• Tidak ada hasil yang ditemukan

Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Cephalgia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Cephalgia"

Copied!
12
0
0

Teks penuh

(1)

ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CEPHALGIA ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN CEPHALGIA Pengkajian

Pengkajian

1. Data Subyektif  1. Data Subyektif 

Pengertian pasien tentang s

Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.akit kepala dan kemungkinan penyebabnya.

• Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress. •

• Langkah - langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.Langkah - langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan. •

• TemTempatpat, , frekfrekwenwensi, si, polpola a dan dan sifsifat at sakisakit t kepkepala ala tertermasmasuk uk temtempat pat nyenyeri, ri, lamlama a dandan

interval diantara sakit kepala. interval diantara sakit kepala.

• Awal serangan sakit kepala.Awal serangan sakit kepala. •

• Ada gejala prodomal atau tidak Ada gejala prodomal atau tidak  •

• Ada gejala yang menyertai.Ada gejala yang menyertai. •

• Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren).Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren). •

• Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah. •

• Ada alergi atau tidak.Ada alergi atau tidak.

2. Data Obyektif  2. Data Obyektif 

• Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri. •

• Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari - hari.Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari - hari. •

• Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial.Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial. •

• Suhu badanSuhu badan •

• Drainase dari sinus.Drainase dari sinus.

Dalam

Dalam pengpengkajian sakit kajian sakit kepalkepala, a, beberbeberapa apa butir penting perlu butir penting perlu diperdipertimbantimbangkangkan. . DiantDiantaranyaaranya ialah:

ialah:

• Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atauSakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau

gangguan organik. gangguan organik.

• Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atauSakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau

terjadi peningkatan tekanan intrakranial. terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

• Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain.Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain. •

• SakSakit it kepkepala ala yanyang g disdisertaertai i penpeningingkatkatan an tektekanaanan n intintrakrakranranial ial biabiasansanya ya timtimbil bil padpadaa

waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur. waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.

• Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk.Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk. •

• Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress. •

• Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi padaRasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada

sakit kepala yang psikogenis. sakit kepala yang psikogenis.

(2)

• Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus. • Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan

makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian  juga alkohol.

• Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam lingkungan

kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.

• Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.

• Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji.

3. Pemeriksaan Diagnostik 

• CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk 

menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.

• MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis

dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat  bayangan struktur tubuh.

• Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini

tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor  otak, karena penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem  pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode

koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Intervensi Keperawatan

1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.

Intervensi ;

• Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau

terapi apa yang telah digunakan

• Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal :

 berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.

• Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus,

trauma servikal, hipertensi atau trauma.

• Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh,

gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi  jantung/pernafasan, tekanan darah.

(3)

• Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang • Evaluasi perilaku nyeri

• Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan

aktivitas, penurunan berat badan.

• Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti

mengisolasi diri.

• Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi,

 pasangan/keluarga

• Diskusikan dinamika fisiologi dari ketegangan/ansietas dengan pasien/orang terdekat • Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul. • Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.

• Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang. • Berikan kompres dingin pada kepala.

• Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan. • Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.

• Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri,

dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.

• Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang

relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.

• Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat

sesuai indikasi.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak  adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Intervensi ;

• Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan

yang daoat diajarkan.

• Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.

• Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit

kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.

• Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.

• Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang

(4)

• Kolaborasi

• Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat

 pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Intervensi ;

• Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.

• Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti

stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.

• Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk 

menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi

• Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan ,

makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.

• Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.

• Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan

 bersenang-senang

• Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan

tertawa/tersenyum.

• Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.

• Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor 

yang berhubungan atau faktor presipitasinya.

• Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk 

• Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi

yang bukan terapi medis Daftar Pustaka

1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.

2. 2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. 3. 3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman

untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien, Edisi 3, EGC, Jakarta. 4. 4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat,

Jakarta.

5. 5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan, Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.

6. 6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses - proses penyakit. EGC, Jakarta

(5)

Askep Cephalgia

Cephalgiaatau sakit kepala adalah salah satu keluhan fisik paling utama manusia. Sakit kepala pada kenyataannya adalah gejala bukan penyakit dan dapat menunjukkan penyakit organik ( neurologi atau penyakit lain), respon stress, vasodilatasi (migren), tegangan otot rangka (sakit kepala tegang) atau kombinasi respon tersebut (Brunner & Suddan ) Klasifikasi

Klasifikasi sakit kepala yang paling baru dikeluarkan oleh Headache Classification Cimitte of the International Headache Society sebagai berikut:

1. Migren (dengan atau tanpa aura) 2. Sakit kepala tegang

3. Sakit kepala klaster dan hemikrania paroksismal

4. Berbagai sakit kepala yang dikaitkan dengan lesi struktural. 5. Sakit kepala dikaitkan dengan trauma kepala.

6. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan vaskuler (mis. Perdarahan subarakhnoid).

