• Tidak ada hasil yang ditemukan

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

MOBILISASI DINI PADA PASIEN POST OP FRAKTUR

OLEH : KELOMPOK IB.4

Anita Puspitasari Annisa Nor Desyana

An-Nisa Mayasari Eko Promono Endra Mulyadi Erma Rahmiati

PROGRAM STUDI PROFESI NERS KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN 2017

(2)

(SAP)

Topik Penyuluhan : Keperawatan Medikal Bedah

Pokok Pembahasan : Mobilisasi Dini pada Pasien Post Op Fraktur

Sub Pokok Pembahasan : Mengetahui dan memahami mobilisasi dini yang tepat pada pasien post op fraktur

Sasaran : Klien dan keluarga klien di RSUD Ulin Banjarmasin

Hari/Tanggal : Sabtu, 29 Juli 2017

Tempat : Ruang Orthopedi di RSUD Ulin Banjarmasin

Pukul : 10.00-10.30 Wita

A. Tujuan

Tujuan Umum

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit tentang mobilisasi dini pada pasien post op fraktur diharapkan klien dan keluarga klien yang mengalami atau mengalami fraktur mampu memahami tentang mobilisasi yang tepat pada post op fraktur.

Tujuan Khusus

Setelah diberikan penyuluhan selama 30 menit diharapkan klien dan keluarga klien mampu:

1. Menjelaskan pengertian mobilisasi dini pada pasien post op fraktur 2. Menyebutkan tujuan dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur 3. Mengetahui manfaat dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur

4. Mengetahui cara-cara mobilisasi dini yang tepat pada pasien post op fraktur 5. Mengetahui dampak apabila tidak melakukan mobilisasi dini.

6. Menjelaskan Bagaimana islam berendapat tentang penyakit sebagai ujian keimanan

B. Materi (terlampir)

Materi penyuluhan yang akan disampaikan meliputi: 1. Pengertian mobilisasi dini pada pasien post op fraktur 2. Tujuan dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur 3. Manfaat dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur

4. Cara-cara mobilisasi dini yang tepat pada pasien post op fraktur 5. Dampak apabila tidak melakukan mobilisasi dini.

6. Bagaimana islam berendapat tentang penyakit sebagai ujian keimanan C. Media

(3)

Leaflet Karton D. Metode Penyuluhan Ceramah Tanya Jawab E. Setting Tempat F. Pengorganisasian

Moderator : Annisa Nor Desyana

Penyuluh : Anita Puspitasari

An-Nisa Mayasari Fasilitator : Erma Rahmiati

Endra Mulyadi

Observer : Eko Promono

Pembagian Tugas

Moderator : Mengarahkan seluruh jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir

Penyuluh : Menyajikan materi penyuluhan

Fasilitator : Memotifasi peserta untuk bertanya

Observer : Mengamati dan mendokumentasikan jalannya acara penyuluhan dari awal sampai akhir

G. Kegiatan Penyuluhan

No Waktu Kegiatan Penyuluh Respon Peserta

1 Pembukaan (5 menit) 1. Memberi salam 2. Memperkenalkan diri 1. Menjawab salam 2. Mendengarkan dan : Moderator : Penyuluh : Peserta : Fasilitator : Observer

(4)

3. Menggali

Pengetahuan klien dan keluarga klien mengenai mobilisasi dini

4. Menjelaskan tujuan penyuluhan

5. Membuat kontrak waktu

memperhatikan 3. Menjawab pertanyaan 4. Mendengarkan dan memperhatikan 5. Menyetujui kontrak waktu 2 Kegiatan Inti (25 menit) Menjelaskan tentang:

 Pengertian mobilisasi dini pada pasien post op fraktur

 Tujuan dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur

 Manfaat dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur

 Cara-cara mobilisasi dini yang tepat pada pasien post op fraktur

 Dampak apabila tidak melakukan mobilisasi dini.

