• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SMP NEGERI3 AMBARAWA TAHUN 2008

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SMP NEGERI3 AMBARAWA TAHUN 2008"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Saijana ( S.Pd.I)

Dalam Ilmu Tarbiyah

NIM: 11104042

JURUSAN TARBIYAH

PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 32370L 323433 Fax 323433 Salatiga 50721

W ebsite : vyww.stainsalatiga.acid E -m a il: adm inktrasi @ stainsalatiga.acid

PENGESAHAN SKRIPSI

Skripsi Saudara : SOLIHAN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 11404042 yang

beijudul : “ HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH

ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA SMP NEGERI 3 AMBARAWA TAHUN 2008 telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada

h a ri: Kamis, 28 Agustus 2008 yang bertepatan tanggal 26 Sya'ban 1429 H dan telah

diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperobh gelar Satjana dalam

ilmu Tarbiyah.

Salatiga, 28 Agustus 2008 26 Sya’ban 1429 H

Dewan Penguji

I

(3)

DEKLARASI

Bismillahirrohmanirrohim

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi

ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau telah diterbitkan.

Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran - pikiran orang lain, kecuali

informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujnkan.

Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran - pikiran orang

lain di luar refrensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung

jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.

Demikan deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 20 Juli 2008

Peneliti

SQLIHAN

(4)

Dosen STAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING Salatiga, 28 Juli 2008

Lampiran 3 Eksemplar

Naskah skripsi Hal

Sdr. SOLIHAN

Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatiga

Di Salatiga

Assalamualaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,

maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :

Nama : SOLIHAN

NIM : 11104042

Judul : HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA

ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN

SISWA DI SMP N EGER I 3 AMBARAWA TAHUN 2008

Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tcrsebut dapat scgera

dimunaqosahkan.

Demikian harap menjadi perhatian.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Pembimbing

NIP 150231368

(5)

dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini.. Sholawat dan salam semoga tetap

tercurahkan kepada Nabi Muhammad sang penuntun umat dari jalan kesesatan menuju

kebenaran dan keridhoan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban dan

melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana ( S.Pd.I ) dalam ilmu tarbiyah

STAIN Salatiga.

Penulis menyadari bahwa hingga selesainya penyusunan skripsi ini, tidak

terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih

kepada:

1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga

2. Bapak Drs. Sa’adi, M.Ag. selaku Kepala Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga

3. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku Progdi PAI STAIN Salatiga

4. Bapak Drs. Djoko Sutopo selaku Dosen Pembimbing yang selalu mengarahkan

dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Ibrahim selaku Kepala SMP Negeri 3 Ambarawa yang telah

memberi ijin penelitian di sekolah tersebut.

6. Bapak dan Keluarga penulis atas semua dorongan moril, materiil, maupun

spirituil.

7. Bapak K. Hasyim Hadi dan KH. Abdul Qodir Alkhafidz atas doa dan dorongan

spirituilnya

(6)

rekan santri yang telah menyediakan sarana untuk penyusunan skripsi ini.

9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu

selesainya penyusunan skripsi ini.

Penyusunan skripsi ini telah dilakukan dengan seluruh daya dan upaya yang

seoptimal mungkin. Namun demikian, penulis menyadari sangat dimungkinkan

dalam bebarapa sisi, di luar pengetahuan dan kemampuan penulis, masih terdapat

kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran

yang membangaun untuk kebaikan skripsi ini.

Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama

untuk menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan dan pengasuhan anak.

Ambarawa, 30 Juli 2008

Penulis

Solihan

(7)

1. Almarhumah Ibunda dan Nenek tercinta yang meninggalkan penulis saat

permulaan penyusunan skripsi ini. ( semoga Allah mengampuni segala dosanya

dan menerima amal baiknya, serta menjadikan kami sebagai amal jariyah

baginya)

2. Ayahanda dan segenap keluarga tercinta, kasih sayang dan doa mereka adalah

support terbesar bagi penulis

3. K. Hasyim Hadi dan KH. Abdul Qodir Alkhafidz beserta keluarga, rekan —

rekan pengurus dan semua santri Pondok Pesantren A1 Mujahidin Ambarawa

4. Para pembaca yang budiman

(8)

<i

, lyiiJ

^ 5]

^ rvo fitvi ^ e& trftvo n , , (h /em & iiled v d iw rv v t* )

( S o c r a t e s

'Xvi'i^t/urvuA- '^ickdz- , vUt’M/l&n,

o fa h rw t* o t + h t + f t ' , v t b c * % w v t + 'iftvi’la /v

( B. C. G o rb es )

(9)

Pengesahan... ii

Deklarasi... iii

Nota Pembimbing... iv

Kata Pengantar... v

Persembahan... vii

Motto... viii

Daftar Isi... ix

Daftar Tabel ... ... xiii

Daftar Bagan... xiv

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 3

C. Tujuan Penelitian... 4

D. Hipotesis... 4

E. Definisi Operasional... 5

F. Manfaat Penelitian... 9

G. Metode Penelitian... 10

H. Sistematika Penelitian... 15

(10)

A. Status Sosial Ekonomi ... „... ,.... ... 19

1. Pengertian Status Sosisal Ekonomi... 19

2. Latar Belakang Timbulnya Status Sosial Ekonomi... 20

3. Faktor- Faktor yang Menentukan Status Sosial Ekonomi... 22

B. Pola Asuh Orang Tua... 26

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua... 26

2. Macam - Macam Pola Asuh Orang Tua... 27

3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua.... 33

4. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap sikap dan PerilakuAnak... 36

C. Sikap Sosial Keagamaan... 38

1. Pengertian Sikap Sosial Keagamaan... 38

2. Ciri - Ciri dan Fungsi Sikap... 42

3. Pembentukan dan Perubahan... 45

D. Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Sosial Keagamaan... 48

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN... 54

A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Ambarawa... ... . 54

1. Letak Geografis SMP Negeri 3 Ambarawa... 54

2. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Ambarawa... 54

3. Keadaan Siswa SMP Negeri 3 Ambarawra ... 56

(11)

7. Visi dan Misi SMP Negeri 3 Ambarawa... 60

B. Laporan Hasil Angket dan Rating Scale... 61

1. Data Tentang Responden... 61

2. Penyajian Data Hasil Penelitian... 63

BAB IV ANALISIS DA TA... 80

A. Analisis Prosentase... 80

B. Analisis Data dengan Analisis Statistik... 90

BAB V PENUTUP... 96

A. Kesimpulan... 96

B. Saran... 97

C. Penutup... ... 99

Dafitar Pustaka... 100

Lampiran ... 103

(12)

1. Tabel 1.1 Dafitar Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun 2008.... 11

2. Tabel 3.1 Data Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Telajaran 2007 / 2008 SecaraUmum... 56

3. Tabel 3. 2 Data Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008 Menurut Agama... 57

4. Tabel 3. 3 Data Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008 Menurut Jenis Kelam in... 57

5. Tabel 3.4 Data Guru Mata Pelajaran SMP Negeri 3 Ambarawa... 58

6. Tabel 3.5 Ketenagaan di SMP Negeri 3 Ambarawa... 59

7. Tabel 3.6 Data Keadaan fisik SMP Negeri 3 Ambarawa... 60

8. Tabel 3.7 Data Tentang Responden... 61

9. Tabel 3.8 Jawaban Angket Untuk Mengetahui Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007/ 2008.. 63

10. Tabel 3.9 Jawaban Angket Untuk Mengetahui Pola Asuh Orang Tua Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007/ 2008... 66

11. Tabel 3.10 Hasil Jawaban Rating Scale Untuk Mengetahui Sikap Sosial Keagamaan Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008 ... 69

12. Tabel 3.11 Skor Nilai Hasil Angket Tentang Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008.. 72

(13)

Keagamaan Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008

... 76

15. Tabel 4.1 Distribusi Kategori Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa

SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 81

16. Tabel 4.2 Distribusi Prosentase Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa

SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 82

17. Tabel 4.3 Distribusi Kategori PolaAsuh Orang Tua Siswa SMP Negeri 3

Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 83

18. Tabel 4.4 Distribusi Prosentase Pola Asuh Orang Tua Siswa SMP Negeri 3

Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 84

19. Tabel 4.5 Distribusi Kategori Sikap Sosial Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa

Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 85

20. Tabel 4.6 Distribusi Prosentase Sikap Sosial Keagamaan Siswa SMP Negeri 3

Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 86

21. Tabel 4.7 Distribusi Nominasi... 87

22. Tabel 4.9 Analisis Menggunakan Koefisien Korelasi Berganda... 90

(14)

1. Bagan Pembentukan Sikap 45

(15)

A. Latar Belakang Masalah

Anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah

SWT kepada orang tua. Untuk itulah, maka orang tua wajib mengasuh,

mendidik, dan membesarkan anak - anaknya. Semua orang tua pasti berharap

anak - anaknya akan menjadi baik, perilaku maupun sikapnya. Oleh karena

itu banyak cara yang ditempuh oleh orang tua dalam mencapai tujuannya

tersebut.

Sebagian orang tua ada yang beranggapan bahwa yang terpenting

dalam mengasuh anak adalah dengan memenuhi semua kebutuhan materiil

anak. Apapun yang diminta anak pasti akan dipenuhinya asalkan ia patuh

pada setiap perintah orang tuanya. Bahkan ada orang tua yang selalu

menuruti permintaan anaknya tanpa perlu pengawasan yang ketat, yang

penting anak senang bisa menikmati masa - masa kanaknya dengan bebas.

Di sisi lain tak jarang orang tua melibatkan anak - anak untuk ikut

membantu memenuhi kebutuhan keluarga atau sekedar membantu mengurus

tempat tinggal mereka. Bagi yang sudah dituntut untuk membantu bekeija,

mereka haras sekolah di pagi hari dan membantu bekeija di sore hari. Padahal

secara umum anak - anak tersebut belum masuk usia keija karena mereka

(16)

masih dalam usia sekolah. Yang demikian ini biasanya terjadi karena orang

tua mengalami kesulitan ekonomi, atau mungkin hanya karena untuk

menanamkan kemandirian pada anak.

Perbedaan cara mengasuh anak seperti diuraikan di atas merupakan

salah satu dampak dari perbedaan status sosial ekonomi keluarga ( orang tu a ).

Secara teoretik dikemukakan bahwa masyarakat dalam suatu kelas tertentu

memiliki pola tingkah laku yang khas dibandingkan dengan masyarakat kelas

sosial lain1.

Sementara itu, dari beberapa penelitian, semua perlakuan dan kondisi

orang tua dapat berpengaruh terhadap perkembangan sikap dan kepribadian

anak. Orang tua dan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi

anak. Keluarga - yang dalam hal ini orang tua mempunyai peran paling

penting - merupakan kelompok sosial pertama bagi kehidupan manusia

dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam

hubungan interaksi dengan kelompoknya. Apabila interaksi sosial di dalam

keluarga tidak lancar maka besar kemungkinan bahwa interaksi sosialnya

dalam masyarakat juga berlangsung tidak lancar .

Namun sayangnya banyak sekali orang tua yang kurang menyadari

akan pentingnya kelancaran interaksi anak dalam keluarga. Bahkan yang lebih

memprihatinkan lagi, seringkali orang tua langsung menyalahkan anak bila * 2

! Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Pekembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, him. 17

(17)

mendapati anaknya bermasalah tanpa melihat bagaimana perlakuan orang tua

itusendiri terhadap anak - anaknya dirumah.

Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah

penelitian dengan mengambil judul:

HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH ORANG

TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SMP NEGERI

3 AMBARAWA TAHUN 2008

Penelitian ini dilakukan di sebuah SMP yang berarti subjeknya

adalah para siswa yang berada pada usia transisi dari kanak - kanak menuju

remaja awal ( masa puber). Pemilihan subjek siswa - siswa SMP dikarenakan

status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua paling berpengaruh pada masa

anak usia sekolah sampai masa puber3. Sedangkan pada masa selanjutnya

biasanya yang sangat berpengaruh adalah lingkungan sosial lainnya ( sekolah

dan lingkungan lainnya ).

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah gambaran keadaan status sosial ekonomi orang tua

siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 ?

2. Bagaimanakah gambaran pola asuh orang tua siswa SMP Negeri 3

Ambarawa tahun 2008 ?

(18)

3. Bagaimanakah gambaran sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3

Ambarawa tahun 2008 ?

4. Adakah hubungan antara keadaan status sosial ekonomi dan pola asuh

orang tua dengan sikap social keagamaan siswa SMP Negeri 3

Ambarawa tahun 2008 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui keadaan status sosial ekonomi orang tua siswa

SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008.

2. Untuk mengetahui fariasi pola asuh orang tua siswa SMP Negeri 3

Ambarawa tahun 2008.

3. Untuk mengetahui sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3

Ambarawa tahun 2008.

4. Untuk menguji hubungan antara keadaan status sosial ekonomi dan

pola asuh orang tua dengan sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3

Ambarawa tahun 2008.

D. Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap

permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul4.

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

(19)

1. Orang tua siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 mempunyai status

sosial ekonomi yang bervariasi.

2. Orang tua siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 menerapkan pola

asuh yang bervariasi.

3. Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 mempunyai sikap sosial

keagamaan yang bervariasi.

4. Adanya hubungan yang signifikan antara tingkat status sosial ekonomi

dan pola asuh orang tua dengan sikap sosial keagamaan siswa SMP

Negeri 3 Ambarawa tahun 2008.

E. Definisi Operasional

Agar tidak teijadi kesalahan dalam memahami judul penelitian ini,

maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:

a. Status Sosial Ekonomi

Status adalah tingkatan atau kedudukan orang dan sebagainya

dalam hubungan dengan masyarakat disekelilingnya5. Status sosial

ekonomi adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya

sehubungan dengan orang - orang lain dalam arti lingkungan

pergaulannya, prestis, hak - hak serta kewajibannya6.

5 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Rifa Pubiiser 6 Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1987, him.

(20)

Para ahli bebeda pendapat tentang ukuran status sosial ekonomi,

namun demikian pada umumnya faktor- faktor yang dipergunakan untuk

menentukan status antara lain ; tingkat penghasilan, latar belakang

pendidikan, serta kedudukan / peranan dalam masyarakat.

Indikator - indikator untuk menunjukkan status sosial ekonomi

orang tua siswa antara lain :

1. Tingkatan pendidikan terakhir orang tua

2. Jenis pekeijaan atau mata pencaharian orang tua

3. Kepemilikan benda berharga dan perlengkapan rumah tangga orang

tua.

