• Tidak ada hasil yang ditemukan

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DAN Ny.S YANG MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUANG MAWAR RSUD UNGARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn.P DAN Ny.S YANG MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK DENGAN HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUANG MAWAR RSUD UNGARAN"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUANG

MAWAR RSUD UNGARAN

DISUSUN OLEH :

SEPTIANA SELAWATI

P14048

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(2)

i

MENGALAMI STROKE NON HEMORAGIK DENGAN

HAMBATAN MOBILITAS FISIK DI RUANG

MAWAR RSUD UNGARAN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DISUSUN OLEH : SEPTIANA SELAWATI

P14048

PROGRAM STUDI D3 KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

Saya datang, saya bimbingan, saya ujian, saya revisi, dan saya menang

Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang di sertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah

dengan sendirinya, tanpa berusaha

Kegagalan dan kesalahan mengajari kita untuk mengambil pelajaran dan menjadi lebih baik

(6)
(7)
(8)

vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat, rahmat dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikanKarya Tulis Ilmiah dengan judul ”Asuhan keperawatan pada Tn.P dan Ny.S yang mengalami stroke non hemoragik dengan hambatan mobilitas fisikdi ruang mawar RSUD Ungaran”.

Dalam penyusunanKarya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada yang terhormat :

1. Meri Oktariani,S,Kep., Ns., M.Kep, selaku Ketua Program Studi D3 Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Erlina Windyastuti,S,Kep., Ns., M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi D3 Keperawatan dan selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini yang telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta. 3. Joko Kismanto, S.Kep., Ns, selaku penguji yang menguji dan

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

4. Semua dosen Program Studi D3 Keperawatan STIKes Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu yang bermanfaat.

5. Kedua orangtua saya, Bapak dan Ibu yang selalu menjadi motivasi saya dalam menempuh pendidikan dan yang selalu setia mendampingi serta menyemangati saya dalam keadaan apapun.

6. Kedua Adikku, Agnes dan Galih yang jadi motivasi saya untuk memberikan contoh yang baik untuk mereka.

(9)
(10)

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ... ii

LEMBAR PERSETUJUAN... iii

MOTTO ... iv

LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI ... v

LEMBAR PENGESAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR SKEMA ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Batasan Masalah ... 3 1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum ... 4 1.3.2 Tujuan Khusus ... 4 1.4 Manfaat 1.4.1 Manfaat Teoritis ... 5 1.4.2 Manfaat Praktis ... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep Penyakit stroke 2.1.1 Definisi ... 7 2.1.2 Etiologi ... 8 2.1.3 Patofisiologi ... 11 2.1.4 Klasifikasi ... 14 2.1.5 Manifestasi Klinis ... 16 2.1.6 Komplikasi ... 16 2.1.7 Penatalaksanaan ... 17 2.1.8 Pemeriksaan ... 18 2.2 Asuhan Keperawatan 2.2.1 Pengkajian ... 20 2.2.2 Diagnosis ... 24 2.2.3 Perencanaan ... 24 2.2.4 Implementasi ... 28 2.2.5 Evaluasi ... 28

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 30

3.2 Batasan Istilah ... 30

3.3 Partisipan ... 31

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

3.5 Pengumpulan Data ... 31

3.6 Uji Keabsahan Data ... 34

3.7 Analisa Data ... 35

BAB IV HASIL 4.1 Hasil ... 36

(11)

x

4.2 Gambaran lokasi pengambilan data ... 36

4.3 Pengkajian ... 36 4.4 Pola kesehatan ... 38 4.5 Pemeriksaan fisik ... 40 4.6 Pemeriksaan penunjang ... 42 4.7 Terapi Medis ... 46 4.8 Analisa Data ... 47 4.9 Diagnosa keperawatan ... 49 4.10 Rencanan Keperawatan ... 49 4.11 Implementasi Keperawatan ... 52 4.12 Evaluasi Keperawatan ... 57 BAB V PEMBAHASAN 5.1 Pengkajian ... 63 5.2 Diagnosa keperawatan ... 64 5.3 Intervensi keperawatan... 68 5.4 Implementasi keperawatan ... 69 5.5 Evaluasi keperawatan ... 70

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 72 6.2 Pengkajian ... 72 6.3 Diagnosa keperawatan ... 72 6.4 Intervensi keperawatan... 73 6.5 Implementasi keperawatan ... 74 6.6 Evaluasi keperawatan ... 74 6.7 Saran ... 75 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

(12)

xi

DAFTAR SKEMA

(13)

xii

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1 Identitas pasien ... 36

Tabel 4.2 Riwayat penyakit ... 36

Tabel 4.3 Pola kesehatan ... 38

Tabel 4.4 Pemeriksaan fisik ... 40

Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang ... 42

Tabel 4.6 Terapi Medis ... 46

Tabel 4.7 Analisa data ... 47

Tabel 4.8 Diagnosa keperawatan ... 49

Tabel 4.9 Rencana keperawatan ... 49

Tabel 4.10 Implementasi keperawatan ... 52

(14)

xiii LAMPIRAN

Lampiran 1. Lembar Konsultasi Lampiran 2. Daftar Riwayat Hidup Lampiran 3. Jurnal

(15)

1 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

WHO (World Health Organization)menyatakan bahwa pada tahun 2012, kematian akibat stroke sebesar 51% di seluruh dunia disebabkan oleh tekanan darah tinggi. Selain itu, diperkirakan sebesar 16% kematian stroke disebabkan tingginya kadarglukosa dalam tubuh secara patologis berperan dalam peningkatan konsentrasi glikoprotein, yang merupakan pencetus beberapa penyakit vaskuler. Kadar glukosa darah yang tinggi pada saat stroke akan memperbesar kemungkinan meluasnya area infark karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa secara anaerobik yang merusak jaringan otak.

Stroke merupakan salah satu penyebab kematian dan kecacatan yang utama di Indonesia. Pada tahun 2012 terdapat 328. 500 kematian akibat stroke di Indonesia. Laporan ini sejalan dengan Hasil Riset Kesehatan Dasar yang menunjukkan terjadi peningkatan prevalensi stroke di Indonesia berdasarkan survey tenaga kesehatan dan gejalanya meningkat 8,3 per1000 di tahun 2007 menjadi 11,3 per1000 di tahun 2012 (Riskesdas, 2013).

Prevalensi stroke pada tahun 2012 tertinggi terdapat di Provinsi Sulawesi Utara (10,8%) dan terendah di Provinsi Papua (2,3%), sedangkan Provinsi Jawa Tengah sebesar 7,7%. Prevalensi stroke antara laki-laki dengan perempuan hampir sama (Kemenkes,2013).

(16)

Dinkes Provinsi Jawa Tengah (2012), menyatakan bahwa stroke dibedakan menjadi stroke hemoragik dan non hemoragik. Prevalensi stroke hemoragik di Jawa Tengah tahun 2012 adalah 0,07% lebih tinggi dari tahun 2011 (0,03%). Prevalensi stroke non hemoragik pada tahun 2012 sebesar 0,07% lebih rendah dibanding tahun 2011 (0,09%).

Stroke adalah suatu keadaan yang timbul karena terjadi gangguan peredaran darah di otak yang menyebabkan terjadinya kematian jaringan otak sehingga mengakibatkan seseorang menderita kelumpuhan atau kematian (Fransisca, 2008). Stroke adalah disfusi neurologis akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah dan timbul secara mendadak (dalam beberapa detik) atau cepat (dalam beberapa jam) dengan gejala-gejala dan tanda-tanda yang sesuai dengan daerah fokal otak yang terganggu.Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antara tempat, waktu dan keadaan penduduk(Bustan, 2015). Stroke adalah gangguan fungsi saraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak dalam beberapa detik atau secara cepat dalam beberapa jam dengan gejala atau tanda-tanda sesuai dengan daerah yang terganggu (Irfan, 2010).

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien stroke adalahhambatan mobilitas fisik.Penanganan dalam konteks keperawatan menjadi hal yang penting, peran perawat dimulai dari tahap akut hingga tahap rehabilitasi, serta pencegahan terjadinya komplikasi pada pasien (National Insitute of neurological Disorders and Stroke, 2008).

Beberapa dampak stroke jika tidak ditangani adalah dislokasi pada sendi, infeksi pernafasan, nyeri yang berhubungan dengan daerah yang tertekan,

(17)

konstipasi, tromboflebitis, epilepsi, kraniotomi(Wijaya & Putri, 2013). Dampak lainnya yaitu kelumpuhan pada satu sisi tubuh maupun kedua sisi tubuh. Kelumpuhan ini adalah dampak stroke yang terjadi karena salah satu belahan otak kiri atau otak kanan kekurangan atau tidak mendapat suplai oksigen, Kesulitan menelan dan berbicara, kedua dampak stroke ini dapat disebabkan oleh stroke yang terjadi pada salah satu otak besar, batang otak, atau otak kecil. Stroke pada area ini menyebabkan terganggunya kerja otot leher dan organ-organ di sekitarnya, lupa ingatan dan tidak dapat berpikir dengan baik, beberapa penderita mangalami dampak stroke berupa kehilangan memori dan kesulitan berpikir, depresi dan mudah frustasi, kesemutan,nyeri, dan mati rasa(Junaidi, 2011).

