• Tidak ada hasil yang ditemukan

KONSEP PENGEMBANGAN WISATA BAHARI KEPULAUAN SERIBU YANG TERINTEGRASI DENGAN TRANSPORTASI FAST FERRY CATAMARAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KONSEP PENGEMBANGAN WISATA BAHARI KEPULAUAN SERIBU YANG TERINTEGRASI DENGAN TRANSPORTASI FAST FERRY CATAMARAN"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

KONSEP PENGEMBANGAN WISATA BAHARI KEPULAUAN SERIBU YANG TERINTEGRASI DENGAN TRANSPORTASI FAST FERRY CATAMARAN

Mohammad Imaad Al Hamas 1106018392

Mahasiswa S1, Program Studi Teknik Perkapalan, Departemen Teknik Mesin, Fakultas Teknik, Universitas Indonesia, Depok 16424

Email: imaadalhamas@gmail.com ABSTRAK

Kepulauan seribu yang merupakan bagian dari DKI Jakarta memiliki potensi yang sangat besar. Segala macam usaha harus dilakukan untuk mengembangkan sektor wisata bahari ini. Konsep pengembangan wisata bahari harus dilakukan secara terintergrasi dan berkelanjutan demi terciptanya wisata bahari bertaraf internasional yang dapat menjadi icon DKI jakarta di mata nasional maupun internasional. Pada skripsi ini dipaparkan sebuah konsep pengembangan berupa pengembangan pokok wisata sebagai atraksi wisatawan untuk meningkatnya ketertarikan yang juga membutuhkan transportasi yang dapat menyeimbangi hal tersebut. Dalam skripsi ini saya merancang Fast Ferry Catamaran berkapasitas 200 penumpang demi menunjang transportasi wisata bahari Kepulauan Seribu.

Kata kunci:

Kepulauan Seribu, wisata bahari, Fast Ferry Catamaran ABSTRACT

Kepulauan seribu that are part of DKI Jakarta where has a huge potential. All kinds of effort must be done to develop this marine tourism sector. A development concept of marine tourism must be applied in integrated manner and sustainable to make marine tourism as an international tourism and become an icon of DKI Jakarta which is well-known in national and international level. A development concept is written in this final project with main tourism development as tourist attractions in order to increase the interest of tourist which also need supporting means such as transportation. Therefore a design of fast ferry catamaran which has the capacity of 200 passengers to support the transportation of kepulauan Seribu marine tourism is presented. 1. PENDAHULUAN

Secara umum DKI Jakarta dikenal sebagai kota pemerintahan yang dipenuhi dengan gedung-gedung tinggi yang penuh dengan kesibukan dan keramaian, padahal di samping itu semua DKI Jakarta tidak terlepas dari Kepulauan Seribu yang merupakan daerah perairan Jakarta. Kepulauan Seribu memiliki 110 pulau, mencakup dari kawasan teluk Jakarta hingga Pulau Sebira dengan luas lautan 6.997,5 km2 dan luas daratan 8,6459 km2. Kepulauan Seribu merupakan tujuan wisata yang sangat menarik dan sangat dekat daerah perkotaan.

Kegiatan pariwisata seperti wisata bahari bisa menjadi salah satu aspek yang sangat berperan dalam perkembangan negara Indonesia, yang merupakan negara kepulauan yang sangat kaya akan potensi kemaritiman, khususnya Ibu Kota DKI Jakarta yang memiliki potensi wisata bahari berupa Kepulauan Seribu. Pemerintah DKI Jakarta memiliki tanggung jawab pada pengembangan

infrastruktur maupun pengembangan pariwisata bahari di kepulauan tersebut.

Kepulauan Seribu yang merupakan bagian dari DKI Jakarta memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata bahari warga domestik ataupun manca negara. Hal ini dapat menjadikan Kepulauan Seribu sebagai tren pariwisata layaknya pariwisata yang berada di Bali. Untuk dapat mewujudkannya dibutuhkan usaha yang besar dan harus menerapkan sistem yang terencana hingga mendapatkan hasil akhir yang baik.

Pengembangan wisata bahari menjadi wisata bertaraf internasional memerlukan usaha yang total, seperti memperhatikan sistem transportasi laut berupa kapal yang juga harus bertaraf internasional dengan perangkat keselamatan yang memenuhi standar, sehingga para wisatawan lokal ataupun manca negara tidak sungkan berwisata karena adanya jaminan keselamatan dan kenyamanan. Oleh karena itu, perancangan kapal sebagai alat transportasi laut harus disiapkan. Dalam hal ini kapal bukan hanya

(2)

sebagai sistem transportasi, tetapi juga menjadi salah satu daya tarik wisatawan untuk merasakan sensasi atau pengalaman yang menarik dengan menaiki kapal yang nyaman dan aman. Hal tersebut dapat diwujudkan apabila kapal yang tersedia adalah kapal yang memiliki standar yang baik dan berkelas.

