• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI ORANG TUA SISWA HAPPY BEAR PRESCHOOL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007 TERHADAP ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KELOMPOK USIA 1-4 TAHUN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI ORANG TUA SISWA HAPPY BEAR PRESCHOOL YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 20062007 TERHADAP ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KELOMPOK USIA 1-4 TAHUN"

Copied!
157
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Bimbingan dan Konseling

Oleh

FETRI RAHMA DYAH SUBIARINI 01 1114029

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVESITAS SANATA DHARMA

(2)
(3)
(4)

iv

...Tak pernah Dia janji hari kan panas, Tak pernah Dia janji pasti ada hujan tapi Dia berjanji memberi kekuatan bila topan ganas menerpaku…(potongan lagu “Serahkanlah”)

Dia berkata…………

“Cukupkanlah kasih karuniaKu bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasaKu menjadi sempurna.” (II Korintus 12 : 9)

Bapaku berjanji…………

Dengan penuh keyakinan, bahwa Allah berkuasa untuk melaksanakan apa yang telah Ia janjikan. (Roma 4 : 21)

Olah karena janji-Nya maka setiap hari aku berseru…….

Ya Tuhan ku percaya….aku percaya....Lewati lembah air mata, aku percaya Firman-Mu Ya dan Amin, aku percaya….Kemenangan sudah Kau jamin,

aku percaya

Sampai suatu hari aku menemukan………bahwa….

Hal yang penting bukalanh hal yang terjadi pada kita tetapi bagaimana kita belajar manghadapi segala sesuatu dengan iman kita kepada Allah.

When God prepares to do something wonderful, He begins with a difficulty, When He plans to do something very wonderful, He begins with an impossibility.

Da n se ga la t ulisa n ini da ri judul sk ripsi hingga t it ik ya ng

pa ling a k hir di BAB t e ra k hir se m ua nya ha nya la h K ASI H

(5)

v

 Bapa dan Sahabatku, Tuhan Yesus Kristus, Bapa tak cukup mulut, tangan,

hatiku, pikiranku dan jiwaku mengungkapkan segala pujian hormatku atas kemuliaan dan kebesaran-Mu padaku. Biar Engkau yang semakin BESAR

dan aku semakin kecil.

 Bapakku, Ibuku, mas Tatok, dedekku Okta, mbakYah dan adik kecilku Eki

dan Vio. Setiap hari aku mengucap syukur karena aku diberikan Tuhan keluarga yang sangat luar biasa, penuh kehangatan dan keceriaan. Karyaku ini adalah salah satu bentuk ucapan syukur dan sayangku untuk keluargaku.

 Semua keluargaku di Happy Bear Preschool….Pak Ivan, MsLinda, Ms Beti,

Ms Lidia, Mbak Endar, Sister Tanti, Ms Uwik, Ms Ratri, Bu Indah, Ms Tia, Kak Sarah, Mbak Par, Mas Srie. Terkhusus buat adik-adik kecilku Fani, Marfel, Noel, dik Ote, Odi, , Uta. Mereka semua adalah keluarga keduaku.

Dalam keluarga ini imanku dan karakterku terus bertumbuh menjadi lebih dewasa. Tidak hanya itu, di sini aku juga belajar menjadi wanita, ibu,

pendidik, dan pekerja.

 Untuk semua saudara, sahabat, dan temanku. Aku sadar skripsi ini hanya

(6)

vi

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 2 Mei 2007 Penulis

(7)

vii

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007 TERHADAP ASPEK-ASPEK PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI

KELOMPOK USIA 1-4 TAHUN

Masalah-masalah dalam penelitian ini : (1) Bagaimanakah persepsi orang tua siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap aspek-aspek dalam perkembangan PAUD kelompok usia 1-4 tahun? (2) Aspek perkembangan apa sajakah yang masuk dalam kategori sangat lemah? (3) Butir-butir apa sajakah yang masuk dalam kategori sangat lemah? Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi orang tua siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap aspek-aspek dalam perkembangan PAUD kelompok usia 1-4 tahun dan mengetahui aspek-aspek perkembangan serta butir-butir apa saja yang masuk dalam kualifikasi sangat lemah.

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif dengan metode survei. Populasi penelitian ini adalah semua orang tua siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 yang berjumlah 51 orang tua siswa. Instrumen yang digunakan adalah kuesioner persepsi orang tua siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap aspek-aspek dalam perkembangan PAUD kelompok usia 1-4 tahun. Kuesioner ini disusun oleh peneliti. Kuesioner yang kembali pada batas akhir pengembalian kuesioner adalah 41 lembar sehingga terdapat 10 lembar kuesioner yang tidak kembali. Data dianalisis dengan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I.

(8)

viii

(9)

ix

DEVELOPMENT ASPECTS OF PRESCHOOL CHILDREN IN HAPPY BEAR PRESCHOOL ACADEMIC YEAR OF 2006/2007

The problems in research were: (1) the parents’ perception toward the educational development aspects of preschool children in Happy Bear Preschool academic year of 2006/2007. (2) The weakest development aspects. (3) The aspects belonged to the weakest category. The objective of this research was to recognize the parents’ perception toward the educational developments aspects of preschool students in Happy Bear Preschool and to recognize the developments aspects that were in the weakest category.

This research was a descriptive research with a survey method. The population of this research was all of parents of students at “HAPPY BEAR PRESCHOOL Yogyakarta” in academic year of 2006/2007 that consists of 51 parents. The instrument of this research was a questionnaire about perception of parents of “Happy Bear Preschool Yogyakarta” students in academic year of 2006/2007 concerning the development aspects of preschool students. The questionnaire was composed by the researcher. The returning questionnaires until he due time were 41 questionnaires. The unreturning questionnaires were 10 questionnaires. The data was analyzed with Valuation of Standards Type I

(10)
(11)

xi

Kristus karena cinta dan kasih serta tuntunan-Nya yang selalu menjadi pedoman dan dasar dalam penulis menyelesaikan tugas akhir ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu satu syarat memperoleh gelar sarjana pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

Penulis menyadari bahwa penyelesaian skripsi ini dapat berjalan dengan baik berkat bantuan, perhatian, dukungan, dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. M.M. Sri Hastuti, M.Si., Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma.

2. Bapak Fajar Santoadi, S.Pd., Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.

3. Bapak Drs. Samana, M. Pd. dan Bapak Drs. Puji Purnomo, M. Si., selaku dosen pembimbing I dan II yang dengan penuh kesabaran dan perhatian mendampingi dan mengarahkan penulis hingga mampu menyelesaikan skripsi ini.

4. Ibu Dra. C.L.Milburga,CB.,M.Ed., sebagai dosen penguji yang telah berkenan memberikan waktu untuk membimbing penulis dalam proses pengujian.

5. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling, yang telah membantu penulis belajar berbagai macam ilmu pengetahuan, dan ketrampilan. Prodi ini bukanlah prodi biasa namun prodi yang luar biasa. 6. Ibu Kepala Sekolah Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak Ceria

Demangan yang telah menerima dan mengijinkan penulis melakukan uji coba instrument.

(12)

xii

Ms Lidia, Mbak Endar, Tanti, Ms Uwik, Ms Indah, Ms Ratei, Ms Tia, kak Sarah. Terkhusus buat adik-adik kecilku Fani, Marfel, Noel,Ote, dik Odi, Uta.

9. Keluargaku besarku di Yogyakarta, Bulek Endah dan Om Joni, Om Tri dan Tante Cipluq, OmYus dan Bulek Mima, Simbah kakung (Alm.), Mbah putri, Bulek Tiwuk, MbNovi, MbEri. Adik dan partner doaku Ivone. Adik-adikku Arya, Dimas, Aji, Bagas, Yoga, galih, Duta. Terima kasih untuk dukungan dan cinta kasihnya.

10. Bapak Suwito, Kepala SMKK BPK PENABUR Sukabumi dan rekan-rekan seperjuangan di sana yang telah memberikan ijin serta dukungan doa sampai tugas akhir ini selesai.

11. Mbak Andi, rekan perjuanganku..Berdua lebih baik dan lebih kuat..Terima kasih karena aku dapat belajar arti bekerja keras.

12. Mbal Lina, terima kasih untuk pelajaran tambahannya.

13. Yua, Ika, Arum, mbak Yuli, Sugeng, sahabat dan saudaraku yang selalu menguatkan dan mendengarkan setiap keluh kesahku. Tuhan Yesus memberkati.

14. Saudara-saudaraku di PPKW II GKJ Gondokusuman, Grandi, Virgin, mas Trombin, mas Tedi, mas Koko, mas Dani,Roni, Leni, Yoyok, Adin, Berta, Titi, Tia, Ata, Mbak Inggrid dan Om Gatot yang selalu mendoakanku, dan teman-teman lain yang belum aku sebutkan satu-persatu.

15. Teman-teman KOMMA, KOMPA, ALL I DO (Dimas, Dinto, Harel”makarena”, Dista, Ucok, Prambanan, Berta), dan KOMNA, GKJ Gondokusuman Yogyakarta. Terkhusus untuk mbak Retno, terima kasih untuk buku dan bimbingannya.

(13)

xiii

Sr.Nur, Mbak Didi, Mbak Nancy, Kak Ola, Kak Eka, dkk.

18. Adik-adik tingkat semuanya dan kakak tingkat yang tidak bisa penulis sebutkan satu-persatu..Terima kasih untuk inspirasi dan dukungannya. 19. Sedulurku, yang sering aku temui di dunia maya, setiap artikel dan tulisan

mu membuatku bepikir dan termotivasi untuk tidak cepat puas. Aku ingat, “Good is the enemy of great”. Terima kasih ….Tuhan Yesus selalu memberkati.

20. CuPlik AB 4996 WU yang mengantarku kemana pun aku pergi serta bus Rajawali dan Crewnya yang selalu mengantarkanku Yogyakarta-Sukabumi.

21. Semua pihak yang belum bisa penulis sebutkan satu-persatu, terima kasih sekali karena telah mendukung proses penulisan tugas akhir ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang berguna dari berbagai pihak. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pihak-pihak yang membutuhkan dan tertarik dengan dunia pendidikan anak usia dini.

Yogyakarta, 2 Mei 2007 Penulis

(14)

xiv

HALAMAN PENGESAHAN………... iii

HALAMAN MOTTO………iv

HALAMAN PERSEMBAHAN……… v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……… vi

ABSTRAK……….vii

ABSTRACK………... ix

KATA PENGANTAR………... xi

DAFTAR ISI………..xiv

DAFTAR TABEL………... xvi

DAFTAR LAMPIRAN………... xvii

BAB I PENDAHULUAN……… 1

A. Latar Belakang………. 1

B. Rumusan Masalah……… 9

C. Tujuan Penelitian………... 9

D. Manfaat Penelitian……… 10

E. Definisi Operasional………. 10

BAB II LANDASAN TEORI………13

A. Persepsi……….. 13

1. Pengertian Persepsi……….. 13

2. Tahap-tahap Persepsi………... 14

3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Persepsi Orang Tua……….. 15

4. Proses Persepsi……….17

B. Pendidikan Anak Usia Dini……….. 18

1. Batasan Usia dan Pengertian Pandidikan Anak Usia Dini……...18

(15)

xv

1. Tugas Perkembangan………... 27

2. Aspek-aspek Perkembangan……… 28

D. Persepsi Orang Tua terhadap Pendidikan Anak Usia Dini………... 46

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 49

A. Jenis Penelitian………...49

B. Subyek Penelitian………...49

C. Intrumen Penelitian………50

D. Uji Coba Instrumen Penelitian………52

1. Validitas Instrumen ……….. 52

2. Reliabilitas Instrumen……….. 55

E. Pengumpulan Data Penelitian……… 58

F. Teknik Analisa Data……….. 61

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN………...62

A. Hasil Penelitian……….. 62

B. Hasil Pembahasan……….. 66

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……… 79

A. Kesimpulan……… 79

B. Saran……….. 81

DAFTAR PUSTAKA……… 82

(16)

xvi

Perkembangan dalam Pendidikan Anak Usia

Dini yang Diujicobakan………...51 Tabel 2.Kisi-kisi Kuesioner Persepsi Orang Tua terhadap

Aspek-aspek dalam Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini yang Menjadi Alat Penelitian………..55 Tabel 3.Daftar Indeks Korelasi ………..58 Tabel 4.Penggolongan Berdasarkan Penilaian Acuan Patokan (PAP) Tipe I...59 Tabel 5.Penggolongan Persepsi Orang Tua Siswa Happy Bear Prescool

Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap Aspek Perkembangan dalam Pendidikan Anak Usia Dini Kelompok Usia 1-4 Tahun...63 Tabel 6.Penggolongan Kualifikasi Aspek Perkembangan Pendidikan

Anak Usia Dini Kelompok Usia 1-4 Tahun Menurut Persepsi Orang Tua

Siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007...65 Tabel 7. Penggolongan Setiap Butir berdasarkan

(17)

xvii

Ceria Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap Aspek-aspek dalam

Perkembangan PAUD Kelompok Usia 1-4 Tahun………..87

3. Kuesioner Mengenai persepsi Orang Tua Siswa/Siswi Taman Balita dan Kelompok Bermain Ceria Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap Aspek-aspek Perkembangan dalam PAUD Kelompok Usia 1-4……… 94

4. Contoh Perhitungan Secara Manual Validitas per Butir………..98

5. Hasil Validitas perButir/Item Persepsi Orang Tua terhadap PAUD Berdasarkan Pogram SPSS for Window SPSS 11,0 Production Facility... 99

6. Kuesioner Mengenai Persepsi Orang Tua Siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap Aspek-aspek dalam Perkembangan PAUD Kelompok Usia 1-4 Tahun………. .103

7. Tabulasi Hasil Uji Coba ……… ……… .107

a. Tabulasi Hasil Uji Coba per Item………..107

b. Tabulasi Hasil Uji coba per Apek……….111

c. Perhitungan Reliabilitas dengan Rumus Angka Kasar…………...115

8. Tabulasi Hasil Data Penelitian………...116

9. Tabulasi Hasil Penelitian Setiap Aspek dan Butir………..……… ..119

10. Tabel 7. dan Sebaran Setiap Butir dalam Aspek Perkembangan Tertentu………..126

(18)

A. Latar Belakang Masalah

Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) berkembang secara dinamis

(Jacob, 1988: 7) namun seringkali mendorong lahirnya persoalan-persoalan yang

tidak sedikit. Laju perkembangannya sendiri dapat berdampak positif dan negatif.

Salah satu dampak negatif IPTEK terhadap kehidupan manusia adalah tidak

sedikit manusia yang hidupnya dikuasai oleh sistem kerja dan cara kerja

mesin-mesin yang berteknologi tinggi. Lebih dari itu ironisnya manusia sebagai

“pencipta” seringkali harus berjuang untuk dapat mengikuti setiap perkembangan

hasil ciptaannya sendiri jika tidak maka eksistensi manusia dapat digantikan oleh

keberadaan mesin-mesin yang berteknologi canggih (Jacob, 1988: 4). Akibatnya

ancaman PHK dapat menjadi suatu ketakutan tersendiri bagi para pekerja yang

dinilai tidak dapat mengikuti perkembangan.

Selain itu, seringkali dalam satu produk terdapat suatu potensi yang

mendorong munculnya dampak ganda. Sebagai contohnya, para ahli kimia telah

berhasil menemukan persenyawaan baru yang dapat digunakan untuk obat

penenang/obat penghilang rasa sakit (morfin, athropin) oleh para dokter bedah.

Namun, dalam kenyataannya ternyata obat-obat ini telah disalahfungsikan

menjadi racun dan dipasarkan secara ilegal oleh sebagian orang. Salah satu

penyebab munculnya dampak ganda ini adalah adanya perbedaan motivasi serta

(19)

Sementara itu dampak lain perkembangan IPTEK adalah lahirnya proses

globalisasi yang mengakibatkan restrukturisasi dunia (Conny, 2002: 85).

Restrukturisasi ini disertai dengan banjir informasi yang tidak terbatas antar

negara. Akibatnya persaingan yang muncul pun tidak hanya terbatas pada

persaingan antar individu dalam satu daerah atau satu negara tetapi sudah

melibatkan persaingan individu antar negara. Persaingan dalam era globalisasi

memang berpengaruh di dalam kehidupan manusia pada umumnya serta dunia

pendidikan pada khususnya (Conny, 2002: 85).

Berdasarkan data yang dilaporkan The World Economic Forum, Swedia

(2000) Indonesia termasuk Negara yang memiliki daya saing yang rendah yaitu menempati urutan ke-37 dari 57 negara yang disurveinya. Data ini

mengindikasikan bahwa kualitas rata-rata manusia Indonesia masih tergolong

rendah. Rendahnya kualitas manusia Indonesia ini diduga mempengaruhi gaya

hidup, pola pikir, sistem kerja, serta cara pandang manusia Indonesia terhadap

sesuatu. Kualitas sumber daya manusia perlu ditingkatkan dengan mengadakan

suatu pembenahan. Pembenahan ini menyangkut seluruh aspek kehidupan

manusia dan pendidikan dapat menjadi salah satu solusinya. Pendidikan dapat

diartikan sebagai proses membantu seseorang untuk dapat menyadari adanya

nilai-nilai, mendalaminya, mengakuinya, memahami hakikatnya, memahami

kaitannya satu dengan yang lain dan peranan serta kegunaannya untuk hidup baik

secara individual maupun sosial (Mardiatmaja, 1986: 21). Kegiatan mendidik

sendiri dapat dikategorikan sebagai perbuatan fundamental karena setiap aktivitas

(20)

dapat mengubah dan menentukan kehidupan manusia (Driyarkara, 1991: 72).

Pendapat ini menunjukkan bahwa kegiatan mendidik mempunyai peranan yang

besar dalam peletakan dasar-dasar kehidupan manusia serta pembentukan karakter

sesuai dengan kodrat dan nilai-nilai yang dihayatinya. Melalui kegiatan mendidik

diharapkan perubahan perilaku dan pembenahan kualitas manusia Indonesia dapat

diupayakan.

“Kegiatan mendidik terjadi dengan dan dalam kehidupan bersama baik

disengaja maupun tidak disengaja, disadari maupun tidak disadari “ (Driyarkara,

1991: 32). Lingkungan keluarga adalah salah satu bentuk kehidupan bersama

pertama yang ditemui oleh anak setelah dilahirkan. Orang tua akan menjadi

pendidik yang pertama dan utama. Tujuan pendidikan di dalam keluarga adalah

meletakkan dasar-dasar kepribadian, mengembangkan tanggung jawab terhadap

diri sendiri dan terhadap orang lain, serta membangun dasar spiritualitas (Drost,

1998: 56). Orang tua mendidik anak mengenal Tuhan, cara bergaul, cara menjaga

kebersihan diri sendiri dan lingkungannya, penanaman nilai-nilai hidup, dan

memfasilitasi peralatan belajar anak di sekolah.

Orang tua adalah pendidik utama dan pertama namun bukan berarti orang

tua adalah satu-satunya pendidik. Bagaimanapun juga orang tua adalah manusia

yang memiliki keterbatasan oleh karena itu orang tua membutuhkan pertolongan

dari masyarakat untuk turut serta mendidik anak-anak mereka. Masyarakat adalah

suatu bentuk kehidupan bersama yang juga mempunyai peranan dalam mendidik

seseorang. Menanggapi kebutuhan ini maka masyarakat meminta lembaga

(21)

ketrampilan bagi anak-anak supaya pendidikan menjadi teratur dan terencana

(Drost, 1998: 56). Kerja sama antara orang tua, masyarakat, dan sekolah inilah

yang akan mempersiapkan seorang anak menjadi manusia dewasa. Mardiatmadja

(1986: 53) mengartikan manusia dewasa sebagai, orang-orang yang dapat secara

bebas memikul tanggung jawab bagi perkembangan hidupnya sendiri serta

bertanggung jawab untuk mengusahakan kesejahteraan bersama.

Seiring dengan perkembangan pendidikan di Indonesia, berkembang juga

permasalahan-permasalahan yang perlu segera dibenahi. Permasalahan tersebut

antara lain, berkaitan dengan pemerataan pendidikan, kualitas pendidikan,

pembangunan gedung-gedung sekolah dan fasilitasnya, rendahnya anggaran

APBN untuk pendidikan, rendahnya perhatian pemerintah terhadap pendidikan

anak usia dini. Permasalahan yang terakhir inilah yang akan menjadi topik utama

penelitian ini. Berdasarkan hasil perumusan Seminar dan Lokakarya Nasional

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), ditemukan data bahwa pada tahun 2001

sebanyak 19 juta anak atau 73% dari populasi anak (anak baru lahir - 6 tahun) di

Indonesia belum tersentuh oleh layanan PAUD. Kondisi ini sebagai akibat dari

masih minimnya ketersediaan sarana dan prasarana PAUD, sehingga layanan ini

belum banyak yang mencapai daerah pedesaan apalagi daerah terpencil.

Sesuai dengan tujuan serta fungsi pendidikan maka pembentukan sumber

daya manusia dewasa dan bekualitas hendaknya diupayakan sejak anak masih

berusia dini. Pendidikan akan menjadi suatu stimulus yang sangat berharga untuk

merangsang pertumbuhan dan perkembangan, terutama pada saat anak masih

(22)

besar dalam pembangunan bangsa ini. Inilah arti penting pendidikan bagi anak

usia dini bagi yang perlu disadari oleh pemerintah serta masyarakat Indonesia

secara keseluruhan.

Definisi PAUD telah banyak dirumuskan oleh para ahli salah satu ahli

merumuskan PAUD sebagai suatu bentuk upaya yang terencana dan sistematis

yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak-anak berusia 0-8 tahun (Hibana,

2005 : 4)

Pendidikan Anak Usia Dini menjadi satu bentuk pendidikan yang sangat

penting karena dalam rentang usia ini anak-anak mengalami perkembangan secara

cepat. Menurut sebuah penelitian terjadi perkembangan otak yang cepat hingga

mencapai 80% pada saat anak berusia 0-8 tahun. (Hibana, 2005: 10)

Perkembangan ini menyangkut perkembangan fisik dan psikis anak. Tidak hanya

itu anak-anak juga mulai dididik untuk menjaga kesehatan, kebersihan, dan

kedisiplinan. Sehingga dapat dikatakan bahwa usia ini adalah usia yang efektif

untuk meletakkan dasar kepribadian serta nilai-nilai hidup seseorang. Pendidikan

yang tepat pada saat anak masih berusia dini akan menstimulasi peningkatan

prestasi belajar, etos kerja, dan produktivitas anak. Stimulasi ini kelak diharapkan

akan mendukung anak untuk menjadi mandiri dan mampu mengoptimalkan

pengaktualisasian dirinya.

Konsep serta tujuan PAUD menjadi hal yang penting bagi perkembangan

setiap anak. Namun sayang pemahaman ini belum dimiliki secara mendalam oleh

seluruh lapisan masyarakat di negara ini. UNESCO sebagai lembaga PBB yang

(23)

pendidikan dan pelayanan bagi anak usia dini di Indonesia masih tergolong

rendah. Angka partipasi kelompok pendidikan pra sekolah sebesar 20%. Menteri

Pendidikan Nasional Bambang Sudibyo juga menyatakan bahwa pemahaman

masyarakat tentang PAUD masih sangat beragam sehingga muncul banyak

pertanyaan dan pendapat seputar PAUD (Kompas, 19 Juli 2005.hal.12).

Masyarakat sendiri masih mempertanyakan fungsi dan tujuan PAUD bagi

perkembangan anak-anak mereka. Banyak masyarakat yang merasa kawatir

apabila anak-anak akan menjadi bosan belajar jika mendapat pendidikan secara

formal atau non-formal sejak usia dini. Sehingga muncul pendapat bahwa

sebaiknya anak dididik setelah usia enam tahun, demikian yang disampaikan

Martini Jamaris (Educare, Juli 2005.hal.9). Sebagian masyarakat juga belum menjadikan pendidikan anak usia dini sebagai prioritas yang penting dalam

perkembangan anak.

Sementara itu di sisi yang lain, ada sebagian masyarakat sudah mengetahui

perlunya PAUD bagi anak-anak namun sayang pengetahuan ini belum diikuti

pemahaman dan tindakan yang tepat dalam mengaplikasikannya. Sebagai

buktinya tidak jarang orang tua yang membuat kegiatan tambahan yang berlebihan

atau enrichment program secara berlebihan bagi anak-anaknya . (Gunarsa, 2004: 390). Berbagai kursus mulai dari kursus membaca, menulis, menghitung, bahasa Inggris, balet, piano, modeling sudah “dipaksakan” kepada anak-anak kurang dari

3 tahun. Mereka tidak menyadari bahwa akibat dari stimulasi yang tidak tepat dan

terlalu dini inilah yang kelak dapat mengakibatkan munculnya kebosanan. Lebih

(24)

masyarakat. Sebagai pendidik utama seringkali orang tua justru merubah posisi

anak yang semula subjek pendidikan menjadi objek pendidikan. Tidak jarang

orang tua menuntut anak-anak mereka untuk menjadi orang “dewasa mini” yang

seharusnya dapat hidup mandiri, berpikir, bersikap, dan merasakan seperti yang

dilakukan orang dewasa sesunguhnya (Theo R. dan Martin H, 2004: 3). Akibatnya

orang tua menjadi memaksakan kehendaknya terhadap anak-anak mereka sendiri.

Fakta di masyarakat membuktikan bahwa persepsi masyarakat tehadap

pentingnya pelayanan PAUD masih sangat beragam. Penulis menduga

keberagaman persepsi pun dapat juga terjadi di dalam suatu lembaga pendidikan.

Peneliti telah bekerja di sebuah lembaga pendidikan non formal yaitu Happy Bear

Preschool Yogyakarta kurang lebih 1 tahun. Selama menjadi tenaga pengajar,

seringkali peneliti menemui orang tua yang di duga belum memiliki persepsi

yang tepat terhadap pendidikan anak usia dini. Alasan inilah yang mengantarkan

peneliti untuk membuktikan secara ilmiah bagaimana sesungguhnya persepsi

orang tua terhadap pendidikan anak usia dini khususnya di lembaga pendidikan

Happy Bear Preschool Yogyakarta tahun ajaran 2006/2007.

Happy Bear Preschool adalah usaha swasta perorangan yang sudah berdiri

hampir enam tahun dan termasuk dalam salah satu bentuk PAUD yaitu kelompok

bermain karena menangani anak berusia 1-4 tahun. Lembaga ini membagi

kelompok anak asuhnya menjadi tiga yaitu kelompok Baby untuk usia 1-2 tahun,

kelompok Happy untuk usia 2-3 tahun dan kelompok Teddy untuk usia anak 3-4

(25)

Lembaga pendidikan ini mengambil kurikulum yang dikeluarkan oleh

sebuah Yayasan Penelitian Pendidikan yang berpusat di Amerika. Pendekatan

yang digunakan adalah pendekatan active learning atau belajar aktif-positf. Pendekatan ini menjadi pilihan utama karena disesuaikan dengan bentuk

pembelajaran yang efektif bagi anak usia 1-4 tahun yaitu belajar dalam situasi

bermain sehingga anak menemukan pengalaman berharga dalam permainannya.

(Slamet Suyanto, 2005: 7). Orang dewasa dalam hal ini guru menstimulasi anak

berdasarkan aspek-aspek dan tugas perkembangannya. Aspek-aspek tersebut

adalah aspek fisik-motorik, aspek kognitif, aspek emosional, harga diri, aspek

bahasa dan literasi, aspek kreativitas dan daya cipta, aspek moral, dan aspek sosial

(Slamet Suyanto, 2005: 59)

Hibana (2005 : 11) berpendapat bahwa pendidikan anak usia dini dapat

menjadi cermin untuk melihat keberhasilan anak di masa mendatang. Alasannya

adalah karena di dalam periode ini untuk pertama kalinya struktur kehidupan

diletakkan dan ditanamkan. Andaikata rumah maka PAUD adalah sebagai fondasi

yang harus dibangun dengan kuat. Pembangunan ini akan mempengaruhi sikap

dan perilaku anak sepanjang hidupnya (Hibana, 2005: 32). Pemahaman ini perlu

dan sangat penting untuk dimengerti setiap orang tua, mengingat orang tua

mempunyai peran yang penting sebagai pendidik utama dan pertama. Penelitian

ini akan melibatkan seluruh orang tua siswa Happy Bear Preschool yang

berjumlah 51 orang tua siswa.

Sehubungan dengan peran penting ini maka peneliti tertarik untuk

(26)

YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2006/2007 TERHADAP ASPEK-ASPEK

PERKEMBANGAN DALAM PENDIDIKAN ANAK USIA DINI KELOMPOK

USIA 1-4 TAHUN.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimanakah persepsi orang tua siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta

Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap aspek-aspek perkembangan dalam

Pendidikan Anak Usia Dini kelompok usia 1-4 tahun?

2. Aspek perkembangan dalam Pendidikan Anak Usia Dini kelompok usia

1-4 tahun mana sajakah yang persentasenya sangat lemah?

3. Butir-butir dalam aspek perkembangan tertentu mana sajakah yang masuk

dalam kategori sangat lemah?

C. Tujuan Penelitian

1. Mengetahui persepsi orang tua siswa Happy Bear Preschool Yogyakarta

Tahun Ajaran 2006/2007 terhadap aspek-aspek perkembangan dalam

Pendidikan Anak Usia Dini kelompok usia 1-4 tahun.

2. Mengetahui aspek perkembangan dalam Pendidikan Anak Usia Dini

kelompok usia 1-4 tahun yang persentasenya paling rendah.

3. Mengetahui butir-butir dalam aspek perkembangan tertentu yang masuk

(27)

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Orang tua

Penelitian ini akan dapat digunakan sebagai bahan refleksi tentang

persepsi orang tua terhadap PAUD. Kecuali itu penelitian ini dapat

digunakan untuk menambah inspirasi bagi orang tua di dalam menerapkan

pendidikan anak usia dini.

2. Bagi Guru

Penelitian ini dapat memberikan gambaran konkrit akan persepsi orang tua

terhadap PAUD. Para guru juga dapat meningkatkan kerja sama dengan

orang tua sehingga orang tua dan guru dapat berjalan seirama dalam

mendidik anak-anak

3. Bagi peneliti lain

Penelitian ini bermanfaat bagi peneliti lain sebagai referensi jika penelitian

nya serupa atau berkaitan dengan topik ini.

E. Definisi Operasional

1. Persepsi adalah suatu proses menerima, memahami, mengorganisasikan

dan menginterpretasikan suatu stimulus yang diterima oleh individu

melalui panca indranya sehingga individu tersebut.dapat menyadari dan

memaknainya. Dalam penelitian ini persepsi dapat diartikan sebagai suatu

proses memahami aspek-aspek perkembangan dalam Pendidikan Anak

(28)

2. Pendidikan anak usia dini adalah upaya terencana dan sistematis yang

dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8 tahun dengan tujuan

agar anak mampu mengembangkan aspek aspek dalam dirinya secara

optimal (Hibana, 2005: 4). Dalam penelitian ini anak usia dini dibatasi dari

usia 1 sampai 4 tahun.

3. Orang tua adalah ayah dan ibu kandung atau wali yang menyekolahkan

anak-anaknya di Happy Bear Preschool Yogyakarta Tahun Ajaran

2006-2007.

4. Pendidikan adalah suatu bentuk bantuan yang ditujukan kepada seseorang

untuk dapat menyadari adanya nilai-nilai itu, mendalaminya,

mengakuinya, memahami hakikatnya, memhami kaitannya satu dengan

yang lain serta peranan dan kegunaannya untuk hidup baik secara

individual maupun sosial (Mardiatmaja, 1986: 21)

5. Aspek-aspek perkembangan dalam PAUD adalah hal-hal yang terdapat di

dalam diri anak yang dapat mengalami perubahan secara kualitatif. .

(Slamet Suyanto, 2005: 6)

6. Aspek perkembangan fisik-motorik adalah suatu poses tumbuh kembang

badan dan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan pusat syaraf,

urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock, 1992:150)

7. Aspek perkembangan kognitif adalah suatu proses yang menggambarkan

bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi sehingga konsep diri

anak dapat terbentuk dan anak dapat melakukan penyesuaian diri dengan

(29)

8. Aspek perkembangan emosional dan harga diri adalah suatu proses yang

berkaitan dengan timbulnya perasaan positif atau negatif di dalam diri

anak yang perkembangannya dipengaruhi oleh kematangan dan proses

belajar.

9. Aspek perkembangan bahasa dan literasi adalah suatu proses

mengembangkan kemampuan dan ketrampilan dari segala bentuk

komunikasi dimana pikiran dan perasaan manusia disimbolisasikan agar

dapat menyesuaikan diri kepada orang lain. Contoh bahasa lisan, bahasa

tulis, bahasa isyarat, bahasa tubuh. (Ayah Bunda,1992, Edisi

Khusus,No.17.hal.78).

10. Aspek perkembangan kreativitas adalah suatu proses untuk menghasilkan

sesuatu yang baru baik benda maupun gagasan yang berbeda dan

orisinil.(Hurlock,1992, Edisi Khusus,No.17.hal.2).

11. Aspek perkembangan moral adalah suatu proses mengembangkan

perilaku yang sesuai dengan tata cara, kebiasaan, dan adat istiadat

lingkungan dimana dia berada. (Ayah Bunda, 1992, Edisi

Khusus,No.17.hal.74).

12. Aspek perkembangan sosial adalah kemampuan anak untuk menyesuaikan

diri dengan lingkungan, penerimaan lingkungan serta

pengalaman-pengalaman positif lain selama melakukan aktivitas sosial (Ayah Bunda,

(30)

Dalam bab ini peneliti akan memperjelas pemahaman mengenai

aspek-aspek yang berkaitan dengan topik penelitian. Landasan teori ini meliputi :

pembahasan terhadap persepsi, pendidikan anak usia dini, karakteristik anak usia

dini, persepsi orang tua terhadap pendidikan pnak usia dini.

A. Persepsi

1. Pengertian Persepsi

Jallaludin (1986: 64) menyatakan persepsi sebagai pengalaman

tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan

menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

Dimyati (1989: 41) berpendapat bahwa persepsi adalah

menafsirkan stimulus yang telah ada di dalam otak.

Sarlito Wirawan (1992: 44) berpendapat bahwa persepsi adalah

sejumlah penginderaan disatukan dan dikoordinasikan di dalam pusat

syaraf yang lebih tinggi (otak) sehingga manusia bisa mengenali dan

menilai objek-objek.

Bimo Walgito (1994: 53) menyatakan persepsi sebagai suatu

proses yang didahului penginderaan yang kemudian diteruskan ke pusat

susunan syaraf sehinga terjadi proses psikis sehingga individu menyadari

stimulus.

Davidoff (dalam Bimo Walgito, 1994: 53) menyatakan persepsi

(31)

diinterpretasikan sehingga individu menyadari, mengerti, tentang apa yang

diindera.

Berdasarkan seluruh pendapat tersebut peneliti menyimpulkan

persepsi sebagai suatu proses menerima, memahami, mengorganisasikan

dan menginterpretasikan suatu stimulus yang diterima oleh individu

melalui panca indranya sehingga individu tersebut.dapat menyadari dan

memaknainya.

2. Tahap-tahap Persepsi

Terdapat dua tahap persepsi (David O. Sears, 1999: 18), yaitu :

a. Tahap pertama adalah pemusatan perhatian pada rangsang yang menyolok (figure) dan yang lain sebagai latar belakang (ground).

Biasanya rangsangan yang berwarna, bergerak, bersuara, unik,

dekat, merupakan figure. Sedangkan rangsangan yang lembut, tidak menarik, tidak begerak, tidak bersuara, umum, jauh merupakan

ground. Misal : Perhatian kita biasanya tertuju pada sekelompok

anak-anak kecil yang bergerak kian kemari sambil berteriak, betepuk tangan,

bernyanyi, dari pada melihat sekelompok ibu-ibu yang sedang duduk

bersama untuk menunggui anak-anaknya beraktivitas.

b. Tahap kedua adalah mengorganisasikan dan menginterpretasikan objek secara spontan.

Proses persepsi diawali adanya stimulus yang ditangkap oleh

(32)

manusia akan cenderung mengorganisasikan dan menginterpretasikan

objek secara spontan. Misal : pada saat melihat ada sekelompok

anak-anak kecil berseragam dan sedang bermain bersama dengan 2-3 orang

dewasa, kita cenderung berpikir bahwa anak tesebut pasti

anak-anak TK atau Play group yang sedang bermain bersama gurunya.

3. Faktor-faktor yang Berpengaruh terhadap Persepsi Orang Tua

Proses terjadinya persepsi tidak hanya dipengaruhi oleh

penginderaan saja namun ada beberpa faktor yang mempengaruhi

terjadinya proses persepsi. Faktor-faktor tersebut adalah perhatian yang

selektif, ciri-ciri rangsang, nilai-nilai serta kebutuhan hidup, dan

pengalaman terdahulu. (Irwanto, dkk, 1988: 76). Penjelasan mengenai

faktor-faktor tersebut adalah sebagai berikut :

a. Perhatian yang selektif.

Orang tua akan menerima berbagai macam rangsang dari

lingkungannya baik rangsang yang berkaitan dengan pendidikan

ataupun di luar pendidikan. Semua rangsang tersebut tidak harus

ditanggapi oleh orang tua, mereka akan menanggapi rangsang yang

menarik perhatiannya saja. Perhatian sendiri dapat diartikan sebagai

pemusatan atau konsentrasi dari seluruh aktivitas individu yang

ditujukan kepada sesuatu atau sekumpulan objek (Bimo Walgito, 1988:

56). Sesuai dengan tahap kedua persepsi maka tidak semua jenis

(33)

diperhatikan maka objek tersebut akan semakin disadari dan semakin

jelas ditangkap oleh individu. Dalam hal ini jika orang tua memberikan

perhatian yang besar terhadap pendidikan maka sangat wajar jika

pendidikan menjadi prioritas yang penting di dalam keluarga.

b. Ciri-ciri rangsang.

Rangsang yang menarik perhatian adalah rangsang yang

menunjukkan intensitas yang lebih kuat dan frekuensi yang lebih

sering muncul dibandingkan dengan rangsang yang lain. Contoh : lebih

panas, lebih merah, lebih keras, lebih lunak, lebih panjang, lebih

pendek, lebih cantik.

c. Nilai-nilai serta kebutuhan hidup orang tua.

Nilai adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu pantas

dikejar oleh manusia demi peningkatan kualitas manusia atau yang

berguna untuk suatu tujuan ( Mardiatmaja, 1986: 54). Nilai menunjuk

sikap orang terhadap sesuatu. Sikap sendiri terdiri dari tiga komponen

yaitu kognitif, afektif, perilaku (David O. Sears, dkk, 1999: 138)

Pengertian ini mengantarkan kita untuk berpikir bahwa nilai-nilai

hidup yang dimiliki oleh orang tua dapat mempengaruhi persepsinya

terhadap sesuatu. Contohnya, orang tua yang meletakkan nilai-nilai

keagamaan di dalam kerangka nilai hidupnya cenderung akan

mengenalkan dan mengajarkan nilai-nilai keagamaan kepada

anak-anaknya sejak anak masih dalam kandungan.

(34)

Persepsi orang tua terhadap suatu objek atau peristiwa dapat

dipengaruhi oleh pengalaman hidupnya. Bila pengalaman ini sering

muncul dan diulang-ulang maka cara merespon pengalaman ini akan

berubah menjadi suatu kebiasaan. Pengalaman-pengalaman hidup juga

mempengaruhi orang tua mempersepsi suatu isyarat, lambang, atau

suatu kondisi tertentu, sehingga muncul suatu pendapat bahwa persepsi

pada umumnya merupakan proses informasi yang dipengaruhi

pengalaman-pengalaman masa lampau (Dimyati, 1989: 49). Contohnya

: ada orang tua yang berpendapat bahwa ketrampilan membaca,

menulis, dan menghitung harus di ajarkan kepada anak sejak kecil.

Orang tua tersebut kemudian menyekolahkan anaknya ke play group atau kelompok bermain tertentu. Tapi akhirnya mereka kecewa karena

melihat aktivitas anak-anak mereka hanya bermain dan tidak diajari

menulis, membaca, dan menghitung. Akibatnya mereka tidak

menyekolahkan anaknya lagi karena muncul persepsi bahwa play

group atau kelompok bermain bukanlah suatu tempat pendidikan yang baik karena tidak mengajarkan anaknya membaca, menulis, dan

menghitung.

4. Proses Persepsi

Bimo Walgito (1994: 54) menuliskan proses terjadinya persepsi

sebagai berikut :

objek menimbulkan stimulus. Stimulus mengenai alat indra atau

(35)

sensoris ke otak. Kemudian otak memproses stimulus tersebut sehingga

individu dapat menyadari dan memaknai apa yang ia terima sebagai suatu

akibat dari stimulus yang diterimanya (objek persepsi)

Proses ini akan lebih jelas terlihat melalui bagan di bawah ini :

Bagan proses persepsi

B. Pendidikan Anak Usia Dini

1. Batasan Usia dan Pengertian Pendidikan Anak Usia Dini

Berdasarkan hasil perumusan Seminar dan Lokakarya Nasional

Pendidikan Anak Dini Usia (PADU) yang diselenggarkan pada tanggal

10-12 September 2003 maka istilah Pendidikan Anak Dini Usia diubah

menjadi Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Perubahan ini terjadi karena

istilah PAUD secara semantik kebahasaan dipandang jauh lebih tepat

dibandingkan PADU.

Beberapa para ahli PAUD memiliki pandangan yang berbeda

tentang batasan usia PAUD. Satu pihak memberikan batas usia 0-6 tahun

sedangkan pihak yang lain 0-8 tahun. Sementara itu banyak di

negara-negara maju memberikan batasan usia PAUD dari 0-8 tahun (Slamet

Obyek/

peristiwa

Stimulu

s

Reseptor

Syaraf

sensoris

Otak

(36)

Suyanto, 2005: 8). N.U. Adiningsih (Pikiran Rakyat, 15 April 2003.hal.5)

menuliskan, Keith Osborn, ahli perkembangan anak dari Universitas

Georgia Amerika Serikat berpendapat bahwa perkembangan intelektual

anak yang sangat pesat (peka belajar) justru terjadi pada kurun usia nol

sampai usia enam tahun (masa usia dini). Mengapa bisa demikian? Karena

sesungguhnya sejak lahir, anak telah dibekali dengan "materi" otak yang

siap belajar. N.U.Adiningsih juga menuliskan bahwa Benyamin S. Bloom

(Pikiran Rakyat,15 Apil 2003.hal.5) menyatakan bahwa 50% dari potensi intelegensi anak sudah terbentuk di usia 4 tahun, kemudian akan mencapai

80% ketika ia berusia 8 tahun. Demikian juga dengan Martini Jamaris

yang berpendapat bahwa secara teori akademik batasan usia PAUD adalah

0-8 tahun (Educare, Juli 2005.hal.9)

Pemerintah Indonesia sendiri memutuskan batasan usia PAUD 0-6

tahun, hal ini sesuai dalam penjelasan Undang-Undang No.20 Tahun 2003

pasal 28 ayat 1 tentang Pendidikan Anak Usia Dini. Kecuali itu, secara

kelembagaan dan undang-undang anak yang berusia 7-12 tahun sudah

masuk dalam pendidikan dasar. Berdasarkan hal ini maka PAUD dan

pendidikan dasar ditangani oleh dua lembaga yang berbeda. Berdasarkan

keputusan Menteri Pendidikan Nasional No. 015/2001 tanggal 19 April

2001 Pendidikan Anak Usia Dini dikelola oleh Direktorat Pendidikan

Anak Usia Dini dibawah Direktorat Jenderal Pendidikan Luar Sekolah dan

Pemuda sedangkan pendidikan dasar (SD) termasuk dibawah Direktorat

(37)

usia PAUD 0-8 tahun karena secara teori akademis telah membuktikan

bahwa perkembangan potensi serta petumbuhan otak tejadi sangat pesat

pada saat anak berusia 0-8 tahun sehingga sangat sayang sekali jika fase

ini terlewat begitu saja.

Perbedaan pandangan akan konsep PAUD masih sangat beragam,

demikian juga dengan pengertian PAUD. Beberapa ahli merumuskan

pengertian yang berbeda mengenai PAUD yaitu :

a. Marjory Ebbeck seorang pakar PAUD dari Australia menyatakan

bahwa pendidikan anak usia dini adalah pelayanan kepada anak mulai

lahir sampai umur delapan tahun ( Hibana, 2005: 3)

b. Undang-undang Republik Indonesia No.20 tahun 2003 tentang

Sisdiknas menyatakan bahwa PAUD adalah suatu upaya pembinaan

yang ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia 6 tahun

yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk

membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar

anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut.

c. Menurut Hibana (2005: 4) PAUD adalah upaya yang terencana dan

sistematis yang dilakukan oleh pendidik atau pengasuh anak usia 0-8

tahun yang diawali dari pendidikan keluarga dilanjutkan dengan play

group, taman kanak-kanak dan SD kelas awal yang bertujuan agar

anak mampu mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal

d. Slamet Suyanto (2005: 1) berpendapat bahwa Pendidikan Anak Usia

(38)

Sebuah pendidikan yang perlu dikhususkan karena anak usia ini

memiliki karakteristik yang berbeda.

Berdasarkan pendapat para ahli ini maka penulis berpendapat

bahwa PAUD adalah suatu bentuk pendidikan bagi anak-anak usia 0-8

tahun yang diselenggarakan baik secara formal, non-ormal maupun

informal yang bertujuan untuk mengoptimalkan pengembangan potensi

anak sebagai dasar pembentukan manusia dewasa yang utuh.

2. Tujuan Pendidikan Anak Usia Dini

Pendidikan Anak Usia Dini telah banyak diselenggarakan oleh

masyarakat secara swadaya. Berbagai Lembaga Sosial Masyarakat (LSM)

juga sudah melibatkan diri untuk memberikan pelayanan bagi anak-anak

usia dini. Berdasarkan hasil perumusan Seminar dan Lokakarya Nasional

PADU (2003 : 25) sampai tahun 2001 anak-anak usia 0-6 tahun yang

belum terlayani PAUD diperkirakan 19 juta anak (73% dari keseluruhan

populasi anak). Kondisi ini sungguh memprihatinkan jika kita mengingat

arti pentingnya pendidikan bagi anak usia dini. Neni Utami Adiningsih

(Pikiran Rakyat, 15 April 2003.hal.6) mengungkapkan bahwa “secara

biologis Cortex (lapisan tebal kelabu yang membentuk permukaan luar

otak) anak terdiri dari 100 miliar neuron dan sekitar satu triliun sel glia

yang berfungsi sebagai sambungan.” Neuron dan sel glia ini akan terus

berkembang dan menghasilkan letupan-letupan listrik jika mendapatkan

rangsangan yang tepat secara terus-menerus. Slamet Suyanto (2005: 41)

(39)

sel glia maka semakin cerdas otaknya.” bila sel-sel saraf ini tidak

mendapatkan rangsangan maka neuron dan sel glia akan rusak dengan

sendirinya. Di sinilah letak pentingnya stimulus rangsangan sensorik baik

yang berasal dari mata, telinga, hidung, mulut maupun perabaan.

Setiap anak unik karena setiap anak diberikan potensi yang berbeda

antara satu dengan yang lain. Akibatnya tingkat kecerdasan, bakat, serta

minat terhadap banyak hal akan berbeda antara anak yang satu dengan

yang lain.

Salah satu hasil dari Seminar dan Lokakarya Nasional PADU

adalah perumusan tujuan PAUD (2003: 5). Tujuan tersebut adalah

memfasilitasi pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikis anak usia

dini agar ia dapat bertumbuh dan berkembang secara sehat dan optimal

sesuai dengan nilai, norma, dan harapan masyarakat. Berdasarkan hal ini

maka peranan dan tujuan PAUD menjadi penting karena akan membantu

guru dan orang tua untuk membimbing dan mengoptimalkan aktualisasi

setiap anak sesuai dengan kebutuhan individual anak (Slamet Suyanto,

2005: 5). Seminar dan Lokakarya Nasional PAUD (2003: 5) menuliskan

fungsi penyelenggaraan program Pendidikan Anak Usia Dini, sebagai

berikut :

a. Fungsi pengembangan segenap potensi anak.

b. Fungsi penanaman nilai-nilai dan norma-norma kehidupan.

c. Fungsi pembentukan dan pembiasaan perilaku-perilaku yang diharapkan.

d. Fungsi pengembangan pengetahuan dan ketrampilan dasar. e. Fungsi pengembangan motivasi dan sikap belajar yang positif.

(40)

Pelayanan PAUD tidak berjalan begitu saja namun ada

prinsip-prinsip yang harus diperhatikan dalam menjalankan serta

mengembangkannya. Pinsip-prinsip yang berhasil dirumuskan dalam

Seminar dan Lokarya Nasional Pendidikan Anak Usia Dini (2003: 6)

tersebut adalah :

a. Holistik dan terpadu : PAUD dilaksanakan dengan terarah ke

pengembangan segenap aspek pertumbuhan dan perkembangan fisik

dan psikis anak serta dilaksanakan secara terintegrasi dalam suatu

kesatuan program utuh dan proporsional. Pelaksanaan PAUD

hendaknya terpadu antara peran pendidikan keluarga, sekolah, dan

masyarakat.

b. Berbasis keilmuan : prinsip ini mengandung arti bahwa praktek PAUD

yang tepat perlu dikembangkan berdasarkan temuan-temuan mutakhir

dalam bidang keilmuan yang relevan. Para ahli PAUD diharapkan

dapat mensosialisasikan temuan-temuan ilmiah di bidang PAUD.

Tujuannya supaya temuan ilmiah tersebut dapat membantu

pelaksanaan PAUD baik oleh tenaga profesional di lembaga-lembaga

Pendidikan Anak Usia Dini maupun oleh tenaga non-profesional di

masyarakat dan keluarga.

c. Berorientasi pada perkembangan anak : PAUD dilaksanakan sesuai

dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak sehingga proses

(41)

perbedaan individual anak, serta melalui aktivitas langsung dalam

suasana bermain.

d. Berorientasi pada masyarakat : Anak adalah bagian dari masyarakat

dan sekaligus sebagai generasi penerus dari masyarakat yang

bersangkutan. Pengembangan PAUD hendaknya memperhatikan

nilai-nilai sosio-kultural yang berkembang pada masyarakat yang

bersangkutan.

4. Bentuk-bentuk Program Pendidikan Anak Usia Dini

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 telah menyebutkan tentang

posisi dan kedudukan PAUD. Dalam Pasal 28 Ayat 2 dinyatakan bahwa

PAUD dapat diselenggrakan melalui jalur pendidikan formal, non formal,

dan informal. Pasal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa

keluarga, masyarakat, dan negara mempunyai tanggung jawab yang sama

dalam memberikan pendidikan bagi anak-anak usia dini.

Program pendidikan anak usia dini juga memiliki beberapa bentuk

organisasi yang setiap bentuknya memiliki kekhasan sendiri-sendiri.

Hibana (2005: 56 ) menguraikan bentuk-bentuk program PAUD sebagai

berikut :

a. Pendidikan Keluarga (0-2 tahun)

Pada tahap ini pendidikan anak umumnya masih di dalam

lingkungan keluarga. Pendidikan keluarga merupakan pendidikan

utama dan pertama karena pada tahap inilah fondasi struktur

(42)

peranan yang penting dalam memberikan nilai-nilai pendidikan kepada

anak dalam keluarga.

b. Taman Pengasuhan Anak (2-3 tahun)

Taman Pengasuhan Anak adalah lembaga kesejahteraan sosial

yang memberikan pelayanan pengganti berupa asuhan, perawatan dan

pendidikan bagi anak balita selama anak tersebut ditinggal bekerja oleh

orang tuanya. Tujuan TPS ini membantu orang tua supaya dapat lebih

berkosentrasi dan lebih optimal pada saat bekerja. Selain itu,

anak-anak yang ditinggal bekerja akan tetap terjaga pertumbuhan dan

perkembangan fisik, psikis, dan sosial. TPA sekarang ini dibedakan

menjadi lima macam yaitu TPA perkantoran, TPA pasar, TPA

lingkungan, TPA perkebunan dan TPA keluarga.

c. Kelompok Bermain (1-4 tahun)

Kelompok bermain merupakan tampat bermain dan belajar bagi

anak sebelum memasuki Taman Kanak-kanak.

d. Taman Kanak-kanak (4-6 tahun)

Taman Kanak-kanak merupakan jenjang pendidikan setelah play

group sebelum anak masuk Sekolah Dasar. Walaupun TK bukan jenjang pendidikan wajib diikuti namun memberikan banyak manfaat

bagi persiapan anak untuk masuk Sekolah Dasar.

e. SD (Sekolah Dasar)

Sekolah Dasar adalah jenjang pendidikan formal setelah Taman

(43)

tahun. Jenjang kelas yang masuk dalam katergori usia dini adalah kelas

I sampai dengan kelas II.

Kelompok Bermain dan Taman Kanak-kanak merupakan

pendidikan pra sekolah yang diberikan kepada anak sebelum memasuki

jenjang pendidikan dasar. Keduanya memiliki persamaan dan perbedaan.

Persamaan dari keduannya adalah:

a. Bertujuan untuk mengembangkan semua aspek di dalam diri anak

(aspek fisik-motorik, aspek kognitif, aspek emosional, harga diri, dan

aktualisasi diri, aspek bahasa serta literasi, aspek kreativitas serta daya

cipta, aspek moral, dan aspek sosial).

b. Isi program merupakan penjabaran dari tujuan pendidikan

masing-masing.

Sedangkan perbedaannya adalah :

a. Frekuensi kehadiaran di Taman Kanak-kanak masuk setiap hari,

sedangkan di Kelompok Bermain hanya tiga hari.

b. Taman Kanak-kanak memiliki kurikulum yang baku, sedangkan

kurikulum Kelompok Bermain tidak baku dan penerapannya jauh

lebih fleksibel.

c. Dari segi usia Kelompok Bermain menampung usia 1-4 tahun

sedangkan Taman Kanak-kanak menampung anak usia 4-6 tahun.

(44)

Setiap anak dilahirkan secara unik sehingga masing-masing

mempunyai kekhasan yang berbeda-beda. Seorang pendidik perlu

mempertimbangkan keunikan setiap anak secara serius. Pemahaman ini

akan menjadi dasar bagi pendidik untuk mendidik, mengajar, dan

membimbing setiap anak. Keunikan setiap anak perlu dipahami supaya

setiap anak dapat berkembang berdasarkan tugas perkembangan dan

kematangannya. Anak yang berkembang sesuai dengan tugas

perkembangannya akan tumbuh menjadi seorang anak yang memiliki rasa

percaya diri dan konsep diri yang positif. Tugas perkembangan adalah

suatu harapan yang muncul pada suatu periode tertentu dari kehidupan

individu yang jika terpenuhi akan menimbulkan rasa bahagia dan

membantu individu untuk mencapai tugas perkembangan selanjutnya

(Havighurst dalam Hurlock, 1995: 40). Tugas perkembangan berisi

harapan sosial dari masyarakat terhadap individu. Fungsi tugas

perkembangan ini adalah menjadi gambaran bagi orang tua dan guru

dalam mendidik anak, mempersiapkan anak menghadapi harapan di masa

mendatang, dan memotivasi anak untuk berkembang. Slamet Suayanto

(2005 : 46-48) menuliskan beberapa tugas perkembangan untuk anak usia

1-4 tahun. Perincian lebih lanjut mengenai tugas perkembangan dapat

dilihat dalam lampiran 1 halaman 85.

(45)

Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu pogram yang dilakukan

secara terencana dan sistematis. Pengertian ini menandakan bahwa pogram

ini membutuhkan acuan untuk menjalankannya. Acuan tesebut adalah

tugas perkembangan serta aspek-aspek perkembangan anak usia dini.

Slamet Suyanto (2005: 49) menuliskan bahwa aspek-aspek psikologis

yang dapat dikembangkan melalui PAUD adalah perkembangan

fisik-motorik, perkembangan kognitif, perkembangan moral, dan disiplin,;

perkembangan emosional dan harga diri, perkembangan kreativitas dan

daya cipta. Penjelasan setiap aspek akan diijabarkan berikut ini.

a. Perkembangan Fisik-Motorik

Aspek perkembangan fisik-motorik adalah suatu poses tumbuh

kembang badan dan pengendalian gerakan jasmaniah melalui kegiatan

pusat syaraf, urat syaraf, dan otot yang terkoordinasi (Hurlock,

1992:150)

Perkembangan fisik-motorik meliputi perkembangan badan

yaitu motorik kasar dan motorik halus. Motorik kasar berfungsi untuk

melakukan gerakan dasar yang terkoordinasi oleh otak seperti berlari,

melompat, menendang, melempar, memukul, mendorong, dan

menarik. Sedangkan motorik halus berfungsi untuk melakukan gerakan

seperti menulis, melipat, merangkai, mengancingkan baju, mengikat

tali sepatu, menggunting, menggambar dan mewarnai. Kegiatan

motorik halus yang berhubungan dengan tangan tampak saat anak

(46)

Perkembangan anak pada umumnya memiliki pola yang sama

dan dapat diramalkan namun kecepatan serta caranyalah yang bebeda

bagi setiap anak (Hibana, 2005: 41). Perbedaan kecepatan serta cara

berkembang setiap anak dipengaruhi oleh kematangan fisik dan psikis

anak. Gessell dan Ames serta Illingsworth (dalam Slamet Suyanto,

2005: 50) menuliskan beberapa pola perkembangan fisik anak :

1) Continuity (bersifat kontinu),dimulai dari gerakan yang sederhana menuju ke arah yang lebih kompleks sejalan dengan bertambahnya usia anak

2) Uniform sequence(memiliki pola tahapan yang sama), semua anak memiliki pola tahapan yang sama meskipun kecepatan tiap anak untuk tahapan tersebut bebeda.

3) Maturity (kematangan), dipengaruhi oleh perkembangan sel saraf. Sel saraf telah terbentuk saat anak lahir, tetapi proses mielinasinya masih terus berlangsung sampai bebeberapa tahun kemudian. Anak tidak dapat melakukan suatu gerak motorik tertentu yang terkoordinasi sebelum proses mielinasi tercapai.

4) Umum ke khusus yaitu dimulai dari gerak yang besifat umum ke gerak yang bersifat khusus. Gerakan secara menyeluruh dari badan terjadi lebih dahulu sebelum gerakan bagian-bagiannya. Hal ini disebabkan karena otot-otot besar berkembang lebih dulu dibandingkan otot-otot halus.

5) Dimulai dari gerak refleks bawaan ke arah gerak yang terkoordinasi. Anak lahir ke dunia telah memiliki refleks, seperti menangis bila lapar, haus, sakit, atau merasa tidak enak. Refleks tersebut aka berubah menjadi gerak terkoordinasi dan bertujuan. Misalnya orang dewasa tidak lagi menangis karena lapar.

6) Bersifat chepalo-caudal direction, artinya bagian yang mendekati kepala berkembang lebih dahulu dibanding bagian yang mendekati ekor. Otot pada leher berkembang lebih dahulu daripada otot kaki. 7) Bersifat proximo-distal, artinya bahwa bagian yang mendekati

sumbu tubuh (tulang belakang) berkembang lebih dahulu dari yang lebih jauh. Otot dan saraf lengan berkembang lebih dahulu dari pada otot jari. Oleh kerena itu, anak TK menagkap bola dengan lengan, dan bukan dengan jari.

(47)

Perilaku anak yang mencerminkan pekembangan fisik-motoriknya

(Slamet Suyanto, 2005: 192-194) tampak dalam gejala berikut ini :

a) Motorik kasar antara lain meliputi :

(1) memanjat tali, tangga,dan panjatan.

(2) berlari.

(3) Melompat.

(4) menendang, melempar, menangkap bola.

(5) bermain lompat tali.

(6) berjalan pada titian keseimbangan.

b) Motorik halus antara lain meliputi :

(1) menarik resluiting (zip).

(2) mengancing baju.

(3) menggunting pola.

(4) mengikat tali sepatu.

(5) mewarnai pola.

(6) makan dengan sendok.

(7) menyisir rambut.

(8) menggambar.

c) Organ sensoris antara lain meliputi :

(1) mendengarkan perintah guru dari jauh.

(2) melihat tulisan atau bagan di papan tulis dari jauh.

(3) mengenali berbagai benda dalam kotak tanpa melihat.

(48)

(5) mampu mengenali berbagai macam bau.

(6) menyebutkan berbagai warna benda.

(7) menyebutkan ciri-ciri objek dari observasi.

b. Aspek Perkembangan Kognitif

Aspek perkembangan kognitif adalah suatu proses yang

menggambarkan bagaimana pikiran anak berkembang dan berfungsi

sehingga konsep diri anak dapat terbentuk dan anak dapat melakukan

penyesuaian diri dengan lingkungannya. (Ayah Bunda, 1992,Edisi Khusus,No.17.hh.61).

Jean Piaget berpendapat bahwa perkembangan kognitif dapat

menggambarkan bagaimana proses berfikir anak dapat berkembang

dan berfungsi dengan baik (dalam Slamet Suyanto, 2005: 53).

Perkembangan ini cenderung berkembang secara bertahap dan

memiliki pola perkembangan yang sama. Jean Piaget (dalam Slamet

Suyanto, 2005: 53-54) menuliskan beberapa tahap perkembangan

berpikir yaitu sensorimotor, preoperasional, konkret operasional,

formal operasional. Keempat tahap perkembangan tersebut berlaku

serentak di semua sub-aspek perkembangan kognitifnya yaitu dalam

pengetahuan figuratif, pengetahuan prosedural/operatif, pengetahuan

tamporal dan spasial, pengetahuan dan reproduksi memori. Sebagai

contoh, anak yang masih bepikir konkret operasional (7-11thn), pada

(49)

berpikir secara konkret operasional Cara berpikir ini juga akan

diterapkan oleh anak pada saat dia sedang mempelajari bahasa dan

sains. Setiap anak melalui tahap yang sama namun waktu yang

dibutuhkan bagi setiap anak untuk menyelesaikan tugas perkembangan

dalam tahapan itu berbeda. Penjelasan mengenai tahap-tahap

perkembangan berpikir yang dikemukakan oleh Piaget (Slamet

Suyanto, 2005: 53-54) tersebut adalah :

1) Sensorimotor (0-2 tahun).

Pada tahap ini anak lebih banyak menggunakan gerak refleks dan

indranya untuk berinteraksi dengan lingkungannya. Hasil

pengalaman berinteraksi dengan lingkungan ini sangat berguna

untuk pengalaman berpikir lebih lanjut.

2) Preoperasional (2-7 tahun).

Pada tahap ini anak mulai menunjukkan proses berpikir yang labih

jelas. Ia mulai mengenali beberapa simbol dan tanda termasuk

bahasa dan gambar. Anak menunjukkan kemampuannya

melakukan permainan simbolis atau pretend play. Misalnya, anak

menggerakkan balok seakan-akan balok tersebut adalah mobil. Ciri

khas tahap ini adalah kurangnya kemampuan mengadakan

konservasi, cara berpikir masih memusat sehingga perhatiannya

hanya terpusat pada satu dimensi saja (mengabaikan dimensi yang

lain). Selain itu cara berpikir preopersional juga belum dapat

(50)

egosentris karena belum dapat memahami cara berpikir orang lain.

Dalam tahap ini kemampuan berbahasanya juga mengalami

perkembangan meskipun anak belum mengerti dengan sungguh

apa yang dibicarakannya. Kemampuan berbahasa ini nantinya akan

menjadi sebuah bentuk ekspresi dari pikirannya.

3) Konkret operasional (7-11tahun).

Pada tahap ini anak sudah dapat memecahkan persoalan-persoalan

sederhana yang bersifat konkret. Ia telah dapat berpikir reversible (berkebalikan) atau dengan kata lain anak dapat berpikir balik (dua

arah). Misal anak memahami bahwa 2+3=5, maka ia akan tahu

kalau 5-2=3 atau 5-3=2. Pada tahap ini, anak sudah mampu

mengklasifikasikan dan mengurutkan suatu objek misal :

mengurutkan kotak berdasarkan ukurannya, mengelompokkan

leggo berdasarkan warna tertentu. Kemampuan ini memerlukan ketrampilan berpikir tertentu. Pertama, anak harus dapat mengenali

ciri-ciri objek. Kedua, anak harus dapat mengenali persamaan dan

perbedaan objek. Ketiga, anak harus dapat memilih salah satu

atribut sebagai dasar klasifikasi, misalnya shape (bentuk). Guru atau orang dewasa lainnya dapat menstimulasi ketrampilan ini

dengan menggunakan objek dan pengalaman langsung dalam

kegiatan pembelajaran.

4) Formal Operasional (11 Tahun-ke atas)

(51)

depan matanya. Anak ini sudah dapat menjumlahkan dan mengurangi angka dalam kepalanya dengan menggunakan operasional logisnya.”

Pada tahap ini anak dapat melakukan hal-hal berikut :

a) Berpikir secara hipotesis dan deduktif.

Anak sudah dapat membuat kesimpulan secara logis dari

premis-premis yang ada. Misal, salah satu ciri-ciri hewan

mamalia adalah menyusui anaknya. Suatu saat anak tersebut

melihat seekor sapi menyusui anaknya maka dia dapat

membuat kesimpulan bahwa sapi termasuk hewan mamalia.

b) Berpikir secara abstrak.

Anak dapat berpikir secara abstrak dan reflektif. Kemampuan

ini dapat terlihat pada saat anak menghadapi masalah. Anak

dapat menemukan pemecahannya dengan cara mengkaitkan

berbagai macam pengetahuan yang dimilikinya. Kemampuan

ini dapat dilakukan di dalam pikiran.

c) Mampu membuat analogi.

Anak mampu memahami analogi. Anak akan mencoba

menghubungkan analogi dengan kenyataan yang

sesungguhnya. Dalam tahap ini guru-guru dapat menggunakan

analogi, simbol, gambar untuk menerangkan suatu pokok

pelajaran.

d) Mampu mengevaluasi cara berpikir.

(52)

Hal itu dilakukan dengan mencari segi-segi positif dan negatifnya. Dengan cara demikian anak dapat memperbaiki cara berpikirnya.”

Perkembangan semua tahap berpikir tersebut berkembang serentak

dalam sub-aspek perkembangan kognitif anak. Perilaku anak yang

mencerminkan perkembangan sub-aspek kognitif (Slamet Suyanto,

2005: 194-195) tampak dalam gejala berikut ini :

1) Informasi/pengetahuan figuratif anatara lain meliputi : a) mengenal nama-nama warna.

b) mengenal nama berbagai benda yang ada di rumah. c) mengenal nama bagian-bagian tubuh.

d) mengenal nama anggota keluarga, teman, dan guru. 2) Pengetahuan prosedural/operatif antara lain meliputi :

a) menghitung, menata, mengurutkan, dan mengklasifikasikan. b) mengenali masalah, mencari alternatif pemecahan, dan,

memecahkan masalah sederhana.

c) mampu ke toilet, memakai baju, dan makan sendiri. d) menceritakan bagaimana cara pergi dan pulang sekolah.

e) mampu membandingkan dua objek atau lebih (compare and contrast).

3) Pengetahuan temporal dan spasial atara lain meliputi : a) mengatahui waktu (siang, malam, kemarin, besok).

b) mengenal lokasi (di bawah, di atas, di samping, kanan, kiri, tinggi, rendah).

c) mengenal kecepatan (cepat, lambat).

4) Pengetahuan dan pengingatan memori antara lain meliputi : a) mengingat alphabet (huruf).

b) mengingat nama-nama teman. c) mengingat nama hari dan tanggal.

c. Aspek Perkembangan Emosional dan Harga Diri

Aspek perkembangan emosional dan harga diri adalah suatu proses

yang berkaitan dengan timbulnya perasaan positif atau negatif di dalam

diri anak yang perkembangannya dipengaruhi oleh kematangan dan

(53)

Emosi adalah letupan perasaan yang muncul dari dalam diri seseoang

baik bersifat positif maupun negatif (Hibana, 2005: 109).

Perkembangan emosi anak berdampak pada penyesuaian pribadi dan

sosial anak. Salah satu penyebabnya adalah karena emosi merupakan

sumber penilaian diri dan sosial. Orang dewasa cenderung menilai

anak dari cara anak mengekspresikan emosinya dan emosi apa saja

yang dominan. Perlakuan orang dewasa yang didasarkan atas penilaian

tesebut merupakan dasar bagi anak untuk melakukan penilaian diri.

Kondisi yang mempengaruhi perkembangan emosi adalah

peran kematangan secara biologis maupun non biologis serta faktor

belajar anak (Hurlock, 1995: 213). Faktor belajar memiliki peran yang

penting karena faktor ini dapat dikendalikan. Peran kematangan secara

biologis dapat terlihat dari perkembangan kelenjar endokrin. Kelenjar

ini mempunyai peranan penting untuk mematangkan perilaku

emosional. Kecuali itu perkembangan intelektual yang matang akan

menghasilkan kemampuan untuk memahami makna yang sebelumnya

tidak dimengerti, memutuskan ketegangan emosi pada satu objek,

kemampuan mengingat , dan menduga. Semua kemampuan ini akan

mempengaruhi anak-anak untuk lebih responsif terhadap rangsangan

yang semula tidak mempengaruhi kondisi emosionalnya di usia yang

lebih muda. Kecuali peran kematangan, faktor belajar juga

mempengaruhi perkembangan emosi anak. Faktor ini diaplikasikan

(54)

dan ralat (trial and error), belajar dengan meniru, belajar dengan mengidentifikasikan diri (learning by identification), belajar melalui

pelatihan (Hurlock, 1995: 214).

Perkembangan emosi anak tidak terlepas dari peran

lingkungan karena lingkungan di luar keluarga dapat menjadi suatu

media juga untuk menerapkan setiap metode belajar tersebut. Erikson

mengartikan psikososial sebagai tahap-tahap kehidupan seseorang dari

lahir sampai mati yang dibentuk oleh pengaruh-pengaruh sosial yang

berinteraksi dengan lingkungan sehingga menjadi matang secara fisik

dan psikologis (dalam Supratiknya, 1993: 138). Saat anak menjalani

perkembangan psikososial, anak akan menjumpai berbagai macam

karakter orang, menjumpai berbagai macam permasalahan dan

pemecahannya. Proses inilah yang dapat menstimulasi perkembangan

emosional anak.

Bekaitan dengan perkembangan emosional, Erikson (dalam

Slamet Suyanto, 2005 : 71) membagi tahap perkembangan psikososial

sebagai beikut :

1) tahap basic trust vs mistrust(0-1 tahun)

Anak mendapat ransangan dari lingkungan. Bila dalam merespons rangsangan, anak mendapat pengalaman yang menyenangkan, maka akan tumbuh rasa percaya diri. Sebaliknya, bila mendapat pengalaman tidak menyenangkan akan menimbulkan rasa curiga dan tidak percaya kepada orang lain.

2) tahap autonomy vs shame and doubt(2-3 tahun)

(55)

banyak mendikte maka akan menumbuhkan rasa malu dan ragu-ragu pada anak-anak.

3) tahap initiative vs guilt(4-5 tahun)

Pada masa ini anak harus dapat menunjukkan sikap inisiatif, yaitu mulai lepas dari ikatan orang tua, bergerak bebas, dan beinteraksi dengan lingkungannya. Kondisi lepas dari orang tua menimbulkan keinginan untuk berinisiatif. Keadaan sebaliknya menimbulkan rasa bersalah.

4) tahap industry vs inferiority(6 tahun-pubertas)

Anak harus dapat melaksanakan tugas-tugas perkembangan untuk menyiapkan diri memasuki

Gambar

Tabel 1.
Tabel 2
Tabel 3.
Tabel 4.
+4

Referensi

Dokumen terkait

Demi Iancarnya kegiaian mohon hadir tepat wakiu clan tidak diwakilkan, Demikian ams perhatian dan kcrjasarnanya disarnpaikan terima kasih.. : Evaluasi UA.MJJ:-.l

The writer uses the Multiple-Choice because it recovers the micro skills: understanding given information stated in the passage, to recognize the communicative

Dari manfaat tersebut, maka pada penelitian ini digunakan daun rumput mutiara untuk mengobati penyakit kanker yang disebabkan oleh sel HeLa dan T47D.. Pada penelitian ini

polen dan inti sel telur harus sehat dan subur, polen juga harus mempunyai daya tumbuh atau kecepatan tumbuh tabung polen yang tinggi (Darjanto dan Satifah, 1990). Faktor luar

PENERAPAN KETERAMPILAN BERPIKIR KESEJARAHAN UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH SISWA.. PADA PEMBELAJARAN

Desa Bagan Deli merupakan wilayah dengan kepadatan penduduk yang tinggi sehingga telah terjadi penyimpangan pemanfaatan ruang berupa deforestasi hutan mangrove di

Indeks keanekaragaman pada tiap stasiun menunjukkan nilai 1,49 pada stasiun 1, 1,29 pada stasiun 2 dan 1,12 pada stasiun 3 dimana nilai dari ketiga stasiun menunjukkan kisaran

Suhu vulkanisasi dan bahan pengisi pati singkong modifikasi berpengaruh terhadap sifat mekanik vulkanisat seal radiator , meliputi kekerasan, tegangan putus,