7. Sakit kepala dihubungkan dengan gangguan intrakranial non vaskuler ( mis. Tumor  otak)

8. Sakit kepala dihubungkan dengan penggunaan zat kimia tau putus obat. 9. Sakit kepala dihubungkan dengan infeksi non sefalik.

10. Sakit kepala yang dihubungkan dengan gangguan metabolik (hipoglikemia).

11. Sakit kepala atau nyeri wajah yang dihubungkan dengan gangguan kepala, leher atau struktur sekitar kepala ( mis. Glaukoma akut)

12. Neuralgia kranial (nyeri menetap berasal dari saraf kranial) Patofisiologi

Sakit kepala timbul sebagai hasil perangsangan terhadap bangunan-bangunan diwilayah kepala dan leher yang peka terhadap nyeri. Bangunan-bangunan ekstrakranial yang peka nyeri ialah otot-otot okspital, temporal dan frontal, kulit kepala, arteri-arteri subkutis dan

(6)

 periostium. Tulang tengkorak sendiri tidak peka nyeri. Bangunan-bangunan intrakranial yang  peka nyeri terdiri dari meninges, terutama dura basalis dan meninges yang mendindingi sinus

venosus serta arteri-arteri besar pada basis otak. Sebagian besar dari jaringan otak sendiri tidak peka nyeri.

Perangsangan terhadap bangunan-bangunan itu dapat berupa:

• Infeksi selaput otak : meningitis, ensefalitis.

• Iritasi kimiawi terhadap selaput otak seperti pada perdarahan subdural atau setelah

dilakukan pneumo atau zat kontras ensefalografi.

• Peregangan selaput otak akibat proses desak ruang intrakranial, penyumbatan jalan

lintasan liquor, trombosis venos spinosus, edema serebri atau tekanan intrakranial yang menurun tiba-tiba atau cepat sekali.

• Vasodilatasi arteri intrakranial akibat keadaan toksik (seperti pada infeksi umum,

intoksikasi alkohol, intoksikasi CO, reaksi alergik), gangguan metabolik (seperti hipoksemia, hipoglikemia dan hiperkapnia), pemakaian obat vasodilatasi, keadaan  paska contusio serebri, insufisiensi serebrovasculer akut).

• Gangguan pembuluh darah ekstrakranial, misalnya vasodilatasi ( migren dan cluster 

headache) dan radang (arteritis temporalis)

• Gangguan terhadap otot-otot yang mempunyai hubungan dengan kepala, seperti pada

spondiloartrosis deformans servikalis.

• Penjalaran nyeri (reffererd pain) dari daerah mata (glaukoma, iritis), sinus (sinusitis),

 baseol kranii ( ca. Nasofaring), gigi geligi (pulpitis dan molar III yang mendesak gigi) dan daerah leher (spondiloartritis deforman servikalis.

• Ketegangan otot kepala, leher bahu sebagai manifestasi psikoorganik pada keadaan

depresi dan stress. Dalam hal ini sakit kepala sininim dari pusing kepala. Manifestasi Klinis

a. Migren

Migren adalah gejala kompleks yang mempunyai karakteristik pada waktu tertentu dan serangan sakit kepala berat yang terjadi berulang-ulang. Penyebab migren tidak diketahui  jelas, tetapi ini dapat disebabkan oleh gangguan vaskuler primer yang biasanya banyak terjadi  pada wanita dan mempunyai kecenderungan kuat dalam keluarga.

Tanda dan gejala adanya migren pada serebral merupakan hasil dari derajat iskhemia kortikal yang bervariasi. Serangan dimulai dengan vasokonstriksi arteri kulit kepala dam pembuluh darah retina dan serebral. Pembuluh darah intra dan ekstrakranial mengalami dilatasi, yang menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan.

(7)

1. Fase aura.

Berlangsung lebih kurang 30 menit, dan dapat memberikan kesempatan bagi pasien untuk  menentukan obat yang digunakan untuk mencegah serangan yang dalam. Gejala dari periode ini adalah gangguan penglihatan ( silau ), kesemutan, perasaan gatal pada wajah dan tangan, sedikit lemah pada ekstremitas dan pusing.

Periode aura ini berhubungan dengan vasokonstriksi tanpa nyeri yang diawali dengan  perubahan fisiologi awal. Aliran darah serebral berkurang, dengan kehilangan autoregulasi

laanjut dan kerusakan responsivitas CO2.

2. Fase sakit kepala

Fase sakit kepala berdenyut yang berat dan menjadikan tidak mampu yang dihungkan dengan fotofobia, mual dan muntah. Durasi keadaan ini bervariasi, beberapa jam dalam satu hari atau  beberapa hari.

3. Fase pemulihan

Periode kontraksi otot leher dan kulit kepala yang dihubungkan dengan sakit otot dan ketegangan lokal. Kelelahan biasanya terjadi, dan pasien dapat tidur untuk waktu yang  panjang.

b. Cluster Headache

Cluster Headache adalah bentuk sakit kepal vaskuler lainnya yang sering terjadi pada pria. Serangan datang dalam bentuk yang menumpuk atau berkelompok, dengan nyeri yang menyiksa didaerah mata dan menyebar kedaerah wajah dan temporal. Nyeri diikuti mata  berair dan sumbatan hidung. Serangan berakhir dari 15 menit sampai 2 jam yang menguat

dan menurun kekuatannya.

Tipe sakit kepala ini dikaitkan dengan dilatasi didaerah dan sekitar arteri ekstrakranualis, yang ditimbulkan oleh alkohol, nitrit, vasodilator dan histamin. Sakit kepala ini berespon terhadap klorpromazin.

c. Tension Headache

Stress fisik dan emosional dapat menyebabkan kontraksi pada otot-otot leher dan kulit kepala, yang menyebabkan sakit kepala karena tegang. Karakteristik dari sakit kepala ini  perasaan ada tekanan pada dahi, pelipis, atau belakang leher. Hal ini sering tergambar sebagai

“beban berat yang menutupi kepala”. Sakit kepala ini cenderung kronik daripada berat. Pasien membutuhkan ketenangan hati, dan biasanya keadaan ini merupakan ketakutan yang tidak terucapkan. Bantuan simtomatik mungkin diberikan untuk memanaskan pada lokasi, memijat, analgetik, antidepresan dan obat relaksan otot.

(8)

Cephalgia Pengkajian

Data subyektif dan obyektif sangat penting untuk menentukan tentang penyebab dan sifat dari sakit kepala.

1. Data Subyektif 

a. Pengertian pasien tentang sakit kepala dan kemungkinan penyebabnya.  b. Sadar tentang adanya faktor pencetus, seperti stress.

c. Langkah – langkah untuk mengurangi gejala seperti obat-obatan.

d. Tempat, frekwensi, pola dan sifat sakit kepala termasuk tempat nyeri, lama dan interval diantara sakit kepala.

e. Awal serangan sakit kepala. f. Ada gejala prodomal atau tidak  g. .Ada gejala yang menyertai.

h. Riwayat sakit kepala dalam keluarga (khusus penting sekali bila migren). i. Situasi yang membuat sakit kepala lebih parah.

 j. Ada alergi atau tidak. 2. Data Obyektif 

a. Perilaku : gejala yang memperlihatkan stress, kecemasan atau nyeri.  b. Perubahan kemampuan dalam melaksanakan aktifitas sehari – hari.

(9)

c. Terdapat pengkajian anormal dari sistem pengkajian fisik sistem saraf cranial. d. Suhu badan

e. Drainase dari sinus.

Dalam pengkajian sakit kepala, beberapa butir penting perlu dipertimbangkan. Diantaranya ialah:

a. Sakit kepala yang terlokalisir biasanya berhubungan dengan sakit kepala migrain atau gangguan organik.

 b. Sakit kepala yang menyeluruh biasanya disebabkan oleh penyebab psikologis atau terjadi peningkatan tekanan intrakranial.

c. Sakit kepala migren dapat berpindah dari satu sisi ke sisi yang lain.

d. Sakit kepala yang disertai peningkatan tekanan intrakranial biasanya timbil pada waktu bangun tidur atau sakit kepala tersebut membengunkan pasien dari tidur.

e. Sakit kepala tipe sinus timbul pada pagi hari dan semakin siang menjadi lebih buruk. f. Banyak sakit kepala yang berhubungan dengan kondisi stress.

g. Rasa nyeri yang tumpul, menjengkelkan, menghebat dan terus ada, sering terjadi pada sakit kepala yang psikogenis.

h. Bahan organis yang menimbulkan nyeri yang tetap dan sifatnya bertambah terus. i. Sakit kapala migrain bisa menyertai mentruasi.sakit kepala bisa didahului makan makanan yang mengandung monosodium glutamat, sodim nitrat, tyramine demikian juga alkohol.

 j. Tidur terlalu lama, berpuasa, menghirup bau-bauan yang toksis dalam lingkungan kerja dimana ventilasi tidak cukup dapat menjadi penyebab sakit kepala.

k. Obat kontrasepsi oral dapat memperberat migrain.

l. Tiap yang ditemukan sekunder dari sakit kepala perlu dikaji. Diagnostik 

1. CT Scan, menjadi mudah dijangkau sebagai cara yang mudah dan aman untuk  menemukan abnormalitas pada susunan saraf pusat.

2. MRI Scan, dengan tujuan mendeteksi kondisi patologi otak dan medula spinalis dengan menggunakan tehnik scanning dengan kekuatan magnet untuk membuat bayangan struktur tubuh.

(10)

3. Pungsi lumbal, dengan mengambil cairan serebrospinalis untuk pemeriksaan. Hal ini tidak dilakukan bila diketahui terjadi peningkatan tekanan intrakranial dan tumor otak, karena  penurunan tekanan yang mendadak akibat pengambilan CSF.

Diagnosa Keperawatan Cephalgia

1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem

 pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

Rencana Asuhan Keperawatan Cephalgia

1. Nyeri b.d stess dan ketegangan, iritasi/tekanan saraf, vasospasme, peningkatan tekana intrakranial.

Intervensi:

a. Pastikan durasi/episode masalah , siapa yang telah dikonsulkan, dan obat dan/atau terapi apa yang telah digunakan

 b. Teliti keluhan nyeri, catat itensitasnya ( dengan skala 0-10 ), karakteristiknya (misal :  berat, berdenyut, konstan) lokasinya, lamanya, faktor yang memperburuk atau meredakan.

c. Catat kemungkinan patofisiologi yang khas, misalnya otak/meningeal/infeksi sinus, trauma servikal, hipertensi atau trauma.

d. Observasi adanya tanda-tanda nyeri nonverbal, seperi : ekspresi wajah, posisi tubuh, gelisah, menangis/meringis, menarik diri, diaforesis, perubahan frekuensi jantung/pernafasan, tekanan darah.

e. Kaji hubungan faktor fisik/emosi dari keadaan seseorang f. Evaluasi perilaku nyeri

g. Catat adanya pengaruh nyeri misalnya: hilangnya perhatian pada hidup, penurunan aktivitas, penurunan berat badan.

h. Kaji derajat pengambilan langkah yang keliru secara pribadi dari pasien, seperti mengisolasi diri.

i. Tentukan isu dari pihak kedua untuk pasien/orang terdekat, seperti asuransi,  pasangan/keluarga

(11)

k. Instruksikan pasien untuk melaporkan nyeri dengan segera jika nyeri itu timbul. l. Tempatkan pada ruangan yang agak gelap sesuai dengan indikasi.

m. Anjurkan untuk beristirahat didalam ruangan yang tenang. n. Berikan kompres dingin pada kepala.

o. Berikan kompres panans lembab/kering pada kepala, leher, lengan sesuai kebutuhan.  p. Masase daerah kepala/leher/lengan jika pasien dapat mentoleransi sentuhan.

q. Gunakan teknik sentuhan yang terapeutik, visualisasi, biofeedback, hipnotik sendiri, dan reduksi stres dan teknik relaksasi yang lain.

r. Anjurkan pasien untuk menggunakan pernyataan positif “Saya sembuh, saya sedang relaksasi, Saya suka hidup ini”. Sarankan pasien untuk menyadari dialog eksternal-internal dan katakan “berhenti” atau “tunda” jika muncul pikiran yang negatif.

s. Observasi adanya mual/muntah. Berikan es, minuman yang mengandung karbonat sesuai indikasi.

2. Koping individual tak efektif b.d situasi krisis, kerentanan personal, sistem

 pendukung tidak adequat, kelebihan beban kerja, ketidakadequatan relaksasi, metode koping tidak adequat, nyeri berat, ancaman berlebihan pada diri sendiri.

