• Tidak ada hasil yang ditemukan

T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB I

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "T1__BAB I Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam Mengembangkan Kesenian Drumblek sebagai Identitas Budaya Kota Salatiga T1 BAB I"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar belakang

Kesenian erat kaitannya dengan kebudayaan, karena kesenian merupakan salah satu unsur dari kebudayaan. Seni atau kesenian adalah hasil atau proses kerja dan gagasan manusia yang melibatkan kemampuan terampil, kreatif, kepekaan indera, kepekaan hati dan pikir untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki kesan indah, selaras, bernilai seni, dan lainnya (Sumanto, 2006: 5). Seni terdiri dari berbagai macam jenis, salah satunya adalah seni musik, unsur bunyi merupakan unsur utama dari seni musik, sedangkan unsur lain adalah bentuk harmoni, melodi, dan notasi musik merupakan wujud sarana yang diajarkan. Menurut Syafiq (2003: 203) seni musik adalah seni pengungkapan gagasan melalui bunyi yang unsur dasarnya berupa melodi, irama, dan harmoni dengan unsur pendukung berupa bentuk gagasan, sifat dan warna bunyi.

Drumblek merupakan kesenian kreatif kontemporer asli Salatiga. Drumblek telah ada sejak pertengahan dekade tahun 80-an dari sebuah kesederhanaan warga Pancuran Salatiga. Hanya dengan mengandalkan perkusi dan barang-barang bekas, tong bekas, cakram bekas dan gagang sapu bekas, drumblek bisa menghadirkan musik atraktif yang menarik perhatian dalam acara peringatan hari proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia pada waktu itu. Dalam buku “Drumblek dari Salatiga untuk Dunia” yang diterbitkan oleh komunitas Kampoeng Salatiga, kata “blek” tersebut berasal dari bahasa Belanda yang disebut dengan “blik” dimana mempunyai arti kaleng yang biasa digunakan untuk menyimpan roti atau makan lainnya (Kampoeng Salatiga, 2013: 31).

(2)

dikembangkan dan menjadi pusat perhatian1. Berdasarkan hasil wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS), yaitu Muhammad Kurniawan:

“Drumblek itu kesenian, kesenian sejenis drumblek.. ee.. drum band mungkin awalnya mungkin, mungkin waktu awal drumblek jaman dulu itu dibuat karena keinginan, dibuat seperti versi drum band, buat versi drum band mungkin karena modal ndak ada.. digunakan alat seadanya mungkin dari recycle, barang-barang bekas waktu awal itu…. Blek-blek khong guan itu.. blek-blek roti awal jadi intinya emang dibilang drum band kere waktu itu.” 2

Sejarah terciptanya kesenian drumblek tidak dapat terlepas dari kreatifitas warga Pancuran, Salatiga. Menurut Widyaningtyas, (2016: 3), Pancuran merupakan daerah pertama yang menjadi pelopor munculnya drumblek di Kota Salatiga. Dalam wawancara dengan Bapak Didik Subianto Marsyuri, awal mula terbentuknya drumblek Pancuran dilatar belakangi oleh kewajiban Warga Pancuran untuk berpartisipasi dalam Karnaval peringatan HUT RI yang dilaksanakan oleh Kota Salatiga pada tahun 1987. Keterbatasan biaya yang dimiliki oleh warga Pancuran kala itu, membuat Bapak Didik Subiantoro Marsyuri dan beberapa rekannya memikirkan solusi dari masalah tersebut agar dapat ikut berpartisipasi dalam kegiatan tahunan tersebut. Munculah ide untuk membuat drum band dimana alat musik yang digunakan berasal dari barang bekas yang saat itu banyak dan mudah di temukan di Pancuran.

Apabila dilihat dari sejarahnya, bentuk drumblek hampir mirip dengan Marching Band. Marching Band (orkes barisan) merupakan musik baris berbaris yang berbasis militer di Indonesia. Dalamnya terdapat sekelompok barisan orang yang memainkan lagu dengan menggunakaan sejumlah kombinasi alat musik dimana dalam penampilannya dipimpin

1 Website : www.kotasalatiga.com “Drumblek Salah Satu Aset Kesenian Kota Salatiga”. Diakses

pada Selasa, 28-2-2017, 13.58 WIB

2 Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18

(3)

oleh satu atau dua orang komandan lapangan, biasanya drum band diiringi tarian bendera dan membentuk formasi dengan pola yang berubah-ubah sesuai dengan alur koreografi dari lagu yang dimainkan. Drum Band adalah bentuk sederhana dari Marching Band, dimana di dalamnya tidak ada formasi baris berbaris dan tidak menggunakan alat musik yang lengkap yaitu alat musik tiup yang menjadi ciri khas Marching Band (Kampoeng Salatiga, 2013: 20-21).

Menurut Supangkat (2014), Drumblek memang bisa dikatakan sebagai salah satu jenis kesenian baru. Namun sebenarnya cikal bakal kesenian drumblek adalah Klothekan, yang sudah tergolong sebagai budaya lokal yang sudah lama ada. Bila kehadiran drumblek bisa dikatakan sebagai ”penyempurnaan” dari budaya klothekan yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi, maka drumblek sudah bisa digolongkan sebagai seni budaya di Salatiga.

(4)

Salatiga dan daerah sekitar, serta tempat berdiskusi untuk menyelesaikan permasalahan-permasalahan seputar drumblek.

Hingga saat ini hampir ada 110 grup drumblek yang mendaftarkan diri sebagai anggota Paguyuban Drumblek seperti pernyataan Muhammad Eddi Kurniawan :

“… Hampir ada 110-an sekarang, baru 110-an.. sampai detik ini 110-an.. dari seluruh Salatiga dan sekitarnya, karena memang kita buat Salatiga dan sekitarnya mas.” 3

Tingginya minat masyarakat terhadap kesenian drumblek di Salatiga menjadi salah satu kebudayaan yang dikembangkan secara massif, yang diharapkan mampu membangun identitas kota sebagai pencetus kesenian drumblek, dalam hal ini PDS menjadi wadah untuk perkumpulan grup-grup drumblek. PDS menjadi fokus penelitian peneliti karena PDS berdiri secara independen tanpa campur tangan pemerintah, dalam mengembangkan kelompok komunitas di Salatiga. PDS saat ini, mewadahi permasalahan-permasalahan dan hambatan-hambatan seputar kelompok drumblek, sehingga dapat mengangkat drumblek sebagai identitas kota Salatiga. Dengan mengetahui strategi yang digunakan PDS, diharap mampu meningkatkan efektifitas kinerja dari PDS.

Berdasarkan penelusuran terhadap judul penelitian skripsi yang ada pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Komunikasi Universitas Kristen Satya Wacana, terdapat penelitian skripsi atas nama Widyaningtyas K.D, (2016) dengan judul Strategi Komunikasi Ketua Rukun Warga Dalam Menarik Minat Warga Kampung Pancuran Untuk Bergabung Dalam Drumblek Generasi Muda Pancuran (GEMPAR). Penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya, karena dalam penelitian ini berfokus pada strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam membangun identitas budaya kota Salatiga, sedangkan pada penelitian sebelumnya berfokus pada strategi komunikasi ketua Rukun Warga Pancuran dalam menarik minat generasi

3 Wawancara dengan Ketua Paguyuban Drumbek Salatiga, Muhammad Kurniawan Pada 18

(5)

muda Pancuran untuk bergabung dalam Drumblek Generasi Muda Pancuran (GEMPAR). Maka dari itu, maka keaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan dan sesuai asas-asas keilmuan yang harus di junjung tinggi yaitu kejujuran, rasional, objektif serta terbuka.

1.2. Rumusan masalah

Bagaimana strategi Paguyuban Drumblek Salatiga (PDS) dalam membangun kesenian drumblek sebagai identitas budaya Kota Salatiga? 1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari Penelitian ini adalah untuk menggambarkan strategi atau upaya yang digunakan Paguyuban Drumblek Salatiga dalam membangun kesenian drumblek sebagai identitas budaya Kota Salatiga. 1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberi manfaat sebagai berikut: 1.4.1. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk mengetahui secara praktis strategi-strategi PDS dalam mengembangkan kesenian drumblek di Salatiga. Sehingga mampu menjadi referensi bagi drumblek-drumblek yang ada di luar kota Salatiga, dalam memaksimalkan kinerjanya.

1.4.2. Manfaat Teoritis

Manfaat secara teoritis dalam penelitian ini adalah dapat memberikan sumbangsih dalam ilmu pengetahuan khususnya dalam ilmu sosial, yang merupakan bentuk kajian organisasi dan strategi yang dilakukan untuk membangun eksistensi supaya menjadi identitas.

1.5. Konsep yang Digunakan dan Batasan Masalah

(6)

identitas kebudayaan kota Salatiga. Penelitian yang berjudul Strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam mengembangkan kesenian drumblek sebagai identitas kota salatiga menggunakan beberapa konsep sebagai acuan kerangka analisis yaitu:

1. Strategi Kebudayaan : menurut Perseun (1976: 18), terdapat tiga tahap dalam perkembangan kebudayaan, tahap mitis (manusia dalam kepungan kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya), tahap ontologis (manusia terlepas dari kepungan kekuasaan mitis, dan secara bebas ingin meneliti segala hal ihwal) dan tahap fungsionil (Nampak pada manusia modern, yang mulai menjalin relasi-relasi baru dengan sesamanya).

2. Kesenian drumblek : Drumblek merupakan salah satu jenis kesenian baru. Namun sebenarnya cikal bakal kesenian drumblek adalah Klothekan, yang sudah tergolong sebagai budaya lokal yang sudah

lama ada. Bila kehadiran drumblek bisa dikatakan sebagai ”penyempurnaan” dari budaya klothekan yang sudah diturunkan dari generasi ke generasi, maka drumblek sudah bisa digolongkan sebagai seni budaya di Salatiga (Supangkat, 2014).

3. Paguyuban Drumblek Salatiga : merupakan perkumpulan dari kelompok-kelompok drumblek Salatiga dan sekitar. Penelitian ini hanya membahas mengenai strategi-strategi Paguyuban Drumblek Salatiga dalam mengembangkan kesenian drumblek sebagai identitas budaya kota Salatiga.

(7)

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan Hakim di Pengadilan Negeri Klas IB Metro, pada hari Senin tanggal 6 Oktober 2014, pada pukul 11.15. Pegawai di Lembaga Pemasyarakatan Klas II

Distribusi frekuensi merupakan salah satu cara untuk meringkas serta menyusun sekelompok data mentah (raw data) yang diperoleh dari penelitian dengan didasarkan pada

Hung & Cheng (2013) investigated the be- havior of individuals’ knowledge sharing inten- tions of a new technology in virtual communities using the concept of the Technology

Jika perkara ditangani dengan penyidik, maka penyidikan akan dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (selanjutnya disebut PPNS) BPOM, namun jika perkara

2. Accountability yaitu tanggung gugat terhadap apa yang dilakukan sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku dan bertanggung jawab terhadap klien, diri sendiri,

Berbeda dengan hasil penelitian sebelumnya di Semarang yang menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan responden dengan motivasi dalam memberikan ASI

This report presents the second set of WHO Child Growth Standards and describes the methods used to construct the standards for head circumference-for-age, arm

artinya di samping hak-hak atas tanah yg disebutkan dalam UUPA, kelak dimungkinkan lahirnya hak atas tanah yg baru yang diatur secara khusus dengan UU.2. Hak atas tanah