• Tidak ada hasil yang ditemukan

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN"

Copied!
70
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1 LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN Perawatan Bayi Baru Lahir Menurut Perspektif Budaya Suku Batak Toba di

Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir oleh

Juliana Friska Pandiangan

Saya adalah mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang sedang mengadakan penelitian di Kecamatan Pangururan Kabupaten Samosir sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan

Adapun tujuan penelitian ini adalah mengetahui perawatan bayi baru lahir yang dilakukan menurut perspektif budaya suku Batak Toba.

Saya mengharapkan partisipasi saudara dalam menjawab pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan dengan murni dan dari hati nurani saudara sendiri tanpa ada pengaruh dari orang lain. Informasi yang saudara akan dipergunakan untuk pengembangan kualitas pelayanan keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Identitas dan informasi yang saudara berikan akan dijamin kerahasiaannya.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat sukarela, saudara bebas untuk ikut serta menjadi partisipan penelitian atau menolak tanpa ada sanski apapun.

Jika saudara bersedia menjadi partisipan penelitian ini, silahkan saudara menandatangani kolom ini.

Tanda tangan : Tanggal : Kode :

(2)

LAMPIRAN 2 KUESIONER DATA DEMOGRAFI

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR MENURUT PERSPEKTIF BUDAYA BATAK TOBA DI KECAMATAN PANGURURAN KABUPATEN

SAMOSIR 2010

1. No. Partisipan :

2. Nama (Inisial) :

3. Usia : ... tahun

4. Agama :

Kristen Protestan Islam

Katolik Hindu

Budha Lainnya, Sebutkan : ...

5. Pendidikan :

Tidak Sekolah SMA/Sederajat SD/Sederajat Akademia/Perguruan SMP/Sederajat 6. Pekerjaan : Pegawai Guru Petani Lainnya, Sebutkan : ... 7. Jumlah Anak :

(3)

LAMPIRAN 3 PANDUAN WAWANCARA

PERAWATAN BAYI BARU LAHIR MENURUT PERSPEKTIF BUDAYA SUKU BATAK TOBA KECAMATAN PANGURURAN

KABUPATEN SAMOSIR

1. Bagaimana perawatan organ tubuh pada bayi baru lahir menurut perspektif budaya Batak Toba?

2. Bagaimana perawatan tali pusat pada bayi baru lahir menurut perspektif budaya Batak Toba?

3. Bagaimana perawatan higiene pada bayi baru lahir menurut perspektif budaya suku Batak Toba?

4. Bagaimana mempertahankan agar bayi baru lahir tidak kedinginan menurut perspektif budaya Batak Toba?

5. Bagaimana mempertahankan bersihan jalan nafas pada bayi baru lahir menurut perspektif budaya Batak Toba?

6. Bagaimana pemenuhan nutrisi (ASI eksklusif atau makanan tambahan) pada bayi baru lahir menurut perspektif budaya Batak Toba?

7. Bagaimana pemberian imunisasi/kekebalan pada bayi baru lahir menurut perspektif budaya Batak Toba?

8. Bagaimana perawatan khusus lainnya pada bayi baru lahir menurut perspektif budaya Batak Toba?

(4)

LAMPIRAN 4 TRANSKIP DATA PENELITIAN

Partisipan 1

Peneliti : Songon dia do dibahen tu angka na baru tubu? Adong inna dibahen tu api?

(Bagaimanakah merawat bayi baru lahir? Katanya ada dibuat ke api?)

Partisipan 1 : Bege majo! Molo najolo adong do e...natua-tua najolo goarna sibaso, songon nuaeng bidan, nuaeng bidan najolo sibaso do goarna, natua-tua na marbinoto-boto. Jadi, dialapi ma i, misalna songonna marsogot partus dijou ma I, dialapi ma i. Inanta on lao hipas ma inna ma, diingani ma on. Naeng dua borngin nai pe lao tubu, ingkon ingananna do i. (Dengarlah! Kalau itu adanya e...orangtua dulu namanya

sibaso, mungkin seperti bidanlah, sekarang bidan, dulu

sibasonya namanya, orangtua yang pintar. Jadi dia dijemputlah, misalnya besok akan melahirkan, dipanggil dan dijemput. Ibu ini mau melahirkan katanya, ditunggui lah dia. Dua hari sebelum melahirkan pun harus sudah dijagai ibu ini)

Peneliti : Oh..ido ate oppung! (Oh, iya ya opung)

Partisipan 1 : Ido, dang tinggalhononna i. Tikma, dapot ma tingki na, partus ma, imana ma na mangurupi antong.

(Iya, tidak akan ditinggalkan. Maka tepatlah waktunya melahirkan, dialah yang menolong.)

Peneliti : Olo. (Iya.)

Partisipan 1 : Pas ma songon bidan i dibahen. Dibahen songoni, dangi! Ima tubu ma, jadi molo maneat pusok nai. Jadi adong do antong najolo dibahen sisik ni bulu.

(Persis seperti yang dilakukan bidan. Dibuat seperti itu. Lahirlah, jadi kalau memotong pusatnya. Jadi menggunakan sisik bambu.)

Peneliti : Sisik ni bulu? (Sisik bambu?)

Partisipan 1 : Sisik ni bulu, diboan, ittor diboan hian do i, mamotong pusok na i. Ittor i do dibahen, diseat dibahen tolu jari

(5)

songon on (menunjukkan tiganya) sian i bah gadongma sangkalanna.

(Sisik bambu, dibawa, itu sudah langsung dibawa, memotong pusatnya. Dipotong dibuat tiga jari jaraknya darisitu dan ubi sebagai landasannya.)

Peneliti : Sian pusok na i?

(Dari pusatnya tersebut?)

Partisipan 1 : E..ima, diseat ma, jadi nung disseat diikat ma. (E..begitu, dipotong, jadi setelah dipotong maka diikat) Peneliti : Diikat do ate?

(Diikat ya?)

Partisipan 1 : Diikat do, so adong ubatna. (Diikat, tidak ada obatnya)

Peneliti : Songon dia do cara mangingkat na? Dang adong husus-husus na? digulung songoni, nang ganjang-ganjang diikat, songon di do?

(Bagaimana cara mengikatnya? Adakah cara khusus? Digulungkah, atau panjang-panjang)

Partisipan 1 : Diikat ma, ahado di bahen rambu ni ulos tusi. (Diikat, dibuat jimbai ulos)

Peneliti : O..oh..

Partisipan 1 : Tusi, ulos bulak i. Ido dibuathon dua biji, dirappingkon. (Diputuskan dua buah dari ulos bulak)

Peneliti : Mmm..

Partisipan 1 : Rambu ni ulos i do. (Jimbai ulos yang dibuat)

Peneliti : Boasa ingkon rambu ni ulos, boasa dang tali-tali biasa? (Mengapa harus jimbai ulos, mengapa tidak tali-tali biasa?) Partisipan 1 : Dang binoto! Ba ido nabinotona, dangi?

(Tidak tahu! Itulah yang saya tahu) Peneliti : Dang adong husus-husus na?

(6)

Partisipan 1 : Olo. Rambu ni ulos i asa songon on. Olo, jadi diikat ma i. Jadi adong do antong pitu borngin asa maputik, adong do tolu borngin, ima.

(Iya. Jimbai ulos itu supaya seperti ini. Iya, jadi diikat lah. Jadi ada tujuh hari supaya lepas, ada yang tiga hari)

Peneliti : Aha do ubatna dibahen? (Apakah obatnya dibuat?)

Partisipan 1 : Molo ubatna, ditutung ma aha e.., abit nabirong i, e...e. (Kalau obatnya, dibakar apa e.., kain hitam, e..e..)

Peneliti : Abbit na birong? Dihahua mai?

(Kain yang hitam? Diapakankah kain tersebut?)

Partisipan 1 : E..e.. dapot ma, dibahen ma songonon tu pusok na mapulpul on, ido obatna, dibuatma abu nai, ido disollophon hu bagas. Ido dibahen ubatna.

(E..e.., dibuatlah ke pusatnya yang lepas tersebut, itulah obatnya, abunya disapukan ke pusatnya, dimasukkanlah kedalam. Itulah dibuat obatnya.)

Peneliti : Jadi dang pola mahua be i ate? (Apakah tidak terjadi apa-apa?) Partisipan 1 : Dang boha.

(Tidak ada)

Peneliti : Mang na marmera-mera, nang na songonna boha songonna boha.

(Atau merah-merah, atau hal lain?) Partisipan 1 : Dang adong, sehat do bayi i.

(Tidak ada, bayi tersebut sehat.) Peneliti : Ido ate.

(Iya ya.)

Partisipan 1 : Jadi halakkon songoni do, sude anakkonhu. Songoni do. (Jadi semua anak-anakku saya lakukan seperti ini)

Peneliti : Songoni do dibahen ate. Huingot na masa i isi tubu dibahen tu api? (Seperti itu dibuat. Bagaimana yang setelah lahir dibuat ke api?)

Partisipan 1 : Oh boi do i. Maksudna molo dibahen i unang logam-logamon.

(7)

(Oh bisa. Maksudnya kalau dibuat itu supaya tidak

logam-logamon)

Peneliti :Aha logam-logamon? Osang-osangon? (Apa itu logam-logamon? )

Partisipan 1 : Olo. (Iya)

Peneliti : Dibahen ma tu api. Aha ma didok hatana dibahen tu api i? (Dibuat ke api. Apakah ada kata-katanya dibuat ke api tersebut)

Partisipan 1 : Didokma “buat ma on begu, molo dang di ho ba di ahu ma on”. Ima songonima, ima ubatna.

(Dikatakan ambil ini setan, kalau engkau tidak mau ini menjadi milik saya. Inilah obatmu)

Peneliti : Oido (Oh iya)

Partisipan 1 : Unang songon nuaeng, asa unang sangkot-sangkot ina. Hah..hah.. ina, kan olo pas marumur hurang sabulan songonna tegang-tegang, ahado goar nai, molo di ruma sakkit? Dangi.

(Seperti sekarang supaya jangan tergantung-gantung katanya. Hah..hah..katanya, kan kalo sudah berumur kurang sebulan sepertinya tegang-tegang, apa namanya kalau di rumah sakit? Iya kan.)

Peneliti : Mmmm, songgot-songgot. (Mmmm, terkejut-terkejut)

Partisipan 1 : Jadi molo najolo ima, isi sae dididi, dibukkus. Ima ubatna inna. Timus i, kan unang olo songgot-songgot.

(Jadi itulah. Selesai itu dimandikan, dibungkuslah. Inilah obatmu katanya. Asap itulah supaya jangan terkejut-terkejut)

Peneliti : Tu timus i ate? (Ke asap itu ya?)

Partisipan 1 : Ido, dakdanak on, ima. (Iya, bayi itu)

Peneliti : Adong do dilean gabbiri, isi tubu? (Ada diberi kemiri, setelah lahir?)

(8)

Partisipan 1 : O.

Peneliti : Isi tubu tor diparidi do isi tubu?

(Apakah setelah lahir bayi langsung dimandikan?)

Partisipan 1 : Bege majo, gabbiri i asa kaluar do angka nakotor sude angka selama di kaddungan, kan mudar do diallangi.

(Dengarkan dulu, kemiri itu supaya keluar semua kotoran selama bayi di kandungan, darah yang dimakan)

Peneliti : Jadi dilean ma gabbiri i isi tubu? (Jadi begitu lahir diberi kemiri?)

Partisipan 1 : Isi tubu, sae dipotong pusok nai, dididi. Ittor dibahen gabbiri, ilean alangon na, dangi, nunga adong dua ari kaluar ma sude.

(Begitu lahir, setelah dipotong pusatnya tersebut, dimandikan. Setelah diberi kemiri, diberi kemiri, setelah dua hari keluarlah semua)

Peneliti : Piga godang ma dilean gabbiri i diallang? (Seberapa banyak kemiri tersebut diberikan?)

Partisipan 1 : Piga godang ma, songon nuaeng bohama, nasaon (mengepalkan tangan). Dihilhilma.

(Seberapa banyak, ya bagaimanalah, segini. Dikunyahlah.) Peneliti : Jadi na manghilhil?

(Jadi siaa yang menguyah?)

Partisipan 1 : Omakna ma. Ise do? Dihilhilma, dilean ma tu dakdanak i. dilean ma. Molo adong manang dua ari ima kotoran ma kaluar denggan, kaluarma holan mudar kotoran on. Mudar do najolo kotoran dakdanak da.

(Ibunya. Siapa lagi? Dikunyah dan diberikan ke bayi tersebut. Kalau sudah ada dua hari, maka kotorannya lancar keluar, kotorannya berupa darah. Darahlah kotoran bayi.) Peneliti : Ido ate? Adong dope nalain-lain dilean?

(Iya ternyata. Adakah yang lain yang diberikan?) Partisipan 1 : Dang adong, i nama.

(Tidak ada, hanya itulah.)

Peneliti : Misalna adong inna manganggap-anggapi? (Misalnya ada katanya bergiliran-giliran menjaga) Partisipan 1 : Nuaeng na manganggapi, nuaeng pea dong do.

(9)

(Sekarang pun yang bergiliran menjaga masih ada.) Peneliti : Dianggapi piga ari do?

(Berapa hari dijaga bergilir?)

Partisipan 1 : Ai lomo na do, lomo ni kaluarga, alai ipe biasana saminggu.

(Terserah, terserah keluarga, ada yang sampai sebulan) Peneliti : Adong do syarat-syarat na dianggapi songoni?

(Adakah syarat-syarat untuk dijagai bergilir tersebut?) Partisipan 1 : Ba najolo dihuta molo nga adong pitu ari natubu, dijou do

parhuta i mangan.

(Kalau sudah ada tujuh hari setelah kelahiran, sekampung akan dipanggil untuk makan)

Peneliti : Dijou parhuta i mangan? Alani aha do i dijou? (Sekampung dipanggil makan? Mengapa dipanggil?)

Partisipan 1 : Esek-esek ni si usok ina molo baoa, molo boru esek-esek ni si butet ina.

(Esek-esek si Ucok katanya kalau laki-laki, kalau perempuan esek-esek si Butet katanya.)

Peneliti : Boasa ingkon maresek-esek? (Mengapa harus maresek-esek?) Partisipan 1 : Ima alani las ni rohana.

(Karena rasa sukacita yang dirasakan) Peneliti : Patuduhon las nirohana?

(Menunjukkan sukacitanya?)

Partisipan 1 : Jadi tubu ma anakkonna, las rohana. Adong sibahenonna, jae anggo soadong dang dibahen i. Aha bahenon molo songonna dang adong hepengna manuhor manuk sada sontona. Ale molo adong do, ba ima olo do dipotong babi, dangi. Ba ima.

(Jadi lahirlah anaknya, senang hatinya, ada yang mau diberinya, jadi kalau tidak ada tidak diadakan itu. Apa yang mau dibuat kalau tidak ada uangnya membeli seekor ayam contohnya. Tapi kalau ada, akan dipotong babi.)

Peneliti : Adong ina digurdaki tu jabu ni, maronan-onan. (Ada lagi diketuk pintu rumah, berjualan)

(10)

Partisipan 1 : Oh, molo najolo dihuta, molo adong naeng-naeng dua bulan naeng tubu, e.. diboan inang na i, diboanma maronan, diatusi ho do nuaeng? Molo adong dua bulan naeng tubu diboan ma tu onan on, nang adong do hepengna manuhor si bahut. Dangi. On ma sibahut, ina ma, mulak ma tu huta. Adong do dang pola diboan maronan. Ido.

(Oh, kalau dulu dikampung, sekitar umur dua bulan lagi akan segera lahir, e,,dibawa ibunya, dibawa ke pasar, mengertikah kamu? Kalau sudah dua bulan sebelum melahirkan dibawalah ke pasar, ada uangnya dibeli lele. Inilah lelemu katanya. Pulanglah ke rumah. Ada juga yang tidak dibawa ke pasar.)

Peneliti : Adong muse kan oppung, sian buku-buku nijaha molo dibahen ma tu sungai, adatna inna misalna begitu lahir ibana ittor di pamandi do manang daong?

(Ada lagi kan opung, dari buku-buku kami baca dibuat ke sungai, adatnya katanya misalnya begitu lahir langsung dibawa mandi atau tidak?)

Partisipan 1 : Ido. (Iya)

Peneliti : Paiason bayi nai kan marmudar-mudar do kaluar. (Membersihkan bayi tersebut, kan berdarah-darahnya bayinya keluar.)

Partisipan 1 : Ba isi lahir dididi ma da. Na di huta-huta i dope, sibaso na hudokkon on, dididi do natubu, dibahen aek las, adong dibaen bunga raya, molo adong bulung sona i.

(Ya, setelah lahir langsung dimandikan. Dan juga dibuat daun Sona.)

Peneliti : Bulung ni sona dibahen tu daging na i? (Daun Sona dibuat ke tubuhnya?) Partisipan 1 : Tu paridian na i.

(Ke air pemandiannya)

Peneliti : Jadi molo na dison nai (kepala), aha do dibahen, lada? (Jadi kalau yang di kepalanya, apa yang dibuat?)

Partisipan 1 : Ido songoni ido, molo ro oppung nai dibursik, di sibburi dibahen debban.

(Seperti itulah, kalau datang opungnya akan disembur, dibuat sirih.)

(11)

(Apalagi bahan yang lain?)

Peneliti : Dang adong debban dohot napuran i, e..e..gabbiri. (Kalau ada sirih dengan napuran tersebut, e..e..kemiri) Partisipan 1 : Gabbiri, pining, hapur, dibursik, oppungna ma i tu diana

dibursik. (Kemiri, pinang, kapur sirih, disemburlah ke bayinya)

Peneliti : Tu sonna on, ulu naon. Boasa dibursik? (Ke kepalanya tersebut. Mengapa disembur?) Partisipan 1 : Ai ima adatna haroa.

(Itulah adatnya) Peneliti : Ahado makna na i?

(Apakah maknanya?) Partisipan 1 : Dang binoto ba, he..he..

(Tidak tahu) Peneliti : Gabe songon dia?

(Mengapa seperti itu?)

Partisipan 1 : Molo didokkon halak i, asa pir tondina. Asa olo pajjang umurna, ima hata natua-tua najolo molo diboan pe mamulus dang dang aha be, dang be songgot-songgot on jadi goarna pagar ma.

(Kalau dikatakan orang, supaya keras jiwanya. Supaya panjang umurnya, itulah kata-kata orangtua yang dulu kalau ada pun setan yang lewat tidak, tidak terkejut lagi, inilah namanya penjaga.)

Peneliti : Pagar do ate?

(Penjaga namanya ya?)

Partisipan 1 : Molo nuaeng di ruma sakkit, ubat najolo pagar. Nuaeng pe adong pe ingkon tulangna manggutting obut na i, ima najolo. Dipukkahoni. Molo anak pertama, baoa anak pertama ingkon tulangna ma antong mamangkas obutna on. (Kalau sekarang di rumah sakit obat, dulu penjaga. Sekarang harus tulang yang menggunting rambutnya. Itulah dulu, pertama-tama. Kalau anak pertama, laki-laki anak pertama harus tulangnya yang memangkas rambutnya.) Peneliti : Oh, ba ido ate? Boasa ingkon tulangna?

(Oh, begitu? Mengapa harus tulangnya?)

Partisipan 1 : Ba ido asa idokkon ama do tulang. Ima tandana, muse tulang do tondina antong.

(12)

(Ya itulah makanya dikatakan Bapak adalah tulang. Itulah tandanya dan tulang adalah penguasa roh bayi tersebut.) Peneliti : Baru dibahen muse angka jarango kan?

(Lalu dibuat lagi jarango kan?)

Partisipan 1 : O ido. Boi do i. Ima ubatna, angka alogo-alogo doi. (O iya. Bisa itu. Itu adalah obatnya, angin-angin tersebut.) Peneliti : Angka jarango, dibohahon do jarango i, dikalungkon do?

(Semua jarango, bagaimana dan diapakan jarango tersebut, dibuat jadi kalungkah?)

Partisipan 1 : Hah, boi ma. Molo najolo antong dakdanak olo do logam-logamon, hah..hah..., ina. Songgop-songgop ma goarna i, ima ina ubatna, jarango i, molo aha dibahen tu tangannai. Molo daong dibahen tu rungkung nai.

(Hah, bisalah itu. Kalau dulu bayi mau logam-logamon, Hah..hah..katanya. Didatangi hantu namanya, itulah obatnya, jarango tersebut, kalau pun dibuat ke tangannya. Kalau tidak dibuat ke lehernya.)

Peneliti : Kan adong do muse bonang si tolu warna i. (Kan ada lagi benang dengan tiga warna)

Partisipan 1 : Adong, sitolu rupa, nabottar, nabirong, namera. Ima dipilin dibahen tali na diikat ma. Nyon ma nyan jarango on kan, diikatma songoni, ima dibahen golang-golangna. Jadi kan gok do palasik, najolo adong do songoni ale dang binoto mandok palasik. Unang ro alogo-alogo ina, jadi ima panjaga na, jarango na i.

(Ada, tiga warna, yang putih, hitam, dan merah. Maka dipilinlah, dibuat talinya, diikatlah. Inilah misalnya jarangonya, diikatlah seperti ini, maka dibuatlah gelangnya. Jadi kan banyak palasik, dulu tidak tahu mengatakan palasik. Supaya jangan datang angi-angin katanya, jadi jarango tersebut sebagai penjaga)

Peneliti : Adong do muse dibahen suri dohot kasa? (Ada lagi dibuat sisir dan kaca?)

Partisipan 1 : Jadi tu na partusi ma i, unang olo dijonoki.

(Jadi kepada yang melahirkan, supaya tidak didekati.) Peneliti : Tu omaknai do?

(13)

Partisipan 1 : Molo partus ahu, pas do i ittor adong do kasa na balga dibahen oppungmu, unang olo marnipi i.

(Kalau saya melahirkan, tepatlah langsung diambil kaca yang besar dibuat opung dulu, supaya tidak bermimpi) Peneliti : Baru ingkon martataring do ake najolo ate oppung? Boasa

ingkon martataring?

(Lalu harus membuat perapian opung? Mengapa harus dibuat perapian?)

Partisipan 1 : Umbagak badanni napartus, ima. Tu na partus i, bagak badanna molo marapi soban, ale anggo arangon do dang adong kuat daging i angka napartus i.

(Lebih bagus badan yang melahirkan, itulah. Kepada yang melahirkan tersebut, bagus badannya kalau dibuat perapian kayu bakar, tapi kalau pakai arang tidak terlalu kuat badan Ibu yang baru melahirkan.)

Peneliti : Asap nai dang gabe mongkol tu natubu i?

(Asapnya tersebut apakah tidak menyumbat pernafasan bayi baru lahir tersebut?)

Partisipan 1 : Dang..dang adong adong i. Songon iba ma nai, apala api disi mangan do iba dison, dabu ma hodok niba i. songoni, ido. Mangalang sup mangalang iba huhut ma galak api disi, minum tuak minum alkohol.

(Tidak, tidak ada. Seperti saya, disitu api, saya makan disini, keringat saya berjatuhan, seperti itu. Makan sup, makan sambil api nyala, minum tuak dan minum alkohol.) Peneliti : Minum tuak do ate opung? Boasa minum i opung?

(Minum tuak ternyata ya, Nek? Mengapa meminum itu, Nek?)

Partisipan 1 : Ba ido asa kuat, asa godang hua ni on. Tuak ma diminum dohot alkohol, memperbaiki ASI.

(Ya supaya kuat, supaya banyak air susu. Tuaklah diminum dengan alkohol, memperbaiki ASI.)

Peneliti : Piga hali sadari? (Berapa kali sehari?)

Partisipan 1 : Ai molo boi do i diminum dua hali tuak dohot bir itam i. (Kalau bisa diminum dua kali tuak dan bir hitam tersebut.) Peneliti : Tuak baru bir itam i?)

(14)

Partisipan 1 : Molo iba dangi, molo adong sapulu ari ittor mangalang tolor do. (Kalau saya, ada sepuluh hari langsung makan telur)

Peneliti : Mangalang tolor? (Makan telur.)

Partisipan 1 : E.. satonga masak dohot anggur diosop-osop mai. (E..setengah masak dengan anggur, dihisap-hisaplah) Peneliti : Tudia ma gunanai?

(Ke manalah gunanya itu?)

Partisipan 1 : Gunanai mambaen sehat. Jadi nuaeng molo sonari, bayangkonnma sabolas hutubuhon, tolu do haroa gelleng na i, nga mangurgot-urgot. Jadi gellenghu sapulu sada hutubuhon, i molo i parinta opung hian ma i.

(Gunanya membuat sehat. Jadi sekarang, bayangkanlah sebelas kulahirkan, tetapi sekarang anaknya hanya tiga, sudah mengeluh. Jadi anak saya ada sebelas saya lahirkan, kalau itu perintah orangtualah itu.)

Peneliti : Adong do muse hebege nung pitu ari ina-ina na partus i. (Ada juga kudengar setelah tujuh hari Ibu yang melahirkan tersebut.)

Partisipan 1 : Ale na mangallang tolor i, setiap partus au, songoni do hu ulaon, molo nga adong sapulu ari tor hu tuhor do tolor , hu kosok dohot anggur, sebelum mangan sebelum sarapan tor hu minum ma i apala satonga galas. Ima jai nung adong manang na sabbil marsisilu songoni, ittor kuluar ma angka na kotor, sipata naeng marbirong-birong ma kaluar, sipata sahera natata ma. Molo dang boi marapi, mararang ma. Boi do muse i.

(Tapi makan telur tersebut, setiap saya melahirkan, seperti itulah kulakukan, kalau sudah ada sepuluh saya beli telur, saya kocok dengan anggur, sebelum makan sebelum sarapan langsung saya minum itu setidaknya setengah gelas. Itulah jadi sambil memanaskan badan di dekat api, langsung keluar yang kotor, kadang-kadang kehitam-hitaman keluar, seperti yang mentah. Kalau tidak berapi, memakai aranglah. Bisa juga itu.)

Peneliti : Balga-balga do api i dibaen? (Besar apinya dibuat?)

(15)

Partisipan 1 : Soban ingkon nasa-nasa i, molo sabulan na i naeng i, nga lao iba mangalului soban ido. Asa adong parsisiluonhu. Ima. Jadi aha do dope?

(Kayu bakar harus sebesar ini, kalau sebulan lagi akan melahirkan, sudah pergi mencari kayu bakar. Supaya ada perapian saya. Itulah. Jadi apalagi?)

Peneliti : Jadi aha misalna tu matana i, tu kulitna? (Jadi ke matanya tersebut, ke kulitnya?)

Partisipan 1 : Oh, molo i dang huboto. Oh gabbiri i do di bursikkon, ibaratna obat ni tubu-tubu na i, ima dihilhili. Molo godang tubu-tubu ni dakdanak i, gabbiri natata dihilhili holan i dibahen naeng lima ari tor malum ma i.. molo campak pe dang pola marsuntik, manuk na birong ma dibuat, ima dilean. Najolo molo sangkappon gelleng na i. dang adong marsuntik, santan kalapa i do. Dituhor ma ayam dibahen masak sup, ima ubatnaa. Ima poga-poga warna itam patna, warna itam bulu na.

(Oh, kalau itu tidak kutahu. Oh iya kemiri disembur, ibaratnya obat tubu-tubu, itu yang dikunyah. Kalau banyak

tubu-tubu bayi tersebut, kemiri yang mentah dikunyah,

hanya itu dibuat, setelah lima hari sembuhlah. Kalau campak, tidak perlu injeksi, ayam yang hitam diambil, itulah dikasih. Dulu kalau sangkapon bayinya, tidak perlu dibawa untuk injeksi, santan kelapa dibuat. Ayam dibeli dan dimasak sup, itulah obatnya. Dan poga-poga di kepala, warna hitam kakinya, warna hitam bulunya.)

Peneliti : Ima antong si telitihon on. Alana songon on opung.mamereng fenomena-fenomena kesehatan on kan, adong do na porlu si adopsion, sipeliharahonon. Ima dipilah-pilah mai antong, na ido ma porlu sibahenon tu jolma nuaeng on songoni, jolma najolo-najolo. Manurut suku batak i hian naeng mamelihara kebudayaan on hita, unang lupa iba tu adatna.

(Itulah yang perlu diteliti, karena seperti melihat fenomena kesehatan kan, ada yang perlu diadopsi, dipelihara. Dipilah-pilah.)

Partisipan 1 : Molo najolo marapi, marsisilu, soban ima jadi ina mambaen kuat ina-ina na partus, ala ngaliando inna na partus. Najolo bege, songon ho ma i, kan hurang do parbadanon mu partus ma diatur ma tu angka napartus on, marsisilu ma marsup mangalang an, boi do muse marumur lima bulan dakdanak on gabe tabba mokmokna. Ima najolo. Molo diurus bandanna, ittor diurus ma on, marsisilu, mangalang sup. Minum angka minum-minuman.

(16)

(Jadi kalau intinya, membuat perapian, kayu bakar membuat kuat Ibu yang melahirkan, karena yang baru melahirkan merasa kedinginan. Begini, seperti kamu inilah, kurangnya badanmu, tapi itu bisa diatur, perapian tadi, makan makanan sup, akhirnya bisa setelah berumur lima bulan bayinya akan bertambah gemuknya. Itulah. Kalau diurus badannya, dan langsung tanggap untuk mengurus, perapian, makan sup. Minum segala minum-minuman.) Peneliti : Jadi sonari idia ma na dipakke?

(Jadi sekarang yang mana lagi yang dipergunakan?) Partisipan 1 : Bah songon ima.

(Seperti itulah)

Peneliti : Jadi paiashon baba nai songoni? (Jadi membersihkan mulutnya?) Partisipan 1 : Adong, aha dibahen obutni omaknai.

(Ada, dibuat rambut ibunya.) Peneliti : Boha ma i dibahen?

(Bagaimana dibuat?)

Partisipan 1 : Kan marbottar do olo babani dakdanak on kan, nyonma obutni kan, dikorekkon buti, dioles do i.

(Mulut bayi yang baru lahir keputih-putihan, rambut kita ini yang dioleskan.)

Peneliti : Jadi molo so ganjang do obutna? (Jadi kalau rambutnya tidak panjang?)

Partisipan 1 : Diusaha hon ma da. Ale ipe molo pendek hian obut niba songoni ba ni aha on buti jadi nunga beda pabbuaton hami tu nuaeng hamu naposo nuaeng. Ale misalna so adong pe obut bulu ni manuk i dipapungu tolu bulu ni manuk i kan. (Diusahakanlah. Tapi kalau pendek pun rambut kita, diambilkan saja begitu. Itu pun kalau tetap tidak bisa maka bulu ayam dikumpulkan tiga helai.)

Peneliti : Oido ate? Aha nai abitna boha do dibahen? Natipis do, boha do?

(Oh iya ternyata ya? Jadi pakaiannya apa dibuat?)

Partisipan 1 : Abbitna, olo dang marsorbet holan on do molo adong mandar ni omaknai dibahen mandar omakna i. ima. Bungkus ni pusok nai, dang adong dibahen holan diikat do songoni dang margarita i, dang marlappin.

(17)

(Pakaiannya, mau tidak menggunakan serbet hanya sarung ibunya. Hanya bungkus pusat yang dibuat, diikat, kadang tidak memakai gurita, tidak berlampin.)

Peneliti : Jadi dang ngalian?

(Jadi apakah tidak kedinginan?)

Partisipan 1 : Dang marlappin, langsung do tu mandar dibukkushon do buti, apalagi iba dang binoto be manang naboha dibahen inong ba iba. Nyon ma abitna, baen ma gellengna songoni, ima salang-salang do dibagas hodokkonma hira-hira jam tolu dididi ma, dibukkus ma, dibukkus ma muse mandar na asing, di papodom ma rap dohot omakna i.

(Tidak berlampin, langsunglah sarung Ibunya dibungkuskan begitu. Inilah misalnya pakaiannya, telanjang lah di dalam, berkeringat, kira-kira jam tiga dimandikan, dibungkus, dan dibungkus lagi dengan sarung yang lain, ditidurkanlah bersama dengan ibunya.)

Peneliti : Dang adong makna na bina dibahen songoni? (Apakah ada makna sehingga dibuat seperti itu?) Partisipan 1 : Molo najolo asal sehat ma na partus, molo marsisilu.

(Kalau dulu sehat kalau sudah ada berjemur di perapian) Peneliti : Dibahen nangkin tu bagas.

(Dibuat tadi ke dalam.)

Partisipan 1 : Ale marsisilu antong manang dipamasukkonma molo api paposi hu tu dakdanak i.

(Karena berapi bayi dimasukkan ke dalam, supaya api tidak langsung ke bayi tersebut.)

Peneliti : Oh, dakdanak i pe dohot do marsisilu. Ale carana marsisilu dibahen ma tu bagas mandarnai?

(Oh, bayi tersebut pun ikut berapi? Tapi caranya dibuat ke dalam sarung ibunya?)

Partisipan 1 : Olo, dimandarbagashon, diparbagashon songon on ma nyan, nga masuk gelleng na i, api di pudi molo langsung api I tu dakdanak I dang tahan, ai ipe najolo molo borngin dipohol do dakdanak.

(Iya, dimasukkan ke sarung, dimasukkan seperti ini, jika sudah masuk bayinya, api di belakang si Ibu, kalau ke bayi tidak tahan, tapi bayi tersebut pun dipohol.)

Peneliti : Dipohol do ibana, bayi na baru tubu i do? (Dipohol bayi yang baru lahir tersebut?)

(18)

Partisipan 1 : Ai ima. Dipohol, nyon ma api i kan, telanjang ma dakdanak on nyon ma binahen ma songoni mambentuk biar mancung, mambentuk telinga ini. jai sipata, nyon pe dibentuk do songoninon i. dibentuk asa bagak kan molo poso-poso lembek nyon dibentuk unang pissur ngingina sogot, dipohol ma dibentuk ulu ni on. Jadi dibahen ma boras i otik di abit-abitna i, asa bagak ulu nai. Molo boru-boru bagak marsanggul ina, boras do battalna dibahen. (Ya itulah. Dipohol, inilah misalnya api, telanjanglah bayi tersebut. Dibuatlah begitu supaya membentuk biar mancung, membentuk telinga. Jadi kadang-kadang dibentuk seperti ini. Dibentuk supaya bagus, karena anak-anak masih lembek. Dibentuklah supaya tidak ke depan giginya, dipohol membentuk kepalanya. Jadi diambil beras sedikit pada kain, supaya kepalanya bagus. Kalau perempuan supaya cantik memakai sanggul, beraslah bantalnya dikenakan.)

Peneliti : Oh ido ate, songoni do ate dibahen. (Oh, begitu dibuat ya.)

Partisipan 1 : Asa terbentuk kepala na bagus, borasma di bahen. Tu patna dipohol do songoni asa molo baoa ibana ina jago marbola, asa unang kaki O, diikatma dohot serbet nai, jadi boi dibentuk.

(Supaya terbentuk kepala yang bagus, beras dibuat. Ke kakinya dipohol supaya kalau laki-laki pintar main bola, supaya tidak kaki O, diikatlah dengan serbet, jadi bisa dibentuk.)

Peneliti : Jadi molo dibursiki, saat-saat kapan do di bursiki molo ro nangkin opungnana, dibursikma, dohot napurani, dangi, andigan muse dibursik?

(Jadi kalau disembur, saat-saat kapan disembur, kalau datang Kakeknya, disemburlah, dengan sirih, kapan lagi disembur?)

Partisipan 1 : Molo panas, ditingki nung partus dibaen ma parpunguan, songon nuaeng esek-esek na ina molo anak pertama i, dibursiki ma, ro ma opungna.

(Kalau demam, ketika melahirkan dibuat perkumpulan saat

esek-esek kalau anak pertama maka disembur.)

Peneliti : Jadi adong do adatna antong? (Jadi ada adatnya?)

(19)

Partisipan 1 : O ido, mamotong-motong do disi, dibursihi ma ulu ni natubu on, marara ma, pagarna, parsi aek ni utte ina. Ima songonni ma.

(O itulah, mengadakan jamuan, kepala bayi baru lahir tersebut disembur maka merahlah, penjaganya, par si aek ni

(20)

Partisipan 2

Peneliti : Opung au si Juli nabodari, mahasiswa Keperawatan na lao mambaen penelitian do di Pangururan, jadi dapot kabar opung na umboto boha do perawatan ni naposo-poso na baru tubu. Jadi lao manukkun ma jo tu opung boha do haroa perawatan ni poso-poso na baru tubu i opung?

(Nek, saya Juli yang kemarin mahasiswa Keperawatan yang mau membuat penelitian di Pangururan ini, jadi dapat kabar neneklah yang menegetahui bagaimana perawatan bayi baru lahir. Jadi mau bertanya ke nenek bagaimana perawatan bayi baru lahir, nek?)

Partisipan 2 : Oh, maksudna na baru tubu do poso-poso i. (Oh, maksudnya baru lahirnya bayi itu?) Peneliti : Olo opung.

(Iya, nek)

Partisipan 2 : Songonon, najolo lao tingki tubu poso-poso i, jadi dang marbidan.

(Begini, waktu mau lahir bayi itu, tidak dibawa ke bidan) Peneliti : Jadi boha do opung?

(Jadi bagaimana Nek?)

Partisipan 2 : Ulos i digulung. Diikat ulos i ditiopma. Gogo niba do binahen, ba las tubu ma, dipaksama,molo dang boi ba angka sibaso dijou, ba ima mangonjar asa tubu poso-poso i. Gogo niba do antong dibahen. Songoni, jadi pasma tubu. (Ulos digulung. Ulos itu diikat, dan dipegang. Kekuatan kitalah yang dibuat, jadi lahirlah, dipaksalah, kalau tidak bisa, dipanggillah sibaso, jadi dialah yang mendorong supaya bayi itu lahir. Kekuatan kita yang dibuat. Begitulah, jadi lahirlah)

Peneliti : Jadi pas baru tubu, dihahuai ma poso-poso i? (Jadi ketika lahir, diapakanlah bayi ini?)

Partisipan 2 : Nah, molo nga tubu bah dipaias ma, diparidi, dung diparidi ba binahenma tu api i, di aha on buti, nikalilinghon, didokkon ma buaton begu, buaton begu, molo so di ho di ahu ma on. Ningonma tu api i, baru molo lao tu jolo-jolo i, tu dalani, didokkon ma songoni, diahahon tu api i, buaton begu, buaton begu molo so di ho di ahu ma on. Ningonma songoni.

(Nah, kalau sudah lahir dibersihkanlah, dimandikan, setelah dimandikan dibuatlah ke atas api, dikelilingkan, dikatakan

(21)

ambil ini setan, ambil ini, kalau tidak engkau tidak mau, menjadi milikku. Dibilanglah ke api itu, lalu kalau pergi ke teras, ke jalan, dikatakan lagi seperti itu, diapakan ke api itu, ambil ini setan, ambil ini, kalau engkau tidak mau, menjadi milikku. Dibuatlah seperti itu.)

Peneliti : Jadi ahama arti na i opung, dibahen tu api i, diboan tu jolo-jolo i?

(Jadi apa artinya itu Nek, dibuat ke api tersebut, dibawa ke teras?)

Partisipan 2 : Asa aha, asa ima adatna najolo, songoni, asa unang, asa di iba ma, ba molo misalna lao buaton ni aha i, nalewat-lewat i bah dibuat sonari, bah molo daong, bah daong diganggu ibana be, songoni.

(Supaya apa, supaya, ya adatnya, supaya menjadi milik kita, ya kalau misalnya mau diambil apa itu, yang lewat-lewat, ya diambillah sekarang, kalau tidak, tidak diganggu lagi dia, begitu.)

Peneliti : Jadi ndang aha haroa, kan adong hubege kabar asa unang dibuat alogo-alogo i opung, boasa songoni haroa?

(Jadi supaya tidak diambil angin-angin itu Nek, mengapa seperti itu?)

Partisipan 2 : Ima, songoni ma antong. Asa unang dibuat alogo-alogo i, jadi aha muse?

(Itulah, seperti itulah. Supaya tidak diambil angin-angin tersebut, jadi apalagi?)

Peneliti : Jadi molo hubege, dibahen do gambiri, dibahen do manang aha, jadi tu aha ma i opung?

(Jadi kalau kudengar, dibuat kemiri, dibuat bahan lain, jadi bahan apa saja itu Nek?)

Partisipan 2 : Oh. Songonon molo maridi poso-poso niba i, dihilhilma gambiri, paridian nai, binahen ma dohot pusuk ni leung, pitu-pitu pusuk, ima gabbiri dohot leung on ma dibahen ma tu paridianna, baru gambiri i dihilhilma asa lancar kotoranna i, ima diallang pos-poso i, asa lancar kotoranna i, kan molo so lancar antong boido gabe sahit, asa lancar binahenma gambiri tu poso-poso i asa lancar dohot kotoranna i, ido.

(Oh, begini kalau bayi mandi, dikunyahlah kemiri, pemandiannya itu dibuatlah dengan pucuk leung inilah ke pemandiannya, lalu kemiri itu dikunyah supaya lancar kotorannya, itulah dimakan bayi tersebut, supaya lancar kotorannya, kan kalau tidak lancar bisa menjadi sakit,

(22)

supaya lancar dibuatlah kemiri ke bayi tersebut supaya lancar kotorannya, begitu.)

Peneliti : Jadi opung molo pusok nai boha ma bahenon.

(Jadi kalau ke pusatnya tersebut bagaimana dibuat, Nek?) Partisipan 2 : Oh, songonon, molo pusok nai hira-hira dung tubu ibana,

hira-hira tolu jari ni aha ma inon, niputus ma i dohot bambu, bambu ima binaen manggunting i, angka gadong ma sangkalanna. Dungi diikat mai, binahenma bonang mangingkati dibahen ma rabbu ni ulos i, diikatma, ima binahen mangingkat pusok i.

(Oh, begini, kalau pusatnya itu, kira setelah lahir, kira-kira tiga jari dari pusatnya, diputuskan dengan bambu, bambu inilah dibuat menggunting, ubi sebagai landasan, setelah itu diikatlah, dibuatlah benang mengikatnya dengan jimbai ulos, diikatlah, itulah dibuat mengikat pusatnya tersebut.)

Peneliti : Jadi ubatni pusok i?

(Jadi obat untuk pusatnya itu?)

Partisipan 2 : Ah songonon, asa molo maraek pusok i jadi dibuathon ma rabbu ulos i dibakarma i, nung dibakar dibahen ma i obatnai tu pusok nai tu pusok ni poso-poso i asa unang maraek-aek.

(Ah begini, supaya kalau pusatnya tidak lembab diambillah jimbai ulos, dibakarlah, setelah dibakar dibuatlah obatnya ini ke pusat bayi tersebut supaya tidak lembab.)

Peneliti : Jadi dang infeksi opung i, ni kan nga kotor? (Jadi apakah tidak infeksi, Nek?)

Partisipan 2 : So adong marsahit angka ianakon niba, sapulu onom ma na tinubuhon dang adong marsahit songoni do, bah gabe do sude denggan.

(Semua anak saya ada enam belaslah yang sudah kulahirkan tidak ada yang sakit seperti itu, ya bagusnya semua.)

Peneliti : Bah ido ate! Jadi molo aha nai opung dibahen do ina jarango, tolu masam bonang, boha i opung muse.

(Oh begitu. Jadi kalau dibuat jarango katanya, tiga jenis benang, bagaimana itu, Nek?)

Partisipan 2 :Jadi molo anakku, dang pola hubahen songoni alai jarango i ima dihorung-horunghon olo, dibahen tu tanganna i songoni asa angin-angin i antong ina sa mabiar.

(23)

(Jadi kalau anak saya, saya tidak harus membuat seperti itu tapi jarango tersebut bisa dibuat menjadi kalung atau dibuat ke tangannya seperti itu supaya angin-angin menjadi takut.) Peneliti : Jadi bonang na i opung nabirong inna, namera?

(Jadi benang tersebut, yang hitam katanya, yang merah?) Partisipan 2 : Jadi tolu do antong bonang ni Batak najolo warnana, ima

sibirong, si mera, dohot si bottar, ido dibahen jarango i songoni diikathon, molo adong rohana dibahen tu daging ni dakdanak i, jadi molo nahuboto dibursik do i antong.

(Jadi ada tiga benang orang Batak warnanya, yaitu hitam, merah, dan putih, itulah dibuat jarango, diikatkan, juga dibuat ke badan bayi ini, jadi kalau yang saya tahu akan disembur)

Peneliti : Aha do dibursik opung? (Apa yang disembur Nek?)

Partisipan 2 : Dibursikkon, dihilhilma demban, napuran baru lada, baru jahe, baru gambiri dibursik dibahenma buti tu dakdanak i (Bus..) sihapur dang dohot tahe gabbiri sihapur do, lada, pining, dibahen ma napuran i, dihilhil, dung dihilhil bah dibursik molo dakdanak i sampe tu dagingna asa hatop mata na i bukka ingkon dibursik do antong, asa bukka songoni, dibahen mai. Alana i dibahen ma inon asa unang masuk angin, baru dung dibursik dibukkus ma i dohot kain-kain kan, dibukkus asa las antong poso-poso i, ide i. (Disembur, sirih dikunyah, sirih lalu lada, lalu kemiri disembur dibuat ke bayi tersebut, kapur sirih, kapur sirih, lada, pinang, dibuatlah sirih, dikunyah, setelah dikunyah lalu disembur bayi tersebut sampai seluruh tubuhnya supaya cepat matanya terbuka, harus disemburlah, supaya buka, dibuat seperti itu. Karena dibuatlah supaya jangan masuk angin, lalu setelah disembur, dibungkuslah dengan kain-kain, dibungkus supaya bayi tersebut merasa hangat.) Peneliti : Jadi molo aha inna, di ahado dibahen tu api, dibahen tu

patnai, aha do tahe goarna i opung?

(Bagaimana yang dibuat ke api tersebut, dibuat ke kaki, apa namanya itu, Nek?)

Partisipan 2 : Oh songonon, dipohol, ingkon dipohol do antong poso-poso i dibahen ma tangan niba on tu api pas nga panas ni rasa tangan niba on, binahen ma i huhut didampol-dampol mulai sian ulu nai sahat tu daging nai dohot tu daging na sasude, jadi dibahen do antong songoni ( sambil memijat-mijat) asa dang adong masuk angin.

(24)

(Oh begini, dipohol, harus dipijat bayi tersebut, tangan kita diarahkan ke api, setelah kita merasakan panas pada tangan, dibuat sambil dipijat-pijat mulai dari kepala sampai ke seluruh badannya.)

Peneliti : Dibahen do ina muse tu igung na, tu pinggolna? (Bagaimana dengan yang dibuat ke hidungnya, telinganya?) Partisipan 2 : Asa boi antong dibentuk sude igungna asa mancung, ba

dibahen ma antong songoni, baru tu pinggolna i asa bagak pinggolnnai baru binahen do muse sigundal bolon, ahana battal na, adong so adong antong sigundal bolon niba, boras ido binahen saminggu-saminggu i asa bagak berbentuk ulu nai. Ide i.

(Supaya hidung terbentuk sehingga mancung, dibuatlah seperti itu, lalu ke telinganya, supaya bagus telinganya. Lalu dibuat sigundal bolon sebagai bantalnya, jika tidak ada sigundal bolon kita, beraslah penggantinya sampai seminggu supaya bagus bentuk kepalanya.)

Peneliti : Jadi molo pamandihon, nangkin opung pakke aha do ate opung, pakke aek nangali do?

(Jadi kalau memandikan tadi memakai apa Nek, memakai air dinginkah?)

Partisipan 2 : Aek las do antong, aek las dibahen paridianna dibahenma sinakkaning gambiri, dihilhil dibahen tu paridian nai, asa las muse marsisilu do antong na partus, jadi omak nai marsisilu dohot las anakna i, diabing ma antong diabinganna dibukkus ma dohot baju ni omaknai, dibukkus ibana buti, nung dibukkus marsisilu ma omakna i dang boi langsung na poso-poso i, ai dang tahan dope, las na sian omakna i do ma dibahen tu poso-poso i, gabe las ma halak i nadua. I doi.

(Air hangat dibuat sebagai pemandiannya, dibuatlah kemiri, dikunyah, dibuat ke pemandiannya. Supaya hangat maka berjemur ibu-ibu yang baru melahirkan, jadi ibunya berjemur di perapian dan anaknya menjadi hangat, anak tersebut digendong di pangkuannya, dibungkus dengan baju ibunya, dibungkus, setelah dibungkus, ibunya berjemur, tidak bisa langsung bayi itu, karena belum tahan, panas dari ibulah yang menjalar ke bayi, jadi mereka berdua menjadi hangat.)

Peneliti : Aha do goarna i tahe opung? (Apa namanya itu Nek?) Partisipan 2 : Tataring, martataring goarna.

(25)

(Perapian namanya.)

Peneliti : Jadi molo ahana i opung kuku nai? Kan nga tabba ganjang ibana?

(Jadi kalau kukunya, Nek? Kukunya sudah bertambah panjang.)

Partisipan 2 : Oh.

Peneliti : Molo tubu kan sampe dua minggu ibana sampe sabulan songoni, dang digunting haroa kukuna i opung?

(Setelah lahir sampai seminggu atau sebulan, apakah kukunya tidak digunting?)

Partisipan 2 : So adong najolo i gunting i anggia. Ai dibukkus do antong tangannai, dang pola digunting-gunting on i, mabiar do iba. Ai nageleng tanganna i, jadi dang pola digunting, nijaithon do aha i kain-kain i, binahen ma i asa adong sarung tanganna dungi asa aha e, unang digaromahi badanna i, dang pola binahen.

(Tidak digunting. Tangannya dibungkus, tidak perlu digunting, karena masih takut. Tangannya masih sangat kecil, jadi tidak perlu digunting, kain dijahit supaya ada sarung tangannya, apalagi supaya jangan dicakar badannya.)

Peneliti : Jadi molo nga tabba balga saotik nai nga tor diguntingna ate opung?

(Jadi kalau semakin besar sedikit, langsung digunting?) Partisipan 2 :Olo, molo tabba balga dang mabiar be iba manggunting

bah ni baen ma piso i mambuat sisilon nai.

(Iya, kalau semakin besar tidak takut lagi menggunting, pakai pisau mengambil kukunya tersebut.)

Peneliti : Baru ina opung, dibursiki ingkon ise do? (Siapa yang menyembur?)

Partisipan 2 : Mmm.

Peneliti : Aha ma makna na i opung? (Apa maknanya itu?)

Partisipan 2 : Najoloi antong, ima adatna, ala tondini poso-poso i tu tulangna do, ale nang digomgom tondini tulangna i do antong, jadi ipe ingkon anak buha baju do antong. Dibahen mai tu tulangna, ai maraha do antong marsipanganan molo so adong hepeng niba ba boha bahenon ba ingkon buaton

(26)

do lomok-lomok anon tu si, jouon muse tetangga tu si, i do i, adatna do i.

(Itulah adatnya, karena roh bayi tersebut kepada tulangnya, karena dikuasai roh tulangnya bayi tersebut, tapi harus anak pertama. Tulang yang melakukan hal tersebut. Lalu saat itu diadakan acara makan, tapi kalau tidak ada uang, bagaimanalah mau dibuat, karena harus dimasak daging, tetangga diundang. Intinya, itulah adatnya.)

Peneliti : Jadi molo maresek-esek i opung boha haroa i, boasa ingkon adong i dianggapi ibana?

(Jadi kalau maesek-esek itu bagaimana, Nek, mengapa harus dijagai dia?)

Partisipan 2 : Saminggu antong ingkon dianggapi poso-poso i mandongani, jadi bah ingkon ro do antong mandongani halak i. Bah molo adong hepeng ni iba, dibahen siallangan, tar sonari lampet molo najolo antong dang masa lampet, lomok-lomok do dibuathon, dilean ma tu tetangga-tetangga i. Papitu arihon dijou ma, manganma, jadi molo soadong antong hepengna dang pola binahen songoni antong. Ingkon parhepeng ma antong.

(Selama seminggu bayi harus dijaga dan ditemani, jadi harus datang menemani mereka. Kalau ada uang, diadakan acara makan, misalnya kalau sekarang menyediakan kue, kalau dulu harus daginglah disediakan, diberi kepada tetangga. Hari ke tujuh tetangga dipanggil untuk makan, jadi kalau tidak berkecukupan, tidak harus mengadakan jamuan.)

Peneliti : Jadi molo soadong hepengna boha dibahen opung? (Bagaimana kalau yang tidak berkecukupan?)

Partisipan 2 : Molo soadong bah songoni, holan panganggap-anggapi ma disi maraha, mandongan-dongani songoni do.

(Kalau itu, hanya orang yang sudah menjaga disitu menemani.)

Peneliti : Jadi opung molo aha ina e..molo gelleng nai abit nai opung?

(Jadi kalau pakaian bayi tersebut?)

Partisipan 2 : Najolo antong dang pola dibahen abitna, dang songon sonari godang abit angka poso-poso, jadi molo najoloi abitni inangna i do dilompithon, dililithon ma songoni. (Kalau pakaian bayinya biasanya sarung ibunya dilipatkan dan dililitkan ke anaknya tersebut.)

(27)

Peneliti : Tu ahanai opung pamanganna aha dibahen? (Bagaimana dengan mulutnya?)

Partisipan 2 : Emm, molo i antong obutna i do antong, jambulanni iba do antong binahen. Nipaiashon ma ibana, panas dalam inna. Jadi bontar-bontar dilana binereng, dibahen ma jambulanni iba i paiashon, ima.

(Ke mulutnya, rambutlah yang dibuat. Dibersihkan, seperti panas dalam. Karena mulutnya biasanya keputih-putihan, jadi untuk membersihkannya menggunakan rambut.)

Peneliti : Baru ina dilean do tuak, bir hitam, alkohol, boha i opung? (Lalu bagaimana dengan yang diberi tuak, bir hitam, dan alkohol.)

Partisipan 2 : Oh, asa sehat antong bah dilean ma antong angka tuak dohot angka puding-puding, sayur bangun-bangun do muse, asa godang tarusna binahenma asa godang tarusna kan, ai tarus nai do antong allangon ni poso-poso i, dang adong susu najolo, tarus ni inangna i do antong ido binahen asa godang, dilean ma tu inongna i. Ido i.

(Oh, supaya sehat. Kalau diberi tuak dan puding, sayur bangun-bangun supaya banyak air susu, karena hanya air susulah makanan bayi tersebut. )

Peneliti : Jadi holan ido dibahen tu poso-poso i? Dang adong na asing selain ahana i tarus nai?

(Jadi hanya itu yang diberi kepada bayi tersebut?)

Partisipan 2 : Dang adong najolo manang aha, ai porsuk najolo, dang adong nabinoto, holan i do na adong. Ba ima dilean. Ba ido. (Hanya itu yang diberi kepada bayinya.)

Peneliti : Jadi adong dope nabinoto ni opung perawatan nai poso-poso i opung?

(Jadi apalagi perawatan bayi baru lahir yang nenek ketahui?)

Partisipan 2 : Songonima ai sian dia be dokkonon, najolo ba nabinahen dohot na ni karejohon antong, sampulu onom ma uranghu, songoni ma antong.

(Ya begitulah yang sudah kukerjakan, 16 lah anak saya semuanya begitu.)

Peneliti : Oh adong dope hape opung, na lao mamangkas obutna i, ingkon pitu ari ina baru dipangkas obutna.

(Oh, iya Nek, yang memangkas rambutnya harus tujuh hari ya?)

(28)

Partisipan 2 : Mmm, songon sinangkaning antong kan, tulangna do mamangkas i, ipe anak buha baju do, dibahen ma, adatna doi, asa digomgom tondi ni tulangna, hula-hulana aha nai poso-poso i. Ido i.

(Tulangnya yang memangkas dan hanya anak pertama, dan itu menjadi adat, supaya dikuasai roh tulangnya, hula-hula bayi tersebut.)

Peneliti :Jadi adong dope na asing opung, rahasiana ina? (Apakah ada lagi yang lain rahasianya, Nek?) Partisipan 2 : Ari songoni ido.

(Ya begitulah.)

Peneliti : Oh, jadi opung mauliate ma, mudah-mudahan ma angka turi-turian on, dibahen dipangke tu joloan ari.

(Terima kasih, Nek, mudah-mudahan cerita dan tulisan ini dapat dipakai ke depannya.)

Peneliti : Ido songoni. (Ya begitulah.)

Peneliti : Mauliate ma di opung. (Terima kasih ya, Nek)

(29)

Partisipan 3

Peneliti : Nantulang, ahu kan mahasiswa keperawatan, laho penelitian di Pangururan on, jadi judul penelitianhu ima boha perawatan ni bayi baru lahir menurut pandangan ni halak budaya Batak Toba. Jadi boha do haroa perawatan ni bayi baru lahir i molo nantulang lakuhon songoni? (Nantulang, saya mahasiswa Keperawatan sedang membuat penelitian di Pangururan ini, jadi judul penelitian saya yaitu bagaimana perawatan bayi baru lahir menurut pandangan orang budaya Batak Toba. Jadi bagaimanakah perawatan bayi baru lahir yang nantulang lakukan.?)

Partisipan 3 : Oh, iya perawatan bayi baru lahir kita udah siap-siap mulai dari keadaan hamil, perawatan bayi dirawat sian kandungan, merawat sian kandungan selama mengandung supaya memakan makanan bergizi, paduahon muse selama hamil menjelang partus, melahirkan, kita mempersiapkan bahan-bahan-bahan tu na partus on, parjolo ya beras udah ada di rumah, karna seorang ibu rumah tangga, ibu yang menyiapkan bahan-bahan untuk keperluan di rumah. Ah, anon molo partus iba asa boi nga lengkap sude parsiapan di jabu, boras dohot soban, kayu. Mmm, kayu bakar banyak, yang banyak alana molo lahir anon on, api do tor dibahen inganan ni iba, aha on ni iba parsisiluan dibahen soban godang dang pola repot-repot mangalului tu na asing. Jadi tersedialah sama beras dohot (dan) sayur bangun-bangun, jadi nga tabahen hian adong kebun manuan selama hamil, udah ditanam itu bangun-bangun. Yah, molo lahir iba nyon ma dibuat, sayur bangun-bangun on dibuat. Jadi selama hamil perawatannya, yah dirawat ma denggan, rajin olahraga, molo daong marlange i ma tu tao Toba an. Danau Toba, marlangei ma iba disi, jadi molo adong rasa gatal ni badan niba on, pasirna bontar, pasir na putih halus ima ni osos tu badan ni iba on, paiashon. Hah, baru nung lahir dakdanak on, lahir ma kan. Yah bah molo songon Iba nga adong bidan, bah nijou bidan. Eh lao mangurusi manolong na partus serahkan sama bidanlah memotong tali pusatnya, molo jamanhu, ale molo soadong hian pe bidan, misalna dang sempat ro, Iba siap do. Nga diajari angka natua-tua Iba. Boi do Iba sandiri mambereshon bayi niba on. Alai molo Iba tingki partus nga godang be bidan. Jadi bidan do mangaha pusok ni on, jadi holan sebatas hanya membereskan tali pusatnya saja. Molo perawatan selanjutnya iba do, dang pala se bidan be ro paridihon, Iba do. Iba do paridihon holan i do ro bidan mambantu Iba. Ipe na adong do bidan, ale molo soadong hian boi do dang pala,

(30)

sanggup do Iba sandiri alani poda-poda ni angka natua-tua naparjolo.

(Oh, iya perawatan bayi baru lahir kita udah siap-siap mulai dari keadaan hamil, perawatan bayi dirawat sian kandungan, merawat sian kandungan selama mengandung supaya memakan makanan bergizi, yang kedua selama hamil menjelang partus, melahirkan, kita mempersiapkan bahan-bahan-bahan kepada ibu yang melahirkan itu. Awalnya ya beras udah ada di rumah, karna seorang ibu rumah tangga, ibu yang menyiapkan bahan-bahan untuk keperluan di rumah. Ah, nanti kalau melahirkan supaya lengkap semua persiapan di rumah, beras dan kayu bakar. Mmm, kayu bakar banyak, yang banyak. Karena kalau lahir nanti, akan segera dibutuhkan api sebagai perapian sehingga dibutuhkan kayu bakar banyak dan tidak repot lagi mencari ke orang lain. Jadi tersedialah sama beras dan sayur bangun-bangun. Jadi sudah menanam di ladang selama hamil, udah ditanam itu bangun-bangun. Kalau lahir, yang sudah ditanam inilah yang diambil. Jadi selama hamil perawatannya, yah dirawat dengan baik, rajin olahraga, kalau tidak berenang ke Danau Toba, berenang kesana. Jadi kalau ada rasa gatal di badan maka pasir yang putih halus dibuat membersihkan. Jadi setelah lahir, misalnya dipanggil bidan karena saya dahulu bidan yang menolong, diserahkan ke bidan. Tapi kalau tidak sempat datang bidan, saya pun bisa menangani sendiri karena sudah diajari orangtua. Bidan kian datang pun hanya sampai memotong pusatnya, hanya sekedar membereskan tali pusatnya, tapi setelah itu saya sendiri yang menangani mulai dari memandikan.)

Peneliti : Jadi boha do haroa diajarhon, misalna dang adong hian bidan songoni?

(Bagaimana diajarkan orangtua tentang hal tersebut misalnya tidak ada bidan)

Partisipan 3 : Bah nga diajari antong iba, nga ni parsiaphon i. E..bonang kan, bonangma dipake nalao martonun ulos i laho mangingkat pusok nai. Mamotong tali pusatni dakdanak on kan sambilu goarna, molo didok sambilu dari bambu itu mamotong tali pusat ini. Sambilu goarnai, nga diparsiaphon antongan i, adong bidan manangna soadong bidan ale dao do antong bidan tingki i, ipe boi do antong bidan, dang pala hupake on. Lae diparsiaphon hian do dohot sangkalanna gadong do dibahen, huboto do, boi do sanggup ahu. Begitu lahir si anak dimandikan, dimandikan, dibersihkan, jadi molo napartus on iba tor ni pasang ma antong api kan, molo dibahen ma api parsisiluan, dungi sobankan nga godang isi

(31)

tersedia dohot boras. Lahir ma anakkon ni iba nga ro tetangga ro mamereng, maranggap, nga maranggap antong molo songon ni jaman ni iba, maranggap do antong molo songon ahu ma anakku pertama, maranggap do, ittor ro do angka simatuaku sude, angka orangtua na dekat dengan kita. Jadi simatua on namarkaka beradik ma on kan simatua niba on sekarang dah beda lagi, orang itu dulu kalo udah berumur 80an paling sedikit datang menjaga kita paling sedikit kalo aku dulu dua minggu aku dijaga tapi yang paling ketatnya tujuh hari tujuh malam dijaga, si bayiku ini pun dimomonglah, dipohol supaya jadi anak yang berhasil. Adong di angka natua-tua on impianna natua-tua on, anggo on haduan dibereng hami do pahopukon anak na malo do on anak na sukses do on, songoni nidok ni natua-tua on, dipohol ma kan dibentuk ma sude songonon, kepalanya ada sampe dua minggu itu, tolu simatuaku kakak beradik mamoholi hian, ima antong kan diajari ma iba, anak pertama i antong lengkapma diajari simatua ni iba. Mertualah yang ngajarin kita sampe tiga orang mertuaku ngajarin aku dulu. Ahu anakku hian sampe Colonel anakku di Jakarta nyan, sai ina do antong mandok anak si parjolo on jadi supaya anak yang berhasil nanti. Halak Batak ingkon najago, asa pir tambok na, katanya kan, api ini api on do sude modal, ingkon las unang sampe adong angin jahat di badan nai tinggal dibuang semua lewat api ini saja. Dungi tanggurung ni iba molo mangan sayur bangun-bangun ma dibahen sayur ni Iba, dungi minuman ni iba tuak, asa bagak ina ASI, diutamakan itu ASI, orangtua dulu ASI kalo gak bagus ASInya, marah orangtua itu, lean ma bagokmi tu babian, molo dang pakean leanon tu anakmu i, gitu orang itu. ASI diutamakan dan dianjurkan sampe dua tahun do leanon ina ASI on tu bayi ni iba on, ido makana dilean mangalang bangun-bangun dohot tuak, asa bagak ASI on, asa lam gogo mangan. Nah gogo mangan sayur na dang boi dilupahon bangun-bangun dohot tuak minumanna, asa molo ina on, pahoppu on, cucu on anon biar sehat dan ASI. Nah itu makanan utama itu nasi yang banyak, ikan dibakar ikan jahir, ikan jahir na dibakar unang digoreng, unang tu api, ingkon ditombur. Cabenya dikit saja tak usah banyak. Unang hasit batuhani si usok anon. Ndang boi godang, asalma adong rasa ni uap ni sabe i dohot asom. Nah harus nampak asamnya, itulah makanan ciri khasnya napartus. Molo anak pertama. Ima dilatih simatua ni Iba on do kan, asa pir pahopungki asa na berhasil haduan, asa angka napistar haduan. Iba menurut sajalah kan. Niulahon ma antong poda-poda ni simatua ni iba on, itu kan jadi dianjurkan sampe dua tahun mangalean ASI, jaga kesehatan alana on do pahoppu on do hasil na umbalga dihita halak

(32)

Batak, ido didongkon opung i tu iba, jadi ima perawatan tu bayi on, bayi on tor dibahen tempat ni aha an ni iba sada tempat, satu tempatlah entah apanya, satu kotak tempat bayi ini selanjutnya. Nah sampe umur tiga bulanlah, dibahen ma disi napuran, debban, hasior, lada, jarango, gabbiri, on ma obat, dang pala ni pakke obat sian ruma sakkit i, alana hepeng do tusi godang ka. Ima nangkin na hudokon i baen aha an mu, sejak hamil pun kita, kita udah ada itu dibuat tempat ladanya itu, jarango. Selama di kandungan pun bayi nga diparsiaphon kotak-kotak ni iba. Adong anggo mardalan tu simbur-simbur da asa las ari, kurang bagus cuasa, hilhil jarango on katanya ke kita. Jadi supaya hangat, jarango on, supaya baulah kita dicium-cium angin-angin itu, untuk angin-angin itu tolak bala kira-kira itulah, menurut angka natua-tua antong. Perawatanna tu hamil ni iba on, sejak kandungan pe nga sai tong dijaga on pagar non, nga ro pihakni simatua ni iba mamagari iba, dibahen dekke i tu iba, anak pertama, didekke i ma iba diupa, diupa-upa sai tiur-tiur ma anon pas melahirhon anakhon anak buha baju, intor ro do antong edaku on mambuan dekke jadi butima binahen torus api on, olo sappe sabulan nipakke on. Cuman dua minggulah siang malam api ini terus nyala, kalo selanjutnya sampe sebulan paling kalo malam dingin, langsunglah dinyalakan api ini, namun sebulan harus tetap di api ini. Tataring on ingkon disi do antong api on, makana soban kayu bakar harus banyak persiapan, sudah dipersiapkan itu, bagus-bagus apa kayu, biar sehat jadi api itu juganya asa sehat, on ma biar hangat tubuh ni bayi dohot ibana supaya jangan kena angin dan kena penyakit, api ini, bangun-bangun, tuak, kayu bakar ido paling utama. Bah ima, iba pe antong bah songonima molo melahirhon iba kan. Bah ido pitu ari pitu borngin paulak paranggap ma dibahenma esekma, anggo iba nga boi binahen esek-esek ba, menghargai orang yang menjaga kita, dibahen ma on, molo iba tingki i kue do ni aha, pohul-pohul goarna. Kue pancasila, ima goarna molo ala lima jari antoong mambahen on kan pohul-pohul on. Dibahen do kue pancasila. Jadi papituhon i mangalangma nyon na maranggap on, mangalang ma, minum kopi angka tetangga-tetangga on sude dipalean pohul-pohul ni si usok, tutup anggap si usok, inama muse iba nga halak Kristen bah molo nunga dong sabulan dibahen ma maresek-esek las disi ma dibahen esek-esekna. Mamotong babilah kan, roma orangtua ni iba, laos manjalo baptis, tardidi. Tardidi ma dibahen disi tardidi ma las disi ma. Dibahen esek-esek na, mambahen goarna. Marumur tolu bulan songon ima nibahen. Jadi nga boi dohot iba gareja antong, nga tambah kesehatan kan mambahen goar ni on ma antong kan. Si

(33)

usok on, niboan, dibaptis ma tu gareja, nijou orangtua niba, kaluarga-kaluarga dua pihak, diulosi ma on dakdanak on, ima disiburi m, disiburima sian tulangna.

(Sudah diajari sebelumnya, dan sudah dipersiapkan. Benang yang dipakai untuk menenun ulos untuk mengikat pusat. Untuk memotong tali pusat digunakan bambu. Saya kan sudah ada bidan, tapi sudah dipersiapkan dan ubu sebagai landasannya, tapi saya sendiri pun sanggupnya untuk melakukannya. Tapi sebelumnya sudah saya persiapkan. Begitu lahir si anak dimandikan, dimandikan, dibersihkan. Jadi kalau ada yang melahirkan langsung dipasang api untuk perapiannya, harus banyak kayu bakar dan beras. Ketika lahir maka tetangga akan datang melihat, menjagai secara bergilir. Mertua kakak beradik, sekarang dah beda lagi, orang itu dulu kalo udah berumur 80an paling sedikit datang menjaga kita paling sedikit kalo aku dulu dua minggu aku dijaga tapi yang paling ketatnya tujuh hari tujuh malam dijaga, si bayiku ini pun dimomonglah, dipohol supaya jadi anak yang berhasil. Selalu ada impian orangtua, hari depannya harus bisa dilihat cucunya ini sukses, sambil dipohol dan membentuk badannya selama dua minggu. Ketika masih anak pertama, saya diajari secara lengkap oleh mertua dan orangtua. Mertualah yang ngajarin kita sampe tiga orang mertuaku ngajarin aku dulu. Saya anak saya sudah menjadi Colonel di Jakarta, jadi harus bisa jadi seperti itu, katanya. Karena orang Batak harus jago. Api ini adalah sebagai modal, harus hangat dan jangan sampai masuk angin jahat ke badan. Lalu ke punggung kita juga, harus makan sayur bangun-bangun, dan minuman saya adalah tuak supaya bagus ASI kita, ASI adalah yang terutama. Kalau ASI tidak bagus maka orangtua akan marah dan berkata berikanlah payudaramu ke babi, kalau tidak dapat diberikan kepada anakmu. ASI diutamakan dan dianjurkan sampe dua tahun sehingga diberi makan sayur bangun-bangun dan tuak, supaya ASI bagus dan nafsu makan juga bertambah, sehingga pengaruhnya ke bayi. Nah itu makanan utama itu nasi yang banyak, ikan dibakar ikan jahir. Cabenya dikit saja tak usah banyak. Supaya perut bayi tidak sakit, tidak diperbolehkan makan cabe banyak. Nah harus nampak asamnya, itulah makanan ciri khasnya napartus. Kalau masih anak pertama kita masih diajari oleh mertua maupun orangtua, supaya kuat cucunya dan sehat. Karena cucu adalah hasil yang terbesar bagi orang Batak. Dan semua perlengkapan dan obat-obat dibuat satu tempat, yaitu terdiri dari sirih, hasior, lada, jarango, dan kemiri, ini akan digunakan sengai obat. Tidak perlu obat dari rumah sakit. Apalagi sedikit berfikir karena membutuhkan uang, jadi kalau masih ada yang tradisional maka lebih

(34)

diutamakan. Sejak hamil pun sudah dipersiapkan satu kotak. Jika berpergian pun kemana-mana, kurang bagus cuaca maka kunyah jarango tersebut. Jadi supaya hangat, jarango on, supaya baulah kita dicium-cium angin-angin itu, untuk angin-angin itu tolak bala kira-kira itulah, menurut angka natua-tua antong. Perawatan hamil saya, sejak kandungan pun sudah dijaga, datang dari pihak mertua, diberi ikan mas dan api akan terus dipakai hingga sebulan. Cuman dua minggulah siang malam api ini terus nyala, kalo selanjutnya sampe sebulan paling kalo malam dingin, langsunglah dinyalakan api ini, namun sebulan harus tetap di api ini. Perapian harus sudah dipersiapkan, sehingga kayu bakar harus sudah siap sedia, kayu bakar harus banyak persiapan, sudah dipersiapkan itu, bagus-bagus apa kayu, biar sehat jadi api itu juganya asa sehat. Jadi hari ketujuh adalah malam untuk memulangkan penjaga yang sudah menjagai kita dan diadakan acara esek-esek. Maka akan menyediakan kue pancasila, kue pohul-pohul dan kopi untuk seluruh tetangga. Sekalian kalau seorang Kristen akan diadakan acara untuk pembuatan nama dari gereja. Memotong babi, lalu orangtua berdatangan karena masih baru dibabtis. Kadang-kadang berusia tiga bulan, jadi kita pun sudah bisa pergi ke gereja karena kesehatan pun semakin lebih membaik. Kadi keluarga dari kedua belah pihak akan datang dan bayi akan disembur oleh tulang)

Peneliti : Pangke aha do disiburi? (Apakah yang disembur?)

Partisipan 3 : Pangke gabbiri dohot napuran. Dihilhilma gabbiri dohot napuran, jadi dibursikma. Ima.

(Dengan kemiri dan sirih. Kemiri dan sirih dikunyah, setelah itu disembur)

Peneliti : Ai holan di ulu nai do? (Apakah hanya di kepala?)

Partisipan 3 : Di ulu nai do dibursikma, molo nga diberi nama udah diberangkatkan lao semakin gagah muse on, dibahen ito ni iba, tulangna dipohol, disiburi dihilhilma gabbiri dohot napuran on, disiburima. Jadi molo modom antong na partus i kan, olo do marnipi-nipi, ison do manjaga, anon hona tutung holan alani api on kan, itu makana harus tetap dijaga supaya jangan terbakar asa unag hona muse nabaru tubu i. ido makana ingkon dianggapi. Kalo tidur nyenyak sementara api disampingnya, nanti terbakarkan, bayinya sama ibunya makanya harus dijaga. Nah selama api ini

(35)

masih apa, karna kurang sehat masih kesehatan nyon karna banyak mengeluarkan darah, karna melahirkan kan. Jadi olo dope marnipi. Jadi api on do antong manjagana, api on do antong ingkon dijaga ketat, dibahen markartu, marjuji, makana godang halak hita parjuji, dungi parjuji na nimaksud dang na parjuji nalao manegai on nyan, holan marmeam saja itu sebetulna, untuk menjaga si ibu dan si bayi yang sedang ditataringkan. Jadi ido tujuanna makana ingkon dianggapi. Api on do Alana, api on do modalna on sehat, sotung matutung anon dijaga ma ketat, majaga api itu, supaya jangan terbakar yang partus. Itulah jadi api itu modal yang paling mujarab untuk bayi lahir dan ibunya. Ima ai ido. Jadi magodang ma selanjutna. Ido.

(Disembur di kepala dan kalau sudah diberi nama, udah diberangkatkan dan semakin gagah lagi, disembur oleh abang saya, tulangnya kemiri dan sirih. Kalo tidur nyenyak sementara api disampingnya, nanti terbakarkan, bayinya sama ibunya makanya harus dijaga. Nah selama api ini masih apa, karna kurang sehat masih kesehatan nyon karna banyak mengeluarkan darah, karna melahirkan kan. Jadi masih mau bermimpi. Api akan selalu menyala, sehingga api tersebut harus dijaga ketat, sehingga dibuat main kartu, berjudi, mungkin ini sebabnya banyak orang Batak yang penjudi walaupun hanya berjudi main-main saja dan maksudnya hanya untuk menjaga bayi dan ibu supaya tidak terkena api.)

Peneliti : Jadi molo perawatan matana, babana, tanganna manang sude dagingna i songoni?

(Jadi merawat matanya, mulutnya, tangannya atau seluruh badanya?)

Partisipan 3 : Ido, gabbiri ido dihilhili dibahen tu daging nai, biar mulus badannya, biar cantik rambutnya, hitam kemiri sengaja dibuat kemiri itu dan rambutnya, dikunyah ma tu sude dagingna paling sedikitlah sekali dua hari kita buat itu. Gambiri on dihilhil muse dilean ma allangon ni poso-poso on dangi asa lancar kotoranna kaluar, angka mudar ma antong kaluar. Perawatan rambutnya, kulitnya supaya mulus. Ada yang keberatan orangtua ini. Karena sayangnya sama anaknya ini. Lebih dahulu ini tradisional ini. Tradisi ini yang paling utama, utama bagi mereka, orang-orang tua dulu. Jadi molo nga dibereng ho naotari gantengkan, anggo i asli tradisi dope tusi. Holan alani angka simatuahu on do sasude dohot orangtuaku, berengma pinggol nai kan, bereng jo bagak ni pinggol nai. Huingot do i sedangkan ibana lahir tingki i, patna on pe songonon do, ditarik, dibungkus, diikat. Boi do denggan, ima ahana natua-tua

(36)

najolo. Ima dihandit patna on huginjang. Selama kandungan godang aho marmotor au mardalan, jadi terganggu ma ibana di kandungan, alai boi do alani dapol natua-tua on, api on dibahen mandapol, api on do, dohot kemiri, didapol songoni, ale utuh do denggan, dibentuk badannai asa jago, timbo, asa timbo ibana, tanganni on ingkon lurus mambedong, dang bebas songoni, pokokna ingkon songon na di kandungan ibana selama seminggu, tujuh hari tujuh malam. Persis kayak di kandungan itu, harus ketat dia, meronta-ronta, ingkon dibahen tangannon lurus songonon, asa molo haduan manortor katanya kan tangannya ini lurus cara membedungnya. Jadi ketat do on diikat, ketat hanya ini. Badan nyon paling songonon, tangannai ingkon songonon ketat dohot patna on lurus, asa malo ina manortor. Asa malo manortor haduan, unang tor bebas tu san tu son, bisa diatur tanganmu manortor, menari, dididik simatuaku on, dipalurus do tangan on dibahen songonon, dibedung, dibungkus, songonna di batuhaon. Alana perasaan on nuaeng, didia dope ahu nuaeng ina rohana. Dibatuhai antong bungkus do ibana, jadi ingkon bungkus do ibana manunggu ro usiana. Mandi ma, mangalompa paridianna. Di dunia luar ibana, dibahen natua-tua on, dibukkus do ketat asa hot rohana asa unang tangis-tangis. Idia do nuaeng ahu ina rohana do antongan perasaan ibana, ima dibahen merawat bayi, jadi molo mangarejohon pe iba, tong do aha on dibahen, gabbiri on, molo panas ibana dohot hapal tubu-tubuna, tubu-tubu do goarna, sahera karingat buntat i, karena panasnya api kan, jadi ima dibahen, mangaha lender-lendirna i asa unang gatal ina, dungi dung adong ahana on.

(Iya, kemiri dikunyah dan dibuat ke badannya, supaya mulus, biar rambutnya juga cantik. Kemiri juga dikunyah untuk dimakan bayi supaya kotorannya keluar dengan lancar, darah yang dikeluarkan. Perawatan rambutnya, kulitnya supaya mulus. Ada yang keberatan orangtua ini. Karena sayangnya sama anaknya ini. Lebih dahulu ini tradisional ini. Tradisi ini yang paling utama, utama bagi mereka, orang-orang tua dulu. Sudah lihat kan anak saya kan, itu semua asli tradisi, telinganya kan sangat bagus. Itulah hasil pekerjaan mertua dan orangtua. Masih saya ingat kakinya pun tidak lurus, tapi ditarik, dibungkus dan diikat, akhirnya jadi lurus. Diangkat kakinya ke atas. Selama kandungan saya sering pakai motor, jadi mungkin sedikit terganggu di dalam kandungan, tapi bisa karena pijat dari orangtua, panas api tersebut dibuat memijat dan kemiri tersebut, akhirnya bisa utuh kembali, membentuk badan supaya tinggi dan tangan harus lurus, dibedong supaya tidak bebas, pokoknya posisinya seperti di dalam

(37)

kandungan selama seminggu, tujuh hari tujuh malam. Harus ketat supaya tidak bisa meronta-ronta, supaya bisa menari. Supaya tidak bisa bebas ke sana-ke sini dan tangannya bisa diatur, pandai menari, sudah dididik mertua saya supaya meluruskan tangannya. Karena bayi masih merasa belum tahu di mana saat itu berada. Bayi di dalam perut dalam keadaan terbungkus, jadi harus dibungkus juga sampai tiba waktunya karena sudah di dunia luar. Lalu kemirimandi, air mandian dimasak. Jadi di air mandinya dibuat kemiri, jika demam dan tubu-tubunya tebal, seperti biang keringat. Jadi dibuat panasnya api dan kemiri tersebut supaya lendir terangkat dan tidak gatal.)

Peneliti : Oh ido ate. Jadi molo tu baba nai? (Oh iya. Jadi kalau ke mulutnya?)

Partisipan 3 : Ido, dibahen do obut, molo hiamonkan sahera panas dalam si anak kan, lagian minum ASI ibana, molo daong bersih, dibersihon baba nai gabe longkot-longkot bekas ASI i, itu bisa menimbulkan tebal di mulutnya, i aha ni ASI i kan, bekasna, baru minum ASI ibana kan, tertidur, jadi gok babana i, kotor, jadi olo menimbulkan panas dalam muse. Rambut, rambut do binahen paiashon i. Molo so tuk rambut ni iba, bulu ayam, dicucilah ini kan, ima digosokkon buti tu babana i, kan molo so tuk obut niba on, biasana diusahakan itu rambut itu, ima ni ula do i tu halak on, songoni dibahen. Nah itu.

(Iya dibuat rambut seperti panas dalam, karena minum ASI jadi sisa ASI kalau tidak dibersihkan maka sisa ASI akan lengket dan menimbulkan tebal di mulutnya. Saat minum ASI jadi tertidur maka mulutnya akan kotor dari sisa ASI tersebut. Maka digunakan rambut membersihkan, digosokkan kalau rambut tidak sampai, harus diusahakan. Kalau pun tidak bisa digunakan bulu ayam yang sudah dicuci. Itu saya lakukan pada anak saya.)

Peneliti : Gak kotor rupanya rambut itu kek gitu?

Partisipan 3 : Bah dicuci, diusahahon ma ina antong ingkon ias, ingkon bersih do antong si ibu da. Seorang ibu harus jagalah keluarga, penyakitan keluarga. Niusahahon do antong iba manusi obut ni iba, ido antong. Kita pun yakin rambut kita dalam keadaan bersih, tak mungkin kita masukkan ke mulut anak yang kotor kan. Kita yakin rambut keadaan bersih, itulah kita membuat menggosok. Intor dapot do nabontar-bontar na di baba nai, intor dikorek doi. Jadi bekas-bekas minuman ASI ni iba i, dang adong lao iba tu bidan laho mangaha on i. Habis hepeng i, gizi do porlu,

(38)

godang-godang ima. Molo tangis-tangis dakdanak on borngin i, intor dilompa do indahan, dibuatma purik-purik ni indahan i, ima dilean membantu, manatau kurang ASI kan, lapar kan. Kalo dia sering nangis, na male do batuha nai, intor inna do, dilehan mangan tong tangis, berarti ada lagi mengganggunya, buka semua bajunya, mungkin maraek ma on, koncing. Jadi molo tahan dakdanak, ingkon steril do sude, ias do, molo adong pe somut masuk tu dakdanak on, buka bajunya, contohnya ganti bajunya, intor ido antong, intor ganti, jolo nilulus ma tu api baju on biar hangat bajunya kalo ada kuman entah apa kan, biar hangat badannya. Tenang ma ibana muse kan. Kalo nangis dia, lain nangisnya, makanya kita nggak laparnya, gak ininya, terus ganti bajunya, adong ia manggait-gait manang aha, baru periksa pusatnya, tali pusatnya. Muse ini tersinggung pusatnya ini, dijalo obat ni natua-tuai, ale opung ma muse mambantu, dibahen obat huta, entah apalah itu, ima sahera didoknai, rambu ni ulos i. Nyon ma kan anakku an, obat ni bidan i hubaen tong do maraek-aek pusok nai, ima ro ma inang on dibahenma rambu ni ulos on, opung on ma mambahen songoni. Ai ima sampe dua minggu antong maraek-aek pusok nai, on ma sahitna, nga nibahen nasian bidan i kan dang tarhilala, jadi nima dibahen muse, dibuatma muse, ima berhasil di. Ima jadi songon iba dibahen songonon. Jadi anak premature pe nga hualami, namarubat tradisi, yang kita serahkan ke dokter meninggal, jadi nga boi hurasahon i. Kembar, Alana kembar anakkon premature. Jadi ima manang mate manang mangolu rohangku si Lamhot, terlalu repot rawatonhu, alai hu goddang ma tehe dia ma na selamat rohangku. Ternyata tang di ruma sakit yang meninggal, tradisi obat tradision hupake selamat do ibana, kuliah ibana jago nai. Pusok nai maraek-aek, herana baron. Pitu bulan do tubu, ternyata selamat do, dang mandi air tingki i, sabulan dang mandi air holan mangganti bajuna nasogotan. Contohna, diaekima kain lap ganti yang baru. Ganti lampin yang baru. Ai dibereng hamu hurasa, ai marbola do karejona. Holanna marbolai karejona. Pir sude. Posi hian. Makanan ni ibana ayam betina yang hitam bulunya, minum ASI, diminumkan lagi sama dia nasi bayikan, molo di Batak molo sai tangis-tangis dilean do mangan, dilompa ma indahanon, dilalai, sasendokkan. Intor so do tutu, modom, ima nomor tolu ma i. Tetanus. Kan memang masih kita akui obat mujarab obat tradisi untuk bayi baru lahir, bukan menyepelekan bidan, menyempurnakan. Tapi itulah yang dari bidan ternyata meninggalnya anakku, sian ruma sakkit, si kembar pe dang bisa lagi.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dibagi menjadi beberapa tahap, yaitu tahap I adalah penentuan parameter kritis orange emulsion flavor, tahap II adalah analisis umur simpan dengan parameter

untuk mencapai setting point tersebut adalah 159 detik. Waktu yang diperlukan untuk mencapai setting point baru ketika setting point naik relatif lebih cepat karena

Hasil uji tidak merusak untuk pipa-pipa ekonomiser dan pemanas lanjut PLTU dengan daya 65 Mwe menunjukkan tidak diketemukan indikasi adanya rongga,

Kejadian ini menyebabkan peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnya Kejadian ini menyebabkan peningkatan iskemia pada saluran nafas yang rusak, selanjutnya terjadi

Perancangan Basis Data, dalam hal ini telah memperhatikan komponen- komponen penting dalam perancangan database yang digunakan pada sistem informasi di U.D. Baja Pratama

Mo$eku$ kurkumin( yan% terkandun% da$am kunyit( saat ini dikena$ memi$iki ke%unaan untuk men%oati pasien penyakit A$3aimer( m emi$iki kasiat anti kanker dan antioksidan. Seua

Rosmadewi, A.N., 2010, Studi Kemampuan Adsorpsi Zeolit Alam Terimobilisasi Dithizon terhadap Ion Logam Cd(II) bersama-sama Ion Logam Mg(II) dan Cu(II), Skripsi, Jurusan

(93,33%)  Keberadaan tenaga profesional bidang kehutanan (sarjana kehutanan, tenaga teknis menengah kehutanan dan tenaga teknis yang telah memiliki sertifikat sesuai