orang-orang yang beriman, jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, sungguh, Allah beserta orang-orang yang sabar. (QS. Al-Baqarah [2]:153). Kesabaran yang dimaksud pengasuh bukanlah kesabaran pasif, tapi kesabaran aktif. Artinya, di tengah-tengah kesabaran itu, ada usaha untuk mencari solusi. Ada baiknya, ibu berbicara dari hati ke hati. Jangan-jangan hanya karena kesalah-fahaman di antara Anda berdua. Carilah waktu yang paling tepat. Wudhu dan shalatlah dua rakaat sebelum ibu memulai berbicara kepadanya. Setiap shalat malam, resapilah bacaan Ihdinas shirathal mustaqim, sambil memohon dalam hati agar Anda diberi kekuatan iman dan suami Anda diluruskan iman dan akhlaknya. Bisa juga Anda membaca Surat Ar-Ra‟d 31, lalu berdoa, “Wahai Allah semua makhluk dalam genggamanMu. Tidak sulit bagiMu menggeser gunung, membelah bumi dan menghidupkan orang yang telah mati. Maka sangat mudah bagiMu untuk melunakkan hati suami saya”.

Jika Anda lakukan hal di atas selama dua bulan dan tidak ada hasil, maka sebaiknya Anda berdua datang ke psiokolog atau ahli agama. Pengasuh juga siap membantu Anda. Saya sangat yakin ada perubahan besar pada suami Anda setelah itu, atau setelah kelahiran sang anak yang menjadi buah hati berdua. Wallahu A‟lam.

(15)

DOA SHOLAWAT SURGA

(Moh. Ali Aziz, malzis@yahoo.com; Surabaya 10 Juli 2013)

Allahumma sholli ‘ala Muhammad; Allahummarzuqna fid dun-ya ziyaratahu, wafil akhirati syafa’atahu, wabil jannati ru’yatahu wamurafaqatahu.

Wahai Allah, berikan sholawat kepada Nabi Muhammad. Mudahkan kami sekeluarga dan kedua orang tua untuk beribadah umrah dan haji di Mekah, serta shalat di Raudhah dekat makam Nabi di Madinah. Pertemukan kami sekeluarga dengannya di surga.

Allahumma sholli ‘ala Muhammad; Allahummaj’alna min khiyari ummatihi, wassa-irina

yaumal qiyamati tahta liwa-ihi

Allahumma sholli „ala Muhammad. Wahai Allah, jadikan kami orang-orang pilihan Nabi Muhammad. Bariskan kami pada hari kiamat di bawah benderanya.

Allahumma sholli ‘ala Muhammad; Ista’mil alsinatana fi mad-hihi wanushrotihi

Allahumma sholli „ala Muhammad. Jadikan lidah kami tiada henti bersholawat kepada Nabi Muhammad dan bersemangat menyebarkan ajaran yang dibawanya.

Allahumma sholli ‘ala Muhammad; Ahyina mutamassikina bitho’atihi wamahabbatihi, wa-amitna ‘ala sunnatihi wajama’atihi.

Allahumma sholli „ala Muhammad. Hidupkan kami dengan penuh ketaatan dan cinta kepada Nabi Muhammad. Matikan kami dalam keadaan tetap berpegang teguh pada sunnah dan jama‟ahnya.

Allahumma sholli ‘ala Muhammad; Adkhilna ma’ahul jannata fainnahu awwalu man yadkhuluha, wa-anzilna ma’ahu fi qushuriha fainnahu awwalu man yanziluha

Allahumma sholli „ala Muhammad. Masukkan kami ke surga bersama Nabi Muhammad, sebab dialah yang pertama kali memasukinya. Ijinkan kami menikmati istananya di surga bersamanya, sebab dialah yang pertama kali menempatinya.

(16)

KIAT HIDUP 3800 TAHUN

June 27th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (0 Comments) KIAT HIDUP 3800 TAHUN

Oleh: Prof Dr Moh Ali Aziz, M, Ag

Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia

“Allah menciptakan kalian, kemudian mewafatkan kalian; dan diantara kalian ada yang dikembalikan kepada umur yang paling lemah (pikun), supaya dia tidak mengetahui lagi sesuatupun yang pernah diketahuinya. Sungguh, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa.” (QS. An-Nahl [16]:70)