Selain dari segi sistem transportasi, hal lain yang perlu diperhatikan adalah objek-objek wisata yang juga merupakan komponen utama dalam pengembangan wisata bahari yang terintegrasi.

2. LANDASAN TEORI

2.1. Definisi Pariwisata dan Wisatawan Pariwisata adalah istilah yang diberikan apabila seorang wisatawan melakukan perjalanan atau dengan kata lain aktivitas yang dilakukan ketika seseorang pengunjung melakukan perjalanan (Sutrisno, 1998:23). Pariwisata secara singkat dapat dirumuskan sebagai kegiatan dalam masyarakat yang berhubungan dengan wisatawan (Soekadijo, 2000, hal:2).

Definisi wisatawan menurut Norval (Yoeti, 1995) adalah setiap orang yang datang dari suatu negara ke negara lain yang alasannya bukan untuk menetap atau bekerja secara teratur, melainkan untuk sementara waktu membelanjakan uangnya.

2.2. Pengembangan Pariwisata

Perencanaan dan pengembangan pariwisata merupakan suatu proses yang dinamis dan berkelanjutan menuju ke tataran nilai yang lebih tinggi dengan cara melakukan penyesuaian dan koreksi berdasarkan pada hasil monitoring dan evaluasi serta umpan balik implementasi rencana sebelumnya yang merupakan dasar kebijaksanaan dan merupakan misi yang harus dikembangkan. Perencanaan dan pengembangan pariwisata bukanlah sistem yang berdiri sendiri, melainkan terkait erat dengan sistem perencanaan pembangunan yang lain secara intersektoral dan interregional. Perencanaan pariwisata haruslah didasarkan pada kondisi dan daya dukung dengan maksud menciptakan interaksi jangka panjang yang saling menguntungkan di antara pencapaian tujuan pembangunan pariwisata, peningkatan kesejahteraan masyarakat setempat dan berkelanjutan daya dukung lingkungan di masa mendatang (Fandeli,1995).

2.3 Sejarah Terbentuk Kepulauan Seribu

Kepulauan Seribu yang terletak di Laut Jawa dan Teluk Jakarta merupakan suatu wilayah dengan karakteristik dan potensi alam yang berbeda dengan wilayah DKI Jakarta lainnya, sebab wilayah ini pada dasarnya merupakan gugusan pulau-pulau terumbu karang yang terbentuk dan dibentuk oleh biota koral dan biota asosiasinya (algae, moluska, foraminifera dan lain-lain) dengan bantuan proses dinamika alam. Sesuai dengan karakteristik tersebut dan kebijaksanaan pembangunan DKI Jakarta, maka pengembangan wilayah Kepulauan Seribu diarahkan terutama untuk :

- Meningkatkan kegiatan pariwisata

- Meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat nelayan melalui peningkatan budidaya laut.

- Pemanfaatan sumber daya perikanan dengan konservasi ekosistem terumbu karang dan mangrove.

2.4 Pengertian Katamaran

Kata ‘Catamaran’ berasal dari kata ‘Tamil’ yaitu kaṭṭumaram ( ) yang secara harfiah berarti kayu terikat, (dari kattu "untuk mengikat" dan maram "kayu, pohon"). Katamaran adalah salah satu jenis kapal yang dibedakan dalam jenis lambungnya. Katamaran yaitu kapal multihulls yang terdiri dari 2 lambung paralel dengan ukuran yang sama pada kedua sisi kapal dan dihubungkan dengan struktur bridging, dimana platform tersebut bebas dari permukaan air sehingga terjangan ombak dan kebasahan pada dek dapat di kurangi.

