• Tidak ada hasil yang ditemukan

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN GROWTH HORMONE (GH EcoRV) PADA AYAM KAMPUNG DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PCR-RFLP CANDRA KRISDIANTO

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN GROWTH HORMONE (GH EcoRV) PADA AYAM KAMPUNG DI INDONESIA MENGGUNAKAN METODE PCR-RFLP CANDRA KRISDIANTO"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN

GROWTH HORMONE

(GH|

EcoR

V) PADA AYAM KAMPUNG DI INDONESIA

MENGGUNAKAN METODE PCR-RFLP

CANDRA KRISDIANTO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Identifikasi Keragaman Gen Growth Hormone (GH|EcoRV) pada Ayam Kampung di Indonesia Menggunakan Metode PCR-RFLP adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, September 2016 Candra Krisdianto NIM D14120041

(4)
(5)

1

ABSTRAK

CANDRA KRISDIANTO. Identifikasi Keragaman Gen Growth Hormone (GH|EcoRV) pada Ayam Kampung di Indonesia Menggunakan Metode PCR-RFLP. Dibimbing oleh RINI HERLINA MULYONO dan CECE SUMANTRI.

Growth hormone (GH) dikenal sebagai salah satu hormon pengontrol pertumbuhan makhluk hidup termasuk produksi telur, pertumbuhan otot, dan pertumbuhan tulang. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi keragaman gen GH yang terdapat pada ayam kampung dengan metode Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP). Keragaman gen GH dianalisa dari 106 ekor ayam kampung yang terdiri dari 49 ekor ayam kampung Ciawi dan 57 ekor ayam kampung Sukabumi, sebagai data pembanding digunakan juga 20 ayam Cobb, 10 Isa Brown, dan 10 ayam kampung x Isa Brown. Gen diamplifikasi dengan suhu annealing 60 oC selama 20 detik dengan panjang sekuen 339 pb yang terletak pada intron 3. Hasil amplifikasi dipotong menggunakan enzim EcoRV dengan suhu 37 oC. Data yang diambil adalah frekuensi genotipe, frekuensi alel, heterozigositas, dan keseimbangan Hardy-Weinberg. Hasil penelitian menunjukkan alel G lebih besar dari alel A. Berdasarkan hasil dapat disimpulkan bahwa ayam kampung, Cobb, dan Isa Brown bersifat polimorfik sedangkan ayam kampung x Isa Brown bersifat monomorfik.

Kata kunci: ayam kampung, gen GH, keragaman, PCR-RFLP

ABSTRACT

CANDRA KRISDIANTO. Identification of Polymorphism of Growth Hormone Gene (GH|EcoRV) in Indonesia Native Chicken Using PCR-RFLP Method. Supervised by RINI HERLINA MULYONO and CECE SUMANTRI.

Growth hormone (GH) is known as one of the hormones that controlling growth of the living being including egg production, muscle, and bone growth. The objective of this research was to identify polymorphism of GH gene in native chicken using Polymerase Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP) method. Polymorphisms of GH gene were studied from blood samples of 106 kampung chickens consisting 49 chickens from Ciawi and 59 chickens from Sukabumi, for comparative data used samples of 20 Cobb, 10 Isa Brown, and 10 kampung x Isa Brown. Gene was amplified with annealing temperature of 60 oC for 20 seconds resulting 339 pb sequences which located at intron 3. The result of amplification was digested in 37 oC by EcoRV enzyme. The collected data was genotype and allele frequencies, heterozygosity, and Hardy-Weinberg equilibrium. The result showed that allele G was higher than allele A. Based on the result it can be concluded that kampung, Cobb, and Isa Brown are polymorphic and kampung x Isa Brown are monomophic.

(6)
(7)

3

IDENTIFIKASI KERAGAMAN GEN

GROWTH HORMONE

(GH|

EcoR

V) PADA AYAM KAMPUNG DI INDONESIA

MENGGUNAKAN METODE PCR-RFLP

CANDRA KRISDIANTO

DEPARTEMEN ILMU PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN FAKULTAS PETERNAKAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2016

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan

pada

(8)
(9)
(10)
(11)

7

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Desember 2015 ini ialah ayam lokal, dengan judul Identifikasi Kegaraman Gen Growth Hormone (GH|EcoRV) pada Ayam Kampung di Indonesia Menggunakan Metode PCR-RFLP.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Ir Rini H Mulyono, MSi dan Bapak Prof Dr Ir Cece Sumantri, MSc selaku pembimbing; Ibu Dr Ir Sri Darwati, MSi dan Bapak Sigid Prabowo, SPt MSi sebagai dosen penguji sidang; Bapak Dr Asep Gunawan, SPt MSc sebagai dosen pembahas seminar; dan Ibu Zakiah Wulandari, STP MSi sebagai dosen pembimbing akademik. Penghargaan juga penulis sampaikan kepada Shelvi, SSi; Isyana Khoerunissa, SPt; Ahmad Furqon, SPt; dari Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, yang telah membantu selama penelitian berlangsung. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada ibunda Rahayu Wijayati, kakak Putra Rahardianto, adik Ragelia Sekar Merah Saraswati atas doa dan kasih sayangnya. Terima kasih juga penulis sampaikan khususnya kepada Tari Oktavia yang selalu mendampingi dan menyemangati; Ade, Ady, Anna, Asri, Audrian, Herdian, Melati, Nurma selaku teman penelitian yang selalu bersama; teman terbaik Kiki Rizqi Januar, Shania Zaradina, Randi Novriadi, Fajar Heirizwan beserta teman-teman Torero IPTP 49 lainnya; Grup Himager, Himadota; Afrizal, Dimas, Arif, Rolando, Naufal dan teman-teman SMA atas segala dukungannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, September 2016 Candra Krisdianto

(12)
(13)

9

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi DAFTAR GAMBAR vi PENDAHULUAN 1 Latar Belakang 1 Tujuan Penelitian 1

Ruang Lingkup Penelitian 1

METODE 2

Waktu dan Lokasi Penelitian 2

Alat 2

Bahan 2

Prosedur 3

Analisis Data 4

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Amplifikasi Gen Growth Hormone (GH|EcoRV) 6

Frekuensi Genotipe dan Frekuensi Alel Gen GH|EcoRV 8 Keseimbangan Hardy-Weinberg pada Gen GH|EcoRV 8

Heterozigositas 9

SIMPULAN DAN SARAN 10

DAFTAR PUSTAKA 10

LAMPIRAN 12

(14)

10

DAFTAR TABEL

1 Primer gen GH 2

2 Genotipe dan panjang produk hasil PCR-RFLP 7

3 Frekuensi genotipe dan frekuensi alel pada populasi ayam lokal 8 4 Keseimbangan Hardy-Weinberg gen GH|EcoRV berdasarkan uji

chi-square (X2) 9

5 pendugaan nilai heterozigositas gen GH|EcoRV 9

DAFTAR GAMBAR

1 Posisi penempelan primer (garis bawah) pada sekuen GH berdasarkan

GenBank dengan kode akses AY461843.1 4 2 Hasil amplifikasi gen GH|EcoRV pada 16 sampel ayam kampung

dengan menggunakan teknik PCR pada gel agarose 1.5% 6 3 Posisi fragmen gen GH|EcoRV dan titik potong enzim berdasarkan

GenBank (nomor akses: AY461843) 7 4 Visualisasi hasil genotyping gen GH|EcoRV ayam kampung pada gel

(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Ayam merupakan unggas yang digemari masyarakat Indonesia sebagai sumber protein hewani. Konsumsi daging unggas di Indonesia saat ini menempati urutan pertama (65%) diikuti oleh sapi (20%), kambing dan domba (6%), dan daging lainnya (9%) (Aman 2011). Daging ayam tersebut sekitar 77.6% berasal dari ayam ras pedaging dan 16.6% dari ayam kampung (DPKH 2013). Ayam kampung memiliki kelebihan pada daya adaptasi tinggi karena mampu menyesuaikan diri dengan berbagai situasi, kondisi lingkungan dan perubahan iklim serta cuaca setempat. Ayam kampung mempunyai kelemahan dalam hal produktivitas. Faktor penyebab produktivitas rendah adalah lingkungan yang tidak mendukung seperti sistem pemeliharaan dan nutrisi pakan yang kurang.

Ayam kampung memiliki potensi untuk ditingkatkan mutu genetiknya melalui seleksi secara kuantitatif dan kualitatif. Penyeleksian dapat dilakukan dengan cara konvensional dan molekuler. Seleksi konvensional dilakukan dengan cara memilih ayam yang mempunyai fenotip produksi tinggi, kemudian dilakukan seleksi molekuler dengan memilih gen ayam yang mempunyai produksi tinggi. Penyeleksian gen-gen yang berkorelasi dengan sifat produksi pada ayam kampung masih dapat dilakukan karena sifat produksi yang masih beragam. Perkembangan ilmu bioteknologi digunakan untuk mencari dan menyeleksi gen tersebut pada ayam lokal. Gen GH atau Growth Hormone dianggap sebagai gen yang paling menentukan performa ayam karena berfungsi dalam pertumbuhan dan metabolisme pada ayam (Vasilatos-Younken et al. 2000). Nie et al. (2005) menyatakan bahwa mutasi pada gen GH juga memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan ayam, sifat karkas, produksi telur dan deposisi lemak.

Keragaman genetik diperlukan untuk mempertahan kelestarian pada suatu populasi ayam kampung sebagai sumber daya genetik ternak unggal lokal Indonesia. Teknik yang sering dilakukan untuk mengidentifikasi keragaman genetik yaitu metode Polymorphism Chain Reaction-Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP). Penelitian mengenai keragaman genetik gen GH pada ayam kampung masih jarang dilakukan, sehingga peningkatan mutu kualitas ayam kampung dapat depercepat dengan penyeleksian terhadap gen tersebut.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman gen Growth Hormone (GH) pada ayam kampung melalui metode Polymerase Chain Reaction -Restriction Fragment Length Polymorphism (PCR-RFLP).

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini mengidentifikasi gen growth hormone intron 3 yang terletak di kromosom 1 pada ayam kampung. Identifikasi keragaman menggunakan enzim restriksi EcoRV dengan metode PCR-RFLP

(16)

2

METODE

Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Laboratorium Genetika Molekuler Ternak, Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian berlangsung dari bulan Desember 2015 sampai Maret 2016.

Alat

Tahap pengambilan darah menggunakan alat-alat yang terdiri atas tabung ependorf 1.5 mL, spoit, 1 set cool box,dan spidol permanen. Tahap ekstraksi DNA digunakan alat-alat yang terdiri atas centrifuge, tabung eppendorf 1.5 mL beserta rak tabung, 1 unit mikropipet beserta tip, vortex, inkubator, rotating mixer, dan freezer.

Analisis PCR-RFLP menggunakan alat-alat yang terdiri atas mesin PCR thermocycler, tabung eppendorf beserta rak tabung, incubator, refrigerator, stirrer, microwave, tray pencetak, 1 unit mikropipet beserta tip, vortex, microsentrifuge (spin down), dan UV transilluminator.

Bahan

Sampel darah yang digunakan sebagai sumber DNA sebanyak 49 ayam kampung asal Ciawi dan 57 ayam kampung asal Sukabumi, sebagai pembanding digunakan juga 20 ekor ayam Cobb, 10 ekor Isa Brown, dan 10 ekor ayam kampung x Isa Brown. Sampel darah ayam kampung, Isa Brown, dan kampung x Isa Brown merupakan koleksi dari laboratorium genetika dan molekuler ternak, sedangkan sampel darah ayam Cobb diambil langsung dari laboratorium lapang fakultas peternakan

Bahan-bahan yang digunakan pada tahapan pengambilan sampel darah terdiri atas alkohol 70%, EDTA dan kapas. Tahap ekstraksi DNA digunakan bahan-bahan yang terdiri atas 1×STE (sodium tris-EDTA), larutan EtOH 96%, air destilasi, NaCl 0.2%, SDS (sodium dodecylsulphate) 10%, proteinase-K (5 mg mL-1), phenol solution, CIAA (chloroform isoamylalcohol), NaCl 5M, dan TE (tris EDTA) 80%. Primer yang digunakan untuk mengamplifikasi gen GH di kromosom 1 basa ke-2248 dirancang berdasarkan Primer Designing Tool NCBI sekuen acuan di GenBank (Nomor akses: AY461843). Primer yang dirancang mempunyai urutan sekuen yang ditampilkan pada Tabel 1.

Tabel 1 Primer gen GH

Gen Target Sekuens Primer Panjang sekuen

GH Intron 3

F: 5’- ATGTCTCCACAGGAACGCAC -3’

R: 5’- GCTCTGTAAGCTGAGCACCAC -3’ 339 pb

(17)

3 Bahan-bahan yang digunakan pada teknik PCR yaitu sampel DNA, DW (destilation water), Green Master Mix dan pasangan primer forward dan reverse. Primer yang digunakan pada gen GH (F: 5’- ATGTCTCCACAGGAACGCAC-3’; R: 5’-GCTCTGTAAGCTGAGCACCAC-3’). Teknik RFLP menggunakan bahan-bahan yang meliputi produk PCR (amplikon), enzim restriksi EcoRV dengan situs potong GA|TATC, buffer R, dan DW. Bahan-bahan yang digunakan dalam elektroforesis terdiri atas amplikon, agarose gel 1.5% dan 2%, 0.5×TBE (tris borat -EDTA), etidium bromida (EtBr) 10%, dan marker 100 pb.

Prosedur Pengambilan Sampel Darah

Sampel darah ayam Cobb diperoleh dengan mengambil darah menggunakan spoit di vena axillaris bagian sayap. Darah diambil pada bagian kulit yang dioles alkohol terlebih dahulu. Darah yang diambil sebanyak 1 mL kemudian dimasukkan ke dalam tabung 1.5 mL dan dicampur dengan serbuk EDTA agar tidak menggumpal. Sampel darah disimpan dalam refrigerator (suhu 4 oC) sebelum diproses lebih lanjut.

Ekstraksi DNA

Ekstraksi DNA dilakukan berdasarkan Sambrook et al. (1989) yang dimodifikasi. Darah ayam diambil sebanyak 20 μL dan dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1.5 mL, lalu ditambahkan 1 000 μL NaCl 0.2%, kemudian sampel dihomogenkan menggunakan vortex dan didiamkan selama 5 menit. Sampel selanjutnya disentrifius pada kecepatan 8 000 rpm selama 5 menit dan supernatan yang terbentuk dibuang. Endapan ditambahkan 40 μL SDS 10%, 10 μL proteinase-K (5 mg mL-1) dan 1×STE sampai 400 μL, kemudian diinkubasi pada suhu 55 °C selama 2 jam sambil digoyang secara perlahan dengan menggunakan tilter.

Degradasi bahan organik dilakukan dengan menambahkan 400 μL phenol solution, 400 μL CIAA, dan 40 μL NaCl 5M, kemudian digoyang selama 1 jam pada suhu ruang. Molekul DNA dipisahkan dari fenol dengan cara disentrifius pada kecepatan 12 000 rpm selama 5 menit sehingga terbentuk fase DNA (bening). Fase DNA dipindahkan ke tabung baru untuk ditambahkan 800 μL EtOH absolute 70% dan 40 μL NaCl 5M, kemudian freezing (over night). Molekul DNA disentrifius pada kecepatan 12 000 rpm selama 5 menit untuk memisahkan EtOH absolute. Supernatan yang mengendap dibuang. Endapan didiamkan hingga kering untuk disuspensikan dalam 100 μL TE 80%. Sampel DNA disimpan dalam freezer sampai akan digunakan.

Amplifikasi DNA

DNA diamplifikasi dengan teknik PCR. Sampel DNA hasil ekstraksi sebanyak 0.3 μL dimasukkan ke dalam tabung PCR, lalu ditambahkan 14 μL larutan premix. Premix tersusun atas 0.2 μL primer, 6.3 μL DW, 7.5 μL Green Master Mix. Campuran ini diinkubasi dalam thermocycler untuk proses amplifikasi.

Proses amplifikasi diawali dengan tahap denaturasi pada suhu 95 oC selama 5 menit. Tahap kedua terdiri dari 30 siklus, masing-masing siklus terdiri dari proses denaturasi pada suhu 95 oC selama 10 detik, annealing primer pada suhu 60 oC

(18)

4

selama 20 detik dan ekstensi DNA pada suhu 72 oC selama 30 detik. Tahapan terakhir adalah pemanjangan primer pada suhu 72 oC selama 5 menit. Rekonstruksi struktur perancangan primer gen GH pada Gallus gallus disajikan pada Gambar 1.

Forward

2041 gacctgagtg catttgggat gtctccacag gaacgcacct atattccgga ggaccagagg 2101 tacaccaaca aaaactccca ggctgcgttt tgttactcag aaaccatccc agctcccacg 2161 gggaaggatg acgcccagca gaagtcagta agttgtctcc cctgggtaaa cacagcactg

2221 ttttatggaa cagagggtct ccacgtggta tcagtcccga gaaggagaaa tgccttctta

2281 cttttcacac cctgcatgca gaaagacacg ggttgggcag taaatcatat tcccacccta 2341 aataaagtcc taaaaaaaca ggctcgagtc tgagtggtgg tgctcagctt acagagctgc

reverse

Gambar 1 Posisi penempelan primer (garis bawah) pada sekuen GH berdasarkan GenBank dengan kode akses AY461843.1

Elektroforesis

Hasil amplifikasi DNA divisualisasi melalui elektroforesis. Amplikon dipisahkan menggunakan elektroforesis agarose gel 1.5%. Gel terbuat dari 0.45 g agarose gel dan 30 mL 0.5×TBE yang dipanaskan dalam microwave pada suhu medium-high selama 3 menit. Homogenisasi dilakukan dengan stirrer, lalu ditambahkan 2.5 μL EtBr 10%.

Gel dicetak pada tray pencetak dan dibiarkan hingga mengeras. Amplikon sebanyak 5 μL dipisahkan (running) melalui elektroforesis pada tegangan 100 V selama 35-45 menit yaitu sampai fragmen DNA selesai bermigrasi di dalam gel. Pita-pita (bands) akan tampak dengan bantuan sinar UV sehingga genotyping dilakukan berdasarkan panjang fragmen DNA yang terlihat.

Genotyping

Genotyping dilakukan dengan teknik RFLP. Sebanyak 4 μL amplikon ditambahkan 0.9 μL DW, 0.7 μL buffer, dan 0.4 μL enzim restriksi. Enzim EcoRV pada pemotongan gen Growth Hormone intron 3 diinkubasi pada suhu 37 °C selama 4 jam. Sebanyak 5 μL DNA hasil pemotongan kemudian dilakukan elektroforesis kembali pada tegangan 100 V selama 35-45 menit pada agarose gel 2%.

Sampel DNA hasil elektroforesis kemudian diangkat dan diamati di bawah sinar UV. Fragmen DNA yang muncul dari hasil elektroforesis dibandingkan dengan marker untuk diketahui panjang fragmennya. Posisi DNA yang terbentuk diidentifikasi sebagai alel untuk penentuan genotipe setiap sampel.

Analisis Data Frekuensi Alel dan Genotipe

Frekuensi alel dihitung menggunakan rumus menurut Nei dan Kumar (2000) sebagai berikut:

xi = (2nii+ ∑i≠jnij) 2N

(19)

5 Frekuensi genotipe dihitung dengan rumus sebagai berikut (Nei dan Kumar 2000):

xii =nii N

Keterangan:

xi = frekuensi alel ke-i;

xii = frekuensi genotipe ke-i;

nii = jumlah individu bergenotipe ii;

nij = jumlah individu bergenotipe ij; dan

N = jumlah total sampel.

Keseimbangan Hardy-Weinberg

Keseimbangan Hardy-Weinberg diuji dengan rumus chi-kuadrat (χ2) menurut Nei dan Kumar (2000) yaitu dengan rumus berikut:

χ2 = ∑(O − E)

2

E

Keterangan:

χ2 = chi-kuadrat;

O = nilai pengamatan; dan E = nilai harapan.

X2 tabel (α;db), jika X2 hitung > X2 tabel = nyata, X2 hitung < X2 tabel = tidak nyata

db = 3.84

Derajat Heterozigositas

Keragaman genetik dilakukan melalui perhitungan nilai heterozigositas pengamatan (H0) menurut Weir (1996):

H0 = ∑ N1ij N i≠j Keterangan: H0 = heterozigositas pengamatan;

N1ij = jumlah individu heterozigot pada lokus ke-1; dan

N = jumlah individu yang dianalisis.

Heterozigositas harapan dihitung menggunakan rumus berdasarkan Nei dan Kumar (2000) yaitu: He= 1 − ∑ xi2 q i=1 Keterangan: He = heterozigositas harapan;

xi = frekuensi harapan; dan

(20)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Amplifikasi Gen Growth Hormone (GH|EcoRV)

Fragmen gen hormon pertumbuhan (GH|EcoRV) diamplifikasi menggunakan teknik PCR dengan target titik SNP menurut Nie et al. (2005) yaitu pada posisi basa ke-2248 bp yang terletak di intron 3. Amplifikasi gen GH|EcoRV menggunakan mesin Thermal Cycler pada kondisi suhu annealing 60 oC selama 20 detik.

Pasangan primer didesain menggunakan Primer Designing Tool (Primer3), berdasarkan informasi urutan DNA gen GH (nomor akses: AY461843). Hasil PCR dari 5 kelompok ayam yang berbeda menunjukkan bahwa gen GH dapat teramplifikasi dengan baik pada semua sampel ayam dengan ukuran pita 339 pb. Menurut Feng et al. (1997) gen GH berfungsi sebagai pengatur penyebaran nutrisi untuk menstimulasi pertumbuhan otot dan menurunkan deposisi lemak. Hasil PCR dari 16 sampel penelitian menunjukkan gen GH teramplifikasi dengan baik seperti yang disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2 Hasil amplifikasi gen GH|EcoRV pada 16 sampel ayam kampung dengan menggunakan teknik PCR pada gel agarose 1.5%

Identifikasi keragaman gen GH pada penelitian ini dilakukan dengan metode PCR-RFLP. Teknik PCR-RFLP adalah salah satu metode yang efisien, sederhana dan akurat, teknik ini sudah umum digunakan untuk mendeteksi polimorfisme, evolusi, dan analisis forensik (Ota et al. 1991). Pemotongan fragmen gen GH intron 3 dilakukan menggunakan enzim restriksi EcoRV dengan buffer R. Suhu inkubasi enzim 37 oC selama 4 jam. Enzim ini akan bekerja jika fragmen mempunyai basa dengan urutan GA|TATC yang ternyata enzim tersebut dapat memotong pada urutan basa ke-2248 pada amplikon, hal tersebut bersesuaian dengan Nie et al. (2005) yang melaporkan Single Nucleotide Polymorphisms (SNP) ditemukan antara Guanin (G) dan Adenin (A) pada basa ke-2248 gen GH. Basa G telah bermutasi menjadi basa A sehingga pemotongan amplikon dimarka alel A, sedangkan alel G tidak terpotong (Gambar 3). SNP adalah salah satu bentuk variasi materi genetik pada makhluk hidup. Variasi basa ke-2248 pada gen GH telah dikorelasikan dengan pertambahan bobot badan pada populasi ayam di China, ayam yang mempunyai basa A pada urutan basa ke-2248 mempunyai bobot badan lebih besar. Visualisasi titik potong enzim GH|EcoRV basa ke-2248 disajikan pada Gambar 3.

500 pb

339 pb

(21)

7

Keterangan : Alel G mempunyai basa G pada posisi basa ke-2248 Alel A mempunyai basa A pada posisi basa ke-2248

Gambar 3 Posisi fragmen gen GH|EcoRV dan titik potong enzim berdasarkan GenBank (nomor akses: AY461843)

Enzim restriksi EcoRV memotong produk PCR 339 pb gen GH Alel A dengan panjang fragmen 148 pb dan 191 pb yang ditunjukkan pada Tabel 2.

Tabel 2 Genotipe dan panjang produk hasil PCR-RFLP

Lokus Genotipe Panjang Produk (pb)

GH|EcoRV GG AA GA 339 148, 191 148, 191, 339 Pemotongan terjadi karena enzim restriksi mengenal situs potong GA|TATC. Produk PCR berdasarkan GenBank nomor akses AY461843.1 menunjukkan bahwa pada titik ke-2248 mutasi telah terjadi. Visualisasi setelah pemotongan menggunakan enzim disajikan pada Gambar 4. Kelompok ayam terdeteksi mempunyai 3 genotipe yaitu GG, AG, dan AA. Genotipe GG ditemukan pada 115 ayam, AG pada 27 ayam, AA pada 4 ayam dari keseluruhan sampel darah ayam yang diamati. Berdasarkan hasil penelitian, terdapat mutasi pada basa ke-2248. Nie et al. (2005) menyatakan mutasi pada intron 3 gen GH lebih tinggi daripada gen lain pada ayam leghorn, white recessive rock, dan taihe silkies. Hasil genotyping divisualisasikan pada gel agarose 2% (Gambar 4).