Beberapa ayat sebelumnya, Allah menjelaskan, untuk kelangsungan hidup dan kenikmatan manusia, Allah telah menurunkan air dari langit untuk menyuburkan tanaman dan menghasilkan buah kurma, anggur dan sebagainya. Lebah juga diberi “wahyu” oleh Allah untuk menghisap bunga dan membuat rumah yang bagus agar menghasilkan madu untuk kekuatan dan obat bagi manusia. Sayang, sebagian manusia tidak mensyukuri anugrah Allah itu. Sebaliknya, mereka menggunakan buah-buahan itu untuk minuman memabukkan. Pada ayat yang dikutip di atas, Allah menegaskan bahwa sesehat apapun, usia manusia ada batasnya. Kematian itu disebabkan karena usia tua atau karena kecerobohan pola makan dan minum. Sebagian mereka meninggal pada usia muda dan sebagian yang lain diberi panjang usia.

Sangat manusiawi, jika Anda bersedih karena salah satu keluarga Anda meninggal pada usia muda. Tapi, sebaiknya Anda berbaik sangka kepada Allah. Bisa jadi, ia diwafatkan oleh Allah agar ia menghadap-Nya ketika masih dalam keadaan beriman. Tidak jarang orang shaleh ketika muda, lalu banyak maksiat ketika tua dan mati dalam keadaan tercela. Rasulullah SAW sendiri mengajarkan doa,”Wahai Allah, jika Engkau berkehendak rusaknya suatu masyarakat, maka wafatkan aku sebelum terkena pengaruh negatif itu.” (HR Ahmad dari Mu‟adz bin Jabal r.a). Umur yang terbaik bukan dilihat dari kuantitas namun kualitasnya. Usia yang pendek namun penuh kebaikan jauh lebih baik daripada usia 100 tahun, tapi penuh dosa. Kita berharap panjang usia, panjang pula pahalanya. ”Orang yang terbaik adalah yang panjang umurnya dan baik perbuatannya” (HR Ahmad dari Abu Bakrah r.a.). Tentu, yang kita harapkan usia panjang yang tidak sampai pada keadaan ardzalil ‟umur (usia lemah alias pikun) sehingga menjadi beban bagi keluarga.

Rasulullah SAW diberi hidup oleh Allah SWT 63 tahun Hijriyah atau 61 tahun Masehi. Bagi orang sesuci beliau, cukuplah usia itu untuk menghadap Allah. Beliau tekun beribadah dan selalu menangis setiap memohon ampunan, padahal ia tidak punya dosa. Bagi kita, usia 61 tahun terlalu singkat untuk mengumpulkan bekal menghadap Allah SWT dan menghapus dosa kita yang

(17)

menumpuk. Kita harus berusaha hidup lebih lama dari usia Nabi SAW. Mungkin idealnya dua kali lipat dari usia Nabi: 122 tahun seperti usia wanita tertua di dunia, Jeanne Louise Calment di Perancis (meningggal 1997 dalam usia 122). Untuk itu, kita wajib menjaga kesehatan dengan pola hidup sehat, membangun keakraban dengan sanak famili dan bergaul sebanyak-banyaknya dengan orang lain di masjid, majlis dzikir, perkumpulan olah raga dan sebagainya. Rasulullah SAW bersabda,”Barangsiapa ingin dimudahkan rizkinya dan ditunda ajalnya (dipanjangkan usianya) hendaklah ia menyambung tali persaudaraan” (HR. Bukhari dari Anas bin Malik r.a). Dr. Nil Barzilai, direktur Albert Einstein College of Medicine‟s Institute for Aging Research di New York menyimpulkan mereka yang panjang umur adalah yang selalu positif dalam hidupnya: optimistis, mudah bergaul, extrovert, lebih banyak tertawa dan emosi yang terungkap. (Strait Time)

Berdasar hadis di atas, timbul pertanyaan: bisakah umur manusia diperpanjang? Muhammad Ibrahim An-Nu‟aim dalam bukunya Kaifa Tuthilu „Umrakal Intajiy (Misteri Panjang Umur) menjawabnya dengan mengutip tiga pendapat ulama. Pertama, menambah jatah umur manusia bukanlah hal yang sulit bagi Allah. Sekalipun umur manusia telah ditulis di sisi-Nya, namun adalah hak mutlak bagi-Nya untuk merubah atau menghapusnya. Nabi dan Malaikat tidak bisa melakukannya. “Allah menghapus apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan di sisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh”) (QS.Ar-Ra‟d [13]:39). Dengan kekuasaan mutlak Allah itu, bisa saja seseorang telah ditetapkan batas umurnya, namun karena ia berbaik-baik dengan sanak famili dan sebanyak-banyak orang, lalu Allah SWT merubah catatan-Nya untuk memberi tambahan umur kepadanya.