Salah satu intervensi keperawatan yang dapat diberikan yaituRange of Motion (ROM) merupakan bentuk latihan dalam proses rehabilitasi untuk mengatasi masalah hambatan mobilitas fisik yang dinilai masih cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Tujuandari ROM yaitu untuk meningkatkan atau mempertahankan fleksibilitas dan kekuatan otot, mencegah kekakuan pada sendi, mencegah kelainan bentuk kekakuan dan kontraktur(Wijaya & Putri, 2013).

Dari latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan pengelolaan asuhan keperawatan dalam bentuk Karya Tulis Ilmiah dengan judul ”Asuhan keperawatan pada Tn.P dan Ny.S yang mengalami stroke non hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di ruang mawar RSUD Ungaran”

(18)

1.2 Batasan Masalah

Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan keperawatan pada Tn.P dan Ny.S yang mengalami stroke non hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di ruang mawar RSUD Ungaran.

1.3 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan keperawatan pada Tn.P dan Ny.S yang mengalami stroke non hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di ruang mawar RSUD Ungaran.

1.4 Tujuan

Tujuan penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini antara lain sebagai berikut. 1.4.1 Tujuan Umum

Melaksanakan Asuhan keperawatan pada Tn.P dan Ny.S yang mengalami stroke non hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di ruang mawar RSUD Ungaran.

1.4.2 Tujuan Khusus

1) Penulis mampu melakukan pengkajian padaTn.P dan Ny.S dengan stroke non hemoragik.

2) Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan padaTn.P dan Ny.Sdengan stroke non hemoragik.

3) Penulis mampu menyusun rencana keperawatan padaTn.P dan Ny.S dengan stroke non hemoragik.

(19)

4) Penulis mampu melakukan implementasi keperawatan padaTn.P dan Ny.S dengan stroke non hemoragik.

5) Penulis mampu melakukan evaluasi keperawatan pada Tn.P dan Ny.S dengan stroke non hemoragik.

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat memberikan sumbangan penelitian dalam memperkaya aplikasi asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan stroke non hemoragik.

1.5.2 Manfaat Praktis 1) Bagi Pembaca

Sebagai bahan masukan dalam perawat mengambil langkah langkah untuk menerapkan asuhan keperawatan khususnya pada pasien dengan stroke non hemoragik.

2) Bagi Rumah Sakit

Sebagai masukan untuk mengambil langkah langkah kebijakan dalam rangka upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan pada pasien dengan stroke non hemoragik.

3) Bagi Institusi Pendidikan

Menghadirkan laporan kasus sebagai bentuk dari laporan kepustakaan dibidang ilmu kesehatan yaitu dalam bidang ilmu keperawatan dan dapat digunakan sebagai bahan masukan bagi pihak-pihak yang

(20)

berkepentingan langsung dalam Karya Tulis Ilmiah ini untuk tenaga kesehatan khususnya keperawatan.

4) Bagi Profesi Keperawatan

Laporan dalam bentuk aplikasi hasil study kasus dapat digunakan dalam pemecahan masalah profesi keperawatan khususnya pada pasien stroke non hemoragik. Sehingga mampu mengembangkan kualitas asuhan keperawatan dalam praktek keperawatan dan memecahkan masalah dalam profesi keperawatan dengan tepat.

(21)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Stroke

2.1.1 Definisi

Stroke didefinisikan sebagai penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik atau stroke non hemoragik) atau perdarahan (stroke hemoragik). Pada stroke iskemik atau non hemoragik, aliran darah ke otak terhenti karena aterosklerotik atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu pembuluh darah, melalui proses aterosklerosis. Stroke perdarahan hemoragik, pembuluh darah pecah sehingga aliran darah menjadi tidak normal dan darah keluar merembes masuk kedalam suatu daerah diotak dan merusaknya (Junaidi, 2011).

Menurut Usman (2014) stroke adalah gangguan pada fungsi otak yang terjadi secara tiba-tiba, yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran ataupun penurunan fungsi neurologi lainnya yang terjadi lebih dari 24 jam di mana penyebabnya adalah gangguan sirkulasi aliran darah ke otak.

Dari berbagai sumber diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa stroke adalah kelainan jaringan otak yang disebabkan oleh terhentinya suplai darah ke otak karena penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah.

(22)

2.1.2 Etiologi

Penyebab stroke menurut Brunner & Suddarth (2013) diakibatkan salah satu dari ke empat kejadian yaitu :

1 Trombosis Serebral

Ateroskleroosis serebral dan perlambatan sirkulasi serebraladalah penyebab utama trombosis serebral dan penyebab paling umum dari stroke. Tanda-tanda trombosis serebral yaitu pusing,perubahan kognitif atau kejang dan beberapa mengalami awitan yang tidak dapat dibedakan dari hemoragi intraserebral atau embolisme serebral. Secara umum trombosis serebral tidak terjadi secara tiba-tiba dan kehilangan bicara sementara, hemiplegia, atau parestesia pada setengah tubuh dapat mendahului awitan paralisisberat pada beberapa jam atau hari.

2 Embolisme serebral

Abnormal patologik pada jantung kiri, seperti endokarditisinfektif, penyakit jantung reumatik, dan infark miokard, infeksipulmonal adalah tempat asal emboli. Pemasangan katub jantung prostetikdapat mencetuskan stroke karena terdapat peningkatan insiden embolisme stelah prosedur ini. Kegagalan pacu jantung, fibrasi atrium adalah kemungkinan penyebab lain dari emboli serebral dan sroke. Embolus biasanya menyumbat arteri serebral tengah atau cabang-cabangnya yang merusak sirkulasi serebral.

(23)

3 Iskemia serebral

Iskemiaserebral (insufisiensi suplai darah keotak) terutamakarenakonstriksi ateroma pada arteri yang menyuplai darahkeotak.

4 Hemoragik serebral

Hemoragik dapat terjadi diluar dura mater (demoragi ekstraduralatau epidural) kedaruratan bedah neuro yang memerlukan penanganan segera mengikuti fraktur tengkorak dengan robekan arteri tengah atau arteri meninges lain, dibawah dura mater (hemoragik subdural) hematoma subdural biasanyajembatanvena robek, diruang subarakhnoid(hemoragik subarakhnoid) akibat trauma atau hipertensi tetapipenyebab paling sering adalah kebocoran aneurisme parea sirkulus willis dan malformasi arteri-vena kongenital ada otak, didalam substansi otak (hemoragik intraserebral) pasien dengan hipertensi dan aterosklerosis serebral.

2.1.3 Klasifikasi

Menurut (Bustan, 2015) klasifikasi yang dipakai saat ini adalah sebagai berikut :

1 Berdasarkan manifestasi klinik

a Transient Ischemic Attack (TIA), serangan kurang dari 24 jam.

(24)

c Reversible Ischemic Neurological Deficit (RIND). d Completed Stroke.

2 Berdasarkan proses patologik (kausal): a Infark.

b Perdarahan Intra serebral. c Perdarahan subarachnoidal. 3 Berdasarkan tempat lesi

a Sistem karotis

b Sistem vertebrobasiler

Stroke dapat diklasifikasikan menurut patologi dan gejala kliniknya, yaitu :

1 Sroke Hemoragik

Merupakan perdarahan serebral dan mungkin perdarahan subarachnoid. Disebabkan oleh pecahnya pembuluh darah otak pada daerah otak tertentu. Biasanya kejadiannya saat melakukukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun.

Perdarahan otak dibagi menjadi dua, yaitu :

a Perdarahan intraserebral (PIS): Pecahnya pembuluh darah (mikroaneurisma) terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk masa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan TIK yang terjadi cepat, dapat mengakibatkan kematian

(25)

mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intraserebral yang disebabkan karena hipertensi sering didaerah putamen, thalamus, pons, dan serebelum (Rohani, 2000 dalam Wijaya & Putri, 2013)

b Perdarahan subarakhinoid (PSA): Perdarahan ini berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan dan cabang-cabangnya yang terdapat diluar perenkim otak (Juwono, 1993 dalam Wijaya & Putri, 2013)

2 Stroke Non haemorhagic (CVA Infark)

Dapat berupa iskemia atau emboli dan thrombosis serebral, biasanya terjadi saat setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau dipagi hari. Tidak terjadi perdarahan namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat timbul edema sekunder. Kesadaran umumnya baik.