Intervensi;

a. Dekati pasien dengan ramah dan penuh perhatian. Ambil keuntungan dari kegiatan yang daoat diajarkan.

 b. Bantu pasien dalam memahami perubahan pada konsep citra tubuh.

c. Sarankan pasien untuk mengepresikan perasaannya dan diskusi bagaimana sakit kepala itu mengganggu kerja dan kesenangan dari hidup ini.

d. Pastikan dampak penyakitnya terhadap kebutuhan seksual.

e. Berikan informasi mengenai penyebab sakit kepala, penagnan, dan hasil yang diharapkan.

f. Kolaborasi

Rujuk untuk melakukan konseling dan/atau terapi keluarga atau kelas tempat pelatihan sikap asertif sesuai indikasi.

3. Kurang pengetahuan mengenai kondisi dan kebutuhan pengobatan b.d kurang mengingat, tidak mengenal informasi, keterbatasab kognitif.

(12)

a. Diskusikan etiologi individual dari saki kepala bila diketahui.

 b. Bantu pasien dalam mengidentifikasikan kemungkinan faktor predisposisi, seperti stress emosi, suhu yang berlebihan, alergi terhadap makanan/lingkungan tertentu.

c. Diskusikan tentang obat-obatan dan efek sampingnya. Nilai kembali kebutuhan untuk  menurunkan/menghentikan pengobatan sesuai indikasi

d. Instruksikan pasien/orang terdekat dalam melakukan program kegiatan/latihan ,

makanan yang dikonsumsi, dan tindakan yang menimbukan rasa nyaman, seprti masase dan sebagainya.

e. Diskusikan mengenai posisi/letak tubuh yang normal.

f. Anjurkan pasien/orang terdekat untuk menyediakan waktu agar dapat relaksasi dan  bersenang-senang.

g. Anjurkan untuk menggunakan aktivitas otak dengan benar, mencintai dan tertawa/tersenyum.

h. Sarankan pemakaian musik-musik yang menyenangkan.

i. Anjurkan pasien untuk memperhatikan sakit kepala yang dialaminya dan faktor-faktor  yang berhubungan atau faktor presipitasinya.

 j. Berikan informasi tertulis/semacam catatan petunjuk 

k. Identifikasi dan diskusikan timbulnya resiko bahaya yang tidak nyata dan/atau terapi yang bukan terapi medis

Daftar Pustaka

1. Barbara C Long, 1996, Perawatan Medikal Bedah, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Padjajaran, Bandung.

2. Brunner & Suddarth, 2002, Buku Ajar keperawatan Medikal Bedah, EGC, Jakarta. 3. Marlyn E. Doengoes, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman

untukPerencanaan & Pendokumentasian Perawatan Pasien , Edisi 3, EGC, Jakarta. 4. Priguna Sidharta, 1994, Neurogi Klinis dalam Praktek Umum, Dian Rakyat, Jakarta. 5. Susan Martin Tucker, 1998, Standar Perawatan Pasien : Proses Perawatan,  Diagnosa dan Evaluasi, Edisi V, Vol 2, EGC, Jakarta.

6. Sylvia G. Price, 1997, Patofisologi, konsep klinik proses – proses penyakit. EGC, Jakarta

Referensi

Dokumen terkait

1) Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) berhubungan dengan proses inflamasi 2) Gangguan rasa aman dan nyaman (nyeri) akut berhubungan dengan stress.. 3) Gangguan rasa aman

Rasional : Mengurangi nyeri dan pergerakan. 8) Pertahankan imobilisasi pada bagian yang sakit. Rasional : Nyeri dan spasme dikontrol dengan imobilisasi. 9)

Pasien mengeluh tidak bisa tidur Mengkaji faktor yang.. menyebabkan gangguan pola

menimbulkan reaksi peradangan, dari reaksi peradangan tersebut akan melepaskan mediator kimiawi yang menyebabkan timbulnya nyeri hebat dan akut, nyeri yang timbul berkepanjangan

Sedangkan pada tinjauan pustaka di Intervensi Keperawatan dengan diagnosa Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurangnya informasi dan Nyeri Akut berhubungan

Gangguan rasa nyaman nyeri payudara b/d adanya pembesaran jaringan payudara S : - Klien mengatakan payudaranya masih terasa nyeri tetapi sudah mulai berkurang kerasnya. -

Hari ketiga evaluasi penulis tidak mampu mengatasi masalah gangguan rasa nyeri akut secara sempurna atau skala nyeri 1 (0-10) karena hal ini belum sesuai dengan

EVALUASI KEPERAWATAN NO Diagnosa Keperawatan Hari/Tangga l Jam Evaluasi perkembangan 1 Pra Operatif Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis d.d nyeri dibagian kepala sampai leher,