Kedua, yang dipanjangkan Allah SWT adalah keharuman nama setelah kematian seseorang. Ketika hidup, ia banyak bersedekah, sehingga pahalanya tetap mengalir kepadanya (shadaqah jariyah). Atau ia amat terkenal kebaikannya, sehingga setelah matinya, banyak orang menyebut-nyebut kebaikan itu. Semakin lama, semakin harum namanya. Nabi Ibrahim berdoa, ”Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian” (QS. As-Syu‟ara [26]:84).

Ketiga, umur manusia tidak bisa ditambah atau dikurangi, karena sudah ditetapkan Allah sebelum kelahirannya (QS. Fathir [35]: 11 dan Qs Al A‟raf [7]:34). Kita hanya bisa meminta tambahan keberkahan usia. Artinya hitungan usia kita memang pendek, namun karena banyak ibadah, usia yang pendek itu menandingi usia ratusan tahun orang lain, khususnya umat sebelum nabi Muhammad SAW. Misalnya, usia sehari bisa dinilai Allah setara dengan lima tahun. Setahun setara dengan 3.800 tahun. Caranya? Ikuti petunjuk Rasulullah SAW berikut, “Barangsiapa berjalan ke masjid untuk shalat fardlu secara berjamaah, maka shalatnya setara dengan sekali ibadah haji.” (HR Ahmad dan Abu Dawud).

Shalat berjamaah lima kali sehari sama dengan lima kali ibadah haji. Haji dikerjakan setahun sekali. Berarti, jika Anda shalat berjamaah di masjid setahun penuh (360 hari) tanpa absen, maka usia setahun itu sama dengan 3.800 tahun. Pada bulan suci Ramadlan, bonus untuk nilai usia Anda jauh lebih dahsyat. Semalam lailatul qadar sama dengan usia 83 tahun.

Demi usia yang berkualitas itulah, maka para sahabat dan orang-orang shaleh terdahulu tidak melewatkan waktunya dengan sia-sia. Abdullah bin Mas‟ud berkata, ”Aku tidak pernah menyesali apapun melebihi penyesalanku akan terbenamnya matahari. Umurku berkurang sedangkan ibadahku tidak bertambah.” Dawud at-Tha‟i lebih suka meminum fatiit (sup roti)

(18)

daripada makan roti. Ketika ditanya alasannya, ia menjawab, ”Minum sup roti lebih cepat. Waktu untuk mengunyah roti cukup untuk membaca 50 ayat al-Qur‟an”. Majduddin Abul Barakat, kakek Ibnu Taimiyah tidak mau waktunya lewat tanpa memperoleh ilmu. Jika ia akan masuk kamar kecil, ia menyuruh seseorang untuk membacakan sebuah buku dengan suara keras agar ia bisa mendengarnya selama buang hajat itu. Sebagian ulama terdahulu selalu membaca al-Qur‟an dalam perjalanan ke mana saja. Oleh karena itu, ia mengukur jarak perjalanan dengan jumlah ayat al-Qur‟an”. Begitulah usaha memperpanjang umur dengan kualitas keberkahan. Menurut Nabi SAW, “Umur umatku antara 60-70 tahun, dan hanya sedikit yang lebih dari itu” (HR At Tirmidzi dari Abu Hurairah r.a). Sekali lagi, Anda harus berusaha hidup melebihi usia Nabi SAW. Tapi, jika Allah menghendaki usia Anda lebih pendek, Anda tetap berbahagia, karena usia sependek itu telah setara dengan ratusan ribu tahun berkat kebaikan yang Anda lakukan. Maukah?

KAMERA TERCANGGIH PENGINTAI ANDA

June 21st, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (3 Comments) KAMERA TERCANGGIH PENGINTAI ANDA

Oleh: Prof Dr Moh Ali Aziz, M, Ag

Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia

“Apabila bumi digoncangkan dengan goncangan (yang dahsyat), dan bumi telah mengeluarkan beban-beban berat (yang dikandung)nya, dan manusia bertanya, “Mengapa bumi (menjadi begini)?”. Pada hari itu bumi menceritakan beritanya, karena sesungguhnya Tuhanmu telah memerintahkan (yang sedemikian itu) kepadanya. Pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam keadaan beraneka, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) atas perbuatan mereka. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (debu atau atom)pun, pastilah ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” (QS al-Zalzalah [99]:1-8)

Inilah Surat Al-Qur‟an yang disebut Rasulullah SAW sebagai ”Surat Separuh Al-Qur‟an” (HR at-Tirmidzi dari Ibnu Abbas). Surat ini memuat tiga pesan penting. Pertama, suasana hari kiamat. Kedua, kesaksian bumi atas semua perbuatan manusia. Ketiga, ketelitian pemeriksaan Allah

(19)

terhadap perbuatan manusia dan jenis balasannya. Saya yakin hati Anda bergetar terkena sentuhan ”Surat Separuh Al-Qur‟an” ini.

Salah satu pokok keimanan dalam Islam adalah percaya adanya hari kiamat. Pada hari berakhirnya semua kehidupan itu, bumi diguncang dengan dahsyat melebihi guncangan yang pernah disaksikan manusia sebelumnya. Begitu kerasnya goncangan, sampai gunung seberat apapun terlempar tinggi ke atas. Apalagi makhluk sekecil Anda. Semua gunung itu terlempar ke atas seperti ribuan laron yang memenuhi udara atau kapas yang tertiup angin. Ahli geologi yang sudah mengenal seluk beluk bumi, pada hari kiamat itu juga akan heran, gugup dan penuh ketakutan. Tambang minyak, lahar panas, emas, intan dan semua isi perut bumi akan dimuntahkan.

Setelah semuanya berakhir, maka semua manusia mulai Nabi Adam sampai manusia terakhir akan dibangkitkan dari kuburan masing-masing. Malaikat Jibril pernah mengatakan bahwa Nabi SAW adalah orang pertama yang dibangkitkan, dan dialah juga yang akan memimpin semua manusia yang dibangkitkan itu menuju pengadilan Allah.

Dalam Surat Ali Imran ayat 106-107, Allah menjelaskan dua macam wajah manusia saat itu. “Pada hari yang di waktu itu ada muka yang putih berseri, dan ada pula muka yang hitam muram. Adapun orang-orang yang hitam muram mukanya (kepada mereka dikatakan), “Kenapa kamu kafir sesudah kamu beriman? karena itu rasakanlah adzab disebabkan kekafiranmu itu”. Adapun orang-orang yang putih berseri mukanya, maka mereka berada dalam rahmat Allah (surga); mereka kekal di dalamnya”.

Di samping wajah yang hitam dan putih, dalam beberapa hadis, dijelaskan pula adanya manusia berwajah keledai, ada pula yang terhuyung-huyung kelelahan, selalu terjatuh dan terinjak-injak, dan ada pula yang berjalan dengan salah satu pundak yang miring. Semua tampilan itu sebagai hasil dari make-upnya sendiri selama hidup di dunia. Mereka yang berwajah putih, adalah yang ber-make-up dengan wudlu. Mereka yang terjatuh dan terinjak-injak orang, adalah mereka yang sudah terbiasa menginjak-injak hak-hak dan kehormatan manusia semasa hidupnya. Adapun orang yang berjalan dengan pundak yang miring, adalah mereka yang beristri lebih dari seorang dan bertindak tidak adil kepada mereka.

Bumi tidak hanya memuntahkan isi perutnya. Ia juga menjadi CCTV sepanjang zaman untuk merekam apa saja yang Anda lakukan. Alat perekam itu telah dipasang di semua tempat: dugem-disco, remang-remang arena pelacuran, masjid, mushalla, gedung DPR/MPR dan sebagainya. Rasulullah SAW menjelaskan bagaimana pelaporan rekaman bumi tersebut.

