• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 2. PROFIL KABUPATEN SUMBAWA - DOCRPIJM 608c1ffcdc BAB II02 PROFIL KABUPATEN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB 2. PROFIL KABUPATEN SUMBAWA - DOCRPIJM 608c1ffcdc BAB II02 PROFIL KABUPATEN"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL KABUPATEN

| 2-0

Pada bagian ini membahas mengenai

wilayah administrasi, potensi wilayah, demografi dan urbanisasi, serta isu

strategis Kabupaten/Kota.

RPIJM

Kabupaten

Sumbawa

TAHUN 2017 - 2021

BAB 2.

(2)

PROFIL KABUPATEN

| 2-1

2.1. Wilayah Administrasi

Kabupaten Sumbawa sebagai salah satu daerah dari sepuluh kabupaten/kota yang berada di wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat terletak pada posisi 116" 42' sampai dengan 118" 22' Bujur Timur dan 8” 8' sampai dengan 9” 7' Lintang Selatan serta memiliki luas wilayah 6.643,98 Km2.

Kabupaten yang lebih dikenal dengan motto Sabalong Samalewa ini berbatasan dengan Kabupaten Sumbawa Barat di sebelah barat, Kabupaten Dompu di sebelah timur, Laut Flores di sebelah utara dan Samudra Indonesia di sebelah selatan.

Jarak tempuh dari ibu kota kabupaten ke kota-kota kecamatan rata-rata 45 km. Kota kecamatan terjauh yaitu Kecamatan Tarano dengan jarak tempuh 103 km. Dengan wilayah administratif terdiri dari 24 kecamatan, 8 kelurahan, 158 desa dan 575 dusun.

Tabel 2.1. Luas wilayah, letak geografis dan wilayah administratif

Luas Wilayah Total : 6.643,98 Km2

Letak Geografis

Berada diantara :

116" 42' BT - 118" 22' BT 8" 8' LS - 9" 7' LS Batas Wilayah :

Utara : Laut Flores

Timur : Kabupaten Dompu Selatan : Samudra Indonesia

Barat : Kabupaten Sumbawa Barat

Wilayah Administratif

- 24 kecamatan - 8 Kelurahan

- 158 Desa

(3)

PROFIL KABUPATEN

| 2-2

Gambar 2.1. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SUMBAWA

(4)

PROFIL KABUPATEN

| 2-3

TABEL 2.2. PEMBAGIAN WILAYAH DI KABUPATEN SUMBAWA

Kecamatan

Desa

Kelurahan

(5)

PROFIL KABUPATEN

| 2-4

GAMBAR 2.2. PETA TOPOGRAFI KABUPATEN SUMBAWA

Sumber : Profil Daerah Kabupaten Sumbawa, 2015

Klimatologis. Berdasarkan data statistik dari lembaga meteorologi, temperatur maksimum pada tahun 2012 berkisar antara 31,6°C – 37,4°C (rata-rata 34,4°C), dan temperatur minimum berkisar antara 17,0°C - 22,8°C (rata-rata 20,7°C). Temperatur tertinggi terjadi pada bulan Nopember dan terendah ada bulan Agustus. Sebagai daerah tropis, Kabupaten Sumbawa mempunyai rata-rata kelembaban sebesar 78,0% dengan kisaran absolut minimum 67% (pada bulan Agustus dan September) dan maksimum 89% (pada bulan Januari). Curah hujan Kabupaten Sumbawa berkisar dari 30,5 mm – 465,5 mm (rata-rata 1303,8 mm) dengan jumlah hari hujan 127 hari dan penguapan 66 mm.

(6)

PROFIL KABUPATEN

| 2-5

GAMBAR 2.3. PETA KLIMATOLOGI KAB. SUMBAWA

Sumber : Profil Daerah Kabupaten Sumbawa, 2015

Geologi. Dalam Peta Tatanan Geologi dan Gunung Berapi Indonesia, Kabupaten Sumbawa tempat pertemuan 2 lempeng aktif dunia yaitu Lempeng Indo-Australia (bagian selatan) dan Lempeng Eurasia (bagian utara). Kondisi geologis tersebut menyebabkan Kabupaten Sumbawa kaya akan deposit sumberdaya mineral sekaligus rawan terhadap bencana alam.

