49
ANALISIS DAN BAHASAN
4.1 Analisis Perhitungan PPh Pasal 22 di PT Millenium Pharmacon International, Tbk
4.1.1 Perhitungan PPh Pasal 22 tahun 2010
Setelah penulis melakukan analisis SPT tahunan badan serta pencocokan dengan laporan keuangan tahunan perusahaan, yang sesuai PMK-154/PMK.03/2010pada kegiatan pembelian barang oleh bendaharawanakan dikenakan tarif sebesar 1.5% dari jumlah impor.PT Millenium Pharmacon International, Tbk telah menghitung PPh Pasal 22 sesuai dengan peraturan sehingga perusahaan telah menerapkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 sesuai dengan ketentuan perpajakan. Berikut ini data sampling yang diambil pada SPT tahunan perusahaan yaitu pada bulan Januari sampai bulan Desember 2010.
Tabel 4.1Pajak Penghasilan Pasal 22 pada Tahun 2010
Nama Pemotong/Pemungut
Tanggal dan bulan dipotong/dipungut
Objek Pemotongan/Pemungutan
Tarif Pajak yang dipotong
Jenis penghasilan/transaksi Jumlah impor
RS. BHAYANGKARA/KDR 1-Jan-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 4.990.533 1.50% Rp 74.858 RSU Dr. SAIFUL ANWAR
MALANG 1-Jan-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 33.777.733 1.50% Rp 506.666 RS. BHAYANGKARA/KDR 1-Jan-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 1.600.000 1.50% Rp 24.000 RUTIN RSU. DR SARDJITO 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 676.333 1.50% Rp 10.145 RUMKIT TK III 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 1.142.867 1.50% Rp 17.143 RS. BHAYANGKARA 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 2.988.000 1.50% Rp 44.820 INSTALASI FARMASI RS.
KENCANA 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 2.397.000 1.50% Rp 35.955 BLUD RSU. TUGUREJO 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 3.752.600 1.50% Rp 56.289 RS. BHAYANGKARA 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 3.870.533 1.50% Rp 58.058 RSU. KARDINAH 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 5.244.000 1.50% Rp 78.660 RSU. KARDINAH 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 3.178.200 1.50% Rp 47.673 RSU. KARDINAH 1-Feb-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 30.744.400 1.50% Rp 461.166 RSUD. JOMBANG 1-Mar-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 36.232.000 1.50% Rp 543.480 BENDAHARA BLUD RSUD
DR ABDOER RAHEM
SITUBONDO 1-Mar-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 12.695.800 1.50%
Rp 190.437
RS. BHAYANGKARA/KDR 1-Mar-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 5.937.533 1.50% Rp 89.063 RSU. PROBOLINGGO 31-Des-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 3.225.000 1.50% Rp 48.375 RS. SARININGSIH 31-Des-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 2.720.000 1.50% Rp 40.800 RS. STROKE NASIONAL 31-Des-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 2.327.533 1.50% Rp 34.913
BUIKITTINGGI
RS. BHAYANGKARA/KDR 31-Des-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 4.210.000 1.50% Rp 63.150 RSU. WONOSOBO 31-Des-10 Pembelian Barang Oleh Bendaharawan Rp 11.145.200 1.50% Rp 167.178
JUMLAH Rp 1.157.866.228
Sumber: PT MPI,Tbk
5
4.1.2 Perhitungan PPh Pasal 22 tahun 2011
Setelah penulis melakukan analisis SPT Tahunan Badan serta pencocokan dengan Laporan Keuangan Tahunan perusahaan, yang sesuai PMK-154/PMK.03/2010pada kegiatan pembelian barang oleh Bendaharawanakan dikenakan tarif sebesar 1.5% dari jumlah impor. PT Millenium Pharmacon International, Tbk telah menghitung PPh Pasal 22 sesuai dengan peraturan sehingga perusahaan telah menerapkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 sesuai dengan ketentuan perpajakan. Berikut ini data sampling yang diambil pada SPT tahunan perusahaan yaitu pada bulan Februari dan Desember.
Tabel 4.2 Pajak Penghasilan Pasal 22 pada Tahun 2011
Nama Pemotong/Pemungut
Tanggal dan bulan dipotong/dipungut
Objek Pemotongan/Pemungutan
Tarif Pajak yang dipotong Jenis penghasilan/transaksi Jumlah impor
PT MILLENIUM PHARMACON
INTERNATIONAL, TBK 22-Nov-11
Nilai Impor Bank Devisa/Ditjen Bea dan Cukai
Rp
- 1.50% Rp 4.522.000 PT MILLENIUM PHARMACON
INTERNATIONAL, TBK 29-Jul-11
Nilai Impor Bank Devisa/Ditjen Bea dan Cukai
Rp
- 1.50% Rp 5.873.000
RS. CIBABAT 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 47.333.000 1.50% Rp 709.995
RS. KARAWANG 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 4.595.600 1.50% Rp 68.934
RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 1.389.333 1.50% Rp 20.840
RS. KARAWANG 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 2.897.467 1.50% Rp 43.462
RS. KARAWANG 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 4.324.867 1.50% Rp 64.873 BENDAHARA BLUD RSUD DRA
BDOERRAHEMSITUBONDO 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.477.000 1.50%
Rp 52.155
RS. KARAWANG 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.040.000 1.50% Rp 45.600
RS. KARAWANG 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 4.766.600 1.50% Rp 71.499 BENDAHARA BLUD RSUD DRA
BDOERRAHEMSITUBONDO 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 1.824.000 1.50% Rp 27.360
RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 1.121.200 1.50%
Rp 16.818
5
56
RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS
1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 2.404.200 1.50%
Rp 36.063
RSU.PH.ADAMMALIK 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 8.647.800 1.50% Rp 129.717
RSPUSDIKKESTNI-ADAP-.BKS 1-Feb-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 1.519.000 1.50% Rp 22.785
RSUD. MALINAU 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 14.050.000 1.50% Rp 210.750
RS. KARAWANG 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.691.200 1.50% Rp 55.368
RS. KARAWANG 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 6.589.200 1.50% Rp 98.838
RS. KARAWANG 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 5.082.467 1.50% Rp 76.237
RS. KARAWANG 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 7.837.000 1.50% Rp 117.555
RS. KARAWANG 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.821.800 1.50% Rp 57.327
RSUD. PROF.DR.MARGONOSOEKARJO 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 58.506.733 1.50% Rp 877.601
RSUD.WALUYOJATI 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 2.384.000 1.50% Rp 35.760
RSUD.UMUMDR.MOHAMMADHOESIN 31-Des-11
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.364.000 1.50% Rp 50.460
JUMLAH Rp 1.643.193.899
4.1.3 Perhitungan PPh Pasal 22 tahun 2012
Setelah penulis melakukan analisis SPT Tahunan Badan serta pencocokan dengan Laporan Keuangan Tahunan perusahaan, yang sesuai PMK-154/PMK.03/2010pada kegiatan pembelian barang oleh bendaharawanakan dikenakan tarif sebesar 1.5% dari jumlah impor. PT Millenium Pharmacon International, Tbk telah menghitung PPh Pasal 22 sesuai dengan peraturan sehingga perusahaan telah menerapkan perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 22 sesuai dengan ketentuan perpajakan.Berikut data yang telah dianalisis dan diambil secara sampling dari SPT tahunan pada bulan Februari, Maret, dan Desember.
Tabel 4.3 Pajak Penghasilan Pasal 22 pada Tahun 2012 Nama
Pemotong/Pemungut
Tanggal dan bulan dipotong/dipungut
Objek Pemotongan/Pemungutan
Tarif Pajak yang dipotong Jenis penghasilan/transaksi Jumlah impor
AKADEMIK UGM RS 1-Feb-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 2.858.800 1.50% Rp 42.882
BUDHI ASIH RSUD 1-Feb-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 8.202.000 1.50% Rp 123.030
BUDHI ASIH RSUD 1-Feb-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 2.956.734 1.50% Rp 44.351
BP4 PAMEKASAN 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 5.305.734 1.50% Rp 79.586 INSTALASI FARMASI.
RSAD. UDAYANA 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.750.334 1.50% Rp 56.255 INSTALASI FARMASI.
RSAD. UDAYANA 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 800.000 1.50% Rp 12.000
RSUD KALIANDA, INF 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 24.893.467 1.50% Rp 373.402 INSTALASI FARMASI
RSUD. KAB BANDUNG 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 1.080.000 1.50% Rp 16.200 INSTALASI FARMASI
RSUD. KAB BANDUNG 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 6.787.000 1.50% Rp 101.805 INSTALASI FARMASI
RSUD. KAB BANDUNG 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 8.360.000 1.50% Rp 125.400 RUTIN RSU. DR
SARDJITO 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
59
RSU HAJI SURABAYA 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 59.188.934 1.50%
Rp 887.834
BP4 PAMEKASAN 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 4.465.000 1.50% Rp 66.975 INSTALASI FARMASI
RSUD. KAB BANDUNG 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 8.100.000 1.50% Rp 121.500
BP4 PAMEKASAN 1-Mar-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 2.707.467 1.50% Rp 40.612 STROKE NASIONAL
BUKITTINGGI RS. 31-Des-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 1.004.000 1.50% Rp 15.060 STROKE NASIONAL
BUKITTINGGI RS. 31-Des-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.705.000 1.50% Rp 55.575 STROKE NASIONAL
BUKITTINGGI RS. 31-Des-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 2.730.000 1.50% Rp 40.950 STROKE NASIONAL
BUKITTINGGI RS. 31-Des-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.436.534 1.50% Rp 51.548 STROKE NASIONAL
BUKITTINGGI RS. 31-Des-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 1.852.534 1.50% Rp 27.788
RSU. PROBOLINGGO 31-Des-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 3.960.934 1.50% Rp 59.414
RSAB. HARAPAN KITA 31-Des-12
Pembelian Barang Oleh
Bendaharawan Rp 17.195.200 1.50% Rp 257.928
JUMLAH Rp 1.923.507.796
Sumber: PT MPI,Tbk
5
4.2 Analisis Perhitungan PPh 23 pada PT MPI, TbkTahun 2010, 2011 dan 2012
Setelah penulis melakukan pegecekan pada SPT dan Laporan Keuangan Tahunan perusahaan tidak terdapat masalah yang berkaitan dengan evaluasi Pajak Penghasilan Pasal 23 pada PT Millenium Pharmacon International, Tbk.
4.2.1 Perhitungan PPh Pasal 23 pada tahun 2010
Sesuai dengan peraturan pemerintah tentang penghasilan yang dipotong pajak oleh pihak yang wajib membayarkan sebesar 15%dari jumlah bruto atas hadiah dan penghargaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf a angka 4 undang-undang nomor 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan undang-undang nomor 36 tahun 2008. Berikut ini rincian dari evaluasi PPh pasal 23 atas pajak yang dipotong sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 23 ayat (1) huruf a angka 4 undang-undang nomor 36 tahun 2008.
Tabel 4.4Pajak Penghasilan Pasal 23 pada Tahun 2010
Nama Pemotong/Pemungut
Tanggal dan bulan dipotong/dipungut Objek Pemotongan/Pemungutan Tarif Pajak yang dipotong Jenis
penghasilan/transaksi Jumlah impor
PT MERCK TBK 26-Feb-10 Hadiah dan Penghargaan Rp 370.719.807 15% Rp 55.607.971 PT MERCK TBK 31-Mar-10 Hadiah dan Penghargaan Rp 14.500.000 15% Rp 2.175.000
jumlah Rp 57.782.971
Sumber: PT MPI,Tbk
4.2.2 Perhitungan PPh Pasal 23 pada tahun 2011
Menurut PMK nomor 244/PMK.03/2008, imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 sesuai dengan undang –undang perpajakan, yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri, yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai.Berikut ini adalah data PPh pasal 23 pada tahun 2011.
Tabel 4.5 Pajak Penghasilan Pasal 23 pada Tahun 2011
Nama Pemotong/Pemungut
Tanggal dan bulan dipotong/dipungut
Objek Pemotongan/Pemungutan Tarif Pajak yang dipotong Jenis
penghasilan/transaksi Jumlah impor PT. ANTARMITA
SEMBADA 29-Agus-11 Imbalan/Jasa lainnya Rp 1.037.000 2% Rp 20.740 PT. ANTARMITA
SEMBADA 31-Mei-11 Imbalan/Jasa lainnya Rp 151.048.333 2% Rp 3.020.967
jumlah Rp 3.041.707
Sumber: PT MPI, Tbk
4.2.3 Perhitungan PPh Pasal 23 pada tahun 2012
Penulis melakukan analisis terhadap SPT tahunan pada tahun 2012 dan tidak ditemukannya pajak yang harus dipotong sebagaimana menurut PMK nomor 244/PMK.03/2008, imbalan sehubungan dengan jasa lain selain jasa yang telah dipotong pajak penghasilan sebagaimana dimaksud dalam pasal 21 sesuai dengan undang –undang perpajakan, yang diperoleh dari wajib pajak dalam negeri, yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 2% dari jumlah bruto tidak termasuk pajak pertambahan nilai. Selain itu sebagaimana undang-undang nomor 36 tahun 2008 pasal 23 ayat (1) huruf a yang dimana dipotong pajak penghasilan sebesar 15%.
4.3 Analisis rekonsiliasi laporan keuangan komersial dan laporan keuangan fiskal
Perusahaaan dalam melaksanakan kegiatan usaha harus menyusun laporan keuangan pada setiap akhir periode dan laporan keuangan yang menjadi dasar penyusunan dan perhitungan adalah laporan laba rugi dan neraca. Perusahaan dalam menyajikan laporan keuangan yang berupa laporan laba rugi yang berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku untuk mengetahui berapa besarnya keuntungan maupun kerugian yang didapat perusahaan pada setiap akhir periode. Laporan laba rugi yang disusun perusahaan berguna untuk digunakan oleh semua pengguna pihak yang membutuhkan laporan keuangan tersebut. Perusahaan yang merupakan wajib pajak memiliki kewajiban untuk menghitung penghasilan atas usahanya. Dalam memenuhi kewajiban perpajakan perusahaan melakukan penyesuaian antara laporan
laba rugi karena akan terjadi perbedaan prinsip yang belaku antara Standar Akuntansi dengan peraturan perpajakan.
Berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku, terhadap pendapatan dan biaya tersebut terdapat beberapa pos yang harus dikoreksi fiskal (positif ataupun negatif).Rekonsiliasi fiskal pada PT Millenium Pharmacon International, Tbk tersebut berdasarkan pada ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku. Koreksi fiskal positif adalah koreksi atau penyesuaian yang akan mengakibatkan meningkatnya laba kena pajak, karena beban menurut akuntansi tidak akui sebagai beban menurut pajak, yang pada akhirnya akan membuat PPh badan terhutangnya juga akan meningkat. Sedangkan koreksi fiskal negative adalah koreksi atau penyesuaian yang akan mengakibatkan menurunnya laba kena pajak, yang disebabkan penghasilan menurut akuntansi tetapi bukan merupakan penghasilan menurut pajak, yang membuat PPh badan terhutangnya juga akan menurun.
Dari hasil rekonsiliasi laporan keuangan fiskal PT Millenium Pharmacon International, Tbk, penulis akan memberikan penjelasan mengenai koreksi fiskal pada laporan keuangan PT Millenium Pharmacon International, Tbk yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku menurut Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008.
Berikut ini penulis akan membahas mengenai laporan fiskal dari PT Millenium Pharmacon International, Tbk. Dari rekonsiliasi terhadap laporan laba rugi tersebut yang termasuk perbedaan tetap dan perbedaan waktu. Berikut ini pembahasan yang disajikan dalam tiga tahun yaitu 2010, 2011 dan 2012.
4.3.1 Rekonsiliasi Fiskal tahun 2010
Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT Millenium Pharmacon International, Tbk pada Tahun 2010 adalah sebagai berikut:
a. Penjualan Bersih 1. Obat
Penjualan bersih terhadap penjualan obat sebesar Rp739.418.443.305 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2. Suplemen makanan
Penjualan bersih terhadap penjualan suplemen makanan sebesar Rp59.201.488.817 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Produk diagnostik
Penjualan bersih terhadap penjualan produk diagnostik sebesar Rp38.344.214.380 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan ini termasuk objek penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal.
b. Beban Pokok Penjualan 1. Persediaan awal
Persediaan awal sebesar Rp96.287.141.837 digunakan oleh perusahaan. 2. Pembelian
Pembelian sebesar Rp756.277.298.473 digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan harga pokok penjualan berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal.
