119
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS
A.
Hasil Penelitian
Dalam Bab ini akan dipaparkan mengenai 6 (enam) kasus
kepailitan terpilih. Pilihan atas keenam kasus tersebut
didasarkan pada adanya pertimbangan hakim mengenai
tanggung jawab Organ Perseroan dalam kasus-kasus tersebut.
Keenam kasus tersebut mewakili kasus-kasus terkait tanggung
jawab Organ Perseroan Terbatas dari tahun 2000 s.d 2011.
Harapannya, analisis mengenai kasus-kasus ini, dapat
menjawab problematika mengenai tanggung jawab Organ
Perseroan. Problematika yang hendak dijawab yaitu mengenai
bagaimana variasi argumen hakim dan memutus kasus-kasus
kepailitan dan bagaimana tanggung jawab Organ Perseroan
dalam keenam kasus kepailitan terkait tanggung jawab Organ
Perseroan, berdasarkan pendekatan
rule-based reasoning,
doctrinal based reasoning
dan
principle based reasoning
(vide
Landasan Teori Bab I)
.
Berikut uraian mengenai keenam kasus tersebut:
1.
Kasus The Hongkong Chinese Bank Ltd. vs PT. Dok &
Perkapalan Kodja Bahari
120
terhadap kasus ini pada tingkat pertama dan tingkat
kasasi:
a.
Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat No.32/Pailit/2000/PN. Niaga/Jkt.
Pst
Indikator Uraian
Pemohon Pailit The Hongkong Chinese Bank Ltd
Termohon Pailit PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero)
Tanggal pengajuan permohonan pailit
16 Mei 2000
Kasus Posisi
Dalil Pemohon Pailit 1. Pemohon adalah kreditor dari Termohon dan Termohon adalah debitor dari Pemohon berdasarkan 4 (empat) lembar Surat Sanggup/Promissory Notes yang diterbitkan Termohon bernomor seri:
a. 089/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 1.000.000
b. 090/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 1.000.000
c. 091/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 1.000.000
d. 092/Keu-DKB/VII/1997 senilai US$ 500.000
sehingga seluruhnya berjumlah US$ 3.500.000 (tiga juta lima ratus Dollar Amerika Serikat).
121
Keabsahan tersebut ditunjukkan pula dengan adanya konfirmasi pembelian serta bukti transfer pembayaran dari Pemohon kepada Ing Bank N.V. London sebagai pemegang sebelumnya.
3. Berdasarkan surat sanggup yang diterbitkannya sendiri, Termohon telah memberikan janji tanpa syarat untuk membayar (unconditional promise to pay) pada saat jatuh waktu kepada pihak yang ditunjuk (aan order) sebagai pelunasan jumlah uang yang terutang oleh Termohon.
4. Termohon sendiri telah menjamin keabsahan seluruh surat sanggup yang diterbitkannya dengan surat verifikasi keaslian surat sanggup dan surat edaran kepada pemegang surat sanggup dan surat edaran kepada pemegang surat sanggup yang dikirim oleh Termohon pada tanggal 15 April 1998 bernomor referensi 268/III/DKB/1998 yang merupakan pengakuan bahwa Termohon tidak dapat memenuhi kewajibannya sehingga Termohon sudah seharusnya dinyatakan pailit.
Jawaban Termohon Pemohon bukan kreditor dari Termohon dan Termohon bukan debitor dari Pemohon
1. Bahwa penerbitan 4 (empat) lembar surat sanggup (promissory note) tersebut adalah cacat hukum dan tidak sah sehingga dengan demikian sama sekali tidak mengikat Termohon karena keempat surat sanggup tersebut diterbitkan oleh Anggota Direksi tanpa sepengetahuan dan persetujuan dari Komisaris, sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Termohon;
2. Bahwa Pasal 11 ayat (3) huruf (a) dan ayat 4 huruf (d) Anggaran Dasar Termohon menyatakan sebagai berikut:
122
3. Bahwa dengan demikian dalam konteks penerbitan surat-surat sanggup a quo yang kemudian berada di tangan Pemohon telah terjadi suatu kesalahan fatal secara melawan hukum secara melawan hukum yang dilakukan oleh Anggota Direksi, yaitu penyalahgunaan wewenang (misbruik) dari yang seharusnya telah digariskan;
4. Bahwa kesalahan-kesalahan Anggota Direksi tersebut adalah:
a. Bahwa Komisaris belum dan/atau tidak memberikan persetujuan sebagaimana terungkap dalam surat pernyataan No. 08/DK-DKB/VI/1999 tanggal 17 Juni 1999 yang intinya menyatakan:
“Atas penerbitan promissory note (surat sanggup kepada pihak manapun juga, Komisaris yang diangkat berdasarkan Surat
Keputusan Menteri Keuangan
No.331/KMK.016/1995 jo No.
298/KMK.016/1996 jo. No.
474/KMK.016/1997 tidak membubuhkan tanda tangannya”
Bahwa padahal menurut Pasal 11 ayat (3) huruf (a) dan ayat (4) huruf (d) persetujuan Komisaris tersebut bersifat wajib (imperative)
b. Bahwa sebelumnya Menteri Keuangan (selaku pemegang saham) juga telah melarang untuk menerbitkan commercial paper yang baru, sebagaimana dinyatakan dalam Surat Menteri Keuangan No. %-90/MK.016/1999 tertanggal 4 Februari 1997
123
lembar surat sanggup (promissory note) adalah cacat hukum dan tidak sah, karena bertentangan dengan Pasal 1320 KUH Perdata (tentang syarat-syarat sahnya perjanjian) khususnya syarat ke-empat yakni sebab yang halal. Bahwa dengan demikian sejak awal terbitnya keempat surat sanggup (promissory note) aquo telah bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku, sehingga konsekuensinya Termohon tidak dapat dimintai pertanggungjawaban atas keempat surat sanggup (promissory note) aquo.
6. Bahwa dengan melanggar ketentuan dalam Anggaran Dasar maka penerbitan 4 (empat) lembar surat sanggup tanpa persetujuan Komisaris tersebut batal demi hukum (null and void), karena salah satu syarat objektif yaitu sebab (causa) yang halal tidak terpenuhi.
Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Pembuktian sederhana (summarily proving)
mengenai adanya
debitor
1. Menimbang, bahwa Termohon menyangkal dan menolak surat sanggup tersebut karena penerbitannya cacat hukum dan tidak sah, sebab diterbitkan oleh Anggota Direksi tanpa sepengetahuan dan sepersetujuan Komisaris Termohon sebagaimana diatur dalam Anggaran Dasar Termohon Pasal 11 ayat (3) dan ayat (4) huruf (d) yang menyatakan sebagai berikut:
“Apabila Direksi meminta atau memberi pinjaman jangka panjang atau pendek yang bersifat operasional atau melebihi jumlah saham tertentu yang ditetapkan oleh Rapat Umum Pemegang Saham haruslah mendapat persetujuan dari Komisaris”
2. Bahwa disamping itu penerbitan surat sanggup tersebut juga melanggar surat Menteri Keuangan No. S-80/MK.16/1997 tanggal 04 Februari tentang Penerbitan Commercial Paper PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari yang isinya:
124
agar Saudara tidak menerbitkan commercial paper yang baru.
b. Untuk penerbitan-penerbitan commercial paper selanjutnya kami minta agar Saudara melaporkan dan mendapatkan ijin terlebih dahulu dari kami selaku pemegang saham.
3. Menurut pertimbangan hakim, dengan adanya fakta di atas maka utang yang timbul dari penerbitan 4 (empat) lembar surat sanggup tersebut masih menjadi permasalahan dan belum bersifat pasti sehingga untuk menentukan keabsahannya
memerlukan proses pembuktian yang tidak sederhana lagi sebagaimana ditentukan dalam dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998 sebab untuk menyatakan sah tidaknya surat sanggup itu Termohon harus melalui pembuktian yang lengkap dan melibatkan banyak pihak. Proses pembuktian yang rumit dan melibatkan banyak pihak tersebut prosesnya melalui acara perdata biasa di Persidangan Peradilan Umum (Pengadilan Negeri).
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih
Selain kepada Pemohon, Termohon juga berutang terhadap:
1. Cho Hung Leasing & Finance (H.K) sebesar Rp. US$ 2.271.500 (dua juta dua ratus tujuh puluh satu ribu lima ratus Dollar Amerika Serikat)
2. Ing Bank N.V. London sebesar Rp. 9.000.000.000,- (sembilan milyar Rupiah) dan US$ 5.407.250 (lima juta empat ratus tujuh ribu dua ratus lima puluh rupiah).
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
Berdasarkan surat sanggup, kewajiban Termohon untuk membayar utangnya kepada Pemohon telah jatuh waktu pada tanggal 16 Januari 1998.
125
Termohon tetap tidak membayar surat sanggup tersebut walaupun kewajiban Termohon berdasarkan surat sanggup tersebut telah menjadi jatuh waktu dan dapat ditagih.
Putusan Menolak permohonan pernyataan pailit Pemohon; Membebankan biaya perkara yang timbul kepada Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah)
Tanggal pembacaan putusan
14 Juni 2000
b.
Tingkat kasasi: Putusan Mahkamah Agung No. 21
K/N/2000
Indikator Uraian
Pemohon Kasasi The Hongkong Chinese Bank Ltd
Termohon Kasasi PT. Dok & Perkapalan Kodja Bahari (Persero)
Keberatan Pemohon Kasasi dalam Memori Kasasi
A. Judex Factie telah salah dalam menerapkan hukum tentang Perseroan Terbatas (mengingat obyek dalam permohonan pailit ini adalah PT bukan perorangan).
1. Bahwa judex factie sendiri telah menemukan fakta-fakta yang terbukti secara sederhana (sumir) yang dimuat dalam pertimbangan 34 aliner ke 3:
“Menimbang bahwa dari bukti-bukti Pemohon dan Termohon yang berkaitan tersebut di atas, Majelis menemukan fakta-fakta yang pokoknya sebagai berikut:
Bahwa bukti P-1 terdiri dari 4 (empat) lembar surat sanggup (promissory note) yang diterbitkan oleh Termohon ditandatangani oleh Drs. Akhmal Wahid, Direktur Utama dan Drs. Muchlis Hamid, MBA, pada tanggal 16 Juli 1997”.
126
di luar pengadilan dan Pemohon sebagai kreditor pemegang surat sanggup yang telah memberikan pinjaman kepada Termohon yang tidak dapat dirugikan dengan bantahan ketiadaan (quad non) persetujuan Komisaris tersebut. Hal ini hanya permasalahan internal yang diberitahukan kepada para kreditor setelah utang jatuh tempo dan dapat ditagih. Padahal waktu penerbitan dan pembelian jelas sekali bahwa Termohn telah mengakui utang tersebut yang didukung dengan bukti transfer pembayaran surat sanggup, bukti surat dari pemegang saham Termohon yaitu Departemen Keuangan Republik Indonesia, bukti Surat Edaran dari Termohon kepada para pemegang surat sanggup dan Balance Sheet Termohon per 31 Juli 1998 atau setelah surat sanggup diterbitkan yang menunjukkan bahwa aliran dana masuk ke dalam neraca Termohon yang berarti terlepas dari benar tidaknya permasalahan internal tersebut, Termohon tetap harus mengembalikan utang yang ditagih oleh kreditor pemegans surat sanggup, yaitu Pemohon salah satunya.
3. Bahwa ketiadaan persetujuan Komisaris tidak dapat menjadi bantahan kepada Pemohon karena Undang-Undang Perseroan Terbatas telah mengatur hal itu hanyalah permasalahan internal yang quad non, andaikan benar-benar terjadi maka Perseroan tetap akan bertanggung jawab kepada pihak ketiga secara tanggung renteng dengan Direksi yang telah (terbukti) bertindak di luar kewenangan yang diatur dalam Anggaran Dasarnya (ultra vires). Hal ini sesuai dengan Pasal 90 ayat (2) Undang-Undang No. 1 Tahun 1995:
“Dalam hal terjadi kepailitan karena kesalahan atau kelalaian Direksi dan kekayaan Perseroan tidak cukup untuk menutup kerugian tersebut maka setiap anggota Direksi, kecuali dapat membuktikan sebaliknya, secara tanggung renteng bertanggung jawab atas kerugian tersebut.”
127
maka kekayaan Perseroanlah yang terlebih dahulu menjadi jaminan bagi pelunasan utang Termohon sebelum Anggota Direksi bertanggung jawab secara tanggung renteng.
B. Permohonan Pernyataan Pailit Pemohon Error in Persona
Berdasarkan Pasal 85 UU No. 1 Tahun 1995 yang berbunyi sebagai berikut:
(1)Setiap Anggota Direksi wajib dengan itikad baik dan penuh tanggung jawab menjalankan tugas untuk kepentingan dan usaha Perseroan;
(2)Setiap Anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah dan lalai menjalankan tugasnya sesuai dengan ketentuan dalam ayat (1)
Maka seharusnya permohonan pernyataan pailit tersebut dialamatkan kepada Direksi Termohon yang bersalah atau lalai secara pribadi, sehingga permohonan pernyataan pailit terhadap Perseroan PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero) adalah merupakan error in persona;
Pertimbangan Majelis Hakim Kasasi
Adanya debitor Mengenai debitor dari keempat surat sanggup (promissory note)
1. Bahwa sebagaimana yang telah dipertimbangkan oleh Judex Factie, empat lembar surat sanggup (promissory notes) yang berada di tangan Pemohon Kasasi ditandatangani oleh dua orang anggota Direksi PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero), Anggaran Dasar mana telah diumumkan dalam Berita Negara RI No. 105 tanggal 31 Desember 1991 dan Tambahan Berita Negara No. 5064, mengharuskan adanya persetujuan dari Komisaris;
128
dimaksud sebelum mengadakan perjanjian, dan oleh karena tidak ada persetujuan dari Komisaris dalam penerbitan Promissory Notes tersebut seperti yang ternyata dari Surat Pernyataan Komisaris tanggal 17 Juni 1999 maka keempat promisory note yang diterbitkan oleh kedua Anggota Direksi Termohon Kasasi tersebut tidaklah mengikat Termohon Kasasi sehingga yang menjadi debitor dari keempat surat sanggup (promissory note) tersebut bukanlah Termohon Kasasi melainkan Drs. Akhmad Wahid dan Drs. Muchlis Hamid, MBA selaku pribadi dan para endosan yang bertanggung jawab secara tanggung renteng kepada Pemohon Kasasi selaku pemegang (Pasal 146 KUH Dagang).
Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas amar putusan Pengadilan Niaga tetap dipertahankan di Mahkamah Agung.
Adanya dua kreditor atau lebih
-
Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
-
Putusan 1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon
Kasasi: The Hongkong Chinese Bank, Ltd
2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah)
Tanggal Pembacaan Putusan
2.
Kasus PT. Indosurya Mega Finance vs PT. Greatstar
Perdana Indonesia
129
terhadap kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama
dan tingkat peradilan kasasi
a.
Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga
Jakarta
Pusat
No.
51/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst
Indikator Uraian
Pemohon Pailit PT. Indosurya Mega Finance
Termohon Pailit PT. Greatstar Perdana Indonesia
Tanggal pengajuan permohonan pailit
26 Juli 2000
Kasus Posisi
Dalil Pemohon Pailit 1. Pemohon adalah pemegang surat sanggup (promissory note) tertanggal 6 Februari 1998 dengan jumlah pokok Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang diterbitkan oleh Termohon dengan ketentuan jatuh tempo surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Mei 1998. Dengan demikian, Pemohon berhak atas pembayaran surat sanggup (promissory note) pada tanggal jatuh tempo’
2. Bahwa sejak saat surat sanggup (promissory note) jatuh tempo dan dapat ditagih yaitu pada tanggal 6 Mei 1998 sampai dengan diajukannya permohonan pailit ini ternyata Termohon tidak memenuhi kewajibannya untuk melakukan pembayaran atas surat sanggup tersebut kepada Pemohon;
3. Bahwa selain Pemohon, ternyata Termohon juga mempunyai kreditor lain, diantaranya yaitu PT. Bank Mandiri (Persero).
130
sepengetahuan Komisaris
Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Pembuktian sederhana (summarily proving)
mengenai adanya
debitor
Menimbang, Termohon adalah debitor dari Pemohon karena Pemohon adalah pemegang surat sanggup (promissory note) tertanggal 6 Februari 1998 dengan jumlah pokok Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang diterbitkan oleh Termohon.
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih
Menimbang, Termohon terbukti mempunyai kreditor lain selain Pemohon yaitu PT. Bank Mandiri (Persero) cabang Jakarta Mangga Besar
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
Mengenai pembuktian keabsahan surat sanggup (promissory note) tertanggal 6 Februari 1998 dengan jumlah pokok Rp. 2.000.000.000,- (dua milyar Rupiah) yang diterbitkan oleh Termohon dengan ketentuan jatuh tempo surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Mei 1998 sebagai bukti adanya satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih:
1. Menimbang, bahwa mengenai jawaban Termohon mengenai keabsahan surat sanggup, menurut Anggaran Dasar Perseroan Termohon, pembuatan surat sanggup harus mendapat persetujuan Komisaris, sedangkan surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Februari 1998 tersebut diterbitkan tanpa persetujuan dan tanpa sepengetahuan Komisaris;
2. Menimbang, bahwa hal tersebut didukung bukti Anggaran Dasar Perseroan, dimana dalam Pasal 12 ayat (2) dan (4) Anggaran Dasar Perseroan, Direksi harus mendapat persetujuan Komisaris, jika tidak maka tindakan Direksi tidak sah terhadap Perseroan;
131
dan berlaku ekstern terhadap pihak ketiga;
4. Menimbang, bahwa memang kadang kala untuk hal-hal tertentu perbuatan Direksi dibatasi oleh Anggaran Dasar suatu Perseroan, yang pada umumnya Direksi tidak boleh berbuat sendiri jika tidak bersama-sama dengan Komisaris atau setidaknya terlebih dahulu mendapat persetujuan Komisaris, biasanya dikatakan bahwa Direksi telah melampaui batas wewenangnya (ultra vires) sehingga perbuatannya tidak sah terhadap Perseroan;
5. Menimbang, bahwa ketentuan tersebut pada prinsipnya hanya berlaku dan mengikat ke dalam (intern), sedangkan bagi pihak ketiga (hubungan ekstern), tidak berlaku, oleh karena itu pihak Perseroan harus bertanggungjawab terhadap pihak ketiga tersebut, sekalipun ada perbuatan yang melampaui batas wewenang (ultra vires) dari Direksi;
6. Menimbang, berdasarkan pertimbangan tersebut Majelis berpendapat bahwa keberatan atau tanggapan dari Termohon tidak berdasar menurut hukum, oleh karenanya harus ditolak;
7. Menimbang, mengenai apakah surat sanggup (promissory note) dapat dipakai sebagai bukti adanya pinjaman uang/utang. Surat sanggup (promissory note) merupakan janji untuk membayar (promise to pay) sehingga dapat digolongkan sebagai tagihan utang.
Putusan 1. Mengabulkan permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon PT. Indosurya Mega Finance;
2. Menyatakan Termohon PT. Greatstar Perdana Indonesia pailit;
3. Menunjuk Syamsudin Manan SInaga, SH., MH, Hakim Pengadilan Niaga Jakarta Pusat sebagai Hakim Pengawas;
132
ditetapkan kemudian setelah Kurator menjalankan tugasnya;
5. Menghukum Termohon untuk membayar ongkos perkara sejumlah Rp. 5.000.000,- (lima juta rupiah).
Tanggal pembacaan putusan
16 Agustus 2000
b.
Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.
30/K/N/2000
Indikator Uraian
Pemohon Kasasi PT. Greatstar Perdana Indonesia
Termohon Kasasi PT. Indosurya Mega Finance
Tanggal pengajuan
permohonan kasasi
23 Agustus 2000
Keberatan Pemohon Kasasi dalam Memori Kasasi
Pemohon Kasasi keberatan mengenai pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Niaga mengenai keabsahan surat sanggup:
1. Bahwa Anggaran Dasar Pemohon Kasasi Akta Nomor 521 tertanggal 30 Mei 1990 adalah merupakan suatu peraturan yang mengikat semua pihak, termasuk juga pihak ketiga (Termohon Kasasi) karena Anggaran Dasar tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Indonesia No. 79 tanggal 2 Oktober 1992 No. 4864, sehingga telah memenuhi asas publisitas;
2. Dalam Anggaran Dasar Pemohon Kasasi Pasal 12 ayat (2) dan ayat (4) secara tegas menyatakan:
“Pasal 2 ayat (2):
surat-133
surat yang berkenan turut ditandatangani oleh seorang Komisaris untuk:
a. Meminjam atau meminjamkan uang atas nama Perseroan;
b. Memperoleh, membebani atau
mengasingkan harta tetap Perseroan;
c. Mengikat Perseroan sebagai penjamin.”
“Pasal 12 ayat (4):
Segala tindakan dari pada Anggota Direksi yang diluar batas dari Anggaran Dasar dan/atau maksud dari Perseroan adalah tidak sah terhadap Perseroan.”
3. Dalil Pemohon Kasasi tersebut telah diterapkan juga dalam 3 (tiga) kasus/perkara lainnya:
a. Putusan MA No. 21 K/N/1999 tertanggal 15 Agustus 1999 antara The Vietnam Frontier Fund melawan PT. Dok vs Perkapalan Kodja Bahari (Persero);
b. Putusan Pengadilan Niaga No. 81/Pailit/1999/PN.Niaga/Jkt.Pst
tertanggal 15 November 1999 antara The Hongkong Chinese Bank. Ltd vs PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari (Persero);
c. Putusan Pengadilan Niaga No. 06/Pailit/2000/PN.Niaga/Jkt.Pst
tertanggal 29 Februari 2000 antara The Hongkong Chinese Bank, Ltd vs PT. Dok dan Perkapalan Kodja Bahari.
134
Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Adanya debitor Menimbang, keberatan Pemohon Kasasi dapat dibenarkan karena judex factie telah salah menerapkan hukum dengan pertimbangan:
1. Bahwa dalam Anggaran Dasar Perseroan jelas tertera hal-hal yang harus dimuat dalam surat sanggup (promissory note) seperti yang dimaksud dalam Pasal 174 KUH Dagang dan Anggota Direksi (Budi Handoko) dalam menerbitkan surat sanggup (promissory note) tersebut seharusnya mendapat persetujuan tertulis dari seorang Komisaris;
2. Bahwa oleh karena dalam surat sanggup (promissory note) tanggal 6 Februari 1998 yang ditandatangani oleh Budi Handoko selaku Direktur, tanpa adanya persetujuan tertulis dari seorang Komisaris tersebut tidak mengikat Termohon, melainkan hanya mengikat Budi Handoko pribadi dan karenanya permohonan pailit yang diajukan oleh Pemohon Pailit terhadap Termohon Pailit harus ditolak.
Adanya dua kreditor atau lebih -
Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
-
Berdasarkan pertimbangan tersebut, MA berpendapat cukup alasan untuk mengabulkan permohonan kasasi PT. Greatstar Perdana Indonesia dengan membatalkan putusan Pengadilan Niaga Jakarta Pusat tertanggal 16 Agustus 2000 No. 51/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Putusan Mengadili:
1. Mengabulkan permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. Greatstar Perdana Indonesia yang dalam hal ini diwakili oleh kuasa hukumnya Denny Kailimang, SH., Bambang Hartono, SH., dan Benny Ponto, SH;
135
Jakarta Pusat tanggal 16 Agustus 2000 No. 51/Pailit/2000/PN.Niaga.Jkt.Pst.
Mengadili sendiri:
1. Menolak permohonan pailit dari Pemohon PT. Indosurya Mega Finance tersebut;
2. Menghukum Termohon Kasasi/Pemohon Pailit untuk membayar biaya perkara dalam semua tingkat peradilan yang dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 2.000.000,- (dua juta rupiah).
Tanggal pembacaan putusan kasasi
14 September 2000
3.
Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance
Corporation
Kasus PT. Bank Mandiri vs PT. Bakrie Finance
Corporation memperoleh kekuatan hukum tetap pada
tahap peninjauan kembali. Berikut putusan terhadap
kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama, kasasi
dan peninjauan kembali:
a.
Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat No.
08/Pailit/2002/PN.Niaga/Jkt. Pst
Indikator Uraian
Pemohon Pailit PT. Bank Mandiri (Persero)
Termohon Pailit 1. PT. Bakrie Finance Corporation (Termohon I);
2. Aburizal Bakrie sebagai Komisaris Utama (Termohon II);
136
4. Nalikant Rathod sebagai Komisaris (Termohon IV);
5. Aftab Ahmed sebagai Komisaris (Termohon V);
6. Hishak Secakusuma sebagai Komisaris (Termohon VI);
7. Tanri Abeng sebagai Komisaris (Termohon VII);
8. Anh-Dung Do sebagai Komisaris (Termohon VIII);
9. Mustafa Ishaq Jatim sebagai Direktur Utama (Termohon IX)
10.Kosasih Wikanta sebagai Direktur (Termohon X)
Tanggal pengajuan permohonan pailit
24 April 2002
Kasus Posisi
Dalil Pemohon Pailit 1. Pemohon adalah waliamanat yang diberi kepercayaan untuk mewakili kepentingan para pemegang obligasi dalam rangka Penawaran Umum Emisi Obligasi PT. Bakrie Finance Corporation berdasarkan perjanjian Perwaliamanatan berdasarkan Akta No. 72, tanggal 19 Juni 1997 yang diubah dengan Akta No.72, tanggal 19 Mei 1997.
2. Bahwa atas pembelian obligasi oleh para pemegang obligasi yang diwakili oleh Pemohon, Termohon I melakukan pembayaran kupon bunga sebanyak tiga kali sedangkan Kupon Bunga ke-empat yang telah jatuh tempo pada tanggal 23 Juli 1998, Termohon I tidak melaksanakan kewajibannya untuk melakukan pembayaran kepada Para Pemegang Obligasi.
137
4. