• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIA PUSTAKA, KO SEP, LA DASA TEORI DA MODEL PE ELITIA. Telah banyak hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang kepariwisataan,

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIA PUSTAKA, KO SEP, LA DASA TEORI DA MODEL PE ELITIA. Telah banyak hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang kepariwisataan,"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIA PUSTAKA, KOSEP, LADASA TEORI DA MODEL PEELITIA

2.1 Kajian Pustaka

Telah banyak hasil penelitian yang berkaitan dengan bidang kepariwisataan, namun belum banyak yang menaruh perhatian pada partisipasi masyarakat. Kajian pustaka merupakan penjelasan hasil-hasil penelitian terdahulu dan pustaka-pustaka lain yang relevan terhadap penelitian.

Adapun kajian pustaka yang relevan dalam penelitian ini adalah hasil penelitian berupa tesis, diantaranya disusun oleh Riyastiti (2010), yang berjudul “Partisipasi Masyarakat Dalam Festival Gajah Mada Sebagai Implementasi Pengembangan Pariwisata Berbasis Masyarakat di Kota Denpasar“. Dalam penelitian ini diungkapkan tentang bentuk partisipasi masyarakat dalam kegiatan Festival Gajah Mada adalah 1) melaksanakan pameran usaha kecil; 2) membuka stand makanan tradisional (food heritage); 3) menyelenggarakan acara hiburan (pertunjukan seni dan budaya); 4) menjaga keamanan; dan 5) membantu kegiatan Denpasar Great Sale. Berdasarkan Teori Partisipasi, dari tujuh tipologi yang dikemukakan oleh Pretty, partisipasi masyarakat dalam kegiatan tersebut hanya memenuhi empat tipologi partisipasi, yaitu a) manipulatif, b) pasif, c) konsultatif, dan d) insentif. Menurut hasil penelitian ini, terlihat bahwa partisipasi yang ditunjukkan oleh masyarakat di kawasan tersebut belum optimal, karena pendekatan yang digunakan untuk menyelenggarakan kegiatan tersebut masih bersifat top-down approach. Hal ini tidak sejalan dengan konsep pembangunan

(2)

pariwisata yang berbasis masyarakat (community based tourism development), yang mengutamakan pemberdayaan berbasis partisipasi.

Penelitian ini memberikan wawasan tentang partisipasi yang belum optimal bila dalam pengembangannya tidak mengikut sertakan masyarakat mulai dari proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi tersebut dapat diimplementasikan berupa persiapan perencanaan dengan volume keterlibatan masyarakat lokal lebih besar, tahap promosi, pelaksanaan yang lebih profesional dan jujur.

Hal yang membedakan antara penelitian ini dengan penelitian oleh Riyastiti adalah pertama pada lokasi penelitian. Pada penelitian tersebut secara spesifikasi memiliki letak geografis yang sangat berbeda yaitu antara area perkotaan atau urban sedangkan pada penelitian ini lokasinya terletak di area pinggiran atau rural. Perbedaan kedua terdapat pada latar belakang masyarakat yang diteliti. Masyarakat di sepanjang jalan Gajah Mada memiliki latar belakang berbeda baik dari segi pendidikan, ekonomi dan sosial budayanya dengan masyarakat Serangan. Persamaan penelitiannya terletak pada pijakan kegiatan festival yang digunakan untuk mengetahui bagaimana tingkat partisipasi masyarakat dan persamaan yang terkait dengan peran pemerintah Kota Denpasar yang dominan dalam merencanakan dan melaksanakan kegiatan festival-festival tersebut.

Pustaka lain yang juga memberikan acuan dalam penulisan ini adalah pustaka hasil penelitian berupa tesis oleh Andiani (2007) tentang “Pengembangan Ekowisata Yang Berbasis Masyarakat Menuju Pariwisata Berkelanjutan di Kelurahan Serangan, Bali”. Diungkapkan bahwa potensi-potensi sumber daya

(3)

alam dan budaya di lingkungan Kelurahan Serangan yang dapat diidentifikasikan untuk dapat dijadikan daya tarik penyelenggaraan kegiatan ekowisata, adalah meliputi potensi fisik seperti : 1) keindahan alam bawah laut dengan keanekaragaman coral dan fauna laut, 2) bangunan cagar budaya dan bangunan-bangunan bersejarah, 3) hutan mangrove diperuntukkan kepentingan peneliti dan penunjang budi daya, pariwisata serta rekreasi, 4) daya tarik wisata melihat penyu, 5) potensi fisik buatan yang berupa keramba lumba-lumba, 6) tersedianya sarana dan prasarana pendukung. Potensi non fisik meliputi : 1) nilai sejarah serta seni arsitektur pada masing-masing bangunan cagar budaya dan sejarah Kelurahan Serangan, 2) kehidupan sosial di tengah-tengah masyarakat Serangan yang multi etnik, 3) kesenian tradisional dan kegiatan ritual tradisional, 4) aktivitas para petani rumput laut dan kehidupan para nelayan.

Penelitian ini juga memberikan inspirasi bahwa Kelurahan Serangan memiliki potensi sumber daya alam dan budaya yang menarik untuk dikembangkan secara profesional. Potensi tersebut dapat mendukung pengembangan kegiatan kepariwisataan secara berkelanjutan jika mendapat perhatian lebih dari pemerintah daerah dan investor untuk dikelola menjadi daya tarik wisata pilihan.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian oleh Andiani tersebut adalah pada fokus objek penelitiannya yaitu antara perilaku masyarakat melalui tingkat partisipasinya serta menggunakan festival sebagai tolok ukur partisipasi masyarakat dalam membangun wilayahnya pada penelitian ini, dengan fokus potensi fisik dan non fisik yang ingin dikembangkan di Kelurahan Serangan oleh

(4)

Andiani. Persamaannya terletak pada lokasi penelitian yang sama yaitu di Kelurahan Serangan.

Penelitian dalam bentuk tesis oleh Wahyuni (2010), dengan judul “Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah Dalam Program Ekonomi Kerakyatan Di Kelurahan Serangan Kecamatan Denpasar Selatan, Kota Denpasar : Sebuah Kajian Budaya”. Dinyatakan bahwa salah satu program ekonomi kerakyatan yang dilakukan pemerintah bertujuan untuk meningkatkan peran usaha mikro kecil menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan. Pemberdayaan usaha mikro kecil menengah ini terlaksana dengan baik di lapangan dan berhasil mensejahterakan keluarganya.

Bersumber pada tulisan ini diperoleh gambaran bahwa walaupun sesungguhnya program ini berasal dari pemerintah, namun program tersebut terbukti berhasil diimplementasikan untuk memberdayakan masyarakat. Masyarakat di Kelurahan Serangan sebagai penerima program tersebut ternyata memiliki semangat dan pemikiran untuk maju serta berkembang dalam upaya-upaya aksi pemberdayaannya.

Paparan penulisan penelitian di titik beratkan pada upaya pembangunan ekonomi yang berkesinambungan yang merupakan salah satu fokus dari pemberdayaan masyarakat. Penelitian ini mencakup segala aspek yang terkait partisipasi masyarakatnya yang terdiri dari ekonomi, lingkungan dan sosial budaya.

(5)

Berkenaan dengan kajian pustaka di atas, dapat dilihat bahwa Festival Pesona Pulau Serangan merupakan salah satu atraksi wisata yang dalam penyelenggaraannya harus dimaknai sebagai upaya untuk membuat masyarakat memiliki kesadaran agar ikut berperan aktif dalam pengembangan pariwisata di daerahnya. Festival Pesona Pulau Serangan diharapkan dapat mendatangkan dampak positif pariwisata bagi masyarakat, sehingga mereka dapat mempertahankan eksistensinya secara berkelanjutan.

2.2 Konsep

Penelitian ini menggunakan beberapa konsep untuk menjelaskan masalah yang dikaji. Konsep tersebut meliputi Partisipasi Masyarakat, Festival Pesona Pulau Serangan, dan Kota Denpasar.

2.2.1 Partisipasi Masyarakat

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menyebutkan partisipasi artinya perihal turut berperan serta dalam suatu kegiatan. Secara umum, partisipasi mempunyai pengertian sebagai salah satu usaha berkelanjutan yang memungkinkan masyarakat untuk terlibat dalam pembangunan baik secara aktif maupun pasif.

Menurut Mikkelsen dalam Adi (2008) partisipasi yang sesungguhnya adalah partisipasi yang menghasilkan pemberdayaan, yaitu partisipasi yang merupakan sebuah tujuan dalam proses demokrasi; berasal dari masyarakat dan dikelola oleh masyarakat. Mengutip pernyataan Chambers, Mikkelsen (dalam Adi, 2008: 108), menyatakan bahwa partisipasi digunakan untuk menggambarkan proses

(6)

pemberdayaan (empowering process), yang dimaknai sebagai proses memampukan (enable) masyarakat lokal untuk melakukan analisis masalah mereka, mendapatkan percaya diri untuk mengatasi masalah, serta mengambil keputusan sendiri tentang alternatif pemecahan masalah yang ingin mereka pilih.

Dalam konsep tersebut digambarkan pula bahwa pelaku perubahan berpartisipasi dalam proyek masyarakat lokal, sehingga terjadi apa yang disebut dengan proses pemberdayaan. Jadi, berdasarkan uraian tersebut, yang dimaksud dengan partisipasi masyarakat adalah keikutsertaan masyarakat dalam proses pengidentifikasian masalah dan potensi yang ada di masyarakat, pemilihan dan pengambilan keputusan tentang alternatif solusi untuk menangani masalah, pelaksanaan upaya mengatasi masalah, dan keterlibatan masyarakat dalam proses mengevaluasi perubahan yang terjadi (Adi, 2008: 111).

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan partisipasi mayarakat adalah keterlibatan atau peran serta sekelompok orang dalam hal ini masyarakat di Kelurahan Serangan pada kegiatan Festival Pesona Pulau Serangan. Partisipasi masyarakat Serangan dapat diukur dari keterlibatan masyarakat secara sadar dan sukarela dalam penyelenggaraan Festival Pesona Pulau Serangan.

2.2.2 Festival Pesona Pulau Serangan

Festival menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti pekan gembira dalam rangka memperingati peristiwa bersejarah, pesta rakyat. Di dalam suatu kegiatan festival biasanya terdapat pula suatu pertunjukan seni, seperti halnya Festival Pesona Pulau Serangan yang juga menampilkan khasanah budayanya

(7)

berupa hasil kesenian tradisional yaitu tari-tarian lokal dan seni pertunjukan drama.

Seni pertunjukan wisata yang biasanya merupakan bagian integral dari sebuah festival mempunyai makna sebagai bentuk-bentuk kesenian yang dirancang dan dikemas khusus untuk dihadirkan dan dipertontonkan kepada wisatawan. Seni pertunjukan yang dipertontonkan tetap mengunakan pola-pola kesenian tradisi termasuk mengambil unsur-unsur seni ritual, dikemas, dan ditiru selama tidak bertentangan dengan nilai-nilai agamis yang diyakini. Seni pertunjukan wisata atau seni pertunjukan turistik pada dasarnya adalah bentuk-bentuk seni musik, tari, dan teater klasik/tradisional Bali, yang telah mengalami proses pengkemasan dan kemudian secara rutin dipertunjukkan kepada dunia pariwisata (Ruastiti dalam Pradnyani, 2005: 16).