Pada jenis katamaran atau multihulls terdapat beberapa kelebihan dibandingkan dengan kapal satu lambung atau monohull. Kelebihan tersebut bisa dilihat dari aspek stabilitas, efisiensi, draft kapal, safety, hingga kecepatan kapal itu sendiri. Salah satunya yaitu stabilitas, stabilitas yang baik yang didapatkan dari lebarnya (beam) kapal yang lebih besar dibandingkan kapal monohull,. Dari aspek draught, pada pelayaran di perairan dangkal karena katamaran bisa mempunyai draught yang sangat kecil dibanding dengan monohull, dengan area geladak yang luas dan dapat membawa kapasitas beban yang lebih besar. Gambar 1 memperlihatkan perbandingan katamaran dengan monohull

(3)

Gambar. Stability at Varying Angles of Heel 2.5 Pengertian Kapal Ferry

Kapal ferry atau bisa juga disebut kapal penyebrangan yang mengangkut penumpang sebagai angkutan utamanya, yang merupakan suatu transportasi air pada umumnya untuk jarak dekat. Kapal ferry mengambil peran penting dalam suatu sistem transportasi atau angkutan di daerah pesisir dan antarpulau dibandingkan dengan pembangunan jembatan antarpulau.

Terdapat beberapa jenis kapal Ferry sesuai dengan kebutuhan, seperti:

a) Ferry Ro-Ro (roll on- roll of) b) Ujung ganda

c) Hydrofoil/ hovercraft. d) Ferry katamaran e) Ferry kabel f) Ferry meja putar g) Ferry kereta 2.6 Perencanaan Kapal

Perencanaan atau perancangan suatu kapal biasanya melalui beberapa tahap, yaitu konsep awal dan desain kontrak. Suatu desain biasanya memiliki parameter tertentu untuk dibuat, sehingga menghasilkan desain yang memberikan solusi terbaik dari parameter-parameter yang digunakan. Tahapan perencanaan kapal secara umum dapat dibagi menjadi: a. Concept Design b. Preliminary Design c. Contract Design d. Detail Design  

2.7 Safety Of Life At Sea (SOLAS)

SOLAS merupakan ketentuan yang paling penting berkenaan dengan keselamatan kapal-kapal niaga dan juga yang tergolong paling tua. Versi pertama disetujui oleh 13 negara tahun 1914, setelah peristiwa tenggelamnya kapal TITANIC pada tahun 1912. Dalam perjalanan sejarahnya

SOLAS mengalami perubahan-perubahan dan badan internasional yang sangat berperan dalam hal ini adalah IMCO.

Konferensi IMCO yang pertama dilaksanakan pada tahun 1960 dan telah menghasilkan International Convention on the Safety of Life at Sea 1960 yang mulai diberlakukan pada tahun 1965. Ketentuan-ketentuan dalam SOLAS selalu diubah atau ditambah untuk mengembangkan keselamatan di laut yang lebih baik dengan memperhatikan perkembangan-perkembangan yang terjadi. Dalam konferensi yang diselenggarakan oleh IMCO (Inter-Governmental Consultative Organization), sekarang IMO (International Maritime Organization), dihasilkan apa yang disebut sebagai Protokol (dokumen mengenai hal-hal yang sudah disetujui secara resmi).

Tujuan utama dari IMO adalah menentukan standar dan membangun ketentuan internasional yang berkaitan dengan perkapalan, memonitor implementasinya oleh pemerintah-pemerintah, membuatnya selalu terkini (up to date) sejalan dengan kemajuan teknologi.

Konferensi pertama pada tahun 1960 di London menghasilkan International Convention on the Safety of Life at Sea 1960 dan mulai diberlakukan pada tahun 1965. Hal penting lainnya pada waktu itu adalah International Convention for the Prevention of Pollution from Ships yang dihasilkan tahun 1973, yang kemudian digabungkan (corporated) dalam Convention of 1978 yang akhirnya terkenal sebagai MARPOL 73/78.

3. METODE PENELITIAN

3.1. Tinjauan Kondisi Geografis dan Iklim Kepulauan Seribu

Kondisi geografis Kepulauan Seribu terletak pada 5°23’ - 5°40’ LS, 106°25’ - 106°37’ BT. Secara geografis Kepulauan Seribu berbatasan langsung dengan Laut Jawa di sebelah utara, timur, dan barat. Sedangkan di sebelah selatan berbatasan langsung dengan wilayah Kotamadya Jakarta Utara, Provinsi Banten dan Jawa Barat. Kepulauan Seribu memiliki luas wilayah sekitar 1.180,80 ha yang terdiri dari wilayah perairan dengan luas sekitar 6.997,50 km2 dan luas daratan 8,6459 km2. Pulau–pulau di Kepulauan Seribu relatif tidak terlalu luas, pulau terbesarnya adalah Pulau Tidung Besar dengan luas 50 ha. Penyebaran pulau di Kepulauan Seribu relatif tidak merata.

