• Tidak ada hasil yang ditemukan

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA) KABUPATEN SAMPANG. Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN STUDI ENVIRONMENTAL

HEALTH RISK ASSESSMENT (EHRA)

KABUPATEN SAMPANG

Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Sampang

(2)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 1

KATA PENGANTAR

Berdasarkan Undang‐Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28 H ayat (1) menyebutkan bahwa setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal, dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan. Oleh sebab itu, rumah yang layak huni merupakan dasar dan salah satu komponen penting dalam menentukan tingkat kesejahteraan.

Di Indonesia kota juga menjadi basis perkembangan dan kelangsungan potensi dan kegiatan sosial dan ekonomi wilayah sekitarnya, sehingga kota/kabupaten sedang dan kecil, ternasuk Kota Madiun, perlu dikembangkan menjadi pendukung dan penjamin perkembangan sosial dan ekonomi yang berlangsung di sekitarnya. Agar aspek ekonomi, sosial dan lingkungan terus berkembang semakin baik, diperlukan ada jaminan berkelanjutan ketersediaan sumberdaya yang diperlukan dan ketenaga-ahlian yang terampil bersamaan dengan pengembangkan ilmu yang terkait.

Sebagai kota urbanis yang berkembang sangat pesat, aspek sanitasi dan kesehatan masyarakat di permukiman sangat berperan dalam tata laksana kehidupan sumberdaya manusia. Menyadari akan hal itu, dalam rangka meningkatkan kualitas perumahan dan pemukiman, pemerintah Kabupaten Sampang melakukan kegiatan survey Environmental Health Risk Assessment (EHRA) pada tahun 2013. Kegiatan ini merupakan survey partisipatif yang bertujuan untuk mengetahui kondisi sarana dan prasarana sanitasi, kesehatan/higinitas, serta perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi dan advokasi di tingkat kota hingga kelurahan. Melalui studi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan ini dikumpulkan data langsung dari responden masyarakat dengan tujuan untuk mengetahui situasi sanitasi di tingkat rumah tangga dan lingkungannya, termasuk Promosi Higiene dan Sanitasi (Prohisan) untuk membangun program dan advokasi di tingkat kota dan kecamatan/kelurahan seluruh Kabupaten Sampang.

Diharapkan hasil studi ini dapat digunakan oleh Kelompok Kerja (Pokja) Sanitasi Kabupaten Sampang sebagai salah satu bahan untuk menyusun Buku Putih, penetapan area beresiko dan dalam menyusun Strategi Sanitasi Kabupaten Sampang .

(3)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 2

RINGKASAN EKSEKUTIF

Survey Environmental Health Risk Assessment (EHRA) Kabupaten Sampang merupakan salah satu Study yang dilaksanakan untuk mendapatkan data primer pada Pelaksanaan Program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) di Kabupaten Sampang. Kegiatan ini merupakan bagian dari skenario besar rencana pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan sesuai dengan Millenium Development Goals (MDGs). Kondisi sanitasi kesehatan meliputi sistem penyedian air bersih, layanan pembuangan sampah, ketersedian jamban dan saluran pembuangan limbah, dan perilaku dengan higenitas dan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) meliputi cuci tangan pakai sabun, buang air besar, pembuangan kotoran anak dan pembuangan sampah. Survey ini pada dilakukan pada 20 Desa/Kelurahan dengan Jumlah Responden 800 responden, yang berarti dilakukan di seluruh kecamatan dan kelurahan di Kota Madiun dengan melibatkan masyarakat, sanitarian puskesmas dan stakeholder lainnya yang terlibat dalam pembangunan dan pengembangan kondisi sanitasi dan pola hidup sehat masyarakat Kabupaten Sampang.

Produk dari kegiatan ini adalah gambaran dari masing-masing klaster yang dibuat berdasarkan kondisi sanitasi dan PHBS penduduk di Kabupaten Sampang yang dibagi menjadi 4 kelompok/ kluster, yaitu:

i) Klaster 1 yaitu kelurahan yang telah memiliki kondisi sanitasi dan PHBS yang baik ii) Klaster 2 yaitu kelurahan yang telah memiliki kondisi sanitasi dan PHBS yang sedang iii) Klaster 3 yaitu kelurahan yang telah memiliki kondisi sanitasi dan PHBS buruk iv) Klaster 4 yaitu kelurahan yang telah memiliki kondisi sanitasi dan PHBS sangat buruk

Untuk Indeks Resiko Sanitasi Kabupaten Sampang berdasarkan hasil EHRA secara total diketahui masalah utama adalah masalah Air Limbah Domestik dan Persampahan. Sehingga kedua permasalahan sanitasi tersebut yang akan menjadi prioritas bagi pembangunan sanitasi di Kabupaten Sampang. Walupun begitu masalah genangan (banjir), PHBS dan Sumber Air akan menjadi prioritas selanjutnya setelah permasalahn utama teratasi.