 Bagaimana islam berendapat tentang penyakit sebagai ujian keimanan Memberikan kesempatan untuk bertanya Menjawab pertanyaan peserta 1. Mendengarkan dan memperhatikan penjelasan penyuluh 2. Aktif bertanya 3. Mendengarkan 3 Penutup

(15 menit) 1. Menyimpulkan materi yang disampaikan oleh penyuluh 2. Mengevaluasi peserta atas

penjelasan yang disampaikan dan penyuluh menanyakan kembali mengenai materi penyuluh 3. Salam penutup 1. Mendengarkan dan memperhatikan 2. Menjawab pertanyaan yang diberikan 3. Menjawab salam H. Evaluasi Lisan

1.Pengertian mobilisasi dini pada pasien post op fraktur 2.Tujuan dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur 3.Manfaat dari mobilisasi dini pada pasien post op fraktur

4. Cara-cara mobilisasi dini yang tepat pada pasien post op fraktur 5. Dampak apabila tidak melakukan mobilisasi dini.

(5)

MATERI PENYULUHAN

1. Definisi

Mobilisasi merupakan kemampuan seseorang untuk bergerak bebas, mudah, teratur, mempunyai tujuan memenuhi kebutuhan hidup sehat, dan penting untuk kemandirian (Barbara Kozier, 1995).

Mobilisasi setelah operasi yaitu proses aktivitas yang dilakukan setelah operasi dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur sampai dengan bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 2002.

Menurut Carpenito (2000), Mobilisasi Post Operasi merupakan suatu aspek yang terpenting pada fungsi fisiologis karena hal itu esensial untuk mempertahankan kemandirian. Dari ketiga definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa mobilisasi Post Operasi adalah suatu upaya mempertahankan kemandirian sedini mungkin dengan cara membimbing penderita untuk mempertahankan fungsi fisiologis tubuh untuk melakukan aktivitas sehari-hari.

2. Tujuan mobilisasi dini untuk pasien post op fraktur a) Mempertahankan fungsi tubuh

b) Memperlancar peredaran darah sehingga mempercepat penyembuhan luka c) Membantu pernafasan menjadi lebih baik

d) Mempertahankan tonus otot e) Memperlancar eliminasi urin

f) Mengembalikan aktivitas tertentu sehingga pasien dapat kembali normal dan atau dapat memenuhi kebutuhan gerak harian.

3. Manfaat mobilisasi dini untuk pasien post op fraktur

Menurut Mochtar (1995), manfaat mobilisasi bagi pasien post operasi adalah : a) Penderita merasa lebih sehat dan kuat dengan early ambulation. Dengan

bergerak, otot –otot perut dan panggul akan kembali normal sehingga otot perutnya menjadi kuat kembali dan dapat mengurangi rasa sakit dengan demikian pasien merasa sehat dan membantu memperoleh kekuatan, mempercepat kesembuhan.

(6)

b) Faal usus dan kandung kencing lebih baik. Dengan bergerak akan merangsang peristaltic usus kembali normal. Aktifitas ini juga membantu mempercepat organ-organ tubuh bekerja seperti semula.

c) Mencegah terjadinya trombosis dan tromboemboli, dengan mobilisasi sirkulasi darah normal/lancar sehingga resiko terjadinya trombosis dan tromboemboli dapat dihindarkan.

4. Teknik mobilisasi untuk pasien post op fraktur

A. Memindahkan pasien dari tempat tidur ke brankar

Adalah memindahkan pasien yang mengalami ketidakmampuan, keterbatasan, tidak boleh melakkukan sendiri, atau tidak sadar dari tempat tidur ke brankar yang dilakukan oleh dua atau tiga orang perawat.

Tujuan:

Memindahkan pasien antar ruangan untuk tujuan tertentu (misalnya pemeriksaan diagnostik, pindah ruangan, dll.)

Prosedur :

1) Atur brankar dalam posisi terkunci dengan sudut 90 derajat terhadap tempat tidur.

2) Dua atau tiga orang perawat menghadap Ke tempat tidur / pasien. 3) Silangkan tangan pasien ke depan dada.

4) Tekuk lutut anda, kemudian masukkan tangan anda ke bawah tubuh pasien.

5) Perawat 1 meletakkan tangan dibawah leher/bahu dan bawah pinggang; perawat 2 meletakkan tangan di bawah pinggang dan panggul pasien; perawat 3 meletakkan tangan dibawah pinggul dan kaki.

6) Pada hitungan ketiga, angkat pasien bersamasama dan pindahkan kebrankar.

7) Atur posisi pasien, dan pasang pengaman

8) Tinggikan tingkat tempat tidur, sehingga sedikit lebih tinggi dari brankar.

9) Pastikan rem terkunci pada kedua tempat tidur dan brankar. 10) Lepaskan bantal dari tempat tidur dan letakkan di brankar.

11) Bantu pasien miring menjauhi brankar, lalu pasang sliding board dibawah tubuh pasien.

12) Bantu pasien kembali ke posisi telentang diatas sliding board dan silangkan lengan di dada.

13) Perawat mengatur satu kaki di depan dengan lutut dan pinggul sedikit fleksi, pertahankan body align dengan punggung tetap lurus.

14) Pada hitungan ketiga, dua perawat pada sisi brankar secara lembut menarik sliding board ke arah mereka.

15) Miringkan pasien dan angkat sliding board. 16) Atur pasien ke tengah brankar.

(7)

B. Memindahkan pasien ke kursi roda 1. Pengertian:

Suatu kegiatan yang dilakuan pada klien dengan kelemahan kemampuan fungsional untuk berpindah dari tempat tidur ke kursi.

2. Tujuan:

1) Melatih otot skelet untuk mencegah kontraktur atau sindro disuse 2) Memberikan kenyamanan

3) Mempertahankan kontrol diri pasien 4) Memungkinkan pasien untuk bersosialisasi

5) Memudahkan perawat yang akan mengganti seprei (pada klien yang toleransi dengan kegiatan ini)

6) Memberikan aktifitas pertama (latihan pertama) pada klien yang tirah baring

7) Memindahkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik. 3. Langkah:

1) Ikuti protokol standar

2) Bantu klien ke posisi duduk di tepi tempat tidur. Buat posisi kursi pada sudut 45 derajat terhadap tempat tidur. Jika menggunakan kursi roda, yakinkan bahwa kurisi ini dalam posisi terkunci

3) Pasang sabuk pemindahan pila perlu, sesuai kebijakan lembaga 4) Yakinkan bahwa klien menggunakan sepatu yang satabil dan anti slip 5) Regangkan kedua kaki anda

6) Fleksikan panggul dan lutut anda, sejajarkan lutut anda dengan klien 7) Pegang sabuk pemindahan dari bawah atau gapai melalui aksila klien

dan tempatkan tangan pada skapula klien

8) Angkat klien sampai berdiri pada hitungan 3 sambil meluruskan panggul andan dan kaki, pertahankan lutut agak fleksi

9) Pertahankan stabilitas kaki yang lemah atau sejajarkan dengan lutut anda

10) Berporos pada kaki yang lebih jauh dari kursi, pindahkan klien secara langsung ke depan kursi

11) Instruksikan klien untuk menggunakan penyangga tangan pada kursi untuk menyokong

12) Fleksikan panggul anda dan lutut saat menurunkan klien ke kursi 13) Kaji klien untuk kesejajarn yang tepat

14) Stabilkan tungkai dengan slimut mandi

15) Ucapkan terimakasih atas upaya klien dan puji klien untuk kemajuan dan penampilannya

16) Lengkapi akhir protocol C. Body aligment

Pengaturan posisi yang dapat dilakukan pada pasien ketika mendapatkan perawatan, dengan tujuan untuk kenyamanan pasien, pemudahan

(8)

perawatan dan pemberian obat, menghindari terjadinya pressure area akibat tekanan yang menetap pada bagian tubuh tertentu.

Pengaturan posisi antara lain : a. Posisi fowler

Posisi fowler dengan sandaran memperbaiki curah jantung dan ventilasi serta membantu eliminasi urine dan usus.

1. Pengertian

Tanpa fleksi lutut.Posisi fowler merupakan posisi bed dimana kepala dan dada dinaikkan setinggi 45-60

2. Tujuan

a. Untuk membantu mengatasi masalah kesulitan pernafasan dan cardiovaskuler

b. Untuk melakukan aktivitas tertentu (makan, membaca, menonton televisi)

3. Prosedur kerja

1. Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2. Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien melorot kebawah pada saat kepala dinaikkan

3. fowler tinggi 60 sesuai kebutuhan. (semi fowler 15-45 sampai 603. Naikkan kepala bed 45

4. Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal jika ada celah disana. Bantal akan mencegah kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.

5. Letakkan bantal kecil dibawah kepala klien. Bantal akan menyangnya kurva cervikal dari columna vertebra. Sebagai alternatif kepala klien dapat diletakkan diatas kasur tanpa bantal. Terlalu banyak bantal dibawah kepala akan menyebabkan fleksi kontraktur dari leher.

6. Letakkan bantal dibawah kaki, mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiper ekstensi lutut, membantu klien supaya tidak melorot ke bawah.

7. Pastikan tidak ada pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu supaya klien tidak melorot kebawah.

8. Letakkan bantal atau gulungan handuk dibawah paha klien. Bila ekstremitas bawah pasien mengalami paralisa atau tidak mampu mengontrol ekstremitas bawah, gunakan gulungan

(9)

trokhanter selain tambahan bantal dibawah panggulnya. Mencegah hiperekstensi dari lutut dan oklusi arteri popliteal yang disebabkan oleh tekanan dari berat badan. Gulungan trokhanter mencegah eksternal rotasi dari pinggul.

9. Topang telapak kaki dengan menggunakan footboart. Mencegah plantar fleksi.

10. Letakkan bantal untuk menopang kedua lengan dan tangan, bila klien memiliki kelemahan pada kedua lengan tersebut. Mencegah dislokasi bahu kebawah karena tarikan gravitasi dari lengan yang tidak disangga, meningkatkan sirkulasi dengan mencegah pengumpulan darah dalam vena, menurunkan edema pada lengan dan tangan, mencegah kontraktur fleksi pergelangan tangan.

11. Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

b. Semi Fowler

Cara berbaring pasien dengan posisi setengah duduk. 1. Tujuan:

1) Mengurangi sesak napas 2) Memberikan rasa nyaman 3) Membantu memperlancar

4) keluarnya cairan, misalnya pada WSD

5) Membantu mempermudah tindakan pemeriksaan 2. Dilakukan pada:

1) Pasien sesak napas

2) Pasien pasca bedah, bila keadaan umum pasien baik atau bila pasien sudah sadar

3. Pelaksanaan:

1) Pasien didudukkan, sandaran punggung diatur sampai setengah duduk dan dirapihkan

2) Pada tempat tidur khusus, tempat tidurnya langsung diatur setengah duduk

3) Pasien dirapihkan c. Posisi Sims

Posisi sims atau disebut juga posisi semi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring pada posisi pertengahan antara posisi lateral dan posisi pronasi. Posisi ini lengan bawah ada di belakang tubuh klien,

sementara lengan atas didepan tubuh klien. 1. Tujuan

(10)

2) Mengurangi penekanan pada sakrum dan trokhanter besar pada klien yang mengalami paralisis

3) Untuk mempermudahkan pemeriksaan dan perawatan pada area perineal

4) Untuk tindakan pemberian enema 2. Prosedur kerja

1) Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.

3) Gulungkan klien hingga pada posisi setengah telungkup, bagian berbaring pada abdomen

4) Letakkan bantal dibawah kepala klien. Mempertahankan kelurusan yang tepat dan mencegah fleksi lateral leher.

5) Atur posisi bahu sehingga bahu dan siku fleksi

6) Letakkan bantal dibawah lengan klien yang fleksi. Bantal harus melebihi dari tangan sampai sikunya. Mencegah rotasi internal bahu.

7) Letakkan bantal dibawah tungkai yang fleksi, dengan menyangga tungkai setinggi pinggul. Mencegah rotasi interna pinggul dan adduksi tungkai. Mencegah tekanan pada lutut dan pergelangan kaki pada kasur.

8) Letakkan support device (kantung pasir) dibawah telapak kaki klien. Mempertahankan kaki pada posisi dorso fleksi. Menurunkan resiko foot-drop.

9) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan d. Posisi Trendelenburg

Posisi pasien berbaring ditempat tidur dengan bagian kepala lebih rendah daripada bagian kaki.

Tujuan

Posisi ini dilakukan untuk melancarkan peredaran darah ke otak. e. Posisi Genu Pectoral

Merupakan posisi menungging dengan kedua kaki ditekuk dan dada

menempel pada bagian alas tempat tidur.

Tujuan

Posisi ini digunakan untuk memeriksa daerah rectum dan sigmoid. f. Posisi Telantang (Supinasi)

Posisi terlentang adalah posisi dimana klien berbaring terlentang dengan kepala dan bahu sedikit elevasi menggunakan bantal.

Tujuan

(11)

b. Untuk mengatasi masalah yang timbul akibat pemberian posisi pronasi yang tidak tepat.

Prosedur kerja

1) Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2) Baringkan klien terlentang mendatar ditengah tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.

3) Letakkan bantal dibawah kepala, leher dan bahu klien. Mempertahankan body alignment yang benar dan mencegah kontraktur fleksi pada vertebra cervical.

4) Letakkan bantal kecil dibawah punggung pada kurva lumbal, jika ada celah disana. Bantal akan menyangga kurva lumbal dan mencegah terjadinya fleksi lumbal.

5) Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit. Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan dari adanya hiperektensi lutut dan tekanan pada tumit.

6) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mempertahankan telapak kaki dorsofleksi, mengurangi resiko foot-droop.

7) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralise pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diberikan pada lengan atas karena dapat menyebabkan fleksi bahu.

8) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

9) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan g. Posisi Orthopneu

Posisi orthopneu merupakan adaptasi dari posisi fowler tinggi dimana klien duduk di bed atau pada tepi bed dengan meja yang menyilang

diatas bed.

1. Tujuan

1) Untuk membantu mengatasi masalah pernafasan dengan memberikan ekspansi dada yang maksimal

2) Membantu klien yang mengalami masalah ekhalasi 2. Prosedur kerja

1) Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

(12)

2) Minta klien untuk memfleksikan lutut sebelum kepala dinaikkan. Mencegah klien merosot kebawah saat kepala dinaikkan.

3) Naikkan kepala bed 90

4) Letakkan bantal kecil diatas meja yang menyilang diatas bed. 5) Letakkan bantal dibawah kaki mulai dari lutut sampai tumit.

Memberikan landasan yang lebar, lembut dan fleksibel, mencegah ketidaknyamanan akibat dari adanya hiperekstensi lulut dan tekanan pada tumit.

6) Pastikan tidak ada tekanan pada area popliteal dan lulut dalam keadaan fleksi. Mencegah terjadinya kerusakan pada persyarafan dan dinding vena. Fleksi lutut membantu klien supaya tidak melorot kebawah.

7) Letakkan gulungan handuk dibawah masing-masing paha. Mencegah eksternal rotasi pada pinggul.

8) Topang telapak kaki klien dengan menggunakan footboard. Mencegah plantar fleksi.

9) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan h. Posisi Pronasi (telungkup)

Posisi pronasi adalah posisi dimana klien berbaring diatas abdomen dengan kepala menoleh kesamping.

1. Tujuan

1) Memberikan ekstensi penuh pada persendian pinggul dan lutut. 2) Mencegah fleksi kontraktur dari persendian pinggul dan lutut. 3) Memberikan drainase pada mulut sehingga berguna bagi klien

post operasi mulut atau tenggorokan. 2. Prosedur kerja

1) Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2) Baringkan klien terlentang mendatar di tempat tidur. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat.

3) Gulingkan klien dengan lengan diposisikan dekat dengan tubuhnya dengan siku lurus dan tangan diatas pahanya. Posisikan tengkurap ditengah tempat tidur yang datar. Memberikan posisi pada klien sehingga kelurusan tubuh dapat dipertahankan.

4) Putar kepala klien ke salah satu sisi dan sokong dengan bantal. Bila banyak drainase dari mulut, mungkin pemberian bantal dikontra indikasikan. Menurunkan fleksi atau hiperektensi vertebra cervical.

(13)

5) Letakkan bantal kecil dibawah abdomen pada area antara diafragma (atau payudara pada wanita) dan illiac crest. Hal ini mengurangi tekanan pada payudara pada beberapa klien wanita, menurunkan hiperekstensi vertebra lumbal, dan memperbaiki pernafasan dengan menurunkan tekanan diafragma karena kasur. 6) Letakkan bantal dibawah kaki, mulai lutut sampai dengan tumit. Mengurangi plantar fleksi, memberikan fleksi lutut sehingga memberikan kenyamanan dan mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.

7) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan serta mencegah tekanan yang berlebihan pada patella.

8) Jika klien tidak sadar atau mengalami paralisa pada ekstremitas atas, maka elevasikan tangan dan lengan bawah (bukan lengan atas) dengan menggunakan bantal. Posisi ini akan mencegah terjadinya edema dan memberikan kenyamanan. Bantal tidak diletakkan dibawah lengan atas karena dapat menyebabkan terjadinya fleksi bahu.

9) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan i. Posisi Lateral (Side Lying)

Posisi lateral adalah posisi dimana klien berbaring diatas salah satu sisi bagian tubuh dengan kepala menoleh kesamping.

1. Tujuan

1) Mengurangi lordosis dan meningkatkan aligment punggung yang baik

2) Baik untuk posisi tidur dan istirahat

3) Membantu menghilangkan tekanan pada sakrum dan tumit. 2. Prosedur kerja

1) Cuci tangan dengan menggunakan sarung tangan bila diperlukan. Menurunkan transmisi mikroorganisme.

2) Baringkan klien terlentang ditengah tempat tidur. Memberikan kemudahan akses bagi klien dan menghilangkan pengubahan posisi klien tanpa melawan gaya gravitasi.

3) Gulingkan klien hingga pada posisi miring. Menyiapkan klien untuk posisi yang tepat

4) Letakkan bantal dibawah kepala dan leher klien. Mempertahankan body aligment, mencegah fleksi lateral dan ketidaknyamanan pada otot-otot leher.

(14)

5) Fleksikan bahu bawah dan posisikan ke depan sehingga tubuh tidak menopang pada bahu tersebut. Mencegah berat badan klien tertahan langsung pada sendi bahu.

6) Letakkan bantal dibawah lengan atas. Mencegah internal rotasi dan adduksi dari bahu serta penekanan pada dada.

7) Letakkan bantal dibawah paha dan kaki atas sehingga ekstremitas berfungsi secara paralel dengan permukaan bed. Mencegah internal rotasi dari paha dan adduksi kaki. Mencegah penekanan secara langsung dari kaki atas terhadap kaki bawah. 8) Letakkan bantal, guling dibelakang punggung klien untuk

menstabilkan posisi. Memperlancar kesejajaran vertebra. Juga menjaga klien dari terguling ke belakang dan mencegah rotasi tulang belakang.

9) Lepaskan sarung tangan dan cuci tangan

10) Dokumentasikan tindakan yang telah dilakukan

Mobilisasi pasca pembedahan yaitu proses aktivitas yang dilakukan pasca pembedahan dimulai dari latihan ringan diatas tempat tidur (latihan pernafasan, latihan batuk efektif dan menggerakkan tungkai) sampai dengan pasien bisa turun dari tempat tidur, berjalan ke kamar mandi dan berjalan ke luar kamar (Brunner & Suddarth, 1996 ).

