• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Masalah Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang Masalah

Perubahan terbesar di bidang komunikasi 40 tahun terakhir (sejak munculnya Televisi) adalah penemuan dan pertumbuhan Internet. Internet memungkinkan hampir semua orang di belahan dunia mana pun untuk saling berkomunikasi dengan cepat dan mudah (Severin dan Tankard, 2005: 443). Kehadiran Internet juga telah memberi pengaruh cukup besar terhadap cara orang bersosialisasi dengan orang lainnya. Perkembangan Internet, membuat para ahli mengembangkan jaringan-jaringan untuk mengakses Internet. Salah satu jaringan-jaringan tersebut yaitu jaringan Wi-Fi. Wi-Fi merupakan kependekan dari Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Standar terbaru dari spesifikasi 802.11a atau b, seperti 802.16 g, saat ini sedang dalam penyusunan, spesifikasi terbaru tersebut menawarkan banyak peningkatan mulai dari luas cakupan yang lebih jauh hingga kecepatan transfernya.

Istilah WI-FI diciptakan oleh sebuah organisasi bernama WI-FI Alliance yang bekerja menguji dan memberikan sertifikasi untuk perangkat-perangkat WLAN. Teknologi WLAN (menggunakan standar radio 802.11 yang sekarang umum disebut dengan Wi-Fi) telah menjadi teknologi inventori yang handal. Sekarang kondisinya meluas. Perangkat wireless diuji berdasarkan interoperabilitasnya dengan perangkat-perangkat wireless lain yang menggunakan standar yang sama. Setelah diuji dan lulus, sebuah perangkat akan diberi sertifikasi “WI-FI certified”. Artinya perangkat ini bisa bekerja dengan baik dengan perangkat-perangkat wireless lain yang juga bersertifikasi ini. WI-FI sudah banyak digunakan di berbagai sektor seperti bisnis, akademis, perumahan, dan banyak lagi. Teknologi Wi-Fi ini

(2)

dapat juga digunakan untuk kegiatan memindahkan inventori secara cepat, memobilisasi para floor manager dan meningkatkan kepuasaan pelanggan.

Awalnya Wi-Fi ditujukan untuk penggunaan perangkat nirkabel dan Jaringan Area Lokal (LAN), namun saat ini lebih banyak digunakan untuk mengakses internet. Hal ini memungkinan seseorang dengan komputer dengan kartu nirkabel (wireless card) atau Personal Digital Assistant (PDA) untuk terhubung dengan internet dengan menggunakan titik akses (atau dikenal dengan hotspot) terdekat. Tingginya animo masyarakat khususnya di kalangan komunitas Internet dengan menggunakan teknologi Wi-Fi dikarenakan kemudahan akses yang artinya, para pengguna dalam satu area dapat mengakses Internet secara bersamaan tanpa perlu direpotkan dengan kabel. Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (Personal Digital Assistant) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot.

Keseluruhan jumlah penghasilan yang diperoleh Amerika Serikat dan negara-negara Eropa dari bisnis Internet berbasis teknologi Wi-Fi hingga akhir tahun 2003 diperkirakan berjumlah 5.4 trilliun dollar Amerika atau meningkat sebesar 33 milyar dollar Amerika dari tahun 2002 (www.analysys.com). Di Indonesia sendiri, penggunaan Internet berbasis Wi-Fi sudah mulai menggejala di beberapa kota besar. Di Jakarta, misalnya, para maniak Internet yang sedang berselancar sambil menunggu pesawat lepas landas di ruang tunggu bandara, sudah bukan merupakan hal yang asing.

Fenomena yang sama terlihat di berbagai kafe, seperti Kafe Starbuck dan La Moda Cafe di Plaza Indonesia, Coffee Club Senayan dan Kafe Mister Bean Coffee di Cilandak Town Square, dimana pengunjung dapat membuka Internet untuk melihat berita politik atau gosip artis terbaru sembari menyeruput cappucino panas. Berdasarkan paparan di atas, dapat disimpulkan bahwa bisnis dan kuantitas pengguna teknologi Wi-Fi cenderung meningkat, dan

(3)

secara ekonomis hal itu berimplikasi positif bagi perekonomian nasional suatu negara, termasuk Indonesia.

Meskipun demikian, pemerintah seyogyanya menyikapi fenomena tersebut secara bijak dan hati-hati. Pasalnya, secara teknologis jalur frekuensi, baik 2,4 GHz maupun 5 GHz yang menjadi wadah operasional teknologi Wi-Fi tidak bebas dari keterbatasan (Kompas, 5/2/2004). Pasalnya, pengguna dalam suatu area baru dapat memanfaatkan sistem Internet nirkabel ini dengan optimal, bila semua perangkat yang dipakai pada area itu menggunakan daya pancar yang seragam dan terbatas.

Perkembangan Wi-Fi sampai merambat di kawasan perkampusan. Seperti halnya di USU memiliki jaringan Wi-Fi yang bernama USU-NETA. USU-NETA terdapat di setiap area yang memiliki lambang USU-Neta misalnya di setiap fakultas, di perpustakaan dan lain-lain. Dengan tersedianya fasilitas Wi-Fi di kawasan kampus, membuat mahasiswa dengan mudah dalam mengakses Internet untuk memenuhi kebutuhan informasi baik itu di bidang akademik, ataupun non akademik. Penggunaan jaringan Wi-Fi ini sangat membantu dalam proses pemenuhan kebutuhan kognitif mahasiswa USU.

Perkembangan kognitif merupakan salah satu perkembangan manusia yang berkaitan dengan pengetahuan, yakni semua proses psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari dan memikirkan lingkungannya. Setiap pengalaman individu mengandung proses asimilasi dan akomodasi. Apabila individu mempunyai struktur kognitif dengan yang bersangkutan maka akan terjadi asimilasi, tetapi pada keadaan di mana tidak ada struktur kognitif, maka perlu adanya proses akomodasi. Dari berbagai pengertian yang telah disebutkan di atas dapat dipahami bahwa kognitif adalah sebuah istilah yang digunakan oleh psikolog untuk menjelaskan semua aktivitas mental yang berhubungan dengan persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi yang memungkinkan seseorang memperoleh pengetahuan, memecahkan masalah, dan merencanakan masa depan, atau semua proses

(4)

psikologis yang berkaitan dengan bagaimana individu mempelajari, memperhatikan, mengamati, membayangkan, memperkirakan, menilai dan memikirkan lingkungannya.

Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti merasa tertarik untuk meneliti lebih lanjut tentang sejauhmanakah hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

I.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalh sebagai berikut:

“Sejauhmanakah hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU?”

I.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari lingkup penelitian yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka peneliti menetapkan batasan masalah yang lebih jelas dan spesifik mengenai hal-hal yang diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian bersifat korelasional yang mencari atau menjelaskan hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi dengan pemenuhan kebutuhan kognitif, serta menguji hipotesis.

(5)

b. Objek penelitian adalah mahasiswa S-1 USU angkatan 2009/2010 yang menggunakan fasilitas jaringan Wi-Fi.

c. Penelitian dilakukan pada bulan Juni sampai September 2011.

I.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian I.4.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat penggunaan fasilitas jaringan Wi-Fi. b. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi-informasi yang dibutuhkan

mahasiswa dalam menggunakan jaringan Wi-Fi.

c. Penelitian ini bertujuan untuk mencari hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi dengan pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

I.4.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memeperluas dan memperkaya bahan referensi, bahan penelitian serta bacaan di lingkungan Ilmu Komunikasi FISIP USU. b. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah penelitian serta

menambah bahan referensi dan sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya mengenai media baru (new media).

c. Secara praktis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi pihak-pihak yang berkepentingan, baik para pebisnis Internet maupun para pengguna Internet.

I.5 Kerangka Teori

Setiap penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang

(6)

memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana maslah penelitian akan disoroti (Nawawi, 2001: 39-40). Kerlinger menyebutkan teori adalah himpunan konstruk (konsep), definisi dan proposisi yang mengemukakan pandangan sistematis tentang gejala dengan menjabarkan relasi di antara variabel, untuk menjelaskan dan meramalkan gejala tersebut (Rakhmat, 2004: 6).

Dalam penelitian ini, teori-teori yang dianggap relevan adalah Komunikasi dan Komunikasi Massa, teknologi komunikasi, Mediamorfosis, Internet dan Jaringan Wi-Fi, serta Uses and Gratifications Theory.

I.5.1 Komunikasi dan Komunikasi Massa

Istilah komunikasi atau communication berasal dari bahasa latin communicatio dan bersumber dari kata communis yang berarti “sama”, yakni “sama makna” (lambang) (Ruslan, 2005: 17). Proses komunikasi dapat diartikan sebagai “transfer informasi” atau pesan-pesan (message) dari pengirim pesan sebagai komunikator kepada penerima pesan sebagai komunikan yang bertujuan (feed back) untuk mencapai saling pengertian (mutual understanding) antar kedua belah pihak. Sebelum komunikator mengirimkan pesan/informasi kepada pihak komunikan, terlebih dahulu memberikan makna dalam pesan-pesan tersebut (decode). Pesan tersebut ditangkap oleh komunikasi dan diberikan makna sesuai dengan konsep yang dimilikinya (encode) (Ruslan, 2005: 69-70).

Menurut Gary Cronkite dalam bukunya “Communication Awarness”, Cuming Publishing, Co. Inc. California, 1976 (Ruslan, 2005: 86-87), ada empat pendekatan atau asumsi pokok untuk memahami tentang komunikasi, yaitu:

a. Komunikasi merupakan suatu proses (communication is a process).

b. Komunikasi adalah suatu pertukaran pesan (communication is message transactive). c. Komunikasi merupakan interaksi yang bersifat multi dimensi (communication is multi

dimensional), yaitu berkaitan dengan dimensi dan karakter komunikator (sources), pesan (message) yang akan disampaikan, media (channels or as tools) yang dipergunakan, komunikan (audience) yang akan menjadi sasarannya, dan dampak (efect) yang ditimbulkan.

(7)

d. Komunikasi merupakan interaksi yang mempunyai tujuan-tujuan atau maksud ganda (communication is multi-purposeful).

Pengertian komunikasi massa, merujuk kepada pendapat Tan dan Wright, dalam Liliweri 1991, merupakan bentuk komunikasi yang menggunakan aluran (media) dalam menghubungkan komunikator dan komunikan secara massal, berjumlah banyak, bertempat tinggal yang jauh (terpancar), sangat heterogen dan menimbulkan efek tertentu (Ardianto, 2004: 3).

Komunikasi massa menyiarkan informasi, gagasan kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media (Effendy, 2003:80). Menurut Nodenstreng dan Varis (1973), ada empat titik penentu yang utama dalam sejarah komunikasi manusia (Bungin, 2006: 107), yaitu:

1. Ditemukannya bahasa sebagai alat interaksi tercanggih manusia.

2. Berkembangnya seni tulisan dan berkembangnya kemempuan bicara manusia dengan menggunakan bahasa.

3. Berkembangnya kemampuan reproduksi kata-kata tertulis (written words) dengan menggunakan alat pencetak, sehingga memungkinkan terwujudnya komunikasi massa dan sebagainya.

4. Lahirnya komunikasi elektronik, mulai dari telegraf, telepon, radio, televisi hingga satelit.

Berkembangnya keempat titik penentu dalam sejarah komunikasi merupakan puncak prestasi peradaban umat manusia, mengungguli siapa pun makhluk Tuhan di alam jagad raya. Dari empat titik tersebut kemudian manusia berkembang bersama semua aspek kehidupan manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya.

I.5.2 Teknologi Komunikasi

Teknologi komunikasi adakah suatu penerapan ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah yang berkaitan dengan komunikasi. Rogers (1996) mendefinisikan teknologi komunikasi sebagai alat perangkat keras, struktur organisasi dan nilai-nilai sosial

(8)

yang digunakan, untuk mengumpulkan, memproses dan mempertukarkan informasi dengan orang lain (Lubis, 1997: 42).

Perkembangan teknologi komunikasi dewasa ini berlangsung demikian pesatnya sehingga para ahli menyebut gejala ini sebagai suatu revolusi. Sekalipun kemajuan tersebut masih dalam perjalanannya, sejak sekarang sudah dapat diperkirakan terjadinya perubahan di bidang komunikasi maupun bidang-bidang kehidupan lain yang berhubungan, sebagai implikasi dari perkembangan keadaan yang dimaksud. Perubahan-perubahan yang kelak terjadi, terutama disebabkan berbagai kemampuan dan potensi teknologi komuniksai tersebut, yang memungkinkan manusia untuk saling berhubungan dan memenuhi kebutuhan komunikasi secara hampir tanpa batas (Nasution, 1989: 6).

Bell (1979) menyebutkan beberapa wujud sistem komunikasi yang dihasilkan oleh kemajuan teknologi (Nasution, 1989: 11), yaitu:

1. Jaringan pengolahan data yang kelak memungkinkan orang berbelanja cukup dengan menekan tombol-tombol komputer di rumah masing-masing. Pesanan akan dikirimkan langsung ke rumah pemesan oleh toko tempat belanja.

2. Bank informasi dan sistem penelusuran, yang memungkinkan pemakainya menelusuri informasi yang diperlukan serta memeproleh kopi cetakannya dalam sekejap mata. 3. Sistem teleteks, yang menyediakan informasi mengenai segala rupa kebutuhan. Seperti

berita, cuaca, informasi finansial, iklan terklasifikasi, katalog segala macam produk dan sebagainya lewat televisi di rumah masing-masing.

4. Sistem faksimili, yang memungkinkan pengiriman dokumen secara elektronik.

5. Jaringan komputer interaktif, yang memungkinkan pihak-pihak berkomunikasi mendiskusikan informasi melalui komputer.

I.5.3 Mediamorfosis

Proses terjadinya mediamorfosis tergantung pada berbagai macam kekuatan-kekuatan budaya (kultural) yang ada di dalam masyarakat. Hal inilah yang menentukan cepat lambatnya inovasi, perkembangan, penetrasi, adopsi dan aplikasi sebuah teknologi

(9)

komunikasi. Transformasi media komunikasi, biasanya sebagai akibat dari interplay rumit dari kebutuhan-kebutuhan yang dibayangkan, tekanan-tekanan kompetitif dan politis serta inovasi-inovasi dan teknologis.

a. Kekuatan-kekuatan Sosial

Kekuatan sosial menyangkut pada kebiasaan-kebiasaan masyarakat tertentu dalam berinteraksi dengan sesamanya. Ciri tertentu menentukan ciri komunikasi dan menggunakan media-media komunukasi tertentu pula. Semisal tidak semua masyarakat membeli telepon selular hanya untuk kebutuhan-kebutuhan esensial berkomunikasi. Tetapi ada kalangan pengguna lainnya melihat teknologi ini sebagai alat penunjuk identitas mereka, yang membuat mereka berbeda dengan orang lain. Inilah cara mereka berkomunikasi dengan sesama atau dengan orang lain, atau agar mereka ingin diterima dalam kelompok tertentu. Ini terkait dengan apa yang dikatakan oleh Fidler, bahwa teknologi pada akhirnya akan membentuk kelompok (komunitasnya sendiri). Hal ini akhirnya juga menentukan proses inovasi selanjutnya.

b. Kekuatan Politis

Kebijakan-kebijakan politik sebuah negara di mana produk teknologi ditemukan, dikembangkan atau dijual sangat menentukan apakah produk itu akan diterima masyarakat. Ini tercermin dari berbagai regulasi terhadap beberapa elemen-elemen yang mendukungnya. Misalnya Undang-Undang Penyiaran No. 32 Tahun 2003, Undang-Undang Pers No. 40 Tahun 1999, Undang-undang Telekomunikasi, Undang-undang Telematika, sekarang akan dicetuskan Undang-undang Kebebasan Informasi dan lain sebagainya.

c. Kekuatan Ekonomi

Kemampuan untuk mengadopsi teknologi komunikasi ditentukan juga oleh kekuata ekonomi. Ini berdampak pada daaya beli dan kondisi finansial calon konsumen. Semakin

(10)

baik kondisi ekonomi, maka dapat dipastikan keinginan menggunakan teknologi komunikasi terbaru pasti ada. Demikian juga sebaliknya.

I.5.4 Internet dan Jaringan Wi-Fi

Menurut LaQuey (1977), Internet merupakan jaringan longgar dari ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Menurut LaQuey pula, asal mula Internet adalah tercipta oleh suatu ledakan tak terduga di tahun 1969, yaitu dengan lahirnya Arpanet, suatu proyek eksperimen Kementerian Pertahanan Amerika Serikat bernama DARPA (Department of Defense Advanced Research Projects Agency) (Ardianto, 2004: 14). Menurut Sudharta (1996), Internet adalah lebih dari sekedar jaringan komputer atau pelayanan informasi. Internet adalah gambaran dinamis bahwa manusia yang mampu berkomunikasi secara bebas akan memilih untuk bersikap sosial dan tidak mementingkan diri sendiri.

Sebahagian besar komputer dan jaringan yang tersambung ke Internet masih berkaitan dengan masyarakat pendidikan dan penelitian. Kenyataan ini tidaklah mengejutkan karena Internet memang lahir dari benih penelitian. Informasi penting yang tersedia di Internet jumlahnya terus meningkat. Ini mencakup berbagai arsip gratis dan arsip umum, katalog perpustakaan, layanan pemerintah dan sebagainya, dan berbagai pangkalan data komersial. Internet ibarat cairan yang berubah setiap detik; begitu beritanya mengalir, maka pandangan yang berbeda, laporan dan aneka pendapat mengairi berbagai arsip dan forum. Perkakas pelacak canggih, dengan nama seperti Gopher, World Wide Web dan WAIS dapat membantu Anda menemukan dan membawa pulang semua sumber daya ini (Ardianto, 2004: 14).

Perkembangan Internet dengan ditujukan bahwa jumlah orang pengakses Internet kian hari semakin meningkat, maka para ahli mempermudah dalam mengakses Internet dengan ditemukannya teknologi jaringan Internet yaitu Wi-Fi. Wi-Fi merupakan kependekan dari

(11)

Wireless Fidelity, yang memiliki pengertian yaitu sekumpulan standar yang digunakan untuk

Jaringan Lokal Nirkabel (Wireless Local Area Networks - WLAN) yang didasari pada spesifikasi IEEE 802.11. Wi-Fi dirancang berdasarkan spesifikasi IEEE 802.11. Sekarang ini ada empat variasi dari 802.11, yaitu: 802.11a, 802.11b, 802.11g dan 802.11n.

Di banyak bagian dunia, frekuensi yang digunakan oleh Wi-Fi, pengguna tidak diperlukan untuk mendapatkan ijin dari pengatur lokal (misal, Komisi Komunikasi Federal di A.S.). 802.11a menggunakan frekuensi yang lebih tinggi dan oleh sebab itu daya jangkaunya lebih sempit, lainnya sama. Secara teknis operasional, Wi-Fi merupakan salah satu varian teknologi komunikasi dan informasi yang bekerja pada jaringan dan perangkat WLAN (wireless local area network). Dengan kata lain, Wi-Fi adalah sertifikasi merek dagang yang diberikan pabrikan kepada perangkat telekomunikasi (internet) yang bekerja di jaringan WLAN dan sudah memenuhi kualitas kapasitas interoperasi yang dipersyaratkan.

Teknologi internet berbasis Wi-Fi dibuat dan dikembangkan sekelompok insinyur Amerika Serikat yang bekerja pada Institute of Electrical and Electronic Engineers (IEEE) berdasarkan standar teknis perangkat bernomor 802.11b, 802.11a dan 802.16. Perangkat Wi-Fi sebenarnya tidak hanya mampu bekerja di jaringan WLAN, tetapi juga di jaringan Wireless Metropolitan Area Network (WMAN). Konsekuensinya, pengguna yang ingin melakukan surfing atau browsing berita dan informasi di Internet, cukup membawa PDA (pocket digital assistance) atau laptop berkemampuan Wi-Fi ke tempat dimana terdapat access point atau hotspot. Hardware Wi-Fi yang ada di pasaran saat ini ada berupa PCI, USB, PCMCIA dan Compact Flash.

Media wireless yang tidak kasat mata menawarkan cukup banyak keuntungan bagi penggunanya. Berikut ini adalah beberapa keuntungannya (http://gudanginformasipengetahuan.blogspot.com):

(12)

1. Meningkatkan Produktivitas Jaringan WLAN sangat mudah untuk diimplementasikan, dapat meneruskan informasi tanpa seutas kabel pun, sangat fleksibel karena bisa diimplementasikan hampir di semua lokasi dan kapan saja, dan pengguna pun tidak terikat di satu tempat saja. Para penggunanya tentu dapat melakukan pekerjaan dengan lebih mudah, akibatnya pekerjaan menjadi lebih cepat dilakukan. Berdasarkan faktor inilah, wireless LAN tentunya dapat secara tidak langsung meningkatkan produktivitas kerja dari para penggunanya.

2. Cepat dan sederhana implementasinya. Implementasi jaringan WLAN terbilang mudah dan sederhana. Mudah karena hanya perlu memiliki sebuah perangkat penerima dan pemancar untuk membangun sebuah jaringan wireless.

3. Fleksibel Media wireless LAN dapat menghubungkan Anda dengan jaringan pada tempat-tempat yang tidak bisa diwujudkan oleh media kabel. Jadi fleksibilitas media wireless ini benar-benar tinggi karena Anda bisa memasang dan menggunakannya di mana saja dan kapan saja, misalnya di pesta taman, di ruangan meeting darurat dan banyak lagi.

4. Dapat mengurangi biaya investasi. Wireless LAN sangat cocok bagi Anda yang ingin menghemat biaya yang akan dikeluarkan untuk membangun sebuah jaringan komunikasi data. Tanpa kabel berarti juga tanpa biaya, termasuk biaya kabelnya sendiri, biaya penarikan, biaya perawatan dan masih banyak lagi.

5. Skalabilitas, dengan menggunakan media wireless LAN, ekspansi jaringan dan konfigurasi ulang terhadap sebuah jaringan tidak akan rumit untuk dilakukan seperti halnya dengan jaringan kabel. Di sinilah nilai skalabilitas jaringan WLAN cukup terasa.

I.5.5 Uses and Gratifications Model

(13)

289). Model ini tidak tertarik pada apa yang dilakukan media pada diri seseorang tetapi ia tertarik pada apa yang dilakukan orang terhadap media. Khalayak dianggap secara aktif menggunakan media untuk memenuhi kebutuhannya. Studi dalam bidang ini memusatkan perhatian pada penggunaan (uses) media untuk mendapatkan kepuasan (gratifications) atas kebutuhan sesorang. Oleh karena itu, sebagian besar perilaku khalayak akan dijelaskan melalui berbagai kebutuhan (needs) dan kepentingan individu (Ardianto, 2004: 70-71).

Katz, Blumler dan Gurevitch menjelaskan mengenai asumsi dasar dari teori uses and gratifications (Ardianto, 2004: 71), yaitu:

1. Khalayak dianggap aktif, artinya khalayak sebagai bagian penting dari penggunaan media massa diasumsikan mempunyai tujuan;

2. Dalam proses komunikasi massa, inisiatif untuk mengaitkan pemuas kebutuhan dengan pemilihan media terletak pada khalayak;

3. Media massa harus bersaing dengan sumber-sumber lain untuk memuaskan kebutuhannya. Kebutuhan yang dipenuhi media lebih luas. Bagaimana kebutuhan ini terpenuhi melalui konsumsi media amat bergantung kepada perilaku khalayak yang bersangkutan;

4. Tujuan pemilih media massa disimpulkan dari data yang diberikan anggota khalayak. Artinya, orang dianggap cukup mengerti untuk melaporkan kepentingan dan motif pada situasi-situasi tertentu;

5. Penilaian tentang arti kultural dari media massa harus ditangguhkan sebelum diteliti lebih dahulu orientasi khalayak.

Motif kebutuhan-kebutuhan khalayak (Effendy, 2003: 294), yaitu: 1) Cognitive needs (Kebutuhan kognitif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan informasi, pengetahuan dan pemahaman mengenai lingkungan. Kebutuhan ini didasarkan pada hasrat untuk memahami dan menguasai lingkungan; juga memuaskan rasa penasaran kita dan dorongan untuk penyelidikan kita.

2) Affective needs (Kebutuhan afektif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan pengalaman-pengalaman yang estetis, menyenangkan dan emosional.

3) Personal integrative needs (Kebutuhan pribadi secara integratif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kredibilitas, kepercayaan, stabilitas dari suatu individual. Hal-hal tersebut diperoleh dari hasrat akan harga diri.

4) Social integrative needs (Kebutuhan sosial secara integratif):

Kebutuhan yang berkaitan dengan peneguhan kontak dengan keluarga, teman dan dunia. Hal-hal tersebut didasarkan pada hasrat untuk berafilisasi.

5) Escapist needs (Kebutuhan Pelepasan):

Kebutuhan yang berkaitan dengan upaya menghindari tekanan, ketegangan, dan hasrat akan keanekaragaman.

(14)

I.6 Kerangka Konsep

Konsep adalah penggambaran secara tepat fenomena yang hendak diteliti, yakni istilah dan definisi yang digunakan untuk menggambarkan secara abstrak kejadian, keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial (Singarimbun, 2006: 33). Konsep adalah generalisasi dan sekelompok fenomena yang sama. Sebagai hal yang umum konsep dibangun dari teori-teori yang digunakan untuk menjelaskan variabel-variabel yang akan ditelti (Bungin, 2005:57).

Kerangka konsep sebagai hasil pemikiran rasional yang bersifat kritis dalam memperkirakan kemungkinan hasil penelitian yang akan dicapai. Perumusan kerangka konsep ini merupakan bahan yang akan menuntun dalam merumuskan hipotesis penelitian (Nawawi, 2001:40).

Agar konsep-konsep tersebut dapat diteliti secara empiris, maka harus dioperasionalkan dengan mengubahnya menjadi variabel. Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adlah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang menentukan atau mempengaruhi ada atau munculnya gejala atau faktor unsur lain (Nawawi, 2001: 56). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan jaringan Wi-Fi.

2. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah sejumlah gejala atau faktor atau unsur yang ada atau muncul dipengaruhi atau ditentukan oleh adanya variabel bebas (Nawawi, 2001: 57). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

(15)

Variabel antara adalah sejumlah gejala yang tidak dapat dikontrol, atau tetapi dapat diperhitungkan pengaruhnya terhadap variabel bebas (Nawawi, 2001: 58). Variabel antara berada di antara variabel bebas dan variable terikat, yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antara variabel bebas dengan karakteristik responden.

I.7 Model Teoritis

Model teoritis merupakan paradigm yang mentransformasikan permasalahan-permasalahan terkait antara satu dengan lainya. Variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, dibentuk menjadi model teoritis sebagai berikut:

Gambar 1 Model Teoritis

I.8 Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep yang telah diuraikan di atas, maka dapat dibuat operasional variabel untuk membentuk kesatuan dan kesesuain dalam penelitian. Adapun operasionalisasi variabel dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

Tabel 1

Variabel Operasional

Variabel Teoritis Variabel Operasional Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden

Variabel Terikat (Y) Pemenuhan Kebutuhan Kognitif Variabel Bebas (X)

(16)

Variabel Bebas (X)

Penggunaan Jaringan Wi-Fi

a. Frekuensi menggunakan jaringan Wi-Fi

b. Intensitas menggunakan jaringan Wi-Fi

c. Lokasi menggunakan jaringan Wi-Fi

Variabel Terikat (Y)

Pemenuhan Kebutuhan Kognitif

a. Peneguhan informasi b. Surveillance (Pengawasan) c. Eksplorasi realitas Variabel Antara (Z) Karakteristik Responden a. Jenis Kelamin b. Fakultas c. Uang saku

I.9 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana caranya mengukur suatu variabel. Dengan kata lain, definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang amat membantu peneliti lain yang ingin menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006: 46).