(4)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 3

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... 1 RINGKASAN EKSEKUTIF ... 2 DAFTAR ISI ... 3 DAFTAR TABEL ... 4 DAFTAR GRAFIK ... 5 I. PENDAHULUAN ... 6

II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2013 ... 7

2.1. Penentuan Target Area Survey ... 7

2.2. Penentuan Jumlah/Besar Responden ... 10

2.3. Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei ... 10

2.4. Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei ... 11

III. HASIL STUDI EHRA 2013 KABUPATEN SAMPANG ... 13

3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga ... 13

3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik ... 15

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir ... 17

3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga ... 18

3.5 Perilaku Higiene ... 21

IV. PENUTUP ... 24

(5)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 4

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko ... 8 Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten ... ... 8 Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2013 Kabupaten Sampang ... 11 Tabel 4. Jumlah desa yang diindentifikasi sering terjadi banjir ...

(6)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 5

DAFTAR GRAFIK

(7)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 6

I. PENDAHULUAN

Sudi Environmental Health Risk Assessment (EHRA) atau Studi Penilaian Risiko Kesehatan Lingkungan adalah sebuah survey partisipatif di tingkat kota yang bertujuan untuk memahami kondisi fasilitas sanitasi dan higinitas serta perilaku-perilaku masyarakat yang dapat dimanfaatkan untuk pengembangan program sanitasi termasuk advokasi di tingkat kabupaten/kota sampai ke kelurahan. Kabupaten/Kota dipandang perlu melakukan Studi EHRA karena:

1. Pembangunan sanitasi membutuhkan pemahaman kondisi wilayah yang akurat

2. Data terkait dengan sanitasi terbatas di mana data umumnya tidak bisa dipecah sampai tingkat kelurahan/desa dan data tidak terpusat melainkan berada di berbagai kantor yang berbeda 3. EHRA adalah studi yang menghasilkan data yang representatif di tingkat kabupaten/kota dan

kecamatan dan dapat dijadikan panduan dasar di tingkat kelurahan/desa

4. EHRA menggabungkan informasi yang selama ini menjadi indikator sektor-sektor pemerintahan secara eksklusif

5. EHRA secara tidak langsung memberi ”amunisi” bagi stakeholders dan warga di tingkat kelurahan/desa untuk melakukan kegiatan advokasi ke tingkat yang lebih tinggi maupun advokasi secara horizontal ke sesama warga atau stakeholders kelurahan/desa

Adapun tujuan dan manfaat dari studi EHRA adalah:

1. Untuk mendapatkan gambaran kondisi fasilitas sanitasi dan perilaku yang beresiko terhadap kesehatan lingkungan

2. Memberikan advokasi kepada masyarakat akan pentingnya layanan sanitasi

3. Memberikan pemahaman yang sama dalam menyiapkan anggota tim survey yang handal 4. menyediakan salah satu bahan utama penyusunan Buku Putih Sanitasi dan Strategi Sanitasi

Kabupaten Sampang..

Unit sampling utama (Primary Sampling) adalah RT (Rukun Tetangga). Unit sampling ini dipilih secara proporsional dan random berdasarkan total RT di semua RW dalam setiap Desa/Kelurahan yang telah ditentukan menjadi area survey. Jumlah sampel RT per Desa/Kelurahan minimal 8 RT dan jumlah sampel per RT sebanyak 5 responden. Dengan demikian jumlah sampel per desa/kelurahan adalah 40 responden. Yang menjadi responden adalah Bapak (Kepala Rumah Tangga) atau Ibu atau anak yang sudah menikah, dan berumur antara 18 s/d 60 tahun.

(8)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 7

II. METODOLOGI DAN LANGKAH EHRA 2013

2.1.

Penentuan Target Area Survey

Metoda penentuan target area survey dilakukan secara geografi dan demografi melalui proses yang dinamakan Klastering. Hasil klastering ini juga sekaligus bisa digunakan sebagai indikasi awal lingkungan berisiko. Proses pengambilan sampel dilakukan secara random sehingga memenuhi kaidah ”Probability Sampling” dimana semua anggota populasi memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel. Sementara metoda sampling yang digunakan adalah “Cluster Random Sampling”. Teknik ini sangat cocok digunakan di Kabupaten Sampang mengingat area sumber data yang akan diteliti sangat luas. Pengambilan sampel didasarkan pada daerah populasi yang telah ditetapkan.

Penetapan klaster dilakukan berdasarkan kriteria yang sudah ditetapkan oleh Program PPSP sebagai berikut:

1. Kepadatan penduduk yaitu jumlah penduduk per luas wilayah. Pada umumnya tiap kabupaten/ kota telah mempunyai data kepadatan penduduk sampai dengan tingkat kecamatan dan kelurahan/ desa.

2. Angka kemiskinan dengan indikator yang datanya mudah diperoleh tapi cukup representatif menunjukkan kondisi sosial ekonomi setiap kecamatan dan/atau kelurahan/ desa. Sebagai contoh ukuran angka kemiskinan bisa dihitung berdasarkan proporsi jumlah Keluarga Pra Sejahtera dan Keluarga Sejahtera 1 dengan formula sebagai berikut:

(∑ Pra-KS + ∑ KS-1)

Angka kemiskinan = --- X 100% ∑ KK

3. Daerah/wilayah yang dialiri sungai/kali/saluran drainase/saluran irigasi dengan potensi digunakan sebagai MCK dan pembuangan sampah oleh masyarakat setempat

4. Daerah terkena banjir dan dinilai mengangggu ketentraman masyarakat dengan parameter ketinggian air, luas daerah banjir/genangan, lamanya surut.

Berdasarkan kriteria di atas, klastering wilayah Kabupaten Sampang menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 1. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko

(9)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 8

kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama. Berdasarkan asumsi ini maka hasil studi EHRA ini bisa memberikan peta area berisiko Kabupaten/Kota ....

Tabel 1. Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko Katagori

Klaster Kriteria

Klaster 0 Wilayah desa/kelurahan yang tidak memenuhi sama sekali kriteria indikasi lingkungan berisiko.

Klaster 1 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 1 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 2 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 2 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 3 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 3 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klaster 4 Wilayah desa/kelurahan yang memenuhi minimal 4 kriteria indikasi lingkungan berisiko

Klastering wilayah di Kabupaten Sampang menghasilkan katagori klaster sebagaimana dipelihatkan pada Tabel 2. Wilayah (kecamatan atau desa/kelurahan) yang terdapat pada klaster tertentu dianggap memiliki karakteristik yang identik/homogen dalam hal tingkat risiko kesehatannya. Dengan demikian, kecamatan/desa/kelurahan yang menjadi area survey pada suatu klaster akan mewakili kecamatan/desa/kelurahan lainnya yang bukan merupakan area survey pada klaster yang sama.

Tabel 2. Hasil klastering desa/ kelurahan di Kabupaten Sampang No. Klaster Jumlah Nama Kelurahan

1 4 4 DESA Gulbung, DESA Apaan,

DESA Pengarengan, DESA Ragung

2 3 4 DESA Beringin Nongal, DESA

Torjun, DESA Tatapan, DESA Pangongsean

3 2 4 DESA Kedungdung, DESA

Rabasan, DESA Daleman, DESA Gunung Eleh

(10)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 9

No. Klaster Jumlah Nama Kelurahan

4 1 8 DESA Rong Tengah, DESA

Dalpenang, DESA Gunung Maddah, DESA Banyuanyar, DESA Panggung, DESA Kamoning, DESA Pangelen, DESA Gunung Sekar

5 0

Misalkan hasil klastering wilayah desa/kelurahan di Kabupaten Sampang yang terdiri atas 186 desa/kelurahan menghasilkan distribusi sebegai berikut:

1) klaster 0 sebanyak 3 %. 2) klaster 1 sebanyak 35%, 3) klaster 2 sebanyak 38%, 4) klaster 3 sebanyak 21%, dan 5) dan klaster 4 sebanyak 3 %.

Untuk lebih jelasnya distribusi desa kedalam klaster tersebut dapat dilihat pada Grafik 1. Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA

(11)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 10

2.2.

Penentuan Jumlah/Besar Responden

Jumlah sampel untuk tiap kelurahan/desa diambil sebesar 40 responden. Sementara itu jumlah sampel RT per Kelurahan/Desa minimal 8 RT yang dipilih secara random dan mewakili semua RT yang ada dalam Kelurahan/Desa tersebut. Jumlah responden per Kelurahan/Desa minimal 40 rumah tangga harus tersebar secara proporsional di 8 RT terpilih dan pemilihan responden juga secara random, sehingga akan ada minimal 5 responden per RT

Berdasarkan kaidah statistik, untuk menentukan jumlah sampel minimum dalam skala kabupaten/kota digunakan “Rumus Slovin” sebagai berikut:

Dimana:

n adalah jumlah sampel

N adalah jumlah populasi

d adalah persentase toleransi ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih

dapat ditolerir 5% (d = 0,05)  Asumsi tingkat kepercayaan 95%, karena menggunakan α=0,05, sehingga diperoleh nilai Z=1,96 yang kemudian dibulatkan menjadi Z=2.

Dengan jumlah populasi rumah tangga sebanyak 38497 KK maka jumlah sampel minimum yang harus dipenuhi adalah sebanyak 396. Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Sampang metetapkan jumlah kelurahan yang akan dijadikan target area survey sebanyak X1 sehingga jumlah sampel yang harus diambil sebanyak X1 X 40 = ... responden.

2.3.

Penentuan Desa/Kelurahan Area Survei

Setelah menghitung kebutuhan responden dengan menggunakan rumus Slovin di atas maka selanjutnya ditentukan lokasi studi EHRA dengan cara memilih sebanyak .... desa/ kelurahan secara random. Hasil pemilihan ke-.... desa/ kelurahan tersebut disajikan pada Tabel 3 sebagai berikut:

(12)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 11

Tabel 3. Kecamatan Dan Desa/Kelurahan Terpilih Untuk Survei EHRA 2011 Kabupaten Sampang

No Klaster Kecamatan Desa/Kel Terpilih Jumlah Dusun Jumlah RT Jml Dusun/RT terpilih Jumlah Responden 1 4 Sampang 8 Desa 320 2 3 Kedungdung 4 Desa 160 3 2 Torjun 4 Desa 160 4 1 Pangarengan 4 Desa 160 5 0

2.4.

Penentuan RW/RT Dan Responden Di Lokasi Survei

Unit sampling primer (PSU = Primary Sampling Unit) dalam EHRA adalah RT. Karena itu, data RT per RW per kelurahan mestilah dikumpulkan sebelum memilih RT. Jumlah RT per kelurahan adalah 8 (delapan) RT. Untuk menentukan RT terpilih, silahkan ikuti panduan berikut.

Urutkan RT per RW per kelurahan.

 Tentukan Angka Interval (AI). Untuk menentukan AI, perlu diketahui jumlah total RT total dan jumlah yang akan diambil.

 Jumlah total RT kelurahan : X.  Jumlah RT yang akan diambil : Y

 Maka angka interval (AI) = jumlah total RT kelurahan / jumlah RT yang diambil. AI = X/Y (dibulatkan)  misal pembulatan ke atas menghasilkan Z, maka AI = Z

 Untuk menentukan RT pertama, kocoklah atau ambilah secara acak angka antara 1 – Z (angka random). Sebagai contoh, angka random (R#1) yang diperoleh adalah 3.

 Untuk memilih RT berikutnya adalah 3 + Z= ... dst.

Rumah tangga/responden dipilih dengan menggunakan cara acak (random sampling), hal ini bertujuan agar seluruh rumah tangga memiliki kesempatan yang sama untuk terpilih sebagai sampel. Artinya, penentuan rumah itu bukan bersumber dari preferensi enumerator/supervisor ataupun responden itu sendiri. Tahapannya adalah sbb.

 Pergi ke RT terpilih. Minta daftar rumah tangga atau bila tidak tersedia, buat daftar rumah tangga berdasarkan pengamatan keliling dan wawancara dengan penduduk langsung.

(13)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 12

 Bagi jumlah rumah tangga (misal 25) dengan jumlah sampel minimal yang akan diambil, misal 5 (lima)  diperoleh Angka Interval (AI) = 25/5 = 5

 Ambil/kocok angka secara random antara 1 – AI untuk menentukan Angka Mulai (AM), contoh dibawah misal angka mulai 2

(14)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 13

III. HASIL STUDI EHRA 2011 KABUPATEN SAMPANG

3.1. Pengelolaan Sampah Rumah Tangga

Berdasarkan Studi EHRA mengenai pengelolaan sampah rumah tangga pada aspek cara pengelolaan sampah rumah tangga pada skala Kabupaten Sampang dapat dilihat bahwa pengelolaan sampah rumah tangga yang dilakukan oleh masyarakat sebagian besar adalah dibakar sebesar 61,9%, dibuang kedalam lubang tetapi tidak ditutup dengan tanah sebesar 19,3% dan dibuang di lahan kosong/kebun/hutan dan dibiarkan membusuk sebesar 0,3%. Dari hasil survei tersebut terlihat bahwa sebagian masyarakat belum menjadi penerima layanan sampah dan belum melakukan pemanfaatan sampah (3R) sehingga sampah dapat mencemari tanah, air dan udara (gas hasil pembakaran sampah). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram pie gambar 3.11. di bawah ini.

Gambar 3.11. Grafik Pengelolaan Sampah.

Sumber : Hasil Studi EHRA Kabupaten Sampang Tahun 2013

Sedangkan praktek pemilahan sampah oleh rumah tangga skala Kabupaten Sampang adalah telah dilakukan pemilahan sampah sebesar 88,4% dan belum dilakukan pemilahan sampah sebesar 11,6%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram pie gambar 3.12 di bawah ini.

(15)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 14

Gambar 3.12. Grafik Praktek Pemilahan Sampah oleh Rumah Tangga.

Sumber : Hasil Studi EHRA Kabupaten Sampang Tahun 2013 .

(16)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 15 66,1 8,1 2,1 6,1 4,4 5,5 16,4 6,3 1,1

Grafik % Tempat BABS

A. Jamban pribadi B. MCK/WC Umum C. Ke WC helikopter D. Ke sungai/pantai/laut E. Ke kebun/pekarangan F. Ke selokan/parit/got G. Ke lubang galian H. Lainnya,

3.2. Pembuangan Air Limbah Domestik

Permasalah limbah rumah tangga, yang perlu diwaspadai adalah kondisi keamanan tangki septik yang dimiliki oleh rumah tangga. Pada survei EHRA ini, untuk mengukur kondisi ini didasarkan pada dua hal yaitu tangki septik yang umurnya lebih dari 5 tahun dan tangki septik yang tidak pernah dikuras/ disedot.

Perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diperlihatkan pada kebiasaan masyarakat dalam dilihat pada Grafik persentase penduduk yang melakukan BABS di bawah ini :

Grafik 3.5. Grafik Perilaku BABS

Sumber : Studi EHRA

(17)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 16 ,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 1 2 3 4 Suspek aman Tidak aman Gambar 3.9 Grafik Tempat Penyaluran Akhir Tinja

Sumber: Hasil Survey EHRA 2013

(18)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 17

Dari studi EHRA di dapat hasil sebagaimana tertera di Grafik pencemaran karena SPAL berdasarkan klaster di bawah ini:

Grafik 3.8. Grafik pencemaran karena SPAL berdasarkan klaster

(19)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 18

3.3. Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir

Berdasarkan Studi EHRA mengenai prosentase rumah tangga yang mengalami banjir secara rutin pada skala Kabupaten Kediri dapat dilihat bahwa rumah tangga tidak pernah mengalami banjir adalah sebesar 96%, sekali dalam setahun sebesar 3,85, beberapa kali dalam setahun tidak ada atau sebesar 0%, sekali atau beberapa dalam sebulan sebesar 4% dan tidak tahu sebesar 0%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram pie gambar 3.13. di bawah ini.

Gambar 3.13. Grafik Prosentase Rumah Tangga yang Mengalami Banjir Rutin.

(20)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 19

3.4. Pengelolaan Air Bersih Rumah Tangga

HASIL survai EHRA tentang persoalan air minum, didapatkan hasil bahwa sumur Gali di Kabupaten Sampang relatif menjadi sumber air yang tidak tercemar. Pengukuran ini didasarkan hanya pada dua faktor yaitu sumur berpelindung dan jarak sumur dengan tempat penampungan tinja yang kurang dari 10 meter. Tabel 3.4 memperlihatkan bahwa semua kluster dan juga tingkat kabupaten memperlihatkan angka yang sangat baik (di atas 90%).

Data sumur aman ini tidak menjamin kualitas airnya akan selalu baik, karena ada variabel lain yang harus diwaspadai yaitu variabel masih banyak rumah yang masih belum memiliki SPAL (56% di tingkat Kabupaten) sebagaimana tercantum pada grafik 3.4. Faktor lain yang perlu mendapat perhatian adalah perilaku warga dalam mengambil dalam mengelola air sumur.

Grafik 3.4 : Persentase sumur yang tercemar dan tidak tercemar menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Sampang

Sumber : Survei EHRA Kab. Sampang 2013

Grafik 3.4.2 merupakan hasil survei EHRA yang menggambarkan keluarga yang menggunakan sumber air yang tidak terlindungi. Sumber air yang dianggap tidak terlindungi dalam survei ini adalah sumber air yang berasal dari sungai, waduk, mata air tercemar dan air hujan. Keluarga di kluster 4 menempati

100,0 99,1 98,4 100,0 100,0 99,0 0,0 0,9 1,6 0,0 0,0 1,0 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten

(21)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 20

posisi tertinggi sebesar 51,4% keluarga yang menggunakan air yang tidak terlindungi ini, kemudian diikuti kluster 3 (18%). Kluster lainnya dan pada tingkat kabupaten angkanya di bawah 10%.

Grafik 3.4.2 : Persentase keluarga yangmenggunakan sumber air yang tidak terlindungi menurut hasil survei EHRA di Kabupaten Sampang

Sumber : Survei EHRA Kab. Sampang 98,6 92,8 93,9 82,0 48,6 91,1 1,4 7,2 6,1 18,0 51,4 8,9 0,0 20,0 40,0 60,0 80,0 100,0 120,0

Kluster 0 Kluster 1 Kluster 2 Kluster 3 Kluster 4 Kabupaten

(22)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 21 0 20 40 60 80 100

Pembinaan dan Penyuluhan PHBS Tahun

2012 Capaian Target(%)

Pembinaan dan Penyuluhan PHBS Tahun 2012 Capaian Target(%)

3.5 Perilaku Higiene

Pencapaian PHBS Rumah Tangga sehat mencapai 54% dari target 60% di tahun 2012, dengan 10 indikatornya Kabupaten Sampang tertera di grafik 3.2 sebagai berikut:

Grafik 3.2. Grafik Penyuluhan Sanitasi

Sumber: Dinas Kesehatan

Sedangkan masyarakat Kabupaten Sampang mendapatkan informasi tentang sanitasi berasal dari RT sebesar 46%, RW sebesar 5%, Perangkat Desa sebesar 8%, Petugas penyuluh kesehatan / kader sebesar 27%, poster sebesar 11%, selebaran sebesar 3%, spanduk sebesar 11%, bilboard sebesar 3%, dan lainnya sebesar 5%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram pie gambar 3.3. sebagai berikut :

(23)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 22

Grafik 3.3. Grafik penyampai pesan sanitasi

Sumber : Studi Komunikasi

Kondisi Promosi Higiene didapat berdasarkan survey studi EHRA. Studi EHRA dilakukan dalam rangka untuk mengidentifikasi kondisi eksisting sarana sanitasi yang ada ditingkat masyarakat serta perilaku masyarakat terkait dengan perilaku hidup bersih dan sehat. Indikator penentuan tingkat resiko kesehatan masyarakat didasarkan pada : 1) Pengelolaan Sampah Rumah Tangga, 2) Pembuangan Air Limbah Domestik, 3) Drainase Lingkungan Sekitar Rumah dan Banjir, 4) Sumber Air, 5) Perilaku Higiene dan 6) Kasus Penyakit Diare. Jumlah sampel pada studi ini sebanyak 800 responden yang tersebar pada 20 kelurahan yang terbagi dalam 4 klaster. Penentuan sampel dilakukan dengan sistem klastering random sampling.

Dalam perilaku hidup bersih dan sehat masyarakat diperlihatkan pada kebiasaan masyarakat dalam melakukan Cuci tangan Pakai Sabun dalam lima waktu penting dapat dilihat pada Grafik CTPS di % (lima) waktu penting di bawah ini :

8% 5% 8% 27% 46% 11% 11% 3% 3% 5% RT RW Lurah/staf kelurahan Kader Petugas Puskesmas Spanduk Poster Billboard Selebaran Lainnya

(24)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 23

Grafik 3.4. Grafik CTPS di 5 (lima) Waktu Penting.

Sumber : Studi EHRA

15%

85%

Ya

(25)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 24

IV.

PENUTUP

Hasil EHRA menunjukan bahwa Kondisi eksisting sanitasi Kabupaten Sampang secara umum masih memerlupan upaya untuk peningkatan cakupan pelayanan sanitasi dasar yang layak. Beberapa hal yang dapat disimpulkan mengenai kondisi sanitasi di Kabupaten Banjarnegara yaitu :

Persampahan

Kabupaten Banjarnegara masih memiliki beberapa permasalahan terkait dengan penanganan sampah mulai dari cakupan wilayah pelayanan yang kurang, armada pengangkut sampah yang tidak memadai, TPA yang masih memakai sistem open dumping dengan luasan yang terbatas serta kurangnya kesadaran masyarakat untuk melakukan pemilahan sampah.

Air Limbah

Sistem pengolahan air limbah di Kabupaten Sampang didominasi sistem onsite baik septic tank maupun cubluk. Septic tank yang dipergunakan masyarakat masih belum memenuhi kriteria teknis yang ada dan berpotensi mencemari air tanah. Sistem komunal sudah mulai diterapkan dibeberapa lokasi pemukiman. Sedangkan untuk sistem terpusat, belum dapat memanfaatkan secara optimal prasarana yang ada.

Drainase

Dengan kondisi topografi wilayah pantai, maka masalah drainase wilayah di Kabupaten Sampang menjadi masalah utama karena sering terjadi banjir di beberapa tempat wilayah DAS Kamoning,

Air Minum

Hasil akhir dari EHRA nantinya sebagai salah satu Data Primer yang akan digunakan untuk Penilaian area berisiko pada penyusunan buku putih sanitasi, untuk disandingkan dengan data sekunder, serta persepsi SKPD. Data dari tiga sumber ini selanjutnya digabung dan dirata-rata dengan terlebih dahulu menyepakati bobot data dari masing-masing sumber.

(26)

LAPORAN STUDI EHRA SAMPANG 2013 25

LAMPIRAN

I. Tabel-tabel dasar hasil studi EHRA: 1) Berdasarkan klaster

2) Berdasarkan desa/ kelurahan di tiap lokasi studi/ survey. II. Organisasi dan personel pelaksana Studi EHRA

III. Dokumentasi lain yang dianggap perlu terkait dengan perencanaan dan pelaksanaan Studi EHRA

Gambar

Tabel  1 . Katagori Klaster berdasarkan kriteria indikasi lingkungan berisiko  Katagori
Grafik  1 . Distribusi desa per klaster untuk penetapan lokasi studi EHRA
Gambar 3.11. Grafik Pengelolaan Sampah.
Grafik 3.5. Grafik Perilaku BABS
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil kesepakatan Pokja Sanitasi Kabupaten Tulungagung dan dengan berbagai pertimbangan ( geografi, demografi dan pendanaan ), diperoleh kesepakatan bahwa area studi EHRA

Namun demikian untuk keperluan keterwakilan desa/ kelurahan berdasarkan hasil klastering, Pokja Sanitasi Kabupaten Mukomuko metetapkan jumlah kelurahan yang akan

informed consent wajib dibacakan oleh enumerator sehingga responden sadar dan memahami betul bahwa keikutsertaan sebagai responden survei Studi EHRA dilakukan dengan

Praktik pembuangan tinja yang tidak aman dapat dilihat pada grafik diatas, bahwa masih ada rumah tangga yang membuang tinja ke sungai sebesar 4%, dikubur

Karakteristik sanitasi dasar meliputi kondisi sarana air bersih, kondisi jamban keluarga, kondisi pembuangan sampah dan kondisi saluran pembuangan air

Sumber: Studi EHRA Kota Palembang, 2015.. Dari gambar terlihat, hampir seluruh responden telah memiliki jamban pribadi yaitu 89%, namun masih ada sedikit responden yang BAB

Kesimpulannya adalah terdapat hubungan yang nyata antara sarana air bersih, sarana pembuangan sampah, keberadaan jamban, saluran pembuangan air limbah dan personal

Secara substansi, hasil Studi EHRA memberi data ilmiah dan factual tentang ketersediaan layanan sanitasi di tingkat rumah tangga dalam skala kabupaten/kota Sub sektor sanitasi