SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Saijana ( S.Pd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah
NIM: 11104042
JURUSAN TARBIYAH
PROGAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN) SALATIGA Jl.Tentara Pelajar 02 Telp. (0298) 32370L 323433 Fax 323433 Salatiga 50721
W ebsite : vyww.stainsalatiga.acid E -m a il: adm inktrasi @ stainsalatiga.acid
PENGESAHAN SKRIPSI
Skripsi Saudara : SOLIHAN dengan Nomor Induk Mahasiswa : 11404042 yang
beijudul : “ HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH
ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA SMP NEGERI 3 AMBARAWA TAHUN 2008 telah dimunaqasahkan dalam sidang panitia ujian Jurusan Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga pada
h a ri: Kamis, 28 Agustus 2008 yang bertepatan tanggal 26 Sya'ban 1429 H dan telah
diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperobh gelar Satjana dalam
ilmu Tarbiyah.
Salatiga, 28 Agustus 2008 26 Sya’ban 1429 H
Dewan Penguji
I
DEKLARASI
Bismillahirrohmanirrohim
Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi
ini tidak berisi materi yang pemah ditulis oleh orang lain atau telah diterbitkan.
Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran - pikiran orang lain, kecuali
informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujnkan.
Apabila di kemudian hari temyata terdapat materi atau pikiran - pikiran orang
lain di luar refrensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggung
jawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosah skripsi.
Demikan deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.
Salatiga, 20 Juli 2008
Peneliti
SQLIHAN
Dosen STAIN Salatiga
NOTA PEMBIMBING Salatiga, 28 Juli 2008
Lampiran 3 Eksemplar
Naskah skripsi Hal
Sdr. SOLIHAN
Kepada Yth.
Ketua STAIN Salatiga
Di Salatiga
Assalamualaikum Wr. Wb.
Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya,
maka bersama ini kami kirimkan naskah skripsi saudara :
Nama : SOLIHAN
NIM : 11104042
Judul : HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA
ASUH ORANG TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN
SISWA DI SMP N EGER I 3 AMBARAWA TAHUN 2008
Dengan ini kami mohon agar naskah skripsi tcrsebut dapat scgera
dimunaqosahkan.
Demikian harap menjadi perhatian.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing
NIP 150231368
dapat menyelesaikan tugas penyusunan skripsi ini.. Sholawat dan salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Muhammad sang penuntun umat dari jalan kesesatan menuju
kebenaran dan keridhoan. Skripsi ini disusun untuk memenuhi kewajiban dan
melengkapi syarat guna memperoleh gelar sarjana ( S.Pd.I ) dalam ilmu tarbiyah
STAIN Salatiga.
Penulis menyadari bahwa hingga selesainya penyusunan skripsi ini, tidak
terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu penulis sangat berterima kasih
kepada:
1. Bapak Dr. Imam Sutomo, M.Ag. selaku Ketua STAIN Salatiga
2. Bapak Drs. Sa’adi, M.Ag. selaku Kepala Jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
3. Bapak Fatchurrohman, M.Pd. selaku Progdi PAI STAIN Salatiga
4. Bapak Drs. Djoko Sutopo selaku Dosen Pembimbing yang selalu mengarahkan
dan membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Drs. Ibrahim selaku Kepala SMP Negeri 3 Ambarawa yang telah
memberi ijin penelitian di sekolah tersebut.
6. Bapak dan Keluarga penulis atas semua dorongan moril, materiil, maupun
spirituil.
7. Bapak K. Hasyim Hadi dan KH. Abdul Qodir Alkhafidz atas doa dan dorongan
spirituilnya
rekan santri yang telah menyediakan sarana untuk penyusunan skripsi ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu yang telah membantu
selesainya penyusunan skripsi ini.
Penyusunan skripsi ini telah dilakukan dengan seluruh daya dan upaya yang
seoptimal mungkin. Namun demikian, penulis menyadari sangat dimungkinkan
dalam bebarapa sisi, di luar pengetahuan dan kemampuan penulis, masih terdapat
kesalahan dan kekurangan. Untuk itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran
yang membangaun untuk kebaikan skripsi ini.
Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak terutama
untuk menambah khazanah keilmuan di bidang pendidikan dan pengasuhan anak.
Ambarawa, 30 Juli 2008
Penulis
Solihan
1. Almarhumah Ibunda dan Nenek tercinta yang meninggalkan penulis saat
permulaan penyusunan skripsi ini. ( semoga Allah mengampuni segala dosanya
dan menerima amal baiknya, serta menjadikan kami sebagai amal jariyah
baginya)
2. Ayahanda dan segenap keluarga tercinta, kasih sayang dan doa mereka adalah
support terbesar bagi penulis
3. K. Hasyim Hadi dan KH. Abdul Qodir Alkhafidz beserta keluarga, rekan —
rekan pengurus dan semua santri Pondok Pesantren A1 Mujahidin Ambarawa
4. Para pembaca yang budiman
<i
, lyiiJ
^ 5]
^ rvo fitvi ^ e& trftvo n , , (h /em & iiled v d iw rv v t* )
( S o c r a t e s
'Xvi'i^t/urvuA- '^ickdz- , vUt’M/l&n,
o fa h rw t* o t + h t + f t ' , v t b c * % w v t + 'iftvi’la /v
( B. C. G o rb es )
Pengesahan... ii
Deklarasi... iii
Nota Pembimbing... iv
Kata Pengantar... v
Persembahan... vii
Motto... viii
Daftar Isi... ix
Daftar Tabel ... ... xiii
Daftar Bagan... xiv
BAB I PENDAHULUAN... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah... 3
C. Tujuan Penelitian... 4
D. Hipotesis... 4
E. Definisi Operasional... 5
F. Manfaat Penelitian... 9
G. Metode Penelitian... 10
H. Sistematika Penelitian... 15
A. Status Sosial Ekonomi ... „... ,.... ... 19
1. Pengertian Status Sosisal Ekonomi... 19
2. Latar Belakang Timbulnya Status Sosial Ekonomi... 20
3. Faktor- Faktor yang Menentukan Status Sosial Ekonomi... 22
B. Pola Asuh Orang Tua... 26
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua... 26
2. Macam - Macam Pola Asuh Orang Tua... 27
3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua.... 33
4. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua Terhadap sikap dan PerilakuAnak... 36
C. Sikap Sosial Keagamaan... 38
1. Pengertian Sikap Sosial Keagamaan... 38
2. Ciri - Ciri dan Fungsi Sikap... 42
3. Pembentukan dan Perubahan... 45
D. Hubungan Status Sosial Ekonomi dan Pola Asuh Orang Tua Terhadap Sikap Sosial Keagamaan... 48
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN... 54
A. Gambaran Umum SMP Negeri 3 Ambarawa... ... . 54
1. Letak Geografis SMP Negeri 3 Ambarawa... 54
2. Sejarah Berdirinya SMP Negeri 3 Ambarawa... 54
3. Keadaan Siswa SMP Negeri 3 Ambarawra ... 56
7. Visi dan Misi SMP Negeri 3 Ambarawa... 60
B. Laporan Hasil Angket dan Rating Scale... 61
1. Data Tentang Responden... 61
2. Penyajian Data Hasil Penelitian... 63
BAB IV ANALISIS DA TA... 80
A. Analisis Prosentase... 80
B. Analisis Data dengan Analisis Statistik... 90
BAB V PENUTUP... 96
A. Kesimpulan... 96
B. Saran... 97
C. Penutup... ... 99
Dafitar Pustaka... 100
Lampiran ... 103
1. Tabel 1.1 Dafitar Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun 2008.... 11
2. Tabel 3.1 Data Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Telajaran 2007 / 2008 SecaraUmum... 56
3. Tabel 3. 2 Data Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008 Menurut Agama... 57
4. Tabel 3. 3 Data Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008 Menurut Jenis Kelam in... 57
5. Tabel 3.4 Data Guru Mata Pelajaran SMP Negeri 3 Ambarawa... 58
6. Tabel 3.5 Ketenagaan di SMP Negeri 3 Ambarawa... 59
7. Tabel 3.6 Data Keadaan fisik SMP Negeri 3 Ambarawa... 60
8. Tabel 3.7 Data Tentang Responden... 61
9. Tabel 3.8 Jawaban Angket Untuk Mengetahui Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007/ 2008.. 63
10. Tabel 3.9 Jawaban Angket Untuk Mengetahui Pola Asuh Orang Tua Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007/ 2008... 66
11. Tabel 3.10 Hasil Jawaban Rating Scale Untuk Mengetahui Sikap Sosial Keagamaan Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008 ... 69
12. Tabel 3.11 Skor Nilai Hasil Angket Tentang Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008.. 72
Keagamaan Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008
... 76
15. Tabel 4.1 Distribusi Kategori Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa
SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 81
16. Tabel 4.2 Distribusi Prosentase Status Sosial Ekonomi Orang Tua Siswa
SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 82
17. Tabel 4.3 Distribusi Kategori PolaAsuh Orang Tua Siswa SMP Negeri 3
Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 83
18. Tabel 4.4 Distribusi Prosentase Pola Asuh Orang Tua Siswa SMP Negeri 3
Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 84
19. Tabel 4.5 Distribusi Kategori Sikap Sosial Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa
Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 85
20. Tabel 4.6 Distribusi Prosentase Sikap Sosial Keagamaan Siswa SMP Negeri 3
Ambarawa Tahun Pelajaran 2007 / 2008... 86
21. Tabel 4.7 Distribusi Nominasi... 87
22. Tabel 4.9 Analisis Menggunakan Koefisien Korelasi Berganda... 90
1. Bagan Pembentukan Sikap 45
A. Latar Belakang Masalah
Anak merupakan anugerah sekaligus amanah yang diberikan Allah
SWT kepada orang tua. Untuk itulah, maka orang tua wajib mengasuh,
mendidik, dan membesarkan anak - anaknya. Semua orang tua pasti berharap
anak - anaknya akan menjadi baik, perilaku maupun sikapnya. Oleh karena
itu banyak cara yang ditempuh oleh orang tua dalam mencapai tujuannya
tersebut.