3. Biaya pengiriman
Biaya pengiriman sebesar Rp3.944.197.829 digunakan oleh perusahaan. 4. Persediaan akhir
Persediaan akhir sebesar (Rp99.778.907.250) digunakan oleh perusahaan.
c. Beban Usaha
1. Gaji, upah, dan tunjangan karyawan
Pada Beban Usaha terdapat akun yaitu akun Gaji dan Upah terdapat koreksi positif.Biaya Gaji dan Upah pada Beban Usaha terdapat koreksi positif, berjumlah Rp780.231.263. Perusahaan menanggung PPh 21 atas karyawan.Dimana biaya ini harus dilakukan koreksi positif karena PPh Pasal
21 yang ditanggung perusahaan bukan merupakan pengurang sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf h (UU No. 36 Tahun 2008).
2. Iklan dan Promosi
Iklan dan promosi sebesar Rp4.829.305.104 digunakan oleh perusahaan.Tidak terdapat koreksi karena angka yang sudah dilaporkan sudah final.
3. Perbaikan dan Pemeliharaan
Perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp6.153.531.071 digunakan oleh perusahaan. Biaya ini tidak perlu dikoreksi karena merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung atau ruang yang disewakan perusahaan maupun perbaikan dan pemeliharaan ruang kantor perusahaan, termasuk biaya retribusi kebersihan dan iuran pengelolaan lingkungan.
4. Perjalanan
Perjalanan sebesar Rp2.017.914.059 digunakan oleh perusahaan, biaya ini tidak perlu dikoreksi karena menurut penulis biaya ini dikeluarkan untuk keperluan perusahaan yaitu biaya perjalanan dinas kantor.
5. Sumbangan dan Representasi
Sumbangan dan representasi sebesar Rp424.320.741 digunakan oleh perusahaan. Biaya Sumbangan yang dikeluarkan untuk biaya sumbangan penanggulangan bencana Nasional sebagaimana terdapat pada PPh Pasal 6 UU Nomor 36 Tahun 2008 yang dapat diakui pada akuntansi komersial. Dan tidak dikenakan koreksi pada representasi karena mempunyai daftar nominatif yang berdasarkan SE-/87/PJ.22/1986.
6. Sewa dan Pemeliharaan Gedung
Sewa dan pemeliharaan Gedung sebesar Rp3.121.424.334 digunakan oleh perusahaan.Perusahaan mengeluarkan biaya untuk menyewa gedung kantor yang digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan sehari-hari. Untuk biaya tersebut tidak perlu dikoreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 3 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.
7. Pos, Telepon dan Teleks
Besarnya koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan sebesar Rp352.500.000. Terdapat koreksi positif terhadap biaya Hp pegawai, dimana pemakaian dilakukan untuk kepentingan pribadi dan tidak boleh dibiayakan.
8. Beban Kantor
Besarnya koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan sebesar Rp465.700.000.Biaya kantor digunakan untuk kebutuhan kantor, seperti: membeli air minum galon untuk karyawan, tissue, pewangi, alat untuk kebersihan dan lain-lain yang berhubungan dengan kegiatan perusahaan serta yang mendukung kegiatan administrasi perusahaan. Misalnya: biaya pembelian tinta printer, pewangi ruangan, amplop, map plastik, pembelian ATK, pembelian kertas, baterai kalkulator, lakban coklat, kwitansi, cetak kartu nama, cetak kop surat.
9. Imbalan Kerja Karyawan
Besarnya koreksi positif yang dilakukan oleh perusahaan sebesar Rp1.500.273.000. Perusahaan menerapkan program imbalan kerja karyawan yang tidak didanai sesuai dengan Undang-undang Tenaga Kerja No. 13/2003 tanggal 25 Maret 2003 dan PSAK 24 (Revisi 2004) mengenai “Imbalan Kerja Karyawan”. Berdasarkan PSAK 24 (Revisi 2004), beban imbalan kerja karyawan menurut Undang-undang Tenaga Kerja diestimasi berdasarkan perhitungan aktuaria dengan menggunakan metode “Projected Unit Credit”.
10. Cadangan penurunan nilai persediaan
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp2.000.000.000. Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan tidak diperbolehkan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp491.396.267. Dilakukan koreksi karena penyusutan aset sewaan tidak boleh diakui dalam fiskal. Terdapat pada keputusan menteri keuangan pasal 16 ayat 1 huruf a yaitu perlakuan pajak penghasilan bagi lesse adalah sebagai berikut: a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. Jadi Kalau sudah lunas baru boleh disusutkan.
12. Amortisasi Aset Tidak Berwujud
Amortisasi aset tidak berwujud sebesar Rp1.770.230.610 digunakan oleh perusahaan.Biaya dikeluarkan oleh perusahaan atas hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan contoh nya hak cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, umurnya lebih dari 1 tahun dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya tidak boleh lebih dari 40 tahun.
13. Alat Tulis dan Barang Cetakan
Pembelian alat tulis dan barang cetakan sebesar Rp1.382.505.096 biaya ini digunakan untuk keperluan perusahaan oleh karena itu tidak dikenakan koreksi fiskal.
14. Cadangan Penurunan Nilai Piutang Usaha
Pada akun Cadangan penurunan nilai piutang usaha terdapat koreksi positif berjumlah Rp1.173.620.971. Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dibiayakan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
15. Listrik dan Energi
Litrik dan energy sebesar Rp1.004.201.814 digunakan oleh perusahaan.Karena pemakaian listrik digunakan untuk keperluan perusahaan atau kantor.
16. Pendidikan dan Pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan sebesar Rp896.309.191 digunakan oleh perusahaan.Tidak dilakukan koreksi positif karena sesuai dengan Pasal 6 ayat 1 huruf g bahwa biaya pelatihan boleh dibiayakan oleh perusahaan.
17. Jasa Profesional
Jasa profesional sebesar Rp426.409.460 digunakan oleh perusahaan.Digunakan oleh perusahaan untuk jasa audit, notaris, dan aktuaria.
18. Asuransi
Asuransi sebesar Rp292.795.738 digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal.
19. Biaya Lain-lain
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp260.320.000. Beban pemasaran, beban umum dan administrasi dan beban lain diakui sesuai manfaat nya pada tahun yang bersangkutan (accrual basis). Perubahan estimasi akuntansi pada hakekatnya merupakan suatun taksiran yang perlu direvisi dengan adanya informasi tambahan yang diketahui dalam periode berikutnya.Jumlah koreksi atas perubahan estimasi akuntansi yang berhubungan dengan periode sebelumnya harus dilaporkan dengan menyesuaikan saldo laba awal periode.
d. Penghasilan (beban) lain-lain 1. Laba (Rugi) Selisih Kurs-Bersih
Pendapatan selisih kurs sebesar Rp712.508.681 adalah realisasi keuntungan/kerugian selisih kurs yang dialami perusahaan disebabkan karena perusahaan membeli barang-barang dalam negeri dan melakukan pembayaran menggunakan dolar. Dalam biaya ini tidak dikoreksi, sesuai Pasal 4 ayat (1) huruf l Undang-undang Pajak Penghasilan bahwa keuntungan karena selisih kurs mata uang asing merupakan objek PPh. Selanjutnya Pasal 6 ayat (1) huruf e, kerugian yang diakibatkan oleh selisih kurs mata uang asing merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto (deductible). Keuntungan tersebut dapat disebabkam adanya fluktuasi kurs mata uang asing atau kebijaksanaan moneter.
2. Penghasilan Bunga
Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp271.092.210. Koreksi negatif sebesar Rp271.092.210, harus dilakukan koreksi terhadap akun ini, karena sesuai dengan UU Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 sebagai pajak penghasilan final dengan tarif sebesar 20%. 3. Laba Penjualan Aset Tetap
Pada akun laba penjualan aset tetap terdapat koreksi positif berjumlah Rp493.842.990.Penjualan tanah dan bangunan bersifat final UU Pasal 4 ayat 2 maka dilakukan koreksi.
4. Beban Bunga
Beban bunga sebesar Rp(10.349.382.326) dikeluarkan oleh perusahaan.Pada biaya ini perusahaan dan penulis tidak melakukan koreksi fiskal karena termasuk beban operasional perusahaan.
5. Beban Lain-lain Bersih
Koreksi positif terhadap Beban lain-lain bersih sebesar Rp540.670.000. Biaya ini dikoreksi oleh perusahaan dan penulis karena terdapat kegiatan yang diluar perusahaan.
Berikut ini laporan laba rugi dan penyesuaian fiskal yang telah dibuat sesuai dengan data diatas:
Tabel 4.6Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Tahun 2010PT Millenium Pharmacon International, Tbk
Uraian Menurut Komersial
Koreksi Fiskal menurut
perusahaan
Koreksi
Fiskal menurut penulis
Positif Negatif Positif Negatif
Penjualan bersih : Obat Rp 739.418.443.305 Rp 739.418.443.305 Rp 739.418.443.305 Suplemen makanan Rp 59.201.488.817 Rp 59.201.488.817 Rp 59.201.488,817 Produk diagnostik Rp 38.344.214.380 Rp 38.344.214.380 Rp 38.344.214.380 Jumlah Rp 836.964.146.502 Rp 836.964.146.502 Rp 836.964.146.502 Beban pokok penjualan: Persediaan awal Rp 96.287.141.837 Rp 96.287.141.837 Rp 96.287.141.837 Pembelian Rp 756.277.298.473 Rp 756.277.298.473 Rp 756.277.298.473 Biaya Pengiriman Rp 3.944.197.829 Rp 3.944.197.29 Rp 3.944.197.829 Persediaan akhir Rp (99.778.907.250) Rp(9.778.907.250) Rp (99.778.907.250) Jumlah Rp 756.729.730.889 Rp 756.729.730.889 Rp 756.729.730.889 Laba kotor Rp 80.234.415.613 Rp 80.234.415.613 Rp 80.234.415.613 Beban Usaha
Gaji, upah dan tunjangan
karyawan Rp 32.236.376.021 Rp 780.231.263 Rp 31.456.144.758 Rp 780.231.263 Rp 31.456.144.758
Iklan dan promosi Rp 4,829,305,104 Rp 4.829.305.104 Rp 4.829.305.104
Perbaikan dan Rp 6.153.531.071 Rp 6.153.531.071 Rp 6.153.531.071
6
Pemeliharaan Perjalanan Rp 2.017.914.059 Rp 2.017.914.059 Rp 2.017.914.059 sumbangan dan representasi Rp 424.320.741 Rp 424.320.741 Rp 424.320.741 Sewa dan pemeliharaan gedung Rp 3.121.424.334 Rp 3.121.424.334 Rp 3.121.424.334
Pos, telepon dan
teleks Rp 2.635.138.828 Rp 2.635.138.828 Rp 352.500.000 Rp 2.282.638.828 Beban kantor Rp 2.459.830.816 Rp 2.459.830.816 Rp 465.700.000 Rp 1.994.130.816 Imbalan kerja karyawan Rp 2.033.239.000 Rp 1.500.273.000 Rp 532.966.000 Rp 1.500.273.000 Rp 532.966.000 Cadangan penurunan nilai persediaan Rp 2.000.000.000 Rp 2.000.000.000 Rp - Rp 2.000.000.000 Rp - Penyusutan aset tetap Rp 1.990.256.003 Rp 491.396.267 Rp 1.498.859.736 Rp 491.396.267 Rp 1.498.859.736 Amortisasi aset tidak berwujud Rp 1.770.230.610 Rp 1.770.230.610 Rp 1.770.230.610
Alat tulis dan
barang cetakan Rp 1.382.505.096 Rp 1.382.505.096 Rp 1.382.505.096
Cadangan penurunan nilai
piutang usaha Rp 1.173.620.971 Rp 493.842.990 Rp 679.777.981 Rp 1.173.620.971 Rp -
Listrik dan energi Rp 1.004.201.814 Rp 1.004.201.814 Rp 1.004.201.814
pelatihan Jasa profesional Rp 426.409.460 Rp 426.409.460 Rp 426.409.460 Asuransi Rp 292.795.738 Rp 292.795.738 Rp 292.795.738 Biaya lain-lain Rp 408.486.375 Rp 408.486.375 Rp 260.320.000 Rp 148.166.375 Jumlah Rp 67.255.895.232 Rp 61.990.151.712 Rp 60.231.853.731 Laba usaha Rp 12.978.520.381 Rp 18.244.263.901 Rp 20.002.561.882 Penghasilan (beban) lain-lain
Laba (rugi) selisih
kurs - bersih Rp 712.508.681 Rp 712.508.681 Rp 712.508.681 Penghasilan bunga Rp 271.092.210 Rp (271.092.210) Rp - Rp (271,092,210) Rp - Laba penjualan aset tetap Rp 144.421.742 Rp 115.214.725 Rp 259.636.467 Rp 115.214.725 Rp 259.636.467 Beban bunga Rp (10.349.382.326) Rp (10.349.382.326) Rp (10.349.382.326) Beban Lain-lain - bersih Rp (1.501.132.702) Rp (1.501.132.702) Rp 540.670.000 Rp ( 960.462.702) Beban lain-lain - bersih Rp (10.722.492.395) Rp (10.878.369.880) Rp (10.337.699.880) Laba sebelum pajak penghasilan Rp 2.256.027.986 Rp 7.365.894.021 Rp 9.664.862.002 Sumber: PT MPI, Tbk 69
4.3.2 Rekonsiliasi Fiskal tahun 2011
Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT Millenium Pharmacon International, Tbk pada Tahun 2011 adalah sebagai berikut:
a. Penjualan Bersih 1. Obat
Penjualan bersih terhadap penjualan obat sebesar Rp852.658.077.263 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2. Suplemen makanan
Penjualan bersih terhadap penjualan suplemen makanan sebesar Rp85.140.385.895 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Produk diagnostik
Penjualan bersih terhadap penjualan produk diagnostik sebesar Rp35.412.257.645 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Yang menjadi objek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan ini termasuk objek penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal.
b. Beban Pokok Penjualan 1. Persediaan awal
Persediaan awal sebesar Rp99.778.907.250 digunakan oleh perusahaan. 2. Pembelian
Pembelian sebesar Rp901.881.755.958 digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan harga pokok penjualan berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal.
3. Biaya pengiriman
4. Persediaan akhir
Persediaan akhir sebesar Rp(120.432.195.384) digunakan oleh perusahaan.
c. Beban Usaha
1. Gaji, upah, dan tunjangan karyawan
Pada Beban Usaha terdapat akun yaitu akun Gaji dan Upah terdapat koreksi positif. Biaya Gaji dan Upah pada Beban Usaha terdapat koreksi positif, berjumlah Rp3.226.190.005. Koreksi positif dilakukan perusahaan karena perusahaan menanggung PPh 21 atas karyawan. Dimana biaya ini harus dilakukan koreksi positif karena PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan bukan merupakan pengurang sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf h (UU No. 36 Tahun 2008).
2. Iklan dan Promosi
Iklan dan promosi sebesar Rp5.319.011.634 digunakan oleh perusahaan.Tidak terdapat koreksi karena angka yang sudah dilaporkan sudah final.
3. Perbaikan dan Pemeliharaan
Perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp6.415.178.731 digunakan oleh perusahaan. Biaya ini tidak perlu dikoreksi karena merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung atau ruang yang disewakan perusahaan maupun perbaikan dan pemeliharaan ruang kantor perusahaan, termasuk biaya retribusi kebersihan dan iuran pengelolaan lingkungan.
4. Perjalanan
Perjalanan sebesar Rp2.061.908.948 digunakan oleh perusahaan, biaya ini tidak perlu dikoreksi karena menurut penulis biaya ini dikeluarkan untuk keperluan perusahaan yaitu biaya perjalanan dinas kantor.
5. Sumbangan dan Representasi
Sumbangan dan representasi sebesar Rp377.748.563 digunakan oleh perusahaan. Biaya Sumbangan yang dikeluarkan untuk biaya sumbangan penanggulangan bencana Nasional sebagaimana terdapat pada PPh Pasal 6 UU Nomor 36 Tahun 2008 yang dapat diakui pada akuntansi
komersial. Dan tidak dikenakan koreksi pada representasi karena mempunyai daftar nominatif yang berdasarkan SE-/87/PJ.22/1986. 6. Sewa dan Pemeliharaan Gedung
Sewa dan pemeliharaan Gedung sebesar Rp3.155.765.299 digunakan oleh perusahaan.Untuk biaya tersebut perusahaan dan penulis tidak memerlukan koreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf nomer 3 tentang biaya biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.