ُثِّدَحُت ٍذِئَهٌَْي :َنَّلَسًَ ِوْيَلَع ُالله َّلَص ِالله ُلٌُْسَرَأَزَق :َلبَق ُوْنَع ُالله ََِضَر َةَزْيَزُى َِبَا ْيَعًَ بَبْخَا ؟بَىَربَبْخَا بَه َىًُْرْدَتَا :َلبَق َّنُح ,بَىَر َلِوَع بَوِب ٍتَهَاًَْا ٍدْبَع ِّلُك ََلَع َدَيْشَت ْىَا بَىَربَبْخَا َّىِبَف :َلبَق ,ْنَلْعَا ُوُلٌُْسَرًَ ُ َالله :اٌُْلبَق ,اَذَكًَ اَذَك ٍمٌَْي َِف اَذَك َلِوَع :ُل ٌُْقَت ,بَىِزْيَظ ََلَع َبْخَا ِهِذَيَف )يسح جيدح لبقً ٍذهزتلا هًر( .بَىُرب Abu Hurairah r.a berkata, “Rasulullah SAW membaca ayat: “Yaumaidzin tuhadditsu akhbaraha (pada hari itu bumi menceritakan beritanya). Tahukah kamu sekalian, apa yang diberitakan oleh bumi itu?”. Para sahabat menjawab: “Allah dan RasulNya lebih tahu”. Beliau bersabda, “Berita bumi itu adalah bahwa bumi itu menjadi saksi atas segala perbuatan seorang laki-laki maupun perempuan yang dilakukan di atasnya. Bumi itu akan mengatakan, “Ia berbuat begini dan begitu pada hari ini dan hari itu”. Inilah yang diberitakan oleh bumi”. (HR. At-Turmudzi)

(20)

Mohammad bin ‟Allan as-Shiddiqi mengatakan bumi akan berbicara dengan suara seperti suara manusia dan itu tidak sulit bagi Allah. Bumi melaporkan secara detail hasil rekamannya. Tidak cukup dengan kesaksian bumi, semua anggota badan Anda ikut berbicara memberi kesaksian. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. (QS Yasin [36]:65).

Dalam ayat lain, Allah berfirman, ”Dan mereka berkata kepada kulit mereka, “Mengapa kamu menjadi saksi terhadap kami?” kulit mereka menjawab: “Allah yang menjadikan segala sesuatu pandai berkata telah menjadikan Kami pandai (pula) berkata, dan Dia-lah yang menciptakan kamu pada kali pertama dan hanya kepada-Nya lah kamu dikembalikan”. (QS. Fushilat [41]:21) Lengkaplah sudah alat perekam perbuatan manusia di semua sudut bumi. Semua alat perekam itu mendeteksi kita. Perbuatan baik sebesar debupun akan diketahui Allah dan akan dibalasnya. Demikian juga perbuatan dosa. Adapun hati, hanya Allah yang mengetahui lintasan sesamar apapun di dalamnya.

Jika Anda melakukan kebajikan, tapi tidak satupun orang memberi apresiasi, jangan gelisah. Jangan sekali-kali bersuka ria, jika kesalahan Anda itu berhasil ditutup-rapat dengan segala cara, sebab Allah pasti mengetahui dan bumi menjadi saksinya. Jika Anda memenangi perkara di pengadilan, padahal hati nurani Anda mengetahui bahwa Anda melakukan kebohongan dan tipudaya dengan kekuasaan dan uang, jangan bersorak-sorai. Ingatlah bumi menjadi saksi kebohongan Anda dan Allah pasti akan membalasnya. Allah Maha Mengetahui isi hati Anda. “Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat dzarrah (debu atau atom)pun, pastilah ia akan melihat (balasan)nya. Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya ia akan melihat (balasan)nya pula.” Dua ayat penutup surat inilah yang oleh Abdullah bin Mas‟ud disebut sebagai ayat paling lengkap cakupanya dan paling menggetarkan hati pembacanya. Saya yakin, Anda juga bergetar membaca kandungan surat ini. (Sumber beberapa Kitab Tafsir, Dalilul Falihin:I:245; Riyadus Sholihin I:358)

(21)

MEMOTRET DIRI MELALUI LENSA ILAHI

Oleh: Prof Dr Moh Ali Aziz, M, Ag

Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia

“Sungguh, telah Kami turunkan kepada kamu sebuah kitab yang di dalamnya terdapat sebab-sebab kemuliaan bagimu. Maka apakah kamu tiada memahaminya?”. (QS. Al Anbiyak [21]:10). Ayat di atas merupakan kelanjutan beberapa ayat sebelumnya yang menjelaskan fungsi para nabi dan rasul sebagi ahludz dzikri, rujukan atau tempat bertanya tentang agama, karena mereka telah dibekali wahyu Allah. Sebagai kelanjutan ayat tersebut, ayat ini menjelaskan bahwa, di samping mengutus para nabi dan rasul, Allah juga menurunkan Kitab Suci untuk membimbing manusia ke jalan keselamatan dan kemuliaan.