Sebagian orang tua ada yang beranggapan bahwa yang terpenting
dalam mengasuh anak adalah dengan memenuhi semua kebutuhan materiil
anak. Apapun yang diminta anak pasti akan dipenuhinya asalkan ia patuh
pada setiap perintah orang tuanya. Bahkan ada orang tua yang selalu
menuruti permintaan anaknya tanpa perlu pengawasan yang ketat, yang
penting anak senang bisa menikmati masa - masa kanaknya dengan bebas.
Di sisi lain tak jarang orang tua melibatkan anak - anak untuk ikut
membantu memenuhi kebutuhan keluarga atau sekedar membantu mengurus
tempat tinggal mereka. Bagi yang sudah dituntut untuk membantu bekeija,
mereka haras sekolah di pagi hari dan membantu bekeija di sore hari. Padahal
secara umum anak - anak tersebut belum masuk usia keija karena mereka
masih dalam usia sekolah. Yang demikian ini biasanya terjadi karena orang
tua mengalami kesulitan ekonomi, atau mungkin hanya karena untuk
menanamkan kemandirian pada anak.
Perbedaan cara mengasuh anak seperti diuraikan di atas merupakan
salah satu dampak dari perbedaan status sosial ekonomi keluarga ( orang tu a ).
Secara teoretik dikemukakan bahwa masyarakat dalam suatu kelas tertentu
memiliki pola tingkah laku yang khas dibandingkan dengan masyarakat kelas
sosial lain1.
Sementara itu, dari beberapa penelitian, semua perlakuan dan kondisi
orang tua dapat berpengaruh terhadap perkembangan sikap dan kepribadian
anak. Orang tua dan keluarga merupakan lingkungan sosial pertama bagi
anak. Keluarga - yang dalam hal ini orang tua mempunyai peran paling
penting - merupakan kelompok sosial pertama bagi kehidupan manusia
dimana ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya. Apabila interaksi sosial di dalam
keluarga tidak lancar maka besar kemungkinan bahwa interaksi sosialnya
dalam masyarakat juga berlangsung tidak lancar .
Namun sayangnya banyak sekali orang tua yang kurang menyadari
akan pentingnya kelancaran interaksi anak dalam keluarga. Bahkan yang lebih
memprihatinkan lagi, seringkali orang tua langsung menyalahkan anak bila * 2
! Abu Ahmadi dan Munawar Sholeh, Psikologi Pekembangan, Rineka Cipta, Jakarta, 2005, him. 17
mendapati anaknya bermasalah tanpa melihat bagaimana perlakuan orang tua
itusendiri terhadap anak - anaknya dirumah.
Melihat fenomena di atas, penulis tertarik untuk melakukan sebuah
penelitian dengan mengambil judul:
HUBUNGAN STATUS SOSIAL EKONOMI DAN POLA ASUH ORANG
TUA DENGAN SIKAP SOSIAL KEAGAMAAN SISWA DI SMP NEGERI
3 AMBARAWA TAHUN 2008
Penelitian ini dilakukan di sebuah SMP yang berarti subjeknya
adalah para siswa yang berada pada usia transisi dari kanak - kanak menuju
remaja awal ( masa puber). Pemilihan subjek siswa - siswa SMP dikarenakan
status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua paling berpengaruh pada masa
anak usia sekolah sampai masa puber3. Sedangkan pada masa selanjutnya
biasanya yang sangat berpengaruh adalah lingkungan sosial lainnya ( sekolah
dan lingkungan lainnya ).
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimanakah gambaran keadaan status sosial ekonomi orang tua
siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 ?
2. Bagaimanakah gambaran pola asuh orang tua siswa SMP Negeri 3
Ambarawa tahun 2008 ?
3. Bagaimanakah gambaran sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3
Ambarawa tahun 2008 ?
4. Adakah hubungan antara keadaan status sosial ekonomi dan pola asuh
orang tua dengan sikap social keagamaan siswa SMP Negeri 3
Ambarawa tahun 2008 ?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui keadaan status sosial ekonomi orang tua siswa
SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008.
2. Untuk mengetahui fariasi pola asuh orang tua siswa SMP Negeri 3
Ambarawa tahun 2008.
3. Untuk mengetahui sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3
Ambarawa tahun 2008.
4. Untuk menguji hubungan antara keadaan status sosial ekonomi dan
pola asuh orang tua dengan sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3
Ambarawa tahun 2008.
D. Hipotesis
Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat sementara terhadap
permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang terkumpul4.
Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Orang tua siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 mempunyai status
sosial ekonomi yang bervariasi.
2. Orang tua siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 menerapkan pola
asuh yang bervariasi.
3. Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa tahun 2008 mempunyai sikap sosial
keagamaan yang bervariasi.
4. Adanya hubungan yang signifikan antara tingkat status sosial ekonomi
dan pola asuh orang tua dengan sikap sosial keagamaan siswa SMP
Negeri 3 Ambarawa tahun 2008.
E. Definisi Operasional
Agar tidak teijadi kesalahan dalam memahami judul penelitian ini,
maka penulis memberikan penjelasan sebagai berikut:
a. Status Sosial Ekonomi
Status adalah tingkatan atau kedudukan orang dan sebagainya
dalam hubungan dengan masyarakat disekelilingnya5. Status sosial
ekonomi adalah tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya
sehubungan dengan orang - orang lain dalam arti lingkungan
pergaulannya, prestis, hak - hak serta kewajibannya6.
5 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Rifa Pubiiser 6 Soerjono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1987, him.
Para ahli bebeda pendapat tentang ukuran status sosial ekonomi,
namun demikian pada umumnya faktor- faktor yang dipergunakan untuk
menentukan status antara lain ; tingkat penghasilan, latar belakang
pendidikan, serta kedudukan / peranan dalam masyarakat.
Indikator - indikator untuk menunjukkan status sosial ekonomi
orang tua siswa antara lain :
1. Tingkatan pendidikan terakhir orang tua
2. Jenis pekeijaan atau mata pencaharian orang tua
3. Kepemilikan benda berharga dan perlengkapan rumah tangga orang
tua.
4. Rata - rata pendidikan saudara - saudara serumah
5. Kedudukan orang tua dalam masyarakat
6. Tinggi rendahnya pendapatan / penghasilan rata - rata tiap bulan.
b. Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak dan
bersifat relatif konsisten dari waktu ke waktu. Dalam arti bentuk
perlakuan orang tua terhadap anaknya yang teijadi di dalam keluarga
yang berlangsung dalam waktu yang relatif lama yang mana perlakuan
ini akan membawa pengaruh perkembangan anak. Pola perilaku ini
dirasakan anak, dari segi negatif maupun positif.
Sedangkan yang dimaksud orang tua disini adalah orang (ayah
Dalam hal ini orang tua juga dapat dimengerti sebagai setiap orang
yang bertanggung jawab dalam suatu keluarga, yang dalam kehidupan
sehari - hari sering disebut bapak ibu7. Orang tua bisa terdiri dari ayah
dan ibu, ayah saja ataupun ibu saja. Adapun yang dimaksud dengan orang
tua dalam penelitian ini adalah ayah dan / atau ibu kandung dari anak-
anak atau ayah dan / atau ibu yang telah mengangkat anak ( orang tua
angkat ) yang mengasuhnya, yang membentuk keluarga inti (nuclear
family).
Indikator untuk mengetahui jenis - jenis pola asuh orang tua
terhadap anak antara lain :
1. Perhatian orang tua terhadap perilaku anak
2. Kepercayaan orang tua terhadap pergaulan anak
3. Pemenuhan orang tua terhadap kebutuhan anak
4. Sikap orang tua ketika mendapati anaknya yang bersalah
5. Sikap orang tua terhadap pendapat anak
c. Sikap Sosial Keagamaan Siswa
Sikap dalam arti sempit adalah pandangan atau kecenderungan
mental. Menurut Bruno, sikap ( attitude ) adalah kecenderungan yang
relatif menetap untuk bereaksi dengan cara baik atau buruk terhadap
orang atau barang tertentu8. Sikap juga dapat dimengerti sebagai
organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi
yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan
dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau perilaku dalam
cara yang tertentu yang dipilihnya9.
Sikap sosial secara bahasa berarti menerima, memperhatikan
kepentingan umum, suka menolong10 11. Secara psikologi sikap sosial
adalah kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata,
berulang - ulang terhadap obyek sosial11. Obyek sosial ini meliputi
tingkah laku, kebutuhan materi dan aturan - aturan.
Adapun yang dimaksud keagamaan disini adalah hal - hal yang
berhubungan dengan agama atau mengandung nilai - nilai agama.
Sedangkan yang dimaksud siswa disini adalah semua siswa SMP
Negeri 3 Ambaxawa Kab. Semarang pada tahun 2008 pada saat penulis
melakukan penelitian.
Jadi sikap sosial keagamaan siswa adalah kesadaran individu tiap
siswa yang menentukan perbuatan siswa yang nyata, berulang - ulang
8 Drs. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan ( Suatu Pendekatan Baru), Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, him. 120
9 Prof. Dr. Bimo Walgito, Psikologi Pendidkan ( Suatu Pengantar ), Andi Offset, Yogyakarta, 1994, him. 110
10 Departcmen Pendidikan dan Kebudayaan RI, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1990 , him. 940
b. Penelitian ini juga diharapkan dapat menunjukkan keterkaitan antara
keadaan sosial ekonomi orang tua dan jenis pola asuh orang tua
dengan sikap sosial keagamaan siswa melalui analisis secara empiris
dari penelitian lapangan.
2. Secara Sosial
a. Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para orang tua siswa
untuk mengetahui tingkat status sosial mereka yang selanjutnya dapat
ditindak lanjuti untuk kepentingan keluarga dan terutama
perkembangan sikap sosial anak - anak mereka.
b. Bagi orang tua juga dapat digunakan untuk mengetahui karakeristik
pola asuh mereka terhadap anak - anaknya sehingga dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi dan kontrol diri orang tua.
c. Penelitian ini diharapkan juga dapat berguna bagi pihak sekolah untuk
membantu memahami sikap sosial keagamaan dan perilaku siswa
mereka sehingga dapat diambil tindakan yang tepat untuk mengatasi
persoalan - persoalan berkenaan dengan siswa di sekolah tersebut.
d. Penelitian ini juga merupakan wahana untuk mengembangkan
pengetahuan penulis yang diperoleh dari perkuliahan untuk kemudian
Penggunaan teknik ini berdasarkan asumsi bahwa semua populasi
bersifat homogen. Jadi setiap siswa dari kelas yang diambil sebagai
sampel diasumsikan telah mewakili jenis populasi yang ada.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan dalam penelitian ini,
baik mengenai status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua maupun
mengenai sikap sosial keagamaan siswa, maka penulis menggunakan
metode - metode pengumpulan data sebagai berikut:
1. Metode Kuesioner / Angket
Metode kuesioner / angket sering disebut juga interview tak
langsung karena tidak mengharuskan peneliti berhadapan langsung
dengan responden. Menurut Suharsimi Arikunto, angket adalah
sejumlah pertanyaan tertulis yang dipergunakan untuk memperoleh
informasi responden dalam arti laporan pribadi atau hal - hal yang
17 diketahui ,
Metode kuesioner dengan instrumen angket ini digunakan
untuk mendapatkan data tentang status sosial ekonomi dan pola asuh
orang tua dengan membuat angket yang ditujukan pada siswa.
2. Metode Observasi 17
Observasi dapat diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan
dengan sistematik, mengenai fenomena yang diselidiki . Kartini
Kartono menjelaskan bahwa observasi ialah studi yang disengaja dan
sistematis tentang fenomena dan gejala - gejala alam dengan jalan
pengamatan dan pencatatan18 19. Dalam penelitian ini penulis
menggunakan metode observasi langsung yang digunakan untuk
memperoleh data tentang lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 3
Ambarawa dan menggunakan instrument rating scale untuk mendapatkan data tentang sikap sosial keagamaan siswa.
3. Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal - hal
atau variabel yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar,
majalah, dan sebagainya. Metode ini digunakan untuk mendapatkan
data tentang gambaran umum lokasi penelitian yaitu SMP Negeri 3
Ambarawa yang meliputi : Letak geografis, sejarah berdirinya SMP
Negeri 3 Ambarawa, keadaan siswa dan guru serta karyawan,
struktur organisasi kepemimpinan keadaan fisik dan nonfisik serta
visi dan misi SMP Negeri 3 Ambarawa.
18 Sutrisno Hadi, Op.cit., him. 136
b. Sampel
Sampel adalah sebagian / wakil populasi yang diteliti14.
Dengan kata lain sampel adalah subjek yang dilibatkan secara
langsung dalam penelitian yang menjadi wakil dari populasi. Semakin
banyak sampel maka hasilnya akan semakin valid. Suharsimi
mengatakan bahwa apabila subjeknya kurang dari seratus, lebih baik
diambil semua, sehingga penelitiannya merupakan penelitian
populasi. Selanjutnya jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil
sampel antara 10 % - 15 % atau 20 % - 25 % atau lebih sesuai
kemampuan15.
Dalam penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 15 % dari
semua populasi yang ada di SMP Negeri 3 Ambarawa. Sehingga
jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 75 siswa.
2. Teknik Sampling
Penelitian ini menggunakan teknik random sampling, yaitu proses
pemilihan sampel sedemikian rupa sehingga semua orang dalam populasi
mempunyai kesempatan dan kebebasan yang sama untuk terpilih sebagai
sampel16. Dalam hal ini yang dipakai adalah random dengan
memperhatikan kelas, atau disebut Stratified Random Sampling.
14 Suharsimi Arikunto, Op.cit., him. 117 15 Ibid., him. 120
G. Metode Penelitian
Untuk mendapatkan data yang diperlukan dalam penelitian ini, penulis
menggunakan beberapa metode antara lain sebagai berikut:
1. Populasi dan Sampel
a. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek yang diteliti12. Populasi juga
dapat diartikan suatu kelompok dimana seseorang peneliti akan
memperoleh hasil penelitian yang dapat digeneralisasikan. Suatu
populasi mempunyai sekurang - kurangnya satu karakteristik yang
I -2
membedakan populasi itu dengan kelompok lain . Adapun yang
dimaksud populasi dalam penelitian ini adalah keseluruhan siswa di
SMP Negeri 3 Ambarawa pada tahun 2008 yang jumlahnya
sebagaimana tabel berikut:
Tabel 1.1
Daftar Jumlah Siswa SMP Negeri 3 Ambarawa Tahun 2008
No Kelas Banyak siswa
1 VI 182 siswa
2 VII 168 siswa
3 VIII 154 siswa
Jumlah 504 siswa
12 Sutrisno Hadi, Metodologi Research, Yayasan Penerbit fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1981 him. 221
4. Metode Pengolahan dan Analisis Data
a. Analisis Awal
Analisis awal ini untuk mengetahui tingkat status sosial
ekonomi dan pola asuh orang tua, serta sikap sosial keagamaan
siswa. Teknik analisisnya menggunakan teknik prosentase sebagai
berikut:
Keterangan:
P = Prosentase individu dalam golongan
F = Frekuensi
N = Jumlah subjek dalam golongan
b. Analisis Lanjutan
Sebagai analisis lanjutan adalah dengan menggimakan teknik statistik
untuk mencari ada tidaknya hubungan yang signifikan antara variabel
status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua dengan sikap sosial
keagamaan siswa. Untuk itu digunakan teknik korelasi berganda tiga
variable dengan rumus20 sebagai berikut:
20 Iqbal Hasan, Analisis Data Penelitian dengan Statistik, Jakarta, Bumi Akasara, 2004,
P = F x 100%
N
Keterangan:
Ryi.2 : koefisien korelasi linear berganda tiga variabel
ryi : koefisien korelasi variabel Y dan Xj
ry2 : koefisien korelasi variabel Y dan X2
ri2 : koefisien korelasi variabel X| dan X2
Sedangkan untuk mengetahui besamya hubungan antara
hubungan antara status sosial ekonomi dan pola asuh orang tua
dengan sikap sosial keagamaan siswa SMP Negeri 3 Ambarawa
tahun pelajaran 2007 / 2008 menggunakan rumus koefisien penentu
berganda dengan rumus sebagai berikut: KPB - Ryi22x 100% 21
Keterangan:
KPB : koefisien penentu berganda
Ryi.2 : koefisien korelasi linear berganda tiga variabel
H. Sistematika Penulisan Skripsi
Skripsi ini disusun dalam lima bab yang secara sistematis dapat
diuraikan sebagai berikut:
BAB I PENDAHULUAN
Dalam bab pertama ini akan berisi latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, hipotesis yang diajukan, definisi operasional,
21
manfaat penelitian, metode penelitian yang dipakai, dan sistematika penulisan
skripsi ini.
BAB II LANDASAN TEORI
Bab II merupakan bab yang berisi pembahsan teori - teori yang
menjadi landasan teoritik dalam penelitian ini. Pembahasan teori dalam bab
ini akan dibagi dalam empat bagian. Uraian yang pertama adalah tentang
status sosial ekonomi, yang meliputi ; pengertian, latar belakang timbulnya
status sosial ekonomi, dan faktor - faktor yang menentukan status sosial
ekonomi dalam masyarakat. Kemudian tentang pola asuh orang tua, yang
meliputi; pengertian, macam - macam, faktor - faktor yang mempengaruhi,
dan pengaruh pola asuh orang tua terhadap sikap dan perilaku anak.
Selanjutnya akan diuraikan tentang sikap sosial keagamaan, yang meliputi ;
pengertian, ciri - ciri dan fungsi, serta pembentukan dan perubahan sikap.
Pada bagian akhir bab ini akan diuraikan mengenai hubungan status sosial
ekonomi dan pola asuh orang tua terhadap sikap sosial keagamaan siswa
BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN
Bab III merupakan bab yang berisi laporan hasil penelitian. Adapun
laporan hasil penelitian ini akan dikelompokkan dalam dua bagian. Pada
bagian pertama akan disampaikan laporan mengenai gambaran umum lokasi
penelitian, yaitu SMP Negeri 3 Ambarawa, yang meliputi ; letak geografis,
sejarah berdiri, keadaan siswa, guru dan karyawan, struktur organisasi
misi SMP Negeri 3 Ambarawa. Sedangkan pada bagian berikutnya akan
disampaikan laporan hasil angket dan rating scale yang sudah diisi oleh
responden.
BAB IV ANALISIS DATA
Pada bab ini akan disampaikan uraian tentang analisis data hasil
penelitian. Analisis ini akan dikelompokkan dalam empat bagian. Bagian
pertama bempa analisis prosentase. Bagian kedua merupakan analisis statistik.
Bagian ketiga pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus korelasi
berganda untuk menguji ada tidaknya hubnngsn antara variabel - variabel
penelitian tersebut. Sedangkan pada bagian terakhir merupakan analisis
koefisien penentu berganda untuk mencari seberapa besar hubungan variabel - variabel penelitian tersebut.
BAB V PENUTUP
Pada bab V ini penulis akan menyampaikan kesimpulan hasil analisis
data sebagaimana yang telah disampaikan pada bab IV. Penulis juga akan
menyampaikan kritik dan saran yang berkaitan dengan tema penelitian ini.
LAN I) AS AN TEORI
A. Status Sosial Sosial Ekonomi
1. Pengertian Status Sosial Ekonomi
Status adalah tingkatan atau kedudukan dan sebagainya dalam
hubungan dengan masyarakat di sekelilingnya1. Dalam sosiologi status
diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial,
sehubungan dengan orang orang - orang lainnya dalam kelompok tersebut
atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok - kelompok lain
dalam suatu kelompok yang lebih besar1 2.
Sedangkan sosial adalah segala sesuatu yang mengenai atau berkaitan
dengan masyarakat3. Jadi status sosial ekonomi adalah tempat seseorang
secara umum dalam masyarakatnya sehubungan dengan orang - orang lain,
dalam arti lingkungan pergaulannya, prestisnya dan hak - haknya serta
kewajiban - kewajibannya4.
Secara psikologis, status sosial ekonomi berarti posisi relatif individu
di tengah masyarakat, beberapa faktor pendukung status sosial ekonomi
1 Em Zul Fajri & Ratu Aprilia Senja, Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, Rifa Publiser, him. 773
2 Soeijono Soekamto, Sosiologi Suatu Pengantar, Rajawali Press, Jakarta, 1987, him. 216.
3 W.J.S. Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, 1982, him. 961
4 Ibid
adalah profesi, pendapatan, tempat tinggal, dan ongkos tempat tinggal, dan
sanak keluarga5. Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa status
sosial ekonomi adalah posisi seseorang secara umum yang relatif secara
umum dalam hubungannya dengan orang lain, mengenai lingkungan
pergaulannya, prestisnya, hak, serta kewajibannya dalam masyarakat.
2. Latar Belakang Timbulnya Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi sudah ada sejak zaman dahulu. Dalam A1
Qur’an dijelaskan bahwa manusia memang diciptakan dalam bermacam -
macam jenis, golongan, maupun statusnya. Tujuan penciptaan ini adalah agar
manusia bisa saling mengenai karena mereka akan saling membutuhkan.
Allah Swt. berfirman :
4i)l > 1 4JJI JLxP J y- *j ^— d
Artinya:
Hai manusia, Sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenai.
( QS. A1 Hujurot: 13 )
Sementara itu, dalam masyarakat pada umumnya berkembang dua
macam status, yaitu Ascribed Status dan Achieved status 6 .
a. Ascribed Status, yaitu kedudukan sesorang dalam masyarakat tanpa memperhatikan perbedaan - perbedaan rohaniah dan kemampuan.
Kedudukan tersebut diperoleh secara kelahiran, misalnya keturunan
bangsawan. Ascribed status biasanya teijadi dalam masyarakat yang
tertutup seperti masyarakat feodal atau masyarakat dimana sistem berlapis
- lapis tergantung pada perbedaan rasial.
b. Achieved status, yaitu kedudukan yang dicapai oleh sesorang dengan usaha usaha yang disengaja. Kedudukan ini tidak berdasarkan kelahiran,
akan tetapi tergantung pada usaha seseorang dalam mengejar serta
mencapai tujuan. Sebagai contoh adalah seseorang yang ingin menjadi
kepala desa, mula - mula dia rakyat biasa tapi karena kepandaiannya ia
mencalonkan diri dalam pemilihan kepala desa, dan akhimya ia terpilih.
Maka kedudukannya yang tinggi sebagai kepala desa tersebut diperoleh
melalui usahanya.
Selain dua macam status diatas, dibedakan lagi satu macam status,
yaitu Assigned status7. Status ini berhuhubungan erat dengan achieved status, dalam arti bahwa assigned status merupakan kedudukan yang
diberikan suatu kelompok / golongan kepada sesorang yang telah berjasa,
6 Soerjono Soekamto ,Op.cit., him. 215
yang telah mempeij uangkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan dan
kepentingan masyarakat. Misalnya kedudukan terhormat seorang kyai,
biasanya diberikan masyarakat karena jasanya menyebarkan dan
mengajarkan agama kepada masyarakat.
3. Faktor - Faktor yang menentukan Status Sosial Ekonomi
Sebenamya tidak ada ukuran baku yang menentukan status sosial
ekonomi seseorang dalam masyarakat. Karena banyak sekali pendapat para
ahli mengenai ukuran status sosial ekonomi. Namun demikian, ada beberapa
faktor pokok yang menjadi ukuran status sosial ekonomi dalam masyarakat.
Faktor- faktor tersebut adalah ukuran kekayaan, ukuran kekuasaan, ukuran
kehormatan, dan ukuran ilmu pengetahuan .
a. Ukuran kekayaan
Kepemilikan kebendaan dapat dijadikan suatu ukuran dalam
menentukan status sosial ekonomi. Barang siapa memiliki kekayaan
paling banyak maka ia akan termasuk dalam status sosial ekonomi
teratas. Sebagaimana firman Allah dalam surat A1 Fajr ayat 1 5 - 1 6
menyatakan: 8
/ f f ' f / ' ji o < y * — tff
I j A i j j aJlP j JLfl-3 L« 131
Artinya:
Adapun manusia apabila Tuhannya mengujinya lalu dia dimuliakan-Nya dan diberi-Nya kesenangan, Maka dia akan berkata: "Tuhanku Telah memuliakanku".Adapun bila Tuhannya mengujinya lalu membatasi rizkinya Maka dia berkata: "Tuhanku menghinakanku"
(Q.S. A lFajr: 1 5 - 1 6 )
Ayat tersebut memberikan pengertian bahwa pada dasamya
manusia akan merasa dirinya mulia bila mempunyai harta kekayaan yang
bisa membuatnya bahagia. Dan akan merasa rendah bila tidak mempunyai
harta. Oleh sebab itu dalam menentukan status sosial ekonomi tidak bisa
dipisahkan dari ukuran kekayaan seseorang.
Kekayaan seseorang dapat dilihat melalui ; bentuk rumah yang
bersangkutan, kendaraan, cara mempergunakan pakaian, kebiasaan
berbelanja, barang - barang yang dimiliki, dan lain sebagainya.
Kekayaan biasanya juga berkaitan dengan jenis pekeijaan dan besamya
penghasilan, serta kepemilikan barang / benda berharga.
b. Ukuran kekuasaan
Kekuasaan disini berarti kepemilian kewenangan atas sesuatu.
Barang siapa mempunyai kewenangan terbesar, ia akan menempati posisi
status sosial ekonomi tertinggi. Misalnya seorang kepala desa akan
menempati status sosial ekonomi tertinggi di desanya karena ia yang
mempunyai kukuasaan terbesar di wilayah itu. Dalam hal ini, ahli
sosiolog Amerika, Hawley, sebagaimana dikutip oleh James W. Vander
relationship is power equation, and every social group or system is an
organization o f power ”9.
Menurut Hawley, setiap kegaiatan sosial adalah praktek
kekuasaan, setiap hubungan sosial adalah pemerataan kekuasaan, dan
setiap kelompok atau organisasi sosial adalah organisasi kekuasaan. Jadi
tidak dipungkiri lagi bahwa kekuasaan merupakan salah satu ukuran yang
menentukan ststus sosial ekonomi seseorang dalam masyarakat.
c. Ukuran kehormatan
Ukuran di sini bisa berkaitan dengan kekuasaan atau kekayaan
dan bisa juga tidak. Dalam masyarakat, orang yang paling disegani dan
dihormati akan mendapat tempat teratas. Ukuran seperti ini biasanya akan
dijumpai pada masyarakat tradisional. Biasanya mereka adalah orang
yang paling beijasa atau golongan tua dalam masyarakat, misalnya
sesepuh yang amat disegani oleh masyarakatnya.
d. Ukuran ilmu pengetahuan
Ilmu pengetahuan akan dipakai sebagai ukuran status sosial
ekonomi oleh masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Orang
yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi akan menempati posisi lebih
tinggi daripada lainnya. sebagaimana firman Allah Swt. dalam surat A1
Mujadilah ayat 11 :
C.«J„>-j^ J«JUJI !j j jI <JijJtj I j j ' 4hl
Artinya:
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa deraj at
( QS. A1 Mujadilah : 11)
Dalam kaitannya dengan ilmu pengetahuan sebagai salah satu
ukuran status sosial ekonomi, Rosulullah Saw. - sebagai pembawa
risalah ajar an Islam - juga sangat mengunggulkan orang yang berilmu
daripada orang yang tidak berilmu. Bahkan bila dibandingkan orang yang
ahli ibadah ( yang tidak berilmu) sekalipun. Sebagaimana sabdanya :
I0(lS yL* P j a aJl {^»/aaef P jl Uil
Artinya:
Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang menjalankan ibadah ( yang tidak berilmu ), ibarat kelebihan bulan atas bintang - bintang yang lain. ( H.R. Turmudzi )
(,/t-?11 r1 j* cs-W (Jy* *ae<^ l
Artinya:
Kelebihan orang yang berilmu atas orang yang menjalankan ibadah (yang tidak berilmu ), ibarat kelebihanku atas orang yang paling rendah diantara umatku. ( HR. Turmudzi dari Abu Umamah A1 Bahiliyy).
Ayat Alqur’an dan Hadits di atas menegaskan bahwa orang yang
berpengetahuan / berilmu mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada 10 11
yang tidak berpengetahuan / tidak berpendidikan. Oleh sebab itu,
pendidikan dapat dijadikan ukuran status sosial ekonomi seseorang.
B. Pola Asuh Orang Tua
1. Pengertian Pola Asuh Orang Tua
Pola asuh adalah pola perilaku yang diterapkan kepada anak dan
bersifat relatif, konsisten dari waktu ke waktu12. Dalam arti bentuk perlakuan
orang tua terhadap anaknya yang teijadi di dalam keluarga yang berlangsung
dalam waktu yang relatif lama yang mana perlakuan ini akan membawa
pengaruh perkembangan anak. Sedangkan menurut Slavin pola asuh orang
tua adalah pola perilaku yang digunakan orang tua untuk berhubungan dengan
anak - anak13.
Pada dasamya hubungan antara orang tua dan anak adalah hubungan
yang timbal balik. Sehingga untuk dapat menciptakan hubungan yang
memuaskan kedua belah pihak, yaitu orang tua dan anak. Oleh karena itu,
peranan orang tua sangatlah besar14. Rosulullah Saw. menegaskan
bahwasanya anak merupakan tanggung jawab orang tuanya. Tergantung
bagaimana orang tua mendidik dan mengasuhnya. Sebagaimana sabdanya :
( online ) diakses pada 12 Pola Asuh Orang Tua, http://librarv.gunadarma.ac.id
tanggal 29 Februari 2008
13 Ibid
.<0l~or«-C <u p <—j j*j ^ Ip (J5^
1 5 . , .
( &-r* <y °'j j)
Artinya:
Setiap anak yang dilahirkan dalam keadaan suci, hingga dirubahlah
lisannya. Kedua orang tuanyalah yang menyebabkan ia menjadi yahudi,
nasrani, atau majusi. ( H.R. Aswad bin Sari’ )
Hadits di atas menegaskan bahwa anak terlahir dalam keaadaan
fitrah ( suci ). Dalam pandangan Islam fitrah disini adalah keadaan telah
beragama Tauhid, yaitu agama Islam. Selanjutnya orang tuanyalah yang akan
mempengaruhi agar dia tetap Islam atau menjadi Yahudi, Nasrani, atau
Majusi. Hadits ini juga dapat dipahami bahwa pada dasamya anak dilahirkan
dalam keadaan baik, tergantung orang tuanya yang akan mempengaruhinya
kelak. Baik dan buruknya anak akan sangat dipengaruhi oleh orang tuanya.
2. Macam - Macam Pola Asuh Orang Tua
Ada berbagai macam penggolongan yang dikemukakan oleh para
ahli mengenai pola asuh orang tua terhadap anaknya. Di antaranya adalah
penggolongan yang dilakukan oleh Baumrind (1967). Menurut Baumrind,
terdapat 4 macam pola asuh orang tua :
1. Pola asuh Demokratis 15
2. Pola asuh Otoriter
3. Pola asuh Permisif
4. Pola asuh Penelantar16 17
Keempat macam pola asuh orang tua tersebut mempunyai
karakteristik tersendiri yang dijelaskan sebagai berikut:
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan
kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka .
Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari
tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga
bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan
yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan
kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan
pendekatannya kepada anak bersifat hangat.
Pola asuh otoriter sebaliknya cenderung menetapkan standar yang
mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman18.
Misalnya, kalau tidak mau makan, maka tidak akan diajak bicara. Orang ma
tipe ini juga cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak
tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe
16 Ira Petranto, Rasa Percaya Diri Anak adalah Pantulan Pola Asuh Orang Tuanya, ( online ) http://www.binarvmoon.co.uk. diakses pada tanggal 19 Februari 2008
ini tidak segan - segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak
mengenal kompromi, dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah.
Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari anaknya untuk
mengerti mengenai anaknya.
Pola asuh Permisif atau pemanja biasanya memberikan pengawasan
yang sangat longgar19. Orang tua yang menerpakan opal asuh tipe ini
memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa
pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau
memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit
bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya
bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak.
Pola asuh tipe yang terakhir adalah tipe penelantar. Orang tua tipe ini
pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-
anaknya20. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka,
seperti bekeija, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak
mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan
psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu
memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anak-anaknya.
Dari penjelasan tentang pola-asuh orang tua tersebut di atas,
19 Ibid
Baumrind menegaskan bahwa tipe yang paling baik adalah tipe pola asuh
demokratis. Sedangkan pola asuh otoriter, permisif dan penelantar hanya akan
memberikan dampak buruk pada anak .
Sementara itu, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Fels
Research Institute penggolongan pola asuh dibedakan dalam tiga
kelompok21 22 :
1. Pola asuh menerima - menolak
Pola ini didasarkan atas taraf ‘kemesraan’ orang tua terhadap anak.
Dalam arti sejauh mana tingkat kedekatan hubungan antara orang tua dan
anak semakin dekat orang tua maka akan semakin diterima oleh anak.
Dan sebaliknya, semakin jauh orang tua maka akan semakin ditolak oleh
anak.
2. Pola asuh memiliki - melepaskan
Pola ini didasarkan atas bebrapa sikap protektif orang tua terhadap anak.
Pola ini bergerak dari sikap orang tua yang overprotektif dalam memiliki
anak sampai kepada sikap mengabaikan anak sama sekali.
3. Pola demokrasi - otokrasi
21 Ibid
Pola ini didasarkan atas taraf partisipasi anak dalam menentukan kegiatan
- kegiatan dalam keluarga. Pola otokrasi berarti orang tua bertindak
sebagai diktator terhadap anak. Sedangkan pola demokrasi, sampai batas
- batas tertentu, anak dapat berpartisipasi dalam keputusan - keputusan
keluarga.
Dalam kaitannya dengan pola asuh ini James W. Vander Zanden
mengidentifikasi hubungan orang tua dan anak menjadi sebagaimana ia
katakan:
There two dimensions along which they have been characterized.
The first is warmth hostility ; the second is restrictiveness -permissiveness.
Warmth - hostility. This dimension a o f parental behaviour is defined at the warm wnd by such characteristics as accepting, approving, understanding, and child- centeredness. Warm parents are affectionate and respond positively to their child’s dependency behaviour warm parents also frequently use explanations, especially in disciplining, use physical punishment in frequently, and demonstrate a high use o f praise in dicipline. Hostile parents, on the hand, generally show the opposite o f these characteristic.
Restrictiveness - permissiveness. This dimension is defined at the restrictive and by many restriction and strict enforcement o f demands in areas such as as noise, obedience, anf aggression ( to sibling, peers, and parents ). Restrictive parents are also concerned with neatness, table manners, care o f household furniture, modesty behaviour, and sex play. The permissive end o f the sepectrum, as you might expect, reflects the opposite o f these qualities.2 23
Menurut James W. Vander Zanden ada dua macam dimensi
hubungan orang tua terhadap anaknya :
a. Dimensi Kehangatan - Tidak Bersahabat ( Warmth - hostility )
Pola asuh ini dapat diartikan sebagai hubungan kehangatan antara
orang tua dan anaknya dengan karaktristik seperti penerimaan,
pendekatan, pemahaman, dan perhatian penuh pada anak
(child-centeredness). Warm Parents ( orang tua yang hangat ) adaiah rasa sayang dan respon positif akan sikap ketergantungan anak. Warm
parents secara berkala juga menggunakan penjelasan, khususnya dalam kedisiplinan dan jarang memberlakukan hukuman fisik. Orang
tua tipe ini juga mengungkapkan pentingnya penghargaan dalam
disiplin. Sedangkan hostile parents ( orang tua yang bersikap tidak bersahabat ), di sisi lain secara umum menunjukkan hal - hal yang
berlawanan dengan karakter ini.
b. Pola Ketegasan - Toleransi ( Restrictiveness- permissiveness)
Pola asuh orang tua ini dapat diartikan sebagai bentuk ketegasan
pemberlakuan tuntutan - tuntutan yang keras dalam ran ah seperti
kegaduhan, kepatuhan dan agresifitas ( pada saudara - saudara
orang tua ini bisa meliputi hal - hal kecil seperti kerapian, tata cara
makan, dan lain - lain. Dan juga pada hal - hal besar seperti sopan
santun dan hubungan lawan jenis. Sedangkan orang tua yang bersikap
toleransi akan bersikap lebih lunak daripada sikap orang tua yang
tegas.
Dari bermacam - macam pola asuh yang telah dikemukakan
diatas pada dasamya merupakan perbedaan karakteristik hubungan
antara orang tua dan anak. Perbedaan ini dirasakan oleh anak yang
selanjutnya akan mempengaruhi perkembangan psikis anak.
3. Faktor - Faktor yang Mempengaruhi Pola Asuh Orang Tua
Ada banyak hal yang mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap
anaknya. Salah satunya adalah status sosial ekonomi orang tua / keluarga.
Karena secara teoritik dikemukakan bahwa masyarakat dalam suatu kelas
tertentu memiliki pola tingkah laku yang khas dibandingkan dengan
masyarakat kelas sosial lain24. Pola asuh orang tua dari keluarga yang berasal
dari status sosial ekonomi rendah akan berbeda dengan keluarga yang
berstatus sosial ekonomi lebih tinggi.
Sementara itu Dra. Linda Yuliana dalam papemya yang berjudul
“ Sikap Mengharap yang Berlebihan dari Orang Tua dalam Hubungannya
dengan Prestasi Sekolah Anak” menyebutkan ada lima faktor yang
mempengaruhi pola asuh orang tua terhadap anaknya, yaitu pengalaman masa
lalu orang tua, nilai - nilai yang dianut, tipe kepribadian, kehidupan
'yc
perkawinan orang tua, dan alasan orang tua mempunyai anak . Kelima faktor
tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengalaman masa lalu yang berhubungan erat dengan pola asuh dan sikap
orang tua mereka.
Biasanya mendidik anaknya, orang tua cenderung untuk mengulangi pola
asuh orang tua mereka dahulu apabila hal tersebut dirasakan manfaatnya.
Sebaliknya mereka cenderung untu tidak mengulangi pola asuh orang tua
mereka dahulu bila dirasa tidak ada manfaatnya.
2. Nilai - nilai yang dianut orang tua.
Setiap orang tua pasti mempunyai nilai - nilai tertentu yang akan
melandasi setiap perilaku dan sikapnya. Nilai - nilai tersebut juga akan
diterapkan pada anak - anaknya yang tercermin dalam pola asuhnya.
Sebagai contoh, orang tua yang mengutamakan segi intelektual dalam
kehidupan mereka tentu akan mengupayakan bagaimana anak - anak 25
25 Dra. Linda Yuliana , “Sikap Mengharap yang Berlebihan dari Orang Tua dalam Hubungannya dengan Prestasi Sekolah Anak”, Dalam Singgih D Gunarso dan Y. Singgih Gunarso ( Ed. ) Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja, Cet. 7, PT. BPK. Gunung Mulia, Jakarta, 1995, him. 144
mereka mempunyai prestasi akademik yang baik, bahkan meski hams
mengesampingkan segi potensi dan bakat anak tersebut. Demikian juga
orang yang nilai - nilai religiusnya tinggi akan lebih cenderung untuk
membatasi kebebasan pergaulan anak - anak mereka agar tetap dalam
nilai - nilai religiusitas yang mereka anut. Demikanlah beberapa contoh
kuatnya pengaruh nilai - nilai yang di anut orang tua terhadap pola asuh
anak - anaknya.
3. Tipe kepribadian orang tua
Kepribadian orang tua yang berbeda akan menimbulkan pola asuh yang
berbeda pula. Misalnya, orang tua yang mempunyai kepribadian disiplin
tinggi cenderung untuk lebih otoriter dari pada orang tua yang
berkepribadian kurang disiplin.
4. Kehidupan perkawinan orang tua
Kehidupan perkawinan merupakan salah satu faktor penting dalam
menentukan keharmonisan keluarga yang pada akhimya juga akan
berdampak pada pola asuh orang tua. Keluarga yang pecah tentu akan
sangat berdampak buruk bagi pengasuhan anak.
5. Alasan orang tua mempunyai anak
Banyak sekali alasan orang tua mempunyai anak. Ada orang tua yang
mempunyai anak untuk melanjutkan keturunan, ada yang menjadi
kebanggaan dengan mempunyai anak tertentu ( bangga mempunyai anak
pula yang kelahiran anak itu tidak direncanakan. Biasanya proporsi
perhatian orang tua terhadap anak yang “direncanakan” akan berbeda
dengan anak yang “ tidak direncakan”. Perbedaan proporsi ini juga
merupakan salah satu faktor yang mementukan perbedaan pola asuh
orang tua terhadap anaknya
4. Pengaruh Pola Asuh Orang Tua terhadap Sikap dan Perilaku Anak
Sebagaimana dijelaskan dalam pengertian di atas bahwa pola asuh
orang tua akan dirasakan dampaknya oleh anak, baik secara positif maupun
negatif26. Oleh karena itu, berdasarkan penggolangan pola asuh oleh
Baumrind, disini akan dipaparkan beberapa dampak - dampak dari pola asuh
orang tua kaitannya dengan sikap dan perilaku anak.
1. Pola asuh demokratis cenderung akan menghasilkan karakteristik anak
anak yang lebih mandiri, dapat mengontrol diri, mempunyai hubungan
baik dengan teman, mampu menghadapi stress, mempunyai minat
terhadap hal-hal baru, dan kooperatif terhadap orang-orang lain.
2. Pola asuh otoriter cenderung akan menghasilkan karakteristik anak yang
penakut, pendiam, tertutup, tidak berinisiatif, gemar menentang, suka
melanggar norma, berkepribadian lemah, cemas dan menarik diri.
3. Pola asuh permisif cenderung akan menghasilkan karakteristik anak-anak
yang impulsive, agresif, tidak patuh, manja, kurang mandiri, mau menang
sendiri, kurang percaya diri, dan kurang matang secara sosial.
4. Pola asuh penelantar akan menghasilkan karakteristik anak-anak yang
moody, impulsive, agresif, kurang bertanggung jawab, tidak mau mengalah, mempunyai harga diri yang rendah, sering bolos, dan
bermasalah dengan teman.
Sementara itu menurut Formm, sebagaimana dikutip ST. Vembrarto
berpendapat bahwa anak yang dibesarkan dalam keluarga yang bersuasana
demokratik, perkembangannya lebih luas dan dapat menerima kekuasaan
secara rasional. Sebaliknya anak - anak yang dibesarkan dalam suasana
keluarga yang otoriter, mamandang kekuasaan sebagai sesuatu yang harus
ditakuti dan bersifat magic. Ini mungkin akan menimbukan sikap tunduk secara membuta pada kekuasaan ataujustru menentang kekuasaan .
Berdasarkan penelitian Sheldon dan Eleanor Glueck menunjukkan
bahwa anak nakal banyak berasal dari keluarga yang bersikap menolak atau
acuh tak acuh terhadap anak. Anak - anak yang berasal dari keluarga yang
bersikap menolak ini umumnya mempunyai sifat curiga dengan orang lain
dan menentang kekuasaan. Mereka tidak lagi terkesan oleh hukuman .
Berdasarkan uraian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa pola 27 28
asuh yang paling baik adalah pola asuh yang demokratis. Karena pola asuh
ini melibatkan peran serta anak - anak dengan tetap tidak meninggalkan
batasan - batasan pengasuhan oleh orang tua.
C. Sikap Sosial
1. Pengertian Sikap Sosial
a. Pengertian Sikap
Sikap secara bahasa berarti perbuatan dan sebagainya yang berdasar
pendirian ( pendapat atau keyakinan )29. Dalam arti sempit sikap adalah
pandangan atau kecenderungan mental. Menurut Bruno, sikap ( attitude )
adalah kecenderungan yang relatif menetap untuk bereaksi dengan cara
baik atau buruk terhadap orang atau barang tertentu30 31. Sikap juga dapat
dimengerti sebagai organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu,
dan memberikan dasar kepada orang tersebut untuk membuat respons atau
perilaku dalam cara yang tertentu yang dipilihnya .
Ada beberapa definisi tentang sikap yang dikemukakan oleh para
tokoh psikologi:
29 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1976, him. 944
30 Drs. Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan Suatu Pendekatan Baru, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1995, him. 120
1. L.L. Thurstone (1946)
L.L. Thurstone mendefifhisikan sikap sebagai tingkatan kecenderungan
yang bersifat positif atau negatif yang berhubungan dengan obyek
psikologi. Orang dikatakan memiliki sikap positif terhadap suatu obyek
psikologi apabila ia suka atau memiliki sikap yang favorable, sebaliknya
orang dikatakan memiliki sikap negatif bila ia tidak suka atau sikapnya
unfanorable terhadap obyek psikologi.
2. Zimbardo dan Ebbesen
Sikap adalah suatu pedisposisi ( keadaan mudah terpengaruh ) terhadap
seseorang, ide atau obyek yang berisi komponen - komponen kognitif,
afektif, dan behavior.
3. D. Krech and RS. Crutchfield
Sikap adalah organisasi yang tetap dari proses motivasi, emosi, persepsi,
atau pengamatan atas aspek dari kehidupan individu.
4. John H Harvey dan William P. Smith
Menurutnya, sikap adalah kesiapan merespon secara konsisten dalam
bentuk positif atau negatif terhadap obyek atau situasi .
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sikap itu mempunyai
tiga aspek:
1. Aspek Koginitif : yaitu yang berhubungan dengan gejala mengenal alam fikiran. Aspek ini berarti berwujud pengolahan pengalaman dan keyakinan 32
serta harapan - harapan individu tentang obyek atau kelompok obyek
tertentu.
2. Aspek Afektif : aspek ini berupa proses yang menyangkut perasaan -
perasaan tertentu seperti ketakutan, kedengkian, simpati, antipati dan
sebagainya yang ditujukan kepada obyek - obyek tertentu.
3. Aspek Konatif / Behaviour : aspek ini berwujud proses tendensi / kecenderungan untuk berbuat sesuatu obyek seperti kecenderungan
memberi pertolongan, menjauhkan diri dan sebagainya33.
Ketiga aspek di atas tidak dapat dipisahkan antara satu dengan yang
lainnya karena saling berkaitan. Aspek - aspek tersebut merupakan
komponen pembentukan sikap. Sebagaimana pengertian sikap yaitu
organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai objek atau situasi yang
relatif ajeg, yang disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar
kepada orang tersebut untuk membuat respons atau perilaku dalam cara
yang tertentu.
b. Pengertian Sikap Sosial Keagamaan
Sikap sosial secara bahasa berarti menerima, memperhatikan
kepentingan umum, suka menolong34 *. Sedangkan sikap sosial adalah
33 Ibid, 165
Sikap merupakan hasil dari belajar. Beberapa sikap dipelajari dengan
tidak sengaja dan tanpa kesadaran kepada sebagian individu.
2. Memiliki kesetabilan / stability
Sikap yang tadinya bermula dari dipelajari, kemudian menjadi lebih
kuat, stabil, dan menjadi tetap. Stabilnya sikap ini terbentuk melalui
pengalaman. Sebagai contoh adalah adanya perasaan suka atau tidak
suka terhadap wama tertentu yang sifatnya berulang - ulang atau
memiliki frekuensi tinggi.
3. Personal - societal significance
Sikap melibatkan hubungan antara seseorang dan orang lain, dengan
barang atau situasi.
4. Berisi kognisi dan afeksi
Komponen kognisi daripada sikap adalah berisi informasi yang
faktual, misalnya perangsang itu dirasakan menyenangkan atau tidak
menyenangkan.
5. Approach - avoidance directionality
Bila seseorang memiliki sikap yang cocok dengan suatu obyek,
mereka akan mendekati dan membantunya, sebaliknya jika seseorang
memiliki sikap yang tidak cocok, mereka akan menghindarinya38.
Yang perlu ditegaskan disini adalah bahwa :
t_jL2_*Jl JbJL/• ** z ' i 4i)l
“Daw tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. ”
(QS. A1 Maidah : 13 )
Ayat di atas memberikan pengertian bahwa manusia diperintahkan
untuk saling tolong menolong sesama manusia dalam hal kebaikan. Dalam
arti untuk menjalankan hal - hal yang diperkenankan oleh Allah SWT dan
Rosul-Nya. Dan manusia dilarang saling tolong menolong dalam perbuatan
kejelekan atau larangan - larangan Allah SWT dan Rosul-Nya. Tidak
diragukan lagi ayat ini dapat dijadikan pedoman akan pentingnya sikap sosial
dalam Islam.
2. Ciri - Ciri dan Fupgsi Sikap
a. Ciri - ciri sikap
Sikap saxjgat menentukan jenis atau tabiat tingkah laku seseorang dalam
hubungannya dengan adanya perangsang yang relevan. Uptuk mengenal
sikap, berikut akan dipaparkan ciri - ciri sikap :
kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata, berulang
-35
ulang terhadap obyek sosial .
Sikap sosial dinyatakan tidak hanya oleh seorang saja namun
diperhatikan oleh orang - orang sekelompoknya. Obyek dari sikap sosial
adalah obyek sosial ( obyeknya banyak orang dalam kelompok ) dan
dinyatakan berulang - ulang. Dengan demikian yang menandai sikap sosial
adalah:
a. subyek : orang - orang dalam kelompok
b. obyek : obyeknya sekelompok / obyek sosial.
c. dinyatakan berulang - ulang .
Dengan demikian sikap sosial keagamaan merupakan kesadaran
individu yang menentukan perbuatan yang nyata, berulang - ulang terhadap
obyek sosial yang mengandung nilai - nilai agama.
Nilai - nilai agama tidak dapat dipisahkan dari nilai - nilai sosial.
Karena salah satu aspek pkok ajaran agama adalah bidang sosial. Dalam
ajaran Islam bentuk - bentuk ibadahpun tidak meninggalkan aspek sosial yang
sering disebut dengan aspek muamalah .
Diantara firman Allah yang menerangkan tentang sikap sosial
keagamaan adalah Q.S. A1 Maidah ayat 2 :
35 Abu Ahmadi, op.cit. him. 166 36 Ibid, him. 163
- sikap tidak dibawa seseorang dari lahir, tetapi harus dipelajari
selama perkembangan hidupnya.
- Sikap itu tidak semata - mata berdiri sendiri tapi selalu
berhubungan dengan suatu obyek.
Sikap pada umumnya mempunyai segi - segi motivasi dan emosi.
c. Fungsi Sikap
Katz ( 1960 ) sebagaimana dikutip Theodore M. Newcomb menyebutkan
bahwa fungsi - fungsi sikap adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Penyesuaian
Secara esensiil fungsi ini merupakan pengakuan atas kenyataan bahwa
orang - orang berusaha untuk menaikkan sebanyak mungkin hadiah -
hadiah di lingkungan mereka dan mengurangi sampai sekecil mungkin
hukuman. Sikap - sikap yang diperoleh guna keperluan fungsi
penyesuaian merupakan alat untuk mencapai tujuan yang diinginkan
dan menghindari tujuan - tujuan yang tidak diinginkan maupun berupa
asosiasi - asosiasi efektif yang didasarkan atas pengalaman -
pengalaman dalam mencapai kepuasan - kepuasan motif.
2. Fungsi Pertahanan Ego
Sikap berfungsi untuk melindungi egonya terhadap impuls - impuls
yang tidak dapat diterima dan terhadap pengetahuan tentang kekuatan
3. Fungsi Menyatakan Diri
Sikap berfungsi untuk menghalangi subjek mengungkapkan sifatnya
yang sebenamya kepada diri sendiri dan kepada orang lain. Sikap juga
berfungsi memberikan ekspresi yang positif kepada nilai - nilai
sentralnya dan kepada tipe orang sebagaimana ia menanggapinya.
4. Fungsi Pengetahuan
Sikap berfungsi untuk mencari pengetahuan untuk memberikan
makna kepada hal - hal yang bisa terorganisir. Karena orang - orang
mempunyai ukuran - ukuran referensi yang memahami dunianya.Dan
sikap membantu menyediakan ukuran - ukuran demikian
3. Pembentukan dan Perubahan Sikap
Pembentukan sikap tidaklah teijadi dengan sendirinya atau dengan
sembarangan saja. Sikap terbentuk karena adanya stimulus yang dipengaruhi
oleh interaksi - interaksi manusia dan berkenaan objek tertentu39 40. Timbulnya
suatu sikap juga sangat dipengaruhi oleh perangsang yang berasal lingkungan
sosial dan kebudayaan seperti keluarga, norma, golongan agama, dan adat
istiadat41. Dalam hal ini keluarga mempunyai peranan yang besar dalam
membentuk sikap anak - anaknya.
39 Newcomb,dkk., Sosial Psychology, The Study o f Human, diterjemahkan oleh Y oesoef Noeajirman,dkk., cet. Ke-3, 1985, CV. Diponegoro, Bandung, him. 66-67