7. Imbalan Kerja Karyawan
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp1.967.377.700.Terdapat Koreksi positif perusahaan menerapkan program imbalan kerja karyawan yg tidak didanai sesuai UU Tenaga Kerja No. 13/2003 dan PSAK 24 (revisi 2004) mengenai “imbalan kerja karyawan”. Berdasarkan PSAK 24 (revisi 2004) beban imbalan kerja karyawan menurut UU tenaga kerja diestimasi berdasarkan perhitungan aktuaria dgn menggunakan metode “projected unit credit”.
8. Pos, Telepon dan Teleks
Koreksi positif sebesar Rp325.170.000dilakukan oleh perusahaan.Terdapat koreksi positif terhadap biaya Hp pegawai, dimana pemakaian dilakukan untuk kepentingan pribadi dan tidak boleh dibiayakan.
9. Beban Kantor
Koreksi positif sebesar Rp450.600.000 dilakukan oleh perusahaan. Seharusnya untuk biaya tersebut tidak perlu dikoreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Pasal 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 3 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.Tetapi pada perusahaan ini terdapat koreksi positif karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan tidak ada daftar nominatifnya.
10. Amortisasi Aset Tidak Berwujud
Amortisasi aset tidak berwujud sebesar Rp1.840.387.272 digunakan oleh perusahaan.Biaya dikeluarkan oleh perusahaan atas hak-hak istimewa
atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan contoh nya hak cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, umurnya lebih dari 1 tahun dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya tidak boleh lebih dari 40 tahun.
11. Penyisihan Nilai Piutang Usaha
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp1.748.430.358. Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dibiayakan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
12. Alat Tulis dan Barang Cetakan
Pembelian alat tulis dan barang cetakan sebesar Rp1.448.574.383. Biaya ini digunakan untuk keperluan perusahaan oleh karena itu tidak dikenakan koreksi fiskal.
13. Penyusutan aset tetap
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp73.750.000.Dilakukan koreksi karena penyusutan aset sewaan tidak boleh diakui dalam fiskal. Terdapat pada keputusan menteri keuangan pasal 16 ayat 1 huruf a yaitu perlakuan pajak penghasilan bagi lesse adalah sebagai berikut: a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. Jadi Kalau sudah lunas baru boleh disusutkan.
14. Listrik dan Energi
Litrik dan energi sebesar Rp1.092.986.221 digunakan oleh perusahaan.Tidak dilakukan koreksi karena pemakaian digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan.
15. Pendidikan dan Pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan sebesar Rp991.344.978 digunakan oleh perusahaan.Tidak dilakukan koreksi karena kegiatan pelatihan merupakan kegiatan usaha yang biayanya boleh dibiayakan pada akuntansi komersial perusahaan.
Jasa profesional sebesar Rp331.661.740 digunakan oleh perusahaan.Digunakan oleh perusahaan untuk jasa audit, notaris, dan aktuaria.
17. Asuransi
Asuransi sebesar Rp245.311.240 digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal.
18. Penyisihan Penurunan Nilai Persediaan
Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp(1.954.678.098).Terdapat koreksi negate berdasarkan penjelasan pasal 9 ayat 1 UU pajak penghasilan, pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali piutang tak tertagih untuk usaha bank, sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan tidak diperbolehkan
19. Pemulihan Cadangan Persediaan
Pemulihan cadangan persediaan sebesar Rp(354.594.105) digunakan oleh perusahaan.
20. Biaya Lain-lain
Biaya lain-lain sebesar Rp522.797.461 digunakan oleh perusahaan.Biaya ini dikoreksi oleh perusahaan dan penulis karena terdapat kegiatan yang diluar perusahaan
21. Pendapatan Operasi lain
Pendapatan sebesar Rp742.539.158 dikeluarkan oleh perusahaan 22. Beban Operasi lainnya
Beban Operasi sebesar Rp(290.739.604)
d. Penghasilan (beban) lain-lain 1. Laba Penjualan Aset tetap
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp32.531.592.Penjualan tanah dan bangunan bersifat final UU Pasal 4 ayat 2 maka dilakukan koreksi.
Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp(282.496.656).Pendapatan didapat dari penghasilan bunga maka harus dikoreksi sesuai dengan Pasal 4 ayat 2 yaitu Pajak Penghasilan Final. 3. Biaya Keuangan
Biaya keuangan sebesar Rp(11.144.705.409) dikeluarkan oleh perusahaan.
Berikut ini laporan laba rugi dan penyesuaian fiskal yang telah dibuat sesuai dengan data diatas.
Tabel 4.7Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Tahun 2011PT Millenium Pharmacon International, Tbk
Uraian Menurut Komersial
Koreksi Fiskal Menurut
Perusahaan
Koreksi Fiskal Menurut
Penulis
Positif Negatif Positif Negatif
Penjualan bersih : Obat Rp 852.658.077.263 Rp 852.658.077.263 Rp 852.658.077.263 Suplemen makanan Rp 85.140.385.895 Rp 85.140.385.895 Rp 85.140.385.895 Produk diagnostik Rp 35.412.257.645 Rp 35.412.257.645 Rp 35.412.257.645 Jumlah Rp 973.210.720.803 Rp 973.210.720.803 Rp 973.210.720.803 Beban pokok penjualan: Persediaan awal Rp 99.778.907.250 Rp 99.778.907.250 Rp 99.778.907.250 Pembelian Rp 901.881.755.958 Rp 901.881.755.958 Rp 901.881.755.958 Biaya Pengiriman Rp 4.762.636.061 Rp 4.762.636.061 Rp 4.762.636.061 Persediaan akhir Rp(120.432.195.384) Rp(120.432.195.384) Rp(120.432.195..384) Jumlah Rp 885.991.103.885 Rp 885.991.103.885 Rp 885.991.103.885 Laba kotor Rp 87.219.616.918 Rp 87.219.616.918 Rp 87.219.616.918 Beban Usaha
Gaji, upah dan tunjangan
Iklan dan promosi Rp 5.319.011.634 Rp 5.319.011.634 Rp 5.319.011.634 Perbaikan dan Pemeliharaan Rp 6.415.178.731 Rp 6.415.178.731 Rp 6.415.178.731 Perjalanan Rp 2.061.908.948 Rp 2.061.908.948 Rp 2.061.908.948 Sumbangan dan representasi Rp 377.748.563 Rp 377.748.563 Rp 377.748.563 Sewa dan pemeliharaan gedung Rp 3.155.765.299 Rp 3.155.765.299 Rp 3.155.765.299 Imbalan kerja karyawan Rp 2.616.753.000 Rp 1.967.377.700 Rp 649.375.300 Rp 1.967.377.700 Rp 649.375.300 Pos, telepon dan
teleks Rp 2.558.854.144 Rp 2.558.854.144 Rp 325.170.000 Rp 2.233.684.144 Beban kantor Rp 2.472.331.337 Rp 2.472.331.337 Rp 450.600.000 Rp 2.021.731.337 Amortisasi aset tidak berwujud Rp 1.840.387.272 Rp 1.840.387.272 Rp 1.840.387.272 Penyisihan penurunan nilai piutang usaha Rp 1.748.430.358 Rp 366.876.223 Rp 1.381.554.135 Rp 1.748.430.000 Rp - Alat tulis dan
barang cetakan Rp 1.448.574.383 Rp 1.448.574.383 Rp 1.448.574.383
Penyusutan aset
tetap Rp 1.326.659.213 Rp 73.750.000 Rp 1.252.909.213 Rp 73.750.000 Rp 1.252.909.213
Listrik dan energi Rp 1.092.986.221 Rp 1.092.986.221 Rp 1.092.986.221
Pendidikan dan
pelatihan Rp 991.344.978 Rp 991.344.978
Rp 991.344.978
7
Jasa profesional Rp 331.661.740 Rp 331.661.740 Rp 331.661.740 Asuransi Rp 245.311.240 Rp 245.311.240 Rp 245.311.240 Penyisihan penurunan nilai persediaan Rp - Rp (1.954.678.098) Rp 1.954.678.098 Rp (1.954.678.098) Rp 1.954.678.098 Pemulihan cadangan persediaan Rp (354.594.105) Rp (354.594.105) Rp (354.594.105) Biaya Lain-lain Rp 522.797.461 Rp 522.797.461 Rp 120.360.000 Rp 402.437.461 Jumlah Rp 70.692.865.850 Rp 67.013.350.020 Rp 64.735.665.885 pendapatan operasi lainnya Rp 742.539.158 Rp 742,539,158 Rp 742.539.158 beban operasi lainnya Rp (290.739.604) Rp (290.739.604) Rp (290.739.604) Laba usaha Rp 16.978.550.622 Rp 20.658.066.452 Rp 22.935.750.587 Penghasilan (beban) lain-lain
Laba penjualan aset
tetap Rp - Rp 32.531.592 Rp 32.531.592 Rp 32.531.592 Rp 32.531.592 Pendapatan
keuangan Rp 282.496.656 Rp (282.496.656) Rp - Rp (282.496.656) Rp -
Beban lain-lain - bersih Rp (10.862.208.753) Rp (11.112.173.817) Rp (11.112.173.817) Laba sebelum pajak penghasilan Rp 6.116.341.869 Rp 9.545.892.635 Rp 11.823.576.770 Sumber: PT MPI, Tbk 7 9
4.3.3 Rekonsiliasi Fiskal tahun 2012
Penjelasan koreksi fiskal yang terdapat dalam laporan laba rugi PT Millenium Pharmacon International, Tbk pada Tahun 2012 adalah sebagai berikut:
a. Penjualan Bersih 1. Obat
Penjualan bersih terhadap penjualan obat sebesar Rp1.032.372.330.988 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
2. Suplemen makanan
Penjualan bersih terhadap penjualan suplemen makanan sebesar Rp104.711.545.815 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
3. Produk diagnostik
Penjualan bersih terhadap penjualan produk diagnostik sebesar Rp35.890.916.179 yang dikeluarkan oleh perusahaan.
Yang menjadi ojbjek pajak adalah penghasilan, yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun. Pendapatan ini termasuk objek penghasilan sesuai dengan pasal 4 ayat (1) UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas pendapatan ini tidak dilakukan koreksi fiskal.
b. Beban Pokok Penjualan 1. Persediaan awal
Persediaan awal sebesar Rp120.432.195.384 digunakan oleh perusahaan. 2. Pembelian
Pembelian sebesar Rp 1.082.615.140.935 digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan harga pokok penjualan berkaitan dengan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal.
3. Biaya pengiriman
4. Persediaan akhir
Persediaan akhir sebesar Rp(140.502.022.253) digunakan oleh perusahaan.
c. Beban Usaha
1. Gaji, upah, dan tunjangan karyawan
Pada Beban Usaha terdapat akun yaitu akun Gaji dan Upah terdapat koreksi positif. Biaya Gaji dan Upah pada Beban Usaha terdapat koreksi positif, berjumlah Rp5.287.432. Terdapat koreksi positif perusahaan menanggung PPh 21 atas karyawan. Dimana biaya ini harus dilakukan koreksi positif karena PPh Pasal 21 yang ditanggung perusahaan bukan merupakan pengurang sesuai dengan pasal 9 ayat 1 huruf h (UU No. 36 Tahun 2008).
2. Iklan dan Promosi
Iklan dan promosi sebesar Rp7.372.365.764 digunakan oleh perusahaan.Tidak terdapat koreksi karena angka yang sudah dilaporkan sudah final.
3. Perbaikan dan Pemeliharaan
Perbaikan dan pemeliharaan sebesar Rp7.150.440.503 digunakan oleh perusahaan. Biaya ini tidak perlu dikoreksi karena merupakan biaya yang dikeluarkan untuk perbaikan dan pemeliharaan gedung atau ruang yang disewakan perusahaan maupun perbaikan dan pemeliharaan ruang kantor perusahaan, termasuk biaya retribusi kebersihan dan iuran pengelolaan lingkungan.
4. Perjalanan
Perjalanan sebesar Rp2.401.496.791 digunakan oleh perusahaan, biaya ini tidak perlu dikoreksi karena menurut penulis biaya ini dikeluarkan untuk keperluan perusahaan yaitu biaya perjalanan dinas kantor.
5. Sumbangan dan Representasi
Sumbangan dan representasi sebesar Rp402.647.702 digunakan oleh perusahaan.Sumbangan yang boleh dijadikan pengurang penghasilan oleh pajak adalah sumbangan dalam rangka penanggulangan bencana nasional yang ketentuannya diatur dalam peraturan pemerintah dan sumbangan untuk korban bencana nasional, antara lain Tsunami Nangroe Aceh
Darussalam / Sumatera Utara dan gempa di Yogjakarta. Hal ini diatur dalam KMK No. 609/KMK-03/2004 tentang perlakuan Pajak Penghasilan atas bantuan kemanusiaan bencana nasional di Nagroe Aceh Darussalam / Sumatera Utara dan gempa di Yogyakarta PMK no. 94/PMK.03/2006, serta sumbangan dalam rangka bantuan GNOTA sesuai SE-33/PJ.421/1996.Dan tidak dilakukan koreksi terhadap biaya representasi karena perusahaan memiliki daftar nominatif.
6. Sewa dan Pemeliharaan Gedung
Sewa dan pemeliharaan Gedung sebesar Rp3.690.524.711 digunakan oleh perusahaan. Pada akun in tidak dilakukan koreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Nomor 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf nomer 3 tentang biaya biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto. 7. Imbalan Pasca-Kerja
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp2.928.623.000.Yang dimaksud dgn imbalan pasca kerja adalah program-program seperti program pensiun, asuransi jiwa pasca kerja, imbalan kesehatan pasca kerja, yang mana sejumlah uang akan dibayarkan setelah keryawan telah berhenti berkerja, PT MPI setiap tahun menyisihkan sejumlah dana untuk membiayai program- program ini, namun pada pasal 9 ayat 1 UU pajak penghasilan tidak memperbolehkan adanya pembentukan dana cadangan sehingga akun ini harus dikoreksi. 8. Beban Kantor
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp335.640.000. Seharusnya untuk biaya tersebut tidak perlu dikoreksi karena merupakan salah satu komponen biaya pengurang penghasilan bruto sesuai dengan Undang Undang PPh Pasal 36 Tahun 2008 Pasal 6 ayat 1 huruf a nomor 3 tentang biaya-biaya yang dapat menjadi pengurang penghasilan bruto.Tetapi pada perusahaan ini terdapat koreksi positif karena adanya biaya-biaya yang dikeluarkan tidak ada daftar nominatifnya.
9. Pos, Telepon dan Teleks
Koreksi positif sebesar Rp389.800.000 dilakukan oleh perusahaan.Terdapat koreksi positif terhadap biaya Hp pegawai, dimana pemakaian dilakukan untuk kepentingan pribadi dan tidak boleh dibiayakan.
10. Amortisasi Aset Tidak Berwujud
Amortisasi aset tidak berwujud sebesar Rp1.840.387.272 digunakan oleh perusahaan. Biaya dikeluarkan oleh perusahaan atas hak-hak istimewa atau posisi yang menguntungkan guna menghasilkan pendapatan contoh nya hak cipta, hak eksplorasi dan eksploitasi, paten, umurnya lebih dari 1 tahun dapat diamortisasi selama periode pemanfaatannya tidak boleh lebih dari 40 tahun.
11. Alat Tulis dan Barang Cetakan
Pembelian alat tulis dan barang cetakan sebesar Rp1.631.539.675 biaya ini digunakan untuk keperluan perusahaan oleh karena itu tidak dikenakan koreksi fiskal.
12. Penyusutan aset tetap
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp73.750.000.Dilakukan koreksi karena penyusutan aset sewaan tidak boleh diakui dalam fiskal. Terdapat pada keputusan menteri keuangan pasal 16 ayat 1 huruf a yaitu perlakuan pajak penghasilan bagi lesse adalah sebagai berikut: a. selama masa sewa-guna-usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang modal yang disewa-guna-usaha, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli. Jadi Kalau sudah lunas baru boleh disusutkan.
13. Listrik dan Energi
Litrik dan energy sebesar Rp1.254.291.452 digunakan oleh perusahaan.Karena digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan. 14. Penyisihan Penurunan Nilai Piutang Usaha
Pada akun Penyisihan penurunan nilai piutang usaha terdapat koreksi positif berjumlah Rp1.182.892.835. Koreksi positif tersebut disebabkan karena pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak boleh dibiayakan. Sesuai pasal 9 ayat (1) Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983
tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36 Tahun 2008.
15. Pendidikan dan Pelatihan.
Pendidikan dan pelatihan sebesar Rp 1.083.191.775 digunakan oleh perusahaan.Tidak dilakukan koreksi karena kegiatan pelatihan merupakan kegiatan usaha yang biayanya boleh dibiayakan pada akuntansi komersial perusahaan.