Kata dzikrukum pada ayat di atas bisa diartikan sebutan tentang kamu atau sebutan untuk kamu atau pelajaran untuk kamu. Ibnu Abbas mengartikan kemuliaan untuk kamu (syarafukum). Diartikan sebutan tentang kamu atau sebutan untuk kamu, karena Al Qur‟an berisi kisah-kisah tentang kamu: bangsa Arab dan bangsa-bangsa lain sebagai pelajaran dan petunjuk agar kamu tetap berada di jalan yang benar. Al Qur‟an juga memberi pedoman dan manusia bisa memilih menjadi terhormat atau terhina, mulia atau tercela. Ayat diatas ditutup dengan teguran, “Mengapa kamu tidak menggunakan akal sehat untuk mengambil pelajaran Al Qur‟an?”.

Ayat yang dikutip diatas sangat pendek. Tapi ayat itulah yang mendorong Al Ahnaf bin Qays membolak-balik lembaran-lembaran Al Qur‟an. Ia ingin mengetahui ayat-ayat yang mengantarkan manusia kepada kemuliaan (dzikrukum), kemudian ingin melihat potret dirinya, apakah dia termasuk orang mulia dalam ayat-ayat itu atau orang hina.

Siapakah Al Ahnaf bin Qays?. Dia adalah sahabat yang lahir pada tahun ketiga sebelum hijrah. Nama aslinya Ad-Dhahhak, tapi lebih dikenal dengan nama Al Ahnaf yang artinya kaki bengkok. Kakinya memang seperti huruf X, tubuhya kecil, kepalanya botak, matanya cekung dan dagunya agak miring. Ketika Nabi SAW wafat, ia masih usia remaja. Ia pernah didoakan Nabi untuk ampunan Allah, dan itulah doa yang selalu menjadi kenangan dan harapan, “Itulah doa yang paling saya butuhkan pada hari kiamat nanti”.

(22)

Al Ahnaf adalah murid kesayangan Umar bin Khattab. Secara fisik, ia tidak meyakinkan. Tapi luar biasa pengaruhnya di masyarakat. Pemimpin Bani Tamim dan pejuang Islam ini sangat berwibawa. “Jika dia marah, seratus ribu orang bisa ikut marah tanpa tahu sebabnya” kata Muawiyah bin Abi Sufyan. Ia seperti singa ketika menghadapi musuh di medan perang karena keberaniannya, dan bagaikan patung ketika mendapat cacian orang karena kesabarannya. Setiap tengah malam, ia menyalakan lentera di samping tempat sujudnya. Sesekali meletakkan jarinya di atas lentera untuk mengingakan panasnya api neraka. Dialah muslim tauladan yang bisa membangun keseimbangan antara kesalehan pribadi dan kesalehan sosial.

Berbekal dorongan ayat di atas, Al Ahnaf mulai membuka-buka Al Qur‟an, Tiba-tiba mata tertuju pada firman Allah Surat Adz-Dzariyat [51]: 17-18 ”Mereka sedikit sekali tidur di waktu malam, dan di waktu pagi sebelum fajar, mereka selalu memohon ampunan”. Menurut ayat ini, orang yang bertakwa selalu salat malam, dan hanya memohon ampunan Allah SWT. Al Ahnaf bin Qays meneteskan air mata dan berkata, ”Wahai Allah, sungguh saya tidak termasuk dari mereka yang Engkau sebutkan dalam firman-Mu ini”.

Dalam lembaran berikutnya, Al Ahnaf membaca Surat Ali Imran [3]: 134, ”(Orang-orang yang bertakwa adalah)… orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang. Allah menyukai orang-orang yang berbuat kebajikan”. Menurut ayat ini, orang-orang bertakwa selalu menginfakkan harta setiap saat. Tidak menunggu sampai ia kaya atau berlebih. Mereka tidak hanya mengobral infak, tapi juga mengobral maaf dan kelapangan hati. Setelah diam sejenak, Al Ahnaf berkata, ”Wahai Allah, saya tidak termasuk kelompok ini”.

Dalam lembaran Mushaf Al-Quran berikutnya, ia menjumpai Surat Al Hasyr [59]: 9 ”…..dan mereka mengutamakan (orang-orang lain), atas diri mereka sendiri, sekalipun mereka dalam kesusahan. Dan siapapun yang dipelihara dari kekikiran dirinya, mereka itulah orang orang yang beruntung”. Mereka yang dipuji Allah dalam ayat di atas adalah para sahabat penduduk asli Madinah yang memberi semua kebutuhan saudara-saudaranya yang hijrah dari Makkah, sekalipun mereka sendiri bukan orang berlebih. Mereka lebih banyak memikirkan kepentingan orang lain daripada diri sendiri. Bukan sebaliknya, seperti yang kita saksikan di negeri ini, mengorbankan orang banyak demi kepentingan diri, keluarga, kelompok atau partainya. Setelah membaca ayat ini, Al Ahnaf sekali lagi berkata, ”Wahai Allah, sungguh, saya tidak termasuk kelompok ini”.

Al Ahnaf melanjutkan pencarian ayat sambil berkata, “Wahai Allah aku belum menemukan potret diriku”. Kali ini ia membaca firman Allah Surat As Shaffat [37]:35-36 ”Sesungguhnya mereka dahulu apabila dikatakan kepada mereka: “Laa ilaaha illallah” (Tiada Tuhan melainkan Allah), mereka menyombongkan diri. Dan mereka berkata: “Apakah sesungguhnya kami harus meninggalkan sembahan-sembahan kami karena (menikuti) seorang penyair gila?” Ayat ini menjelaskan adanya sekelompok orang yang acuh bahkan sinis ketika mendengar nasehat keagamaan. Mereka menganggap para penganjur kebajikan di tengah kemaksiatan sebagai orang-orang tak waras. Al Ahnaf bin Qays berkata, “Wahai Allah, jauhkan aku dari sifat-sifat yang tercela ini”.

Al Ahnaf tidak henti-hentinya membolak-balik mushaf Al-Qur‟an sampai bertemulah Surat At Taubah [90]:102, ”Dan (ada pula) orang-orang lain yang mengakui dosa-dosa mereka. Mereka mencampurbaurkan perbuatan yang baik dengan perbuatan lain yang buruk. Mudah-mudahan Allah menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”.

(23)

Melalui ayat inilah, Al Ahnaf bin Qays menemukan potret dirinya. Ia berkata, ”Wahai Allah, saya temasuk kelompok ini”. Ia menyadari bahwa sepanjang hidupnya ia mengerjakan dua hal yang berlawanan antara pahala dan dosa. Ia mengakui potret dirinya yang abu-abu, tidak jelas keimanan dan keislamannya.

Anda bisa melakukan seperti yang dilakukan Al Ahnaf bin Qays. Sudah sangat jelas diterangkan dalam Al Qur‟an sifat-sifat orang mukmin, munafik, kafir dan seterusnya. Dari situlah Anda dapat mengetahui ”Siapa Anda sebenarnya”. Anda hanya bisa memotret diri, jika lensa Anda bersih dan tajam yaitu akal yang cerdas dan indera yang peka. ”Sungguh, pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai akal atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya”. (QS. Qaf [50]:37).

PONDASI MASYARAKAT MADANI

June 5th, 2013 | Posted by admin_tsb in Artikel - (1 Comments) PONDASI MASYARAKAT MADANI

Oleh: Prof Dr Moh Ali Aziz, M, Ag

Penulis Buku 60 Menit Terapi Shalat Bahagia

Ketika berhasil memasuki Madinah setelah menempuh perjalanan hijrah dari Mekah, Nabi SAW berpidato di depan para sahabat. Inilah pidato pertama yang beliau sampaikan, sebagaimana diceritakan oleh Abdullah bin Salam r.a. ” Abu Yusuf, Abdullah bin Salam r.a.berkata, ”Saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, ”Wahai manusia, sebarkan salam, berikanlah makanan, sambunglah silaturrahim, dan salatlah malam ketika manusia tidur” HR Tirmidzi.

Abdullah bin Salam adalah mantan kepala Pendeta Yahudi Madinah. Nama itu pemberian Nabi sebagai ganti nama sebelumnya, yaitu Husein bin Salam. Ia masuk Islam setelah menjumpai Nabi Muhammad SAW yang ternyata memiliki ciri-ciri sebagaimana disebut dalam Kitab Taurat. Allah berfirman, ”(yaitu) orang-orang yang mengikut rasul, nabi yang ummi yang (namanya) mereka dapati tertulis di dalam Taurat dan Injil yang ada di sisi mereka, yang menyuruh mereka mengerjakan yang ma‟ruf dan melarang mereka dari mengerjakan yang mungkar dan menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk dan membuang dari mereka beban-beban dan belenggu-belenggu yang ada pada mereka. Maka orang-orang yang beriman kepadanya. memuliakannya, menolongnya dan mengikuti cahaya yang terang yang diturunkan kepadanya (Al-Qur‟an), mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Al-A‟raf [7]:157)

Pidato nabi di atas meletakkan empat pondasi masyarakat yang akan dibangun di Madinah, yaitu empat S (Salam, Sedekah, Silaturrahmi dan Salat malam). Pertama, salam yang berarti ketentraman dan keamanan. Perintah menyebarluaskan ”salam” tidak hanya salam formal, namun lebih bersifat salam substansial yaitu kedamaian, ketentraman dan keamanan. Masyarakat yang ingin dibangun di Madinah adalah masyarakat yang damai sekalipun terdiri dari multi etnis dan multi agama

(24)

Pesan Nabi itu juga ditujukan kepada setiap muslim di manapun ia berada. Dalam komunitas yang bagaimanapun, setiap muslim harus menjadi pelopor kedamaian dan ketertiban. Bukan sebaliknya, menjadi sumber masalah (trouble maker). Allah SWT memerintahkan kita untuk berlomba menuju Darussalam, yaitu masyarakat penuh kedamaian atau surga di akhirat. (QS.10:2, QS 4:86).

Kedua, sedekah yaitu berbagi kekayaan untuk kesejahteraan. Sudah menjadi sunnatullah bahwa di daerah manapun selalu terdapat orang-orang kaya dan miskin. Kesejahteraan di tengah masyarakat tidak bisa dicapai tanpa adanya kesediaan orang-orang yang berlebih untuk berbagi dengan yang miskin. Inilah konsep zakat dalam Islam. Silakan berlomba menjadi orang terkaya. Tidak ada satupun ayat al-Qur‟an yang melarangnya. Tapi jangan buta dengan keadaan orang lain. Kepedulian kepada orang lain adalah kunci pembangunan masyarakat sejahtera.

Ketiga, silaturrahim yang berarti membangun ikatan kesatuan dan persatuan. Dalam skop kecil, setiap muslim dituntut membangun keutuhan keluarganya. Mereka harus menjadi keluarga teladan bagi orang lain. Masyarakat yang kuat terdiri dari unit-unit keluarga yang kokoh. Dalam skop yang lebih luas, ia harus bisa membangun hubungan sanak famili yang harmonis. Bisa menyelesaikan semua persoalan keluarga besar dengan arif. Menjaga sedemikian rupa agar tidak ada keretakan hubungan berkeluarga besar. Inilah yang dimaksud dengan semangat ”silaturrahim”. Perbedaan agama, ideologi, politik tidak boleh menjadi alasan keretakan berkeluarga besar. Khusus dalam hubungan persatuan sesama muslim, keimanan adalah pengikat yang utama. (QS 49:10).

Keempat, salat malam yaitu kesalehan pribadi. Setiap muslim harus membangun kesalehan pribadinya agar berdampak pada kesalehan sosial di tengah masyarakat. Apalagi sebagai pemimpin. Ia harus selalu melakukan introspeksi diri (muhasabah) dan pendekatan diri kepada Allah (muraqabah) setiap malam agar ia diberi kekuatan mengantarkan masyarakat adil makmur dalam keridlaan Allah.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam rangka mempermudah pemahaman dalam pembahasan terhadap permasalahan yang diangkat, maka pembahasannya disusun secara sistematis, sesuai tata urutan

Oleh karena itu, pemuridan yang dimaksud memiliki integrasi dengan pengajaran yang dilakukan dengan tujuan supaya setiap murid dapat belajar untuk memahami dan

Asuransi Jiwasraya (Persero) Bandung Barat Branch Office diperlukan kerja sama yang baik antar setiap elemen karyawan tak terkecuali dari Marketing Associate.. Tujuan dari

Oleh karena itu penyaringan informasi pada media online tidak dapat dilakukan, semua orang yang memiliki akses ke dalam media online dapat melakukan penyebaran

Program Afirmasi Pendidikan Menengah (ADEM) dan Afirmasi Pendidikan Tinggi (ADIK) : Sebuah layanan bagi siswa dari daerah 3T (tertinggal, terluar dan terdepan) yang ingin

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh digital rele arus lebih yang bisa berkoordinasi dalam pengambilan keputusan untuk mengubah setting rele tersebut menyesuaikan dengan

Sedangkan pengaruh jenis kemasan yang tidak berbeda nyata terhadap warna Sate Pusut pada penyimpanan 24 jam disebabkan karena kelembaban dan suhu dalam kemasan