• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISWA PADA SOCIOSCIENTIFIC ISSUES ABSTRAK

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISWA PADA SOCIOSCIENTIFIC ISSUES ABSTRAK"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

214

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SISWA PADA

SOCIOSCIENTIFIC ISSUES

Noor Novianawati

Pendidikan IPA Universitas Muhammadiyah Cirebon noviananoor@gmail.com

ABSTRAK

Membuat keputusan adalah suatu hal yang pasti dilakukan oleh semua orang termasuk siswa. Seorang guru dapat meningkatkan kemampuan siswa untuk melakukan pengambilan keputusan dengan cara diskusi kelompok. Pengambilan keputusan pada socio-scientific issues (SSI) dapat meningkatan kemampuan literasi sains dan juga kemampuan berpikir kompleks siswa. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa pada SSI adalah penalaran multiperspektif, pengalaman, dan penggunaan trade off. Dalam membuat keputusan, siswa harus dapat mengidentifikasi pilihan dan kriteria yang relevan untuk solusi dari masalah yang disajikan, mengumpulkan informasi dari berbagai aspek yang relevan dengan kasus dan menghasilkan pilihan yang memungkinkan, kemudian membandingkan beberapa pilihan yang telah ditetapkan oleh mereka untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Strategi pengambilan keputusan yang dapat digunakan oleh siswa adalah strategi compensatory, non-compensatory, atau campuran.

Kata Kunci: pengambilan keputusan, socio-scientific issue, literasi sains

ABSTRACT

Decision making is something that people do, including students. A teacher can improve students' ability to make decisions by group discussions. Decision making on socio-scientific issues (SSI) can improve the literacy science and complex thinking skills of students. Some competencies required by students at SSI is multiperspective reasoning, experience, and the use of trade-offs. In making the decision, the student should be able to identify options and criteria that are relevant to the solution of the problem presented, gathering information from various aspects that are relevant to the case and generate options that allow, then comparing several options that have been set by them to be considered in taking decision. Decision making strategies that can be used by students is a compensatory, non-compensatory, or combination both of them (mix) strategy.

(2)

215

PENDAHULUAN

Salah satu tujuan dalam pendidikan sains saat ini adalah meningkatkan kemampuan literasi sains siswa. Literasi sains membutuhkan konsep, teori dan hukum ilmu pengetahuan serta proses ilmiah. Literasi sains mencakup keterkaitan antara pemahaman ilmu pengetahuan sains, sikap terhadap ilmu pengetahuan dan kaitannya dengan konteks kehidupan dunia nyata. Salah satu topik yang sangat mendukung untuk pengembangan literasi sains siswa adalah dengan menyajikan masalah-masalah yang terkait dengan socio-scientific issue (SSI). SSI merupakan strategi yang bertujuan untuk menstimulasi perkembangan intelektual, moral dan etika, serta kesadaran perihal hubungan antara sains dengan kehidupan sosial (Zeidler, et al., 2005).

Penggunaan SSI dalam proses pembelajaran sangat sesuai dengan pendekatan saintifik yang saat ini digunakan di Indonesia. Penggunaan pendekatan saintifik ini ditujukan untuk meningkatkan kemampuan intelektual siswa khususnya kemampuan berpikir tingkat tinggi (Machin, 2014). Pembelajaran lebih mengarah kepada pengembangan keterampilan berpikir siswa, mulai dari berpikir dasar hingga berpikir kompleks. Menurut Costa, terdapat empat pola berpikir tingkat tinggi, yaitu berpikir kritis, berpikir kreatif, pemecahan masalah, dan pengambilan keputusan (Liliasari, 2012). Kurikulum Indonesia kini lebih menekankan pada penguatan pola pembelajaran kritis (Kemendikbud, 2014) dimana menurut Liliasari (2012) berpikir kritis itu sendiri merupakan dasar dari pola berpikir kompleks lainnya. Penekanan pembelajaran sains harus mengarah pada pengembangan kemampuan berinkuiri siswa yang bertujuan untuk membentuk pola pikir siswa. Pembelajaran juga diarahkan untuk melatih peserta didik berpikir analitis (pengambilan keputusan) serta mampu kerjasama dan kolaborasi dalam menyelesaikan masalah (Rustaman, 2009). Guru dapat melatih siswa untuk membuat suatu keputusan dengan cara menyajikan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan SSI. Proses pembelajaran tersebut akan sangat berguna bagi kehidupan siswa di masa depan terkait dengan permasalahan yang berhubungan dengan orang banyak (sosial).

Pentingnya pemahaman pengambilan keputusan bagi siswa terkait dengan SSI, maka perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan bagaimana pengambilan keputusan ini diajarkan dan dinilai. Sebelum melakukan penelitian, maka dilakukan studi literatur mengenai pengambilan keputusan dan SSI yang akan dijelaskan dalam bagian teori.

(3)

216

HASILDANPEMBAHASAN

Pengambilan keputusan (Decision Making)

Pengambilan keputusan (decision making) merupakan bagian sehari-hari dalam kehidupan manusia yang mempengaruhi kehidupannya baik secara individu maupun bagi banyak orang, tergantung posisi pembuat keputusan (Polic, 2009). Menurut Matlin (2009), terdapat tiga asumsi dasar saat seseorang membuat keputusan yaitu (1) pengambil keputusan mengetahui seluruh informasi dan kemungkinan yang dapat terjadi, (2) pengambil keputusan mengetahui perbedaan secara mendetail antara pilihan-pilihan yang ada, dan (3) pengambil keputusan dapat mengambil keputusan secara rasional.

Menurut Wickens, salah satu faktor penting yang mempengaruhi seseorang membuat keputusan adalah banyaknya sumber informasi yang harus dipertimbangkan dalam membuat pilihan (Sinha, 2005). Menurut Bergmann dan Rudman (1985), terdapat beberapa proses dalam membuat keputusan, yaitu: 1. Menemukan masalah: apa tujuan dari keputusan dibuat?

2. Mendefinisikan masalah: elemen apa dari keputusan, siapa, apa, dimana, mengapa, bagaimana, dan bagaimana rasanya?

3. Mengumpulkan informasi: informasi apa yang dibutuhkan untuk membuat keputusan dengan parameter yang digunakan pada tahap 2?

4. Informasi utama: informasi apa yang paling penting dan mana yang paling lemah?

5. Penilaian nilai: apa yang saya percaya dan bagaimana keyakinan saya mempengaruhi keputusan saya?

6. Alternatif dan konsekuensi: solusi apa yang mungkin untuk permasalahan ini? Apa konsekuensinya bagi saya dari setiap alternatif-alternatif ini? Resiko apa yang ada pada setiap alternatif dan konsekuensi?

7. Aksi: apa yang sebenarnya akan saya lakukan mengenai keputusan ini? Kapan dan dimana saya beraksi?

8. Evaluasi: apakah aksi/perbuatan saya pada keputusan ini sesuai dengan yang saya yakini, informasi yang saya kumpulkan, dan alternatif yang diberikan? Apakah saya membuat keputusan yang sama pada waktu berikutnya? Bagaimana keputusan saya mempengaruhi kehidupan saya?

Socio-scientific issues (SSI)

Sebagian pendidik ilmu sepakat bahwa tujuan utama pendidikan ilmu pengetahuan modern adalah untuk mendorong literasi sains. National Research Council menyatakan bahwa literasi sains adalah pengetahuan dan pemahaman tentang konsep-konsep ilmiah dan proses yang diperlukan untuk pengambilan

(4)

217

keputusan pribadi, partisipasi dalam urusan sipil dan budaya, dan produktivitas ekonomi (Hong & Chang, 2004). Dalam hal ini, pendidikan mengenai SSI menjadi penting karena dapat menunjukkan kepada siswa mengenai permasalahan dalam dunia nyata, memberikan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan pemahaman dan meningkatkan kemampuan mereka dalam membuat keputusan.

SSI berperan dalam memenuhi kontekstualitas pembelajaran sains. SSI merupakan representasi isu-isu atau persoalan dalam kehidupan sosial yang secara konseptual berkaitan erat dengan sains dan solusi jawaban yang relatif atau tidak pasti (Subiantoro et al., 2013). Menurut Sadler (2004), SSI merujuk pada persoalan sosial yang dilematis berkaitan dengan sains secara konseptual, prosedural maupun teknologi. SSI dapat ditemukan dalam konteks global, seperti isu rekayasa genetik (terapi gen, kloning atau stem sel) dan masalah lingkungan seperti pemanasan global dan perubahan iklim (Sadler, 2004).

Kompetensi yang dibutuhkan siswa dalam pengambilan keputusan pada socio-scientific issues

Dalam membuat keputusan mengenai socio-scientific issues, dibutuhkan beberapa kompetensi sehingga siswa dapat mencapai keputusan yang sesuai dengan masalah yang disajikan (Lee & Grace, 2012; Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013; Grace, 2009; Bӧttcher & Meisert, 2013; Papadouris & Constantinou, 2010; Eggert & Bӧgeholz, 2010; Eggert et.al.; 2012). Hasil keputusan yang diambil oleh siswa sangat bergantung pada kemampuan bagaimana siswa menggunakan kompetensi yang dimilikinya pada saat proses pengambilan keputusan berlangsung.

Kompetensi pertama yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan keputusan adalah penalaran multiperspektif. Socio-scientific issues merupakan topik sains kontroversial yang melibatkan beberapa pertimbangan seperti pertimbangan sosial, sains dan etika. Socio-scientific issues sangat multidimensi, sehingga sangat penting bagi siswa untuk mendapatkan informasi dari berbagai perspektif (Ranyard et.al, 1997).

Dalam pengambilan keputusan, kasus yang disajikan harus dirancang sedemikian rupa agar dapat mengeksplorasi kemampuan analisis siswa. Data pada kasus yang disajikan harus dalam bentuk permasalahan yang disintesis terlebih dahulu dengan menggabungkan kekuatan dan kelemahan, relevansi dengan kebutuhan, serta pro dan kontra dari setiap pilihan sehingga dapat memunculkan kemampuan siswa dalam menganalisis pilihan yang disajikan dan dapat menentukan solusi yang paling tepat secara keseluruhan (Papadouris & Constantinou, 2010).

(5)

218

penggunaan bukti dan pertimbangan nilai-nilai. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa perlu menggunakan bukti yang relevan dengan kasus untuk dijadikan sebagai dasar penalaran dan argumentasi mereka (Lee dan Grace, 2012; Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013). Jika dihadapkan dengan isu-isu sosialsains, siswa akan secara aktif mencari bukti untuk menginformasikan keputusan mereka dan hal tersebut berguna dalam menganalisis perspektif penalaran siswa.

Selama proses pengambilan keputusan, nilai-nilai pribadi juga diperhitungkan secara eksplisit maupun implisit karena memunculkan dilema dalam menentukan pilihan (Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013; Papadouris & Constantinou, 2010). Para peneliti berpendapat bahwa dalam isu-isu sosialsains, misalnya pada isu bioteknologi, membutuhkan penalaran moral dan etika dan dipengaruhi oleh nilai-nilai yang dipegang teguh seperti nilai-nilai spiritual atau budaya.

Kompetensi kedua yang dibutuhkan siswa dalam mengambil keputusan adalah pengalaman yang dimiliki siswa terkait dengan kasus yang disajikan. Pengalaman yang dimiliki siswa memberikan pengaruh yang signifikan terhadap proses pengambilan keputusan yang juga diakui baik dalam pendidikan sains. Pengalaman siswa dapat memfasilitasi interpretasi dilema yang dipertimbangkan dan juga sebagai titik acuan untuk evaluasi dari pendapat mereka saat diskusi (Sadler & Zeidler dalam Papadouris & Constantinou, 2010). Pengalaman akan menjadi salah satu dasar yang memperkuat hasil keputusan siswa.

Kemampuan siswa menggunakan trade off merupakan salah satu kompetensi yang penting lainnya dalam proses pengambilan keputusan. Trade off merupakan elemen penting dari penggunaan informasi pengambilan keputusan socio-scientific issues. Dibutuhkan kemampuan siswa untuk fokus terhadap alasan memilih pilihan yang dipilih dan menolak alasan lainnya (Eggert & Bӧgeholz, 2010; Eggert et.al., 2012; Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013).