(4)

Gugusan pulau di Kepulauan Seribu dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok. Kelompok pertama terdiri dari gugusan Kepulauan Seribu Utara mulai dari Pulau Peteloran di ujung utara sampai dengan Pulau Karang Besar. Kelompok kedua adalah gugusan Kepulauan Seribu Selatan mulai dari Pulau Tidung Besar sampai dengan Teluk Jakarta termasuk pulau yang paling terpencil dari Teluk Jakarta yaitu Pulau Sebira.

Kondisi angin di Kepulauan Seribu dipengaruhi oleh Angin Musim Barat (Desember-Maret), Angin Musim Timur (Juni – September), dan Musim Pancaroba pada bulan April-Mei dan Oktober-November. Kecepatan angin musim Barat berkisar antara 7-20 knot/jam dan bertiup dari barat daya sampai barat laut. Pada musim Timur kecepatan angin berkisar antara 7-15 knot/jam yang bertiup dari arah Timur sampai Tenggara. Tipe iklim di Kepulauan Seribu termasuk tropika panas dengan suhu maksimum 32,30C, suhu minimal 21,60C dan suhu rata–rata 270C serta kelembaban udara 80 mmHg. Rata–rata tinggi gelombang berkisar antara 0,07-0,7 m dengan periode gelombang 2,4–6,3 detik dan kecepatan gelombang rata–rata yang relatif rendah yaitu hanya mencapai 1 knot.

Secara administrasi Kabupaten Admininstrasi Kepulauan Seribu memiliki luas wilayah 8,70 Km2, yang terbagi menjadi 2 kecamatan dengan 6 kelurahan dan 106 pulau. Rincian kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu adalah sebagai berikut :

1. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara (terdiri dari 81 pulau)

1. Kelurahan Pulau Kelapa 2. Kelurahan Pulau Harapan 3. Kelurahan Pulau Panggang

2. Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan (terdiri dari 25 pulau)

1. Kelurahan Pulau Tidung 2. Kelurahan Pulau Pari

3. Kelurahan Pulau Untung Jawa 3.2. Kondisi Pariwisata Kepulauan Seribu Hotel dan Pariwisata

Jumlah hotel, homestay, resort dan rumah makan sebagai salah satu penunjang penginapan untuk wisatawan di Kepulauan Seribu adalah sebagai berikut:

Tabel. Jumlah Homestay, Rumah Makan dan Hotel di Kab. Kepulauan Seribu, 2008-2012 Wisatawan Kepulauan seribu

Jumlah wisatawan mancanegara maupun domestik di Kepulauan Seribu sebagai parameter berkembangnya wisata bahari di Kepulauan Seribu ditunjukan pada tabel di bawah ini.

Tabel. Jumlah Kunjungan Wisatawan ke Obyek Wisata Unggulan, 2008 - 2012

Transportasi Laut

Keadaan transportasi laut di Kepulauan Seribu yang menunjukan jumlah angkutan transportasi yaitu kapal yang beroperasi di Kepulauan Seribu. Data yang di dapat ditunjukan dalam tabel dibawah ini.

(5)

Tabel. Jumlah Kapal, 2008-2012 3.3 Tren Wisata Bahari

Tren pariwisata bahari ini salah satu aspek yag harus perhatikan karena untuk pemperjelas bagaimana posisi wisata bahari itu sendiri. Menurut UNWTO (United Nations World Tourism Organization), pada akhir 2020 jumlah wisatawan dunia akan mencapai 1,6 miliar. Dari 1,6 miliar wisatawan dunia, 717 juta berkunjung ke Eropa, 397 juta berkunjung ke Asia Timur dan Pasifik, 282 juta berkunjung ke Amerika, dan diikuti oleh Afrika, Asia Tengah, dan Asia Selatan, yang diperlihatkan dalam gambar 3.4

Gambar 3.3 grafik perkiraan UNWTO jumlah wisatawan pada akhir 2020

3.4 Concept Design Fast Ferry Catamaran Dimensi–dimensi utama kapal rancangan didapat dari metode perbandingan sebagai berikut:

Lpp = 27,56 m Loa = 28,7 m B = 9,5 m H = 3 m T = 1,2 m B1 = 2,6 m

Service Speed = 35 knot

Pax = 200 pax

Cruise Range = 125 sea miles B1 adalah lebar lambung. Lalu koordinat– koordinat dari desain kapal dimasukkan pada perangkat lunak Maxsurf Pro untuk membuat gambaran kapal tersebut dengan acuan garis tetap adalah after perpendicular dan baseline. Hasil desain penggabungan titik titik koordinat pada Maxsurf Pro dapat dilihat pada gambar 3.4.

Gambar Error! No text of specified style in document..4 Lines Plan Kapal Rancangan pada

perangkat lunak Maxsurf

3.5 Peralatan Keselamatan Kapal Penumpang Dalam transportasi laut dibutuhkan jaminan keselamatan agar memberikan rasa aman dan nyaman, terlebih dalam sebuah kapal penumpang atau feri, kapal ini mengangkut banyak jiwa di dalamnya. Dalam pariwisata tentunya wisatawan tidak inigin mengambil resiko karena umunya tujuan berwisata itu sendiri yaitu untuk refreshing. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah rancangan yang memenuhi peraturan keselamatan yaitu dalam hal ini adalah SOLAS.

Peralatan Keselamatan Untuk Masing – Masing Personil ( SOLAS Seksi II Peraturan 21 ):

1. Pelampung Penolong / Lifebuoy

Suatu kapal penumpang harus membawa pelampung penolong yang jumlahnya sesuai dengan persyaratan yang tertera dalam tabel berikut:

Tabel.3.5.1 Persyaratan Jumlah Pelampung Pada Kapal Penumpang

2. Baju Penolong ( Life Jacket )

Peraturan keselamatan untuk baju penolong dewasa pada kapal penumpang minimal 105 % dari jumlah seluruh penumpang yang ada di kapal. Sedangkan untuk baju penolong anak– anak minimal 10 % dari jumlah seluruh penumpang yang ada di kapal. 4. HASIL DAN ANALISIS

Pada bab analisis ini, melihat berdasakan kondisi dan keadaan wisata bahari di Kepulauan Seribu yang membutuhkan pengembangan, sehingga konsep pengembangan yang terintegrasi

Panjang Kapal Jumlah Minimum Pelampung L < 60 m 8 60 m ≥ L < 120 m 12 120 m ≥ L < 180 m 18 180 m ≥ L < 240 m 24 L ≥ 240 m 30

(6)

dengan transportasi Fast Ferry Catamaran. Transportasi kapal adalah salah satu penunjang pengembangan wisata bahari di Kepulauan Seribu. Analisa juga akan membahas parameter lain yang seharusnya dikembangan demi menunjang transportasi laut ini, seperti aspek keselamatan yang akan menjamin keamanan para wisatawan dan yang lainya. Tidak ketinggalan dengan pengembangan wisatanya itu sendiri sebagai tujuan utama dalam berwisata bahari.

4.2 Konsep Pengembangan Pariwisata Bahari yang Terintegrasi

Konsep yang terintegrasi ini harus didukung dengan infrastruktur, organisasi pengelolaan dan sistem pemasaran yang terpadu. Poin-poin utama yang menjadi pokok pengembangan yaitu:

1. Objek pariwisata bahari (attractions), 2. Transportasi,

3. Pelayanan, 4. Promosi.

4.2.1 Objek Pariwisata Bahari

Objek wisata inilah yang dapat menarik para wisatawan sehingga suatu situs wisata dapat hidup dan berkembang. Objek wisata harus dikenali, dieksplorisasi potensinya sehingga dapat dimanfaatkan sebagai objek wisata bahari. Wisata bahari telah banyak dikenal dan berkembang, akan tetapi masih ada aspek-aspek yang harus di kembangkan di Kepulauan Seribu:

1. Wisata pesiar (cruise tourism)

Yachting atau sailing. Kepulauan Seribu harus mempunyai fasilitas port untuk yacht bagi kalangan atas yang memiliki pendapatan yang sangat besar. Hal tersebut akan membantu ekonomi Kepulauan Seribu.

Gambar 4.2.1. Visualisasi fasilitas port untuk sailing yacht.

2. Wisata pemancingan (fishing tourism), Wisata yang sangat populer ini tidak hanya ada pada saat liburan, sehingga harus adanya pengembangan, seperti harus adanya peraturan dan prosedur yang dapat membuat keamanan dan

kenyaman seorang turis pemancing ini. Di Kepulauan Seribu harus dibuat sebuah gedung perkumpulan pemancing, sehingga dapat membuat suatu Komunitas Pemancing Kepulauan Seribu, sehingga para pemancing dapat berkumpul dan berbagi antar pemancing lainya, dan menyalurkan hobinya.

Gambar 4.2.1 Ilustrasi gedung pertemuan untuk para pemancing

Sumber : edited by photoshop 3. Wisata olahraga (sport tourism),

Diving, snorkeling pada objek wisata ini sangat menarik dan juga menjadi tujuan utama para wisatawan dalam melakukan wisata bahari, hal ini harus dilihat menjadi suatu potensi yang sangat besar, sehingga harus dikembangkan seperti Kepulauan Seribu yang membuat sebuah sekolah atau akademi olahraga air, sehingga para atlet-atlet nasional dapat berlatih di tempat tersebut. Di Kepulauan Seribu juga harus disediakan suatu lembaga diving course untuk wisatawan yang ingin mendapatkan sertifikat menyelam:

Gambar 4.2.1Visualisasi dive center, atau akademi olahraga air sebagai fasilitas penunjang olahraga air di Kepulauan Seribu

4. Wisata budaya (cultural tourism),

Wisata budaya tidak terlepas dari budaya lokal tempat wisata tersebut, mungkin ini yang berkurang di Jakarta, karena terjadi pergesaran budaya yang disebabkan arus globalisasi, sehingga harus ada suatu langkah yang dapat melestarikan kebudayaan itu sendiri, maka di Kepulauan Seribu

(7)

ini harus dibangun sebuah sanggar atau panggung pagelaran yang bertaraf internasional, yang mempunyai kemegahan dan jati diri seni Jakarta, dimana di tempat itulah para seniman Jakarta dapat berkontribusi dalam kesenian Jakarta, sehinnga menjadi salah satu cabang wisata yang menarik di Kepulauan Seribu atau menjadi ikon sendiri bagi Kepulauan Seribu. Selain itu, Kepulauan Seribu juga mempunyai situs sejarah dan potensi ini harus dikembangkan seperti mengadakan ekonomi kreatif di setiap situs pariwisata, sehingga dapat membantu mengembangkan ekonomi masyarakat lokal di sana.

Gambar 4.2.1 Visualisasi panggung pagelaran Kesenian Jakarta yang bertaraf internasional sebagai salah satu atraksi wisata Kepulauan Seribu

Sumber: google.com

5. Wisata Permainan, Cagar Alam dan Suaka Margasatwa

Dalam konsep objek wisata bahari yang terpadu ini, tidak lengkap jika Kepulauan Seribu tidak menghadirkan sebuah branding yang bertaraf internasional yang dapat menjadi icon wisata kepulauan itu sendiri, seperti ilustrasi pada gambar 4.5 dan 4.6. Icon tersebut memvisualisasikan sebuah wisata wahana permainan yang berbasis bahari dilengkapi dengan cagar alam dengan segala kekayaan dan keindahan alam Kepulauan Seribu dan menghadirkan akuarium berisi ikan-ikan endemik dari Indonesia. Konsep ini memang sangat besar jangkauannya, sehingga pemerintah harus melakukan secara total untuk mengembangakan sektor ini.

Gambar 4.1.2.6 Visualisasi konsep contoh Wisata Permainan, Cagar Alam dan Suaka Margasatwa

Bahari

Gambar 4.2.1 Visualisasi konsep contoh Wisata Permainan, Cagar Alam dan Suaka Margasatwa

Bahari Sumber : google.com 4.2.2 Transportasi

Sistem transportasi yang terintegrasi dapat dimulai dari shuttle bus yang dapat menjangkau seluruh penduduk di Jakarta. Shuttle bus ini didesain seunik mungkin sehingga menjadi daya tarik dan promosi tersendiri. Selanjutnya pemerintah juga menyiapkan transportasi laut yang sesuai untuk diterapkan dan ini akan menjadi bahasan penulis pada bahasan selanjutnya.

Gambar 4.2.2 visualisai shuttle bus yang menarik sebagai suatu atraksi dalam wisata bahari

Kepulauan Seribu Sumber: google.com 4.2.3 Pelayanan

(8)

Pelayanan dalam wisata bahari Kepulauan Seribu ini harus mencakup dari transportasi hingga layanan di lokasi Kepulauan Seribu. Dimulai dari transportasi yang nyaman, aman dan tertib sesuai dengan jadwal harus menjadi perhatian penting agar pelayanan ini dapat dipandang sebagai kualitas yang baik.

Gambar 4.2.3 Visualisasi pelayanan pelabuhan yang dapat memenuhi kebutuhan para wisatawan 4.2.4 Promosi

Tanpa adanya strategi promosi yang baik, bisa menjadi hambatan dalam pengembangan wisata bahari ini. Dengan adanya promosi, penyebarluasan informasi tentang wisata bahari Kepulauan Seribu, diharapkan akan semakin gencarnya ketertarikan dan rasa penasaran para calon wisatawan tentang apa yang sebenarnya ada pada wisata bahari Kepulauan Seribu ini. Strategi promosi ini harus membuat calon wisatawan penasaran sehingga tertarik untuk menjadi agenda calon wisatawan untuk berkunjung. Promosi ini harus dilakukan secara besar-besaran, gencar, militan, yang memang akan memakan biaya yang sangat tinggi, seperti menanyangkan di televisi-televisi internasional maupun nasional, majalah, koran, jejaring sosial, dan media-media lainya, dan dalam hal ini memang dibutuhkan orang yang ahli di bidang ini.

Poin-poin yang ditekankan untuk dikembangkan di atas menunjukkan bahwa harus ada integrasi yang baik dari setiap komponen. Pengembangan wisata bahari yang terintegrasi diharapkan dapat dicapai, sebagai konsep transportasi yang terintegrasi mulai dari angkutan darat (shuttle bus), hingga angkutan laut (fast ferry catamaran), sebagai ilustrasi pada gambar 4.2

4.3 Hasil Kapal Rancangan Fast Ferry Catamaran

4.3.1 Spesifikasi Utama Kapal

Spesifikasi utama dari kapal rancangan telah diperhitungkan mulai koefisien bentuk sampai koreksi displacement sebagai berikut:

- Tipe kapal = Fast ferry Catamaran - Kapasitas penumpang = 200 orang

- Panjang kapal = 28,7 meter - Lebar kapal = 9,5 meter - Sarat kapal = 1,2 meter - Kecepatan Dinas = 35 knot

- Daerah Pelayaran = Kepulauan Seribu– Jakarta

4.3.2 General Arrangement

Setelah pada bab 3 merancang ukuran utama dan didapatkan lines plan, maka didapatkan general arrangement seperti gambar 4.3.2

(9)

Gambar 4.3.2. General Arrangement Fast Ferry Catamaran

4.4 Analisa Penerapan Life Safety Appliances 4.4.1 Pelampung Penolong / Lifebuoy

Sesuai dengan peraturan bahwa kapal rancangan termasuk dalam kategori dengan panjang kapal kurang dari 60 meter, maka pada kapal ini setidaknya harus terdapat 8 buah lifebuoy. 4.4.2 Baju Penolong (Life Jacket)

Baju penolong atau life Jacket yang dibutuhkan pada kapal rancangan yaitu:

- Jumlah penumpang : 200 orang - Jumlah kru kapal : 4 orang - Jumlah keseluruhan : 204 orang - life jacket yang dibutuhkan : 204 + 5% =

214 buah 4.4.3 Life Raft

Sesuai kapasitas penumpang yaitu 200 orang, kapal ini membutuhkan 125 % Life Raft dari jumlah penumpang, sehingga membutuhkan 5 buah dengan kapasitas 50 orang.

4.5 Analisis Keselamatan Untuk Pencegahan Kebakaran

Untuk mencegah terjadinya kebakaran, kapal rancangan ini harus dipenuhi dengan perlengkapan untuk pencegahan kebakaran, yaitu:

1. Kotak Pemadam Kebakaran (Hydrant Box)

2. Pemadam Kebakaran Jinjing (Fire Extinguisher)

3. Alarm Kebakaran ( Fire Alarm ) 4. Pendeteksi Kebakaran ( Fire Detector ) 5. Sprinkle

6. Denah Keselamatan (Safety plan)

5. KESIMPULAN

Dari hasil analisis, konsep dan perancangan, dapat dilihat bahwa sangat memungkinkan penerapan pengembangan wisata bahari di Kepulauan Seribu. Pengembangan secara terintegrasi mulai dari transportasi, fasilitas, hingga objek wisata yang dapat menjadi andalan.

Pengembangan pada objek wisata bahari dapat menarik banyak wisatawan yang diharapkan jumlah wisatawan akan terus meningkat. Dengan meningkatnya jumlah wisatawan, perlu adanya dukungan dari berbagai aspek, termasuk aspek transportasi sebagai komponen utama dari wisata bahari tersebut.

Transportasi Fast Ferry Catamaran disimpulkan menjadi transportasi yang tepat untuk diterapkan pada penyebrangan Jakarta-Kepulauan Seribu. Transportasi laut yang menggunakan Fast Ferry Catamaran yang dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan dengan sistem pencegahan kebakaran akan membuktikan bahwa transportasi ini memiliki kualitas, dan akan memberikan rasa aman bagi wisatawan baik mancanegara maupun domestik. DKI Jakarta akan mempunyai icon baru yaitu wisata bahari Kepulauan Seribu yang bertaraf internasional dan dapat menjadi sorotan dan percontohan bagi wisata-wisata bahari di seluruh Indonesia serta menunjukan bahwa Indonesia bukan hanya memiliki potensi alam yang indah, tetapi Indonesia juga memiliki kemampuan untuk menjaga, melindungi dan memanfaatkan potensi tersebut dengan baik.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Albert Talahatu, Marcus. (1985). Teori Merancang Kapal. Depok : Fakultas Teknik Universitas Indonesia

[2] Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu, Badan Pusat Statistik.(2013). Kepulauan Seribu Dalam Angka. Jakarata : Badan Pusat Statistik Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu

[3] International Maritime Organization (IMO), Safety of Life at Sea (SOLAS)

[4] Baharuddin.(2011). Keselamatan Maritim. Makassar : Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin. [5] Tarjan, Gregor. (2008). Catamarans The Complete Guide For Cruising Sailors. United State America [6] Eyres, D. J. (2001). Ship Construction 5th Edition. Cornwall:MPG Books Ltd.

[7] Wardhono, F.I.Kumpulan Artikel Terkait Pariwisata Bahari. Indonesia [8] Soekadijo. 2000. Anatomi Pariwista. Jakarta : Gramedia.

(10)

[9] Nyoman S. Pendit. (2002). Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta: PT. Pradnya Paramita A. Yoeti, Oka. 1995. Tours and Travel Management, edisi revisi. Jakarta: PT Pradnya Paramita. [10] Fandeli, Chafid. 195. Dasar-Dasar Manajemen Kepariwisatan Alam. Yogyakarta :Penerbit Liberty. [11] Anugrah, P.B (2014). Analisis Kelayakan Investasi Kapal Yacht Katamaran Pelat Datar 20 Pax

Sebagai Kapal Charter Wisata Penyeberangan Jakarta Ke Kepulauan Seribu. Depok : Fakultas Teknik Universitas Indonesia [12] http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23541/4/Chapter%20II.pdf (diakses 10/10/2014 20.00 WIB) [13] http://thesis.binus.ac.id/doc/Bab2/2009-2-00436-TI%20BAB%202%20.pdf (diakses 10/10/2014 20.15 WIB) [14] http://iubtt.kemenperin.go.id/index.php/istilah-istilah-industri/87-perkapalan/409-sin (diakses 11/10/2014 22.00 WIB)

Gambar

Gambar 3.3 grafik perkiraan UNWTO jumlah  wisatawan pada akhir 2020
Gambar 4.2.1. Visualisasi fasilitas port  untuk sailing yacht.
Gambar 4.1.2.6 Visualisasi konsep contoh Wisata  Permainan, Cagar Alam dan Suaka Margasatwa
Gambar 4.2.3 Visualisasi pelayanan pelabuhan  yang dapat memenuhi kebutuhan para wisatawan  4.2.4 Promosi
+2

Referensi

Dokumen terkait

Paper ini mencoba untuk melihat kendala dalam pembangunan infrastruktur layanan keuangan digital (LKD) di Kalimantan Barat yang semestinya dapat dilakukan oleh

Struktur populasi kepiting bakau ( Scylla serrata ) ditinjau dari kelimpahan kepiting bakau ( Scylla serrata ), hubungan lebar karapas dengan bobot tubuh, pola pertumbuhan,

Dengan demikian menunjukkan bahwa komunikasi intern mempengaruhi efektivitas kerja pegawai sebesar 36,3% dan sisanya yaitu 63.7% dari efektivitas kerja

Tugas Akhir ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang telah penulis lakukan dengan judul : Pengaruh Kepercayaan dan Kualitas Informasi terhadap Keputusan Pembelian Secara

Berdasarkan nilai akar ciri yang tertera pada Tabel 91 dan indeks pilihan lokasi perumahan oleh penghuni, ada tiga variabel dari komponen fisik yang memiliki nilai akar ciri

Metode resitasi merupakan salah satu metode penugasan yang diberikan guru terhadap siswa. Perhatian siswa terhadap suatu obyek atau subyek akan mempengaruhi

Ruang kelas merupakan suatu ruangan dalam bangunan pendidikan (kampus) yang berfungsi Ruang kelas merupakan suatu ruangan dalam bangunan pendidikan (kampus) yang berfungsi

penelitian ini diperoleh nilai Adjusted R2 sebesar 0,575 jadi dapat disimpulkan bahwa variabel terikat keputusan pembelian dipengaruhi oleh variabel bebas citra merek