Pesona Pulau Serangan merupakan nama dari kegiatan festival tersebut. Pulau Serangan merupakan sebuah pulau yang dulunya terpisah dari Pulau Bali terletak di bagian tenggara yang pasca reklamasi pantai menjadi sebuah kesatuan wilayah dengan Kota Denpasar. Kata Serangan itu sendiri berasal dari kata “Sira Angen” yang bermakna “dikasihani”. Pesona sendiri berarti sesuatu yang menarik atau indah untuk dilihat.

Pantai Pulau Serangan sejak dulu merupakan daya tarik wisata karena memiliki potensi sumber daya alam. Wisatawan banyak berkunjung ke Pulau Serangan untuk melihat keindahan alamnya yang dikelilingi tanaman hutan bakau (mangrove) dan kehidupan biota laut yang sangat menarik. Pulau Serangan dibentuk oleh akumulasi sedimen yang berasal dari laut dalam jajaran bukit pasir

(8)

berbentuk pisang. Sedimen ini dibentuk dari puing-puing batu karang dan organisme batuan, yakni secara bertahap terhempas ke darat (Pemda Tingkat I Bali dalam Sapta, 2004). Para nelayan di Pulau Serangan, menurut penelitian BTID (Supartha dalam Sapta, 2004: 16), yakni terdiri atas tiga kelompok. Pertama, kelompok nelayan penangkap ikan di laut lepas. Kedua, kelompok nelayan pinggiran yang menangkap ikan dan hasil laut lainnya di pantai. Ketiga, nelayan pemilik perahu yang khusus mencari muatan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Festival Pesona Pulau Serangan adalah kegiatan pesta rakyat yang diadakan di Kelurahan Serangan. Festival Pesona Pulau Serangan adalah kegiatan multi dimensi yang menampilkan secara sinergis berbagai pameran hasil industri lokal, perdagangan rakyat, pentas seni budaya, dan konservasi flora fauna, yang diharapkan mampu menjadi ikon kepariwisataan berbasis masyarakat di Kota Denpasar. Festival Pesona Pulau Serangan merupakan perpaduan antara kegiatan ekonomi, pendidikan, pelestarian lingkungan dan seni budaya, yang diselenggarakan di Kelurahan Serangan.

2.2.3 Kota Denpasar

Kota dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia memiliki arti daerah pemukiman yang terdiri atas bangunan rumah yang merupakan kesatuan tempat tinggal dari berbagai lapisan masyarakat, daerah pemusatan penduduk dengan kepadatan tinggi serta fasilitas modern dan sebagian besar penduduknya bekerja di luar pertanian.

Menurut Buku Program Sightseeing Denpasar, kata Denpasar berasal dari kata “den” dan “pasar” yang berarti di sebelah utara pasar yang sejak tahun 1958

(9)

merupakan ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II Badung dan ibukota Daerah Tingkat I Bali. Sejak adanya Undang-Undang Otonomi Daerah Nomor 22 Tahun 1999, Denpasar berstatus otonomi penuh dipimpin oleh seorang walikota.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud dengan Kota Denpasar adalah daerah otonomi yang membawahi empat kecamatan yaitu Kecamatan Denpasar Utara, Kecamatan Denpasar Timur, Kecamatan Denpasar Selatan dan Kecamatan Denpasar Barat. Salah satu bagian dari Kecamatan Denpasar Selatan adalah Kelurahan Serangan yang merupakan lokasi diselenggarakannya Festival Pesona Pulau Serangan.

2.3 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, untuk menganalisis partisipasi masyarakat, mengetahui faktor-faktor yang mendorong partisipasi tersebut serta menginterpretasikan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam Festival Pesona Pulau Serangan, digunakan teori partisipasi, teori motivasi dan teori pemberdayaan. Teori-teori yang dipergunakan ini bermanfaat untuk membantu dalam menjelaskan permasalahan penelitian ini.