Pada umumnya, strategi yang rumit ditandai dengan penggunaan trade off, dan kemampuan untuk menimbang kriteria keputusan. Penggunaan trade off ditandai sebagai kemampuan untuk mempertimbangkan dan membandingkan keuntunggan dan kekurangan dari beberapa pilihan (Eggert & Bögeholz, 2010).

Situasi pengambilan keputusan biasanya berupa satu set kemungkinan pilihan yang dapat dijelaskan dengan kriteria berbeda tetapi relevan untuk proses pengambilan keputusan. Situasi pengambilan keputusan biasanya tidak memerlukan solusi sempurna tetapi biasanya ditandai dengan kelebihan dan kekurangan dari setiap pilihan. Selain itu, kriteria yang relevan tidak dapat ditangani secara independen, melainkan pada tahap tertentu, kita harus secara simultan mempertimbangkan berbagai kriteria melalui sintesis kelebihan dan kekurangan. Karakteristik ini meningkatkan kompleksitas pengolahan informasi yang diperlukan (Papadouris dan Constantinou, 2010).

(6)

219

Proses pengambilan keputusan pada socio-scientific issues

Berurusan dengan socio-scientific issues, biasanya menghadapkan siswa dengan masalah atau situasi pengambilan keputusan yang baik secara faktual dan etis kompleks (Bogeholz & Barkmann dalam Eggert & Bӧgeholz, 2010). Berbeda dengan pengambilan keputusan rutin dalam kehidupan sehari-hari seperti memisahkan sampah organik dan sampah anorganik, pengambilan keputusan tentang isu-isu situasi sosialsaintifik tidak dapat diselesaikan secara intuitif atau spontan saja. Sebaliknya, siswa harus terlibat dalam berbagai penalaran atau proses argumentasi.

Dalam pembelajaran, proses pengambilan keputusan ini dapat dilakukan dikelas dalam bentuk tugas kelompok. Dimana setiap kelompok diatur sedemikian rupa agar dapat menyelesaikan tugas dan mencapai keputusan berdasarkan hasil diskusi kelompok sebagaimana penelitian yang dilakukan oleh Lee & Grace (2012), Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz (2013), Grace (2009), Bӧttcher & Meisert (2013), dan Eggert et.al. (2012).

Dalam membuat keputusan, proses awal yang dilakukan siswa adalah mengidentifikasi pilihan dan kriteria yang relevan untuk solusi dari masalah yang disajikan. Seperti kerangka kerja yang digunakan oleh Lee dan Grace (2012) pada penelitiannya, mereka menggunakannya agar dapat membimbing siswa untuk mengidentifikasi pengaruh dari pemerintah terkait dengan kasus flu burung sehingga dapat menstimulasi daya nalar siswa untuk memunculkan solusi alternatif berdasarkan kriteria tersebut. Semakin banyak kriteria yang harus dipertimbangkan, akan semakin membuat siswa menggunakan kemampuan bernalarnya untuk mengidentifikasi solusi yang muncul.

Kedua, siswa mengumpulkan informasi dari berbagai aspek yang relevan dengan kasus dan menghasilkan pilihan yang memungkinkan dimana setiap pilihan dapat dijelaskan karakteristik dan konsekuensinya secara eksplisit sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan (Lee & Grace, 2012; Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013; Grace, 2009; Bӧttcher & Meisert, 2013; Eggert & Bӧgeholz, 2010; Eggert et.al., 2012). Proses 1 dan 2 ini merupakan fase preseleksi dimana terjadi proses pencarian yang lebih rinci untuk dijadikan argumen atas pilihan yang akan dipilih (Bӧttcher & Meisert, 2013). Langkah selanjutnya adalah siswa membandingkan beberapa pilihan yang telah ditetapkan oleh mereka untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Tahap ini merupakan fase seleksi dimana siswa harus mampu untuk mengolah informasi yang diperoleh dalam bentuk argumen-argumen atas setiap pilihan.

Beberapa hal yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam proses pengambilan keputusan diantaranya adalah kelebihan dan kekurangan, sebab akibat, atau pro dan kontra dari setiap pilihan (Lee & Grace, 2012; Gresch,

(7)

220

Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013; Grace, 2009; Papadouris & Constantinou, 2010; Eggert & Bӧgeholz, 2010). Pada tahap ini, siswa harus mampu menilai setiap pilihan dari berbagai perspektif menyangkut fakta, nilai-nilai, informasi yang tidak pasti dan konsekuensi yang tidak diketahui

Selanjutnya, siswa mengevaluasi pertimbangan-pertimbangan tersebut dan kemudian diambil satu kesimpulan yang dijadikan sebagai keputusan. Proses membandingkan solusi merupakan hal yang tidak mudah karena harus didasarkan pada strategi penalaran yang valid dan dapat diandalkan.

Strategi pengambilan keputusan pada socio-scientific issues

Pada proses pengambilan keputusan, siswa harus mampu mengolah data dan informasi sehingga mengerucut pada beberapa pilihan dan akhirnya diperoleh satu pilihan yang akan dipilih. Strategi yang digunakan siswa sangat berkaitan dengan penggunaan trade off sebagai salah satu kompetensi yang harus dimiliki siswa dalam mencapai keputusan. Dalam mempertimbangkan isu-su sosialsaintifik, tugas pengambilan keputusan dengan pilihan yang sama-sama logis harus diselesaikan dengan menggunakan proses trade off aspek-aspek positif dan negatif (Eggert & Bӧgeholz dalam Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013). Penggunaan

trade off merupakan elemen penting yang diperlukan untuk mencapai keputusan

karena siswa harus dapat menjelaskan mengapa ia memilih satu pilihan dan menolak pilihan lainnya (Papadouris & Constantinou, 2010). Bagaimana cara siswa menggunakan trade off, berkaitan dengan strategi yang digunakan untuk mendapatkan kesimpulan akhir.

Strategi pertama yang dapat digunakan siswa dalam mengolah informasi hingga diperoleh keputusan adalah strategi compensatory. Strategi ini merupakan strategi dimana siswa mempertimbangkan semua pilihan dan kemudian memilih satu pilihan yang paling tepat menurutnya berdasarkan aspek positif dan negatif dari masing-masing pilihan tersebut. Dalam strategi ini, setiap pilihan dianggap pasti memiliki kelebihan dan kekurangan yang perlu dipertimbangkan. Pada strategi ini, semua informasi digunakan untuk mengevaluasi kualitas setiap pilihan secara keseluruhan. Kriteria yang penting akan lebih mempengaruhi keputusan dibandingkan dengan kriteria yang kurang penting. Strategi ini mengasumsikan bahwa semua pilihan adalah sama logisnya dan pembuat keputusan memerlukan seluruh informasi sebagai bahan pertimbangan (Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013). Dalam strategi ini, kelebihan dan kekurangan saling mengkompensasi satu sama lain, sehingga keputusan yang dibuat masih memungkinkan kekurangan dalam satu kriteria tetapi kekurangan tersebut ditutupi oleh kelebihan yang dimiliki oleh pilihan tersebut.

(8)

221

yang berasal dari 3 sekolah menengah umum di Jerman dimana siswa terbagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan instruksi langsung (alternatif pilihan disajikan) dan kelompok siswa yang mendapatkan perlakuan instruksi tidak langsung (pilihan tidak disajikan). Penelitian menunjukkan hasil bahwa siswa yang diberi perlakuan instruksi tidak langsung dapat menciptakan strategi pengambilan keputusan yang mengandung ciri-ciri compensatory, sedangkan siswa yang diberi instruksi langsung cenderung menolak strategi yang diberikan karena strategi tersebut terlalu rumit dan sulit untuk diterapkan. Berdasarkan penelitian tersebut, untuk meningkatkan kemampuan mengambil keputusan sebaiknya menggunakan pendekatan instruksi tidak langsung agar siswa dapat mengembangkan strategi mereka berdasarkan penalaran mereka. Namun demikian, pendekatan itupun bukan tanpa kekurangan. Pada pelaksanaannya, instruksi tidak langsung membutuhkan waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan pendekatan instruksi langsung. Penggunaan pendekatan ini lebih baik disesuaikan dengan tujuan penelitian dan kondisi lapangan.

Dalam beberapa kasus, tingkat kelogisan yang disajikan dalam pilihan tidak sama. Pada kasus tersebut, siswa dapat menggunakan strategi lainnya yang disebut dengan strategi non-compensatory (Gresch, Hasselhorn, Bӧgeholz, 2013). Dalam strategi ini siswa dapat menerima atau mengeliminasi pilihan. Kekurangan pilihan tidak dapat dikompensasi oleh kelebihan pilihan tersebut sehingga siswa akan mengeliminasi pilihan tersebut. Strategi ini hanya akan memilih pilihan jika pilihan tersebut mencapai nilai tertentu, sebuah kekurangan dalam suatu pilihan tidak dapat dikompesasi dengan kelebihan dalam kriteria lainnya. Sehingga suatu kriteria harus memiliki nilai ambang batas (Bӧttcher & Meisert, 2013). Jika pilihan-pilihan tersebut mengandung kriteria yang sama-sama penting, maka digunakan skala prioritas kriteria. Kriteria penting pertama akan gugur jika ada kriteria yang lebih penting. Siswa melakukan proses ini secara berulang hingga hanya tersisa satu pilihan. Strategi ini lebih memfokuskan pada kriteria tunggal dan mengabaikan sebagian besar informasi (Papadouris & Constantinou, 2010).

Siswa juga dapat menggunakan strategi campuran, dimana siswa menggunakan strategi compensatory dan non-compensatory untuk mendapatkan satu keputusan. Siswa mengeliminasi beberapa pilihan yang tidak akan dipertimbangkan lebih lanjut dan kemudian tersisa beberapa pilihan lainnya untuk dipertimbangkan lebih dalam hingga akhirnya diperoleh satu keputusan. Strategi tersebut mungkin menjadi salah satu aspek peningkatan kompetensi pengambilan keputusan untuk situasi pengambilan keputusan tertentu (Eggert & Bӧgeholz, 2010).

(9)

222

SIMPULAN

Pembelajaran mengenai pengambilan keputusan kepada siswa dapat menggunakan socio-scientific issues (SSI) sebagai permasalahan untuk dicari solusinya. Beberapa kompetensi yang dibutuhkan oleh siswa pada SSI adalah penalaran multiperspektif, pengalaman, dan penggunaan trade off.

Pada pelaksanaannya, proses pengambilan keputusan dapat dilakukan saat diskusi secara berkelompok. Dalam membuat keputusan, proses awal yang dilakukan siswa adalah mengidentifikasi pilihan dan kriteria yang relevan untuk solusi dari masalah yang disajikan, mengumpulkan informasi dari berbagai aspek yang relevan dengan kasus dan menghasilkan pilihan yang memungkinkan, kemudian membandingkan beberapa pilihan yang telah ditetapkan oleh mereka untuk dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Dalam proses pengambilan keputusan, siswa dapat menggunakan strategi compensatory,

non-compensatory, atau campuan.

DAFTAR PUSTAKA

Bergmann, S. & Rudman, G.J. 1985. Decision-making skills for middle school

student. United States: A National Education Association Publication.

Bӧttcher, F. & Meisert, A. 2013. Effect of Direct and Indirect Instruction on Fostering Decision-Making Competence in Socioscientific Issues. Res Sci

Educ. 43 (2):479 – 506.

Eggert, S. & and Bӧgeholz,S. 2010. Students' Use of Decision-Making Strategies with Regard to Socioscientific Issues: An Application of The Rasch Partial Credit Model. Science Education. 94 (2): 230 – 258.

Eggert, S., Bӧgeholz, S., Ostermeyer, F., Hasselhorn, M., & Bӧgeholz, S. 2012.

Socioscientific Decision Making in the Science Classroom: The Effect of Embedded Metacognitive Instructions on Students’ Learning Outcomes.

Education Research International. Vol. 2013 (ID. 309894).

Grace, M. 2009. Developing High Quality Decision-Making Discussions About Biological Conservation in a Normal Classroom Setting: International

Journal of Science Education. 31 (4): 551 – 570.

Gresch, H., Hasselhorn, M., & Bӧgeholz, S. 2013. Training in Decision-making

Strategies: An Approach to Enhance Students’ Competence to Deal with

Socio-scientific Issues. International Journal of Science Education. 3 (15): 2587 – 2607.

