• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONSERVASI PENYU: STUDI DI DESA EMANG LESTARI KECAMATAN LUNYUK KABUPATEN SUMBAWA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONSERVASI PENYU: STUDI DI DESA EMANG LESTARI KECAMATAN LUNYUK KABUPATEN SUMBAWA)"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

190 ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN KONSERVASI PENYU: STUDI DI DESA

EMANG LESTARI KECAMATAN LUNYUK KABUPATEN SUMBAWA) Reni Wulandari, Ardiyansyah Ardiyansyah, Edrial Edrial, Muslim Muslim, dan Heri

Kurniawansyah*

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Samawa, Sumbawa Besar, Indonesia *e-mail: herikurniawan332@yahoo.co.id

Received: 25 September 2020; Accepted: 28 September 2020; Published: 30 September 2020

Abstract

The aims of this study were: to described the implementation of the turtle conservation policy in Emang Lestari Village, Lunyuk District, Sumbawa Regency, describing the factors that influences the implementation of the turtle conservation policy in Emang Lestari Village, Lunyuk District, Sumbawa Regensy, and describing the strategies used to minimize the hunting both of turtle eggs and meat in Emang Lestari Village, Lunyuk District, Sumbawa Regency. The technique of collecting data were observation, interview and documentation. The results of the study were: (1) regulations relate to policy of turtle conservation area in Emang Lestari Village, starting frm the law auntil the circular latter has been made, However, the implementation of a polcy that made has not gone well; (2) there were 2 factors that influence the implementation of turtle conservation policy, namely internal factors (resources, communication, bureaucracy and position) and exernal factors (community culture and economy); and (3) the strategies implemented to minimize hunting of turtle eggs and meat were by empowerment of Communities around the Turtle Conservation Area, Supervision Strengthening through Local Government policies, Making Research, Reviews for Conservation Area and Strengthening Law Enforcement.

Keywords: Implementation, Public Policy, Turtle Conservation Abstrak

Penelitian ini bertujuan untuk untuk mendeskripsikan pelaksanaan kebijakan konservasi penyu di Desa Emang Lestari Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Metode dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif, dengan teknik pengumpulan data melalui observasi, interview, dan dokumentasi. Hasil penilitian yang di dapatkan oleh peneliti yaitu peraturan tentang kebijakan kawasan konservasi penyu di desa Emang Lestari dari pusat sampai ke pemerintah daerah provinis cukup memadai, akan tetapi implementasi dari sebuah kebijakan yang dibuat belum berjalan dengan baik. Beberapa faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan konservasi penyu yaitu faktor sumber daya, komunikasi, biroraksi, budaya masyarakat dan ekonomi. Adapun strategi untuk meminimalisir perburuan telur maupun daging penyu yaitu Pemberdayaan Masyarakat Sekitar Kawasan Konservasi Penyu, Perkuat pengawasan melalui kebijakan Pemerintah Daerah, pembuatan resot pengawasan kawasan konservasi, dan memperkuat penegakan hukum.

Kata Kunci: Pelaksanaan, Kebijakan Publik, Konservasi Penyu PENDAHULUAN

Indonesia adalah rumah bagi enam dari tujuh spesies penyu di dunia, karena memberikan tempat yang penting untuk bersarang dan mencari makan, disamping merupakan

(2)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

191 rute perpindahan yang penting di persimpangan Samudera Pasifik dan Hindia (Gustama, 2016). Di Indonesia sendiri penyu dapat ditemukan di sekitar perairan Sumatra, Bali, Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan perairan Indonesia bagian timur serta Nusa Tenggara Barat khususnya di Kecamatan Lunyuk (Ubwarin, 2019). Populasi enam spesies penyu laut tercantum sebagai yang rentan, terancam, atau sangat terancam menurut The International Union for Conservation of Nature (IUCN) Red List of Threatened Species (Daftar Merah Spesies Yang Terancam Menurut IUCN).