16. Jasa Profesional
Jasa profesional sebesar Rp418.448.380 digunakan oleh perusahaan.Digunakan oleh perusahaan untuk jasa audit, notaris, dan aktuaria.
17. Asuransi
Asuransi sebesar Rp251.290.694 digunakan oleh perusahaan, biaya ini merupakan biaya untuk mendapatkan, menagih, memelihara penghasilan sesuai pasal 6 ayat 1 huruf a UU no 36 tahun 2008. Oleh karena itu atas biaya-biaya tersebut tidak dikoreksi fiskal.
18. Pemulihan Cadangan Persediaan
Tidak ada biaya yang dikeluarkan untuk akun pemulihan cadangan persediaan.
19. Biaya Lain-lain
Besarnya koreksi positif yang dikeluarkan oleh perusahaan sebesar Rp632.022.869.
20. Pendapatan Operasi Lain
Pendapatan sebesar Rp624.876.660 dikeluarkan oleh perusahaan. 21. Beban Operasi Lain
Besarnya koreksi positif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp350.459.000. Dikoreksi karena terdapat kegiatan yang diluar perusahaan
d. Penghasilan (beban) lain-lain 1. Pendapatan Keuangan
Besarnya koreksi negatif yang dilakukan perusahaan sebesar Rp(307.351.673)
2. Biaya Keuangan
Berikut ini laporan laba rugi dan penyesuaian fiskal yang telah dibuat sesuai dengan data diatas.
Tabel 4.8Rekonsiliasi Laporan Keuangan Komersial dan Laporan Keuangan Fiskal Tahun 2012PT Millenium Pharmacon International, Tbk
Uraian Menurut Komersial
Koreksi Fiskal Menurut
Perusahaan
Koreksi Fiskal Menurut
Penulis
Positif Negatif Positif Negatif
Penjualan bersih : Obat Rp 1.032.372.330.988 Rp 1.032.372.330.988 Rp1.032.372.330.988 Suplemen makanan Rp 104.711.545.815 Rp 104.711.545.815 Rp 104.711.545.815 Produk diagnostik Rp 35.890.916.179 Rp 35.890.916.179 Rp 35.890.916.179 Jumlah Rp 1.172.974.792.982 Rp 1.172.974.792.982 Rp1.172.974.792.982 Beban pokok penjualan: Persediaan awal Rp 120.432.195.384 Rp 120.432.195.384 Rp 120.432.195.384 Pembelian Rp 1.082.615.140.935 Rp 1.082.615.140.935 Rp1.082.615.140.935 Biaya Pengiriman Rp 5.970.106.645 Rp 5.970.106.645 Rp 5.970.106.645 Persediaan akhir Rp (140.502.022.253) Rp (140.502.022.253) Rp(140.502.022.253) Jumlah Rp 1.068.515.420.711 Rp 1.068.515.420.711 Rp1.068.515.420.711 Laba kotor Rp 104.459.372.271 Rp 104.459.372.271 Rp 104.459.372.271 Beban Usaha 8 5
Gaji, upah dan
tunjangan karyawan Rp 40.509.684.045 Rp 5.287.432 Rp 40.504.396.613 Rp 5.287.432
Rp 40.504.396.613
Iklan dan promosi Rp 7.372.365.764 Rp 7.372.365.764 Rp 7.372.365.764
Perbaikan dan Pemeliharaan Rp 7.150.440.503 Rp 7.150.440.503 Rp 7.150.440.503 Perjalanan Rp2.401.496.791 Rp 2.401.496.791 Rp 2.401.496.791 Sumbangan dan representasi Rp 402.647.702 Rp 402.647.702 Rp 402.647.702 Sewa dan pemeliharaan gedung Rp 3.690.524.711 Rp 3.690.524.711 Rp 3.690.524.711 Imbalan pasca-kerja Rp 3.352.457.000 Rp 2.928.623.000 Rp 423.834.000 Rp2.928.623.000 Rp 423.834.000 Beban kantor Rp 3.194.598.197 Rp 3.194.598.197 Rp 335.640.000 Rp 2.858.958.197 Pos, telepon, dan
teleks Rp 2.537.875.646 Rp 2.537.875.646 Rp 389.800.000 Rp 2.148.075.646
Amortisasi aset tak
berwujud Rp1.840.387.272 Rp 1.840.387.272 Rp 1.840.387.272
Alat tulis dan barang
cetakan Rp 1.631.539.675 Rp 1.631.539.675 Rp 1.631.539.675
Penyusutan aset
tetap Rp 1.583.482.429 Rp 73.750.000 Rp 1.509.732.429 Rp 73.750.000 Rp 1.509.732.429
Listrik dan energi Rp 1.254.291.452 Rp 1.254.291.452 Rp 1.254.291.452
Penyisihan penurunan nilai
piutang usaha Rp 1.182.892.835 Rp 1.182.892.835 Rp - Rp1.182.892.835 Rp -
pelatihan Jasa profesional Rp 418.448.380 Rp 418.448.380 Rp 418.448.380 Asuransi Rp 251.290.694 Rp 251.290.694 Rp 251.290.694 Pemulihan cadangan persediaan Rp - Rp - Rp - Biaya lain-lain Rp 558.975.991 Rp 632.022.869 Rp (73.046.878) Rp 632.022.869 Rp (73.046.878) Jumlah Rp 80,416,590,862 Rp 75.594.014.726 Rp 74.868.574.726 Pendapatan operasi lain Rp 624.876.660 Rp 624.876.660 Rp 624.876.660
Beban operasi lain Rp 1.730.976.935 Rp 1.730.976.935 Rp 350.459.000 Rp 1.380.517.935
Laba usaha Rp 22.936.681.134 Rp 27.759.257.270 Rp 28.835.156.270 Penghasilan (beban) lain-lain Pendapatan keuangan Rp 307.351.673 Rp (307.351.673) Rp - Rp (307.351.673) Rp - Biaya keuangan Rp (9.980.260.070) Rp (9.980.260.070) Rp (9.980.260.070) Beban lain-lain - bersih Rp (9.672.908.397) Rp (9.980.260.070) Rp (9.980.260.070) Laba sebelum pajak penghasilan Rp 13.263.772.737 Rp 17.778.997.200 Rp 18.854.896.200 Sumber: PT MPI, Tbk 8 7
4.4 Perhitungan Laba Kena Pajak oleh Penulis
Setelah melihat Laporan Laba Rugi dan Laporan Fiskal baik yang dikoreksi positif dan negatif, maka selanjutnya adalah menghitung Laba Kena Pajak. Penjabaran rekonsiliasi antara laba sebelum pajak menurut akuntansi dengan Penghasilan Kena Pajak yang disajikan dalam tahun 2010, 2011 dan 2012, yaitu sebagai berikut:
Laba Kena Pajak tahun 2010
Laba bersih menurut (akuntansi komersial) Rp 2.256.027.986 Koreksi positif:
1. Gaji, upah dan
tunjangan karyawanRp 780.231.263 2. Pos, Telepon dan Teleks Rp 352.500.000 3. Beban kantor Rp 465.700.000 4. Imbalan kerja karyawan Rp 1.500.273.000 5. Cadangan
penurunan nilai persediaan Rp 2.000.000.000
6. Penyusutan aset
tetap Rp 491.396.267
7. Cadangan
penurunan nilai piutang usahaRp 1.173.620.971
8. Biaya Lain-lain Rp 260.320.000 9. Laba penjualan aset tetapRp 115.214.725 10. Beban lain-lain bersih Rp 540.670.000
Total koreksi positif Rp7.679.926.226(+)
Koreksi negatif:
1. Penghasilan
bunga Rp 271.092.210
Total koreksi negatif Rp 271.092.210(-)
Dari koreksi-koreksi yang telah dilakukan mendapatkan Laba Kena Pajak menurut fiskal sebesar Rp9.664.862.002. Sesuai dengan pasal 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 4 yang dimana jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh menjadi Rp9.664.862.000.