4. Rata - rata pendidikan saudara - saudara serumah

5. Kedudukan orang tua dalam masyarakat

6. Tinggi rendahnya pendapatan / penghasilan rata - rata tiap bulan.

b. Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak dan

bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Dalam arti bentuk

perlakuan orang tua terhadap anaknya yang teijadi di dalam keluarga

yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama yang mana perlakuan

ini akan membawa pengaruh perkembangan anak. Pola perilaku ini

dirasakan anak, dari segi negatif maupun positif.

Sedangkan yang dimaksud orang tua disini adalah orang (ayah

(21)

Dalam hal ini orang tua juga dapat dimengerti sebagai setiap orang

yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam kehidupan

sehari - hari sering disebut bapak ibu7. Orang tua bisa terdiri dari ayah

dan ibu, ayah saja ataupun ibu saja. Adapun yang dimaksud dengan orang

tua dalam penelitian ini adalah ayah dan / atau ibu kandung dari anak-

anak atau ayah dan / atau ibu yang telah mengangkat anak ( orang tua

angkat ) yang mengasuhnya, yang membentuk keluarga inti (nuclear

family).

Indikator untuk mengetahui jenis - jenis pola asuh orang tua

terhadap anak antara lain :

1. Perhatian orang tua terhadap perilaku anak

2. Kepercayaan orang tua terhadap pergaulan anak

3. Pemenuhan orang tua terhadap kebutuhan anak

4. Sikap orang tua ketika mendapati anaknya yang bersalah

5. Sikap orang tua terhadap pendapat anak

c. Sikap Sosial Keagamaan Siswa

Sikap dalam arti sempit adalah pandangan atau kecenderungan

mental. Menurut Bruno, sikap ( attitude ) adalah kecenderungan yang

relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap

(22)

orang atau barang tertentu8. Sikap juga dapat dimengerti sebagai

organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi

yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan

dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau perilaku dalam

cara yang tertentu yang dipilihnya9.

Sikap sosial secara bahasa berarti menerima, memperhatikan

kepentingan umum, suka menolong10 11. Secara psikologi sikap sosial

adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata,

berulang - ulang terhadap obyek sosial11. Obyek sosial ini meliputi

tingkah laku, kebutuhan materi dan aturan - aturan.

Adapun yang dimaksud keagamaan disini adalah hal - hal yang

berhubungan dengan agama atau mengandung nilai - nilai agama.

Sedangkan yang dimaksud siswa disini adalah semua siswa SMP

Negeri 3 Ambaxawa Kab. Semarang pada tahun 2008 pada saat penulis

melakukan penelitian.

Jadi sikap sosial keagamaan siswa adalah kesadaran individu tiap

siswa yang menentukan perbuatan siswa yang nyata, berulang - ulang

8 Drs. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ( Suatu Pendekatan Baru), Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, him. 120

9 Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi Pendidkan ( Suatu Pengantar ), Andi Offset, Yogyakarta, 1994, him. 110

10 Departcmen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990 , him. 940

(23)

b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan keterkaitan antara

keadaan sosial ekonomi orang tua dan jenis pola asuh orang tua

dengan sikap sosial keagamaan siswa melalui analisis secara empiris

dari penelitian lapangan.

2. Secara Sosial

a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para orang tua siswa

untuk mengetahui tingkat status sosial mereka yang selanjutnya dapat

ditindak lanjuti untuk kepentingan keluarga dan terutama

perkembangan sikap sosial anak - anak mereka.

b. Bagi orang tua juga dapat digunakan untuk mengetahui karakeristik

pola asuh mereka terhadap anak - anaknya sehingga dapat dijadikan

sebagai bahan evaluasi dan kontrol diri orang tua.

c. Penelitian ini diharapkan juga dapat berguna bagi pihak sekolah untuk

membantu memahami sikap sosial keagamaan dan perilaku siswa

mereka sehingga dapat diambil tindakan yang tepat untuk mengatasi

persoalan - persoalan berkenaan dengan siswa di sekolah tersebut.

d. Penelitian ini juga merupakan wahana untuk mengembangkan

pengetahuan penulis yang diperoleh dari perkuliahan untuk kemudian

(24)

Penggunaan teknik ini berdasarkan asumsi bahwa semua populasi

bersifat homogen. Jadi setiap siswa dari kelas yang diambil sebagai

sampel diasumsikan telah mewakili jenis populasi yang ada.

3. Metode Pengumpulan Data

Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,

baik mengenai status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua maupun

mengenai sikap sosial keagamaan siswa, maka penulis menggunakan

metode - metode pengumpulan data sebagai berikut:

1. Metode Kuesioner / Angket

Metode kuesioner / angket sering disebut juga interview tak

langsung karena tidak mengharuskan peneliti berhadapan langsung

dengan responden. Menurut Suharsimi Arikunto, angket adalah

sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh

informasi responden dalam arti laporan pribadi atau hal - hal yang

17 diketahui ,

Metode kuesioner dengan instrumen angket ini digunakan

untuk mendapatkan data tentang status sosial ekonomi dan pola asuh

orang tua dengan membuat angket yang ditujukan pada siswa.

2. Metode Observasi 17

(25)

Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan

dengan sistematik, mengenai fenomena yang diselidiki . Kartini

Kartono menjelaskan bahwa observasi ialah studi yang disengaja dan

sistematis tentang fenomena dan gejala - gejala alam dengan jalan

pengamatan dan pencatatan18 19. Dalam penelitian ini penulis

menggunakan metode observasi langsung yang digunakan untuk

memperoleh data tentang lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 3

Ambarawa dan menggunakan instrument rating scale untuk mendapatkan data tentang sikap sosial keagamaan siswa.

3. Metode Dokumentasi

Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal - hal

atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,

majalah, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mendapatkan

data tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 3

Ambarawa yang meliputi : Letak geografis, sejarah berdirinya SMP

Negeri 3 Ambarawa, keadaan siswa dan guru serta karyawan,

struktur organisasi kepemimpinan keadaan fisik dan nonfisik serta

visi dan misi SMP Negeri 3 Ambarawa.

18 Sutrisno Hadi, Op.cit., him. 136

(26)

b. Sampel

Sampel adalah sebagian / wakil populasi yang diteliti14.

Dengan kata lain sampel adalah subjek yang dilibatkan secara

langsung dalam penelitian yang menjadi wakil dari populasi. Semakin

banyak sampel maka hasilnya akan semakin valid. Suharsimi

mengatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik

diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian

populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil

sampel antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih sesuai

kemampuan15.

Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 15 % dari

semua populasi yang ada di SMP Negeri 3 Ambarawa. Sehingga

jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 75 siswa.

2. Teknik Sampling

Penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu proses

pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua orang dalam populasi

mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai

sampel16. Dalam hal ini yang dipakai adalah random dengan

memperhatikan kelas, atau disebut Stratified Random Sampling.

14 Suharsimi Arikunto, Op.cit., him. 117 15 Ibid., him. 120

(27)

G. Metode Penelitian

Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis

menggunakan beberapa metode antara lain sebagai berikut:

1. Populasi dan Sampel

a. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek yang diteliti12. Populasi juga

dapat diartikan suatu kelompok dimana seseorang peneliti akan

memperoleh hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan. Suatu

populasi mempunyai sekurang - kurangnya satu karakteristik yang

I -2

membedakan populasi itu dengan kelompok lain . Adapun yang

dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa di

SMP Negeri 3 Ambarawa pada tahun 2008 yang jumlahnya

sebagaimana tabel berikut:

Tabel 1.1

Daftar Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun 2008

No Kelas Banyak siswa

1 VI 182 siswa

2 VII 168 siswa

3 VIII 154 siswa

Jumlah 504 siswa

12 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbit fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981 him. 221

(28)

4. Metode Pengolahan dan Analisis Data

a. Analisis Awal

Analisis awal ini untuk mengetahui tingkat status sosial

ekonomi dan pola asuh orang tua, serta sikap sosial keagamaan

siswa. Teknik analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai

berikut:

Keterangan:

P = Prosentase individu dalam golongan

F = Frekuensi

N = Jumlah subjek dalam golongan

b. Analisis Lanjutan

Sebagai analisis lanjutan adalah dengan menggimakan teknik statistik

untuk mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel

status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua dengan sikap sosial

keagamaan siswa. Untuk itu digunakan teknik korelasi berganda tiga

variable dengan rumus20 sebagai berikut:

20 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta, Bumi Akasara, 2004,

P = F x 100%

N

(29)

Keterangan:

Ryi.2 : koefisien korelasi linear berganda tiga variabel

ryi : koefisien korelasi variabel Y dan Xj

ry2 : koefisien korelasi variabel Y dan X2

ri2 : koefisien korelasi variabel X| dan X2

Sedangkan untuk mengetahui besamya hubungan antara

hubungan antara status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua

dengan sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3 Ambarawa

tahun pelajaran 2007 / 2008 menggunakan rumus koefisien penentu

berganda dengan rumus sebagai berikut: KPB - Ryi22x 100% 21

Keterangan:

KPB : koefisien penentu berganda

Ryi.2 : koefisien korelasi linear berganda tiga variabel

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat

diuraikan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Dalam bab pertama ini akan berisi latar belakang masalah, rumusan

masalah, tujuan penelitian, hipotesis yang diajukan, definisi operasional,

21

(30)

manfaat penelitian, metode penelitian yang dipakai, dan sistematika penulisan

skripsi ini.

BAB II LANDASAN TEORI

Bab II merupakan bab yang berisi pembahsan teori - teori yang

menjadi landasan teoritik dalam penelitian ini. Pembahasan teori dalam bab

ini akan dibagi dalam empat bagian. Uraian yang pertama adalah tentang

status sosial ekonomi, yang meliputi ; pengertian, latar belakang timbulnya

status sosial ekonomi, dan faktor - faktor yang menentukan status sosial

ekonomi dalam masyarakat. Kemudian tentang pola asuh orang tua, yang

meliputi; pengertian, macam - macam, faktor - faktor yang mempengaruhi,

dan pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap dan perilaku anak.

Selanjutnya akan diuraikan tentang sikap sosial keagamaan, yang meliputi ;

pengertian, ciri - ciri dan fungsi, serta pembentukan dan perubahan sikap.

Pada bagian akhir bab ini akan diuraikan mengenai hubungan status sosial

ekonomi dan pola asuh orang tua terhadap sikap sosial keagamaan siswa

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab III merupakan bab yang berisi laporan hasil penelitian. Adapun

laporan hasil penelitian ini akan dikelompokkan dalam dua bagian. Pada

bagian pertama akan disampaikan laporan mengenai gambaran umum lokasi

penelitian, yaitu SMP Negeri 3 Ambarawa, yang meliputi ; letak geografis,

sejarah berdiri, keadaan siswa, guru dan karyawan, struktur organisasi

(31)

misi SMP Negeri 3 Ambarawa. Sedangkan pada bagian berikutnya akan

disampaikan laporan hasil angket dan rating scale yang sudah diisi oleh

responden.

BAB IV ANALISIS DATA

Pada bab ini akan disampaikan uraian tentang analisis data hasil

penelitian. Analisis ini akan dikelompokkan dalam empat bagian. Bagian

pertama bempa analisis prosentase. Bagian kedua merupakan analisis statistik.

Bagian ketiga pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus korelasi

berganda untuk menguji ada tidaknya hubnngsn antara variabel - variabel

penelitian tersebut. Sedangkan pada bagian terakhir merupakan analisis

koefisien penentu berganda untuk mencari seberapa besar hubungan variabel - variabel penelitian tersebut.

BAB V PENUTUP

Pada bab V ini penulis akan menyampaikan kesimpulan hasil analisis

data sebagaimana yang telah disampaikan pada bab IV. Penulis juga akan

menyampaikan kritik dan saran yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

(32)

LAN I) AS AN TEORI

A. Status Sosial Sosial Ekonomi

1. Pengertian Status Sosial Ekonomi

Status adalah tingkatan atau kedudukan dan sebagainya dalam

hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya1. Dalam sosiologi status

diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial,

sehubungan dengan orang orang - orang lainnya dalam kelompok tersebut

atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok - kelompok lain

dalam suatu kelompok yang lebih besar1 2.

Sedangkan sosial adalah segala sesuatu yang mengenai atau berkaitan

dengan masyarakat3. Jadi status sosial ekonomi adalah tempat seseorang

secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang - orang lain,

dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya dan hak - haknya serta

kewajiban - kewajibannya4.

Secara psikologis, status sosial ekonomi berarti posisi relatif individu

di tengah masyarakat, beberapa faktor pendukung status sosial ekonomi

1 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Rifa Publiser, him. 773

2 Soeijono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1987, him. 216.

3 W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1982, him. 961

4 Ibid

(33)

adalah profesi, pendapatan, tempat tinggal, dan ongkos tempat tinggal, dan

sanak keluarga5. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa status

sosial ekonomi adalah posisi seseorang secara umum yang relatif secara

umum dalam hubungannya dengan orang lain, mengenai lingkungan

pergaulannya, prestisnya, hak, serta kewajibannya dalam masyarakat.

2. Latar Belakang Timbulnya Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi sudah ada sejak zaman dahulu. Dalam A1

Qur’an dijelaskan bahwa manusia memang diciptakan dalam bermacam -

macam jenis, golongan, maupun statusnya. Tujuan penciptaan ini adalah agar

manusia bisa saling mengenai karena mereka akan saling membutuhkan.

Allah Swt. berfirman :

4i)l > 1 4JJI JLxP J y- *j ^— d

Artinya:

Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenai.

( QS. A1 Hujurot: 13 )

(34)

Sementara itu, dalam masyarakat pada umumnya berkembang dua

macam status, yaitu Ascribed Status dan Achieved status 6 .

a. Ascribed Status, yaitu kedudukan sesorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan - perbedaan rohaniah dan kemampuan.

Kedudukan tersebut diperoleh secara kelahiran, misalnya keturunan

bangsawan. Ascribed status biasanya teijadi dalam masyarakat yang

tertutup seperti masyarakat feodal atau masyarakat dimana sistem berlapis

- lapis tergantung pada perbedaan rasial.

b. Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh sesorang dengan usaha usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak berdasarkan kelahiran,

akan tetapi tergantung pada usaha seseorang dalam mengejar serta

mencapai tujuan. Sebagai contoh adalah seseorang yang ingin menjadi

kepala desa, mula - mula dia rakyat biasa tapi karena kepandaiannya ia

mencalonkan diri dalam pemilihan kepala desa, dan akhimya ia terpilih.

Maka kedudukannya yang tinggi sebagai kepala desa tersebut diperoleh

melalui usahanya.

Selain dua macam status diatas, dibedakan lagi satu macam status,

yaitu Assigned status7. Status ini berhuhubungan erat dengan achieved status, dalam arti bahwa assigned status merupakan kedudukan yang

diberikan suatu kelompok / golongan kepada sesorang yang telah berjasa,

6 Soerjono Soekamto ,Op.cit., him. 215

(35)

yang telah mempeij uangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan

kepentingan masyarakat. Misalnya kedudukan terhormat seorang kyai,

biasanya diberikan masyarakat karena jasanya menyebarkan dan

mengajarkan agama kepada masyarakat.

3. Faktor - Faktor yang menentukan Status Sosial Ekonomi

Sebenamya tidak ada ukuran baku yang menentukan status sosial

ekonomi seseorang dalam masyarakat. Karena banyak sekali pendapat para

ahli mengenai ukuran status sosial ekonomi. Namun demikian, ada beberapa

faktor pokok yang menjadi ukuran status sosial ekonomi dalam masyarakat.

Faktor- faktor tersebut adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran

kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan .

a. Ukuran kekayaan

Kepemilikan kebendaan dapat dijadikan suatu ukuran dalam

menentukan status sosial ekonomi. Barang siapa memiliki kekayaan

paling banyak maka ia akan termasuk dalam status sosial ekonomi

teratas. Sebagaimana firman Allah dalam surat A1 Fajr ayat 1 5 - 1 6

menyatakan: 8

/ f f ' f / ' ji o < y * — tff

I j A i j j aJlP j JLfl-3 L« 131

(36)

Artinya:

Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan berkata: "Tuhanku Telah memuliakanku".Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"

(Q.S. A lFajr: 1 5 - 1 6 )

Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa pada dasamya

manusia akan merasa dirinya mulia bila mempunyai harta kekayaan yang

bisa membuatnya bahagia. Dan akan merasa rendah bila tidak mempunyai

harta. Oleh sebab itu dalam menentukan status sosial ekonomi tidak bisa

dipisahkan dari ukuran kekayaan seseorang.

Kekayaan seseorang dapat dilihat melalui ; bentuk rumah yang

bersangkutan, kendaraan, cara mempergunakan pakaian, kebiasaan

berbelanja, barang - barang yang dimiliki, dan lain sebagainya.

Kekayaan biasanya juga berkaitan dengan jenis pekeijaan dan besamya

penghasilan, serta kepemilikan barang / benda berharga.

b. Ukuran kekuasaan

Kekuasaan disini berarti kepemilian kewenangan atas sesuatu.

Barang siapa mempunyai kewenangan terbesar, ia akan menempati posisi

status sosial ekonomi tertinggi. Misalnya seorang kepala desa akan

menempati status sosial ekonomi tertinggi di desanya karena ia yang

mempunyai kukuasaan terbesar di wilayah itu. Dalam hal ini, ahli

sosiolog Amerika, Hawley, sebagaimana dikutip oleh James W. Vander

(37)

relationship is power equation, and every social group or system is an

organization o f power ”9.

Menurut Hawley, setiap kegaiatan sosial adalah praktek

kekuasaan, setiap hubungan sosial adalah pemerataan kekuasaan, dan

setiap kelompok atau organisasi sosial adalah organisasi kekuasaan. Jadi

tidak dipungkiri lagi bahwa kekuasaan merupakan salah satu ukuran yang

menentukan ststus sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat.

c. Ukuran kehormatan

Ukuran di sini bisa berkaitan dengan kekuasaan atau kekayaan

dan bisa juga tidak. Dalam masyarakat, orang yang paling disegani dan

dihormati akan mendapat tempat teratas. Ukuran seperti ini biasanya akan

dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah orang

yang paling beijasa atau golongan tua dalam masyarakat, misalnya

sesepuh yang amat disegani oleh masyarakatnya.

d. Ukuran ilmu pengetahuan

Ilmu pengetahuan akan dipakai sebagai ukuran status sosial

ekonomi oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Orang

yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan menempati posisi lebih

tinggi daripada lainnya. sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat A1

Mujadilah ayat 11 :

(38)

C.«J„>-j^ J«JUJI !j j jI <JijJtj I j j ' 4hl

Artinya:

Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa deraj at

( QS. A1 Mujadilah : 11)

Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan sebagai salah satu

ukuran status sosial ekonomi, Rosulullah Saw. - sebagai pembawa

risalah ajar an Islam - juga sangat mengunggulkan orang yang berilmu

daripada orang yang tidak berilmu. Bahkan bila dibandingkan orang yang

ahli ibadah ( yang tidak berilmu) sekalipun. Sebagaimana sabdanya :

I0(lS yL* P j a aJl {^»/aaef P jl Uil

Artinya:

Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang menjalankan ibadah ( yang tidak berilmu ), ibarat kelebihan bulan atas bintang - bintang yang lain. ( H.R. Turmudzi )

(,/t-?11 r1 j* cs-W (Jy* *ae<^ l

Artinya:

Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang menjalankan ibadah (yang tidak berilmu ), ibarat kelebihanku atas orang yang paling rendah diantara umatku. ( HR. Turmudzi dari Abu Umamah A1 Bahiliyy).

Ayat Alqur’an dan Hadits di atas menegaskan bahwa orang yang

berpengetahuan / berilmu mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada 10 11

(39)

yang tidak berpengetahuan / tidak berpendidikan. Oleh sebab itu,

pendidikan dapat dijadikan ukuran status sosial ekonomi seseorang.

B. Pola Asuh Orang Tua

1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua

Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak dan

bersifat relatif, konsisten dari waktu ke waktu12. Dalam arti bentuk perlakuan

orang tua terhadap anaknya yang teijadi di dalam keluarga yang berlangsung

dalam waktu yang relatif lama yang mana perlakuan ini akan membawa

pengaruh perkembangan anak. Sedangkan menurut Slavin pola asuh orang

tua adalah pola perilaku yang digunakan orang tua untuk berhubungan dengan

anak - anak13.

Pada dasamya hubungan antara orang tua dan anak adalah hubungan

yang timbal balik. Sehingga untuk dapat menciptakan hubungan yang

memuaskan kedua belah pihak, yaitu orang tua dan anak. Oleh karena itu,

peranan orang tua sangatlah besar14. Rosulullah Saw. menegaskan

bahwasanya anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Tergantung

bagaimana orang tua mendidik dan mengasuhnya. Sebagaimana sabdanya :

( online ) diakses pada 12 Pola Asuh Orang Tua, http://librarv.gunadarma.ac.id

tanggal 29 Februari 2008

13 Ibid

(40)

.<0l~or«-C <u p <—j j*j ^ Ip (J5^

1 5 . , .

( &-r* <y °'j j)

Artinya:

Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, hingga dirubahlah

lisannya. Kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi yahudi,

nasrani, atau majusi. ( H.R. Aswad bin Sari’ )

Hadits di atas menegaskan bahwa anak terlahir dalam keaadaan

fitrah ( suci ). Dalam pandangan Islam fitrah disini adalah keadaan telah

beragama Tauhid, yaitu agama Islam. Selanjutnya orang tuanyalah yang akan

mempengaruhi agar dia tetap Islam atau menjadi Yahudi, Nasrani, atau

Majusi. Hadits ini juga dapat dipahami bahwa pada dasamya anak dilahirkan

dalam keadaan baik, tergantung orang tuanya yang akan mempengaruhinya

kelak. Baik dan buruknya anak akan sangat dipengaruhi oleh orang tuanya.

2. Macam - Macam Pola Asuh Orang Tua

Ada berbagai macam penggolongan yang dikemukakan oleh para

ahli mengenai pola asuh orang tua terhadap anaknya. Di antaranya adalah

penggolongan yang dilakukan oleh Baumrind (1967). Menurut Baumrind,

terdapat 4 macam pola asuh orang tua :

1. Pola asuh Demokratis 15

(41)

2. Pola asuh Otoriter

3. Pola asuh Permisif

4. Pola asuh Penelantar16 17

Keempat macam pola asuh orang tua tersebut mempunyai

karakteristik tersendiri yang dijelaskan sebagai berikut:

Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan

kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka .

Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari

tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga

bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan

yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan

kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan

pendekatannya kepada anak bersifat hangat.

Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang

mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman18.

Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang ma

tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak

tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe

16 Ira Petranto, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tuanya, ( online ) http://www.binarvmoon.co.uk. diakses pada tanggal 19 Februari 2008

(42)

ini tidak segan - segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak

mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.

Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk

mengerti mengenai anaknya.

Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan

yang sangat longgar19. Orang tua yang menerpakan opal asuh tipe ini

memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa

pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau

memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit

bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya

bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.

Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orang tua tipe ini

pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-

anaknya20. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka,

seperti bekeija, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak

mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan

psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu

memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.

Dari penjelasan tentang pola-asuh orang tua tersebut di atas,

19 Ibid

(43)

Baumrind menegaskan bahwa tipe yang paling baik adalah tipe pola asuh

demokratis. Sedangkan pola asuh otoriter, permisif dan penelantar hanya akan

memberikan dampak buruk pada anak .

Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels

Research Institute penggolongan pola asuh dibedakan dalam tiga

kelompok21 22 :

1. Pola asuh menerima - menolak

Pola ini didasarkan atas taraf ‘kemesraan’ orang tua terhadap anak.

Dalam arti sejauh mana tingkat kedekatan hubungan antara orang tua dan

anak semakin dekat orang tua maka akan semakin diterima oleh anak.

Dan sebaliknya, semakin jauh orang tua maka akan semakin ditolak oleh

anak.

2. Pola asuh memiliki - melepaskan

Pola ini didasarkan atas bebrapa sikap protektif orang tua terhadap anak.

Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang overprotektif dalam memiliki

anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali.

3. Pola demokrasi - otokrasi

21 Ibid

(44)

Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan

- kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak

sebagai diktator terhadap anak. Sedangkan pola demokrasi, sampai batas

- batas tertentu, anak dapat berpartisipasi dalam keputusan - keputusan

keluarga.

Dalam kaitannya dengan pola asuh ini James W. Vander Zanden

mengidentifikasi hubungan orang tua dan anak menjadi sebagaimana ia

katakan:

There two dimensions along which they have been characterized.

The first is warmth hostility ; the second is restrictiveness -permissiveness.

Warmth - hostility. This dimension a o f parental behaviour is defined at the warm wnd by such characteristics as accepting, approving, understanding, and child- centeredness. Warm parents are affectionate and respond positively to their child’s dependency behaviour warm parents also frequently use explanations, especially in disciplining, use physical punishment in frequently, and demonstrate a high use o f praise in dicipline. Hostile parents, on the hand, generally show the opposite o f these characteristic.

Restrictiveness - permissiveness. This dimension is defined at the restrictive and by many restriction and strict enforcement o f demands in areas such as as noise, obedience, anf aggression ( to sibling, peers, and parents ). Restrictive parents are also concerned with neatness, table manners, care o f household furniture, modesty behaviour, and sex play. The permissive end o f the sepectrum, as you might expect, reflects the opposite o f these qualities.2 23

(45)

Menurut James W. Vander Zanden ada dua macam dimensi

hubungan orang tua terhadap anaknya :

a. Dimensi Kehangatan - Tidak Bersahabat ( Warmth - hostility )

Pola asuh ini dapat diartikan sebagai hubungan kehangatan antara

orang tua dan anaknya dengan karaktristik seperti penerimaan,

pendekatan, pemahaman, dan perhatian penuh pada anak

(child-centeredness). Warm Parents ( orang tua yang hangat ) adaiah rasa sayang dan respon positif akan sikap ketergantungan anak. Warm

parents secara berkala juga menggunakan penjelasan, khususnya dalam kedisiplinan dan jarang memberlakukan hukuman fisik. Orang

tua tipe ini juga mengungkapkan pentingnya penghargaan dalam

disiplin. Sedangkan hostile parents ( orang tua yang bersikap tidak bersahabat ), di sisi lain secara umum menunjukkan hal - hal yang

berlawanan dengan karakter ini.

b. Pola Ketegasan - Toleransi ( Restrictiveness- permissiveness)

Pola asuh orang tua ini dapat diartikan sebagai bentuk ketegasan

pemberlakuan tuntutan - tuntutan yang keras dalam ran ah seperti

kegaduhan, kepatuhan dan agresifitas ( pada saudara - saudara

(46)

orang tua ini bisa meliputi hal - hal kecil seperti kerapian, tata cara

makan, dan lain - lain. Dan juga pada hal - hal besar seperti sopan

santun dan hubungan lawan jenis. Sedangkan orang tua yang bersikap

toleransi akan bersikap lebih lunak daripada sikap orang tua yang

tegas.

Dari bermacam - macam pola asuh yang telah dikemukakan

diatas pada dasamya merupakan perbedaan karakteristik hubungan

antara orang tua dan anak. Perbedaan ini dirasakan oleh anak yang

selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan psikis anak.

3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua

Ada banyak hal yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap

anaknya. Salah satunya adalah status sosial ekonomi orang tua / keluarga.

Karena secara teoritik dikemukakan bahwa masyarakat dalam suatu kelas

tertentu memiliki pola tingkah laku yang khas dibandingkan dengan

masyarakat kelas sosial lain24. Pola asuh orang tua dari keluarga yang berasal

dari status sosial ekonomi rendah akan berbeda dengan keluarga yang

berstatus sosial ekonomi lebih tinggi.

(47)

Sementara itu Dra. Linda Yuliana dalam papemya yang berjudul

“ Sikap Mengharap yang Berlebihan dari Orang Tua dalam Hubungannya

dengan Prestasi Sekolah Anak” menyebutkan ada lima faktor yang

mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anaknya, yaitu pengalaman masa

lalu orang tua, nilai - nilai yang dianut, tipe kepribadian, kehidupan

'yc

perkawinan orang tua, dan alasan orang tua mempunyai anak . Kelima faktor

tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

1. Pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh dan sikap

orang tua mereka.

Biasanya mendidik anaknya, orang tua cenderung untuk mengulangi pola

asuh orang tua mereka dahulu apabila hal tersebut dirasakan manfaatnya.