Tahap-tahap mobilisasi pada pasien dengan pasca pembedahan menurut Rustam Muchtar (1992), meliputi :

1. Pada hari pertama 6-10 jam setelah pasien sadar, pasien bisa melakukan latihan pernafasan dan batuk efektif kemudian miring kanan – miring kiri sudah dapat dimulai.

2. Pada hari ke 2, pasien didudukkan selama 5 menit, disuruh latihan pernafasan dan batuk efektif guna melonggarkan pernafasan.

3. Pada hari ke 3 - 5, pasien dianjurkan untuk belajar berdiri kemudian berjalan di sekitar kamar, ke kamar mandi, dan keluar kamar sendiri. 5. Dampak tidak melakukan mobilisasi dini pada pasien post op fraktur

a) Penyembuhan luka menjadi lama b) Menambah rasa sakit

c) Badan menjadi pegal dan kaku d) Kulit menjadi lecet dan luka

e) Memperlama perawatan dirumah sakit

(15)

Firman Allah s.w.t: “Wahai orang-orang yang beriman! Mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan solat kerana sesungguhnya Allah bersama orang-orang yang sabar” [Surah Al-Baqarah, ayat 153]

Maka Allah turunkan ayat di atas supaya memohon pertolongan kepada Allah dan Allah mengajarkan pula cara memohon pertolongan itu adalah dengan cara bersabar dan sholat. Seberat apapun penyakit itu, mereka tidak akan berhasil menggoyahkan keimanan ummat Islam. Sebab Allah memelihara orang yang sabar dari beratnya suatu penyakit. Akan tetapi, adakalanya sabar kita itu menjadi lemah kerana menghadapi penderitaan yang panjang. Maka, untuk memulihkan kesabaran kita itu, Allah gandingkan dengan sholat. Kerana dengan sholat, kesabaran kita kembali kuat. Kembali pulih seperti sebelumnya. Maka, mudah pula bagi kita menghadapi penyakit yang diderita.

DAFTAR PUSTAKA

Alimuh, A. 2006. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Salemba Medika

Mansioer. 2000. Kapita Selekta Kedokteran Edisi III. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.

http://epaper.kompas.com

http://digilib.uin-suka.ac.id/2973/1/BAB%20I,V.pdf

http://dokumen.tips/documents/satuan-acara-penyuluhan-perawatan-luka.html Walton. 1990. Perawatan Luka dan Penderita Perlakuan Ganda Alih Bahasa

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini disebabkan oleh pasien tidak mengetahui apa itu batuk efektif dan tidak diajarkan secara spesifik apa saja persiapan dan bagaimana cara melakukannya;

b. Ekstensi : Mengembalikan lengan ke posisi di samping tubuh, rentang 180° c. Abduksi : Menaikan lengan ke posisi samping di atas kepala dengan telapak tangan jauh dari

Salah satunya tidak menggunakan air yang tidak terkontaminasi dengan tinja manusia, karena jika menggunakan air yang sudah tercemar, telur cacing akan bertahan pada air tersebut

Salah satu cara untuk merangsang hormon oksitosin dan meningkatkan rasa nyaman adalah dengan pijat oksitosin Ummah, 2014.. Pijat oksitosin adalah pijat disepanjang tulang belakang

Setelah bayi membuka mulut, dengan cepat kepala bayi didekatkan ke payudara ibu dan putting serta areola payudara dimasukkan ke mulut bayi.. Cara Melepas Isapan Bayi

Dilakukan teknik nafas dalam pada klien Asma yang bertujuan untuk mengurangi sesak nafas pada klien dan mengurangi rasa nyeri untuk memperbaiki ventilasi alveoli atau memelihara

Tambahkan lebih banyak vitamin B9 atau makanan kaya folat, karena penting untuk pembelahan sel sehat dalam tubuh yang membantu meningkatkan jumlah trombosit darah.. Folat banyak

Pengertian Diabetes mellitus atau yang dikenal dengan kencing manis/penyakit gula merupakan penyakit dimana kadar gula dalam darah cukup tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau