• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Lidah Buaya 25% ( Aloe vera L. )

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perubahan Dimensi Hasil Cetakan Alginat Setelah Direndam dalam Larutan Ekstrak Daun Lidah Buaya 25% ( Aloe vera L. )"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

Bahan cetak digunakan untuk menghasilkan replika atau cetakan yang akurat dari jaringan keras dan lunak rongga mulut. Daerah yang terlibat dapat berbeda-beda dari satu gigi hingga keseluruhan gigi, ataupun mencetak daerah yang edentulus. Cetakan adalah tiruan negatif rongga mulut dan tiruan positif didapat dengan menuang dental stone atau bahan material lain dan membiarkannya mengeras.16 ,17

Pengambilan cetakan gigi dan rongga mulut merupakan langkah awal dalam pembuatan tambalan inlay, gigi tiruan atau pesawat ortodonsi di kedokteran gigi.

Hasil cetakan memerlukan keakurasian agar didapatkan dudukan yang baik pada pemasangan restorasi didalam mulut.4,18

2.1 Bahan Cetak Alginat

Irreversible hydrocolloid atau yang biasa dikenal dengan alginat pertama kali

diperkenalkan sebagai material pada tahun 1936 dan digunakan sebagai bahan cetak pada tahun 1947. Sejak saat itu bahan cetak alginat menjadi bahan yang paling sering digunakan dikarenakan mudah penggunaannya, mempunyai rasa yang menyenangkan, dan relatif murah. Alginat tersedia dalam bentuk bubuk yang harus dicampur dengan air dan akan membentuk gel dalam waktu yang cepat. Penggunaan bahan cetak ini beragam mulai dari cetakan pendahuluan gigi tiruan sebagian lepasan, cetakan pendahuluan gigi tiruan penuh, dan studi model perawatan ortodonti. Akan tetapi bahan ini tidak cukup akurat untuk membuat cetakan gigi tiruan sebagian cekat.1,2,19,20

2.2 Komposisi Bahan Cetak Alginat

(2)

reaksi kimia dan tidak dapat kembali ke fase sol. Bahan cetak alginat mengandung natrium alginat, kalsium sulfat, natrium fosfat, diatomaceous earth, oksida seng, dan

kalium titanium flour.7,17 Pada table 1 diuraikan komposisi dari bubuk alginat.

Tabel 1. Komposisi bahan cetak alginat1

Komponen Fungsi Komposisi (%)

Kalsium alginat Agar alginat larut dalam air 15

Kalsium sulfat Reaktor 16

Oksida seng Partikel pengisi 4

Kalium titanium fluorid Pemercepat 3

Tanah diatoma Partikel pengisi 60

Natrium fosfat Bahan perlambat 2

Reaksi khas sol-gel dapat digambarkan secara sederhana sebagai reaksi alginat larut air dengan kalsium sulfat dan pembentukan gel kalsium alginat yang tidak larut. Pada tahap awal sodium fosfat bereaksi dengan kalsium sulfat yang menyediakan waktu pengerjaan yang adekuat.

2Na3PO4 + 3CaSO4 Ca3 (PO4)2 + 3Na2SO4

Suatu garam seperti trinatrium fosfat ditambahkan pada larutan untuk memperpanjang waktu kerja, sehingga kalsium sulfat akan lebih suka bereaksi dengan garam lain dibanding alginat larut air. Bila pasokan trinatrium fosfat menipis, ion kalsium mulai bereaksi dengan kalium alginat untuk membuat kalsium alginat seperti berikut :

K2nAlg + nCaSO4 n K2SO4 + CanAlg

(3)

Umumnya, bila kira-kira 15 g bubuk dicampur dengan 40 ml air, gelasi akan terjadi dalam waktu sekitar 3-4 menit pada temperatur ruangan.1,20

2.3 Sifat Bahan Cetak Alginat

Alginat merupakan hidrokoloid gel yang mengandung sejumlah besar air. Air ini akan menguap bila cetakan diletakkan diudara terbuka sehingga cetakan menyusut (shrinkage) disebut sineresis. Bila cetakan ditempatkan di dalam air, air

akan diabsorsi dan cetakan mengembang (expand) disebut dengan imbibisi.4,21 Ini

merupakan sifat bahan cetak alginat yaitu imbibisi dan sineresis.

2.3.1 Imbibisi

Imbibisi terjadi akibat cetakan direndam dalam air, air akan diabsorsi sehingga membuat cetakan mengembang. Gel dapat mengalami perubahan dimensi oleh karena proses imbibisi. Penelitian mengenai perubahan dimensi alginat mengatakan, penyimpanan hasil cetakan alginat harus dilakukan sesingkat mungkin dan juga pembuatan dari die stone harus diproses sesegera mungkin setelah cetakan

dibuat.19,20

2.3.1 Sineresis

Setelah cetakan dikeluarkan dari mulut dan terkena udara pada temperatur ruangan, pengerutan yang berhubungan dengan sineresis dan penguapan akan terjadi. Hal ini disebabkan karena jumlah kandungan air pada alginat sehingga menyebabkan sineresis. Sineresis tersebut akan menyebabkan alginat mengalami perubahan dimensi.4,19,20

2.4 Perubahan Dimensi pada Bahan Cetak Alginat

Perubahan dimensi hasil cetakan alginat telah dipelajari sejak tahun 1970. Keterlambatan pengisian hasil cetakan dapat menyebabkan bahan cetak mengerut

(sringkage) . Cetakan tidak boleh terlalu lama terpapar di udara, sebaiknya langsung

(4)

mempertahakan kandungan air yang normal dari cetakan.19-21 Menurut Kaur, dkk

(2012) penyimpanan sebelum pengisiaan di medium penyimpanan dengan kelembaban relatif 100% selama 12 menit tidak mengalami perubahan dimensi.22

Menurut Craig’s (2006), perubahan dimensi bahan cetak alginat juga berhubungan dengan kontraksi selama proses pengerasan dari bahan cetak alginat, hal ini berhubungan dengan cross-linking yang terjadi di dalam rantai polimer alginat.16

Perubahan temperatur juga dapat mempengaruhi perubahan dimensi hasil cetakan ketika cetakan dilepas dari mulut. Pada bahan cetak alginat terjadi sedikit pengerutan disebabkan oleh perbedaan panas diantara temperatur mulut ( 37ºC) dan temperatur kamar ( 23 ºC ). Selain itu adanya tekanan di daerah terlokalisir pada sendok cetak selama proses gelasi dapat dapat menyebabkan perubahan dimensi hal ini berhubungan dengan tekanan internal yang menyebabkan sineresis.1,4

2.5 Desinfeksi Hasil Cetakan

Lingkungan dokter gigi sangat bersiko terpapar berbagai macam mikroorganisme. Banyak agen infeksi didalam darah, cairan tubuh, eskresi, dan sekresi yang dapat menyebabkan infeksi silang yaitu : Herves Virus Infection,

Hepatitis ( A, B, C, D, dan E ), Acquired Immonu-deficiency syndrome ( AIDS),

H1N1 (influenza), H5N1 ( Avian), Tuberkolosis ( TB), dan Jamur. Kementrian kesehatan RI pada tahun 2012 telah menerbitkan standar pencegahan dan pengendalian infeksi pelayanan kesehatan gigi dan mulut sebagai pedoman tenaga kesehatan dalam pencegahan dan pengendalian infeksi yang benar. Untuk mencegah infeksi silang desinfeksi hasil cetakan sangat dianjurkan. Desinfeksi dapat dilakukan dengan cara perendaman atau penyemprotan.6,23-27

Ada beberapa jenis cairan yang dapat dipakai sebagai desinfektan dalam bentuk spray maupun cairan rendam seperti:4,20

a. Chlorine solution, cenderung berbahaya untuk kulit, mata dan lain

(5)

b. Aldehyde solution, mempunyai bau yang menyengat dan iritasi terhadap

kulit dan mata. Produk-produk komersial biasanya dibuat dari cairan berbasis glutardehyde daripada cairan berbasis formaldehyde. Glutaraldehyde 2% merupakan desinfektan pilihan.

c. Iodine Solution atau iodofor 1%

d. Phenols.

Power JM, dkk (2008) mengemukakan bahwa desinfeksi cetakan alginat dapat menghambat virus bila perendaman selama 10 menit dalam larutan 0,5%

sodium hypochlorite atau 10 menit setelah penyemprotan, perendaman selama 10

menit dalam larutan iodohor dengan pengeceran 1: 213, perendaman selama 20 menit dalam 2% glutaraldehyde dengan pengenceran 1: 4, perendaman selama 20 menit

dalam larutan phenylphenol dengan pengenceran 1: 32.28 Bustos J, dkk (2010)

mengemukakan pada perendaman bahan desinfeksi 5 % sodium hypochlorite dan

2% glutaraldehyde dapat menghambat bakteri jika direndam dengan waktu 5

menit.29

Densinfeksi secara penyemprotan maupun perendaman dilaporkan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dimensi hasil cetakan. Teknik perendaman lebih memberikan pengaruh terhadap perubahan dimensi karena pada teknik perendaman hanya terdapat penyerapan cairan pada hasil cetakan dan tidak dibiarkan di udara terbuka yang menyeimbangkan proses keluar masuknya air.3,5

2.6 Lidah Buaya

Menurut WHO (World Health Organization) ada sekitar 20.000 jenis

tumbuhan obat yang menjadi sumber terbaik untuk mendapatkan berbagai obat. Ekstrak tumbuh-tumbuhan telah memainkan peran penting dalam penghambatan kuman patogen. Lidah buaya dikenal pada awalnya sebagai bahan kosmetika yakni sebagai penyubur rambut dan perawatan kulit. Tanaman lidah buaya merupakan tanaman yang mudah dibudidayakan di Indonesia, sehingga patut sebagai salah satu tanaman yang diproritaskan penelitiannya dalam rangka untuk mengembangkan obat

(6)

Lidah buaya merupakan tumbuhan family Liliceae. Terdapat lebih dari 360

jenis lidah buaya dalam suku ini. Menurut Dowling (1985), hanya tiga jenis lidah buaya yang dibudidayakan secara komersial dan dimanfaatkan sebagai tanaman obat di dunia, yakni Aloe vera L. ( Aloe barbadensis Mill.), Alo ferox Mill., dan Aloe perry Baker. Tumbuhan ini dapat tumbuh didaerah kering seperti Afrika, Asia, dan

Amerika. Hal ini disebabkan karena lidah buaya dapat menutup stomata daun sampai rapat pada musim kemarau untuk menghindari kehilangan air dari daunnya. Di Indonesia lidah buaya masuk sekitar abad ke-17.10,30,31

Gambar 1. Lidah buaya ( Aloe vera L.)31

2.6.1 Sifat

(7)

50-100 cm dan terletak di permukaan tanah. Pertumbuhan tanaman ini membutuhkan tanah yang subur dan gembur dibagian atasnya.11,31

2.6.2 Komposisi kimia

Daun lidah buaya terdiri dari berbagai jenis senyawa kimia yaitu :14,30-33

a. Acemannan, dengan nama kimia beta (1,4) acetylpolymanosa, mengandung rantai panjang polimer terdiri dari glukosa dan mannose, berat molekul sekitar 18.000 sampai 20.000 unit massa molekul. Mukopolisakarida bertindak sebagai stimulan kekebalan tubuh, terutama dengan merangsang produksi limfosit T dan makrofag dari timus dan sel-sel beta dari pankreas. Acemannan juga memiliki efek bakterisida dan antijamur yang memerangi usus candida.

b. Antrakuinon, merupakan senyawa aromatik hidrokarbon polynuklear yang terdiri dari sekelompok zat termasuk aloe-emodin, asam aloeitic, anthranol, asam chrysophanic, ester dari asam sinamat dan resistanol. Menurut temuan penelitian terbaru, aloin dalam bentuk terisolasi menghancurkan herpes simplex, variella zoster dan virus influenza pada hepatosit tikus primer, dengan menonaktifkan membran protein (lapisan kulit) dari virus.

c. Asam chrysophanic, merupakan asam organik yang seperti asam sinamat dan memiliki sifat yang mirip dengan antrakuinon. Asam chrysophanat dalam lidah buaya berfungsi sebagai pencahar, diuretik, merangsang sekresi empedu dan fungisida, terutama diusus.

d. Asam salisilat, terdiri komponen karboksil, mirip dengan asam laktat dan malat. Asam salisilat adalah komponen utama dari aspirin dan digunakan sebagai analgesik dan antirematik di industri farmasi.

(8)

g. Isobarbaloin, merupakan bagian dari anthrocyanat glikosida, isomer geometrik aloin, mempuyai berat molekul yang sama dengan aloin, tetapi memiliki atom yang berbeda, sifat fisika dan kimia yang berbeda. Isobarbaloin memiliki efek analgesik dan antibiotik alami.

h. Vitamin, daun lidah buaya kaya akan vitamin D, vitamin A khusus antioksidan (β-caroten), vitamin C, vitamin E, dan vitamin B12 yang penting untuk orang-orang vegetarian.

i. Enzim, tipe yang berbeda dari katalis biokimia ketika dikonsumsi dapat membantu pencernaan dan menghancurkan lemak. Bradikinase membantu mengurangi inflamasi berlebih ketika diaplikasikan secara topikal dan juga dapat mengurangi nyeri dan juga mencerna jaringan yang mati pada luka.

j. Mineral, beberapa mineral dalam lidah buaya seperti kalsium, natrium kalium, mangan, magnesium, tembaga, seng, kromium, dan selenium. Meskipun mineral-mineral tersebut dibutuhkan tubuh dalam jumlah yang sedikit, pada dasarnya sangat bermanfaat untuk bermacam-macam enzim dalam perjalanan metabolisme.

2.6.3 Kegunaan

Daun lidah buaya dapat digunakan sebagai pengobatan alami pada beberapa penyakit berdasarkan jumlah dan penyajian yang berbeda-beda yaitu sembelit, kencing manis ( diabetes mellitus), luka luar dan dalam, wasir, sipilis, keputihan, migren, biang keringat gatal-gatal, terlambat haid dan lain-lain.11,34

(9)

Menurut Reddy , dkk (2011) mengemukakan di dalam dunia kedokteran gigi daun lidah buaya berfungsi sebagai penghambat jamur, bakteri, dan virus.9 Lidah

Gambar

Tabel 1. Komposisi bahan cetak alginat1
Gambar 1. Lidah buaya ( Aloe vera L.)31

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian di atas, maka yang menjadi fokus dalam penelitian ini, adalah seberapa besar persentase ibu rumah tangga yang sudah melakukan pengelolaan sampah

informasi dan komunikasi dalam wilayah konten secara umum dalam pendidikan untuk memungkinkan mereka belajar keterampilan komputer dan teknologi. Secara umum,

Berdasarkan hasil observasi ditemukan bahwa teknologi, yang sebenarnya memadai dari segi sarana prasarana, kurang dimanfaatkan dalam proses pembelajaran di SMA N 2

Dalam Elit lokal dengan birokrasi pemerintahan identitas etnis akan menjadi hal yan krusial dan perlu diperhatikan sehingga membaca konflik pemekaran Maluku Utara

Ini terbukti dengan adanya peningkatan dari indikator keaktifan siswa yang dapat dicapai pada siklus 2 sebesar 30,26masuk dalam kategori aktif.Penerapan model Blended

SIKAP MAHASISWA TERHADAP DlSlPLlN DAN KESELAMATAN KERJA Dl WORKSHOP TATA BOGA.. FPTK IKlP

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa intensitas kecanduan game online dari 35 responden di SMP Sawunggaling Jombang kelas 2A dan 2B

Ketika konsumen mempunyai keterlibatan yang tinggi , sikap merupakan bagaian dari hierarki pengaruh yang menyebabkan keputusan untuk membeli (pertama kali konsumen