BAB II
EVALUASI HASIL PELAKSANAAN RKPD TAHUN LALU DAN CAPAIAN KINERJA PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN
2.1 GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH 2.1.1 Aspek Geografi Dan Demografi
2.1.1.1. Karekteristik Lokasi dan Wilayah
Kabupaten Minahasa Selatan terbentuk secara resmi dengan ditetapkannya UndangUndang RI Nomor 10 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Minahasa Selatan dan Kota Tomohon. Kabupaten Minahasa Selatan merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sulawesi Utara dengan jarak dari Amurang ke Manado ± 64 km. Secara geografis, Kabupaten Minahasa Selatan terletak antara 0,47’ 1,24’ Lintang Utara dan 124,18’ 12445’ Bujur Timur. Peta Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada gambar 01.
Gambar 01. Peta Kabupaten Minahasa Selatan
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
2.1.1.2. Luas dan Batas Wilayah Administrasi
Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai batasbatas : Utara : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa
Timur : Berbatasan dengan Kabupaten Minahasa Tenggara Selatan : Berbatasan dengan Kabupaten Bolaang Mongondow
Barat : Berbatasan dengan Laut Sulawesi
Jumlah penduduk 225.542 jiwa, Wilayah Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai luas 1.496,66 km², yang terdiri dari 17 (tujuhbelas) kecamatan dan 177 desa/kelurahan dengan seperti ditunjukkan pada Tabel 2.1.
Tabel 2.1
Luas Kecamatan dan Jumlah Desa/Kelurahan No Nama Kecamatan (Km²)Luas Desa Kelurahan
1. Modoinding 71,69 10
2. Tompaso Baru 111,60 10
3. Maesaan 151,85 12
4. Ranoyapo 31,01 12
5. Motoling 139,91 7
6. Kumelembuai 48,77 8
7. Motoling Barat 25,90 8
8. Motoling Timur 120,99 8
9. Sinonsayang 52,33 13
10. Tenga 102,64 18
11. Amurang 104,66 2 6
12. Amurang Barat 29,67 8 2
13. Amurang Timur 57,62 8 2
14. Tareran 110,03 13
15. Suluun Tareran 125,64 9
16. Tumpaan 134,23 10
17. Tatapaan 78,12 11
J u m l a h 1,497 167 10
Sumber : Data RTRW Kab. Minahasa Selatan 20ll – 203l
Gambar 02. Luas Wilayah Kabupaten Kabupaten Minahasa Selatan
2.1.1.3. Letak dan Kondisi Geografis
Letak geografis kabupaten Minahasa Selatan terletak pada posisi strategis karna berada pada jalur lintas darat trans sulawesi yang menghubungkan jalur jalan seluruh provinsi di Pulau Sulawesi. Pada pesisir jalur laut bagian utara merupakan daerah yang strategis untuk pengembangan produksi perikanan di Kawasan Timur Indonesia serta daerah perlintasan (transit) sekaligus stop over arus penumpang, barang dan jasa pada kawasan Indonesia tengah dan kawasan Indonesia timur bahkan untuk kawasan Asia Pasifik.
2.1.1.4. Topografi
a. Gununggunung
Kabupaten Minahasa Selatan mempunyai topografi wilayah berupa bukitbukit/pegunungan, berpantai dan sebagian kecil dataran bergelombang dengan posisi dari daerah pantai (0 meter) sampai pada ketinggian 1.500m dari permukaan laut. Beberapa gunung yang terdapat di Kabupaten Minahasa Selatan, yaitu gunung Soputan (1.780m), gunung Manimporok (1.661m), gunung Tagui (1.550m), gunung Lumedon (1.425m).
b. Dataran rendah dan dataran tinggi
Dataran rendah dan dataran tinggi secara potensial mempunyai nilai ekonomi bagi daerah. Ada beberapa dataran yang terdapat di kabupaten Minahasa Selatan antara lain : Modoinding (2.350 ha), Tompaso Baru (2.587 ha) Tatapaan.
2.1.1.5. Geologi
Berdasarkan Peta Geologi skala 1 : 250.000 tahun 1996. Geologi batuan penyusun wilayah Kabupaten Minahasa Selatan sangat bervariasi, antara lain berisi formasi :
endapan danau dan sungai. Formasi ini terdiri dari pasir, lanau, konglomerat dan lempung napalan, di daerah pasang surut di barat kampung Amurang kebanyakan terdapat batugamping terumbu koral.
Selain itu terdapat batuan gunung api muda, batuan ini terdiri dari Lava, bom, lapili dan abu volkanik membentuk gunung api antara lain Gunung Soputan, Lokon dan Mahawu. Khusus Gunung Soputan terdiri dari materil pasir. Batuan Gunung api tersususn dari breksi, lava dan tuf. Aliran lava pada umumnya berkomposisi andesit sampai basal. Pada sebagian formasi ini ada telah mengalami mineralisasi termasuk emas dan perak
2.1.1.6. Hidrologi
Sebagian besar kondisi hidrologi dipengaruhi oleh : a. Air permukaan
b. Air tanah
c. Sumber daya mineral/bahan galian d. Bencana alam
Keadaan hidrologi di wilayah perencanaan dapat ditinjau dari beberapa hal antara lain curah hujan, kandungan air tanah, dan keadaan sungai. Curah hujan yang terjadi sepanjang tahun 2007 merata selama 155 hari hujan dan beragam menurut bulan. Curah hujan tertinggi tercatat pada bulan april dengan 320,0 mm, sedangkan terendah terjadi pada bulan juli setinggi 1.6 mm.
2.1.1.7. Klimatologi
Jumlah hari hujan tertinggi adalah pada bulan januari (sebanyak 29 hari hujan) dengan curah hujan terbesar 866 mm. Menurut data hasil pengukuran, diperoleh angka suhu udara ratarata minimum bervariasi antara 17 s/d 23 derajat celcius, sedangkan suhu rata rata maksimum berkisar antara 29 s/d 35 derajat celcius. Hal ini menunjukkan bahwa di Kota Amurang (Kab. Minahasa Selatan) suhu udara cenderung lebih panas dari kawasan perkotaan lainnya. Tekanan udara rata rata berkisar antara 1000 s/d 1012 mb. Kelembaban rata rata per bulan adalah berkisar antara 50 s/d 90 %. Kecepatan angin ratarata bulanan berkisar antara 1.0 s/d 9.0 m/s, dengan angka maksimum terjadi pada bulan Agustus (30.00 m/s). Angka kecepatan angin tersebut dipadukan dengan keadaan suhu rata – rata, dari segi kenyamanan, belum dapat memberi angka kenyamanan fisiologis manusia pada posisi “netral” atau “nyaman”, tetapi masih cenderung terasa panas. Hal ini disebabkan karena wilayah Kabupaten Minahasa Selatan berada pada daerah pesisir pantai. Tingkat penyinaran matahari berkisar antara 20 s/d 89 %, dimana keadaan penyinaran minimum terjadi pada bulan Maret, sedangkan keadaan maksimum terjadi pada bulan Juli. (sumber: RTRW Kab. Minsel 20112031)
2.1.1.8. Penggunaan Lahan a. Kawasan Lindung
Kawasan Lindung di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan meliputi :
1. Kawasan yang memberikan perlindungan kawasan bawahannya, yaitu : kawasan hutan lindung, dan kawasan resapan air.
3. Kawasan suaka alam yang meliputi : kawasan cagar alam dan suaka marga satwa.
4. Kawasan pelestarian alam yang meliputi : taman nasional, taman hutan raya, dan taman wisata alam.
5. Kawasan cagar alam.
6. Kawasan rawan bencana alam yang meliputi kawasan rawan gempa bumi dan tsunami, kawasan rawan letusan gunung api, kawasan rawan gerakan tanah, kawasan rawan abrasi pantai dan kawasan rawan banjir dan galodo.
7. Kawasan lindung lainnya yang meliputi : kawasan pantai berhutan bakau.
b. Kawasan Budidaya
Kawasan budidaya meliputi kawasan permukiman, perdagangan, sawah, kebun, resapan air, dan kawasan untuk prasarana dan sarana wilayah. Ruang kegiatan budidaya adalah ruang yang disediakan bukan untuk kawasan lindung. Namun demikian didalam ruang budidaya terdapat ruangruang hijau seperti RTH. Ruang fungsi lindung di Kabupaten Minahasa Selatan adalah seluas 43.135,42 Ha Atau sebesar 29 % terhadap keseluruhan luas wilayah kota. Sehingga daya tampung global untuk fungsi budidaya adalah 106.528,25 Ha atau 71 % dari total luas kota.
2.1.1.9. Potensi Pengembangan Wilayah
Berdasarkan deskripsi karakteristik wilayah dapat diidentifikasi wilayah yang memiliki potensi untuk dikembangkan sebagai kawasan budidaya seperti perikanan, pertanian, pariwisata, industri, pertambangan dan lainlain dengan berpedoman pada rencana tata ruang wilayah.
a. Kawasan Peruntukan Hutan Produksi
Pemanfaatan ruang pada kawasan ini didasarkan pada tujuan utama pengembangan kawasan budidaya, yaitu mengembangkan areal (kawasan budidaya) sesuai dengan potensi yang ada.
Kawasan peruntukan hutan produksi sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan adalah kawasan hutan produksi Biasa yang terdapat di Kecamatan Amurang Barat (1014,13 Ha), Kecamatan Maesaan (2686,92 Ha), Kecamatan Modoinding (169,07 Ha), Kec. Motoling barat (2.773,33 Ha), Kec. Motoling Timur (2334,77 Ha), Kec. Ranoyapo (1799,74 Ha), Kec. Sinonsayang (63,37 Ha) dan Kec. Tompaso Baru (3081,97 Ha) dengan Luas ± 13.923,31 Ha, dan Hutan Produksi Terbatas pada Kecamatan Amurang Barat (701,22 Ha), Kec. Kumelembuai (216,38 Ha), Kec. Maesaan (2816,55 Ha), Kec. Modoinding (127,06 Ha), Kec. Motoling (352,05 Ha), Kec. Motoling barat (3468,92 Ha), Kec. Ranoyapo (2488,14 Ha), Kec. Tenga (1214,02 Ha), Kec. Tompaso Baru (4259,63 Ha) dan Kec. Tumpaan (718,64 Ha) dengan luas keseluruhan ± 16.362,61 hektar.
b. Kawasan Peruntukan Pertanian
Kawasan peruntukkan pertanian sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya pertanian dalam arti luas. Jenis kegiatan budidaya perdesaan non terbangun berupa kegiatan pertanian dalam arti luas, yang berdasar SK Mentan No 683/Kpts/Um/8/1981 dan 837/Kpts/Um/11/1980, meliputi kegiatan pertanian yang difungsikan sebagai kawasan penyangga, kegiatan pertanian lahan kering (palawija) kegiatan pertanian tanaman tahunan atau perkebunan, dan kegiatan pertanian tanaman hias, peternakan, dan perikanan.
Berdasarkan fungsi pemanfaatan ruang Kabupaten Minahasa Selatan terdapat lahan yang sesuai bagi pengembangan pertanian dan secara operasional, strategi pengembangannya adalah memanfaatkan secara optimal kawasan budidaya untuk pengembangan pertanian yang didasarkan pada kesesuaian lahan. Dalam tata ruang Kabupaten Minahasa Selatan lokasi atau penyebaran kawasan budidaya pertanian tidak dijelaskan secara eksplisit mengingat terjadinya tumpang tindih lokasi untuk masing masing usaha pertanian.
Secara garis besar penggunaan areal pertanian di Kabupaten Minahasa Selatan dialokasikan bagi kegiatan :
Ekstensifikasi
Areal ekstensifikasi umumnya bukan termasuk dalam kriteria fungsi mintakat/ zona kawasan hutan dan areal yang telah diperuntukan bagi pembangunan serta lokasi transmigrasi. Penggunaan lahan di wilayah ini pada umumnya adalah hutan atau semak belukar dengan kemiringan tanahnya <40%. Pada areal yang pada kemiringan tanahnya <15% diarahkan untuk tanaman pangan sedangkan pada areal kemiringan antara 1540% diarahkan untuk perkebunan dengan syaratsyarat kultur teknis tertentu untuk mencegah kerusakan sumberdaya tanah dan air.
Intensifikasi
Pemanfaatan lahan di Kabupaten Minahasa Selatan relatif masih belum intensif. Masalah utama pengembangan sawah di daerah ini adalah masalah irigasi dan drainase. Namun untuk pengembangan lahan kering berupa umbiumbian mempunyai potensi untuk dikembangkan secara lebih intensif. Oleh karena itu untuk peningkatan produksi dan pendapatan masyarakat, upaya yang harus ditempuh adalah intensifikasi, peremajaan karetkaret rakyat yang sudah tua dan perbaikan drainase. Khusus untuk kegiatan intensifikasi terutama dilakukan pada pertanian sawah, karena sisipan tanah yang ada dominasinya merupakan jenis tanah podzolik merah kuning dan sangat jelek dalam menahan air lebih lama, tergenang, kurang subur dan bersifat masam.
Rehabilitasi Tanaman Tahunan
Sebagian besar tanaman tahunan yang ada merupakan tanaman karet berumur tua. Tanaman tersebut kurang produktif atau sama sekali tidak produktif lagi atau yang dikenal dengan lahan tidur. Selain itu penanaman karet di daerah ini umumnya masih tradisional dan belum mengenal kultur teknis yang baik yaitu tanaman dipaksa untuk memberi produksi tanpa memperhitungkan kemampuan dan kesehatan tanaman karet sehingga banyak tanaman yang rusak. Untuk meningkatkan produktivitas tanah tersebut akan ditempuh upayaupaya rehabilitasi tanaman karet tua dengan tanaman baru dan dengan menggunakan bibit unggul.
c. Kawasan Pertanian Lahan Basah
air terusmenerus sepanjang tahun musiman atau bergilir dengan tanaman utama padi, terutama pada areal sawah. Sedangkan pada lahan basah yang bukan merupakan sawah seyogyanya diarahkan bagi perkembangan perikanan air tawar atau perairan umum.
Permanfaatan ruang pertanian lahan basah bertujuan untuk mendukung perekonomian lokal di kawasan sekitarnya dan pengembangan perekonomian wilayah.
d. Kawasan Perkebunan
Kawasan pertanian tanaman tahunan / perkebunan merupakan kawasan yang diperuntukkan bagi kegiatan pertanian tanaman tahunan / perkebunan dengan jenis komoditi utama berupa aneka buahbuahan dan hasil perkebunan lain yang memiliki nilai ekonomis tinggi dan pangsa pasar yang baik, yang dikembangkan terutama pada daerahdaerah yang masih kosong sebagai kegiatan sambilan. Pada tanaman areal tahunan ini diutamakan tanaman buahbuahan, perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Agar jenis tanaman ini mempunyai nilai ekonomis tinggi perlu dilakukan upaya penguasaan teknologi pertanian, baik melalui pelatihan, bimbingan atau studi banding.
Kawasan perkebunan/tanaman tahunan sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk kegiatan budidaya perkebunan/tanaman tahunan, tersebar di seluruh wilayah Kecamatan dengan luas keseluruhan ± 89.817,4 hektar.
e. Kawasan Perikanan
Kegiatan perikanan di Kabupaten Minahasa Selatan selama ini didominasi oleh perikanan laut dibandingkan perikanan darat. Aktivitas kegiatan ini mempunyai prospek cukup baik. Secara umum kondisi perairan dan laut hampir sebagian besar berpotensi sebagai kawasan pemanfaatan ikan tangkap. Berdasarkan potensi yang dimiliki, maka batasan aktivitas yang tidak diperbolehkan di kawasan penangkapan ikan adalah tidak boleh menggunakan cara cara yang dapat merusak lingkungan (peledakan karang, pukat harimau, dan lainlain) serta tidak dilakukan pada saatsaat ikan memijah/matang kelamin.
menggunakan keramba. Agar tingkat penangkapan ikan yang dilakukan oleh para nelayan dapat mencapai daya jelajah yang cukup jauh dengan produksi tinggi, maka harus didukung peralatan yang memadai, seperti besarnya kapal motor yang digunakan serta pemanfaatan teknologi maju yang menunjang pengembangan usaha perikanan.
Selain kegiatan penangkapan ikan, pengembangan kegiatan perikanan dapat juga dilakukan melalui kegiatan pembudidayaan ikan laut. Rencana pengembangan kawasan budidaya perikanan laut bertujuan untuk :
a. Mengembangkan dan melestarikan jenis ekosistem laut dan pesisir yang sifatnya berkelanjutan
b. Menjamin ketersediaan stok perikanan dan sumberdaya lainnya secara berkelanjutan yang berbasis budidaya
c. Sebagai alternatif usaha bagi masyarakat selain mata pencaharian pokok seperti sebagai nelayan atau petani.
Usaha budidaya ikan laut yang berkembang saat ini masih relatif rendah tingkat pengelolaan dan produktifitasnya karena masih belum dikuasainya teknologi budidayanya serta adanya kebiasaan penangkapan ikan secara langsung di lautan. Untuk pengembangan kegiatan budidaya perikanan laut di masa mendatang, terutama yang dilakukan oleh masyarakat dapat lebih diarahkan dengan melalui cara pembudidayaan perikanan air laut yang mempunyai nilai jual tinggi. Adapun kawasan pengembangan kegiatan budidaya perikanan diarahkan pengalokasiannya pada kawasankawasan yang tidak dilalui jalur pelayaran, perairan sekitar pulaupulau kecil yang berada di luar jalur pelayaran, di perairan yang belum tercemar atau di perairan yang sesuai untuk perikanan yang merupakan habitat berkembangbiaknya ikan, serta di perairan yang diidentifikasi memiliki potensi pengembangan, yaitu di daerah sekitar pulaupulau yang memiliki pantai berhutan bakau. Pengembangan kegiatan budidaya perikanan skala besar oleh pihak swasta sebaiknya pihak swasta diharuskan untuk bermitra dengan masyarakat nelayan setempat, terutama dalam hal pengembangan teknologi budidaya ikan guna meningkatkan produksi perikanan, pemodalan dan distribusi pemasarannya.
Rincian kawasan
peruntukan Perikanan :
Kawasan peruntukkan perikanan sebagaimana dimaksud di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan :
a. Perikanan darat b. Perikanan air payau; c. Perikanan air laut; dan d. Budi daya perikanan.
a. Perikanan darat
Kawasan perikanan darat sebagaimana yang dimaksud Pasal 55 huruf a adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budi daya perikanan air tawar di sawah, kolam dan perairan umum, tersebar di Kecamatan dengan luas keseluruhan ± 1.416,55 Ha;
b. Perikanan air payau
Kawasan perikanan air payau sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan budi daya perikanan air payau di tambak sepanjang pantai tersebar di Desa Bajo dan Desa Poparen Kecamatan Tatapaan dengan luas keseluruhan + 391,8 Ha
c. Perikanan air laut
Kawasan peruntukkan perikanan air laut sebagaimana di wilayah Kabupaten adalah kawasan yang secara teknis dapat dimanfaatkan untuk pengembangan kegiatan :
a. Perikanan tangkap; b. Perikanan budidaya;
c. Perikanan sentra pengolahan; dan d. Konservasi laut.
Kawasan perikanan laut sebagaimana yang dimaksud adalah kawasan yang secara teknis sesuai untuk pengembangan kegiatan budi daya perikanan laut maupun untuk kegiatan perikanan tangkap. Kawasan ini terdapat di kecamatan Tatapaan, dan di Amurang
Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan adalah sebagai berikut :
UU No. 27 Tahun 2007 tentang Pengelolaan wilayah pesisir dan Pulau – pulau kecil;
b. Membuat suatu aturan/hukum termasuk di dalamnya peraturan daerah (Perda) yang mengatur wilayah pesisir dan laut dalam hal pengelolaan dan pemanfaatannya, pemanfaatan sumberdaya kelautan dan perikanan yang berbasis ramah lingkungan;
c. Penetapan sentrasentra pendaratan hasil perikanan (PPI), pengelolaan, budidaya air tawar, lau dan payau;
d. Penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPL), daerah perlindungan mangrove (DPM) dan kawasan konservasi ikan langka.
d. Budi daya perikanan
Budi daya perikanan terdapat dan diarahkan di Kecamatan Tatapaan.
Rencana pengembangan kawasan peruntukan perikanan adalah sebagai berikut :
a. Ketentuan pokok tentang wilayah pengelolaan perikanan; pengelolaan perikanan; dan usaha perikanan mengacu kepada UU No.31 Tahun 2004 tentang Perikanan;
b. Membuat suatu aturan/hukum termasuk di dalamnya peraturan daerah (Perda) yang mengatur berbagai aktivitas di daerah pesisir dan laut yang berhubungan dengan pengelolaan/pemanfaatan sumberdaya hayati dan nir hayati di lingkungan tersebut secara terpadu dan berkelanjutan. Termasuk di dalamnya yang mengatur/mengelola/ mengawasi penggunaan/pengoperasian alat tangkap yang tidak ramah lingkungan, pengeboman, pembiusan, dan kegiatan lain yang merugikan, serta kerjasama yang bersifat regional maupun internasional;
Budidaya Perikanan) dengan pertimbangan kesesuaian lingkungan untuk budidaya perikanan;
d. Penetapan daerah perlindungan pantai dan laut (DPL) mencakup perlindungan dan pengawasan hutan bakau yang tersebar Dengan demikian hal ini akan merupakan suatu komitmen ekologis untuk memelihara, melindungi dan melestarikan ekosistem wilayah pesisir dan laut yang dikelola secara berkelanjutan.
2.1.1.10. Wilayah Rawan Bencana
Sebagaimana yang dimaksud dalam Keppres No. 32 tahun 1990, hanya kawasan rawan bencana gunung berapi yang diidentifikasikan dan telah masuk kawasan lindung, sedangkan kawasan rawan bencana lainnya tidak dapat didelineasi secara spesifik, karena lokasi bencana alam seperti longsor/erosi yang sering terjadi terdapat pada kawasan kawasan yang sudah didelineasi sebagai kawasan yang melindungi kawasan bawahannya. Pengelolaan daerah rawan bencana sangat penting dalam upaya menghindari kerugian dan dampak yang ditimbulkan yang dapat merenggut jiwa dan harta penduduk. Kawasan ini perlu dilindungi agar kegiatan manusia terhindar dari bencana yang disebabkan oleh perubahan pemanfaatan lahan untuk kepentingan manusia. Sementara itu, menurut Permen PU no 21 tahun 2007, telah diklasifikasikan tipologi kerawanan bencana alam resiko letusan gunung berapi maupun gempa bumi, yakni kategori A, B dan C, dimana masing masing memerlukan arahan peraturan zonasi yang berbeda.
Rincian kawasan
rawan bencana :
Kawasan rawan bencana sebagaimana yang dimaksudkan adalah kawasan yang sering berpotensi tinggi mengalami bencana alam. Kawasan rawan bencana alam tersebar di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan meliputi :
a. Kawasan rawan bencana pada jalur sesar;
Kawasan rawan bencana jalur sesar dan amblesan yang dimaksud adalah berada di sepanjang garis sesar desa Matani, Popontolen, Lelema dan Munte (Kecamatan Tumpaan) dan Kelurahan Buyungon, Lewet, Rumoong Bawah dan Ranoketang Tua (Kecamatan Amurang) kemudian desa Tonde 1, Ranaan Baru 1 dan desa Toyopon (Kecamatan Motoling Barat), Desa Mokobang (Modoinding), desa Temboan (Maesaan), desa Raraaten, Sion, Pinaesaan (Tompaso Baru) dengan luas keseluruhan ± 2094,21 hektar;
Rencana pengelolaan kawasan rawan bencana pada jalur sesar dan amblesan adalah :
a. Membebaskan jalur kiri dan kanan sesar selebar 250 m dan melakukan penghijauan.
b. Mengarahkan pembangunan fisik dengan kostruksi bersyarat/ketentuan khusus.
b. Kawasan rawan gerakan tanah/longsor;
Kawasan rawan gerakan tanah/longsor yang dimaksud ditetapkan dengan kriteria kawasan berbentuk lereng yang rawan terhadap perpindahan material berupa batuan, bahan rombakan, tanah, atau material campuran. Lahan yang memiliki kemiringan lereng > 40% sangat berpotensi untuk terjadinya longsor. Kawasan rawan longsor di Kabupaten Minahasa Selatan tersebar pada kecamatan Tatapaan (Desa Raprap, Sondaken, Wawona, Popareng, Wawontulap dan Paslaten), Kecamatan Tumpaan (Desa Munte, Lelema dan Tangkuney), Kecamatam Tareran (wiau Lapi dan Lansot), Kecamatan Amurang (Buyungon, dan Ranoketang Tua), Kecamatan Amurang Barat (Rumoong Bawah, Elusan, Wakan dan Tewasen), Kecamatan Motoling Timur, Kecamatan Tenga, Kecamatan Kumelembuai, Kecamatan Sinonsayang, Kecamatan Motoling Barat, Kecamatan Motoling, Kecamatan Tompaso Baru, Kecamatan Ranoyapo, Kecamatan Maesaan, Kecamatan Modoinding totalnya + 35593 Ha.
Rencana Pengelolaan kawasan rawan longsor:
a. Peruntukan ruang sebagai kawasan lindung (tidak layak untuk pembangunan fisik);
konsep penyesuaian lingkungan, yaitu upaya untuk menyesuaikan dengan kondisi alam, dengan lebih menekankan pada upaya rekayasa kondisi alam yang ada;
c. Kegiatan budidaya yang berdampak tinggi pada fungsi lindung tidak diperbolehkan serta kegiatan yang tidak memenuhi persyaratan harus segera dihentikan atau direlokasi;
d. Kegiatankegiatan Pertanian/Perkebunan, Hutan Kota, dan Hutan Produksi/ Hutan Rakyat, dapat dilaksanakan dengan beberapa persyaratan seperti pemilihan vegetasi dan pola tanam yang tepat, sistem terasering dan drainase lereng yang tepat, rencana jalan untuk kendaraan roda empat yang ringan hingga sedang;
e. Melakukan penghijauan dan pelarangan penebang pohon secara liar, pemotongan lereng dan penggalian bahan tambang tanpa memperhatikan kestabilan lereng.
c. Kawasan Rawan Gelombang Pasang/Tsunami;
Kawasan rawan gelombang pasang/tsunami yang dimaksud adalah kawasan di pesisir pantai yang mengalami hempasan gelombang laut yang besar secara tibatiba. Kawasan ini berada di pesisir pantai di Kecamatan Tatapaan, Kecamatan Amurang, Kecamatan Amurang Barat, kecamatan Amurang Timur, Kecamatan Amurang, Kecamatan Tenga dan Kecamatan Sinonsayang dengan luas keseluruhan ± 17.598 hektar. Untuk Sarana Evakuasi terletak di Desa Kapitu Kecamatan Amurang Barat.
Rencana pengelolaan kawasan rawan gelombang pasang/tsunami adalah :
a. Mengurangi dampak sapuan gelombang pasang dengan membuat infrastruktur, bangunan pelindung dan atau menanam kembali bakau yang sudah rusak atau hilang;
c. Menempatkan permukiman pada suatu ketinggian tertentu yang dalam sejarah wilayah tersebut tidak pernah terlanda gelombang pasang;
d. Menyediakan jalurjalur evakuasi;
e. Membangun lokasi penyelamatan (pada lokasi dengan ketinggian tertentu).
f. Mensosialisasikan sistem peringatan dini ancaman tsunami.
d. Kawasan rawan banjir.
Kawasan rawan banjir yang dimaksud adalah banjir yang dapat terjadi selama atau setelah hujan lebat. Kawasan rawan banjir tersebar di dataran rendah di muara sungai di Desa Poigar (Kecamatan Sinonsayang), Buyungon (Kec. Amurang) dan Pondang, Ranomea, Bitung, Uwuran satu (Kecamatan Amurang Timur), Desa Kawangkoan Bawah (Kec. Amurang Barat), Desa Popontolen dan Bajo (Kec. Tatapan) dengan luas keseluruhan diperkirakan ± 591,65 hektar;
Rencana pengelolaan kawasan rawan banjir adalah :
a. Mencegah aktivitas manusia yang menimbulkan banjir seperti membuang sampah ke sungai, bantaran sungai, penebangan pohon secara liar dan pembangunan di daerah resapan air;
b. Memperbaiki infrastruktur untuk mengurangi resiko banjir;
c. Pemberdayaan masyarakat dalam hal kesiagaan penduduk setempat dalam mitigasi banjir yang berhubungan dengan bangunan rumahnya maupun lingkungan.
d. Menjaga kelestarian hutan dibagian hulu.
e. Mengendalikan daya rusak air dengan membangun prasarana pengendalian bajir
f. Mengarahkan pembangunan permukiman pada zonasi bebas banjir atau pada zonasi dengan tingkat ancaman rendah.
2.1.2 ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT
2.1.2.1 Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi A. Pertumbuhan PDRB
Tabel 2.4.
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 20082013 atas Dasar Harga Konstan
No Sektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1 Pertanian 404.355,04 35,63 424.410,85 35,15 482.552,73 36,32 476.748,01 36,32 497.318,67 33.19 521.132,28 32,61
2
Pertambanga
n &
penggalian
112.675,17 9,93 119.086,00 9,86 128.383,97 9,66 139.060,67 9,66 145.952,44 9.74 153.076,04 9,58
3 Industri
pengolahan
94.522,46 8,33 104.400,06 8,65 114.886,28 8,65 127.500,79 8,65 135.947,51 9.07 146.514,04 9,17
4 Listrik,gas &
air bersih 8.265,44 0,73 8.610,37 0,71 8.923,72 0,67 9.385,73 0,67 9.906,61 0.66 10.797,16 0,68
5 Konstruksi 219.590,07 19,35 233.851,00 19,37 252.335,55 18,99 278.401,81 18,99 305.548,46 20.39 333.039,42 20,84
6 Perdagangan, hotel &
88.815,57 7,83 94.954,50 7,86 104.931,57 7,90 121.003,23 7,90 121.003,23 8.66 139.155,58 8,71
7 Pengangkuta
n &
72.167,18 6,36 78.392,70 6,49 83.883,10 6,31 91.165,08 6,31 91.165,08 6.64 107.953,08 6,76
8 Keuangan, sewa, & jasa
Perusahaan
30.777,49 2,71 33.202,30 2,75 35.538,96 2,67 38.526,92 2,67 41.665,28 2.78 45.120,90 2,82
9 Jasajasa 103.593,08 9,13 110.599,03 9,16 117.210,13 8,82 126.969,03 8,82 132.793,07 8.86 141.273,29 8,84
Nilai dan Kontribusi Sektor dalam PDRB Tahun 20082013 atas Dasar Harga Berlaku
NoSektor 2008 2009 2010 2011 2012 2013
(Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) % (Rp) %
1 Pertanian 586.633,03 29,55 664.305,30 29,55 819.331,97 31,61 977.785,79 31,61 1.028.435,52 31.01 1.112.497,16 30,31
2
Pertambanga n &
penggalian
172.937,18 8,71 189.484,53 8,43 207.312,52 8,00 224.708,31 8,00 234.764,23 7.08 252.825,28 6,89
3Industri
pengolahan 218.734,43 11,02 245.264,61 10,91 287.468,23 11,09 323.339,17 11,09 369.524,04 11.14 400.815,45 10,92 4Listrik, gas, &
air bersih 14.286,82 0,72 15.252,37 0,68 16.105,69 0,62 17.468,74 0,62 19.067,30 0.57 21.376,62 0,58 5 Konstruksi 353.348,73 17,80 400.379,37 17,81 442.222,85 17,06 513.324,30 17,06 586.948,68 17.70 659.053,28 17,95
6
Perdagangan, hotel, & restoran
162.656,42 8,19 184.366,26 8,20 213.434,82 8,23 252.294,30 8,23 282.894,99 8.53 313.688,10 8,55
7 Komunikasi
& angkutan 226.920,29 11,43 247.208,38 11,00 264.508,10 10,20 303.858,70 10,20 356.036,45 10.73 406.506,12 11,07
8
Keuangan, sewa, & jasa Perusahaan
41.175,37 2,07 46.626,93 2,07 52.574,98 2,03 59.015,81 2,03 65.907,82 1.99 74.945,91 2,04
9 Jasajasa 208.449,66 10,50 255.192,45 11,35 289.009,90 11,15 333.239,21 11,15 373.076,49 11.25 429.183,15 11,69
10PDRB 1.985.141,93 100,00 2.248.080,20 100,00 2.592.059,06 100,00 3.005.034,33 100,00 3.316.655,53 100,00 3.670.891,08 100,00 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Selatan, 2013
Perkembangan Kontribusi Dalam PDRB Tahun 20082013 atas Dasar Harga Berlaku (HB) & Harga Konstan (HK)
No Sektor Hb 2008 Hk Hb 2009 Hk 2010 Hb Hk 2011 Hb Hk Hb 2012 Hk 2013 Hb Hk % % % % % % % % % % % %
1 Pertanian 29,55 29,55 29,55 35,15 31,61 36,32 32,54 33,84 31,01 33,19 30,31 32,61 2 Pertambangan
& penggalian 8,71 8,71 8,43 9,86 8,00 9,66 7,48 9,87 7,08 9,74 6,89 9,58
3 Industri
pengolahan 11,02 11,02 10,91 8,65 11,09 8,65 10,76 10,65 11,14 8,65 10,92 9,17
4 Listrik,gas &
air bersih 0,72 0,72 0,68 0,67 0,62 0,67 0,58 0,67 0,57 0,66 0,58 0,68
5 Konstruksi 17,80 17,80 17,81 19,37 17,06 18,99 17,08 19,76 17,70 20,39 17,95 20,84
6
Perdagangan, hotel, & restoran
8,19 8,19 8,20 7,86 8,23 7,90 8,40 8,59 8,53 8,66 8,55 8,71
7 Pengangkutan
& komunikasi 11,43 11,43 11,00 6,49 10,20 6,31 10,11 6,47 10,73 6,64 11,07 6,76
8
Keuangan, sewa, & jasa perusahaan
2,07 2,07 2,07 2,75 2,03 2,67 1,96 2,73 1,99 2,78 2,04 2,82
9 Jasajasa 10,50 10,50 11,35 9,16 11,15 8,82 11,09 9,01 11,25 8,86 11,69 8,84
PDRB 100,00 100,00 100,00 100,0
0 100,00
100,0
0 100,00 100,00 100,00 100,00
100,0
Pada tahun 2013 pertumbuhan ekonomi Kabupaten Minahasa Selatan 6,64%. Keadaan ini dibandingkan dengan tahun 2012 yang sebesar 6,37% menunjukan pertumbuhan ekonomi terjadi percepatan pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan percepatan ini disebabkan naiknya nilai tambah dari sektor perkebunan sehingga mengakibatkan pertumbuhan sektor primer (sektor pertanian dan sektor pertambangan & penggalian) naik dari 4,46 % di tahun 2012 menjadi 4,81 di tahun 2013 dan sektor tersier (sektor perdagangan, hotel & restoran, sektor pengangkutan & komunikasi, sector keuangan, persewaan & jasa perusahan dan sektor jasajasa) naik dari 6,93 % di tahun 2012 menjadi 7,35 di tahun 2013. Sebaliknya, pertumbuhan ekonomi yang melambat terjadi pada kelompok sector sekunder (sektor industri pengolahan, sektor listrik, gas dan air bersih, sektor bangunan) dari 8,70 % di tahun 2012 menjadi 8,63 di tahun 2013.
B. PDRB Perkapita
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) adalah salah satu indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi suatu daerah/wilayah dalam suatu priode waktu tertentu. Sedangkan PDRB Perkapita adalah merupakan gambaran nilai tambah yang bisa diciptakan oleh masingmasing penduduk suatu daerah akibat adanya aktifitas produksi. Keberhasilan pembangunan ekonomi suatu daerah dalam periode waktu tertentu dapat dilihat dari pertumbuhan PDRB sebagaimana tabel berikut ini:
Tabel 2.7.
Pertumbuhan Konstribusi Sektor dan PDRB atas Dasar Harga Berlaku (HB) dan Harga Konstan (HK)
No Sektor Pertumbuhan (%)
HB HK
1 Pertanian 13,24 4,96
2 Pertambangan & penggalian 9,57 5,69
3 Industri pengolahan 12,13 10,45
4 Listrik,gas & air bersih 6,76 4,17
5 Konstruksi 13,31 6,49
6 Perdagangan, hotel & restoran 13,35 6,91 7 Pengangkutan & komunikasi 8,94 8,63 8 Keuangan, sewa, & jasa perusahaan 13,24 7,88
9 Jasajasa 22,42 6,76
PDRB 13,25 6,41
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Selatan, 2013. Buku PDRB Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2013
PDRB Kabupaten Minahasa Selatan Tahun 2008–2010 yaitu 13,35 % menurut harga berlaku sedangkan sektor listrik, gas dan air bersih memberikan kontribusi terendah 6,76 % sesuai harga berlaku, rendahnya kontribusi Sektor ini karena hanya dibentuk oleh dua sub sektor saja yaitu sub sektor listrik dan sub sektor air bersih sedangkan sektor gas tidak ada di Kabupaten Minahasa Selatan.
Tabel 2.8.
PDRB Perkapita Tahun 20002013
Tahun PDRB Perkapita (Juta Rupiah)ADHB ADHK
2000 4,3 4,3
2001 4,8 4,5
2002 5,3 4,7
2003 5,9 4,8
2004 6,6 5,1
2005 7,3 5,3
2006 8,3 5,5
2007 9,5 5,8
2008 10,8 6,2
2009 12,2 6,6
2010 13,2 6,7
2011 15,2 7,1
2012 16,6 7,53
2013 18,3 7,9
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Selatan, 2013
PDRB Perkapita sebagaimana tabel di atas mengalami peningkatan hal ini seiring dengan semakin meningkatnya perekonomian Minahasa Selatan yang tercermin dengan semakin meningkatnya PDRB secara keseluruhan yang dihitung baik atas dasar berlaku maupun atas dasar harga konstan. Pada tahun 2013 PDRB Perkapita telah mencapai 18,3 juta rupiah/tahun yang dihitung atas dasar harga berlaku atau sekitar 7,9 juta rupiah yang dihitung atas dasar harga konstan.
2.1.2.2 Fokus Kesejahteraan Sosial 1. Pendidikan
a. Angka Melek Huruf
melek huruf di Minahasa Selatan pada tahun 2013 sebesar 99,87% yang berarti bahwa proporsi penduduk berusia 15 tahun keatas yang tidak bisa baca tulis hanya sebesar 0,13%.
Tabel 2.9
Perkembangan Angka Melek Huruf Tahun 20112013
No Uraian 2011 2012 2013
1 Angka Melek Huruf 99,80 99,81 99,87
Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Selatan,
b. Angka Ratarata Lama Sekolah
Tabel 2.10
Perkembangan Angka Ratarata Lama Sekolah Tahun 2011
-2013
No Uraian 2011 2012 2013
1 Angka Ratarata lama sekolah 8,76 8,78 8,80 Sumber : Badan Pusat Statistik Kab. Minahasa Selatan
Angka ratarata lama sekolah di Minahasa Selatan mencapai tahun 2013 sebesar 8,80 tahun. Hal ini masih terdapat anak usia sekolah yang tidak menyelesaikan pendidikan wajib belajar 9 tahun dengan demikian keadaan ini belum sesuai dengan program pemerintah yang mewajibkan program belajar 9 tahun.
c. Angka Partisipasi Kasar dan Angka Partisipasi Murni (APK/APM)
Tabel 2.11
APK dan APM Pendidikan Dasar
Tahun 2007 s/d tahun 2010
No. Pendidikan Dasar 2007 2008 T a h u n2009 2010
1. TK /RA
a. APK 57,86% 57,28% 55,95% 65,86%
b. Jumlah Siswa 3.017 3.331 3.426 4.292
c. Penduduk 46 Tahun 5.214 5.815 6.123 6.517
2. SD/MI/SDLB
a. APK 97,69% 100,61% 105,66% 105,79%
b. APM 83,84% 90,93% 91,66% 91,78%
c. Jumlah Siswa :
SD 24.179 24.857 25.619 25.938
MI 338 342 313 301
SDLB 16
d. Penduduk 712
Tahun 25.097 25.046 24.552 24.817
e. Siswa 712 Tahun 21.042 22.775 22.504 22.776 3. SMP/MTs/SMPLB
a. APK 91,51% 92,18% 99,25% 100,01%
b. APM 84,43% 79,83% 90,02% 90,17%
c. Jumlah Siswa :
SMP 9.656 10.014 10.508 10.869
MTs 97 78 85 99
d. Penduduk 1315
Tahun 10.658 10.982 10.674 10.967
e. Siswa 1315 Tahun 8.999 8.767 9.609 9.889
4.
PENDIDIKAN DASAR
a. APK 94,90% 97,09% 102,83% 103,18%
b. APM 84,02% 87,55% 91,16% 91,28%
c. Jumlah Siswa : 33.932 34.980 36.222 36.922
d. Penduduk 712
Tahun 35.755 36.028 35.226 35.784
e. Siswa 712 Tahun 30.041 31.542 32.113 32.665 Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan
Tabel 2.12.
APK dan APM Pendidikan Menengah
Tahun 2007 s/d tahun 2010
No. Pendidikan Menengah 2007 2008T a h u n2009 2010
1. SMA/SMK
b. APM 46,13% 56,57% 58,85% 69,15% c. Jumlah Siswa :
SMA 3.652 3.651 3.550 3.564
SMK 1.187 2.639 3.050 3.831
d. Penduduk 1618
Tahun 9.085 9.232 9.693 9.872
e. Siswa 1618 Tahun 4.191 5.223 5.704 6.826
Tabel 2.13
Angka Partisipasi Kasar Tahun 2010 menurut kecamatan
NO Kecamatan
SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK
jumlah
1 MODOINDING 1641 1625 100.98% 913 972 93.93% 261 875 29.83%
2 MAESAAN 1474 1441 102.29% 512 536 95.52% 255 482 52.90%
3 TOMPASO BARU 1569 1561 100.51% 619 629 98.41% 415 566 73.32%
4 RANOYAPO 1647 1640 100.43% 902 981 91.95% 171 883 19.37%
5 MOTOLING 1123 1063 105.64% 536 513 104.48% 550 462 119.05%
6 MOTOLINGBARAT 1113 1121 99.29% 186 196 94.90% 92 177 51.98%
7 MOTOLINGTIMUR 1177 1136 103.61% 192 198 96.97% 364 179 203.35%
8 KUMELEMBUAI 965 931 103.65% 747 811 92.11% 169 730 23.15%
9 TENGA 2350 2103 111.75% 1227 1249 98.24% 383 1124 34.07%
10 SINONSAYANG 2023 1957 103.37% 1272 1213 104.86% 764 1092 69.96%
11 AMURANGBARAT 1746 1701 102.65% 367 389 94.34% 266 350 76.00%
12 AMURANG 2188 1910 114.55% 953 792 120.33% 2545 713 356.94%
13 AMURANGTIMUR 1641 1462 112.24% 388 397 97.73% 116 357 32.49%
14 TUMPAAN 2094 1864 112.34% 901 813 110.82% 527 732 71.99%
15 TATAPAAN 1274 1283 99.30% 181 190 95.26% 0 171 0.00%
16 SULUUNTARERAN 857 811 105.67% 163 176 92.61% 127 158 80.38%
17 TARERAN 1357 1208 112.33% 909 912 99.67% 390 821 47.50%
Jumlah 26239 24817 105.73% 10968 10967 100.01% 7395 9872 74.91%
2. Kesehatan
Tabel 2.14
Indikator yang mempengaruhi Kesehatan Masyarakat
INDIKATOR 2009 2010 2011 TAHUN2012 2013
Angka Kematian Bayi
14/1000 3/1000 11,5/1.000 9,2/1.000 10/1000
Angka Harapan Hidup
71,3 71,5 75,2 75,5 75,7
Angka Kematian Ibu Melahirkan
0,2/100.000 0,1/100.000 0,3/100.000
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Selatan, 2013
Sesuai tabel di atas menunjukan bahwa angka harapan hidup sejak tahun 2009 sebesar 71,3 terus meningkat sampai pada tahun 2009 sebesar 75,7. sedangkan angka kematian ibu yang melahirkan sampai dengan tahun 2013 masih terjadi dengan tendensi yang meningkat sementara angka kematian bayi mengalami penurunan dari tahun 2005 14 per 1000 kelahiran, dan pada tahun 2013 menurun menjadi 10/1000.
2.1.3 ASPEK PELAYANAN UMUM
2.1.3.1 Fokus Layanan Urusan Wajib : 1. Pendidikan
a. Angka Partisipasi Sekolah
Angka Partisipasi Sekolah SD/MI jenjang pendidikan rata rata dari tahun 2007 s/d 2010 adalah 895,52 murid dari 1.000 penduduk sedangkan APS SMP/MTs untuk jenjang pendidikan ratarata dari tahun 2007 s/d 2010 adalah 861,14. Sedangkan untuk APS usia pendidikan dasar ratarata tahun 2007 s/d 2010 adalah 885,04.
Tabel 2.15
Angka Partisipasi Sekolah tahun 2007 s/d 2010
NO. JENJANG PENDIDIKAN 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI
1.1. Jumlah murid usia 712 tahun 21.042 22.775 22.504 22.776 1.2. Jumlah penduduk kelompok
usia 712 tahun
NO. JENJANG PENDIDIKAN 2007 2008 2009 2010 2 SMP/MTs
2.1. Jumlah murid usia 1315 thn 8.999 8.767 9.609 9.889 2.2. Jumlah penduduk kelompok
usia 1315 tahun
10.658 10.982 10.674 10.967
2.3. APS SMP/MTs Jenjang
pendidikan 844,34 798,31 900,22 901,71
3. Pendidikan Dasar
3.1 Jumlah murid usia 715 tahun 30041 31542 32113 32665 3.2 Jumlah penduduk kelompok
usia 715 tahun 35755 36028 35226 35782
3.4 APS SD/MI/SMP/MTs Jenjang
pendidikan 840.19 875.49 911.63 912.84
Pendidikan Menengah
Jumlah murid usia 1618
tahun 4839 6290 6600 7395
Jumlah penduduk kelompok
usia 1618 tahun 9085 9232 9693 9872
APS SMA/SMK Jenjang
pendidikan 532.64 681.33 680.90 749.09
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan
1 MODOINDING 1556 1625 957.54 872 972 897.12
2 MAESAAN 1197 1441 830.67 461 536 860.07
3 TOMPASO BARU 1411 1561 903.91 533 629 847.38
4 RANOYAPO 1477 1640 900.61 851 981 867.48
5 MOTOLING 970 1063 912.51 452 513 881.09
6 MOTOLING
BARAT 1037 1121 925.07 162 196 826.53
7 MOTOLING
TIMUR 1041 1136 916.37 170 198 858.59
8 KUMELEMBUAI 848 931 910.85 683 811 842.17
9 TENGA 1944 2103 924.39 1121 1249 897.52
10 SINONSAYANG 1807 1957 923.35 1084 1213 893.65 11 AMURANG
BARAT 1566 1701 920.63 363 389 933.16
12 AMURANG 1757 1910 919.90 807 792 1018.94
13 AMURANG
TIMUR 1376 1462 941.18 330 397 831.23
14 TUMPAAN 1754 1864 940.99 810 813 996.31
16 SULUUN
TARERAN 751 811 926.02 152 176 863.64
17 TARERAN 1126 1208 932.12 887 912 972.59
Jumlah Total 22776 24817 917.76 9889 10967 901.71
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan kelompok 712 tahun terhadap jumlah gedung sekolah kembali naik menjadi 106,06.
Tabel 2.17
Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah Tahun 2007 s/d 2010
No Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI
1.1. Jumlah gedung sekolah 233 234 234 234 1.2. jumlah penduduk kelompok
usia 712 tahun 25097 25046 24552 24817
1.3. Rasio 92.84 93.43 95.31 94.29
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah gedung sekolah 75 79 81 79
2.2. jumlah penduduk kelompok
usia 1315 tahun 10658 10982 10674 10967
2.3. Rasio 70.37 71.94 75.89 72.03
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan
Rasio Jumlahgedung sekolah
1 MODOINDING 16 1625 98.46 4 972 41.15
2 MAESAAN 15 1441 104.09 5 536 93.28
5 MOTOLING 11 1063 103.48 3 513 58.48
6 MOTOLING
BARAT 9 1121 80.29 4 196 204.08
7 MOTOLING
TIMUR 10 1136 88.03 3 198 151.52
8 KUMELEMBUAI 8 931 85.93 3 811 36.99
9 TENGA 18 2103 85.59 5 1249 40.03
10 SINONSAYANG 17 1957 86.87 5 1213 41.22
11 AMURANG
BARAT 14 1701 82.30 6 389 154.24
12 AMURANG 15 1910 78.53 5 792 63.13
13 AMURANG
TIMUR 15 1462 102.60 5 397 125.94
14 TUMPAAN 13 1864 69.74 5 813 61.50
15 TATAPAAN 11 1283 85.74 4 190 210.53
16 SULUUN
TARERAN 11 1208 91.06 4 912 43.86
17 TARERAN 19 811 234.28 7 176 397.73
Jumlah 234 24817 94.29 79 10967 72.03
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan, Tabel 2.19
Jumlah Institusi Formal Pendidikan
No PendidikanInstitusi 2007 2008Tahun2009 2010
1. TK 145 147 156` 170
Jumlah 447 490 504 517
tingkat SMP/MTs tidak ada pemerataan sehingga menyebabkan beberapa sekolah di kecamatan tertentu masih kurang tenaga pengajar.
Tabel 2.20
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007 s/d 2010
NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010
1 SD/MI
1.1. Jumlah Guru 1504 1426 1466 1501 1.2. Jumlah Murid 25097 25046 24552 24817
1.3. Rasio 16,69 17,56 16,75 16,53
2 SMP/MTs
2.1. Jumlah Guru 684 679 897 1004
2.2. Jumlah Murid 10658 10982 10674 10968
2.3. Rasio 15,58 16,17 11,90 10,92
3. PENDIDIKAN
DASAR
3.1 Jumlah Guru 2188 2105 2363 2505
3.2 Jumlah Murid 35755 36028 35226 35784
3.3 Rasio 16,34 17,12 14,91 14,29
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan,
Tabel 2.21
Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Tahun 2007 s/d 2010
NO Jenjang Pendidikan 2007 2008 2009 2010
4 SMA
1.1. Jumlah Guru 1504 1426 1466 1501
1.2. Jumlah Murid 25097 25046 24552 24817
1.3. Rasio 16,69 17,56 16,75 16,53
5 SMK
2.1. Jumlah Guru 684 679 897 1004
2.2. Jumlah Murid 10658 10982 10674 10967
2.3. Rasio 15,58 16,17 11,90 10,92
6 PENDIDIKAN
MENENGAH
3.1 Jumlah Guru 397 470 557 625
3.3 Rasio 12,19 13,38 11,85 11,83
1 MODOINDING 98 1641 597.20 46 913 503.83
2 MAESAAN 114 1474 773.41 45 512 878.91
3 TOMPASOBARU 120 1569 764.82 41 619 662.36
4 RANOYAPO 120 1647 728.60 71 902 787.14
5 MOTOLING 89 1123 792.52 39 536 727.61
6 MOTOLINGBARAT 77 1113 691.82 42 186 2258.06
7 MOTOLINGTIMUR 95 1177 807.14 33 192 1718.75
8 KUMELEMBUAI 84 965 870.47 36 747 481.93
9 TENGA 161 2350 685.11 72 1227 586.80
10 SINONSAYANG 127 2023 627.78 56 1272 440.25
11 AMURANGBARAT 123 1746 704.47 70 367 1907.36
12 AMURANG 117 2188 534.73 96 953 1007.35
13 AMURANGTIMUR 117 1641 712.98 56 388 1443.30
14 TUMPAAN 103 2094 491.88 68 901 754.72
15 TATAPAAN 72 1274 565.15 30 181 1657.46
16 SULUUN
TARERAN 92 857 1073.51 42 163 2576.69
17 TARERAN 164 1357 1208.55 81 909 891.09
Jumlah 1873 26239 713.82 924 10968 842.45
Sumber : Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Minahasa Selatan,
2. Kesehatan
Tabel 2.23
Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2006 s.d 2010
NO. Uraian 2006 2007 2008 2009 2010
1. Jumlah
posyandu 301 286 311 215 208
2. Jumlah balita 27.945 26.632 25.941 16.706 17.374 3. Rasio 92,84 93,11 83,41 77,70 83,52
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan
Jumlah Posyandu dan Balita Tahun 2010 Menurut Kecamatan
NO. Kecamatan Jumlah
Posyandu
Jumlah
Balita Rasio
1. Tareran 18 867 48.1667
2. Suluun Tareran 7 604 86.2857
3. Tatapaan 15 1130 75.3333
4. Tumpaan 19 1363 71.7368
5. Amurang Timur 13 1090 83.8462
6. Amurang 11 1050 95.4545
7. Amurang Barat 12 1397 116.4167
8. Tenga 18 1474 81.8889
9. Sinonsayang 13 1010 77.6923
10. Kumelembuai 7 539 77.0000
11. Motoling Timur 8 662 82.7500
12. Motoling 7 277 39.5714
13. Motoling Barat 8 675 84.3750
14. Ranoyapo 11 1061 96.4545
15. Tompaso Baru 13 1012 77.8462
16. Maesaan 11 821 74.6364
17. Modoinding 17 970 57.0588
Jumlah 208 16.002 76.9327
Sumber : Dinas Kesehatan Kabupaten Minahasa Selatan
Tabel 2.25 Jumlah Puskesmas
Menurut Kecamatan Tahun 2012
NO. Kecamatan Jumlah Penduduk JumlahPuskesmasRasio
(1) (2) (3) (4) (5=4/3)
1. Tareran 14.766 1 0.06
2. Suluun Tareran 8.337 1 0.11
3. Tatapaan 9.676 1 0.10
4. Tumpaan 16.518 1 0.05
5. Amurang Timur 13.054 1 0.07
6. Amurang 16.322 1 0.06
7. Amurang Barat 14.293 1 0.06
8. Tenga 17.365 1 0.05
9. Sinonsayang 15.792 1 0.06
10. Kumelembuai 7.266 1 0.13
11. Motoling Timur 9.944 1 0.10
12. Motoling 7.043 1 0.14
13. Motoling Barat 8.343 1 0.11
14. Ranoyapo 12.149 1 0.08
15. Tompaso Baru 12.478 1 0.08
16. Maesaan 10.812 1 0.19
17. Modoinding 11.892 1 0.08
Jumlah 206.05 17 1.53
Saat ini di Kabupaten Minahasa Selatan terdapat 2 Rumah Sakit Umum Swasta dan sebuah Rumah Sakit Umum Daerah. Dari 17 kecamatan yang ada, 14 kecamatan telah memiliki Puskesmas dengan kendaraan operasional dan 7 (tujuh) Puskesmas telah mengadakan pelayanan rawat inap. Namun demikian, sangat dibutuhkan Rumah Sakit Umum yang representatif untuk pasien yang kondisinya berat dan dokter spesialis beserta tenaga kesehatan lainnya. Hal ini juga untuk mengatisipasi apabila pelabuhan perintis dan pelabuhan umum di Kabupaten Minahasa Selatan dioperasionalkan. Untuk Puskesmas dan sarana kesehatan di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan dapat dilihat pada Tabel 2.25 dan Tabel 2.26.