Sumberdaya mineral potensial berupa emas (180 ribu m3), tembaga (1,575 juta m3), lempung/tanah liat (5,9 juta m3), batu gamping (274,29 juta m3) dan marmer (43,06 juta m3), pasir besi (304,5 m3), sirtu (793 ribu m3) dan batu bangunan (269,22 juta m3). Potensi energi panas bumi juga terdapat di Kecamatan Maronge dengan potensi 6 Mwe untuk pemanfaatan langsung. Potensi angin juga cukup memadai untuk pembangkit listrik skala kecil terutama pada 6 kecamatan yakni Alas Barat (376,177 watt), Labuhan Badas (612,541 watt), Labangka (525,177 watt), Empang (376,177 watt), Plampang (313,621 watt) dan Lape (258,415 watt). Demikian pula potensi sumberdaya air, disamping digunakan sebagai air irigasi juga dapat digunakan untuk Pembangkit Listrik Mikro Hidro yang terdapat di 16 lokasi potensial dengan potensi energi 3.082 Kwatt.

2.2. Potensi Wilayah Kabupaten Sumbawa

(7)

PROFIL KABUPATEN

| 2-6

TABEL 2.3. POTENSI KAWASAN BUDIDAYA KAB. SUMBAWA

No. Jenis Kawasan Lokasi Soway RTK 57 (3.813,90 Ha), Selalu Legini RTK 59 (5.415 Ha), Klongkang P. Ngengas RTK Sumbawa dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, cagar wisata, konservasi terumbu karang dan lamun, perlindungan cagar alam dan pelabuhan;

 Kawasan Teluk Saleh dan sekitarnya sebagai kawasan penangkapan ikan, budidaya laut, budidaya tambak, pertambangan, wisata bahari, pelestarian ekosistem dan pelabuhan;

3 Kawasan Peruntukan Pertanian

 Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi terdiri dari beririgasi teknis seluas 17.714 Ha;

 Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi setengah teknis seluas 8.839 Ha;

 Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi

 sederhana seluas4.602 Ha;

 Kawasan pertanian lahan sawah beririgasi non

 PU seluas 4.397Ha;

 Kawasan pertanian lahan sawah tadah hujan seluas 7.627 Ha;

 Kawasan pertanian tanaman pangan lahan kering tersebar di seluruh kecamatan seluas

 23.795 Ha.

(8)

PROFIL KABUPATEN

| 2-7

No. Jenis Kawasan Lokasi

4 Kawasan Peruntukan Perkebunan

 Perkebunan dikembangkan di Kawasan

Industri Masyarakat Perkebunan (KIM-Bun): Rhee dengan tanaman unggulan kelapa, jambu mete; Batulanteh dengan tanaman unggulan kopi,

 Komoditi unggulan jambu mete di KIM-Bun : Utan Rhee,

 Komoditi kelapa di KIM-Bun : Sumbawa;

 Komoditi kopi di KIM-Bun : Batulanteh,

 Komoditi kemiri di KIM-Bun : Batulanteh,

 Kawasan perkebunan dikembangkan kegiatan agroindustri Hasil tanaman perkebunan dan tanaman komoditi unggulan; layak berdasarkan Hasil kajian teknis, ekonomi dan lingkungan.

6 Kawasan Peruntukan Peternakan

 Kec. Rhee (240 Ha), Lape Lopok (1.426 Ha), Moyo Hilir (13.097 Ha), Moyo Hulu (1.175 Ha), Utan (1.025 Ha), Empang (920 Ha), Tarano (685 Ha), Plampang (1.455 Ha), Labangka (458 Ha), Maronge (1.700 Ha), Ropang (0.539 Ha), Batu Lanteh (269 Ha).

2.3. Demografi Dan Urbanisasi

(9)

PROFIL KABUPATEN

| 2-8

Tabel 2.4. Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan Tahun 2014

NO KECAMATAN

Sumber : Dinas kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa, 2014

(10)

PROFIL KABUPATEN

| 2-9

perempuan. Rasio jenis kelamin penduduk Kabupaten Sumbawa selama dua tahun terakhir berada di atas 100 yaitu 104. Berdasarkan data sensus penduduk yang dilakukan setiap kurun waktu 10 tahun, secara rata-rata pertumbuhan penduduk Kabupaten Sumbawa 1,5%. Data SP dalam kurun waktu 1971-2010 untuk kabupaten Sumbawa disajikan pada tabel 2.5. berikut ini.

Tabel 2.5. Jumlah Pendudukan Berdasarkan Pertumbuhan Penduduk

NO JENIS KELAMIN TAHUN 2013 TAHUN 2014

1 Laki-Laki 278.958 282.223

2 Perempuan 279.803 283.457

Jumlah 558.761 565.680

Sumber: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten Sumbawa Tahun 2014

Dari tabel di atas dalam kurun waktu 2 tahun yaitu tahun 2013-2014 terjadi penambahan penduduk sebanyak 6.919 jiwa. Namun bila dibandingkan periode sensus penduduk tahun 2010 sampai dengan 2014 yang bertambah 149.891 jiwa maka penambahan penduduk empat tahun terakhir sebesar 26,50 %. Adapun sex rasio atau perbandingan antara penduduk laki-laki terhadap penduduk perempuan, dalam kurun waktu 2013-2014 tidak banyak mengalami perubahan yakni berkisar antara 1,31 (tahun 2013) dan 1,17 ditahun 2014. Sehingga komposisi penduduk berdasarkan jenis kelamin relative tidak mengalami perubahan.

Berdasarkan data sensus penduduk, data penduduk Kabupaten Sumbawa dapat diolah lebih lanjut dapat diperoleh gambaran rata-rata pertumbuhan penduduk dalam kurun waktu antar sensus sebagaimana ditunjukkan pada Grafik 2.1. berikut ini.

GRAFIK 2.1. Rata-Rata Pertumbuhan Penduduk Kabupaten Sumbawa

Antar Periode Sensus (SP 1980, SP 1990, SP 2000 dan SP 2010)

(11)

PROFIL KABUPATEN

| 2-10

Dalam kurun waktu 2000-2010 terjadi pertumbuhan penduduk rata-rata 1,53% per tahun dengan pertumbuhan laki-laki 1,56% dan perempuan 1,50%. Pertumbuhan penduduk tersebut lebih rendah dibandingkan 10 tahun sebelumnya yakni kurun waktu 1990-2000 yakni dengan tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata 1,80% per tahun dengan pertumbuhan laki-laki mencapai 2% per tahun dan perempuan 1,60%. Jika dilihat rata-rata pertumbuhan penduduk dari kurun waktu 1980-2010 terjadi trend penurunan rata-rata pertumbuhan penduduk hampir separuhnya (dari 2,95% per tahun menjadi 1,53% per tahun). Data ini menggambarkan keberhasilan program pengendalian pertumbuhan penduduk di Kabupaten Sumbawa dalam 10 tahun terakhir.

Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk, juga terjadi peningkatan jumlah Kepala Keluarga (KK). Jika pada tahun 2013 jumlah KK mencapai 122.532 KK maka pada tahun 2014 berjumlah 125.915 KK bertambah 3.383 KK atau mengalami peningkatan 2,70%. Distribusi masing-masing kecamatan sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2.6. berikut ini.

TABEL 2.6. Jumlah Kepala Keluarga Menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa

Tahun 2012-2014

Sumber : Data Olahan, 2016

(12)

PROFIL KABUPATEN

| 2-11

2.4. Isu Strategis Sosial, Ekonomi, dan Lingkungan

2.4.1. Ekonomi

Sektor pertanian memegang peranan yang sangat strategis dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional. Kabupaten Sumbawa dengan lahan pertanian yang sangat luas memiliki potensi penting dalam menyumbang stok pangan nasional. Pertanian Tanaman Pangan : Pertanian tanaman pangan terdiri dari padi, palawija, sayur-mayur dan buah-buahan.

Perikanan : Produksi ikan di Kabupaten Sumbawa sangat ditunjang oleh perairan lautnya yang luas. Semua Kecamatan di Kabupaten Sumbawa berpotensi untuk menghasilkan ikan kecuali Kecamatan Batulanteh, hal ini disebabkan karena kecamatan ini tidak mempunyai pantai. Produksi ikan terbesar tahun 2010 terdapat di Kecamatan Labuhan Badas yaitu sebesar 6.207,61 ton.

Peternakan : Kabupaten Sumbawa terkenal sebagai daerah penghasil ternak di Nusa Tenggara Barat. Produksi ternak banyak yang diekspor ke luar daerah seperti ke Pulau Jawa. Populasi ternak di daerah ini cenderung berfluktuasi, hal ini mungkin disebabkan oleh adanya pengiriman ternak yang berlebihan atau adanya faktor-faktor lain. Populasi ternak sapi, babi dan ayam buras mengalami pertumbuhan yang cukup baik dari tahun ke tahun, dibandingkan dengan ternak lain. Hingga tahun 2010, populasi ternak kerbau mencapai 56.636 ekor, sapi 129.194 ekor dan ayam buras 568.038 ekor.

Perkebunan : Subsektor tanaman perkebunan diharapkan akan menjadi andalan ekspor Kabupaten Sumbawa. Beberapa jenis komoditi hasil perkebunan yang cukup potensi antara lain kopi, jambu mente, kelapa, asam, kemiri dan lain sebagainya. Rata-rata produksi komoditi tersebut mengalami peningkatan, terutama tanaman kelapa, jambu mente, dan tebu. Produksi kelapa pada tahun 2009 mencapai 3.033,99 ton, jambu mente 2.058,30 ton, dan tebu 358,20 ton.

Kehutanan : Adanya pengetatan pemerintah di sub sektor kehutanan, menyebabkan produksi kehutanan terjadi penurunan. Beberapa hasil kehutanan daerah Sumbawa merupakan komoditi ekspor yang sangat laris, seperti hasil olahan kayu, rotan, sarang burung, madu dan lain-lain. Untuk melestarikan hutan di daerah ini pemerintah telah mengadakan penghijauan hutan dengan penanaman kayu sebagai hutan tanaman industri. Beberapa jenis tanaman tersebut adalah Johar, Jati, Mahoni dan lain sebagainya.

(13)

PROFIL KABUPATEN

| 2-12

2.4.2.

Sosial Budaya

Penduduk di kabupaten Sumbawa mayoritas beragama Islam, diikuti beragama Hindu, Katolik, Protestan dan yang paling sedikit beragama Budha. Penduduk asli Kabupaten Sumbawa yaitu suku Sumbawa atau lebih dikenal atau sering disebut dengan nama ”Tau Samawa”. Secara umum struktur mata pencaharian penduduk Kabupaten Sumbawa adalah mayoritas berada di sektor pertanian dalam arti luas, yaitu pertanian tanaman pangan, peternakan, dan perikanan. Secara adat istiadat masyarakat Kabupaten Sumbawa cenderung adaptif dengan kemajuan jaman. Di sektor pertanian misalnya, perkembangan pola tanam SRI yang mengedepankan manajemen pertanian yang lebih baik sudah mulai banyak diadopsi oleh petani-petani di seluruh kecamatan di Kabupaten Sumbawa, demikian juga dengan subsektor peternakan, dan perikanan.

2.4.3.

Gender

Pengarustamaan gender di Kabupaten Sumbawa telah menjadi kebijakan utama dalam rangka pelaksanaan pembangunan di daerah. Di dalam RPJMD Kabupaten Sumbawa tahun 2011-2015 telah ditetapkan bahwa Misi I (Pertama) Pembangunan Jangka Menengah adalah Mengembangkan masyarakat yang religius/ beriman, berbudaya, menghargai pluralitas, kesetaraan gender dan berkesadaran hukum. Dengan demikian Isu Gender telah tertuang dalam kebijakan daerah Kabupaten Sumbawa yaitu Tujuan dan Sasaran Strategis Pembangunan Daerah, dimana tujuan pembangunan daerah melalui Misi Pertama RJMD 2011-2015 adalah Terwujudnya Masyarakat Yang Menghargai Kesetaraan Gender. Adapun sasaran strategis yang ingin dicapai adalah membaiknya kesadaran Gender masyarakat.

Indikator kinerja dalam implementasi Kesetaraan Gender di Kabupaten Sumbawa diukur melalui empat indikator yaitu 1) Partisipasi perempuan dalam Lembaga Pemerintahan; 2) Jumlah perempuan pada jabatan struktural; 3) Partisipasi perempuan di lembaga swasta dan 4) Rasio kekerasan dalam Rumah Tangga (KDRT). Adapun target yang telah ditetapkan dan tertuang dalam RPJMD 2011-2015 Kabupaten Sumbawa adalah :

Tabel 2.7. Target Pengarustamaan Gender Kabupaten Sumbawa Tahun 2015

No. Sasaran Strategis Indikator Kinerja Target 1 Membaiknya kesadaran

(14)

PROFIL KABUPATEN

| 2-13

Untuk mewujudkan target RJMD tersebut Pemerintah Kabupaten Sumbawa Tahun 2015 telah mengalokasikan anggaran sebesar Rp. 26.946.450,- untuk Program Keserasian Kebijakan Peningkatan Kualitas Anak dan perempuan dan Rp. 97.049.725,- untuk Program Penguatan Kelembagaan Pengarustamaan Gender dan Anak. Dengan anggaran tersebut capaian kinerja yang telah diraih dalam mengimlementasikan pengarustamaan Gender di Kabuaten Sumbawa adalah sebagai berikut :

TABEL 2.7. Caaian Kinerja Pengarustamaan Gender Kab. Sumbawa

Sumber : LAKIP Pemda Kabupaten Sumbawa 2015

Berdasarkan pengukuran kinerja sasaran ini, pada masing-masing indikator di atas, maka dapat diuraikan sebagai berikut :

 Secara simultan rata-rata pencapaian kinerja sasaran pada tahun 2015 sebesar 161,55 meningkat ibanding tahun 2014 yang mencapai 91,09 persen.

 Sumbangan terbesar pencapaian rata-rata simultan ini adalah disumbangkan oleh indikator “Persentase partisipasi perempuan di lembaga pemerintah”.

 Sedangkan secara parsial, 50 persen indikatro sasaran ini masih belum mencapai target yang ditetapkan dan berada pada zona kriteria Kurang (<50 persen).

 Jumlah perempuan di struktur birokrasi menurut BKPP Kabupaten Sumbawa bahwa rata-rata sebesar 45 persen dari jumlah pegawai negeri secara keseluruhan di Kabupaten Sumbawa. Proporsi ini meningkat terus dari tahun-tahun sebelumnya dimana pada tahun 2013 sebesar 43 persen dan tahun 2014 sebesar 43 persen.

 Lebih lanjut menurut BKPP Kabuaten Sumbawa bahwa Komposisi perempuan dalam jabatan struktural adalah sebesar 36 persen dan pergerakan dari tahun sebelumnya relatif tetap.

(15)

PROFIL KABUPATEN

| 2-14

kesempatan kerja yang terbatas yang dialami perempuan secara langsung akan mempengaruhi kesejahteraan perempuan maupun keluarganya. Demikian pula diskriminasi upahyang dialami perempuan akan secara langsung mempengaruhi kualitas hidup serta kesejahteraan perempuan dan keluarganya. Sementara itu, berbagai diskriminasi yang dialami perempuan di tempat kerja juga turut dipengaruhi oleh berbagai aspek lainnya yang dialami perempuan. Pertama adalah akses perempuan yang sangat lemah terhadap pendidikan, khususnya pendidikan yang semakin tinggi, sehingga umumya perempuan kurang memiliki pengetahuan dan keahlian yang tinggi. Kedua adalah akses perempuan yang lemah terhadap pelayanan kesehatan yang memadai, sehingga mempengaruhi kualitas kesehatannya. Kedua hal tersebut pada akhirnya mempengaruhi produktivitas perempuan yang relatif rendah dibanding laki-laki. Dengan demikian, kesetaraan dan keadilan gender yang lebih merata akan mendorong tingkat produktivitas, pertumbuhan ekonomi daerah, serta pemerataan hasil-hasil pembangunan.

Selain itu indikator pembangunan gender adalah Indeks Pembangunan Gender. Indeks Pembangunan Gender (IPG) merupakan salah satu ukuran tingkat keberhasilan capaian pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender. IPG merupakan ukuran pembangunan manusia yang merupakan komposit dari empat indikator, yang lebih menekankan status perempuan khususnya dalam mengukur kemampuan dasar. Tingkat keberhasilan capaian pembangunan yang sudah mengakomodasi persoalan gender salah satunya diukur dengan IPG (Indeks Pembangunan Gender). IPG digunakan untuk mengukur pencapaian dalam dimensi yang sama dan menggunakan indikator yang sama dengan IPM, namun lebih diarahkan untuk mengungkapkan ketimpangan antara laki-laki dan perempuan. IPG dapat digunakan untuk mengetahui kesenjangan pembangunan manusia antara laki-laki dan perempuan. Kesetaraan gender terjadi apabila nilai IPM sama dengan IPG. Angka IPG Kabupaten Sumbawa berdasarkan data Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan (BKPP) Kabupaten Sumbawa adalah sebesar 64,63. Kesenjangan ini disebabkan beberapa hal yaitu :

 Adanya kondisi relatif rendahnya kesenjangan gender yang terjadi di Kabupaten Sumbawa, yang ditunjukkan melalui besaran angka IPM yang lebih rendah dibanding angka IPG. Hal ini dapat memberikan gambaran bahwa tidak terdapat persoalan kesenjangan gender di Kabupaten Sumbawa.

 Indikator komposit kesenjangan gender, yaitu IPG menunjukkan angka yang lebih tinggi dibanding IPM, dimana rasio IPG terhadap IPM adalah sebesar 102,78. Besaran rasio yang diperoleh berdasarkan perbandingan antara IPG terhadap IPM pada kisaran > 100 persen. Hal ini dapat dimaknai, bahwa kesenjangan gender relatif tidak terjadi.

(16)

PROFIL KABUPATEN

| 2-15

equity) lebih dimaknai sebagai kesamaan kondisi bagi laki-laki dan perempuan untuk memperoleh kesempatan serta hak-haknya sebagai manusia dalam berperan dan berpartisipasi di segala bidang. Sementara keadilan gender (gender equality) merupakan proses dan perlakuan adil terhadap perempuan dan laki-laki, sehingga dalam menjalankan kehidupan bernegara dan bermasyarakat, tidak ada pembakuan peran, beban ganda, subordinasi, marginalisasi, dan kekerasan terhadap perempuan maupun laki-laki.

GRAFIK 2.2. Indeks Keterwakilan dalam Jabatan Publik Laki-laki dan Perempuan

Sumber : BAPPENAS, 2015

Partisipasi perempuan di politik masih sangat rendah. Indeks keterwakilan dalam jabatan publik memperlihatkan kesenjangan yang sangat lebar antara pencapaian laki-laki dan pencapaian perempuan secara umum di Indonesia maupun secara khusus di seluruh provinsi. Nilai indeks untuk laki-laki mencapai 0,807 sementara untuk perempuan hanya 0,193. Hal ini memperlihatkan bahwa pencapaian pembangunan dalam aspek keterwakilan dalam jabatan publik pada laki-laki adalah sebesar 80,7 persen, sementara pencapaian yang sama pada perempuan hanya 19,3 persen. Perbedaan sebesar 0,614 memperlihatkan bahwa ada kerugian pembangunan sebesar 61,4 persen akibat adanya kesenjangan pencapaian tersebut di atas.

(17)

PROFIL KABUPATEN

| 2-16

umumnya belum dapat mencapai kuota tersebut. Secara umum di Indonesia persentase perempuan di parlemen baru sebesar 19,3 persen, jauh di bawah kuota yang ditetapkan.

Dalam upaya pencapaian sasaran “Membaiknya Kesadaran Gender” beberapa upaya yang dilakukan adalah sebagai berikut :

1) Di bidang kesehatan reproduksi, kebijakan diarahkan untuk memperbaiki kualitas pelayanan kesehatan reproduksi. Penyediaan layanan yang memadai, khususnya terkait dengan tenaga kesehatan terlatih.

2) Di bidang pendidikan, kebijakan diarahkan untuk memastikan pembangunan pendidikan yang lebih merata antara wilayah, dengan tetap menjamin adanya peningkatan pencapaian pendidikan baik pada laki-laki maupun perempuan.

3) Di bidang ekonomi, kebijakan diarahkan bukan saja untuk menutup kesenjangan gender yang terjadi di aspek ini, tetapi juga untuk meningkatkan partisipasi ekonomi khususnya pada perempuan. Regulasi tentang upah perlu dikembangkan untuk tidak hanya mencakup pekerjaan-pekerjaan di sektor formal, namun juga dapat di sektor informal.

4) Di bidang keterwakilan dalam jabatan publik, kebijakan diarahkan untuk meningkatkan keterlibatan perempuan di parlemen (dan juga lembaga eksekutif dan yudikatif) yang rendah. Hal ini dapat dilakukan dengan mendorong adanya reformasi internal dalam partai politik untuk mempertimbangkan aspek kesetaraan dan keadilan gender, melakukan penguatan kapasitas perempuan dengan berjenjang dan terencana secara baik.

5) Sementara itu, di bidang perlindungan terhadap kekerasan, kebijakan secara khusus diarahkan untuk meningkatkan perlindungan terhadap kekerasan terhadap perempuan. Hal ini terutama perlu dilakukan dengan memastikan tersedianya pusat-pusat pelayanan secara merata, baik yang disediakan oleh pemerintah maupun lembaga swadaya masyarakat, yang dapat menjalankan fungsinya dengan berkoordinasi dengan berbagai instansi pemerintah terkait.

Dalam pencapaian Sasaran Strategis ini, beberapa program/kegiatan pokok disamping program/kegiatan pendukung terkait sasaran ini sebagai berikut :

TABEL 2.8. Program/Kegiatan Terkait Sasaran Strategis Tahun 2015

(18)

PROFIL KABUPATEN

| 2-17

2.4.4. Mitigasi Bencana

Dilihat dari potensi bencana yang ada, Indonesia merupakan negara dengan potensi bahaya (hazard potency) yang sangat tinggi. Beberapa potensi tersebut antara lain adalah gempa bumi, tsunami, banjir, letusan gunung api, tanah Iongsor, angin ribut, kebakaran hutan dan lahan, letusan gunung api. Potensi bencana yang ada dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok utama, yaitu potensi bahaya utama (main hazard) dan potensi bahaya ikutan (collateral hazard). Potensi bahaya utama (main hazard potency) ini dapat dilihat antara lain pada peta potensi bencana gempa yang menunjukkan bahwa Indonesia adalah wilayah dengan zona-zona gempa yang rawan, peta potensi bencana tanah longsor, peta potensi bencana letusan gunung api, peta potensi bencana tsunami, peta potensi bencana banjir, dan lain-lain.

Kebijakan yang ditempuh Pemerintah Kabupaten Sumbawa dalam mitigasi bencana adalah sosialisasi mitigasi bencana, yaitu meliputi:

a) Dalam setiap upaya mitigasi bencana perlu membangun persepsi yang sama bagi semua pihak baik jajaran aparat pemerintah maupun segenap unsur masyarakat yang ketentuan langkahnya diatur dalam pedoman umum, petunjuk pelaksanaan dan prosedur tetap yang dikeluarkan oleh instansi yang bersangkutan sesuai dengan bidang tugas unit masing-masing.

b) Pelaksanaan mitigasi bencana dilaksanakan secara terpadu terkoordinir yang melibatkan seluruh potensi pemerintah dan masyarakat.

c) Upaya preventif harus diutamakan agar kerusakan dan korban jiwa dapat diminimalkan.

d) Penggalangan kekuatan melalui kerjasama dengan semua pihak, melalui pemberdayaan masyarakat serta kampanye.

Undang-Undang No. 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana telah memberikan kewenangan kepada pemerintah daerah dalam hal penyelenggaraan penanggulangan bencana di daerah. Salah satu kewenangan tersebut adalah pengendalian pengumpulan dan penyaluran uang atau barang dalam level provinsi dan/atau kabupaten/kota. Sejauh ini, Daerah belum memiliki kapasitas yang memadai untuk memenuhi semua kebutuhannya sendiri baik dari Pendapatan Asli Daerah (PAD) maupun Dana Alokasi Umum (DAU) termasuk pembiayaan aktifitas penanggulangan bencana.

(19)

PROFIL KABUPATEN

| 2-18

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Sumbawa terbentuk berdasarkan Peraturan Bupati No. 53 Tahun 2010 sehingga belum memiliki kapasitas kelembagaan yang memadai untuk menjalankan tugas dan fungsinya secara optimal. Kapasitas kelembagaan dimaksud terkait dengan kemampuan dalam hal-hal sebagai berikut : penyusunan kebijakan; perencanaan dan penganggaran; pendanaan; serta pelibatan partisipasi masyarakat dan institusi lokal. Kelemahan kapasitas kelembagaan tersebut berimplikasi pada belum tersusunnya sejumlah instrumen perencanaan penanggulangan bencana daerah seperti : Rencana Penanggulangan Bencana (RPB), Rencana Aksi Daerah (RAD), Rencana Kontijensi (Rekon) dan Standar Operasional Prosedur (SOP).

Di samping itu, kebijakan penanggulangan bencana daerah belum terintegrasi ke dalam kerangka perencanaan dan pengganggaran pembangunan daerah. Akibatnya, kebijakan penanggulangan bencana daerah (kesiap-siagaan, tanggap-darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi serta pembangunan berkelanjutan) belum menjadi satu kesatuan yang utuh melainkan masih bersifat sektoral. BPBD sendiri terlihat lebih menjalankan mandat lembaga penanggulangan bencana nasional (BNPB) daripada berfungsi sebagai instansi/lembaga penanggulangan bencana daerah secara otonom dan mandiri.

Gambar

Tabel 2.1.  Luas wilayah, letak geografis dan wilayah administratif
Gambar 2.1. PETA ADMINISTRASI KABUPATEN SUMBAWA
GAMBAR 2.2. PETA TOPOGRAFI KABUPATEN SUMBAWA
GAMBAR 2.3. PETA KLIMATOLOGI KAB. SUMBAWA
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penulis memilih judul ini karena penulis membaca dalam beberapa edisi “DUTA” Majalah GKJW, ada berbagai macam pendapat tentang sikap dan pandangan GKJW terhadap budaya Jawa,

Tujuan penelitian ini adalah untuk menentukan hubungan antara defleksi lateral dan radial pada jenis tumpaun jepit-bebas, jepit-roll, dan jepit-jepit; sebuah

Dibandingkan dengan metode lain seperti finite different, finite volume memiliki beberapa kelebihan, yaitu metode ini didasarkan pada pengintegralan bentuk hukum

Dari hadits di atas, sangat jelas bahwa apabila ada yang melakukan perbuatan liwath (homoseks) maka hukumannya adalah dibunuh baik pelakunya maupun

Bila kanker hati ini ditemukan pada pasien yang sudah ada sirrhosis hati dan ditemukan kerusakan hati yang berkelanjutan atau sudah hampir seluruh hati terkena

Maka dari itu, Market Brief ini disusun sedemikian rupa untuk menjawab peluang yang terbuka dengan menyampaikan informasi-informasi terkait yang bermanfaat bagi

Untuk memudahkan proses analisis keakuratan prediksi nilai IHSG menggunakan metode Fuzzy Time Series Markov Chain Model sesuai dengan yang diuraikan sebelumnya,

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat dipisahkan dengan interaksi sosial, interaksi ini dapat terjadi apabila terdapat kontak dan komunikasi Penelitian ini menjelaskan