Untuk menanggulangi permasalahan terancamnya kehidupan dan populasi penyu, di Indonesia terdapat kebijakan konservasi penyu yang dibuat oleh pemerintah melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk dijadikan sebagai program kebijakan pemerintah pusat dan dilaksanakan di daerah. Artinya bahwa program ini merupakan program dengan asas dekonsentrasi. Program konservasi penyu diatur dalam Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya j.o Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pangawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yakni “Bahwa penyu berikut bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh Negara”. Peluang pemanfaatannya melalui penangkaran yang diatur dalam PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar. Adanya regulasi-regulasi yang telah diciptakan oleh negara-negara yang sadar kepentingan akan satwa-satwa terlindungi khususnya penyu.

Selain itu terdapat juga Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya Ikan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia Nomor 13/permen-kp/2014 tentang Jejaring Kawasan Konservasi Perairan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 30 Tahun 2010 tentang Rencana Pengelolaan dan Zonasi Kawasan Konservasi Perairan, Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor 17 Tahun 2008 tentang Kawasan Konservasi Perairan di Wilayah Pesisir dan Pulau Pulau Kecil. Sumbawa merupakan salah satu daerah yang memiliki wilayah pesisir yang menjadi tempat hidup dan berkembangbiaknya habitat atau sumber daya alam hayati yang khas, langka dan dikhawatirkan terancam punah. salah satunya penyu yang merupakan hewan yang dilindungi dan terancam punah. Salah satu desa di Kabupaten Sumbawa yang memiliki wilayah pesisir dan merupakan kawasan konservasi penyu yaitu desa Emang Lestari Kecamatan Lunyuk. Di kawasana ini telah terjadi aktifitas pemburuan telur maupun daging penyu hijau secara bebas. Penyu tersebut diklasifikasikan terancam punah, namun masyarakat sekitar memburu dan mengkonsumsi telur penyu dengan bebas serta telah menjadi kebiasaan1. Ada beberapa faktor yang menyebabkan jumlah penyu semakin berkurang, seperti perburuan, rusaknya habitat penyu, dan perubahan iklim. Penyu banyak diburu untuk dijadikan peliharaan, bahkan makanan. Jika hal ini terus berlangsung, dikhawatirkan dalam beberapa tahun lagi penyu akan benar-benar punah.

METODE

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Jenis penelitian deskriptif, dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Alasan peneliti melakukan penelitian dengan metode deskriptif karena sesuai dengan sifat dan tujuan peneliti yang ingin diperoleh bukan menguji hipotesis tetapi berusaha mendapat gambaran yang nyata mengenai “Pelaksanaan Kebijakan Konservasi Penyu di Emang Lestari Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa ”. Adapun sumber data dalam penelitian ini adalah peristiwa di lapangan, informan/narasumber, dan dokumentasi. Sementara teknik pengumpulan data yaitu observasi di lapangan, wawancara dengan beberapa narasumber (Polisi Sektor Kecamatan Lunyuk, Dinas Perairan dan Perikanan 1 Fenomena yang terjadi secara keseluruhan di wilayah kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa. Situasi ini sudah

sangat lumrah terjadi di kawasan tersebut dan bahkan telah dijadikan kebiasaan tanpa merasa bahwa hal tersebut adalah sebuah tindakan yang dilanggar oleh undang-undang.

(3)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

192 Kabupaten Sumbawa, Balai Konservasi Sumber Daya Alam Seksi II Kabupaten Sumbawa, Pemerintah Desa Emang Lesari Kecamatan Lunyuk, Praktisi lingkungan, dan Warga Sekitar Wilayah Konservasi), dan dokumen berupa gambar, buku, dan jurnal relevan.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil

Dalam pelaksanaan kebijakan konservasi penyu di Desa Emang Lestari yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan, yang bekerjasama dengan Balai konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) seksi II wilayah Sumbawa, Kepolisian Sektor Lunyuk serta Pemerintah Desa mencakup beberapa aspek, yaitu: Keputusan, Spesifikasi Rincian Program, dan Alokasi Sumber Daya2.

Gambar 1. Implementasi Kebijakan Konservasi Penyu

Proses pelaksanaan sebuah kebijakan diambil dari Kepres ataupun Permen, terkait pelaksanaan kebijakan pemanfaatan dan pelestarian laut pesisir dan pulau-pulau kecil yang semua kewenangan kabupaten.

Tabel 1. Peratuan-peraturan Tentang Konservasi

No Aturan Relevan Tentang

1 Undang-Undang 23 tahun 2014 Pemerintah Daerah

2 Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya

3 Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 Pangawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yakni “Bahwa penyu berikut bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh Negara”.

4 PP No. 8 Tahun 1999 Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar

5 Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 23 Tahun 2014

Organisasi dan tata kelolah pemerintah bidang Kelautan dan Perikanan

6 peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Dengan Nomor 47/Permen-Kp/2016

Pemanfaatan Kawasan Konservasi

Berdasarkan Peraturan Kementerian Kelautan dan Perikanan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Organisasi dan tata kelolah pemerintah bidang Kelautan dan Perikanan dilimpahkan ke Pemerintah Provinsi Dan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka tugas pembantu. Pemerintah provinsi sebagai leading sektor dengan terbitnya Undang-Undang 23 tahun 2014, langkah pertama yang dilakukan adalah menjembatani pengalihan kewenangan dari pemerintah kabupaten atau kota kepada pemerintah provinsi dan memastikan bahwa proses

2 Hasil observasi, wawancara, dan dokumentasi peneliti di lokasi penelitian, bertemu secara langsung dengan OPD

relevan, tokoh masyarakat, dan pihak kepolisian Sektor Kecamatan Lunyuk, Sumbawa Besar.

Keputusan Spesifikasi

Rincian Program

Alokasi Sumber Daya

(4)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

193 pengolaan masih tetap berlanjut. Itu artinya bahwa masing-masing institusi relevan memiliki keputusan tersendiri yang bersumber dari keputusan pemerintah pusat.

Dalam upaya memaksimalkan pelaksanaan kebijakan konservasi penyu, Berawal dari Undang-Undang No. 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan Ekosistemnya j.o Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1999 tentang Pangawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa yakni “Bahwa penyu berikut bagiannya termasuk telurnya merupakan satwa yang dilindungi oleh Negara”. Peluang pemanfaatannya melalui penangkaran yang diatur dalam PP No. 8 Tahun 1999 tentang Pemanfaatan Jenis Tumbuhan dan Satwa Liar serta adanya penetapan kawasan konservasi penyu sesuai dengan peraturan Menteri Kelautan Dan Perikanan Republik Indonesia Dengan Nomor 47/Permen-Kp/2016 Tentang Pemanfaatan Kawasan Konservasi. Aturan sudah dirumuskan dan ditetapkan sesuai dengan tujuannya. Irinonisnya peraturan yang lebih kecil yang secara spesifik mengatur tentang konservasi di wilayah kecamatan Lunyuk justru belum ada, padahal kecamatan Lunyuk merupakan satu-satunya kawasan konservasi penyu di Kabupaten Sumbawa.

Proses pelaksanaan rincian program konservasi penyu di Desa Emang Lestari dibagi dalam dua bentuk antara lain pengawasan dan pelestarian kawasan konservasi penyu. Pengawasan yang dilakukan dalam hal ini adalah memastikan bahwa segala aktifitas yang terlaksana sesuai dengan apa yang telah direncanakan. Melalui pengawasan diharapkan dapat membantu melaksanakan kebijakan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang telah direncanakan secara efektif dan efisien. Kegiatan pengawasan yang dilakukan oleh pelaksana konservasi dalam bentuk pengamanan wilayah konservasi penyu dan patroli terkait perburuan dan perdagangan telur penyu. Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB sebagai pelaksana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kawasan konservasi serta konservasi tumbuhan dan satwa liar diluar kawasan konservasi. Jadi pengelolaan kawasan konservasi penyu di pantai Desa Emang Lestari merupakan salah satu tugas BKSDA dalam pengawasan penyu.