Gambar 4 Visualisasi hasil genotyping gen GH|EcoRV ayam kampung pada gel agarose 2% dengan genotipe AA, GG, dan AG

148 pb 339 pb

M 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

191 pb 500 pb

(22)

8

Frekuensi Genotipe dan Frekuensi Alel Gen GH|EcoRV

Frekuensi genotipe dan alel hasil analisis gen GH yang dilakukan pada sampel darah ayam disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Frekuensi genotipe dan frekuensi alel pada populasi ayam lokal Populasi N Frekuensi Genotipe Frekuensi Alel

AA GG AG A G

Kampung Ciawi 49 0.06 0.65 0.29 0.20 0.80 Kampung Sukabumi 57 0.00 0.84 0.16 0.08 0.92

Cobb 20 0.05 0.80 0.15 0.12 0.88

Isa Brown 10 0.00 0.90 0.10 0.05 0.95

Kampung x Isa Brown 10 0.00 1.00 0.00 0.00 1.00 Proses PCR-RFLP menghasilkan genotipe 146 sampel ayam yang terdiri atas AA, GG, dan AG masing-masing sebanyak 4, 115, dan 27 ekor ayam. Data menunjukkan bahwa alel G lebih tinggi daripada alel A. Penelitian yang dilakukan Nie et al. (2005) pada populasi ayam di China juga menunjukkan bahwa frekuensi alel G lebih besar dibandingkan alel A dengan nilai sebesar 0.87 untuk alel G dan 0.13 untuk alel A. Mutasi gen GH pada intron 3 berpengaruh langsung pada bobot badan ayam yang dilakukan pada populasi ayam di China, Alel A (Genotipe AA) memiliki pertumbuhan otot lebih besar dibandingkan dengan alel G (Genotipe GG) (Nie et al. 2005). Alel yang terdapat pada ayam kampung adalah polimorfik (beragam) hal yang sama ditunjukkan juga pada ayam Cobb dan ayam Isa Brown. Ayam kampung x Isa Brown mempunyai frekuensi alel yang monomorfik (seragam). Hal tersebut bersesuaian dengan Penelitian Nei et al. (2005) yang menyatakan bahwa tipe Isa Brown adalah tipe ringan, sehingga alel yang ditunjukkan pada kampung x Isa Brown bersifat monomorfik untuk bobot badan rendah dengan genotipe G. Hal yang sama ditemui antar populasi Cobb dan Isa Brown, ayam Isa Brown berbadan ringan sehingga frekuensi alel G lebih tinggi dibandingkan ayam Cobb. Sebaliknya pada ayam kampung, frekuensi Alel A lebih tinggi daripada ayam Cobb yang menggambarkan bahwa ayam kampung relatif berukuran besar sebagai tipe dwiguna, ayam kampung dapat diarahkan ke tipe pedaging dengan memunculkan alel A. Ayam kampung x Isa Brown tidak memiliki alel A karena telah dilakukan seleksi dengan tidak mengawinkan indukan yang mempunyai alel A. Perbedaan persentase alel A pada ayam kampung Ciawi dan Sukabumi dapat dikarenakan oleh sistem pemeliharaan yang berbeda, ayam kampung Ciawi dipelihara secara intensif untuk memperoleh bobot badan tinggi, sedangkan ayam kampung Sukabumi dipelihara secara ekstensif dan tidak difokuskan kearah pedaging. Alel dapat dikatakan polimorfik jika memiliki frekuensi sama atau kurang dari 99% (Allendorf dan Luikart 2006).

Keseimbangan Hardy-Weinberg pada Gen GH|EcoRV

Analisis keseimbangan Hardy-Weinberg gen GH|EcoRV menggunakan nilai chi-kuadrat (X2). Populasi ayam kampung Ciawi, kampung Sukabumi, Cobb, Isa

(23)

9 Brown berada pada keseimbangan Hardy-Weinberg (X2 hitung < X2 tabel), sedangkan ayam kampung x Isa Brown menyimpang dari keseimbangan Hardy-Weinberg karena hanya memiliki 1 genotipe yang diperlihatkan oleh Tabel 3. Allendorf dan Luikart (2006) mengatakan bahwa Keseimbangan Hardy-Weinberg dapat dilihat dengan melihat hasil dari X2 hitung dan membandingkannya dengan

nilai X2 tabel. Derajat bebas diperoleh dari kemungkinan genotipe yang muncul (3) dikurangi dengan jumlah alel yang muncul (2), sehingga nilai X2 tabel dengan derajat bebas (db) 3 - 2 = 1 adalah 3.84.

Tabel 4 Keseimbangan Hardy-Weinberg gen GH|EcoRV berdasarkan uji chi-square (X2)

Sampel N X2 Hitung X2 Tabel (0.05)

Kampung Ciawi 49 0.71 3.84

Kampung Sukabumi 57 0.42 3.84

Cobb 20 2.13 3.84

Isa Brown 10 0.03 3.84

Kampung x Isa Brown 10 - 3.84

Suatu populasi dikatakan dalam keseimbangan Hardy-Weinberg yaitu jika frekuensi genotipe dan frekuensi alel selalu konstan dari generasi ke generasi. Keseimbangan Hardy-Weinberg digunakan untuk membandingkan frekuensi gen, Weigend dan Romanov (2001) menyebutkan faktor yang mempengaruhi keseimbangan populasi adalah mutasi dan rekombinasi, genetic drift, seleksi, dan migrasi.

Heterozigositas

Nilai heterozigositas pengamatan (Ho) dan heterozigositas harapan (He)

digunakan untuk mengetahui keragaman genetik suatu populasi. Heterozigositas harapan (He) merupakan penduga keragaman genetik populasi hewan ternak (Noor

2010). Nilai heterozigositas dari keempat populasi ayam disajikan pada Tabel 3. Tabel 5 pendugaan nilai heterozigositas gen GH|EcoRV

Populasi N Ho He Kampung Ciawi 49 0.29 0.32 Kampung Sukabumi 57 0.16 0.15 Broiler 20 0.15 0.22 Petelur 10 0.10 0.10 Kampung Petelur 10 - -

Nilai heterozigositas pengamatan (Ho) pada 5 populasi ayam lokal berkisar

antara 0.1-0.22, sedangkan nilai heterozigositas harapan (He) berkisar 0.1-0.25.

Nilai heterozigositas berbeda dikarenakan jumlah populasi dan frekuensi alel yang digunakan pada setiap populasi terdapat perbedaan. Nilai heterozigositas dipengaruhi oleh jumlah sampel, jumlah dan frekuensi alel serta marka genetik yang digunakan (Allendorf dan Luikart 2006). Nilai heterozigositas tertinggi ditunjukkan oleh ayam kampung, namun nilai heterozigositas rata-rata populasi ayam lokal yang diteliti termasuk rendah dikarenakan ayam merupakan hasil

(24)

10

seleksi ke arah petelur. Heterozigositas pada ternak sangat menguntungkan, hal ini sesuai dengan penelitian Briles et al. (1957) yaitu ayam yang mempunyai gen golongan darah B heterozigot mempunyai sifat produksi telur, daya hidup, dan daya tetas yang baik. Nei (1987) menyatakan bahwa nilai heterozigositas berkisar antara 0-1, apabila nilai heterozigositas mendekati 0 maka diantara populasi yang diukur memiliki hubungan genetik yang sangat dekat dan apabila nilai heterozigositas mendekati 1 maka diantara populasi yang diukur memiliki hubungan genetik yang sangat jauh.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Populasi ayam kampung, Cobb, dan Isa Brown bersifat polimorfik, sedangkan ayam kampung x Isa Brown bersifat monomorfik. Keragaman tertinggi ditunjukkan oleh ayam kampung, nilai heterozigositas ayam lokal termasuk dalam kategori rendah.

Saran

Perlu dilakukan sekuensing pada setiap tipe genotipe untuk meneliti lebih lanjut tentang keragaman gen GH pada ayam lokal. Perlu dilakukan asosiasi antara keragaman gen GH dengan pertumbuhan bobot badan dan produksi telur. Keragaman genetik perlu ditingkatkan melalui kebijakan manajemen perkawinan seperti penyediaan pejantan dari luar populasi dan melakukan seleksi melalui uji performa serta pergiliran pejantan untuk menghindari silang dalam.

DAFTAR PUSTAKA

Allendorf FW, Luikart G. 2006. Conservation and the Genetics of Populations. Oxford (UK): Blackwell Publishing

Aman Y. 2011. Ayam Kampung Unggul. Jakarta (ID): Penebar Swadaya.

Bingxue Y, Xuemei D, Jing F, Xiaoxiang H, Changxin W, Ning L. 2003. Single nucleotide polymorphism analysis in chicken growth hormone gene and its associations with growth and carcass traits. Chinese Sci Bull. 48(15):1561-1564.doi: 10.1360/02wc0379

Briles WE, Allen CP, Millen TW. 1957. The B blood group system of chickens. I. Heterozygosity in closed populations. Genetics 42(5): 631-648.

[DPKH] Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan. 2013. Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan. Jakarta (ID): Kementerian Pertanian RI. Falconer DS, Mackay TFC. 1996. Introduction to Quantitative Genetic. Ed ke-4.

New York (US): Longman Inc.

Feng XP, Kuhnlein U, Aggrey SE, Gavora JS, Zadworny D. 1997. Trait association of genetic markers in the growth hormone and the growth hormone receptor gene

(25)

11 in a white leghorn strain. Poult Sci. 76(12): 1770-1775. doi: 10.1093/ps/76.12.1770

Nei M. 1987. Molecular Evolutionary Genetics. New York (US): Columbia Univ Pr.

Nei M, Kumar S. 2000. Molecular Evolution and Phylogenetics. New York (US): Oxford Univ Pr.

Nie Q, Sun B, Zhang D, Luo C, Ishag NA, Lei M, Yang G, Zhang X. 2005. High diversity of the chicken growth hormone gene and effects on growth and carcass traits. J Hered. 96(6):698-703. doi: 10.1093/jhered/esi114

Noor RR. 2000. Genetika Ternak. Jakarta (ID): Penebar Swadaya

Sambrook J, Fritsch EF, Medrano JF. 1989. Molecular Cloning: a Laboratory Manual. Ed ke-2. New York (US): Cold Spring Harbor Laboratory Pr.

Ota M, Seki T, Nomura N, Sugimura K, Mizuki N, Fukushima H, Tsuji K, Inoko H. 1991. Modified PCR-RFLP Method for HLA-DPB1 and -DQA1 genotyping. Tissue Antigens. 38: 60-71. doi: 10.1111/j.1399-0039.1991.tb01882.x

Vasilatos-Younken R, Zhou Y, Wang X. Altered chicken thyroid hormone metabolism with chronic GH enhancement in vivo: consequences for skeletal muscle growth. J Endocrinol. 166(3):609-620. doi: 10.1677/joe.0.1660609 Weigend S, Romanov MN. 2001. Current strategies for the assessment and

evaluation of genetic diversity in chicken resources. World’s Poult Sci J. 57(3): 275-288. doi: http://dx.doi.org/10.1079/WPS20010020

Weir BS. 1996. Genetic Data Analysis II: Method for Discrete Population Genetic Data. Ed ke-2. Sunderland (GB): Sinauer

(26)

12

LAMPIRAN

Lampiran 1 Sekuen lengkap gen GH Gallus gallus (GenBank: AY461843) LOCUS AY461843 4101 bp DNA linear VRT 03-DEC-2003 DEFINITION Gallus gallus growth hormone gene, complete cds. ACCESSION AY461843

VERSION AY461843.1 GI:38564744 KEYWORDS .

SOURCE Gallus gallus (chicken) ORGANISM Gallus gallus

Eukaryota; Metazoa; Chordata; Craniata; Vertebrata; Euteleostomi; Archelosauria; Archosauria; Dinosauria; Saurischia; Theropoda; Coelurosauria; Aves; Neognathae; Galloanserae; Galliformes; Phasianidae; Phasianinae; Gallus. REFERENCE 1 (bases 1 to 4101)

AUTHORS Sun,B., Nie,Q., Lei,M. and Zhang,X.

TITLE Single nucleotide polymorphisms of chicken whole growth hormone gene and their relation to growth traits

JOURNAL Unpublished

REFERENCE 2 (bases 1 to 4101)

AUTHORS Sun,B., Nie,Q., Lei,M. and Zhang,X. TITLE Direct Submission

JOURNAL Submitted (10-NOV-2003) Animal Science, South China

Agricultural University, Tianhe, Guangzhou, Guangdong 510642, P R China FEATURES Location/Qualifiers source 1..4101 /organism="Gallus gallus" /mol_type="genomic DNA" /db_xref="taxon:9031" mRNA join(489..553,1468..1628,2071..2187,2489..2650,3719..4013) /product="growth hormone" exon 489..553 /number=1 CDS join(544..553,1468..1628,2071..2187,2489..2650,3719..3919) /codon_start=1 /product="growth hormone" /protein_id="AAR23809.1" /db_xref="GI:38564745" /translation="MAPGSWFSPLLIAVVTLGLPQEAAATFPAMPLSNLFANAVLRAQ HLHLLAAETYKEFERTYIPEDQRYTNKNSQAAFCYSETIPAPTGKDDAQQKSDMELLR FSLVLIQSWLTPVQYLSKVFTNNLVFGTSDRVFEKLKDLEEGIQALMRELEDRSPRGP QLLRPTYDKFDIHLRNEDALLKNYGLLSCFKKDLHKVETYLKVMKCRRFGESNCTI" exon 1468..1628 /number=2 variation 1494 /replace="a" exon 2071..2187 /number=3 variation 2075

(27)

13 /replace="a" exon 2489..2650 /number=4 exon 3719..4013 /number=5 ORIGIN

1 ctgcagtgga tccaagcaag cactgcctgt gaagctcgtg acaacatcca tcctgctcta 61 acccactgaa tgggaaacca tcccacctgc tctaagccag aagtcccctg cactgccctg 121 gcagccctgt taaccgtggg gcagaaaaac caggcaggaa aatcaggtgg attttctacc 181 tgcgtgagaa attcccccac gtaagcacag aacagatttg ggatgggtct ttcaatggtg 241 ataaaacctc tggttgcaat aaacagcaga atatgaagaa aaagttcagc actaatttta 301 tccccaggca aacatcctcc ccaacctttc catctccgta taaatgacta caatgaggta 361 gcaccatggc gaacacatct gcatttatgc aaggagggga tatggagagg tggcagtgat 421 cacgagcacc cccatccatt ttaaacagac ccccagctat ataaggggtg tctcacctgt 481 tatcatcacc tggatgaaag gaggaaacgt tcaagcaaca cctgagcaac tctcccggca 541 ggaatggctc caggtacttt gctttatctc agttctaatg ggtgttccaa tgctgctgca 601 tgctttgggt gatgggatac gatggtgggg tgtgctgtgg tgggctgaca cacgcagagc 661 cggctctgaa ctaaaatgtg gcaacttaca gatcagtgac aaaggatctc cttccctaca 721 gtgcaacttc aaaccatgag ctgactcagg taaccctgag cctaaccttg acagggggca 781 ggaatgagct gcagaatacg aagaacaagg caaaccagag ttgtaatggt gattgctatc 841 atacgtgttg ccagggatat taaaactcag ttccaaggct ttaaaacgga gatcaggatg 901 atgtctaatc agactcatag aatggcccgg gttgaaaagc acttcaaaga tcacctaatt 961 tcaacccctt gcacttgtcc aagtcctgca ggctccaggg cattcctcca ctgaagttaa 1021 accctactga gattaacttt tgtaagcgga cactcatgtg agctggatgt cgagggttaa 1081 taaccttcag gcttgacagt gacctccaga tcctacaggt gtgtcccaga gagccacagc 1141 gcaggtaatg cagccacttc tcaccccagt gaaggcagac agtgccatgg cagcagcacg 1201 gtgcaaatag gctcagctga gctgttccca gtcctcaccc actgctctcc accctgttgg 1261 ctcacgcgcc aaagagtgta ccgtgctctg ctcaggaagg tgaaacctac caaaaaacat 1321 gagcacgtta ggggaaaata aagggacgga cccacatgga gcaacatgtg ggcttgtgtg 1381 gagggctgca ctcacaggtg gacacaaccc tgagccccag gtgccaccaa aggacgggta 1441 acccctctcc tctccgctct gctgtaggct cgtggttttc tcctctcctc atcgctgtgg 1501 tcacgctggg actgccgcag gaagctgctg ccaccttccc tgccatgccc ctctccaacc 1561 tgtttgccaa cgctgtgctg agggctcagc acctccacct cctggctgcc gagacatata 1621 aagagttcgt aagtgttggc catctcctca ttagcttgat gcctccagga ccgtgccacg 1681 gcttcccacc ctgcataaat tcctgcaagc agagactttt cagctatcgg tgcctcctga 1741 ggaggagaaa gggtcttaat aggggaggag aggtgatgac cgaccagcct gtcctcccca 1801 cagctctctg cctcctcctg caaggagtca cctcctcctg tccatgtgtt ctgtgctcac 1861 ctcaaccctt cagtgagagc aatctctaag accagtaggt gttgtgccaa cacgtgggct 1921 ctgctttccc acctgccagt cctgcacagg gatgcacatc atgtcccacg tttccttctt 1981 gcaaagagca acctgccggg aaagagtgag gaaagagtcc gtgctcttct cttatcacac 2041 gacctgagtg catttgggat gtctccacag gaacgcacct atattccgga ggaccagagg 2101 tacaccaaca aaaactccca ggctgcgttt tgttactcag aaaccatccc agctcccacg 2161 gggaaggatg acgcccagca gaagtcagta agttgtctcc cctgggtaaa cacagcactg 2221 ttttatggaa cagagggtct ccacgtggta tcagtcccga gaaggagaaa tgccttctta 2281 cttttcacac cctgcatgca gaaagacacg ggttgggcag taaatcatat tcccacccta 2341 aataaagtcc taaaaaaaca ggctcgagtc tgagtggtgg tgctcagctt acagagctgc 2401 ctctgggctg cttcagggag agcagggcat gcagcagcac tgcagaacac ctcacctgca 2461 cagctctgaa atccctttgt catttcagga catggagctg cttcggtttt cactggttct 2521 catccagtcc tggctcaccc ccgtgcaata cctaagcaag gtgttcacga acaacttggt 2581 ttttggcacc tcagacagag tgtttgagaa actaaaggac ctggaagaag ggatccaagc 2641 cctgatgagg gtaggtctgc atactgatgg aagcctgcgc tctgctattt ctcttacctg 2701 acatttggat taacacagca cccagaccac gagcagctgg agagtgttct tcagaaaggt

(28)

14

2761 cactcttaat gcattggcac agctgcccag ggaggtgggg gggtcaccgt ccctggaggc 2821 gtcccaggga cgtggagatg tggcactgag ggacgtggtt atgggcacgg cgggagtggg 2881 ttggggttgg gctttgggat cttggaggtc tttccaacct taataactct atgatgaagt 2941 tttgctttgt tattttgaat gacgttgctt attgtcagaa tcctttcttg gatgtgttca 3001 gcatcaccac agctagagac ccacatctat gccacatgag tctggacagt tgtttatgtc 3061 ttatagaccc taaataacta gaaaagccag gcctgggagc aaacaaaccc tccgtcctga 3121 cattttcgat cagaaaagtt gtggtgcccc atccctggag gtcccaaggc catggatgga 3181 gccctgggca gtttgagctg gtggggggca cccagcccat ggcagggggt gagacggggg 3241 ggctctgaga tcccttccaa cacaaccgtg ctgtgattcc acagccctgc aatccttgag 3301 gtcccttcca acccaacggt gccacgattc catggttctg tgatccttaa ggtcccttcc 3361 aacccaacca tgccatcatt ccatggttcc atgatctcag aggccccttc ccacccaacc 3421 acgccgtgat tccatgacac ttcagctgca gctccatgtg cagcaccact tccagatctt 3481 actgtccact gatacgagcg caggtgctga caaccgatac gcagaccatc tccatccctt 3541 ccactgctgc ttacttaccc caaactcttc cgagccacgc ggggtgagca gtgggtgcag 3601 ctcacagctc cacgacggcc agggctgggt cagagctctg tccactagaa aactggagca 3661 aagacagcat cactttgcca gcagcccctc gctcagccgc agccctctcg tcccacagga 3721 gctggaggac cgcagcccgc ggggcccgca gctcctcaga cccacctacg acaagttcga 3781 catccacctg cgcaacgagg acgccctgct gaagaactac ggcctgctgt cctgcttcaa 3841 gaaggatctg cacaaggtgg agacctacct gaaggtgatg aagtgccggc gcttcggaga 3901 gagcaactgc accatctgag gccctgtgcc tgcgccatgg ctgacggccc tgtccccccc 3961 cccccccttc ctccccgtca ccaaaaacac gaggaataaa ccccacagcg ctgagctctg 4021 cctgctgtct gctggctggg gatatagggc gggttcgggg cgggctcagg gccgggcaaa 4081 ggggagggag gaggggggcc c

(29)

15

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota Batu pada tanggal 7 September 1994. Penulis merupakan anak kedua dari 3 bersaudara, Putra Rahardianto dan Ragelia Sekar Merah Saraswati, dari pasangan Rianto dan Rahayu Wijayati. Pendidikan sekolah dasar penulis selesai pada tahun 2006 di SDN 2 Ngaglik Kota Batu. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah pertama di SMPN 1 Batu pada tahun 2009. Penulis menyelesaikan pendidikan sekolah menengah atas di SMAN 1 Batu pada tahun 2012. Penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Produksi dan Teknologi Peternakan, Fakultas Peternakan melalui jalur SNMPTN Undangan pada tahun 2012.

Selama menjalani pendidikan di perguruan tinggi, penulis pernah berperan aktif dalam acara International Scholarship and Education Expo (ISEE) sebagai anggota divisi Workshop and TOEFL pada tahun 2014, serta terlibat dalam IPB Goes To Field (IGTF) pada bulan Agustus 2014 di Kecamatan Ampelgading, Kabupaten Malang. Penulis pernah menjadi asisten praktikum mata kuliah Genetika Ternak pada tahun 2016. Selain itu, penulis juga merupakan anggota dari Animal Breeding and Genetics Science (ABG Sci) pada laboratorium Pemuliaan dan Genetika Ternak.

Gambar

Gambar  3  Posisi  fragmen  gen  GH|EcoRV  dan  titik  potong  enzim  berdasarkan  GenBank (nomor akses: AY461843)

Referensi

Dokumen terkait

Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan pada Desember 2013 sampai April 2014 adalah kambing lokal Indonesia dengan judul Keragaman Gen CSN3 Ekson 4 pada Kambing

Dengan demikian penciri gen GH Alu I memiliki pola frekuensi alel L yang tinggi pada sapi Pesisir Sumatera Barat, juga pada kelompok sapi Bos indicus (zebu) maupun Bos taurus,

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi keragaman gen hormon pertumbuhan (GH- Msp I) intron 3 pada kerbau lokal dengan metode PCR-RFLP yang dapat dijadikan sebagai

Skripsi yang berjudul Identifikasi Keragaman Gen Follicle Stimulating Hormone Receptor (FSHR|AluI) pada Spesies Sapi Bos javanicus, Bos taurus, dan Bos indicus dengan

Analisis pohon filogenetik juga dilakukan hanya pada daerah intron 2 gen cGH, tujuannya agar dapat melihat kekerabatan antara ayam lokal Indonesia yang diteliti dengan

DNA berhasil diisolasi dari darah ayam kampung, ayam petelur dan ayam baik yang disimpan pada tabung dengan EDTA atau dengan penambahan ethanol absolut (ethanol

Frekuensi genotip dan frekuensi alel gen GH|MboII pada Itik Sikumbang Janti dilihat dan dihitung berdasarkan situs pemotongan enzim MboII yang divisualisasikan dari hasil

Meskipun dalam penelitian ini tidak ada pola yang khusus mengenai fragmen DNA hasil pemotongan, namun sudah dapat diketahui bahwa sapi bali yang ada di Pulau Bali menunjukkan