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (Pengguna Jaringan Wi-Fi)

a. Frekuensi menggunakan jaringan Wi-Fi adalah kuantitas dalam menggunakan jaringan Wi-Fi.

b. Intensitas menggunakan jaringan Wi-Fi adalah kualitas dalam menggunakan jaringan Wi-Fi.

c. Lokasi menggunakan jaringan Wi-Fi adalah tempat hotspot yang digunakan responden dalam mengakses jaringan Wi-Fi.

2. Variabel Terikat (Pemenuhan Kebutuhan Kognitif)

a. Peneguhan informasi adalah memperkuat informasi yang sudah ada sebelumnya b. Surveillance (pengawasan) adalah menunjuk pada pengumpulan dan penyebaran

(17)

diterima mahasiswa tidak hanya mengandung aspek negatif maupun positif, keduanya harus diberi pengawasan.

c. Eksplorasi realitas adalah melihat kesesuaian antara informasi yang diakses melalui jaringan Wi-Fi dengan dunia realitas yang sebenarnya.

3. Variabel Antara (Karakteristik Responden)

a. Jenis Kelamin adalah jenis kelamin responden (pria atau wanita).

b. Fakultas adalah unsur pelaksana akademik untuk

mengkoordinasikan/melaksanakan pendidikan profesional dalam satu perangkat cabang ilmu pengetahuan, teknologi, dan atau kesenian tertentu.

c. Uang saku adalah besarnya uang yang diberikan oleh orangtua perbulannya.

I.10 Hipotesis

Hipotesis adalah sarana penelitian ilmiah yang penting dan tidak bisa ditinggalkan karena merupakan instrumen kerja dari teori (Singarimbun, 2006: 43). Hipotesis adalah kesimpulan yang masih belum final, dalam arti masih harus dibuktikan atau diuji kebenarannya (Nawawi, 2001: 44).

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

Ha : Terdapat hubungan antara penggunaan jaringan Wi-Fi terhadap pemenuhan kebutuhan kognitif di kalangan mahasiswa USU.

Gambar

Gambar 1  Model Teoritis

Referensi

Dokumen terkait

a. Hakim pengadilan dalam lingkungan peradilan agama yang memeriksa, mengadili dan menyelesaikan perkara yang berkaitan dengan ekonomi syariah, mempergunakan sebagai

Kebanyakan telepon seluler menggunakan band yang berbeda untuk mengirim dan menerima sinyal informasi dari tower yang disebut Frequency Division Duplexing

daya yang ada agar mampu meningkatkan sektor ekonomi kelautan yang berkelanjutan dalam mendukung gagasan strategis pemerintahan Indonesia dan membantu pemerintah

Asumsi Jumlah Outlet adalah batas minimal jumlah outlet yang dimiliki oleh Collecting Outlet, semakin banyak outlet yang dimiliki oleh Collecting Outlet dengan jumlah pelanggan

Dalam penelitian ini uji validitas yang digunakan adalah uji validitas untuk validitas konstruk ( construct validity ) yang menunjukkan seberapa baik hasil yang diperoleh dari

Pendekatan berbeda yang digunakan oleh Pusdalops PB Sumatera Barat dan Pusdalops PB Kota Padang menghasilkan arahan yang berbeda. Kota Padang menyebarkan arahan

HUBUNGAN ANTARA KOMUNIKASI INTERPERSONAL SUAMI ISTRI TERHADAP KOPING DENGAN STRES PADA.. PENDERITA GAGAL

Michaelis-Menten kinetika secara luas digunakan untuk menggambarkan hubungan antara O2 konsentrasi dan O2 Tingkat konsumsi : keseluruhan respirasi jalur diasumsikan