Bukan hanya pemerintah Pusat dan daerah saja yang berperan dalam pengawasan konservasi penyu ini akan tetapi keterlibatan semua sektor terutama pemerintah Desa Emang Lestari memiliki peran penting terhadap pengelolaan konservasi penyu, sehingga kepala desa berkewajiban mengawasi satwa dan lingkungan hidup yang ada diwilayah desa. Desa Emang Lestari merupakan desa penyangga bagi pelaksanaan kawasan konservasi penyu dalam pelestarian dan pengembangan daerah konservasi penyu dengan tetap menjaga keberlansungan sosial budaya serta pendapatan ekomoni masyarakat.

Sementara dalam pelestarian masing-masing dinas terkait telah melakukan berbagai program dalam melestarikan keberadaan satwa yang di lindungi penyu. Kementerian Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik Indonesia (KLHK RI) melalui Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) NTB sebagai pelaksana konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya di kawasan konservasi serta konservasi tumbuhan dan satwa liar diluar kawasan konservasi. Jadi pengelolaan kawasan konservasi penyu di pantai Desa Emang Lestari merupakan salah satu tugas BKSDA dalam penjagaan dan pelestarian penyu. Dikarenakan pantai pesisir Desa Emang Lestari Sudah direkomendasikan menjadi lokasi Kawasan Ekosistem Esensial di Kementerian lingkungan hidup dan kehutanan.

Proses pelaksanaan sebuah kebijakan dalam pengaplikasian sebuah program yang sudah direncanakan untuk dapat dilaksanakan harus adanya kesedian alokasi sumber daya, bisanya sumber daya yang dimaksud proses penyaluran dan ketersediaan keuangan di masing-masing lembaga pemerintahan. Terjadinya sebuah hambatan dalam pelaksanaan pengajuan alokasi sumber daya ditentukan dengan besaran dampak yang di dapatkan oleh masyarakat ataupun sebuah objek yang diajukan oleh sebuah lembaga yang di bahas di legeslatif. Tindakan yang sudah dilakukan oleh pemerintah kabupaten sebagai bentuk tanggu jawab pengembangan

(5)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

194 daerah kawasan taman penyu di Desa Emang Lestari dengan memberikan masukan dan arahan kepada pemerintah provinsi tentang kondisi taman pesisir penyu. Serta melalui pemerintah kabupaten dengan sharing program dengan OPD relevan untuk pengembangan taman pesisir penyu sudah dilakukan.

Pengembangan dan pelestarian kawasan konservasi taman penyu. Di tahun 2020 ini BKSDA seksi II Wilayah sumbawa sudah mengalokasikan anggaran mengenai Kawasan Ekosistem Esensial tersebut akan tetapi karena kondisi yang terjadi saat ini yaitu pandemi COVID-19 semua alokasi anggaran terkait program pelaksanaan dan pemberdayaan ditanggukan untuk sementara kemungkinan besar tidak bisa direalisasikan dan akan diundur ke tahun 2021.

Tabel 2. Tindakan Kebijakan Tindakan Kebijakan Uraian

Keputusan Masing-masing institusi dari pusat sampai ke daerah telah memiliki keputuan yang dituangkan kepada peraturan tersendiri terkait perlindungan satwa yang dilindungi. Aturan sudah di rumuskan dan di tetapkan sesuai dengan tujuannya. Spesifikasi Rincian

Program

Proses pelaksanaan rincian program konservasi penyu di Desa Emang Lestari dibagi dalam 2 (dua) bentuk antara lain pengawasan dan pelestarian kawasan konservasi penyu. Alokasi Sumberdaya Sumber daya yang dimaksud adalah proses penyaluran dan

ketersediaan keuangan di masing-masing lembaga pemerintahan. Terjadinya sebuah hambatan dalam pelaksanaan pengajuan alokasi sumber daya ditentukan dengan besaran dampak yang di dapatkan oleh masyarakat ataupun sebuah objek yang diajukan oleh sebuah lembaga yang di bahas di legeslatif.