Hong, J.L & Chang, NK. 2004. Analysis of Korean High School Students’ Decision-Making Processes in Solving a Problem Involving Biological Knowledge. Research in Science Education 34: 97–111.

Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Buku guru ilmu pengetahuan

alam SMP/MTs kelas VIII. Jakarta: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemdikbud.

(10)

223

Lee, Yeung Chung dan Marcus, G. 2012. Students’ Reasoning and Decision Making About a Socioscientific Issue: A Cross-Context Comparison: Science

Education. 96 (5): 787 – 807.

Liliasari. 2012. Berpikir kritis dalam pembelajaran sains kimia menuju

profesionalitas guru. [Online]. Tersedia di http://file.upi.edu/Direktori/SPS/PRODI.PENDIDIKAN_IPA/194909271978 032-LILIASARI/BERPIKIR_KRITIS_Dlm_Pembel_09.pdf. Diakses 15 Juni 2015.

Machin, A. 2014. Implementasi pendekatan saintifik, penanaman karakter dan konservasi pada pembelajaran materi pertumbuhan. Jurnal Pendidikan IPA

Indonesia. 3 (1), 28 – 35.

Matlin, M.W. 2009. Cognitive psychology. Edisi ketujuh. New Jersey: John Wiley Son, Inc.

Papadouris, N. & Constantinou, P.C. 2010. Approaches Employed by Sixth-Graders to Compare Rival Solutions in Socio-Scientific Decision-Making Tasks. Learning and Instruction. 20: 225 – 238.

Polic, M. 2009. Decision making: between rationaly and reality. Interdiciplinary

Descriptionof Complex System. 7 (2), 78 – 98.

Ranyard, R., Crozier, W. R., & Svenson, O. 1997. Introduction to Part II. In R. Ranyard, W. R. Crozier, & O. Svenson (Eds.), Decision making: Cognitive models and explanations. London: Routledge.

Rustaman, N.Y. 2009. Analisis konten dan capaian sains siswa Indonesia dalam TIMSS (Trends in International Mathematics and Social Study) tahun 1999,

2003, dan 2007. Jakarta: Badan Penelitian Pengembangan Departemen

Pendidikan Nasional.

Sadler, TD. 2004. Moral Sensitivity and Its Contribution to the Resolution of Socio-scientific Issues. Journal of Moral Education. 33 (3): 339 – 358.

Sinha, R. 2005. Impact of experience in decision making in emergency situation. Swedia: Luleå University Technology

Subiantoro, A.W., Ariyanti, N.A., & Sulistyo. 2013. Pembelajaran materi ekosistem dengan socio-scientific issues dan pengaruhnya terhadap reflective judgment siswa. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. 2 (1): 41 – 47.

Zeidler, D.L., et.al. 2005. Beyond STS: A Research-Based Framework for Socioscientific Issues Education. Journal of Science Education. 89 (3): 357 – 377.

Referensi

Dokumen terkait

Metode ini digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan permasalahan yang harus diteliti, tetapi juga

Pengetahuan tenatang kehamilan sangat penting bagi semua wanita karena wanita akan mengalami dan menjalani kehamilan itu sendiri.Perlunya pendidikan

Berdasarkan Penetapan Penyedia Pengadaan Langsung Nomor : 14/PP/25.34.01/PPBJ/KES/IX/2014, tanggal 18 September 2014, Dengan ini PEJABAT PENGADAAN BARANG/JASA PEKERJAAN

Praktikan melihat secara langsung kegiatan belajar mengajar di kelas yang dilakukan oleh guru pamong, agar praktikan dapat mengetahui bagaimana mengajar dengan

KATA PENGANTAR ... Latar Belakang Masalah ... Identifikasi Masalah ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ... Kerangka Penelitian ...

[r]

Pendidikan Akhlak Tasawuf Menurut Syaikh Abdullah Bin Husain Ba‟alawi (Telaah Kitab Sullam Taufiq).. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

Penelitian yang menunjukkan hasil assurance pada kepuasan telah diteiliti Elviani ( 2010 ) yang meneliti tentang Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan Pengguna Jasa