Menurut perjalanan penyakitnya atau stadiumnya : a TIA (Trans Iskemik Attack)

Gangguan neurologis setempat yang terjadi selama beberapa menit sampai beberapa jam saja. Gejala yang timbul akan hilang spontan dan sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.

(26)

Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan neurologisnya terlihat semakin berat dan bertambah buruk. Proses dapat bejalan 24 jam atau beberapa hari.

c Stroke komplit

Gangguan neurologis yang timbul sudah menetap atau permanen. Sesuai dengan istilah stroke kumplit dapat diawali oleh serangan TIA berulang (Wijaya & Putri, 2013).

2.1.4 Patofisiologi & Pathway

Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai cadangan oksigen. Jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena trombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke jaringan otak. Kekurangan selama 1 menit dapat mengarah pada gejala yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosis mikroskopik neiron-neuron. Area nekrotik kemudian disebut infark, kekurangan oksigen pada awalnya mungkin akibat iskemia umum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia karena akibat proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Stroke karena embolus dapat merupakan akibat dari bekuan darah, udara, palque, ateroma fragmen lemak. Jika etiologi stroke adalah hemoragik maka faktor pencetus adalah hipertensi.

(27)

Abnormalitas vaskuler, aneurisma serabut dapat terjadi ruptur dan dapat menyebabkan hemoragik.

Pada stroke trombosis atau metabolik maka otak mengalami iskemia dna infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan meluas setelah serangan pertama sehingga dapat terjadi edema serebral dan peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas. Prognosisnya tergantung pada daerah otak yang terkena dan luasnya saat terkena.

Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi di mana saja didalam arteri-arteri yang membentuk sirkulasi arteria karotis interna dan sistem verterbrobasilar dan semua cabang-cabangnya. Secara umum, apabila aliran darah ke jaringan otak terputus selama 15 sampai 20 menit, akan terjadi infark atau kematian jaringan. Perlu diingat bahwa oklusi di suatu arteri tidak selalu menyebabkan infark didaerah otak yang diperdarahi oleh arteri tersebut.

Menurut Wijaya & Putri 2013 proses patologik yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak. Patologinya dapat berupa: 1) Keadaan penyakit pada pembuluh darah itu sendiri, seperti ateroklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau peradangan.

2) Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok atau hiperviskositas darah.

(28)

3) Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium.

(29)

Faktor-faktor resiko stroke antara lain: pola gaya hidup yang tidak sehat, hipertensi, diabetes melitus, kolesterol, penyakit jantung, TIA (Trans Iskemik

Attack) dll.

Skema 2.1

Pathway Stroke (Muttaqin, 2008) Aterosklerosis,

Hyperkoagulas, Arteritis

katup jantung rusak, miokard infark, fibrilasi, endokarditis

Aneurisma, Malformasi, arteriovenous

Trombosis serebral Penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan darah, lemak dan udara

Perdarahan intraserebral

Pembuluh darah oklusi Iskemik jaringan

otak

Edema dan kongesti jaringan sekitar

Emboli serebral

Perembesan darah ke dalam parenkim otak Penekanan jaringan otak

Infark otak, edema dan herniasi otak stroke

Defisit neurologi

Infark serebral Kehilangan volunter Risiko peningkatan TIK

Penurunan perfusi jaringan

serebral

Herniasi falk serebri dan ke foramen magrum Kompresi batang otak Hemiparesis dan

hemiplegi

Kerusakan mobilitas fisik

koma Depresi saraf kardiovaskuler dan pernapasan Kelemahan fisik

umum kematian

Defisit perawatan diri Risiko cedera atau jatuh

(30)

2.1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Mansjoer (2000) dikutip dalam Wijaya & Putri 2013 stroke dapat dibagi :

a. Perdarahan intraserebral

Stroke akibat perdarahan intraserebral (PIS) mempunyai gejala prodromal yang tidak jelas, kecuali nyeri kepala karena hipertensi. Serangan seringkali setiap hari, saat aktivitas, atau emosi/marah. Sifat nyeri kepalanya hebat sekali. Mual dan muntah seringkali terjadi sejak permulaan serangan. Kesadaran biasanya menurun cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah jam, 23% antara ½ terjadi setelah 2 jam, sampai 19 hari).

b. Perdarahan subaraknoid (PSA)

Pada pasien dengan perdarahan subaraknoid(PSA) didapatkan gejala prodromal berupa nyeri kepala hebat dan akut. Kesadaran sering terganggu dan sangat bervariasi. Ada gejala atau tanda rangsangan meningeal. Edema papil dapat terjadi bila ada perdarahan subhialoid karena pecahnya aneurisma pada arteri komunikasi anterior atau arteri karotis interna. Gejala neurologis yang timbul tergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasinya.manifestasi stroke dapat berupa :

1) Kelumpuhan wajah dan anggota badan yang timbul mendadak

(31)

2) Gangguan sensibilitas pada satu atau lebih anggota badan 3) Perubahan mendadak status mental

4) Afasia (bicara tidak lancar, kurangnya ucapan atau kesulitan memahami ucapan)

5) Ataksia anggota badan

6) Vertigo, mual,muntah atau nyeri kepala

2.1.6 Komplikasi

Menurut Henderson (2002) dikutip dalam Pudiastuti (2011) pada stroke berbaring lama dapat menyebabkan masalah emosional dan fisik, diantaranya :

a. Bekuan darah

Mudah terbentuk pada kaki yang lumpuh menyebabkan penimbunan cairan, pembengkaan selain itu juga menyebabkan embolisme paru yaitu sebuah bekuan yang terbentuk dalam satu arteri yang mengalirkan ke paru.

b. Dekubitus

Bagian yang biasa mengalami memar adalah pinggul, pantat, sendi kaki dan tumit bila memar ini tidak bisa dirawat bisa menjadi infeksi.

c. Pneumonia

Pasien stroke tidak bisa batuk dan menelan dengan sempurna, hal ini menyebabkan cairan berkumpul di paru-paru dan selanjutnya pneumonia.

(32)

d. Atrofi dan kekakuan sendi

Pasien stroke mengalami gagguan mobilisasi sehingga menyebabkan kurangnya pergerakan dan terjadi kekakuan sendi. e. Stress atau depresi

Pasien merasa tidak berdaya dan ketakutan akan masa dean. Cobalah untuk tidak berharap terlalu banyak pada diri sendiri pada hari-hari awal setelah serangan stroke

f. Nyeri pundak dan subluxation atau dislokasi

Keadaan pangkal bahu yang lepas dari sendinya. Ini dapat terjadi karena otot disekitar pundak yang mengontrol sendi dapat rusak akibat gerakan saat ganti pakaian atau saat ditopang orang lain. g. Pembengkakan otak

h. Infeksi

Saluran kemih, paru (pneumonia aspirasi) i. Kardiovaskuler

Gagal jantung, serangan jantung, emboli paru j. Gangguan proses berfikir dan ingatan

Pikun (demensia).

2.1.7 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2013) a. Penatalaksanaan umum

1) Posisi kepala dan badan atas 20-30 derajat, posisi lateral dekubitus bila disertai muntah. Boleh dimulai mobilisasi bertahap bila hemodinamik stabil

(33)

2) Bebaskan jalan nafas dan usahakan ventilasi adekuat bila perlu berkan oksigen 1-2 liter/menit bila ada hasil gas darah

3) Kandung kemih yang penuh dikosongkan dengan kateter 4) Kontrol tekanan darah, dipertahankan normal

5) Suhu tubuh harus dipertahankan

6) Nutrisi per oral hanya boleh diberikan setelah fungsi menelan baik, bila terdapat gangguan menelan atau pasien yang kesadaran menurun, dianjurkan pasang NGT

7) Mobilisasi dan rehabilitasi dini juka tidak ada kontraindikasi b. Penatalaksanaan Medis

1) Trombolitik (streptokinase)

2) Anti platelet/ati trombolitik (asetosol, ticlopidin, cilostazol, dipiridamol)

3) Antikoagulan (heparin) 4) Hemmorhagea (pentoxyfilin) 5) Antagonis serotinin (noftridrofuryl)

6) Antagonis calsium (nomodipin, piracetam) c. Penatalaksanaan Khusus/Komplikasi

1) Atasi kejang (antikonvulsan)

2) Atasi tekanan intrakranial yang meninggi (manitol, gliserol, furosemid, intubasi, seteroid dll)

3) Atasi dekompresi (kraniotomi) d. Penatalaksanaan faktor risiko

(34)

2) Atasi hiperglikemia ( anti hiperglikemia) 3) Atasi hiperurisemia (anti hiperurisemia)

2.1.8 Pemeriksaan Penunjang

a. CT (computed tomography) scan memperlihatkan adanya edema, hematoma, iskemia, dan adanya infark.

b. Ultrasonografi Doppler mengidentifikasi penyakit arteriovena (masalah sistem arteri karotis(arteri darah atau muncul plak).

c. Angiografi serebral membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti peredaran darah atau obstruksi arteri adalah titik obstruksi atau rupture.

d. Fungsi liumbal menunjukkan adanya tekanan normal, hemoragik, Malformasi Arteri Vena (MAV).

e. SinarX tengkorak menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal daerah yang berlawanan dari masa yang meluas.

f. EEG ( electro ensefalografi) mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik

g. EKG (electrokardiografi) mengidentifikasi pentingnya iskemia dan aritmia jantung, serta penyakit jantung lainnya, sebagai penyebab stroke.

h. Kadar gula darah pemeriksaan ini sangat diperlukan karena pentingnya diabetes melitus sebagai salah satu faktor stroke.