Pembahasan

Pelaksanaaan dan pengawasan konservasi penyu di desa Emang Lestari, Kecamatan Lunyuk masih bersifat konvensional. Meskipun masing-masing institusi terkait telah melaksanakan kebijakan sesuai dengan kewenangan masing-masing, namun implementasi kebijakan yang dimaksud tidak berjalan sesuai harapan. Adapaun agenda yang dilakukan untuk proses pengawasan adalah adanya patroli rutin setiap bulannya, namun fakta dilapangan terjadi perburuan teluyr penyu dilakukan secara massif oleh masyarakat setempat, bahkan hasil perburuan tersebut dijual secara bebas di wilayah kecamatan, dan menjadi oleh-oleh khas kecamatan Lunyuk bagi para pendatang dan bahkan pejabat pemerintah3.

Perburuan terlur penyu secara liar telah menjadi kebiasaan masyarakat sejak dulu, cukup sulit untuk merubah kebiasaan tersebut hanya dengan melakukan patroli saja, serta kebijakan yang telah ditetapkan juga tidak dilaksana dengan baik dan benar. Selain itu, untuk melestarikan biota laut yang dilindungi ini tidak bisa hanya melalui patroli, himbauan dan sosialisasi saja. Perlu adanya aturan yang mengikat dan pemberian sanksi kepada pelaku yang melanggar di tingkat daerah. Di pantai pesisir Desa Emang Lestari sudah membentuk kelompok pelestari penyu. Desa Emang Lestari merupakan pencanangan kawasan Ekosistem 3 Hasil observasi di lapangan selama dua bulan, dan bahkan fakta tersebut sudah menjadi kabar biasa kepada

seluruh masyarakat di wilayah kabupaten Sumbawa. Bagaimana mungkin konservasi berjalan dengan baik manakala masyarakat sendiri yang melanggara itu, terlebih pelaksanaan kebijakan juga hanya rutinitas biasa saja seperti sebelum-sebelumnya.

(6)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

195 Esensial yang diajukan oleh Pemerintah Kabupaten. Akan tetapi sampai saat ini belum ada kejelasan apakah Surat Keterangan (SK). Fenomena tersebut memberikan indikasi bahwa pemerintah belum memiliki komitmen yang baik dalam pelestarian penyu di Desa Emang Lestari.

Bukan hanya pemerintah Pusat dan daerah saja menjadi peran dalam penanganan konservasi penyu ini akan tetapi keterlibatan semua sektor terutama pemerintah Desa Emang Lestari memiliki peran penting terhadap pengelolaan konservasi penyu, sehingga kepala desa berkewajiban mengembangkan potensi sumberdaya alam dan pelestarian lingkungan hidup yang ada diwilayah desa. Desa Emang Lestari merupakan desa penyangga bagi pelaksanaan kawasan konservasi penyu dalam pelestarian dan pengembangan daerah konservasi penyu dengan tetap menjaga keberlansungan sosial budaya serta pendapatan ekomoni masyarakat4. Namun dalam prakteknya, tindakan Pemerintah Desa selaku institusi terkecil yang melaksanakan konservasi penyu ini, sebab konservasi penyu berada di wilayah administrative desa hanya melakukan himbauan-himbauan biasa saja, sementara perilaku masyarakat sekitar tidak dirubah hanya dengan tindakan himbauan. Situasi tersebut mendeskripsikan bahwa terdapat kontradiksi antara kondisi ekonomi masyarakat desa dengan aturan yang ada.

Selain itu, pihak kepolisian selaku institusi yang bergerak di bidang penegakan hukum juga belum mampu memberikan performa terbaik dalam melaksaakan pengawasan konservasi penyu di desa Emang Lestari. Salah satu patologi yang terjadi adalah adanya fragmentasi wewenang antara lembaga yang ada, sebab terkait hukum dan aturan penangkaran dan pemburuan penyu justru lebih banyak wewenangnya di BKSDA dan Dinas Kelautan dan Perikanan, kepolisian hanya mengawal aturan yang ada dan menerima laporan untuk di teruskan ke kejaksaan saja. Situasi tersebut berimplikasi pada tingkat persepsi publik terhadap implementasi kebijakan konservasi penyu di desa Emang Lestari.

Lantas apa yang menjadi faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan konservasi penyu di Desa Emang Lestari Kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa?. Proses pelaksanaan dan penyusunan sebuah kebijakan di kelembagaan pemerintahan menjadi faktor utama adalah Sumber Daya, baik Sumber Daya Alam maupun Sumber Daya Manusia. Kawasan konservasi penyu yang terletak di Desa Emang Lestari masih belum di kelola dan dimanfaatkan dengan maksimal, baik pemerintah maupun swasta. Selain itu, masalah datang juga dari pemberian hak dan wewenang terkait pengelolaan kawasan konservasi kepada pemerintah daerah masih sangat lemah, sehingga terdapat kekosongan praktek kebijakan di tataran pemerintah daerah. Jika hak dan wewenang tersebut masih di Provinsi maka ini akan mempersulit semua kegiatan yang terjadi dilapangan, sebab terdapat jarak koordinasi antara provinsi dan daerah. Situasi tersebut mengakibatkan tidak ada satupun petugas dari pemerintah daerah di bawah Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa yang bertugas di Kecamatan Lunyuk selaku daerah konservasi penyu terbesar di wilayah kabupaten Sumbawa.

Masing- masing instansi mengatakan bahwa itu bukan tanggung jawab instansinya melainkan tugas instansi lain. Hal tersebut menunjukan bahwa adalah masalah fragmentasi wewenang dalam tubuh birokrasi terkait dengan pelaksanaan kebijakan konservasi penyu di Kabupaten Sumbawa secara umum. Kurangnya komunikasi dan koordinasi dari masing-masing instansi sangat mempengaruhi pelaksaan kebijakan konservasi penyu di Desa Emang Lestari. terkait pelimpahan wewenang, dengan beralihnya kewenangan pengelolaan laut dan 4 Substansi hasil wawancara peneliti dengan kepala Dinas Perairan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa pada

(7)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

196 pesisir kepada Pemerintah Provinsi membuat semua regulasi menjadi tumpang tindih, sehingga pada akhirnya tujuan yang ingin di capai tidak bisa dilaksanakan dengan baik. Faktor Eksternal Selain faktor fargmentasi wewenang dalam birokrasi, budaya masyarakat sangat mempengaruhi pelaksanaan kebijakan, yaitu sebuah budaya yang tumbuh subur di tengah masyarakat terkait dengan pengambilan telur penyu, saat musim penyu bertelur dengan beberapa tujuan untuk dikonsumsi masyarakat. Khasiyat telur penyu dipercaya telur penyu mengandung beberapa khasiyat sehingga mengambil telur penyu sudah menjadi kebiasaannya. kepercayaan masyarakat terhadap khasiyat telur penyu membuat masyarakat terus mengomsumsi telur penyu bahkan mereka rela mengeluarkan cukup uang untuk membeli telur penyu yang juga dipasarkan di wilayah sekitarnya. Selain menjadi sebuah kebiasaan masyarakat, mahalnya harga telur penyu untuk dijual yang dikuatkan banyaknya permintaan konsumen telur penyu menjadi salah satu faktor penyebab masyarakat berburu telur penyu. Telur penyu dengan nilai yang cukup baik sekitar + 50 ribu per 6 butir telur menjadi sebuah magnet besar masyarakat untuk melakukan aktifitas tersebut. Pengetahuan masyarakat tentang pentingnya kawasan konservasi penyu masih sangat minim, termasuk kurangnya informasi tentang aturan-aturan yang berlaku terkiat pengambilan telur penyu, perusakan habitat penyu dengan sengaja ataupun tidak sengaja. Kurangnya pengetahun tersebut akan memicu beberapa faktor pelaksanaan kebijakan sesuai dengan apa yang direncakan menjadi terhambat.

Analisis strategi yang bisa dilakukan untuk menimalisir perburuan telur maupun daging penyu di desa Emang Lestari kecamatan Lunyuk Kabupaten Sumbawa adalah pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan konservasi penyu, penguatan pengawasan melalui kebijakan Pemerintah Daerah, Pembuatan resot pengawasan kawasan konservasi, dan penguatan penegakan hukum.

Gambar 2. Strategi Meminimalisir Perburuan Telur Penyu

Upaya pelestarian penyu bukan saja tanggung jawab pemerintah tetapi juga masyarakat. Pelibatan masyarakat generasi muda secara aktif dalam upaya pelestarian penyu merupakan salah satu usaha pemerintah untuk memberi kesempatan bagi masyarakat berperan aktif dalam pelestarian satwa penyu. Memperkuat pengawasan dengan kebijakan dari pemerintah daerah melalui berbagai produk kebijakan, diantaranya peraturan daerah atau peraturan bupati. Sebab

Strategi Empowerment Kebijakan Pemerintah Daerah Resot Pengawasan Penegakan Hukum

(8)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

197 dalam hal ini Kabupaten Sumbawa merupakan wilayah administrasif tempat tumbuh dan berkembangbiaknya biota yang di lindungi tersebut. Selain itu, dengan ada resort/pos pengawaan kawasan konservasi dapat menimalisir pemburuan satwa liar penyu, serta dekatnya tempat pengaduan dan pelaporan dari masyarakat untuk ditindakan yang lebih cepat untu ditindak lanjuti. Dengan ada pembangunan resort/pos pengawasan itu merupakan sebagai langka nyata keseriusan pemerintah dalam pengelolaan dan pelestaraian kawasan konservasi penyu di Desa Emang Lestari kecamatan lunyuk. Penegakan Hukum merupakan salah satu upaya konservasi dalam rangka perlindungan terhadap penyu. Dengan adanya penegakan hukum/sanksi bagi pemburu telur penyu dan cangkang penyu. Perlu diusulkan peraturan sebagai payung hokum penegakan hukum dan sanksi yang tegas dengan tujuan untuk memberikan efek jera terhadap para pelaku seperti pedagang telur penyu, pemasok penyu,dan memutus jalur ekonomi distribusi telur penyu.

SIMPULAN

Semua stakeholder memiliki peran melalui regulasi relevan terkait dengan pelaksanaan kebijakan konservasi penyu di pesisir pantai Desa Emang Lestari, baik dari Lembaga pemerintahan pusat (Balai Konservasi Sumber Daya Alam ) secara vertikal, Pemerintahan Provinsi melalui Dinas kelautan dan perikanan, Pemerintah kabupaten, Pemerintah desa, Swasta, Akademisi serta masyarakat. Masih banyak kendala ataupun permasalahan yang dihadapi terkait pelaksanaan kegiatannya sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya. Permasalahan atau hambatan yang ditemukan yang utama adalah keputusan terkait pelaksanaan konservasi penyu yang sudah dirumuskan dan ditetapkan sesuai dengan tujuan, kurang adanya pengawasan dari institusi pelaksana dalam pelaksanaan kebijakan, dan minimnya anggaran penunjang pelaksanaan kebijakan. Berdasarkan permasalahan tersebut maka kebijakan konservasi penyu yang terletak di Desa Emang Lestari Kecamatan Lunyuk ini masuk kedalam tipe kebijakan tidak terimlementasikan (non implementation). Faktor yang mempengaruhi pelaksanaan kebijakan konservasi penyu seperti faktor Internal antara lain sumber dayanya, tidak terjalinnya koordinasi dan komunikasi yang baik dari para implementor kebijakan, Birokrasi dan Disposisi serta faktor eksternal antara lain budaya masyarakakat yang terus memburu dan mengambil telur penyu secara bebas, untuk memenuhi kebutuhan ekonomi masyarakat dan pendidikan masyarakat yang masih kurang sehingga pemahaman akan pentingnya melestarikan satwa penyu masih kurang. Meskipun pada dasarnya masyarakat mendukung kebijakan konservasi penyu.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, S. Z. (2004). Kebijakan Publik. Yayasan Pancur Siwah. Jakarta

Arikunto, S. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Publik. Jakarta: Rineka Cipta Darmawan, A. (2009). Pedoman Teknis Pengelolaan Konservasi Penyu. Jakarta: Direktorat

Konservasi dan Taman Nasional Laut, Direktorat Jenderal Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Departemen Kelautan dan Perikanan RI

Gustama,S. K. (2016). Implementasi Kebijakan Konservasi Penyu Dalam Melestarikan Habitat Penyu. Skripsi.Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Lampung Bandar

Lampung.