Sebaliknya mereka cenderung untu tidak mengulangi pola asuh orang tua

mereka dahulu bila dirasa tidak ada manfaatnya.

2. Nilai - nilai yang dianut orang tua.

Setiap orang tua pasti mempunyai nilai - nilai tertentu yang akan

melandasi setiap perilaku dan sikapnya. Nilai - nilai tersebut juga akan

diterapkan pada anak - anaknya yang tercermin dalam pola asuhnya.

Sebagai contoh, orang tua yang mengutamakan segi intelektual dalam

kehidupan mereka tentu akan mengupayakan bagaimana anak - anak 25

25 Dra. Linda Yuliana , “Sikap Mengharap yang Berlebihan dari Orang Tua dalam Hubungannya dengan Prestasi Sekolah Anak”, Dalam Singgih D Gunarso dan Y. Singgih Gunarso ( Ed. ) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Cet. 7, PT. BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 1995, him. 144

(48)

mereka mempunyai prestasi akademik yang baik, bahkan meski hams

mengesampingkan segi potensi dan bakat anak tersebut. Demikian juga

orang yang nilai - nilai religiusnya tinggi akan lebih cenderung untuk

membatasi kebebasan pergaulan anak - anak mereka agar tetap dalam

nilai - nilai religiusitas yang mereka anut. Demikanlah beberapa contoh

kuatnya pengaruh nilai - nilai yang di anut orang tua terhadap pola asuh

anak - anaknya.

3. Tipe kepribadian orang tua

Kepribadian orang tua yang berbeda akan menimbulkan pola asuh yang

berbeda pula. Misalnya, orang tua yang mempunyai kepribadian disiplin

tinggi cenderung untuk lebih otoriter dari pada orang tua yang

berkepribadian kurang disiplin.

4. Kehidupan perkawinan orang tua

Kehidupan perkawinan merupakan salah satu faktor penting dalam

menentukan keharmonisan keluarga yang pada akhimya juga akan

berdampak pada pola asuh orang tua. Keluarga yang pecah tentu akan

sangat berdampak buruk bagi pengasuhan anak.

5. Alasan orang tua mempunyai anak

Banyak sekali alasan orang tua mempunyai anak. Ada orang tua yang

mempunyai anak untuk melanjutkan keturunan, ada yang menjadi

kebanggaan dengan mempunyai anak tertentu ( bangga mempunyai anak

(49)

pula yang kelahiran anak itu tidak direncanakan. Biasanya proporsi

perhatian orang tua terhadap anak yang “direncanakan” akan berbeda

dengan anak yang “ tidak direncakan”. Perbedaan proporsi ini juga

merupakan salah satu faktor yang mementukan perbedaan pola asuh

orang tua terhadap anaknya

4. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Sikap dan Perilaku Anak

Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian di atas bahwa pola asuh

orang tua akan dirasakan dampaknya oleh anak, baik secara positif maupun

negatif26. Oleh karena itu, berdasarkan penggolangan pola asuh oleh

Baumrind, disini akan dipaparkan beberapa dampak - dampak dari pola asuh

orang tua kaitannya dengan sikap dan perilaku anak.

1. Pola asuh demokratis cenderung akan menghasilkan karakteristik anak

anak yang lebih mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan

baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat

terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.

2. Pola asuh otoriter cenderung akan menghasilkan karakteristik anak yang

penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka

melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.

3. Pola asuh permisif cenderung akan menghasilkan karakteristik anak-anak

(50)

yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang

sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.

4. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang

moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, mempunyai harga diri yang rendah, sering bolos, dan

bermasalah dengan teman.

Sementara itu menurut Formm, sebagaimana dikutip ST. Vembrarto

berpendapat bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana

demokratik, perkembangannya lebih luas dan dapat menerima kekuasaan

secara rasional. Sebaliknya anak - anak yang dibesarkan dalam suasana

keluarga yang otoriter, mamandang kekuasaan sebagai sesuatu yang harus

ditakuti dan bersifat magic. Ini mungkin akan menimbukan sikap tunduk secara membuta pada kekuasaan ataujustru menentang kekuasaan .

Berdasarkan penelitian Sheldon dan Eleanor Glueck menunjukkan

bahwa anak nakal banyak berasal dari keluarga yang bersikap menolak atau

acuh tak acuh terhadap anak. Anak - anak yang berasal dari keluarga yang

bersikap menolak ini umumnya mempunyai sifat curiga dengan orang lain

dan menentang kekuasaan. Mereka tidak lagi terkesan oleh hukuman .

Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pola 27 28

(51)

asuh yang paling baik adalah pola asuh yang demokratis. Karena pola asuh

ini melibatkan peran serta anak - anak dengan tetap tidak meninggalkan

batasan - batasan pengasuhan oleh orang tua.

C. Sikap Sosial

1. Pengertian Sikap Sosial

a. Pengertian Sikap

Sikap secara bahasa berarti perbuatan dan sebagainya yang berdasar

pendirian ( pendapat atau keyakinan )29. Dalam arti sempit sikap adalah

pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno, sikap ( attitude )

adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara

baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu30 31. Sikap juga dapat

dimengerti sebagai organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai

objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu,

dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau

perilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya .

Ada beberapa definisi tentang sikap yang dikemukakan oleh para

tokoh psikologi:

29 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 944

30 Drs. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, him. 120

(52)

1. L.L. Thurstone (1946)

L.L. Thurstone mendefifhisikan sikap sebagai tingkatan kecenderungan

yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek

psikologi. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek

psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya

orang dikatakan memiliki sikap negatif bila ia tidak suka atau sikapnya

unfanorable terhadap obyek psikologi.

2. Zimbardo dan Ebbesen

Sikap adalah suatu pedisposisi ( keadaan mudah terpengaruh ) terhadap

seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen - komponen kognitif,

afektif, dan behavior.

3. D. Krech and RS. Crutchfield

Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi,

atau pengamatan atas aspek dari kehidupan individu.

4. John H Harvey dan William P. Smith

Menurutnya, sikap adalah kesiapan merespon secara konsisten dalam

bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi .

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap itu mempunyai

tiga aspek:

1. Aspek Koginitif : yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal alam fikiran. Aspek ini berarti berwujud pengolahan pengalaman dan keyakinan 32

(53)

serta harapan - harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek

tertentu.

2. Aspek Afektif : aspek ini berupa proses yang menyangkut perasaan -

perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan

sebagainya yang ditujukan kepada obyek - obyek tertentu.

3. Aspek Konatif / Behaviour : aspek ini berwujud proses tendensi / kecenderungan untuk berbuat sesuatu obyek seperti kecenderungan

memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya33.

Ketiga aspek di atas tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang

lainnya karena saling berkaitan. Aspek - aspek tersebut merupakan

komponen pembentukan sikap. Sebagaimana pengertian sikap yaitu

organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang

relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar

kepada orang tersebut untuk membuat respons atau perilaku dalam cara

yang tertentu.

b. Pengertian Sikap Sosial Keagamaan

Sikap sosial secara bahasa berarti menerima, memperhatikan

kepentingan umum, suka menolong34 *. Sedangkan sikap sosial adalah

33 Ibid, 165

(54)

Sikap merupakan hasil dari belajar. Beberapa sikap dipelajari dengan

tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu.

2. Memiliki kesetabilan / stability

Sikap yang tadinya bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih

kuat, stabil, dan menjadi tetap. Stabilnya sikap ini terbentuk melalui

pengalaman. Sebagai contoh adalah adanya perasaan suka atau tidak

suka terhadap wama tertentu yang sifatnya berulang - ulang atau

memiliki frekuensi tinggi.

3. Personal - societal significance

Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain, dengan

barang atau situasi.

4. Berisi kognisi dan afeksi

Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang

faktual, misalnya perangsang itu dirasakan menyenangkan atau tidak

menyenangkan.

5. Approach - avoidance directionality

Bila seseorang memiliki sikap yang cocok dengan suatu obyek,

mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya jika seseorang

memiliki sikap yang tidak cocok, mereka akan menghindarinya38.

Yang perlu ditegaskan disini adalah bahwa :

(55)

t_jL2_*Jl JbJL/• ** z ' i 4i)l

“Daw tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. ”

(QS. A1 Maidah : 13 )

Ayat di atas memberikan pengertian bahwa manusia diperintahkan

untuk saling tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam

arti untuk menjalankan hal - hal yang diperkenankan oleh Allah SWT dan

Rosul-Nya. Dan manusia dilarang saling tolong menolong dalam perbuatan

kejelekan atau larangan - larangan Allah SWT dan Rosul-Nya. Tidak

diragukan lagi ayat ini dapat dijadikan pedoman akan pentingnya sikap sosial

dalam Islam.

2. Ciri - Ciri dan Fupgsi Sikap

a. Ciri - ciri sikap

Sikap saxjgat menentukan jenis atau tabiat tingkah laku seseorang dalam

hubungannya dengan adanya perangsang yang relevan. Uptuk mengenal

sikap, berikut akan dipaparkan ciri - ciri sikap :

(56)

kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, berulang

-35

ulang terhadap obyek sosial .

Sikap sosial dinyatakan tidak hanya oleh seorang saja namun

diperhatikan oleh orang - orang sekelompoknya. Obyek dari sikap sosial

adalah obyek sosial ( obyeknya banyak orang dalam kelompok ) dan

dinyatakan berulang - ulang. Dengan demikian yang menandai sikap sosial

adalah:

a. subyek : orang - orang dalam kelompok

b. obyek : obyeknya sekelompok / obyek sosial.

c. dinyatakan berulang - ulang .

Dengan demikian sikap sosial keagamaan merupakan kesadaran

individu yang menentukan perbuatan yang nyata, berulang - ulang terhadap

obyek sosial yang mengandung nilai - nilai agama.

Nilai - nilai agama tidak dapat dipisahkan dari nilai - nilai sosial.

Karena salah satu aspek pkok ajaran agama adalah bidang sosial. Dalam

ajaran Islam bentuk - bentuk ibadahpun tidak meninggalkan aspek sosial yang

sering disebut dengan aspek muamalah .

Diantara firman Allah yang menerangkan tentang sikap sosial

keagamaan adalah Q.S. A1 Maidah ayat 2 :

35 Abu Ahmadi, op.cit. him. 166 36 Ibid, him. 163

(57)

- sikap tidak dibawa seseorang dari lahir, tetapi harus dipelajari

selama perkembangan hidupnya.

- Sikap itu tidak semata - mata berdiri sendiri tapi selalu

berhubungan dengan suatu obyek.

Sikap pada umumnya mempunyai segi - segi motivasi dan emosi.

c. Fungsi Sikap

Katz ( 1960 ) sebagaimana dikutip Theodore M. Newcomb menyebutkan

bahwa fungsi - fungsi sikap adalah sebagai berikut:

1. Fungsi Penyesuaian

Secara esensiil fungsi ini merupakan pengakuan atas kenyataan bahwa

orang - orang berusaha untuk menaikkan sebanyak mungkin hadiah -

hadiah di lingkungan mereka dan mengurangi sampai sekecil mungkin

hukuman. Sikap - sikap yang diperoleh guna keperluan fungsi

penyesuaian merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan

dan menghindari tujuan - tujuan yang tidak diinginkan maupun berupa

asosiasi - asosiasi efektif yang didasarkan atas pengalaman -

pengalaman dalam mencapai kepuasan - kepuasan motif.

2. Fungsi Pertahanan Ego

Sikap berfungsi untuk melindungi egonya terhadap impuls - impuls

yang tidak dapat diterima dan terhadap pengetahuan tentang kekuatan

(58)

3. Fungsi Menyatakan Diri

Sikap berfungsi untuk menghalangi subjek mengungkapkan sifatnya

yang sebenamya kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Sikap juga

berfungsi memberikan ekspresi yang positif kepada nilai - nilai

sentralnya dan kepada tipe orang sebagaimana ia menanggapinya.

4. Fungsi Pengetahuan

Sikap berfungsi untuk mencari pengetahuan untuk memberikan

makna kepada hal - hal yang bisa terorganisir. Karena orang - orang

mempunyai ukuran - ukuran referensi yang memahami dunianya.Dan

sikap membantu menyediakan ukuran - ukuran demikian

3. Pembentukan dan Perubahan Sikap

Pembentukan sikap tidaklah teijadi dengan sendirinya atau dengan

sembarangan saja. Sikap terbentuk karena adanya stimulus yang dipengaruhi

oleh interaksi - interaksi manusia dan berkenaan objek tertentu39 40. Timbulnya

suatu sikap juga sangat dipengaruhi oleh perangsang yang berasal lingkungan

sosial dan kebudayaan seperti keluarga, norma, golongan agama, dan adat

istiadat41. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam

membentuk sikap anak - anaknya.

39 Newcomb,dkk., Sosial Psychology, The Study o f Human, diterjemahkan oleh Y oesoef Noeajirman,dkk., cet. Ke-3, 1985, CV. Diponegoro, Bandung, him. 66-67

Gambar

Tabel 1.1Daftar Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun 2008
Tabel 3.1Data Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Telajaran 2007 / 2008
DaTabel 3. 2ta Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008
Tabel 3.5Ketenagaan di SMP Negeri 3 Ambarawa
+7

Referensi

Dokumen terkait

1) Kelompok fauna daratan / terestrial yang umumnya menempati bagian atas pohon mangrove, terdiri atas: insekta, ular, primata, dan burung. Kelompok ini tidak memiliki sifat

• Iuran bagi Peserta Pekerja Penerima Upah yang bekerja di BUMN, BUMD dan Swasta sebesar 4,5% (empat koma lima persen) dari Gaji atau Upah per bulan dengan ketentuan : 4%

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) ada perbedaan kemampuan koneksi matematis siswa sebelum

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa kompetensi personal trainer terhadap program latihan dan jasa yang diberikan pada member fitness di

“ Manajemen pendidikan adalah seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

Kegiatan usahatani padi yang diawali dengan kegiatan tanam di kedua lokasi penelitian belum ada yang menggunakan alat dan mesin pertanian. Sehingga partisipasi

Bercerita dapat melatih dan mengembangkan mengembangkan kecerdasan anak secara intelgen (kognitif), emosional (afektif), spiritual dan visual anak. Secara kognitif yaitu akan

pemilhan kata atau diksi, dalam penggunaan tanda baca, pembentukan kata, penggunaan ejaan dan penguasaan kalimat efektif, sebagai salah satu faktor kebahasaan yang