• Tidak ada hasil yang ditemukan

Surabaya Kota Sehat Tahun 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Surabaya Kota Sehat Tahun 2012"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

P.R.O.F.I.L

S

uraba

ya

Kota Seh

a

t

Tahun 2012

Bagian 1

Pendahuluan

Pengertian Kota Sehat

Kota Sehat adalan suatu kondisi kabupaten/kota yang bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni penduduk, yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati masyarakat dan pemerintah daerah.

Tujuan

Tercapainya kondisi Kabupaten/Kota untuk hidup dengan bersih, nyaman, aman dan sehat untuk dihuni dan sebagai tempat bekerja bagi warganya dengan cara terlaksananya berbagai program-program kesehatan dan sektor lain, sehingga dapat meningkatkan sarana dan produktivitas dan perekonomian masyarakat.

Sasaran

Sasaran kota sehat adalah sebagai berikut :

1. Terlaksananya Program Kesehatan dan sektor terkait yang sinkron dengan kebutuhan masyarakat, melalui pemberdayaan Forum yang disepakati masyarakat.

2. Terbentuknya Forum masyarakat yang mampu menjalin kerjasama

antar masyarakat, Pemerintah Daerah dan pihak swasta, serta dapat menampung aspirasi masyarakat dan kebijakan pemerintah secara

seimbang dan berkelanjutan dalam mewujudkan sinergi

pembangunan yang baik.

3. Terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik, sosial dan budaya, serta perilaku dan pelayanan kesehatan yang dilaksanakan secara adil, merata dan terjangkau dengan memaksimalkan seluruh potensi sumber daya di Kabupaten/Kota tersebut secara mandiri.

4. Terwujudnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk

meningkatkan produktifitas dan ekonomi wilayah dan masyarakatnya sehingga mampu meningkatkan kehidupan dan penghidupan masyarakat menjadi iebih baik.

(2)

Profil Kota Sehat Surabaya : Bagian 2

Keadaan umum

Kota Surabaya

Keadaan wilayah kota Surabaya

Batas Kota Surabaya dapat dilihat dari dua batas, yaitu batas astronomi dan batas geografi. Pada batas astronomi, Kota Surabaya berada diantara 070 12’ sampai 070 21’ lintang selatan dan 1120 16’ sampai 1120 54’ bujur timur. Untuk batas geografi, Kota Surabaya memiliki batas wilayah sebagai berikut;

Sebelah utara : Perairan Laut Kabupaten Bangkalan

Sebelah Timur : Perairan Laut Kab. Bangkalan dan Sidoarjo

Sebelah Selatan : Kabupaten Sidoarjo

Sebelah Barat : Kabupaten Gresik

Total Luas wilayah Kota Surabaya adalah 52. 087 Ha dengan luas daratan 33.048 Ha dan luas laut sebesar 19.039 Ha. Pemerintahan kota Surabaya dikepalai oleh Walikota yang juga membawahi koordinasi atas wilayah administrasi Kecamatan yang dikepalai oleh Camat. Jumlah Kecamatan yang ada di kota Surabaya sebanyak 31 Kecamatan dan jumlah Kelurahan sebanyak 160 Kelurahan dan terbagi lagi menjadi 1.405 RW (Rukun Warga) dan 9.271 RT (Rukun Tetangga).

Keadaan fisik dasar kota Surabaya

Dilihat dari kondisi topografi, Kota Surabaya memiliki karakteristik topografi yang datar. Dengan arti lain, kemiringan lahan yang ada di Kota Surabaya sebagian besar berada direntang 0% - 2% terutama di wilayah utara, timur dan barat dari Kota Surabaya atau sekitar 81,16%. Untuk sisanya, yaitu

(3)

daerah yang memiliki kemiringan lahan sekitar 2% - 15% sebanyak 18,84% yang berada di Barat Daya Kota Surabaya.

Dilihat dari ketinggian wilayah, Kota Surabaya ini hampir secara keseluruhan berada pada 0-10 meter. Luas wilayah yang memiliki ketinggian tersebut sekitar 80,58%. Ketinggian lainnya, yaitu yang berada di 10-20 meter memiliki sekitar 12,54% dari luas secara keseluruhan, dan ketinggian lahan di atas 20 meter memiliki 6,88% dari luas keseluruhan. Untuk kelerangan, Kota Surabaya pun memiliki tingkat kelerangan yang landai. Kelerangan diukur berdasarkan sudut yang dibentuk oleh permukaan tanah dengan bidang horizontal dan dinyatakan dalam persentase. Luas daerah berdasarkan klasifikasi lereng, terdiri dari:

 Lereng 0 – 2 %, seluas 80,90% dari luas wilayah, kecuali genangan

air. Pada lereng tersebut merupakan daerah yang lebih baik untuk usaha pertanian tanaman semusim.

 Lereng 2 –15 %, seluas 13,10% dari luas wilayah, pada lereng tersebut baik untuk usaha pertanian dengan tetap memperhatikan usaha pengawetan tanah dan air.

Secara umum wilayah Kota Surabaya merupakan dataran rendah dengan ketinggian 3 – 6 meter di atas permukaan air laut, kecuali dataran rendah di sebelah selatan dengan ketinggian 25 – 50 meter di atas permukaan air laut. Kota Surabaya terbagi menjadi 31 kecamatan dengan luas wilayah sebesar 326,36 km2. Luas wilayah antar kecamatan sangat bervariasi. Kecamatan terluas wilayahnya adalah Kecamatan Benowo, dengan luas sebesar 23,72 km2, terletak di Surabaya Barat. Sedangkan kecamatan dengan luas wilayah terkecil adalah Kecamatan Simokerto yang luasnya sebesar 2,59 km2 terletak di Surabaya Pusat. Sumber data dari pantauan Stasiun Meteorologi Juanda Surabaya digunakan untuk mengetahui kecepatan angin, tekanan udara, hari hujan, curah hujan dan temperatur di Kota Surabaya. Berdasarkan sumber data tersebut, selama tahun 2010 kecepatan angin di Kota Surabaya berkisar antara 12 knot hingga 35 knot.

Kecepatan angin tertinggi di Kota Surabaya terjadi pada bulan Februari sebesar 35 knot, pada bulan selanjutnya menurun landai hingga mencapai kecepatan angin minimum sebesar 12 knot pada bulan Desember 2010.

Tekanan udara di Kota Surabaya selama tahun 2010 tidak terlalu bervariasi. Rata-rata tekanan udara yang terjadi di Kota Surabaya sebesar 1.010,0 milibar atau berkisar antara 1.006,9 milibar sampai dengan 1.011,0 milibar. Tekanan udara di Kota Surabaya selama 2010 yang terbesar terjadi pada Juli dan Agustus sebesar 1.011,0 milibar dan terendah terjadi pada bulan Desember sebesar 1.006,9 milibar.

Suhu udara di Kota Surabaya tahun 2010 cukup berfluktuasi berkisar antara 27,20C sampai dengan 28,40C. Suhu tertinggi terjadi pada bulan Mei dan Oktober yang mencapai sebesar 28,40C dan suhu terendah terjadi bulan September sebesar 27,20C. Rata-rata suhu udara di Kota Surabaya tahun 2010 sebesar 27,80C. Suhu udara bulan Januari hingga bulan Maret 2010 meningkat, tetapi bulan April mengalami penurunan suhu udara sebesar 27,70C. Pada bulan Mei 2010 mengalami peningkatan suhu udara tertinggi sebesar 28,40C. Pada bulan Juni sampai September 2010 mengalami penurunan drastis suhu udara yang menyebabkan suhu udara dingin.

(4)

Jumlah hari hujan di Kota Surabaya pada tahun 2010 sangat berfluktuasi dengan rata-rata adalah 20 hari. Jumlah hari hujan selama tahun 2010 berkisar antara 6 hari sampai dengan 29 hari. Hal ini dapat menunjukkan bahwa jumlah hari hujan di Kota Surabaya tahun 2010 terbanyak adalah 29 hari yang terjadi pada bulan April, sedangkan jumlah hari hujan paling sedikit selama tahun 2010 adalah 6 hari yang terjadi pada bulan Agustus.

Kejadian jumlah curah hujan mengikuti kejadian hari hujan. Jumlah curah hujan selama tahun 2010 variasinya sangat fluktuasi, berkisar antara 16 mm sampai dengan 581,7 mm. Secara rata-rata, jumlah curah hujan selama tahun 2010 adalah 241,3 mm dengan jumlah curah hujan tertinggi sebesar 581,7 mm yang terjadi pada bulan Januari, sedangkan jumlah curah hujan terendah terjadi pada bulan Agustus sebesar 16 mm. Oleh sebab itu, pada bulan Januari wilayah Kota Surabaya dilanda banjir. Sedangkan pada bulan Agustus, wilayah Kota Surabaya pada tahun 2010 tidak dilanda banjir dikarenakan curah hujan dan hari hujan memiliki jumlah yang terendah.

Keadaan umum pembangunan kota

Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana lingkungan; Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup di luar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun perdesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian dan tempat kegiatan yang mendukung

perikehidupan dan penghidupan; Prasarana lingkungan adalah

kelengkapan dasar fisik lingkungan yang memungkinkan lingkungan permukiman dapat berfungsi sebagaimana mestinya; Sarana lingkungan adalah fasilitas penunjang, yang berfungsi untuk penyelenggaraan dan pengembangan kehidupan ekonomi, sosial dan budaya.

Selain berfungsi sebagai tempat tinggal atau hunian yang digunakan manusia untuk berlindung dari gangguan iklim dan makhluk hidup lainnya, rumah juga merupakan tempat awal pengembangan kehidupan dan penghidupan keluarga, dalam lingkungan yang sehat, aman, serasi, dan teratur.

Pertumbuhan permukiman baru lebih banyak berada di pinggir Kota Surabaya, seperti Barat Kota Surabaya, Selatan Kota Surabaya dan Timur Kota Surabaya. Dalam memenuhi kebutuhan penduduk, ada berbagai tipe jenis permukiman baik yang bersifat formal maupun non formal. Jenis permukiman formal biasanya dibangun melalui suatu developer tertentu. Permukiman formal ini memiliki beberapa tingkatan seperti Perumnas untu kalangan menengah ke bawah, Real Estate untuk kalangan menengah ke atas. Selain itu pula, dengan semakin mahalnya harga lahan di Kota Surabaya, perkembangan permukiman ini ditandai dengan tumbuhnya rumah susun dan apartemen.

Perkembangan perumahan biasa untuk kalangan menengah ke bawah mengalami kendala pada harga lahan Kota Surabaya. Kondisi ini menyebabkan perumahan yang dibangun Perumnas tidak mengalami peningkatan. Pembangunan yang dilakukan perumnas terdapat di

Manukan Kecamatan Tandes, dengan luas  200,72 Ha. Perumahan ini

pun dibangun sejak tahun 1954. disamping itu, menurut catatan dinas bangunan, perkembangan perumahan tidak mengalami peningkatan yang berarti.

(5)

Untuk pembangunan perumahan bagi kalangan menengah ke atas mengalami pertumbuhan yang signifikan. Saat ini jumlah rumah real estate yang tersedia sebanyak 7.078 unit terbagi atas 94 (1,33%) unit rumah sangat sederhana, 2.245 (31,72%) unit rumah sederhana, 4.463 (63,05%) unit rumah menengah, dan 276 (3,90%) unit rumah mewah. Sebaran hunian real estate cenderung lebih banyak ke arah Surabaya bagian barat. Adapun lokasi real estate yang paling besar adalah Citraland di Kecamatan Lakarsantri (direncanakan seluas  2.000 Ha). Perkembangan rumah susun (Rusun) dan apartemen merupakan bagian dari dampak meningkatnya harga lahan di kota. Rusun diperuntukkan bagi kalangan menengah ke bawah. Jika dilihat dari persebarannya, lokasi rumah susun cenderung lebih banyak berada di kawasan Surabaya selatan (rusun Menanggal dan Warugunung), timur (rusun Penjaringansari), dan di pusat kota (rusun Dupak, Sombo, dan Urip Sumoharjo).

Perkembangan tempat tinggal untuk kalangan menengah ke atas, dapat dilihat pula pada penyediaan condominium atau apartemen. Apartemen ini lebih banyak terletak di pusat kota sebagai salah satu upaya pemenuhan kebutuhan perkembangan kota.

Daya tarik Kota Surabaya telah mengakibatkan tumbuhnya penduduk kota dalam jumlah besar. Kondisi ini menyebabkan dibutuhkannya keseimbangan antara penambahan rumah tangga dengan penyediaan rumah. Perkembangan harga lahan dan perkembangan biaya bangunan menyebabkan harga rumah di Kota Surabaya semakin meningkat. Hal ini menyebabkan banyaknya penduduk yang tidak mampu menjangkau harga rumah. Munculnya rumah-rumah kumuh dan rumah-rumah liar memberikan indikasi adanya ketidakseimbangan itu.

Perkembangan rumah-rumah kumuh di Kota Surabaya sebagian besar berada di sepanjang pantai yang memiliki karakteristik penduduk bermatapencaharian sebagai nelayan. Menurut catatan dinas sosial dan Bappeko, Wilayah yang memiliki rumah kumuh yang banyak adalah di wilayah Kenjeran dengan 6 lokasi kumuh, Kecamatan Benowo sebelah utara Surabaya yang juga di pesisir pantai dengan 5 lokasi kumuh. Dampak ketidakseimbangan penyediaan dan kebutuhan rumah ini terlihat pula pada banyaknya rumah-rumah liar. Rumah liar didefinisikan sebagai rumahyang dibangun di atas tanah yang tidak diperuntukkan untuk bangunan (misalnya daerah bantaran sungai). Lokasi rumah liar di Kota Surabaya banyak terdapat di bantaran sungai Kalimas, daerah Benowo dan Rungkut yang didominasi oleh perindustrian. Selain tempat-tempat tersebut, masih ada rumah-rumah liar yang tersebar dalam skala kecil seperti; di tepi rel kereta api, dan tempat-tempat yang peruntukan lahannya bukan untuk bangunan. Keberadaan hunian liar sangat mengganggu tata ruang Surabaya. Sebaran hunian liar terdapat di Kec. Benowo (Tambak Oso Wilangun), Kec. Gubeng (Ngagel Rejo), Kec. Wonokromo (Jagir), Kec. Sukolilo (Jangkungan dan Medokan Semampir), Kec. Rungkut (Kedung Beruk, Penjaringansari, Wonorejo dan Kali Rungkut), serta Kec. Wonocolo (Sidoresmo).

(6)

Profil Kota Sehat Surabaya Bagian 3

Kelembagaan

Kota Sehat Surabaya

Tahun 2012

Tim Pembina Kota Sehat

Dalam upaya mewujudkan penyelenggaraan Kota Sehat di Kota Surabaya, diperlukan dukungan kualitas lingkungan fisik, sosial, perubahan perilaku masyarakat melalui peran aktif masyarakat dan swasta serta instansi terkait di lingkungan Pemerintah Kota Surabaya secara terarah, terkoordinasi terpadu serta berkesinambungan. Untuk itu Pemerintah Kota Surabaya membentuk Tim Pembina Kota Sehat, melalui Keputusan Walikota Surabaya Nomor 188.45/290/436.1.2/2011. Tugas Tim Pembina Kota Sehat Surabaya adalah sebagai berikut :

a. melakukan koordinasi dengan Satuan Kerja Perangkat

Daerah/Instansi terkait secara berkala untuk membahas berbagai permasalahan perkotaan, meliputi :

1. kawasan permukiman dan prasarana umum;

2. kehidupan masyarakat sehat yang mandiri;

3. kawasan tertib lalu lintas dan pelayanan transportasi;

4. kawasan pariwisata sehat;

5. kawasan industri dan perkantoran sehat;

6. ketahanan pangan dan gizi;

7. kehidupan sosial yang sehat;

b. melaporkan hasil pelaksanaan tugas Tim sebagaimana dimaksud

pada huruf a kepada Walikota Surabaya.

Susunan Tim Pembina Kota Sehat Surabaya termuiat pada table 1. :

Forum Kota Sehat

Forum Kota Sehat Surabaya, yang telah dibentuk dikoordinasi oleh seorang ketua, Yaitu Dr. Oedoyo Soedirham, MPH., MA., PhD.

(7)

Tabel 1.

SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PEMBINA KOTA SEHAT KOTA SURABAYA

NO. KETERANGAN JABATAN KEDUDUKAN DALAM TIM

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. Walikota Surabaya

Sektretaris Daerah Kota Surabaya

Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Surabaya

Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya

Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Sekretaris Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Kepala Bidang Kesejahteraan Rakyat dan Aparatur Pemerintahan pada Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya

Kepala Bidang Pengendalian Masalah Kesehatan pada Dinas Kesehatan Kota Surabaya

Kepala Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana Kota Surabaya

Kepala Badan Lingkungan Hidup Kota Surabaya Kepala Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya

Kepala Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang Kota Surabaya

Kepala Dinas Perhubungan Kota Surabaya

Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Surabaya

Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Surabaya

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Surabaya

Kepala Dinas Pertanian Kota Surabaya Kepala Dinas Pendidikan Kota Surabaya

Kepala Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah Kota Surabaya

Kepala Kantor Ketahanan Pangan Kota Surabaya Direktur RSUD Dokter Mohamad Soewandie Kota Surabaya

Direktur RSUD Bhakti Dharma Husada Kota Surabaya

Kepala Bagian Kesejahteraan Rakyat Sekretariat Daerah Kota Surabaya

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Sekretariat Daerah Kota Surabaya

Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Negeri Surabaya

Kepala Jurusan Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Camat se Kota Surabaya

Unsur Satuan Kerja Perangkat Daerah/Unit Kerja terkait Pelindung Pembina Pengarah Ketua Wakil Ketua Sekretaris Koordinator Wakil Koordinator Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota Anggota

(8)

Profil Kota Sehat Surabaya Bagian 4

Data Umum dan

Data Khusus

I. Data umum Surabaya Kota Sehat

SURABAYA

SEBAGAI KOTA SEHAT

Tahun 2012

I. DATA UMUM

Provinsi : Jawa Timur

Kota : Surabaya

Nama Forum : Surabaya Sehat Sejahtera

Nama Ketua Forum : Dr. Oedoyo Soedirham, MPH., MA., PhD

Alamat : Jl. Airlangga Surabaya Telepon : 031. 593.0000

Nama Walikota : Ir. Tri Risma Harini, MT.

Alamat Kantor : Jl. Taman Surya no. 1 Surabaya Tatanan yang diambil :

1. Kawasan Permukiman, Prasarana dan Sarana Sehat.

2. Kawasan tertib lalu lintas dan pelayanan transportasi. 3. Kawasan pariwisata sehat. 4. Kawasan industry dan

perkantoran sehat. 5. Kawasan hutan sehat. 6. Ketahanan pangan dan gizi. 7. Kehidupan masyarakat yang

sehat dan mandiri.

(9)

II. Data Khusus Surabaya Kota Sehat

Tatanan 1

KAWASAN

PERMUKIMAN

PRASARANA DAN SARANA SEHAT

Tahun 2012

Indikator pokok

Indikator untuk menilai keadaan kawasan permukiman, prasarana dan sarana yang sehat adalah sebagai berikut :

Udara bersih ; Incidence penyakit ISPA / Pneuminia ; Incidence kasus TB / Paru ; Adanya uji emisi kendaraan roda 4 ; Adanya uji emisi udara tidak bergerak ; Keadaan air sungai ; Keadaan pembuangan sampah ; Kelurahan berseri (bersih, sehat, rapid an indah ) ; Bantaran sungai bebas dari bangunan liar; Peningkatan cakupan pelayanan air bersih ; Peningkatan cakupan kualitas air minum ; Presentase penduduk yang menggunakan jamban sehat 64% ; Adanya sistem pengolahan limbah domestik kota (IPAL) ; Drainase perkotaan lancar/ tidak terdapat genangan air di Jalan ; Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) ; Penurunan Incidence kasus filariasis (kaki gajah) ; Tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan umum dan pemukiman ; Adanya pemisahan/ pemilahan sampah (3R) ; Tempat Pembuangan Akhir Sampah tidak mencemari lingkungan ; TPA sistem lahan urug terkendali (untuk Kota Kecil) ; TPA sisitem lahan urug saniter (untuk Kota Besar/Metropolitan) ; PSN dan GJB berjalan dengan baik ; Tersedia fasilitas sarana umum yang cukup (olah raga, rekreasi, dll) ; Angka bebas jentik aedes di perumahan/pemukiman ; Bebas banjir ; Peningkatan rumah sehat ; Menurunnya KLB penyakit diare, DBD atau malaria ; Meningkatnya pemanfaatan pelayanan puskesmas ; Program wajib tanam pohon bagi masyarakat / gerakan penghijauan ; Tersedia taman dan hutan kota ; Presentase sekolah sehat ; Tersedianya sarana berolah raga di sekolah ; Adanya program pasar sehat ; Sarana umum lainnya (olah raga, rekreasi) ; Lingkungan pasar perkotaan bersih ; Tersedia toilet yang cukup dan memenuhi syarat di pasar ; Sarana Pelayanan Kesehatan (Puskesmas,Klinik, RS dll) ; Tersedia lahan parkir di pasar perkotaan ; Adanya fasilitas untuk orang cacat di tempat umum/sarana umum ; Adanya pengaturan & penataan pedagang K5

1. Udara bersih

Hasil pementauan kualitas udara ambien di daerah permukiman, jalan raya, terminal, industri dan perkantoran menunjukkan masih memenuhi baku mutu udara ambien kecuali di beberapa tempat seperti industri, perkantoran, terminal dan beberapa ruas jalan raya terdapat kebisingan yang tinggi. Pengawasan kualitas udara dilakukan dengan pengendalian pencemaran udara melalui instrumen PROPER, super kelola dan program lainnya kepada industri dengan memberikan bimbingan teknis, pengujian kualitas

(10)

udara dan emisi serta pelaksanaan pelaporan. Ketaatan terhadap peraturan pengendalian udara bervariasi.

Pemerintah kota Surabaya, juga telah memiliki Peraturan Daerah nomor 3 tahun 2008 tentang Pengendalian Pencemaran Udara. Dalam setiap tahun terjadi peningkatan jumlah hari udara baik sebesar 0.18 persen, penurunan jumlah hari udara sedang sebesar 0.82 persen dan peningkatan jumlah hari udara tidak sehat sebesar 0.65 persen. Perkembangan kondisi kualitas udara diatas menunjukkan kualitas udara

yang layak hirup adalah 360 hari atau 98,63 persen dari 365 hari dalam setahun pada tahun 2006, 360 hari atau 98,63 persen dari 365 hari dalam setahun pada tahun 2007, 358 hari atau 97,81 persen dari 366 hari dalam setahun pada tahun 2008 dan 335 hari atau 91,78 persen dari 365 hari dalam setahun pada tahun 2009, 336 hari atau 98.82 persen dari 340 tiap hari dalam setahun pada tahun 2010.

Tabel Presentase Hari Tiap Kategori ISPU

TerkTerkait dengan pengukuran tersebut sepanjang tahun 2006-2010 kondisi kualitas udara kota masih dalam batas yang relatif sehat, tercermin dari rata-rata tahunan sepanjang tahun 2006-2010 kondisi baik sebesar 13,32%, sedang 83,82% dan tidak sehat sebesar 2,86%. Jumlah hari, udara yang tidak sehat paling banyak pada tahun 2009 dan pada tahun 2010 mengalami pekembangan yang lebih baik dimana jumlah hari udara tidak sehat terjadi hanya 1,18 persen hari yang terukur.

(11)

2. Incidence penyakit ISPA / Pneuminia

Masih kurangnya kesadaran masyarakat terhadap kebersihan lingkungan sehingga penyakit menular seperti demam berdarah, ISPA, Diare, masih ber-endemi di masyarakat

3. Adanya uji emisi kendaraan roda 4 dan udara tidak bergerak

Target kinerja kota Surabaya hingga tahun 2015 adalah Kualitas udara emisi di kawasan industri SO2 85% dan NO2 85%. Jumlah emisi karbon dioksida (CO2) Berkurang 26% pada 2020

(12)

4. Keadaan air sungai

Pengendalian Pencemaran Air dilakukan dengan berbagai program yang dilakukan oleh BLH Kota Surabaya sendiri maupun bersama dengan KLH dan/atau dengan BLH Provinsi Jawa Timur, seperti pemantauan kualitas sungai di 23 titik, pengawasan dalam program PROPER maupun pengawasan sendiri termasuk kegiatan Patroli Air di Kali Surabaya dan Kali Mas.

Secara geografis, Kota Surabaya terletak di hilir sebuah Daerah Aliran Sungai (DAS) Brantas yang bermuara di Selat Madura.

Beberapa sungai besar yang berfungsi membawa dan

menyalurkan banjir yang berasal dari hulu mengalir melintasi Kota Surabaya, antara lain Kali Surabaya dengan Q rata2 = 26,70 m3/detik, Kali Mas

dengan Q rata2 = 6,26 m3/detik dan Kali Jagir dengan Qrata2 = 7,06 m3/detik.

Sebagai daerah hilir, Kota Surabaya dengan sendirinya merupakan daerah limpahan debit air dari sungai yang melintas dan mengakibatkan terjadinya banjir pada musim penghujan. Kota Surabaya dilalui oleh sungai yang sangat berpengaruh pada ketersediaan air baku dan sistem utama drainase kota. Beberapa sungai

tersebut adalah Kali Surabaya, Kali Wonokromo, Kalimas dan Kali Makmur.

Semua aliran air permukaan dan air buangan bermuara di sungai-sungai tersebut, sehingga akan berpengaruh pada kualitas air baku. Mengingat populasi penduduk Kota Surabaya semakin tinggi yang berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan air bersih dan air buangan, maka perlu adanya pengelolaan kawasan daerah aliran sungai untuk mendukung fungsinya sebagai kawasan lindung.

(13)

5. Keadaan pembuangan sampah

Kelurahan berseri (bersih, sehat, rapid an indah )

Mengingat semakin meningkatnya timbunan sampah di Kota Surabaya dan teknik open dumping yang tidak efektif dalam mengolah sampah, maka untuk kedepannya pengolahan sampah akan diarahkan dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah yang lebih modern dan dalam jangka panjang akan

dikembangkan dengan konsep: “Waste to Energy”.

Perkembangan lingkungan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Selain itu, akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula sampah yang dihasilkan. Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Rata-rata per orang per hari menghasilkan sampah 0,7 kg, dan akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat.

Pengelolaan sampah perkotaan meliputi 4 (empat) kegiatan utama yaitu pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sementara di TPS, sedangkan tempat pengangkutan dan pengolahan akhir di TPA. Jumlah TPS di Surabaya dari tahun 2006 sampai 2009 terus mengalami peningkatan, dari yang awalnya berjumlah 141 TPS pada tahun 2006 hingga mencapai 168 pada tahun 2009. Volume tumpukan sampah di TPS per hari dari tahun 2006 sampai dengan 2009 mengalami penurunan. Bila pada tahun 2006, volume tumpukan sampah di TPS mencapai 950 m3 per hari, maka pada tahun 2009 turun hingga 205,5 m3 per hari.

Sedangkan volume tumpukan sampah yang ditampung di TPA per hari juga semakin tahun semakin menurun. Pada tahun 2005 volume sampah yang masuk di TPA adalah 1819 Ton/Hari terus menurun tiap tahunnya hingga menjadi 1229,43 Ton/Hari pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan sampah secara mandiri di masyarakat sudah mulai baik.

Kondisi dan letak lahan TPA Benowo yang dekat dengan kegiatan tambak-tambak penduduk, juga kurang memenuhi syarat dari segi lingkungan. Dari hal tersebut maka ketersediaan TPA baru di Kota Surabaya ke depan memerlukan pemikiran kembali agar keseluruhan kriteria yang ditetapkan dapat tercapai dan tidak

menimbulkan permasalahan-permasalahan di masyarakat.

Disamping itu upaya pemrosesan sampah di TPA juga tetap dilakukan sebagai upaya alternatif

pemusnahan dan pemanfaatan sampah.

Program Pengelolaan Kebersihan Kota

Program ini ditujukan untuk mendorong ketercapaian pengurangan dan penanganan sampah melaui partisipasi masyarakat maupun dunia usaha. Tolak ukur keberhasilan dari program ini adalah meningkatnya Cakupan layanan Kebersihan; dan menurunnya Jumlah sampah yang dikelola di TPA dan rata – rata jumlah sampah yang diangkut dari TPS (m3). Adapun Kegiatan Pokok dari program tersebut antara lain :

 Pengadaan sarana dan prasarana pengelolaan Kebersihan  Peningkatan operasional dan pemeliharaan prasarana dan

(14)

6. Bantaran sungai bebas dari bangunan liar

Surabaya memiliki 3 sungai besar, yaitu Kali Surabaya, Kali Jagir dan KaliMas. Pada ketiga kali tersebut, upaya penataan kawasan tepi sungai terus menerus dilakukan oleh pemerintah kota Surabaya. Yang paling signifikan terlihat adalah, pada sepanjang tepi kali jagir atau jl. Jagir Wonokromo, yang dahulunya penuh dengan bangunan rumah tinggal dan bangunan usaha, pada saat ini sudah bersih dan tergantikan oleh ruang terbuka hijau. Begitu juga pada kawasan tepi Kalimas, pada saat ini sudah dimanfaatkan sebagai ruang terbuka hijau berupa taman penghias kota maupun taman rekreasi, seperti Taman prestasi, taman skate dan BMX, museum kapal selam, taman Tirta boga dll..

Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan penghijauan kota dalam bentuk penanaman pohon secara mandiri dengan menggerakkan masyarakat bersama sama dalam kegiatan green and clean di permukiman penduduk, penetapan kawasan lindung berhutan bakau, pembangunan taman-taman kota dan hutan kota, mempertahankan dan merevitalisasi RTH berupa lapangan, waduk dan makam yang merupakan aset pemerintah Kota, merevitalisasi fungsi jalur-jalur hijau kota seperti sempadan sungai, sempadan rel KA, medianmedian jalan dan jalur hijau pedestrian kota serta mempertahankan adanya buffer-buffer sebagai sabuk hijau yang membatasi zona industri dengan penggunaan lain di sekitarnya.

7. Peningkatan cakupan pelayanan air bersih

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya merupakan usaha jasa milik pemerintah kota Surabaya yang bergerak dalam bidang penyediaan dan pendistribusian air bersih. Dengan demikian PDAM Surya Sembada Kota Surabaya bertanggungjawab terhadap pendistribusian air minum yang memenuhi standart kualitas baku mutu.

Jumlah pelanggan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya adalah 403.263

pelanggan pada tahun 2009 yang terdiri atas perumahan/rumah Tangga, pemerintah, perdagangan, industri, sosial dan pelabuhan. Dari total pelanggan PDAM sebesar 403.263 pelanggan, didominasi oleh pelanggan rumah tangga sebesar 367.456 pelanggan. Meskipun demikian, pengguna rata-rata terbesar adalah pelanggan pelabuhan, sosial khusus, industri dan Pemerintah dengan rata-rata pemakaian diatas 5.000 m3.

(15)

Semua jenis pelanggan PDAM Surya Sembada Kota Surabaya guna ketersedian air bersih disuplai dari 7 instalasi pengolahan air minum, terdiri atas :

 Sumber Air

 Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel I  Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel II  Instalasi Pengolahan Air Minum Ngagel III  Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang I  Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang II  Instalasi Pengolahan Air Minum Karangpilang III

Jumlah produksi air di 7 instalasi pengolahan air minum mengalami peningkatan kapasitas pada tahun 2010 sebesar 2.000 liter/detik dikarenakan telah selesainya pembangunan IPAM Karangpilang III. Kapasitas yang dihasilkan pada tahun 2008 sebesar 8.830 liter/detik, tahun 2009 sebesar 8.830 liter/detik dan tahun 2010 sebesar 10.830 liter/detik, dimana IPAM Karangpilang II memberikan kontribusi terbesar yaitu 23,08 persen, IPAM Karangpilang III sebesar 18,47 persen, IPAM Ngagel I sebesar 16,62 persen, IPAM Ngagel III sebesar 16,16 persen, IPAM Karangpilang I sebesar 13,39 persen, IPAM Ngagel II sebesar 9,23 persen dan Sumber Air sebesar 3,05 persen.

PDAM Surya Sembada Kota Surabaya pada tahun 2005 sampai dengan tahun 2009 telah memasang pipa tersier sepanjang 356.929,41 m dan direncanakan 5 (lima) tahun kedepan telah mampu melampaui target MDG’s Nasional.

Upaya penyediaan dan peningkatan sarana prasarana bidang

pekerjaan umum untuk peningkatan aksebilitas wilayah,

kelancaran lalu lintas, pengembangan jangkauan layanan air bersih dan antisipasi banjir/genangan serta penyediaan dan peningkatan sarana dan prasarana

perumahan dan permukiman yang layak, sehat, serta didukung dengan sistem utilitas dan fasilitas untuk penanggulangan dan pencegahan bahaya kebakaran yang memadai

Program Pembangunan Jaringan Air Bersih Perkotaan

Program ini bertujuan untuk meningkatkan jaringan layanan air bersih bagi masyarakat. Tolak ukur keberhasilan dari program ini adalah meningkatnya Persentase cakupan layanan air bersih dan menurunnya kebocoran air bersih.

(16)

 Peningkatan produksi air bersih

 Distribusi dan Penyediaan sambungan air bersih

 Peningkatan kualitas pelayanan kepada pelanggan

8. Peningkatan cakupan kualitas air minum

Layanan air bersih bagi masyarakat Kota Surabaya, hampir sebagian besar perumahan baik perumahan formal maupun perumahan kampung di Kota Surabaya di layani sambungan air minum oleh PDAM, dan setiap tahun jumlah pelanggan PDAM kategori rumah tangga terus meningkat, dari tahun 2007 sebanyak 342.509 RT yang terlayani, tahun 2008 meningkat menjadi 355.799 (RT) dan meningkat lagi menjadi 367.456 RT dan meningkat lagi menjadi 367.456 RT (Sumber : PDAM Surya Sembada Online, 2011).

9. Presentase penduduk yang menggunakan jamban sehat 64%

Sebagian besar perumahan di Kota Surabaya mengandalkan sistem sanitasi setempat (on-site) terutama untuk pembuangan limbah manusia. Sistem sanitasi tersebut meliputi tangki septik, sumur resapan, serta jamban. Berdasarkan hasil pengambilan sampel jamban keluarga di wilayah Kota Surabaya, dapat diketahui bahwa dari 693.986 KK yang telah memiliki jamban keluarga sebesar 86,64%.

10. Adanya sistem pengolahan limbah domestik kota (IPAL)

Sebagian besar perumahan telah memiliki fasilitas jamban pada masing-masing rumah tangga tetapi pada perumahan kampung padat fasilitas tersebut bersifat komunal atau digunakan untuk sekelompok keluarga. Penyediaan sistem sanitasi pengolahan limbah domestik terpusat (off site system) diharapkan dapat lebih meningkatkan kualitas lingkungan hidup. Secara bertahap sistem sanitasi tersebut akan ditingkatkan menjadi sistem komunal yang terintegrasi dengan sistem sanitasi pengolahan limbah domestik perkotaan.

(17)

Cakupan Wilayah On Site Kota Surabaya

(18)
(19)

11. Drainase perkotaan lancar/ tidak terdapat genangan air di Jalan

Sistem drainase Kota Surabaya dibagi dalam 5 (lima) wilayah rayon, yaitu rayon Genteng, Gubeng, Jambangan, Wiyung dan Tandes dengan total luas wilayah pematusan kurang lebih sebesar 36.396,46 ha

luas wilayah Pematusan Berdasarlan rayon

S e l a m a

5 tahun terakhir telah dapat diturunkan area genangan seluas 832,93 ha dari luas area genangan semula 3.016 ha pada tahun 2005 menjadi 2.183,07 ha pada tahun 2009. Waktu genangan 6 jam pada tahun 2005 dapat diturunkan menjadi 0,98 jam pada tahun 2009. Begitu pula dengan tinggi genangan, semula 40 cm pada tahun 2005 menjadi 20,36 cm pada tahun 2009. Capaian tersebut dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Luas Area Genangan Kota Surabaya (2005-2009)

(20)

Tinggi Genangan Kota Surabaya (2005-2009)

12. Tidak terjadi penumpukan sampah di lingkungan umum dan pemukiman.

Perkembangan lingkungan permukiman di daerah perkotaan tidak terlepas dari pesatnya laju pertumbuhan penduduk perkotaan baik karena faktor pertumbuhan penduduk kota itu sendiri maupun karena faktor urbanisasi. Selain itu, akibat dari semakin bertambahnya tingkat konsumsi masyarakat serta aktivitas lainnya maka bertambah pula sampah yang dihasilkan. Limbah tersebut menjadi permasalahan lingkungan karena kuantitas maupun tingkat bahayanya dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup lainnya. Rata-rata per orang per hari menghasilkan sampah 0,7 kg, dan akan terus meningkat sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan dan gaya hidup masyarakat.

Pengelolaan sampah perkotaan meliputi 4 (empat) kegiatan utama yaitu pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sementara di TPS, sedangkan tempat pengangkutan dan pengolahan akhir di TPA. Jumlah TPS di Surabaya dari tahun 2006 sampai 2009 terus mengalami peningkatan, dari yang awalnya berjumlah 141 TPS pada tahun 2006 hingga mencapai 168 pada tahun 2009. Berikut adalah data volume sampah yang ditampung di TPS selama tahun 2005 sampai dengan tahun 2009.

Pengelolaan sampah perkotaan meliputi 4 (empat) kegiatan utama yaitu pewadahan, pengumpulan, pengangkutan dan pengolahan sementara di TPS, sedangkan tempat pengangkutan dan pengolahan akhir di TPA. Jumlah TPS di Surabaya dari tahun 2006 sampai 2009 terus mengalami peningkatan, dari yang awalnya berjumlah 141 TPS pada tahun 2006 hingga mencapai 168 pada tahun 2009. Volume tumpukan sampah di TPS per hari dari tahun 2006 sampai dengan 2009 mengalami penurunan. Bila pada tahun 2006, volume tumpukan sampah di TPS mencapai 950 m3 per hari, maka pada tahun 2009 turun hingga 205,5 m3 per hari.

Sedangkan volume tumpukan sampah yang ditampung di TPA per hari juga semakin tahun semakin menurun. Pada tahun 2005 volume sampah yang masuk di TPA adalah 1819 Ton/Hari terus menurun tiap tahunnya hingga menjadi 1229,43 Ton/Hari pada tahun 2009. Hal ini mengindikasikan bahwa penanganan sampah secara mandiri di masyarakat sudah mulai baik.

(21)

Takakura dan komposter di perkantoran, Di HR muhammad, puskesmas jagir, kantor bappeko dll

Volume kompos di rumah kompos

No.

Lokasi Rumah Kompos

Bulan Januari 2011 Bulan Pebruari 2011

Sampah Masuk (M3) Hasil (M3) Sampah Masuk (M3) Hasil (M3) 1. Bratang 347.00 173.50 300.50 150.30 2. Menur 359.50 179.80 314.00 157.00 3. Keputran 111.50 55.75 99.00 49.50 4. Putat Jaya 385.80 192.90 347.90 173.95 5. Rungkut Asri 252.00 126.00 220.00 110.00 6. Srikana 122.50 61.26 107.50 53.75 7. Benowo 226.50 113.25 203.50 101.75 8. Bibis Karah 131.00 113.25 122.00 61.00 9. Sono Kwijenan 364.00 182.00 321.50 161.00 10. Tenggilis Utara 133.00 86.50 154.50 77.30 11. Wonorejo 305.00 152.50 275.00 137.50 12. Gunungsari 107.50 53.75 97.50 48.75 13. Tenggilis Rayon Taman 173.00 86.50 156.00 78.00 14. Jambangan 127.00 63.50 98.00 49.00 15. Sumberejo 16. Keputih (liponsos)

(22)

Rumah kompos di tenggilis utara

13. Adanya pemisahan/ pemilahan sampah (3R)

Upaya pemilahan sampah di kota Surabaya, diantaranya dengan melakukan aktifitas Sosialisasi, Pembentukan kader lingkungan , Melibatkan komunitas ( sampah organik diolah menjadi kompos , sampah anorganik dijual pada pengepul sampah anorganik atau dipergunakan menjadi material daur ulang , pengembangan dan peningkatan rumah kompos ), Pendistribusian alat persampahan , dan Operasi yustisi kebersihan .

Pada kegiatan program komposting, dilakukan distribusi Takakura dan keranjang komposter (2009) menunjukkan jumlah Keranjang Takakura mencapai 13.669 unit / tahun dan Keranjang komposter mencapai 795 unit / tahun.

Grafik perkembangan jumlah komposter.

0 1000 2000 3000 4000 5000 6000 2006 2007 2008 2009 2010 2603 2318 5253 4578 2281 Jml tong komposter terbagi Jml takakura terbagi

(23)

Grafik perkembangan jumlah kader lingkungan.

Grafik perkembangan jumlah fasilitator lingkungan.

14. Tempat Pembuangan Akhir Sampah tidak mencemari lingkungan

Kawasan TPA Benowo. Merupakan kawasan yang digunakan untuk pemrosesan akhir sampah di Kota Surabaya. Mengingat semakin meningkatnya timbunan sampah di Kota Surabaya dan teknik open dumping yang tidak efektif dalam mengolah sampah, maka untuk kedepannya pengolahan sampah akan diarahkan dengan menggunakan teknologi pengolahan sampah yang lebih modern dan dalam jangka panjang akan dikembangkan dengan konsep: “Waste to Energy”.

• Letak TPA : Benowo di Kecamatan Romokalisari

Sistem TPA : Controlled landfill

• Tahun operasional 2001 hingga sekarang (10 tahun)

• Effluent untuk IPAL TPA Benowo harus memenuhi

Keputusan Gubernur Jawa Timur Nomor 45 Tahun 2002 Tentang Baku Mutu Limbah Cair Bagi Industri atau Kegiatan Usaha Lainnya di Jawa Timur

0 5,000 10,000 15,000 20,000 25,000 30,000 2007 2008 2009 2010 5,684 23,195 26,744 27,000 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 2007 2008 2009 2010 123 173 400 402

(24)

15. Tersedia fasilitas sarana umum yang cukup (olah raga, rekreasi, dll)

Bidang keolahragaan di Kota Surabaya secara organisasi ditangani oleh KONI (Komite Olahraga Nasional Indonesia) Kota Surabaya. Berdasarkan data dari KONI Surabaya pada tahun 2009 terdapat 38 cabang olahraga yang dibina oleh KONI Surabaya. Diantara beberapa cabang olahraga yang telah dibina tersebut seperti cabang olahraga panahan, panjat tebing, dayung, karate, pencak silat telah mengukir prestasi dalam event nasional maupun internasional dengan menyumbangkan emas pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008. Berdasarkan data dari Dinas Pemuda dan Olah Raga telah tercatat sebanyak 69 lapangan olahraga seperti lapangan bola volley, bulutangkis, sepak bola, bola basket, tenis lapangan futsal dan lain-lain yang tersebar di beberapa kecamatan di kota Surabaya.

Kawasan ini akan dikembangkan menjadi kawasan terpadu yang pusatnya akan dikembangkan di Stadion Bung Tomo sebagai kawasan pusat olahraga berskala nasional yang akan terintegrasi dengan pengembangan kawasan perdagangan dan jasa di sekitarnya

16. Bebas banjir

Untuk mengurangi genangan yang terjadi pada musim hujan, dilakukan pengerukan saluran secara rutin, rehabilitasi dan pembangunan saluran serta peningkatan kapasitas pompa banjir. Sampai dengan tahun 2010 Kota Surabaya memiliki 42 rumah pompa yang melayani areal seluas 32 sampai 1.500 ha. Sementara untuk melindungi daerah rendah di pesisir dari genangan air selama pasang tertinggi dan mencegah terjadinya back water, maka dibangun tanggul dan pintu-pintu laut pada saluran primer. Terkait dengan hal tersebut, upaya penambahan pompa dan pintu laut di muara-muara saluran masih sangat diperlukan.

Kondisi topografi Kota Surabaya terdiri atas perbukitan di bagian barat, relatif rendah di pantai sisi utara dan timur serta daerah datar di sisi selatan. Oleh karenanya pengendalian banjir di kota ini tidak cukup hanya dengan penambahan kapasitas saluran dan pompa banjir saja, namun juga perlu ditambah dengan kolam penampungan/boezem/waduk. Pembangunan boezem di hilir dimaksudkan untuk menampung aliran dari catchment area

(25)

sebelum pada akhirnya dipompa ke laut. Saat ini Kota Surabaya didukung oleh 5 boezem utama yaitu boezem Morokrembangan, Kedurus, Kalidami, Bratang dan Wonorejo.

17. Peningkatan rumah sehat

Upaya peningkatan rumah sehat dikota Surabaya, dilakukan

melalui beberapa program, diantaranya dengan program

Rehabilitasi Sosial Daerah Kumuh ( RSDK ). Dengan program tersebut, bangunan rumah tinggal yang tidak layak huni yang banyak dimiliki dan ditempati oleh penduduk berpenghasilan rendah dilakukan perbaikan-perbaikan hingga kondisi fisiknya menjadi lebih baik. Upaya peningkatan rumah sehat juga dilakukan melalui perbaikan fasilitas sanitasi atau MCK keluarga dan pemasangan sambungan air bersih.

18. Meningkatnya pemanfaatan pelayanan puskesmas

Pemkot Surabaya menempatkan tenaga dokter spesialis di sejumlah puskesmas yang dianggap paling membutuhkan. Untuk sementara, yang bakal memberikan pelayanan adalah spesialis penyakit dalam (interna) dan spesialis anak.

Tenaga dokter spesialis penyakit dalam dan anak yang dibutuhkan sekitar 20-25 orang. Dinkes akan bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran (FK) Unair dan Rumah Sakit Umum (RSU) dr Soetomo untuk pengisian tenaga dokter spesialis tersebut. Penempatan tenaga dokter spesialis di puskesmas bukan berarti mengubah salah satu fungsi puskesmas sebagai pusat pelayanan kesehatan dasar. Fungsi tersebut akan tetap berjalan dan puskesmas akan memberikan pelayanan yang lebih lengkap sesuai dengan kebutuhan masyarakat.

Dulu satu puskesmas dibangun untuk melayani masyarakat di satu wilayah kecamatan. Seiring perkembangan, kini ukuran pelayanan bukan lagi wilayah kecamatan. Satu puskesmas dirancang melayani 30.000 penduduk, sedangkan satu puskesmas pembantu

melayani 5.000 penduduk. Untuk memaksimalkan peran

puskesmas, ada beberapa upaya yang dilakukan. Di antaranya, meningkatkan sarana dan prasarana fisik, baik medis maupun nonmedis. Kedua, meningkatkan kemampuan dan kualitas tenaga medis yang melayani di puskesmas. Terakhir, membuat manajemen sistem informasi yang lebih sempurna. ''Beberapa puskesmas saat ini sudah mendapat sertifikasi ISO dalam pelayanan publik. Selain itu, ada puskesmas yang membuka poli paliatif dan poli pengobatan tradisional.

Jumlah tenaga medis yang ada di satu puskesmas dengan puskesmas lain tidak sama. Untuk puskesmas yang melayani rawat inap, jumlah tenaga dokternya sekitar 4-6 orang. Puskesmas rawat jalan hanya sekitar 2-4 dokter umum. Hingga kini, jumlah puskesmas yang melayani rawat inap mencapai sembilan unit. Yakni, Puskesmas Banyuurip, Tanah Kali Kedinding, Medokan Ayu, Manukan Kulon, Sememi, Dupak, Jagir, Simomulyo, dan Balongsari. Jumlah puskesmas yang menyediakan peralatan

(26)

19. Program wajib tanam pohon bagi masyarakat / gerakan penghijauan

Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan penghijauan kota dalam bentuk penanaman pohon secara mandiri dengan menggerakkan masyarakat bersama sama dalam kegiatan green and clean di permukiman penduduk, penetapan kawasan lindung berhutan bakau, pembangunan taman-taman kota dan hutan kota, mempertahankan dan merevitalisasi RTH berupa lapangan, waduk dan makam yang merupakan aset pemerintah Kota, merevitalisasi fungsi jalur-jalur hijau kota seperti sempadan sungai, sempadan rel KA, medianmedian jalan dan jalur hijau pedestrian kota serta mempertahankan adanya buffer-buffer sebagai sabuk hijau yang membatasi zona industri dengan penggunaan lain di sekitarnya.

20. Tersedia taman dan hutan kota

Dalam upaya meningkatkan minat dan budaya gemar membaca masyarakat Kota Surabaya dan meningkatkan akses dan kualitas perpustakaan, pemerintah Kota Surabaya berupaya dengan menyediakan perpustakaan daerah, perpustakaan keliling yang menggunakan sarana angkutan bis keliling yang melayani di sekolah-sekolah dan taman, menyediakan Taman Bacaan Masyarakat (TBM) di kelurahan dan kecamatan, bahkan ada pula ditempat-tempat pelayanan publik lainnya seperti puskesmas, taman-taman kota, balai RW, Rusun dan Liponsos. Kondisi jumlah pengunjung perpustakaan daerah setiap tahunnya mengalami peningkatan yaitu 93.335 pengunjung pada tahun 2006, 140.232 pengunjung pada tahun 2007, 315.432 pengunjung pada tahun 2008, 343.271 pengunjung pada tahun 2009, dan 1.292.388 pada tahun 2010. Demikian pula dengan Koleksi buku setiap tahunnya selalu ditambah untuk memperkaya perpustakaan-perpustakaan tersebut sehingga semakin menambah minat baca masyarakat. Menurut Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang, proporsi RTH yang harus dipenuhi minimal adalah sebesar 30 persen dari luas kota dimana 20 persen luasan RTH berupa RTH publik dan 10 persen berupa RTH privat. Selama periode tahun 2002 - 2009, Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan penghijauan kota dalam bentuk penanaman pohon secara mandiri dengan menggerakkan masyarakat bersama sama dalam kegiatan green and clean di permukiman penduduk, penetapan kawasan lindung berhutan bakau, pembangunan taman-taman kota dan hutan kota, mempertahankan dan merevitalisasi RTH berupa lapangan, waduk dan makam yang merupakan aset pemerintah Kota, merevitalisasi fungsi jalur-jalur hijau kota seperti sempadan sungai, sempadan rel KA, medianmedian jalan dan jalur hijau pedestrian kota serta mempertahankan adanya buffer-buffer sebagai sabuk hijau yang membatasi zona industri dengan penggunaan lain di sekitarnya.

(27)

Luasan RTH publik Kota Surabaya yang telah direkapitulasi mencapai 20,18 persen dari luas total kota Surabaya atau sebesar 6,670.42 ha yang meliputi RTH makam, RTH lapangan dan stadion, RTH telaga/waduk/boezem, RTH dari penyerahan fasum dan fasos, RTH kawasan lindung, RTH hutan kota, RTH taman

dan jalur hijau. Pada tahun 2005-2010 terdapat penanaman

(28)

21. Sekolah sehat

Di kota Surabaya, terdapat banyak Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan ( Adiwiyata ) di kota Surabaya. Pada kegiatan penilaian yang pernah diadakan pada tahun 2010 berjumlah 70 sekolah yang terdiri dari 47 SD, 16 SMP dan 7 SMA se Wilayah Kota Surabaya. Sekolah yang telah memperoleh predikat sekolah Adiwiyata tingkat Nasional SDK Santa Theresia dan SDN Kandangan III’

Sekolah Dasar (SD) yang mendapatkan nominasi adalah SDN Kandangan I , SDN Babat Jerawat I, SDN Perak Barat , SDN Kebonsari I , SDN Sambikereb I, SDN Pagesangan dan SDN Tandes Lor

Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang mendapatkan nominasi adalah SMP Al-Hikmah, SMPN 23 , SMPN 24, SMPN 1, dan SMPN 38.

Sekolah Menengah Atas (SMA) yang mendapatkan nominasi adalah SMA Wijaya Putra , SMA Jiwa Nala , dan SMA Muhammadiyah.

Keadaan sekolah SD Theresia

Keadaan sekolah SDN Kandangan

22. Tersedianya sarana berolah raga di sekolah

Hampir seluruh sekolah di kota Surabaya, memiliki fasilitas olahraga, baik dalam wujud ruang olahraga yang indoor, maupun lapangan olahraga yang outdoor. Fasilitas olahraga tersebut, diantaranya untuk menampung kegiatan olahraga siswa, misalnya olahraga basket, bulu tangkis, senam, sepak bola dll.

(29)

23. Lingkungan pasar perkotaan bersih dan sehat

Kawasan perdagangan dan jasa dilakukan dengan

mengembangkan dan merevitalisasi Pasar Tradisional,

mengembangkan pusat perbelanjaan secara terintegrasi dalam skala UP, koridor dan kawasan;mengembangkan toko modern yang terbatas hanya pada minimarket dalam tingkat unit lingkungan yang jumlahnya disesuaikan dengan kebutuhan; mengembangkan pusat perdagangan dan jasa pada setiap Unit Pengembangan maupun Unit Distrik secara berhierarki; dan mengakomodasi penyediaan lahan bagi kegiatan sektor informal pada setiap kawasan perdagangan.

(30)

24. Tersedia toilet yang cukup dan memenuhi syarat di pasar

Seluruh bangunan pasar di kota Surabaya, baik yang dikelola oleh Pemerintah kota maupun swasta dan masyarakat , memiliki fasilitas toilet, baik untuk pengunjung laki-laki maupun pengunjung perempuan.

25. Tersedia lahan parkir di pasar perkotaan

Seluruh bangunan pasar di kota Surabaya, baik yang dikelola oleh Pemerintah kota maupun swasta dan masyarakat , memiliki fasilitas areal parkir, baik kendaraan roda 4 maupun untuk kendaraan roda 2.

26. Adanya pengaturan & penataan pedagang K5

Kawasan perdagangan dan jasa dilakukan dengan

mengakomodasi penyediaan lahan bagi kegiatan sektor informal pada setiap kawasan perdagangan. Kawasan peruntukan ruang bagi kegiatan sektor informal terintegrasi antara ruang untuk kegiatan sektor informal dan sektor formal dalam satu kesatuan sistem. Diupayakan pula untuk mendukung penyediaan kebutuhan sarana dan prasarana pendukung bagi kegiatan sektor informal. Kebutuhan akan eksistensi sektor informal semakin tinggi, karena terbatasnya jumlah pekerjaan dalam sektor formal dibandingkan dengan jumlah perkembangan penduduk usia kerja di kota Surabaya

Penataan Pedagang Kaki Lima

Pedagang Kaki Lima adalah sektor informal yang jumlah eksistingnya paling banyak apabila dibandingkan dengan sektor informal lain. Keberadaan PKL di Surabaya tersebar hampir di seluruh titik kota, dengan konsentrasi terpadat ada di daerah Surabaya Pusat. Para PKL tersebut utamanya adalah penjual makanan dan minuman (78,1 persen). Penjual ma-min (makanan dan minuman) ini tentu akan mencari daerah-daerah yang dekat dengan pusat keramaian. Dan, Surabaya Pusat sebagai sentral dari kegiatan perekonomian dan pusat pemerintahan, sehingga konsentrasi pedagang kaki lima di Surabaya Pusat tentu tak terelakkan lagi. Berikut data jumlah PKL berdasarkan wilayah administratifnya:

(31)

Berdasarkan hasil riset, diketahui beberapa alasan seseorang memilih untuk menjadi pedagang kaki lima, namun tiga alasan terbanyak yang dikemukakan adalah sulitnya mendapatkan pekerjaan di sektor formal (33,1 persen), tidak mepunyai keahlian lain (22,3 persen), dan keinginan untuk berwiraswasta (17 persen). Dari motif-motif tersebut, tampak bahwa permasalahan yang sebenarnya

adalah terbatasnya lowongan pekerjaan di sektor formal, kemudian yang kedua adalah sumber daya manusia yang tidak memiliki kompetensi untuk mengisi ruang-ruang di sektor formal. Dengan kondisi tersebut tentunya peran pemerintah dalam memberikan ruang berusaha sangat di perlukan khususnya pada pola pengembangan sektor informal seperti pembangunan sentra PKL, sentra UKM, ataupun pengembangan industri kreatif.

PKL yang dari tahun ke tahun jumlahnya meningkat menjadi sebuah permasalahan kota, baik dari sisi keamanan, kenyamana, dan keindahan. PKL menemati area-area public, sehingga kebersihan area tersebut menjadi crowded dan kotor, belum lagi fasilitas umum yang mereka gunakan untuk menggelar dagangannya, seperti trotoar, jalan, atau saluran. PKL pun seolah-olah oleh sebagian masyarakat mengganggu kenyamanan namun sebagian masyarakat beranggapan keberadaan mereka juga menguntungkan untuk mendapatkan makanan dan minuman yang murah dan cepat.

Guna mengatasi hal tersebut, maka Pemerintah Kota Surabaya telah melakukan satu bentuk perencanaan pengelolaan sentra PKL. Sentra-sentra tersebut akan dibangun di beberapa titik yang menjadi titik konsentrasi PKL. Sentra yang dibangun tentu saja telah memenuhi standar kelayakan baik dari sisi kebersihan

maupun keindahan dan kenyamanan. Sentra tersebut

diprioritaskan bagi PKL yang ada disekitar lokasi sentra. Melalui manajemen pemgelolaan sentra yang baik, diharapkan sentra-sentra PKL akan berkembang menjadi potensi wisata tersendiri. Beberapa sentra PKL yang telah terbentuk adalah Urip Sumoharjo,

Terminal Manukan, Bungkul, Rungkut Asri, Karah,

Dharmawangsa, Penjaringan, Sukomanunggal, Taman Prestasi, Ketabang, Wiyung, Gayungan, Putroagung dan Indrapura.

Pemerintah kota Surabaya juga telah memberikan pembinaan pada PKL melalui pelatihan manajemen usaha, sosialisasi tentang pentingnya kesehatan produk, masalah perijinan, pemberian modal bergulir, pengelolaan limbah, dan bantuan peralatan ringan

(32)

II. Data Khusus Surabaya Kota Sehat

Tatanan 2

KAWASAN

TERTIB LALU LINTAS

DAN PELAYANAN TRANSPORTASI

Tahun 2012

Indikator pokok

Indikator untuk menilai keadaan kawasan tertib lalu lintas dan pelayanan transportasi yang sehat adalah sebagai berikut :

Adanya kawasan car free day ; Kondisi Terminal bersih, teratur dan rapi ; Terdapat fasilitas umum di terminal (ruang tunggu, toilet, tempat parkir, tempat ibadah, tempat sampah, taman, fasilitas kesehatan/P3K) ; Kriminalitas/keluhan kriminal di teminal berkurang ; Adanya larangan merokok di terminal & kendaraan umum ; Adanya pemeriksaan kelayakan kendaraan secara rutin di terminal ; Adanya pemeriksaan emisi secara rutin kendaran umum di terminal ; Tren Angka kejadian Angka kecelakaan lalu lintas berkurang ; Adanya fasilitas pejalan kaki yang layak digunakan ; Kendaraan umum bersih dan bebas rokok ; Pemeriksaan kesehatan rutin pada pengemudi ; Melaksanakan standar pelayanan minimal diterminal ; Adanya pemantauan kualitas udara ambient diterminal ; Adanya pemantauan kualitas udara ambient di kawasan perkotaan/padat lalulintas ; Tersedia halte yang memenuhi syarat ; Tersedianya rambu peringatan didaerah rawan kecelakaan ; ; Tingkat kemacetan/ kepadatan lalu lintas pada jam sibuk ; Adanya pengaturan jalur khusus bagi kendaraan umum, pribadi, motor, sepeda dan pejalan kaki ; Adanya bengkel pemantau emisi gas buang ; Adanya program pelatihan smart driving untuk pengemudi ; Adanya peraturan dalam bidang transportasi ; Fasilitas pengujian kendaraan bermotor ; Rata-rata waktu pelayanan transportasi ; Kemudahan mendapatkan angkutan umum ; Ketersediaan tempat pemberhentian angkutan umum ; Tingkat kepatuhan terhadap peraturan lalu lintas ; Jumlah rambu exiting per KM ; (Jumlah APILL + Pelican Crossing + Warning light diruas jalan Kab./Kota ; Pagar pengaman (guard rail) ; Kondisi marka jalan ; Penerangan jalan umum.

1. Adanya kawasan car free day

Di kota Surabaya kegiatan Car Free Day dilaksanakan di 3 lokasi jalan raya dengan kepadatan tertinggi tiap harinya yang dilaksanakan pada hari minggu di jalan raya Darmo , jalan raya Kertajaya dan di Jl Tunjungan sebagai upaya untuk mengurangi dampak perubahan iklim.

Evaluasi pelaksanaan car free day di kota surabaya Penghematan emisi CO2 melalui kegiatan car free day:

• Panjang perjalanan rata-rata masyarakat surabaya : 13,52 km

per orang

(33)

• Jarak yang ditempuh oleh mobil : 23 x 13 = 310,96 Km per hari (per hari pertama menggunakan mobil)

• Penghematan perjalanan kendaraan oleh mobil : 310,96 Km

per hari

• Penghematan bahan bakar ( diasumsikan bahwa rata-rata

konsumsi bahan bakar adalah 1 liter per 8 km) : 310,96/8 = 38,87 liter per hari

• Penghematan emisi (faktor emisi untuk diesel 2,6304 kg CO2

per unit; (Sumber: Department for Environment, Food and Rural Affairs of United Kingdom, 2007): 38,87 x 2,6304 = 102,24 kg per hari dari 100 orang.

• Sehingga penghematan emisi (CO2) pada kegiatan car free

day per hari adalah : 1,02 kg / orang.

Rencana kegiatan yang akan dilaksanakan oleh pemkot Surabaya adalah :

• Menyempurnakan dan memperluas Pelaksanaan Car free

Day di Surabaya agar dapat berjalan dengan baik dan berdampak lebih luas.sehingga dapat menjadi hari pejalan kaki ( pedestrian day )/ hari tanpa kendaraan bermotor (non motorized day) .

• Meningkatkan pelayanan dan mempromosikan transportasi

publik.

• Meningkatkan pelayanan dan mempromosikan sarana

prasarana untuk keamanan pejalan kaki (Safe walking) dan mebudayakan kegiatan bersepeda (bike to work, bike to school, bike to campus, bike to shop, bike to hangout ) serta pembangunan jalan khusus pesepeda

Melaksanakan kegiatan Car Free Day ataupun non motorized

(34)

2. Kondisi Terminal bersih, teratur dan rapi

Terminal angkutan umum di kota Surabaya, terdiri dari Terminal Purabaya, terminal Tambak oso wilangon, terminal joyoboyo, terminal bratang, dll. Kondisi terminal di kota Surabaya, pada umumnya bersih, teratur dan rapi.

3. Fasilitas umum di terminal

Seluruh terminal angkutan umum di kota Surabaya telah dilengkapi dengan fasilitas ruang tunggu, toilet, tempat parkir, tempat ibadah, tempat sampah, taman, fasilitas kesehatan/P3K.

4. Kriminalitas/keluhan kriminal di teminal berkurang

Kejadian Kriminalitas di areal terminal angkutan umum di kota Surabaya, saat ini umumnya berkurang tidak seperti masa-masa sebelumnya.

5. Adanya larangan merokok di terminal & kendaraan umum

Sejalan dengan penerapan kawasan tidak merokok dan kawasan terbatas merokok, pada areal terminal di kota Surabaya, juga diberlakukan kawasan terbatas merokok dengan menyediakan fasilitas tempat / ruang untukl merokok. Umumnya fasilitas tersebut disediakan di sekitar ruang tunggu penumpang.

6. Adanya pemeriksaan kelayakan kendaraan secara rutin di terminal

Pemeriksaan kelayakan kendaraan secara rutin dilakukan oleh Dinas Perhubungan kota Surabaya, baik di lokasi atau areal terminal maupun di kantor dinas perhungungan.

7. Adanya pemeriksaan emisi secara rutin kendaran umum di terminal

Pemeriksaan emisi secara rutin dilakukan oleh Dinas Perhubungan kota Surabaya, baik di lokasi atau areal terminal maupun di kantor dinas perhungungan.

(35)

8. Tren Angka kejadian Angka kecelakaan lalu lintas berkurang

9. Adanya fasilitas pejalan kaki yang layak digunakan

Di wilayah kota Surabaya, secara bertahap dibangun fasilitas pejalan kaki, yang dimulai dari jalur jalan utama kota di pusat kota. Pembangunan jalur tersebut untuk memberikan keamanan bagi pejalan kaki yang berada di sekitar jalur jalan lalu lintas kendaraan bermotor. Jaringan jalan yang telah disediakan jalur pejalan kaki, terlihat pada tabel berikut.

(36)

10. Kendaraan umum bersih dan bebas rokok

Pada Kendaraan umum di kota Surabaya, diberlakukan budaya bersih dan bebas rokok, yang pada saat ini diterapkan pada angkutan umum bis kota dan taxi serta sebagian angkutan umum kota bemo, juga berusaha diberlakukan bebas rokok.

11. Tersedia halte yang memenuhi syarat

Di wilayah kota Surabaya, telah disediakan fasilitas halte yang memenuhi syarat sebayak 18 halte, yang berada dijalan utama kota. Diantaranya di Jl. A. Yani, Jl. Darmo, Jl. Urip Sumoharjo, Jl. Basuki Rahmat, Jl. Embong Malang, jl. Indrapura, Jl. Mayjen sungkono, Jl. Jemur Sari dan Jl. Perak Barat.

12. Tersedianya rambu peringatan didaerah rawan kecelakaan

Pada jalan-jalan tertentu, telah disediakan rambu-rambu

peringatan rawan kecelakaan.

13. Adanya pengaturan jalur khusus bagi kendaraan umum, pribadi, motor, sepeda dan pejalan kaki

Pada kawasan tertentu di wilayah kota Surabaya, telah dilakukan pengaturan jalur khusus bagi kendaraan umum, motor, sepeda maupun pejalan kaki. Kawasan tersebut diantaranya di kawasan jalan Darmo, Jl. Basuki rahmat, Jl. Pemuda dan sekitarnya.

14. Pagar pengaman (guard rail)

Pada jalan-jalan tertentu, telah disediakan pagar pengaman, seperti di Jl. Wonokromo dan Jl. Urip Sumoharjo.

15. Kondisi marka jalan

Pada seluruh jalan-jalan di wilayah kota Surabaya telah dibuat marka jalan.

16. Penerangan jalan umum

Pada seluruh jalan-jalan di wilayah kota Surabaya telah disediakan penerangan jalan umum.

(37)

II. Data khusus Surabaya Kota Sehat

Tatanan 3

KAWASAN

PARIWISATA SEHAT

Tahun 2012

Indikator pokok

Indikator untuk menilai keadaan kawasan pariwisata yang sehat adalah sebagai berikut :

Tersedianya informasi daya tarik obyek wisata di tempat umum (hotel, bandara/pelabuhan, dll) ; Adanya informasi sarana kesehatan untuk wisatawan di lokasi ; Seluruh hotel laik sehat ; Seluruh restoran/ rumah makan laik sehat ; Meningkatnya jumlah wisatawan pertahun ; Peran Pemda dalam menjalankan keselamatan wisatawan (bukti SK perihal keharusan daya tarik wisata mengasuransikan wisatawan.) ; Terjadi keracunan makanan pada wisatawan 1 tahun terakhir ; Menurunnya kasus kecelakaan di obyek wisata ; Transportasi tersedia ke daerah wisata ; Adanya tanggap darurat / balai keselamatan di daerah wisata (bukti SOP) ; Tersedia fasilitas umum di setiap objek wisata (toilet, jamban, air bersih, TPS, klinik/P3K, telekomunikasi, cindera mata, dll) ; Adanya polisi pariwisata ; Adanya kelompok sadar wisata dilokasi objek wisata.

1. Tersedianya informasi daya tarik obyek wisata di tempat umum (hotel, bandara/pelabuhan, dll)

Pada sebagian besar tempat umum di kota Surabaya seperti hotel, restoran, terminal, bahkan angkutran umum (khususnya taxi), telah disediakan informasi daya tarik obyek wisata di kota Surabaya. Informasi wisata tersebut, diantaranya dimuat pada brosur, selebaran, majalah ataupun papan-papan informasi.

2. Adanya informasi sarana kesehatan untuk wisatawan di lokasi

Pada sebagian besar tempat umum di kota Surabaya seperti hotel, restoran, terminal, bahkan angkutran umum (khususnya taxi), telah disediakan informasi sarana kesehatan di kota Surabaya. Informasi wisata tersebut, diantaranya dimuat pada brosur, selebaran, majalah ataupun papan-papan informasi

3. Seluruh hotel laik sehat

Seluruh hotel di kota Surabaya, baik yang berkualifikasi bintang, maupun melati umumnya laik sehat, baik dari segi lingkungan, penyediaan fasilitas ruang, fasilitas pelengkap maupun layanan dan penyediaan makanan dan minumannya.

(38)

4. Seluruh restoran/ rumah makan laik sehat

Seluruh restoranl di kota Surabaya, baik yang berkualifikasi besar maupun depot / rumah makan umumnya laik sehat, baik dari segi lingkungan, penyediaan fasilitas ruang, fasilitas pelengkap maupun layanan dan penyediaan makanan dan minumannya.

5. Meningkatnya jumlah wisatawan pertahun

Secara umum, di kota surabaya jumlah wisatawannya mengalami peningkatan. Obyek dan lokasi wisata yang memiliki kontribusi besar dalam kunjungan jumlah wisatawan, diantaranya adalah Kebun Binatang Surabaya, Taman Hiburan Pantai kenjeran Surabaya.

6. Terjadi keracunan makanan pada wisatawan 1 tahun terakhir

Di Kota Surabaya pada satu tahun terakhir, tidak pernah terjadi kasus keracunan makanan di tempat wisata.

7. Menurunnya kasus kecelakaan di obyek wisata

Dikota Surabaya pada satu tahun terakhir, tidak pernah terjadi kasus kecelakaan di tempat wisata, baik pada lokasi wisata alam seperti pantai Kenjeran dan kebun Binatang Surabaya maupun pada lokasi wisata buatan lannnya.

8. Transportasi tersedia ke daerah wisata

Pada seluruh lokasi dan obyek wisata di kota Surabaya, dapat diakses oleh kendaraan angkutan umum, khususnya angkutan umum kota Bemo, baik yang menuju / melintasi lokasi obyek wisata yang berada di kawasan pinggirian seperi pantai Kenjeran, maupun yang menuju lokasi wisata di kawasan pusat kota.

9. Tersedia fasilitas umum di setiap objek wisata

Pada seluruh lokasi obyek wisata di kota Surabaya, telah dilengkapi dengan fasilitas toilet, jamban, air bersih, TPS, klinik/P3K, telekomunikasi, cindera mata, dll.

10. Adanya kelompok sadar wisata dilokasi objek wisata

Dikota Surabaya, telah dibentuk kelompok sadar wisata di lokasi obyek wisata, bahkan pada kawasan perkampungan juga telah dibentuk, manakala kampung tersebut dijadikan obyek wisata, seperti di kampung wisata Jambangan.

(39)

II. Data khusus Surabaya Kota Sehat

Tatanan 4

KAWASAN

INDUSTRI DAN PERKANTORAN

SEHAT

Tahun 2012

Indikator pokok

Indikator untuk menilai keadaan kawasan industri dan perkantoran yang sehat adalah sebagai berikut :

Adanya lokasi khusus industry/ kawasan industry ; Adanya ruangan khusus merokok di lingk perkantoran ; Adanya penataan khusus untuk sektor informal ; Adanya jaminan kesehatan bagi pekerja di semua industri ; Industri tidak mencemari lingkungan ; Keluhan masyarakat ttg kasus pencemaran akibat industry ; Pemda melakukan pemantauan uudara ambien di kawasasan Industri ; Menurunnya angka kecelakaan kerja ; Adanya industri peserta PREPER (Program Peningkatan Kinerja Perusahaan ; Angka pengangguran ; Adanya aktifitas pelatihan/ pendidikan/ kursus di balai latihan kerja ; Upaya Pengelolaan Lingkungan dan Upaya Pemantauan Lingkungan oleh industri/hotel/ RS/lab/kegiatan lain.

1. Adanya lokasi khusus industri/ kawasan industri

Di wilayah kota Surabaya, terdapat lokasi kawasan industri dalam bentuk estat, yaitu di kawasan rungkut berupa Surabaya Industrial estate Rungkut ( SIER ), selain itu juga terdapat kawasan industri yang berada di kawasan Margomulyo dan di kawasan Tambak Oso Wilangon. Lokasi industri lainnya adalah di kawasan Karang pilang – waru gunung, kawasan kedung barok, kawasan Tanjung sari dan kawasan Kalianak.

2. Adanya ruangan khusus merokok di lingkungan perkantoran

Pada lingkungan kantor, baik kantor pemerintah maupun kantor swasta sebagaian besar telah dilengkapi dengan ruangan khusus untuk merokok.

3. Adanya penataan khusus untuk sektor informal

Di wilayah kota Surabaya dilakukan upaya penataan areal untuk menampung kegiatan usaha sektor informal seperti pedagang kaki lima. Upaya tersebut diwujudkan dalam bentuk pembangunan sentra-sentra PKL, maupun dalam wujud penyediaan areal atau ruang khusus untuk kegiatan usaha PKL di kawasan atau fasilitas perdagangan ( mal, plasa, pusat perbelanjaan, pasar ) maupun perkantoran.

Gambar

Tabel Presentase Hari Tiap Kategori ISPU
Grafik perkembangan jumlah komposter.
Grafik perkembangan jumlah kader lingkungan.

Referensi

Dokumen terkait

Metode kontrol optimal Linier Quadratic Regulator (LQR) digunakan untuk mendapatkan sistem yang stabil, yaitu mendekati setpoint , pada kontrol optimal Linier

Dilihat dari data kinerja pegawai di Badan Pertanahan Nasional Kota Medan, target dan realisasi pada tahun 2012 sampai tahun 2014 untuk menyelesaikan masalah

Dengan dilakukannya hal tersebut diharapkan mahasiswa dapat mengenali emosinya sendiri, memotivasi diri sendiri, mengatur bagaimana emosi agar tetap stabil,

1) Dukungan organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai PT. Nur Medinah Intermedia. Hal ini berarti bahwa ketika organisasi telah memberikan

Jenis penelitian ini adalah penelitian kuntitatif yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui hubungan kemampuan membaca dengan hasil

Peningkatan pengetahuan dan keteram- pilan seorang tutor dapat dilakukan melalui pendidikan lanjut pada strata yang lebih tinggi, atau melalui sejumlah kegiatan

Maka dari itu, terus menerus melakukan pencermatan masalah G30S demi pelurusan sejarah adalah mutlak penting Tanpa menunggu terbukanya isi kotak Pandora-G30S dan

Sebagai tantangan dalam mengkaji Islam, sebagai sebuah agama harus melampui dimensi tradisi atau aspek luar agar mampu menjelaskan dimensi kehidupan-dalam dari masyarakat