Laba Kena Pajak tahun 2011
Laba bersih menurut (akuntansi komersial) Rp 6.116.341.869 Koreksi positif:
1. Gaji, upah dan
tunjangan karyawan Rp 3.226.190.005 2. Imbalan kerja karyawan Rp 1.967.377.700 3. Pos, Telepon dan Teleks Rp 325.170.000 4. Beban kantor Rp 450.600.000 5. Penyisihan
penurunan nilai piutang usaha Rp 1.748.430.358
6. Penyusutan aset tetap Rp73.750.000 7. Biaya Lain-lain Rp 120.360.000 8. Laba penjualan aset tetap Rp 32.531.592
Total koreksi positifRp 7.944.409.655(+) Koreksi negatif:
1. Penyisihan
penurunan nilai persediaan Rp 1.954.678.098
2. Pendapatan
keuangan Rp 282.496.656
Total koreksi negatif Rp 2.237.174.754(-) Penghasilan Kena Pajak Rp11.823.576.770
Dari koreksi-koreksi yang telah dilakukan mendapatkan Laba Kena Pajak menurut fiskal sebesar Rp11.823.576.770. Sesuai dengan pasal 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 4 yang dimana jumlah Penghasilan Kena Pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh menjadi Rp11.823.576.000.
Laba Kena Pajak tahun 2012
Laba bersih menurut (akuntansi komersial) Rp 13.263.772.737 Koreksi positif:
1. Gaji, upah dan
tunjangan karyawan Rp 5.287.432 2. Imbalan pasca – kerja Rp 2.928.623.000 3. Beban Kantor Rp 335.640.000 4. Pos, Telepon dan Teleks Rp 389.800.000 5. Penyusutan aset tetap Rp 73.750.000 6. Penyisihan
penurunan nilai piutang usaha Rp 1.182.892.835
7. Biaya Lain-lain
Rp 632.022.869
8. Beban Operasi
lain Rp 350.459.000
Total koreksi positif Rp 5.898.475.136(+) Koreksi negatif:
9. Pendapatan
keuangan Rp 307.351.673
Total koreksi negatif Rp 307.351.673(-) Penghasilan Kena Pajak Rp 18.854.896.200
Dari koreksi-koreksi yang telah dilakukan mendapatkan laba kena pajak menurut fiskal sebesarRp18.854.896.200. Sesuai dengan pasal 36 tahun 2008 pasal 17 ayat 4 yang
dimana jumlah penghasilan kena pajak dibulatkan ke bawah dalam ribuan rupiah penuh menjadi Rp18.854.896.000.
4.5 Analisis Perhitungan PPh Pasal 25 di PT Millenium Pharmacon International, Tbk
Pajak Penghasilan Pasal 25 adalah angsuran Pajak Penghasilan yang harus dibayar sendiri oleh wajib pajak untuk tahun pajak berjalan.Angsuran Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut dapat dijadikan sebagai kredit pajak yang terutang atas seluruh penghasilan Wajib Pajak pada akhir tahun pajak yang dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan Pajak Penghasilan.
4.5.1 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 2010 oleh Penulis
PPh 22 : yaitu kegiatan pembelian barang oleh bendaharawan akan dikenakan tarif sebesar 1,5%. PPh pasal 22 selama tahun 2010 sebesar Rp1.157.866.228. PPh 23 : yaitu atas hadiah dan penghargaan yang dipotong PPh pasal 23. Pajak
penghasilan pada tahun 2010 sebesar Rp57.782.971. PPh 24 : Perusahaan tidak adanya kredit pajak luar negeri
a) Menurut SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan dengan atau form 1771 dengan nama wajib pajak adalah PT MPI, Tbk. Besarnya angsuran PPh pasal 25 pada tahun berjalan adalah Rp56.256.916dengan perhitungan sebagai berikut : a) Penghasilan yang menjadi angsuran Rp 7.365.894.000
b) Kompensasi kerugian -
c) Penghasilan kena pajak Rp7.365.894.000 d) PPh terutang : (Rp7.365.894.000x 25%) = Rp 1.841.473.500
e) Kredit pajak Rp 1.166.390.507
f) PPh yang harus dibayar sendiri (d-e) Rp 675.082.993 g) PPh Pasal 25 : (1/12 x f) Rp56.256.916
b) Dan untuk perhitungan sesuai ketentuan perpajakan yang telah dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut :
a) Penghasilan yang menjadi angsuran Rp 9.664.862.000
b) Kompensasi kerugian -
c) Penghasilan kena pajak Rp9.664.862.000 d) PPh terutang : (Rp9.664.862.000 x 25%) = Rp2.416.215.500
e) Kredit pajak Rp 1.166.390.507
g) PPh Pasal 25 : (1/12 x f) Rp 104.152.082
Didalam perhitungan PPh pasal 25 antara perusahaan dengan penulis terdapat perbedaan perhitungan.Pembayaran yang dilakukan oleh PT MPI, Tbk dan dalam penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 setiap bulan, PT MPI, Tbk pada tahun 2010 sudah melaksanakan kewajiban perpajakan secara tepat waktu sehingga menurut peneliti pada tahun 2010 tidak dikenakan sanksi. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Jo.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 yang mengatur tentang tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, bahwa pasal 25 dibayar atau disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Dan berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 bahwa pembayaran dan penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan. Maka, untuk tahun 2011 PT MPI, Tbk tidak melewati batas jatuh tempo penyetoran atau pelaporan, maka tidak ada sanksi yang harus dibayar oleh PT MPI, Tbk.
Berdasarkan Pasal 7 Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Nomor 28 Tahun 2007, apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktunya maka akan dikenakan sanksi Rp100.000 untuk Surat Pemberitahuan Masa Pajak Penghasilan. Dan berdasarkan Pasal 3 ayat (3) Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (KUP) Nomor 28 Tahun 2007 batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 hari setelah akhir Masa Pajak. Maka, untuk tahun 2010, PT MPI, Tbk telah melakukan pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 25 sebelum jatuh tempo, sehingga menurut peneliti bahwa PT MPI, Tbk tidak mendapatkan sanksi apapun.
4.5.2 Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 25 Tahun 2011
PPh 22 : yaitu kegiatan pembelian barang oleh bendaharawan akan dikenakan tarif sebesar 1,5%. PPh pasal 22 selama tahun 2010 sebesar Rp1.643.193.899. PPh 23 : yaitu atas imbalan/jasa lainnya yang dipotong PPh pasal 23. Pajak penghasilan
pada tahun 2011 sebesar Rp3.041.707.
a) Menurut SPT tahunan pajak penghasilan wajib pajak badan dengan atau form 1771 dengan nama wajib pajak adalah PT MPI, Tbk. Besarnya angsuran PPh pasal 25 pada tahun berjalan adalah Rp 61.686.449 dengan perhitungan sebagai berikut : a) Penghasilan yang menjadi angsuran Rp9.545.892.000
b) Kompensasi kerugian -
c) Penghasilan kena pajak Rp9.545.892.000 d) PPh terutang : (Rp9.545.892.000 x 25%) = Rp 2.386.473.000
e) Kredit pajak Rp 1.646.235.606
f) PPh yang harus dibayar sendiri (d-e) Rp740.237.394 g) PPh Pasal 25 : (1/12 x f) Rp61.686.449
b) Dan untuk perhitungan sesuai ketentuan perpajakan yang telah dilakukan oleh penulis yaitu sebagai berikut :
a) Penghasilan yang menjadi angsuran Rp11.823.576.000
b) Kompensasi kerugian -
c) Penghasilan kena pajak Rp11.823.576.000 d) PPh terutang : (Rp11.823.576.000x 25%) = Rp2.955.894.000
e) Kredit pajak Rp1.646.235.606
f) PPh yang harus dibayar sendiri (d-e) Rp 1.309.658.394 g) PPh Pasal 25 : (1/12 x f) Rp109.138.199
Didalam perhitungan PPh pasal 25 antara perusahaan dengan penulis terdapat perbedaan perhitungan.Pembayaran yang dilakukan oleh PT MPI, Tbk dan penyetoran Pajak Penghasilan Pasal 25 setiap bulan, PT MPI, Tbk pada tahun 2011 sudah melaksanakan kewajiban perpajakan secara tepat waktu sehingga menurut peneliti pada tahun 2011 tidak dikenakan sanksi. Berdasarkan Pasal 9 ayat (1) Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 Jo.Peraturan Menteri Keuangan Nomor 184/PMK.03/2007 yang mengatur tentang tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, bahwa pasal 25 dibayar atau disetor paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya. Dan berdasarkan Pasal 9 ayat (2) Undang-undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan Nomor 28 Tahun 2007 bahwa pembayaran dan penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% per bulan. Maka, untuk tahun 2011 PT MPI, Tbk tidak melewati batas jatuh tempo penyetoran atau pelaporan, maka tidak ada sanksi yang harus dibayar oleh PT MPI, Tbk.