• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Keripik Ubi Jalar di Kota Medan (Kasus : Carrefour Plaza Medan Fair)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Preferensi Konsumen Terhadap Keripik Ubi Jalar di Kota Medan (Kasus : Carrefour Plaza Medan Fair)"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka 2.1.1 Ubi Jalar

Menurut Malik (2003), ubi jalar mempunyai nama ilmiah Ipomea batatas L.

Tanaman ini termasuk dalam famili Concolvulaceae dengan genus Ipomea.

Secara lebih lengkap, Taksonomi atau Klasifikasi ilmiah dari tanaman ubi jalar

adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

Divisi : Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledonae

Ordo : Concolvulales

Famili : Concolvulaceae

Genus : Ipomea

Species : Ipomea batatas L.

Tanaman ubi jalar membutuhkan hawa panas dan udara yang lembab. Daerah

yang mendapat sinar matahari 11-12 jam/hari merupakan daerah yang disukai dan

yang paling ideal untuk budidaya ubi jalar adalah daerah yang bersuhu 21-27° C.

Tanaman ubi jalar dapat ditanam didaerah dengan curah hujan 500-5000

mm/tahun, optimalnya antara 750-500 mm/tahun (Setyawan,2015).

Menurut Juanda dan Cahyono (2000), berdasarkan warna daging umbi, ubi jalar

(2)

1. Ubi jalar putih, yakni jenis ubi jalar yang dagingnya berwarna putih

2. Ubi jalar kuning, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging umbi berwarna

kuning, kuning muda, atau kekuning-kuningan

3. Ubi jalar orange, yakni ubi jalar dengan warna daging berwarna orange

4. Ubi jalar ungu, yakni jenis ubi jalar yang memiliki daging berwarna ungu

hingga ungu muda.

Umbi tanaman ubi jalar memiliki tekstur daging bervariasi, ada yang masir

(mempur) dan ada pula yanga benyek berair. Rasa umbi tanaman ubi jalar pun

bervariasi, ada yang manis, kurang manis, dan ada pula yang gurih. Warna daging

umbi memiliki hubungan dengan kandungan gizi, terutama kandungan beta

karoten. Umbi yang berwarna jingga atau oranye mengandung betakaroten lebih

tinggi daripada jenis ubi jalar lainnya. Demikian pula, daging umbi yang berwarna

oranye memiliki rasa yang lebih manis daripada daging umbi yang berwarna lain

(Juanda dkk, 2009)

Ubi jalar merupakan sumber karbohidrat dan sumber kalori (energi) yang cukup

tinggi. Kandungan karbohidrat ubi jalar menduduki peringkat keempat setelah

padi, jagung, dan ubi kayu. Ubi jalar merupakan sumber vitamin dan mineral

sehingga cukup baik untuk memenuhi gizi dan kesehatan masyarakat. Vitamin

yang terkandung dalam ubi jalar adalah vitamin A (betakaroten), vitamin C,

thiamin (B1), dan riboflavin (vitamin B12). Sedangkan mineral yang terkandung

dalam ubi jalar adalah zat besi (Fe), fosfor, kalsium (Ca), dan Natrium (Na).

Kandungan zat gizi lainnya yang terdapat dalam ubi jalar adalah protein, lemak,

(3)

Karbohidrat yang dikandung ubi jalar masuk dalam klasifikasi low glycemic index,

artinya komoditi ini sangat cocok untuk penderita diabetes. Mengonsumsi ubi

jalar tidak secara drastis menaikkan gula darah, berbeda halnya dengan sifat

karbohidrat dengan glycemic index tinggi, seperti beras dan jagung. Sebagian

besar serat ubi jalar merah merupakan serat larut, yang menyerap kelebihan

lemak/kolesterol darah, sehingga kadar lemak/kolesterol dalam darah tetap aman

terkendali (Hasyim dkk, 2008).

2.1.2 Keripik Ubi Jalar

Keripik (chips) adalah panganan yang dibuat dari kentang, ubi kayu, atau bahan

lain yang diiris tipis-tipis lalu digoreng yang bersifat kering, renyah, dan memiliki

kandungan lemak tinggi. Keripik ubi jalar adalah produk makanan ringan, dibuat

dari ubi jalar, diiris/dirajang, digoreng dengan atau tanpa penambahan bahan

makanan yang diijinkan (Christian, 2005).

Menurut Astawan (1991), kriteria keripik yang baik adalah memiliki rasa yang

gurih pada umumnya, memiliki aroma yang harum, teksturnya kering dan tidak

tengik, warnanya menarik, serta bentuknya tipis, bulat dan utuh dalam arti tidak

pecah.

2.1.3 Pemasaran

Pemasaran adalah suatu proses sosial dan manajerial dengan mana

individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan

inginkan melalui penciptaan, penawaran, dan pertukaran produk-produk yang

(4)

Menurut Gaspersz (2012), pemasaran adalah proses perencanaan dan eksekusi

dari konsepsi, penetapan harga, promosi dan distribusi ide-ide, barang dan/atau

jasa, melalui pertukaran yang memenuhi kepuasan individu konsumen dan

tujuan-tujuan organisasi.

Sebagai jantung marketing, bauran pemasaran minimal mencakup empat hal :

1. Produk dan jasa yang dihasilkan

2. Harga yang ditawarkan untuk sebuah produk yang dihasilkan

3. Strategi promosi yang ditempuh dapat meningkatkan awareness atas

barang/jasa yang dihasilkan ditengah-tengah persaingan.

4. Strategi pendistribusian produk.

Untuk itu, strategi bauran pemasaran dirumuskan minimal mencakup empat hal di

atas,yaitu :

1. Bauran Produk

Produk adalah segala sesuatu yang ditawarkan produsen untuk diperhatikan,

diminta, dicari, dibeli, digunakan atau dikonsumsi pasar sebagai pemenuhan

kebutuhan/keinginan pasar yang bersangkutan.

2. Bauran Harga

Harga adalah satuan lain (termasuk barang dan jasa) yang ditukarkan agar

memperoleh hak kepemilikan/penggunaan suatu barang/jasa.

3. Bauran Promosi

Promosi adalah aktivasi pemasaran yang berusaha menyebarkan informasi,

mempengaruhi/membujuk, dan mengingatkan pasar sasaran atas perusahaan

dan produknya agar bersedia menerima, membeli, dan loyal pada produk yang

(5)

4. Bauran Distribusi

Distribusi adalah kegiatan pemasaran yang berusaha memperlancar dan

mempermudah penyampaian barang dan jasa dari produsen ke konsumen

sehingga penggunaannya sesuai dengan yang diperlukan (jenis, jumlah, harga,

tempat, dan saat dibutuhkan).

2.1.4 Faktor yang Mempengaruhi Preferensi Konsumen

Konsumen adalah setiap pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam masyarakat,

baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain maupun makhluk hidup dan

tidak untuk diperdagangkan. Konsumen individu membeli barang dan jasa untuk

digunakan sendiri, sedangkan konsumen organisasi meliputi organisasi bisnis,

yayasan, lembaga sosial, dan lembaga lainnya (sekolah, perguruan tinggi dan

rumah sakit) (Simanjuntak,2012).

Variabel utama diferensiasi produk menurut (Kotler, 2007) adalah sebagai

berikut:

1. Bentuk (Form)

Produk bisa dideferensiasikan dalam bentuk, ukuran atau struktur fisik produk.

2. Keistimewaan/fungsi (Feature)

Produk dapat ditawarkan dengan beberapa keistimewaan, karakteristik yang

melengkapi fungsi dasar produk.

3. Kualitas kinerja (Performance Quality)

Kualitas kinerja mengacu pada tingkat dimana karakteristik produk itu

beroperasi dan ditetapkan dalam empat tingkatan kualitas yaitu: rendah,

(6)

4. Kualitas kesesuaian (Conformance Quality)

Kualitas kesesuain mengacu pada tingkat dimana semua unit yang diproduksi

identik dan memenuhi spesifikasi sasaran yang dijanjikan.

5. Daya tahan (Durability)

Adalah suatu ukuran usia operasi produk yang diharapkan dalam kondisi

normal dan atau berat, yang menjadikan atribut bernilai bagi beberapa produk.

6. Keandalan (Reliability)

Adalah ukuran kemungkinan suatu produk tidak akan rusak atau gagal dalam

suatu periode waktu tertentu.

7. Mudah diperbaiki (Repairability)

Adalah ukuran kemudahan memperbaiki suatu produk yang rusak atau gagal.

8. Gaya (Style)

Menggambarkan penampilan dan perasaan produk itu bagi pembeli.

Penampilan harus memiliki keunggulan kompetitif yang sukar ditiru. Namun,

penampilan yang menarik tidak selalu menggambarkan kualitas yang baik.

9. Rancangan (Design)

Adalah totalitas dari keistimewaan yang mempengaruhi cara penampilan dan

fungsi suatu produk dalam hal kebutuhan pelanggan. Dengan semakin

ketatnya persaingan, rancangan akan menjadi salah satu cara yang paling

ampuh untuk membedakan produk dari produk lainnya yang sejenis.

2.1.5 Perilaku Konsumen

Perilaku konsumen adalah studi mengenai individu, kelompok atau organisasi dan

proses-proses yang dilakukan dalam memilih, menentukan, mendapatkan,

(7)

untuk memuaskan kebutuhan serta dampak proses-proses tersebut terhadap

konsumen dan masyarakat (Hawkins, et al, 2001).

Menurut Sumarwan (2004), menyatakan bahwa perilaku konsumen diartikan

sebagai perilaku yang diperlihatkan konsumen untuk mencari, membeli,

menggunakan, dan menghabiskan produk dan jasa yang mereka harapkan akan

memuaskan kebutuhan mereka.

Menurut Hanna (2001), Perilaku konsumen berhubungan dengan alasan dan

tekanan yang mempengaruhi pemilihan, pembelian, penggunaan akan barang dan

jasa yang bertujuan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan pribadi. Perilaku

konsumen menitikberatkan pada aktivitas yang berhubungan dengan konsumsi

dari individu.

Menurut Simamora (2003), Perilaku konsumen dipengaruhi berbagai faktor.

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku konsumen antara lain :

1. Faktor kebudayaan

Faktor kebudayaan mempunyai pengaruh yang paling luas dan paling dalam

terhadap perilaku konsumen. Pemasar harus memahami peran yang dimainkan

oleh kultur, subkultur, dan kelas sosial pembeli.

2. Faktor sosial

Perilaku konsumen juga akan dipengaruhi oleh faktor sosial seperti kelompok,

(8)

3. Faktor pribadi

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti

umur dan tahap-tahap daur hidup pembeli, jabatan, keadaan ekonomi,

kepribadian, konsep diri pembeli yang bersangkutan.

4. Faktor Psikologis

Pilihan pembelian seseorang juga dipengaruhi oleh faktor psikologis yang

utama, yaitu motivasi, persepsi, proses pembelajaran, serta kepercayaan dan

sikap.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Karakteristik Konsumen yang Berhubungan Dengan Keputusan Membeli

Menurut Kotler (2007), karateristik konsumen dapat disebut sebagai faktor-faktor

yang mempengaruhi perilaku konsumen dalam melakukan pembelian sebagai

berikut :

a. Usia

Memahami usia konsumen adalah penting, karena konsumen yang berbeda

usia akan mengkonsumsi produk dan jasa yang berbeda. Perbedaan usia juga

akan mengakibatkan perbedaan selera dan kesukaan terhadap merek. Dari sisi

pemasaran, semua penduduk berpaapun usianya adalah konsumen.

b. Pekerjaan

Pekerjaan seseorang mempengaruhi barang dan jasa yang mereka beli.

Pemasar, berusaha mengidentifikasi kelompok pekerjaan yang mempunyai

minat di atas rata-rata pada produk dan jasa mereka.

(9)

c. Gaya Hidup

Pola kehidupan sesorang yang diekspresikan dalam aktivitas, ketertarikan, dna

opini orang tersebut. Orang-orang yang datang dari kebudayaan, kelas sosial,

dan pekerjaan yang sama mungkin saja mempunyai gaya hidup yag berbeda.

2.2.2 Preferensi Konsumen

Preferensi konsumen adalah pilihan suka atau tidak suka oleh seseorang terhadap

produk (barang atau jasa) yang dikonsumsi. Preferensi konsumen menunjukkan

kesukaan konsumen dari berbagai pilihan produk yang ada (Kotler, 1997).

Menurut Nicholson (2002), hubungan preferensi diasumsikan memiliki tiga sifat

dasar, tiga sifat dasar tersebut adalah:

1. Kelengkapan (completeness)

Jika A dan B merupakan dua kondisi atau situasi, maka tiap orang selalu harus

bisa menspesifikasikan apakah :

1) A lebih disukai daripada B

2) B lebih disukai daripada A, atau

3) A dan B sama-sama disukai.

Dengan dasar ini tiap orang diasumsikan tidak pernah ragu dalam menentukan

pilihan, sebab mereka tahu mana yang lebih baik dan mana yang lebih buruk,

dan dengan demikian selalu bisa menjatuhkan pilihan di antara dua alternatif.

2. Transitivitas (transitivity)

Jika seseorang mengatakan ia lebih menyukai A daripada B, dan lebih

menyukai B daripada C, maka ia harus lebih menyukai A daripada C. Dengan

demikian orang tidak bisa mengartikulasikan preferensinya yang saling

(10)

3. Kontinuitas (Continuity)

Jika seseorang menyatakan lebih menyukai A daripada B, ini berarti segala

kondisi di bawah A tersebut disukai daripada kondisi di bawah pilihan B.

Kardes (2002) membagi preferensi menjadi dua, yaitu:

1) Preferensi berdasarkan sikap

Menurut Kotler dan Armstrong (2008), sikap (attitude) menggambarkan

evaluasi, perasaan, dan tendensi yang konsisten dari sesorang terhadap sebuah

objek atau ide.Sikap menempatkan orang dalam suatu kerangka pikiran untuk

menyukai atau tidak menyukai sesutatu, untuk bergerak menuju atau

meninggalkan sesuatu. Sikap sulit diubah, karena adanya pola dari sikap

seseorang sehingga diperlukan penyesuaian yang rumit dalam banyak hal.

2) Preferensi berdasarkan atribut

Preferensi berdasarkan atribut menurut Kardes dibentuk atas dasar

membandingkan satu atau lebih atribut.

Atribut produk merupakan faktor-faktor yang dipertimbangkan konsumen dalam

mengambil keputusan tentang pembelian suatu merek ataupun kategori produk,

yang melekat pada produk atau menjadi bagian dari produk itu sendiri. Seorang

konsumen akan melihat suatu produk berdasarkan kepada karakteristik atau ciri

atau atribut dari produk tersebut. Para pemasar perlu memahami apa yang

diketahui oleh konsumen, atribut apa saja yang dikenal dari suatu produk, atribut

mana yang dianggap paling penting oleh konsumen. Pengetahuan mengenai

atribut tersebut akan mempengaruhi pengambilan keputusan konsumen.

Pengetahuan yang lebih banyak mengenai atribut suatu produk akan memudahkan

(11)

2.2.3 Analisis Multivariat

Analisis multivariate merupakan analisis varian beberapa variabel dependen

dengan satu atau lebih faktor atau kovariat, atau dengan kata lain analisis

multivariate adalah analisis hubungan antara satu atau lebih variabel faktor dan

kovariat dengan dua atau lebih variabel dependen.

Menurut Priyatno (2009), Data yang digunakan untuk variabel dependen adalah

kuantitatif (tipe interval atau rasio), variabel faktor menggunakan data kategorikal

(tipe nominal atau ordinal) sedangkan jika menggunakan variabel kovariat data

yang digunakan yaitu data kuantitatif. Asumsi yang mendasari pada analisis

multivariate adalah bahwa untuk variabel dependen data berasal dari populasi

yang berdistribusi normal dan kelompok data mempunyai kesamaan varian atau

kovarian (homogen).

2.2.4 Analisis Conjoint

Analisis Conjoint adalah teknik multivariat yang digunakan secara khusus untuk

mengetahui bagaimana preferensi konsumen terhadap suatu produk atau jasa dan

untuk membantu mendapatkan kombinasi atau komposisi atribut-atribut suatu

produk atau jasa baik baru maupun lama yang paling disukai konsumen.

Atribut-atribut merupakan elemen-elemen yang terdapat pada suatu produk yang

berfungsi mendeskripsikan karakter produk tersebut (Hair et al., 2006).

Model Analisis Conjoint

∑ ∑

Keterangan :

(12)

aij : j : 1,2 ki dari i atribut ( l = 1,2,.... m)

ki : no level pada atribut i

m : no atribut

Xij : 1 apabila level j dari atribut ; dan 0 kalau tidak dipilih

Pada dasarnya, tujuan analisis conjoint adalah untuk mengetahui bagaimana

persepsi seseorang terhadap suatu objek yang terdiri atas satu/banyak bagian.

Hasil utama analisis conjoint adalah suatu bentuk (desain) produk

barang/jasa/objek tertentu yang diinginkan oleh sebagian besar responden.

Proses dasar conjoint analysis:

1. Menentukan Perancangan Atribut dan Level

Menentukan faktor sebagai atribut spesifik kemudian level sebagai bagian-dari

faktor sebuah objek. Dalam analisis ini, perancangan atribut yang berpengaruh

merupakan bagian dari mengidentifikasi atribut dengan tingkatan, masing-masing

dipergunakan untuk membuat stimuli.

2. Mendesain Stimuli

Kombinasi antara faktor dengan level disebut satu stimuli. Ada dua cara

merancang kombinasi taraf atribut yaitu pendekatan kombinasi berpasangan

dan kombinasi lengkap.

3. Mengumpulkan pendapat responden terhadap setiap stimuli yang ada.

Responden akan memberikan rating terhadap stimuli yang ada. Penilaian

rating menggunakan skala ordinal yang terukur berupa skala likert dengan

angka 1 = sangat tidak suka, 2 = tidak suka, 3 = biasa saja, 4 = suka, 5 =

(13)

proses conjoint . Pendapat setiap responden ini disebut sebagai utility yang

dinyatakan dengan angka dan menjadi dasar perhitungan conjoint.

4. Melakukan proses conjoint dengan masukan data yang ada

Dari pendapat responden atas sekian stimuli yang telah dikumpulkan

dilakukan proses conjoint dengan bantuan perangkat lunak SPSS untuk

memprediksi kombinasi atribut produk yang diinginkan responden. Output

yang dihasilkan dari proses analisis conjoint berupa nilai kegunaan (utility)

dan nilai kepentingan (importance values). Nilai keguanaan utility merupakan

nilai yang menunjukkan kecenderungan pemilihan konsumen terhadap

kombinasi stimuli yang disukai. Nilai kepentingan (importance values)

merupakan nilai yang menunjukkan atribut produk yang paling penting

sehingga mendasari konsumen untuk membeli keripik ubi jalar.

5. Uji Keakuratan

Dari hasil conjoint yakni untuk mengukur tingkat ketepatan prediksi dari hasil

analisis dimana hasil conjoint tidak berbeda jauh dengan pendapat responden

yang sebenarnya. Tingkat uji keakuratan dicerminkan dengan adanya korelasi

yang tinggi dan siginifikan antara hasil estimasi dengan aktual. Sementara itu

untuk menguji hasil conjoint dilakukan dengan sejumlah holdout sample

sebagai penguji hasil apakah proses conjoint yang menggunakan sampel

tersebut bisa selaras jika digunakan pada populasi.

Asumsi pada analisis conjoint berbeda dengan analisis multivariat lainnya, proses

conjoint tidak membutuhkan uji asumsi seperti normalitas, homoskedastisitas, dan

(14)

Dalam pemasaran, analisis conjoint merupakan teknik yang sangat baik untuk

menjawab dua pertanyaan. Pertama, bagaimana tingkat kepentingan sekumpulan

atribut merek. Kedua, dalam pengembangan produk baru, model produk mana

yang paling disukai konsumen. Analisis conjoint tergolong metode tidak langsung

(indirect methode). Kesimpulan diambil berdasarkan respons subjek terhadap

perubahan sejumlah atribut. Karena itu, perlu dipastikan terlebih dahulu apa saja

atribut suatu produk atau merek (Simamora, 2005).

2.3 Penelitian Terdahulu

Ester Septiani Pasaribu (2015), dengan judul skripsi “Analisis Conjoint terhadap

Preferensi Konsumen Pada Buah Durian (Durio zibethinus Murr.) di Kota

Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen memilih buah durian

dengan spesifikasi bobot buah 3-5 kg, bentuk buah bulat telur, warna kulit buah

hijau kekuningan, warna daging buah kuning tua/tembaga, tekstur daging buah

pulen (lembut dan kering), cita rasa manis legit, dan aroma sedang. Urutan atribut

buah durian yang dianggap penting oleh konsumen yaitu pertama cita rasa

(23,204 %), warna daging buah (18,208 %), tekstur daging buah (16,208 %),

bentuk buah (13,583 %), warna kulit buah (12,530 %), bobot buah (10,635 %),

serta aroma (5,739 %). Nilai korelasi Pearson’s dan Kendall’s Tau 0,000 (<0,05)

interpretasinya adalah adanya hubungan yang kuat antara preferensi estimasi dan

preferensi aktual, atau ada predictive accuracy yang tinggi pada proses conjoint.

Adiyoga dan Nurmalinda (2012) meneliti tentang “Analisis conjoint preferensi

konsumen terhadap atribut produk kentang, bawang merah, dan cabai”. Penelitian

ini diarahkan untuk menghimpun informasi menyangkut preferensi konsumen

(15)

sayuran (kentang, bawang merah, dan cabai merah). Atribut yang diamati

mencakup atribut eksternal, internal, dan organoleptik. Preferensi diidentifikasi

menggunakan analisis konjoin. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumen

mengekspresikan preferensinya terhadap kentang yang berukuran 6 – 8 butir/kg,

berkulit mulus dan memiliki jumlah mata sedikit (>10). Sedangkan bawang merah

yang disukai oleh konsumen ialah bawang merah dengan diameter umbi 2,5 cm,

berwarna kulit merah-ungu tua, dan beraroma tidak menyengat. Sementara itu,

konsumen lebih menyukai cabai merah yang besar, kulit berwarna merah terang,

dan memiliki kepedasan agak pedas.

2.4 Kerangka Pemikiran

Dalam membuat keputusan pembelian keripik ubi jalar, konsumen dihadapkan

pada sikap pemilihan/preferensi terhadap produk yang akan dibeli. Pada keripik

ubi jalar melekat karakteristik yang dalam penelitian ini disebut dengan atribut

keripik ubi jalar. Atribut yang diidentifikasi mempengaruhi preferensi konsumen

yaitu dari segi warna, bentuk, tekstur, ketebalan, rasa, aroma khas, ukuran

kemasan, dan desain kemasan.

Preferensi konsumen terhadap keripik ubi jalar ini dianalisis dengan analisis

conjoint, yaitu suatu teknik statistik multivariate yang berguna dalam

menganalisis preferensi konsumen. Konsumen memilih keripik ubi jalar

berdasarkan kombinasi atribut-atribut yang ada pada keripik ubi jalar menurut

(16)

Selera konsumen inilah yang akan mempengaruhi preferensi konsumen sehingga

pada akhirnya konsumen pun memutuskan untuk melakukan pembelian terhadap

(17)

Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

: Menyatakan Hubungan

: Adanya Pengaruh Produk

Konsumen

Preferensi Konsumen

pada produk Ubi Jalar Analisis

Conjoint

Keputusan Pembelian Konsumen

Atribut Produk

- Warna

- Bentuk

- Tekstur

- Ketebalan

- Rasa

- Aroma khas

- Ukuran kemasan

(18)

2.5 Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas, maka hipotesis penelitian ini adalah sebagai berikut :

Ada hubungan yang kuat antara antara hasil (desain) conjoint dengan preferensi

Referensi

Dokumen terkait

[r]

c. Menumbuhkan kebiasaan kerja yang efektif kepada siswa akan terjadi hanya jika pelatihan dan pembelajaran yang diberikan berupa pekerjaan nyata dan bukan

KESATU : Membentuk Forum Komunikasi Masyarakat Perikanan Bantul (FKMPB) di Kabupaten Bantul dengan Susunan dan Personalia sebagaimana tersebut dalam

[r]

Sedangkan metode penelitian yang digunakan pada tahun ke-2 ini (kegiatan implementasi) menggunakan pendekatan quasi eksperimen. Lokasi untuk kegiatan penelitian ini

Bagaimana pengaruh kebiasaan berdoa dan membaca Al- Qur’an sebelum memulai perkuliahan terhadap perilaku mahasiswa PAI di IAIN Tulungagunga. Untuk mengetahui pengaruh

Setelah menjelaskan semua indikator dan tujuan pembelajaran dan hasil akhir dari pembelajaran ini, siswa mengikuti mencari informasi produk dan pengemasan hasil pengolahan dari

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir seluruhnya dari yang melakukan tindakan teknik aseptik yaitu sebanyak 36 orang yang melakukan tindakan teknik aseptik dan hampir