(35)

i. Elektrolit serum faal ginjal pemeriksaan ini diperlukan, terutama berkaitan dengan kemungkinan pemberian obat osmoterapi pada pasien stroke yang disertai peningkatan intrakranial, dan keadaan dehidrasi.

j. Darah lengkap rutin pemeriksaan ini diperlukan untuk menentukan keadaan hematologik yang dapat mempengaruhi stroke iskemik, misalnya anemia, polisitemia vera, dan keganasan.

k. Faal hemostasis

Pemeriksaan jumlah trombosit, waktu protrombin (PT) dan tromboplastin (aPPT) diperlukan terutama berkaitan dengan pemakaian obat antikoagulan dan trombolitik.

2.2 Konsep Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan atau proses keperawatan yang diberikan kepada pasien pada sebuah pelayanan kesehatan dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi (Rendy, 2012). 2.2.1. Pengkajian

Pengkajian merupakan pemikiran dasar dari proses keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien agar dapat mengidentifikasi, mengenali masalah-masala, kebutuhan kesehatan, dan keperawatan pasien (Rendy,2012). 1) Pengkajian

(36)

Nama, umur, jenis kelamin, alamat, agama, statusperkawinan, pendidikan dll

b) Riwayat kesehatan dahulu

Riwayat hipertensi, riwayat penyakit kardiovaskuler, riwayat tinggi kolestrol, obesitas, riwayat DM, riwayat aterosklerosis, merokok, riwayat pemakain kontrasepsi yang disertai hipertensi dan menigkatnya kadar estrogen, riwayat konsumsi alkohol.

c) Riwayat penyakit sekarang

Kehilangan komunikasi, gangguan persepsi, kehilangan motorik, merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan sensasi atau paralis (hemiplagia), merasa mudah lelah, susah beristirahat (nyeri, kejang otot). d) Riwayat kesehatan keluarga

Apakah ada riwayat penyakit degeneratif atau menular dalam

keluarga. 2) Pemeriksaan data dasar

a) Aktivitas / istirahat

Merasa kesulitan untuk melakukan aktivitas karena kelemahan, kehilangan atau paralisis, merasa mudah lelah, susah beristirahat nyeri kejang otot, gangguan tous otot, gangguan penglihatan, gangguan tigkat kesadaran.

(37)

Adanya penyakit jantung, hipotensi arterial berhubungan dengan embolisme, frekuensi nadi dapat bervariasi karena ketidak efektifan fungsi jantung.

c) Integritas ego

Perasaan tidak berdaya, putus asa, emosi labil, kesulitan untuk mengekspresikan diri.

d) Eliminasi

Perubahan pola berkemih seperti inkontensia urien, distensi abdomen, bising usus (-).

e) Makanan / cairan

Nafsu makan hilang muala muntah selama fase akut / peningkatan TIK, kehilangan sensasi (rasa kecap pada lidah, pipi, dan tengkorak), disfagia, kesulitan menelan.

f) Neurosensori

Adanya sinkop/ pusing, sakit kepala berat, kelemahan, kesemutan kebas pada sisi yang terkena seperti lumpuh, penglihatan menurun, hilangnyya rangsangan sensoris kontra lateral pada wajah, gangguan rasa pengecapandan penciuman, status mental / tingkat kesadaran menurun, penurunan memori, paralistis, reflek tendon menurun, afasia, kehilangan kemampuan mengenali gangguan persepsi, kehilangan kemampuan menggunakan motorik.

g) Nyeri

(38)

h) Pernafasan

Merokok, batuk, hambatan jalan nafas, pernafasan sulit, suara nafas tambahan.

i) Keamanan

Motorik / sensorik, tidak mampu mengenali objek warna dan wajah yang pernah dikenali, gagguan berespon terhadap panas dan dingin, gangguan regulasi tubuh, tidak mandiri, gangguan dalam memutuskan, perhatian terhadap keamanan sedikit, tidak sadar/ kurang kesadaran diri.

j) Interaksi sosial

Masalah bicara tidak mampu berkomunikasi. 3) Pemeriksaan neurologis

a) Status mental

Tingkat kesadaran (kualitatif, kuantitatif), pemeriksaankemampuan berbicara, orientasi (tempat, waku, orang), penilaian daya pertimbangan, penilaian daya obstruksi, penilaian kosakata, daya ingat, berhitung dan mengenal benda.

b) Nervus kranialis

Olfaktorius (penciuman), optikus (penglihatan), okulomotoris (gerak mata, kontraksi pupil), troklear (gerak mata), trigeminus (sensasi pada wajah kulit kepala, gigi, mengunyah), abducen (gerak mata), fasialis (pengecapan), vestibulokoklearisis (pendengaran dan keseimbangan),

(39)

aksesoris spinal, (fonasi, gerakan kepala, leher, dan bahu), hipoglasus (gerak lidah).

c) Fungsi motorik

Masa otot , kekuatan dan tonus otot, fleksi dan ekstensi lengan abduksi lengan dan adduksi lengan, fleksi dan ekstensi pergelangan tangan, adduksi dan abduksi jari, abduksi dan adduksi pinggul, fleksi dan ekstensi lutut, dorsofleksi dan fleksi plantar pergelangan kaki, dorsofleksi dan fleksiplantar ibu jari kaki.

d) Fungsi sensori

Sentuhan ringan, sensai nyeri, sensasi posisi, sensasi getaran, lokalisasi taktil.

e) Fungsi serebelum

Tes jari hidung, tes tumit lutut, gerakan berganti, tes romberg, gaya berjalan.

f) Reflek

Bisep, trisep, brachioradialis, patella, achilles.

2.2.2. Diagnosis

Diagnosa keperawatan adalah pernyataan tertulis yang tegas dan jelas tentang masalah kesehatan pasien, penyebabnya dan faktor penunjang. Kegiatan yang dilakukan meliputi memilih data, mengelompokkan data, mengenal masalah, menyusun daftar masalah, menyusun referensi dan kesimpulan serta menegakkan diagnosa (Nursalam, 2013).

(40)

Diagnosa yang mungkn muncul pada pasien stroke menurut Padila (2012) adalah :

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan 3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan

neuromuskular

4. Resiko cedera berhubungan dengan hambatan fisik 2.2.3 Intervensi Keperawatan

Intervensi atau perencanaan merupakan pengembangan strategi desain untuk mencegah, mengurangi dan mengatasi masalah-masalah yang telah diidentifikasi dalam diagnosis keperawatan. Desain perencanaan menggambarkan sejauh mana perawat mampu menetapkan cara menyelesaikan masalah dengan efektif dan efisien (Tarwoto & Wartonah, 2015).

Rencana tindakan keperawatan yang disusun pada klien dengan stroke sebagai berikut:

1. Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral berhubungan dengan oedema serebral

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan perfusi jaringan serebral kembali efektif

b. Kriteria hasil :

1) Peningkatan kesadaran (GCS : 15) 2) Tanda-tanda vital stabil

(41)

3) Tidak ada tanda-tanda perubahan neurologis 4) Tidak ada peningkatan tekanan intrakranial c. Intervensi :

1) Pantau/catat status neurologis secara teratur dengan Glascow Coma Scale (GCS)

2) Pantau tanda-tanda vital terutama tekanan darah

3) Edukasi pasien dan keluarga perlunya dimonitoring status neurologis secara kontinu

4) Pertahankan tirah baring dengan posisi kepala agak ditinggikan 20-300 atau head up

Berikan obat sesuai indikasi : contohnya antikoagulan (heparin)

2. Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kelemahan a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien

dapat melakukan aktivitas sesuai kemampuannya b. Kriteria hasil :

1) Mempertahankan posisi yang optimal

2) Meningkatkan kekuatan dan fungsi bagian tubuh yang terkena kelemahan

3) Tidak terjadi kontraktur sendi c. Intervensi :

1) Kaji kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas 2) Ubah posisi minimal setiap 2 jam

(42)

3) Ajarkan latihan gerak aktif dan pasif pada semua ekstremitas

4) Berikan edukasi tentang aktivitas yang dapat meningkatkan kekuatan otot

5) Konsultasikan dengan fisioterapi secara aktif, latihan resistif dan ambulasi pasien

3. Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neuromuskular

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan kebutuhan perawatan diri pasien terpenuhi

b. Kriteria hasil :

1) Pasien terlihat bersih dan rapi

2) Pasien dapat melakukan kegiatan personal hygiene secara minimal atau dengan bantuan

c. Intervensi :

1) Kaji kemampuan pasien dan keluarga dalam perawatan diri

2) Bantu pasien dalam personal hygiene

3) Anjurkan keluarga untuk memberikan dukungan dan dorongan kemandirian pada pasien dalam melakukan aktivitas yang minimum

4) Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/ahli terapi okupasi

(43)

a. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan pasien terhindar dari cedera selama perawatan

b. Kriteria hasil :

1) Pasien terhindar dari cedera

2) Tidak ada trauma dan komplikasi lain

3) Pasien mampu mnjelaskan cara/metode untuk mencegah cedera

4) Skor jatuh minimal 7 c. Intervensi :

1) Pantau tingkat kesadaran dan kegelisahan pasien 2) Beri pengaman di samping tempat tidur

3) Pasang gelang kuning pada pasien

4) Berikan penjelasan pada keluarga untuk selalu menemani pasien

5) Kolaborasi dengan tim medis lain dalam pemberian terapi sesuai dengan indikasi

2.2.3. Implementasi

Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam rencana perawatan.Tindakan perawat mencangkup tindakan mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri (dependen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari petugas kesehatan lain. Tindakan kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil

(44)

keputusan bersama, seperti dokter dan petugas kesehatan lain. Dalam melakukan implementasi yang lebih akurat dibutuhkan perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional. Asuhan keperawatan pada pasien stroke diberikan sesuai dengan rencana keperawatan yang telah disusun (Tarwoto & Wartonah, 2015).

2.2.4. Evaluasi

Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan untuk dapat menentukan keberhasilan dalam asuhan keperawatan. Evaluasi pada dasarnya membandingkan status keadaan kesehatan pasien dengan tujuan atau kriteria hasil yang telah ditetapkan.Evaluasi perkembangan kesehatan pasien dapat dilihat dari hasil tindakan keperawatan.Tujuannya adalah untuk mengetahui sejauh mana tujuan perawatan dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan keperawatan yang diberikan.

Evaluasi tindakan keperawatan pada pasien stroke dilakukan setelah implementasi atau tindakan keperawatan. Jika tujuan tidak tercapai, maka perlu dikaji ulang letak kesalahannya, kemudian catat apa yang ditemukan, serta apakah perlu dilakukan perubahan intervensi (Tarwoto & Wartonah, 2015).

(45)

31 BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian adalah model atau metode penelitian yang digunakan peneliti untuk melakukan suatu penelitian yang memberikan arah terhadap jalannya penelitian (Dharma, 2013). Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif jenis studi kasus. Menurut sulistiyo (2010), studi kasus merupakan penelitian deskriptif mencari deskripsi yang tepat, yang cukup dari semua aktivitas, objek, proses, manusia. Penelitian deskriptif berkaitan dengan pengumpulan fakta, bisa berasal dari wawancara, catatan lapang, foto, dokumen pribadi, catatan atau memo, dokumentasi resmi, dan data secara valid untuk memberikan gambaran mengenai objek yang diteliti. Studi kasus ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah ”Asuhan keperawatan pada Tn.P dan Ny.S yang mengalami stroke non hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di ruang mawar RSUD Ungaran”.

3.2 Batasan Istilah

Batasan istilah disebut definisi operasional adalah pernyataan yang menjelaskan istilah-istilah kunci yang menjadikan fokus dalam penelitan. Fokus penelitian yaitu melakukan penelitian terhadap keseluruhan yang ada pada obyek atau situasi sosial tertentu, tetapi perlu menentukan fokus atau inti yang perlu diteliti. Fokus penelitian perlu dilakukan kerena mengingat adanya supaya hasil penelitian terfokus (Sukmadinata, 2010). Oleh

(46)

karena itu studi kasus ini menjabarkan tentang ”Asuhan keperawatan pada Tn.P dan Ny.S yang mengalami stroke non hemoragik dengan hambatan mobilitas fisik di ruang mawar RSUD Ungaran”, maka penulis hanya akan menjabarkan tentang konsep penyakit stroke beserta asuhan keperawatan. 1. Asuhan keperawatan adalah serangkaian tindakan atau proses keperawatan

yang diberikan kepada pasien pada sebuah pelayanan kesehatan dimulai dari pengkajian sampai dengan evaluasi. (Rendy, 2012).

2. Menurut Junaidi (2011) stroke adalah penyakit otak akibat terhentinya suplai darah ke otak karena sumbatan (stroke iskemik atau stroke non hemoragik) atau perdarahan (stroke hemoragik).

3.3 Partisipan

Partisipan merupakan objek yang ditentukan melalui suatu kriteria tertentu yang akan dikategorikan ke dalam objek tersebut bisa termasuk orang, dokumen atau catatan yang dipandang sebagi objek penelitian (Sugiyono, 2012). Partisipan yang akan diikutsertakan dalam Karya Tulis Ilmiah ini adalah dua pasien yang mengalami stroke. Partisipan yang digunakan adalah 2 pasien dengan masalah keperawatan dan diagnosa medis yang sama.

3.4 Lokasi dan Waktu Penelitian

Karya Tulis Ilmiah ini lokasi pengambilan kasus telah dilaksanakan di RSUD Ungaran. Waktu pengambilan data telah dilakukan pada tanggal tanggal 22 Mei 2017 sampai tanggal 3 Juni 2017. Lama waktu yang

(47)

digunakan untuk satu pasien yaitu sejak pasien pertama kali masuk rumah sakit sampai pulang atau pasien yang dirawat minimal tiga hari yaitu pada tanggal 22 Mei 2017- 24 Mei 2017.

3.5 Pengumpulan Data

Dalam setiap penelitian, peneliti dituntut untuk menguasai teknik pengumpulan data sehingga menghasilkan data yang relevan dengan penelitian. Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahuin teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar yang ditetapkan (Sugiyono 2013). Metode pengumpulan data yang digunakan adalah:

1. Wawancara (hasil anamnesis berisi tentang identitas pasien, keluhan utama, riwayat penyakit sekarang,-dahulu-keluarga dll, Sumber data diperoleh dari klien, keluarga, dan perawat lainnya)

2. Observasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA: inspeksi, palpasi, perkusi, auskultasi pada sistem tubuh manusia).

3. Studi dokumen dan angket (hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang relevan).

3.6 Uji Keabsahan Data

Setelah semua data terkumpul maka langkah selanjutnya yang dilakukan adalah melakukan uji keabsahan data. Kegiatan ini dilakukan untuk melihat kebenaran data yang telah dikumpulkan dan agar hasil-hasil data dapat

(48)

dipertanggungjawabkan dari segala segi (Sugiyono, 2012). Dalam penelitian ini uji keabsahan data yang dimaksudkan untuk menguji kulitas data/informasi yang diperoleh sehingga menghasilkan data dengan validitas tinggi. Disamping integritas peneliti (karena peneliti menjadi instrument utama), uji keabsahan data dilakukan dengan memperpanjang waktu pengamatan/tindakan dan sumber informasi tambahan menggunakan triangulasi dari tiga sumber data utama yaitu pasien, perawat dan keluarga pasien yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

3.7 Analisis Data

Analisis data merupakan proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data kedalam kategori, menjabarkan kedalam unit-unit, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain (Swarjana, 2016). Dalam penelitian ini analisis data dilakukan sejak peneliti di lapangan, sewatu pengumpulan data sampai dengan semua data terkumpul. Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah. Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi dokumentasi yang menghasilkan data untuk

(49)

selanjutnya diinterpretasikan dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan urutan untuk memberikan rekomendasi dalam intervensi tersebut (Nursalam, 2013). Langkah-langkah dalam analisis data adalah sebagai berikut, urutan dalam analisis adalah:

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD (wawancara, observasi, dokumen). Hasil ditulis dalam bentuk catatan lapangan, kemudian disalin dalam bentuk transkrip (catatan terstruktur).

2. Mereduksi data

Data hasil wawancara yang terkumpul dalam bentuk catatan lapangan dijadikan satu dalam bentuk transkrip dan dikelompokkan menjadi data subjektif dan objektif, dianalisis berdasarkan hasil pemeriksaan diagnostik kemudian dibandingkan nilai normal.

3. Penyajian data

Penyajian data dapat dilakukan dengan tabel, gambar, bagan maupun teks naratif. Kerahasiaan dari pasien dijamin dengan jalan mengaburkan identitas dari pasien.