Moleong. (2011). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosda Karya Mulyadi, D. (2015). Study Kebijakan Publik Dan Pelayanan Publik. Bandung: Alfabeta.

(9)

Indonesian Journal of

Social Sciences and Humanities Vol. 1 No. 3. 2020: 190-198

198 Pata’dungan, Y Roby. Implementasi CITES dalam Upaya Konservasi Penyu di Indonesia. Samarinda: Universitas Mulawarman. eJournal Ilmu Hubungan Internasional, Volume 1, Nomor 3, 2013:919-930

Santosa, A. (2008). Konservasi Indonesia, Sebuah Potret Pengelolaan dan Kebijakan. Bogor: Perpustakaan Nasional

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R &

D. Bandung : Alfabeta.

Suharno. (2013). Dasar-Dasar Kebujakan Publik. Yogyakarta: Penerbit Ombak (Anggota IKAPI)

Ubwarin, E. (2019). Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Penyelundupan Penyu Di Kabupaten Kepulauan Aru. Jurnal. Fakultas Hukum Universitas Pattimura. Aceh Tenggah.

Undang-Undang Nomor 5 tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Alam (SDA) Hayati dan Ekosistemnya.

Peraturan Pemerintah Nomor 7 tahun 1999 tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2007 tentang Konservasi Sumber Daya.

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Nomor P.20/MENLHK/SETJEN/KUM.1/6/2018 Tentang Jenis Tumbuhan Dan Satwa Yang Dilindungi

Peraturan Daerah Provinsi Nusa Tenggara Barat Nomor 12 Tahun 2017 Tentang Rencana Zonasi Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil Provinsi Nusa Tenggara Barat Tahun 2017-2037

Gambar

Gambar 1. Implementasi Kebijakan Konservasi Penyu
Gambar 2. Strategi Meminimalisir Perburuan Telur Penyu

Referensi

Dokumen terkait

Langkah-langkah kebijakan yang diperlukan dalam pengelolaan perikanan tangkap di Kabupaten Indramayu adalah (1) konservasi dan rehabilitasi hutan mangrove, (2) pengaturan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Seksi Konservasi Wilayah I Surakarta Balai Konservasi Sumber Daya Alam Jawa Tengah dalam Perlindungan Satwa Langka Berdasarkan Undang-Undang Nomor

Sosialisasi tentang pelasanaan kebijakan ADD sudah diJaksanakan sesuai dengan juknis yang ada yang dilaksanakan oleh BPMD bekerjasama dengan kecamatan Kejelasan

Adanya Sarana dan Prasarana Budidaya yang mendukung Dinas Kelautan, Perikanan dan Petemakan Kabupaten Sumbawa Barat selalu memberikan pelatihan dan bimbingan kepada para

Kelautan dan perikanan merupakan salah satu kegiatan ekonomi di Kabupaten Tapanuli Tengah khusus nya pada Desa Hajoran yang memiliki sumber daya alam dan laut yang

Penyelenggaraan FNPSI III oleh Balai Penelitian Pemulihan dan Konservasi Sumber Daya Ikan (BP2KSI) Badan Penelitian dan Pengembangan Kelautan dan Perikanan bekerjasama

Pantai Sindangkerta dijadikan kawasan Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) dengan keputusan Bupati Pemerintah Daerah Kabupaten Tasikmalaya Nomor: 660.1/Kep/165/I.H/2000

Perbatasan Kawasan Konservasi Laut Daerah (KKLD) Kabupaten Pesisir Selatan yaitu mulai dari Pulau Penyu, Pulau Baringin, Pulau Karabak Besar, Pulau Karabak Kecil,