Timur Amurang Timur Rawat Inap 1 Unit 2. Tumpaan Tumpaan Rawat Inap 1 Unit
3. Amurang Amurang Rawat
Jalan 1 Unit
4. Amurang
Barat Amurang Barat Rawat Jalan 1 Unit
5. Tenga Tenga Rawat Inap 1 Unit
6. Ongkaw Sinonsayang Rawat
Jalan 1 Unit
7. Motoling Motoling Rawat Inap 1 Unit 8. Kumelembuai Kumelembuai Rawat
Jalan 1 Unit
9. Poopo Ranoyapo Rawat
Jalan 1 Unit
10. Tompaso Baru Tompaso Baru Rawat Inap 1 Unit 11. Modoinding Modoinding Rawat Inap 1 Unit 12. Tareran Tareran Rawat Inap 1 Unit 13. Suluun SuluunTarera
14. Maesaan Maesaan Rawat
Jalan 1 Unit
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Selatan
Tabel 2.27 Sarana Kesehatan
No Jenis Sarana Jumlah
1. Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD)
1
2. Rumah Sakit Umum Swasta 2
3. Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) 156
4. Puskesmas Pembantu (Pustu) 85
5. Apotik 3
6. Toko Obat 2
7. Optik 2
8. Balai Pengobatan 3
9. Rumah Bersalin 19
10. Posyandu 185
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Selata
Sedangkan jumlah tenaga kesehatan atau tenaga medis di Kabupaten Minahasa Selatan ditunjukkan pada Tabel 2.28.
Tabel 2.28 Tenaga Kesehatan
No Jenis Tenaga Kesehatan (Orang)Jumlah
1. Dokter Spesialis
2. Dokter Umum 69
3. Dokter Gigi 3
4. Magister Ilmu Kesehatan Masyarakat
(M.Kes) 2
5. Apoteker 4
6. Sarjana Farmasi 5
7. Sarjana Kesehatan Masyarakat 11
8. Sarjana Keperawatan 11
9. Sarjana Ilmu Terapan (D IV Kebidanan) 2 10. Sarjana Ilmu Terapan (D IV Gizi) 1
11. Sarjana Sanitarian 3
13. Ahli Madya Kebidanan 46
14. Ahli Madya Gizi 13
15. Ahli Madya Kesehatan Lingkungan 10
16. Ahli Madya Fisioterapi 2
17. Ahli Madya Perawat Gigi 4
18. Ahli Madya Sanitarian 5
19. Perawat (SPR dan SPK) 180
20. Bidan Diploma 1 112
21. Perawat Gigi 16
22. Sanitarian (SPPH) 15
23. Asisten Apoteker (SMF) 4
24. Pekarya Kesehatan 17
J u m l a h
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Selatan
Tabel 2.29.
Jamkesmas dan Jamkesda
No. Uraian 2008Jumlah Peserta (Jiwa)2009 2010
1. Jamkesmas 36.533 36.533 36.533
2 Jamkesda 5.000
Sumber : Dinas Kesehatan Kab. Minahasa Selatan
3. Pekerjaan Umum
a. Proporsi panjang jaringan jalan dalam kondisi baik
Minahasa Selatan diduduki oleh 75 buah jembatan, baik ukuran kecil maupun besar dengan panjang keseluruhan 670 m. Wilayah darat Kabupaten Minahasa Selatan dilewati oleh ruas ruas jalan, baik ruas jalan Nasional, Propinsi maupun Kabupaten dengan panjang masingmasing ruas jalan sebagaimana tercantum pada Tabel 2.30 berikut ini.
Tabel 2.30. Ruas - Ruas Jalan
No Nama Ruas Jalan Panjang Ruas(Km)
1. Ruas Jalan Nasional 166,45
2. Ruas Jalan Propinsi 40,30
3. Ruas Jalan Kabupaten 467,94
T o t a l 674,69
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Minahasa Selatan
Tabel 2.31
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Tahun 2006 s.d 2010
NO Kondisi Jalan Panjang Jalan (km)
2006 2007 2008 2009 2010
1 Kondisi Baik 36.39 56.33 79.39 101.36 126.99
2 Kondisi Rusak
Sedang 54.51 52.57 51.50 47.53 44.53
3 Kondisi Rusak
Ringan 111.94 106.94 96.95 88.95 81.31 4 Kondisi Rusak Berat 259.91 246.91 234.91 224.91 209.92
5 Jalan secara
keseluruhan 462.75 462.75 462.75 462.75 462.75 Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Minahasa Selatan
Tabel 2.32
Panjang Jaringan Jalan Berdasarkan Kondisi Menurut Kecamatan tahun 2010
Jalan secara keseluruhan Baik Sedang RusakRingan RusakBerat
1 Kecamatan Modoinding 6.10 10.00 4.10 20.20
2 Kecamatan Maesaan 1.00 4.00 2.30 7.30
3 Kecamatan Tompaso
Baru 3.50 1.00 24.30 28.80
4 Kecamatan Ranoyapo 6.00 5.00 25.00 36.00
5 Kecamatan Motoling 5.80 5.00 5.20 16.00
6 Kecamatan Motoling
Barat 4.00 9.60 11.10 24.70
7 Kecamatan Motoling
Timur 4.50 5.25 15.25 25.00
8 Kecamatan
Kumelembuay 12.00 4.50 6.00 12.70 35.20
9 Kecamatan Sinonsayang 10.00 8.50 7.00 8.00 33.50 10 Kecamatan Tenga 18.27 3.63 9.00 28.40 59.30
11 Kecamatan Amurang
Barat 6.00 3.00 16.00 25.00
12 Kecamatan Amurang 8.00 12.00 20.00
13 Kecamatan Amurang
Timur 21.99 3.00 15.00 39.99
14 Kecamatan Tumpaan 6.50 2.50 9.00 18.00
15 Kecamatan Tatapaan 2.00 5.00 7.00
16 Kecamatan Sultra 9.20 5.90 2.26 15.57 31.42 17 Kecamatan Tareran 13.63 2.00 5.20 13.00 33.83
Jumlah 126.9
9
44.53 81.31 209.92 462.75
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Minahasa Selatan
Ruas jalan Nasional, Propinsi dan Kabupaten terdiri dari beberapa ruas dengan panjang dan kecamatankecamatan yang dilalui sebagaimana diperlihatkan pada Tabel 2.32, Tabel 2.33 dan Tabel 2.34.
1 WoroticanPoopo Amurang Barat, Motoling Timur, Motoling, Ranoyapo 37,70 2. 009,
2 PoopoSinisir Ranoyapo, Tompaso Baru, Maesaan, Modoinding 38,00 3. 010 Kawangkoan
Worotican
Kawangkoan, Tareran, Tumpaan, Amurang Timur, Amurang, Amurang Barat
4. 023,
1 WoroticanPoigar Amurang Barat, Tenga, Sinonsayang 41,70 5. 036 ManadoTumpaan Manado, Tombariri, Tumpaan 15,25
J u m l a h 166,45
1. 076 PopontolenSondaken Tumpaan, Tatapaan 28,30
2. 077 Spt. MunteTincep Tumpaan 6,00
3. 0,40 AmurangRanoketang Amurang 6,00
J u m l a h 40,30
Baik Sedang RinganRusak RusakBerat
1 2 3 4 5 6 7 8
1. Rumoong LansotSuluun 11,20 3,50 4,00 2,00 5,20 2. Rumoong LansotKaneyan 10,20 3,50 4,00 6,20 3. Spt. KaneyanKaneyan 3,00 3,50 2,00 1,00
4. KaneyanRitey 5,00 3,50 5,00
5. SuluunPinamorongan 7,90 3,50 7,90
6. SuluunTangkuney 2,50 3,50 2,50
7. SuluunLelema 6,50 3,50 5,00 1,50
8. PinapalangkowLelema 5,00 3,50 1,40 3,60
9. KapoyaWuwuk 5,00 3,50 5,00
10. MataniKapoya 7,10 3,50 2,50 4,60
11. LopanaMaliku 8,00 4,00 8,00
12. MalikuKota Menara 8,00 3,50 3,00 5,00 13. Spt. WawonaWawona 6,00 3,50 5,00 1,00 14. Spt. PinalingBkt. Doa
Pinaling
4,99 3,50 4,99
15. PondosRumoong Bawah 13,50 3,50 2,00 11,50
16. WakanPondos 4,00 4,00 4,00
17. Spt. TawaangTenga 4,50 3,50 3,50 1,00
18. TawaangPondos 10,00 4,00 10,00
19. TawaangMakasili 9,00 3,50 9,00
20. RadeyMolinow 2,00 3,50 2,00
21. TengaPakuure 5,85 3,50 5,85
24. Spt. KumelembuaiPakuure 15,00 3,50 8,00 7,00 25. SP. KumelembuaiMotoling 10,20 3,50 4,00 1,50 4,70 26. KumelembuaiKarimbow 2,00 3,50 0,50 1,50 27. Spt. TokinTokin 5,30 3,50 3,00 2,30 28. Pert. TokinKarimbow 5,50 3,50 4,00 1,50 29. WangaLompad 10,70 3,50 2,90 2,20 1,75 3,85 30. MotolingOngkaw 24,50 3,50 6,50 10,00 8,00 31. SP. MotolingLalumpe 5,00 3,50 5,00 32. Raanan BaruToyopon 9,40 3,50 5,00 4,40 33. Raanan BaruKeroit 7,80 3,50 4,00 3,80
34. TondeyPelita 5,00 3,50 5,00
35. LompadLompad Baru 2,50 3,50 2,50
36. LompadPowalutan 8,00 3,50 8,00
37. PontakLompad 2,50 3,50 2,50
38. PontakSuhuyon *) 15,00 3,50 4,00 11,00 39. PoopoKeroit 5,00 3,50 0,50 2,50 2,00
40. TouroutLiandok 10,30 3,50 10,30
41. Tompaso BaruKinalawiran 1,00 3,50 1,00 42. Tompaso BaruLowian
Tumani
6,00 3,50 2,00 2,00 2,00
43. SionTemboanLowian 5,00 3,50 5,00 44. SP. BojonegoroKinamang 2,20 3,50 1,00 1,20 45. SP. BojonegoroBojonegoro 1,10 3,50 1,10 46. SinisirPinasungkulan 4,10 3,50 4,10 47. SinisirBukit Doa
Modoinding 4,00 3,50 4,00
48. PalelonInsil 1,10 3,50 0,10 1,00
49. Dalam Kota Tareran 5,00 3,50 3,00 2,00 50. Dalam Kota Suluun Tareran 5,00 3,50 5,00 51. Dalam Kota Tumpaan 7,00 3,50 4,00 3,00 52. Dalam Kota Tatapaan 4,00 3,50 4,00 53. Dalam Kota Amurang Timur 20,00 4,00 4,00 3,00 13,00 54. Dalam Kota Amurang 22,00 5,00 8,00 14,00 55. Dalam Kota Amurang Barat 8,00 3,50 8,00 56. Dalam Kota Tenga 8,00 3,50 3,00 2,00 3,00 57. Dalam Kota Sinonsayang 7,00 3,50 7,00 58. Dalam Kota Kumelembuai 6,00 3,50 6,00 59. Dalam Kota Motoling Timur 3,50 3,50 3,50 60. Dalam Kota Motoling 12,00 3,50 3,30 8,70 61. Dalam Kota Motoling Barat 3,50 3,50 3,50 62. Dalam Kota Ranoyapo 5,00 3,50 5,00 63. Dalam Kota Tompaso Baru 7,00 3,50 1,50 2,00 3,50
65. Dalam Kota Modoinding 9,00 3,50 9,00 66. PicuanPicuan Baru 3,00 3,50 0,50 2,50
T o t a l 149,24 119,10
*) akan diusulkan menjadi jalan provinsi
Sumber : Dinas Pekerjaan Umum Kab. Minahasa Selatan
Dari tabel tersebut di atas, panjang total jalan Kabupaten Minahasa Selatan sebesar 467,94 km, dalam kondisi baik sebesar 149,24 km atau 31,9 %, kondisi sedang sepanjang 119,10 km atau 25,4 % dan kondisi jalan rusak ringan sepanjang 54,05 km atau sebesar 11,6 % serta dalam kondisi rusak berat sepanjang 145,55 km atau sebesar 31,1 %. Pada umumnya semua ruas jalan di Kabupaten Minahasa Selatan sudah pernah di aspal.
b. Sumber Daya Air
Pengembangan Sistem Jaringan Sumber daya air dikembangkan pada daerah yang berpotensi tinggi untuk pengembangan pertanian tanaman pangan lahan. Menurut Peraturan Menteri PU No. 11A/PRT/M/2006
1. Sistem Wilayah Sungai
Daerah potensi persawahan beririgasi di Kabupaten Minahasa Selatan berada di :
Ranoyapo Maesaan dan Tompaso Baru Poigar Sinonsayang dan Tenga Maruasey Tumpaan dan Tatapaan
Daerah datar yang berada di sekitar sungaisungai utama tersebut sangat potensial untuk dijadikan lahan
persawahan. Potensi terbesar areal persawahan tersebar di sepanjang wilayah Utara dan Selatan Kabupaten Minahasa Selatan.
Rencana Sistem Prasarana Pengairan
2. Rencana Sistem Jaringan Pengairan
Iklim di wilayah Kabupaten Minahasa Selatan, yaitu musim kemarau dan musim hujan. Pola pertanian yang ada
sekarang, yaitu lahan kering dan lahan basah. Untuk
dengan pengembangan sistem pengairan Irigasi Teknis dan Semi Teknis.
Berdasarkan hal tersebut di atas, pengembangan dan
pembangunan pengairan sistem irgasi teknis diprioritaskan pada wilayah kabupaten dengan kriteriakriteria sebagai berikut :
1) Mempunyai produktiftas besar;
2) Mempunyai luas lahan besar dan potensial; 3) Mempunyai sumber mata air;
4) Berdasarkan analisa potensi untuk pengembangan pertanian lahan basah.
Pengembangan pertanian lahan basah dikembangkan pada kecamatan kecamatan yang mempunyai potensi untuk pencetakan lahan basah dengan luasan yang sesuai dengan tingkat irigasi teknis yang akan dikembangkan, produksi dan sumber mata air pengembanganya. Kegiatan prioritas
pembangunan sumberdaya air dan irigasi diarahkan pada : 1) Irigasi teknis : peningkatan jaringan dan rehabilitasi. 2) Irigasi semi teknis : peningkatan jaringan dan rehabilitasi. 3) Embung irigasi :
1. Peningkatan jaringan dan rehabilitasi. 2. Pembangunan.
4) Jaringan irigasi air tanah :
1. Peningkatan jaringan dan rehabilitasi. 2. Pembangunan.
3. Pembinaan kelembagaan. 5) Waduk
1. Peningkatan jaringan dan rehabilitasi. 2. Studi kelayakan.
3. Rencana Fungsi dan Pelayanan Prasarana Pengairan A. Arahan Pengembangan Wilayah Sungai
kawasan penyangga, pelestarian dan pengamanan sumberdaya air, pencegahan erosi dan pencegahan pencemaran air.
b. Pengamanan daerah tengah sungai melalui langlah langkah pelestarian air, pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pelestarian air pada badan sungai dan pencegahan banjir.
c. Pemeliharaan daerah hilir sungai melalui langkah langkah pengembangan irigasi, penyediaan air baku, pengendalian banjir, pelaksanaan sistem drainase, pencegahan pencemaran air, dan pengamanan daerah pantai.
B. Arahan Pengembangan Bendungan
a. Pengembangan kesejahteraan dan keselamatan umum oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah dan BUMN/BUMD berdasarkan standar teknis yang ditentukan oleh Menteri
b. Pengawasan bendungan dilakukan berdasarkan standar teknis yang telah ditentukan oleh Menteri.
C. Arahan Pengembangan Sistem Jaringan Irigasi
a. Pengambil keputusan dan pelaku utama pengelolaan irigasi adalah lembaga perkumpulan petani pemakai air melalui penyerahan kewenangan dari Pemerintah Daerah.
b. Satu sistem irigasi satu kesatuan pengelolaan dengan memperhatikan kepentingan pengguna di hulu, tengah, dan hilir secara seimbang.
c. Pembentukan forum koordinasi pengelolaan irigasi dalam rangka koordinasi pengelolaan di daerah irigasi yang jaringan utamanya berfungsi multiguna