2.3.1 Teori Partisipasi

Munculnya paradigma pembangunan berkelanjutan mengindikasikan adanya dua perspektif yaitu pelibatan masyarakat setempat dalam pemilihan, perancangan, perencanaan dan pelaksanaan program atau proyek yang akan mewarnai hidup mereka, sehingga dengan demikian dapatlah dijamin bahwa persepsi masyarakat setempat, pola sikap dan pola pikir serta nilai-nilai dan

(10)

pengetahuannya ikut dipertimbangkan secara penuh; sedangkan yang kedua adalah umpan balik (feedback) yang hakikatnya merupakan bagian tak terpisahkan dari kegiatan pembangunan (Jameison dalam Mikkelsen, 2001: 63).

Sementara itu, menurut Pretty dalam Mowforth & Munt (2000: 245) ada tujuh karakteristik (tipologi) partisipasi, yaitu :

1. Partisipasi Manipulatif

Merupakan bentuk partisipasi yang paling lemah dengan karakteristik masyarakat seolah-olah dilibatkan dan diberi kedudukan dalam organisasi resmi namun tidak dipilih dan tidak memiliki kekuatan.

2. Partisipasi Pasif

Merupakan bentuk partisipasi dengan karakteristik masyarakat menerima pemberitahuan apa yang sedang terjadi dan yang telah terjadi secara sepihak tanpa memperhatikan tanggapan masyarakat dan hanya terbatas di kalangan tertentu.

3. Partisipasi Konsultatif

Merupakan bentuk partisipasi dengan karakteristik masyarakat berpartisipasi dengan cara berkonsultasi melalui dengar pendapat, sedangkan orang luar hanya mendengarkan, menganalisis masalah dan pemecahannya.

4. Partisipasi Insentif

Merupakan bentuk partisipasi dengan karakteristik masyarakat berpartisipasi dengan menyumbangkan tenaga dan jasa untuk mendapatkan imbalan, baik berupa uang maupun materi dan tidak memiliki andil untuk melanjutkan kegiatan-kegiatan tersebut bila insentif dihentikan.

(11)

5. Partisipasi Fungsional

Merupakan bentuk partisipasi dengan karakteristik masyarakat berpartisipasi dengan membentuk kelompok-kelompok untuk melayani kepentingan luar dan diawasi oleh kepentingan orang luar terutama untuk mengurangi pembiayaan.

6. Partisipasi Interaktif

Merupakan bentuk partisipasi dengan karakteristik masyarakat berperan dalam perencanaan, melibatkan metode interdisipliner dan memiliki kontrol atas keputusan-keputusan mereka. Masyarakat memiliki andil dalam keseluruhan proses kegiatan.

7. Mandiri (self mobilization)

Merupakan bentuk partispasi dengan karakteristik masyarakat yang mengambil inisiatif secara bebas tanpa dipengaruhi pihak luar dengan mengembangkan kontak langsung dengan lembaga-lembaga lain untuk mendapatkan bantuan dan dukungan.

Teori partisipasi dalam penelitian ini digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan pertama. Teori ini dapat merumuskan bentuk partisipasi Masyarakat Serangan dalam Festival Pesona Pulau Serangan.

2.3.2 Teori Motivasi

Untuk mengetahui faktor-faktor yang memotivasi masyarakat untuk berpartisipasi, terlebih dahulu harus dipahami tentang teori motivasi. Secara leksikal, motivasi berarti kecenderungan dalam diri seseorang secara sadar atau tidak sadar melakukan tindakan dengan tujuan tertentu, atau usaha-usaha yang

(12)

menyebabkan seseorang atau kelompok orang tergerak untuk melakukan sesuatu karena ingin mencapai tujuan yang dikehendaki. Teori motivasi yang paling mendasar adalah teori kebutuhan dasar manusia yang dicetuskan oleh Maslow dalam Adair (2008: 47). Tema utama teori ini adalah sebagai berikut :

“Manusia adalah mahluk yang mempunyai keinginan dan jarang berada dalam keadaan puas sepenuhnya kecuali untuk waktu yang singkat. Setelah memuaskan satu keinginan, keinginan lainnya timbul menggantikan yang sebelumnya. Ketika keinginan kedua ini sudah terpuaskan, timbul lagi keinginan berikutnya,…dst. Merupakan ciri khas manusia bahwa ia praktis selalu mendambakan sesuatu selama hidupnya……”.

Hierarki kebutuhan manusia yang dibuat oleh Maslow terdiri atas lima jenis kebutuhan yaitu (1) kebutuhan fisiologis yang dianggap sebagai titik awal dari teori Maslow, (2) kebutuhan keamanan, (3) kebutuhan sosial, (4) kebutuhan penghargaan, dan (5) kebutuhan aktualisasi diri.

Seberapa kuat motivasi yang dimiliki individu akan banyak menentukan terhadap kualitas perilaku yang ditampilkannya, baik dalam konteks belajar, bekerja maupun dalam kehidupan lainnya. Berkaitan dengan partisipasi masyarakat, adalah penting untuk mengetahui faktor-faktor pendorong yang membuat masyarakat ikut berpartisipasi dalam suatu kegiatan/proyek. Faktor-faktor pendorong ini menjadi penting, karena partisipasi yang terjadi seringkali bersifat semu. Dengan kata lain, masyarakat memang dilibatkan dalam kegiatan, namun mereka hanya memiliki sedikit atau bahkan sama sekali tidak memiliki kekuasaan untuk mempengaruhi keputusan.

(13)

Dalam penelitian ini, teori motivasi digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan kedua. Teori ini merumuskan faktor-faktor yang memotivasi Masyarakat Serangan untuk berpartisipasi dalam Festival Pesona Pulau Serangan. 2.3.3 Teori Pemberdayaan

Cornell Empowerment Group (Wrihatnolo & Dwidjowijoto, 2007: 179) mendefinisikan pemberdayaan sebagai suatu proses sengaja yang berkelanjutan, berpusat pada masyarakat lokal, dan melibatkan prinsip saling menghormati, kritis, peduli, dan partisipasi kelompok. Lebih jauh dikatakan bahwa suatu komunitas masyarakat harus memenuhi dua kondisi sosial untuk mengalami proses pemberdayaan, yaitu: anggota masyarakat harus mempunyai perasaan bermasyarakat (sense of community) dan anggota masyarakat tersebut harus berpartisipasi secara aktif dalam kegiatan komunitas tersebut. Perasaan bermasyarakat dipandang sebagai: (1) suatu semangat kebersamaan, (2) suatu perasaan akan adanya struktur kekuasaan yang bisa dipercaya, (3) suatu kesadaran bahwa saling bermanfaat timbul karena kebersamaan, dan (4) suatu semangat yang datang dari pengalaman bersama yang dijaga sebagai suatu seni.

Menurut Dubois dan Miley (1997: 211), pemberdayaan adalah proses menyeluruh, proses aktif antara motivator, fasilitator, dan kelompok masyarakat yang perlu diberdayakan. Merujuk pendapat Dubois dan Miley di atas, pada prinsipnya pemberdayaan adalah sebuah “proses menjadi” bukan sebuah “proses instant”, yang mempunyai tiga tahapan, yaitu: penyadaran, pengkapasitasan, dan pendayaan.

(14)

Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa pemberdayaan masyarakat pada dasarnya diarahkan pada penciptaan kondisi yang menjamin kelangsungan setiap upaya peningkatan pemerataan pendapatan masyarakat dengan pariwisata sebagai penyumbang dalam perekonomian masyarakat lokal. Dalam penelitian ini, teori pemberdayaan digunakan untuk membantu menganalisis permasalahan ketiga yaitu merumuskan upaya peningkatan partisipasi masyarakat dalam Festival Pesona Pulau Serangan.

2.4 Model Penelitian

Festival Pesona Pulau Serangan merupakan salah satu program unggulan yang dimiliki oleh Pemerintah Kota Denpasar dengan tujuan untuk memperkenalkan potensi wisata yang ada di Kelurahan Serangan, dan meningkatkan perekonomian melalui partisipasi masyarakatnya. Festival Pesona Pulau Serangan ini dapat menjadi titik tolak pengembangan pariwisata berbasis masyarakat di Kota Denpasar yang akan memberikan dampak ekonomi, budaya dan lingkungan masyarakat di Serangan. Kegiatan Festival Pesona Pulau Serangan diharapkan menumbuhkan motivasi dan partisipasi masyarakat sesuai potensi yang dimiliki. Penyelenggaraan Festival Pesona Pulau Serangan diharapkan dapat memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan partisipasi masyarakat.

Dengan analisis data menggunakan analisis deskriptif kualitatif maka akan dijawab rumusan masalah yang terkait dengan bentuk-bentuk partisipasi masyarakat Serangan dalam Festival Pesona Pulau Serangan, faktor-faktor yang

(15)

memotivasi masyarakat Serangan untuk berpartispasi dalam Festival Pesona Pulau Serangan dan upaya-upaya peningkatan partisipasi masyarakat Serangan dalam Festival Pesona Pulau Serangan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan rekomendasi kepada Pemerintah Kota Denpasar serta masyarakat di Serangan tentang partisipasi masyarakat. Untuk lebih jelasnya model penelitian dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Model Penelitian Keterangan garis :

Hal-hal yang dominan/mempengaruhi Saling berinteraksi

Satuan-satuan pokok pikiran Pariwisata Berbasis Masyarakat Potensi Kelurahan Serangan Festival Pesona Pulau Serangan Konsep : - Partisipasi Masyarakat - Festival Pesona Pulau Serangan - Kota Denpasar LandasanTeori : - Partisipasi - Motivasi - Pemberdaya an Peningkatan Partisipasi Pemerintah Kota Denpasar

Bentuk – bentuk Partisipasi Analisis Deskriptif Kualitatif Rekomendasi Faktor- faktor Motivasi Upaya- upaya Peningkatan Partisipasi

Referensi

Dokumen terkait

Pada saat transformator memberikan keluaran sisi positif dari gelombang AC maka dioda dalam keadaan forward bias sehingga sisi positif dari gelombang AC tersebut

Kementerian Perhubungan Indonesia, melalui Jurnal Proyeksi Pergerakan Pesawat Internasional dan Domestik pada tahun 2019, mengatakan bahwa prediksi laju perkembangan

Tujuan dari skripsi ini adalah ingin melihat interaksi para fans JKT48 yang membuat sebuah kelompok dan memunculkan makna-makna yang terbangun dan diinteraksikan dalam kelompok

ini menunjukkan bahwa genus Acinetobacter mampu menghasilkan enzim amilase dan enzim katalase, serta memanfaatkan karbohidrat sukrosa dan sitrat sebagai

Kompetisi Matematika SMA ke-26 Tahun 2011 yang akan diselenggarakan oleh MGMP Matematika SMA Provinsi DKI Jakarta ini merupakan wahana bagi pengembangan

ketergantungan (adiktif) terhadap narkoba, diharapkan ada rasa takut dalam diri pengguna untuk melanjutkan kebiasaan mereka; b) kembali pada ajaran agama. Bila pengguna

Peningkatan daya tertinggi terjadi pada rpm 5000, yaitu sebesar 0.4 Hp dari yang awalnya 5.2 Hp saat menggunakan valve head tulip menjadi 5.6 Hp saat menggunakan valve

Biomineral Zn lysinate di dalam rumen akan meningkatkan jumlah dan aktivitas mikrobia rumen sehingga kerja rumen akan lebih efektif untuk mendegradasi secara