4. Kesimpulan

Dari data yang disajikan, kemudian data dibahas dan dibandingkan dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritis dengan perilaku kesehatan. Penarikan kesimpulan dilakukan denga model induksi. Data yang dikumpulkan terkait dengan data pengkajian, diagnosis, perencanaan, tindakan dan evaluasi.

(50)

BAB IV HASIL

4.1 Hasil

4.1.1 Gambaran Lokasi pengambilan data

Pengambilan data telah dilakukan di bangsal mawar Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran pada tanggal 22 Mei 2017 – 3 Juni 2017. Data yang diambil yaitu dari data 2 Pasien yang mempunyai diagnosa medis yang sama yaitu stroke non hemoragik.

4.1.2 Pengkajian

Tabel 4.1 Identitas Pasien

IDENTITAS PASIEN Pasien 1 Pasien 2

Nama Umur Jenis kelamin Agama Suku bangsa Bahasa Pendidikan Pekerjaan Tn.P 56th Laki-laki Islam Jawa Indonesia SMP Pedagang Ny.S 61th Perempuan Islam Jawa Indonesia SD

Ibu rumah tangga

IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB Pasien 1 Pasien 2 Nama Umur Pendidikan Pekerjaan

Hubungan dengan Pasien

Ny.S 51th SMP Pedagang Istri dari pasien

Ny.S 52th SMP IRT

Adik kandung dari pasien

Tabel 4.2 Riwayat Penyakit

RIWAYAT PENYAKIT Pasien 1 Pasien 2

Keluhan utama

Riwayat penyakit sekarang

Pasien mengatakan

tangan kanannya terasa

kesemutan dan terasa

kaku

Pasien mengatakan ± 1 minggu lalu badan terasa lemas, tangan kanannya sering kesemutan, pusing,

Pasien mengatakan tangan kanannya kaku dan terasa pegal-pegal.

Pasien mengatakan pada hari rabu tanggal 12 mei 2017 tangan kanan terasa pegal-pegal, kaki terasa

(51)

Riwayat penyakit dahulu

Riwayat keluarga

Riwayat kesehatan lingkungan

dan sering jatuh-jatuh kemudian pada tanggal 21

Mei 2017 pasien

mengalami tidak sadarkan diri kemudian dibawa ke IGD RSUD UNGARAN

dengan kesadaran somnolen, keadaan umum: GCS:11 dengan ttv: TD: 200/110 mmHg, N: 92x/m, RR: 23x/m, S:36,7oc, Spo2: 95% kemudian diberikan

nassal kanul 3lt, Infus RL:

20tpm, Amlodipine 5mg,citicolline 500mg/12jam, Mecoballamin 500 mg, OMZ 40mg/24 jam, kemudian dipindahkan ke

bangsal mawar untuk

dilakukan tindakan selanjutnya. Kesadaran pasien sudah composmetis, keadaan umum GCS:15 dengan TTV TD: 160/90 mmHg N: 78x/m, RR: 19x/m, S: 36,4oc Spo2: 97%, ekstremitas 4 4 4 4 GDS: 180 Diajarkan gerakan

bertahap ROM aktif dan

pasif untuk mengatasi

masalah kekakuan sendi.

Pasien mengatakan pada

tahun 2012 pernah

dirawat di rumah sakit karena stroke, diabetes dengan GDS :500, serta

mempunyai riwayat

hipertensi.

Pasien mengatakan dari ibunya pernah mengalami diabetes dan hipertensi.

Pasien mengatakan rumah tidak tertata dengan rapi.

berat kemudian diberikan obat dari apotek tetapi tidak ada perubahan, pada tanggal 21 mei 2017 tiba-tiba tangan terasa kaku dan sulit digerakkan, mau jatuh saat jalan kemudian dibawa ke IGD RSUD UNGARAN

untuk mengetahui

kondisinya, pengkajian

dengan dengan hasil,

kesadaran : composmetis, GCS :15 keaadaan umum baik dengan tanda-tanda vital, TD: 170/90 mmHg, N: 88x/m, RR :21X/m, S:

37oc, Spo2: 96%

kemuduian diberikan terapi nassal kanul 3l, RL: 20tpm,

lalu diberikan terapi

citicolline 1gr/24 jam, ceftriaxone 1gr/24 jam, kemudian dipindahkan di

bangsal mawar untuk

dilakukan tindakan

keperawatan lebih lanjut dengan hasil pengkajian, kesadaran : composmetis, GCS :15, keadaan umum baik, tanda-tanda vital, TD : 140/90 mmHg, N: 88x/m, RR : 19x/m, S : 36,7oc, Spo2 :98%, ekstremitas 4 4 4 4 GDS :130 mg/dL Kemudian diajarkan

gerakan bertahap ROM

aktif dan pasif untuk

mengatasi masalah

kekakuan sendi.

Pasien mengatakan

mempunyai riwayat

hipertensi sejak 2006 dan pada tahun 2010 pasien

pernah dirawat karena

stroke dan riwayat DM dengan GDS : 430

Pasien mengatakan dari

pihak keluarga tidak

mempunyai penyakit

menular ataupun penyakit turunan

Keluarga mengatakan

tinggal di lingkungan yang bersih dan sejuk

(52)

Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan

POLA KESEHATAN Pasien 1 Pasien 2

1. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan

2. Pola nutrisi metabolik a. Sebelum sakit Frekuensi Porsi Jenis Keluhan b. Selama sakit Frekuensi Porsi Jenis Keluhan 3. Pola eliminasi BAB a. Sebelum sakit Frekuensi Jumlah Warna Keluhan b. Selama sakit Frekuensi Jumlah Warna Keluhan BAK a. Sebelum sakit Frekuensi Jumlah Warna Keluhan b. Selama sakit Frekuensi Jumlah Warna Keluhan 4. Pola aktivitas dan

latihan a. Sebelum sakit b. Selama sakit

Pasien mengatakan sering memeriksakan

kesehatannya ke puskesmas

3 x sehari 1 porsi

Nasi, sayur, lauk, air putih, dan teh

Tidak ada 3 xsehari ½ porsi

Nasi, sayur, lauk, teh, air putih

Lidah terasa pahit

2 x sehari 600 cc Kuning khas Tidak ada 1 x sehari 250 cc Kuning kecoklatan Sedikit keras 8 x sehari ± 100 cc/BAK Kuning jernih Tidak ada 10 x sehari ±150 cc/BAK Kuning keruh

Ada perasaan tidak nyaman

Pasien dapat aktivitas

secara mandiri

Pasien melakukan segala aktivitasnya dengan bantuan

orang lain seperti

Pasien mengatakan setiap sakit di periksakan ke klinik/RS

3 x sehari 1 porsi

Nasi, sayur, lauk, air putih, dan teh

Tidak ada 3 xsehari ½ porsi

Nasi, sayur, lauk, teh, air putih

Tidak nafsu makan

1 x sehari 400 cc Kuning khas Tidak ada 1 x sehari 300 cc Kuning khas Tidak ada 7 x sehari ± 100 cc/BAK Kuning jernih Tidak ada 13 x sehari ±100 cc/BAK Kuning jernih

Ada perasaan tidak nyaman

Pasien dapat aktivitas

secara mandiri

Pasien melakukan segala

aktivitasnya dengan

(53)

5. Pola istirahat dan tidur a. Sebelum sakit b. Selama sakit 6. Pola kognitif-perseptual a. Sebelum sakit b. Selama sakit

7. Pola persepsi konsep diri

a. Sebelum sakit

b. Selama sakit

8. Pola hubungan peran a. Sebelum sakit b. Selama sakit 9. Pola seksualitas reproduksi a. Sebelum sakit b. Selama sakit 10. Pola mekanisme koping a. Sebelum sakit makan/minum, toileting, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, maupun ambulasi/ROM

Pasien mengatakan

terkadang susah tidur, tidur 5-6 jam sehari

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur 7-8 jam

Pasien mengatakan sebelum

sakit pada anggota

tubuhnya normal

Pasien mengatakan tangan kanannya kesemutan dan kaku

Pasien mengatakan belum merasa puas karena masih

banyak keinginan dan

kebutuhan yang belum

terpenuhi

Pasien mengatakan semua yang terjadi adalah cobaan

Pasien mengatakan jarang

berkumpul dengan

tetangga/keluarga karena sibuk bekerja

Pasien mengatakan

meskipun jarang berkumpul tetapi ketika sakit banyak yang menjenguk

Pasien sebagai kepala

rumah tangga, pasien

bekerja sebagai pedagang dan mempunyi 3 orang anak

Pasien sebagai kepala

rumah tangga pasien sedang dirawat di RS dan selalu ditunggu istrinya

Pasien mengatakan orang

makan/minum, toileting,

berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, maupun ambulasi/ROM

Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan tidur, tidur 7-8 jam sehari Pasien mengatakan susah tidur, tidur 5-6 jam

Pasien mengatakan

sebelum sakit pada anggota tubuhnya normal

Pasien mengatakan tangan kanannya pegal-pegal dan terasa kaku, kaki terasa berat untuk berjalan

Pasien mengatakan belum merasa puas karena masih

banyak keinginan dan

kebutuhan yang belum

terpenuhi

Pasien mengatakan semua

yang terjadi merupakan

takdir dari Allah SWT yang harus dijalani

Pasien mengatakan

hubungan dengan orang lain sangat baik

Pasien mengatakan

hubungan dengan orang lain baik dan saat sakit banyak yang menjenguknya

Pasien sebagai ibu rumah tangga dan mempunyai 4 orang anak dan suaminya sudah meninggal

Pasien sebagai ibu rumah tangga yang sedang sakit di RS mempunyai 4 orang anak yang menyayanginya

(54)

b. Selama sakit

11. Pola nilai dan keyakinan a. Sebelum sakit b. Selama sakit

yang sangat bersemangat

menjalani hidup dan

mencari nafkah

Pasien mengatakan optimis bahwa apa yang sedang di alami saat ini akan sembuh

Pasien mengatakan jarang melaksanakan ibadahnya

Pasien mengatakan

berkeinginan lebih rutin beribadah

yang sangat bersemangat

dalam menjalani hidup

sehari-hari

Pasien mengatakan optimis bahwa apa yang sedang dirasakan sekarang pasti akan sembuh

Pasien mengatakan bahwa ibadahnya rutin

Pasien mengatakan selama sakit ibadahnya sedikit terganggu

Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik

Observasi Pasien 1 Pasien 2

1. Keadaan/penampilan umum a. Kesadaran b. Keadaan umum c. Tanda-tanda vital TD N S RR 2. Kepala Bentuk kepala Kulit kepala Rambut 3. Muka Mata Palpebra Konjungtiva Sclera Pupil Diameter

Reflek terhadap cahaya Penggunaan alat bantu

4. Leher 5. Hidung 6. Telinga Composmetis GCS : 15 160/90 78x/m 36,4o c 19x/m Mesochepal

Tidak ada ketombe, kulit kepala terlihat kering Hitam Tidak edema Tidak Anemis Tidak Ikterik Isokor 3mm/3mm Positif negatif Tidak menggunakan

alat bantu saat

membaca

Tidak ada pembesaran limfe dan tyroid

Bentuk simetris,

bersih dan tidak ada sekret

Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran Composmetis GCS : 15 140/90 mmHg 88x/m 36,7oC 21x/m Mesochepal

Tidak ada ketombe, kulit kepala terlihat lembab Rambut sedikit beruban Tidak edema Tidak Anemis Tidak Ikterik Isokor 3mm/3mm Positif negatif Tidak menggunakan

alat bantu saat

membaca

Tidak ada pembesaran limfe dan tyroid

Bentuk simetris,

bersih dan tidak ada sekret

Simetris, bersih tidak ada serumen, tidak ada gangguan

(55)

7. Mulut 8. Dada (thorax) a. Paru-paru Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi b. Jantung Inspeksi Palpasi Perkusi Auskultasi c. Abdomen Inspeksi Auskultasi Perkusi Palpasi 9. Genetalia 10. Anus 11. Ekstremitas a. Atas

Kekuatan otot ka/ki

ROM ka/ki

Capilary refile

Simetris, bibir kering, tidak ada stomatitis

Bentuk simetris, tidak ada jejas dan lesi Vokal vemitus kanan dan kiri sama

Sonor di seluruh

lapang paru Bunyi vasikuler

Tidak ada jejas dan lesi, cardis tampak, simetris

Ictus cardis teraba pada ICS V, teraba kuat

Pekak

Kanan atas : SIC II, linea para sterotis dextra, kanan atas SIC IV, linea para sternalis sinistra, kiri bawah:

SIC IV linea

clavicularis sinistra

Tidak ada jejas dan

lesi, tidak ada

benjolan pada perut Bising usus 22x/m

Kuadran I pekak

karena hepar, kuadran II, Kuadran III, IV tympani

Ada nyeri tekan

Tidak terpasang

kateter

Bersih, tidak ada

pembesaran hemoroid

Kekuatan otot 4 (ada kekuatan otot tapi tidak penuh)

Pada tangan bagian

kanan gerakan

fleksi,ekstensi belumbisa mandiri Setelah ditekan jari

tangan ± 3 detik

kembali seperti

semula

Simetris, bibir lembab, tidak ada stomatitis

Bentuk simetris, tidak ada jejas dan lesi Vokal vemitus kanan dan kiri sama

Sonor di seluruh

lapang paru Bunyi vasikuler

Tidak ada jejas dan lesi, cardis tampak, simetris

Ictus cardis teraba pada ICS V, teraba kuat

Pekak

Kanan atas : SIC II, linea para sterotis dextra, kanan atas SIC IV, linea para sternalis sinistra, kiri bawah:

SIC IV linea

clavicularis sinistra

Tidak ada jejas dan

lesi, tidak ada

benjolan pada perut Bising usus 18x/m

Kuadran I pekak

karena hepar

Kuadran III, IV

tympani

Tidak ada nyeri tekan

Tidak terpasang

kateter

Bersih, tidak ada

pembesaran hemoroid

Kekuatan otot 4 (ada kekuatan otot tapi tidak penuh)

Pada tangan bagian

kanan gerakan

fleksi,ekstensi belumbisa mandiri Setelah ditekan jari

tangan ± 3 detik

kembali seperti

(56)

Perubahan bentuk tulang Akral

b. Bawah

Kekuatan otot ka/ki ROM ka/ki Capilary refile

Perubahan bentuk tulang Akral

Tidak ada Hangat Kekuatan otot 4 Normal, lemah Setelah ditekan jari

tangan ± 3 detik kembali seperti semula Tidak ada Hangat Tidak ada Hangat Kekuatan otot 4 Normal, lemah Setelah ditekan jari

tangan ± 3 detik

kembali seperti

semula Tidak ada Hangat

(57)

Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang

JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODE Pasien1 RUTIN DARAH RUTIN Hemoglobin Lekosit Trombosit Hemotokrit Eritrosit HITUNG JENIS(DIFF) Granulosit Limfosit Monosit INDEX ERITROSIT MCV MCH MCHC RDW KIMIA-DIABETES Glukosa sewaktu KIMIA-GINJAL Ureum Creatinin Asam urat KIMIA-PROFILLIPID Kolesterol Total HDL-Kolesterol LDL-Kolesterol Trigliserid KIMIA-PEM HATI SDHRNA SGOT SGIT H L L H H L H 14.3 7.7 200 411.0 5.0 74.3 20.2 2.5 76 25.7 33.3 14.4 183 24 1.20 5.4 177 32 111.6 167 11 31 13.0-17.5 4.0-11 150-400 39.0-54.0 4.4-5.9 50-70 20-40 2-5 82-92 27-31 32-36 11.6-140 70-140 10-45 0.50-1.10 3.4-7.2 <200 >40 <130 35-200 5-37 5-40 g/dL 10^3/uL 10^3/Ul % 10^6/uL % % % Fl pg g/dL % mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL u/L u/L Elek impedance Elek impedance Elek impedance Integral volume RI Elek impedance Elek impedance Elek impedance Elek impedance Elek impedance Elek impedance Elek impedance Elek impedance GDH HAD Enzimatik CHODPAP CHODPAP CHODPAP CHODPAP IFCC IFCC Pasien2 RUTIN DARAH RUTIN Hemoglobin Lekosit Trombosit Hemotokrit Eritrosit HITUNG JENIS(DIFF) Granulosit Limfosit Monosit 12.9 104 333 38.0 4.77 57.8 36.1 6.1 11.5-16.0 4.0-11 150-440 35.0-490 3.8-5.2 50-70 20-40 2-6 g/dL 10^3/uL 10^3/Ul % 10^3/uL % % % Elek impedance Elek impedance Elek impedance Integral velurna PT Elek impedance Elek impedance Elek impedance Elek impedance

(58)

INDEX ERITROSIT MCV MCH MCHC RDW WIDAL Widal S Typhi O Widal S Typhi H KIMIA-DIABETES Glukosa sewaktu KIMIA-GINJAL Ureum Creatinin Asam urat KIMIA-PROFILLIPID Kolesterol Total HDL-Kolesterol LDL-Kolesterol Trigliserid L H L H 80 27.1 34.0 16.1 Negatif Negatif 105 29 0.79 6.0 185 33 114 190 82-92 27-31 32-36 11.6-14.8 <l/160 <l/160 70-140 10-15 0.50-1.10 2.4-6.0 <200 >40 130 35-160 fl pg g/dL % mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL Elek impedance Elek impedance Elek impedance Elek impedance Agluatinase Agluatinase GDH HAD Enzimatik CHOD PAP CHOD PAP CHOD PAP CHOD PAP

JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN SATUAN METODE Pasien1 RUTIN URINE RUTIN MAKROSKOBIS Warna Kekeruhan KIMIA URINE PH/Roald Berat jenis Protein Produksi Lekosit Escherasea Bilirubin Urobilinoges Nitrit Keton Blood (Hb/Eri) MIKROSKOBIS Lekosit Sedimen Eritrosit Sedimen Epitai Silinder Kristal Bakteri Jamur Lain-lain H H H Kuning Jernih 5.5 1.025 1+ 3+ Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 4-6 8-10 5-7 Negatif Negatif Negatif Negatif Kuning muda-kuning Jernih 1.6-5.5 1.005-1.030 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 0-10 0-3 0-10 Negatif Negatif Negatif Negatif mg/dL mg/dL /uL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL sel/LPB sel/LPB sel/LPB /LPK /LPH /LPB /LPB Maskroskopis Maskroskopis Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis Pasien2

(59)

Tanggal : 21 Mei 2017 Pemeriksaan EKG Pasien 1 Pasien 2 HR: 73bpm R-R: 835 ms P-R: 175 ms QRS: 93ms QT: 363ms Qte: 404 Axis: -12 deg RVS: 0.87 mv SV: 1.2 mv R+S: 2.10 mv Hasil: Sinus Rytm

Vont rate PR Int : 170 ms QRS dur : 92ms QT/Qtc : 379/417 ms P-R-T axes : 44-2 34 Hasil : Sinus Rytm

Tanggal : 22 Mei 2017 Pemeriksaan CT-scan

Pasien 1 Pasien 2

a. Gyri, sulci baik

b. Differensiasi grey matter dan white matter tegas

c. Tampak lesi di ganglia basalis kanan d. Sistema ventrikel dan cystema baik e. Kedua arbila simetris, air cell masted

kanan dan kiri baik

f. Tulang-tulang intake, sinus paranalisis bersih tak tampak cehohaematoma Kesan : sumbatan ganglia basalis kanan

a. Tampak lesi hipodens kecil-kecil thalamus dan carona radiota kanan midline

b. Shifang (-)

c. Sulci dan gyri tak tampak kelainan d. Sistem ventrikel dan sisterna tak tampak

kelainan

e. Takspons cerebellum dan cerebellopatine angle tak tampak kelainan

f. Tak tampak klasifikasi abnormal

g. Orbila, sinus paranosdis dan mustaid kanan kiri tampak kelainan

h. Cronia cerebral space tak tampak melebar i. Calvaria infark RUTIN URINE RUTIN MAKROSKOBIS Warna Kekeruhan KIMIA URINE PH/Roald Berat jenis Protein Produksi Lekosit Escherasea Bilirubin Urobilinoges Nitrit Keton Blood (Hb/Eri) MIKROSKOBIS Lekosit Sedimen Eritrosit Sedimen Epitai Silinder Kristal Bakteri Jamur Lain-lain H H H H H Kuning Keruh 5.5 1.025 Negatif Negatif 3+ Negatif Normal Positif Negatif Negatif 16-18 1-2 3-5 Negatif Negatif Negatif Negatif Kuning muda-kuning Jernih 1.6-5.5 1.003-1.030 Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif 0-15 0-3 0-15 Negatif Negatif Negatif Negatif mg/dL mg/dL /uL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL mg/dL sel/LPB sel/LPB sel/LPB /LPK /LPB /LPB /LPB Maskroskopis Maskroskopis Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Carik celup Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis Makoskropis

(60)

Kesan : Tampak lesi hipodens kecil-kecil thalamus dan carona radiota kanan midline

Tabel 4.6 Terapi Medis Hari/ta

nggal

Jenis terapi Dosis Golongan & Kandungan Fungsi Pasien 1 22 Mei 2017-24 Mei 2017 Infus Ringer Laktat Omeprazole Mecobalamin Ranitidine Citicollin Captopril CPG 20 tpm 40mg/12 jam 500/8 jam 25 mg/12 jam 250/ 12 jam 75mg/ 24 jam 1 x 75mg Larutan elektrolit Saluran cerna Vit B Saluran cerna Vasodilator Ace Inhibitor Antipilepsi Mengganti cairan yang hilang Terapi jangka pendek ulkus dua deral dan lambung Mengobati penderita yang mengalami gangguan pada saraf Tukak lambung dan duoderum akut Memperbaiki sirkulasi darah otak sehingga termasuk stroke non hemoragik Mengobati hipertensi Perawatan penyakit saraf Pasien 2 22 Mei 2017-24 Mei 2017

Infus ringer laktat

Citicolline Mecobalamine Ceftriaxone 20 tpm 250 mg/12 jam 500 mg/8 jam 1 gr/24 jam Larutan elektrolit Vasodilator Vit B Antibiotik Mengganti cairan yang hilang Memperbaiki sirkulasi darah otak sehingga termasuk stroke non hemoragik Mengobati penderita yang mengalami gangguan pada saraf Mengobati beberapa kondisi akibat infeksi

(61)

CPG Alpentine Fenofibratem 1x75mg 2x1 1x100 mg Antipilepsi Antipilepsi Penurun kolesterol bakteri Perawatan penyakit saraf Perawatan penyakit saraf Menurunkan kolesterol

Tabel 4.7 Analisis Data

Tgl/jam Analisis Data Etiologi Masalah Ttd Pasien 1 22 Mei 2017 10.30 Ds : Pasien mengatakan tangan kanannya terasa kesemutan dan kaku Do : Pasien terlihat lemas CRT >3 detik GCS : 15 Turgor kulit pucat Ttv : TD : 160/90 mmHg N : 78x/m S : 36,4o c RR : 19x/m Hasil CT sxcan : sumbatan ganglia basalis kanan Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Sumbatan ganglia basalis kanan 22 Mei 2017 10.45 Ds : Pasien mengatakan kesulitan dalam bergerak Do : Kekuatan otot pasien 4 4 4 4 ADL pasien terlihat dibantu keluarga KU lemah Hambatan mobilitas fisik Kerusakan neuromuskular Pasien 2 22 Mei 2017 10.00 Ds : pasien mengatakan tangannya sebelah kanan terasa pegal-pegal dan kaku, kaki terasa berat bila berjalan Do : - Pasien terlihat Ketidakefektifan perfusi jaringan serebral Embolisme

(62)

bedrest - Tangan kanannya terlihat kaku - Bicaranya sedikit pelo CRT >3detik, GCS : 15 TD : 140/90 mmHg N : 88x/m RR : 21X/m S : 36,7o C Hasil CT scan : Tampak lesi hipodens

kecil-kecil thalamus dan

carona radiota kanan midline 22 Mei 2017 15.30 Ds : Pasien mengatakan aktivitasnya terganggu Do : - Pasien terlihat tangan kanannya kaku, kaki terasa berat - Aktivitasnya terlihat dibantu keluarga Hambatan mobilitas fisik Gangguan neuromuskular 23 Mei 2017 06.00 Ds : Pasien mengatakan tidak bisa mandi, oral

hygiene serta ganti pakaian secara mandiri Do : - Pasien terlihat penampilannya tidak rapi - Pasien terlihat giginya kotor - Nafasnya bau Defisit perawatan diri Kerusakan neuromuskular

Gambar

Tabel 4.1 Identitas Pasien
Tabel 4.3 Perubahan Pola Kesehatan
Tabel 4.4 Pemeriksaan Fisik
Tabel 4.5 Pemeriksaan Penunjang
+6

Referensi

Dokumen terkait

bahwa mengelola uang itu suatu yang penting dan juga bisa menabung dari usia dini.

Hasil penelitian yang berupa unsur-unsur intrinsik dalam cerpen “Kemboja Terkulai di Pangkuan” dapat dimanfaatkan sebagai bahan pembelajaran sastra di

Steganografi adalah proses menyembunyikan pesan rahasia pada suatu media tertentu, dalam hal ini media yang digunakan adalah media file gambar bitmap 24 bit dengan pesan

Subnetting adalah pembagian suatu kelompok alamat IP menjadi beberapa network ID lain dengan jumlah anggota jaringan yang lebih kecil, yang disebut subnet

Dalam konteks kelekatan, orang dengan gaya kelekatan tidak aman, lebih merasakan emotional distressed karena mereka memandang perilaku/ situasi pihak lain mempunyai implikasi

Dalam penelitian ini parameter parameter yang ada dalam jaringan komputer seperti delay, jitter, bandwidth, utilization, paket loss dan throughput akan diukur untuk

Orang yang tergoncang mentalnya ketika menghadapi masa Purna karya, hal ini disebabkan adanya kecemasan atau stress terhadap kehilangan apa yang telah dirasakan atau didapatkan

Pada ar gallon isi ulang memiliki hasil semakin lama penyimpanan maka akan semakin meningkat, peningkatan terjadi di hari ke 9 pada Depo A, Depo b dan Depo C, ini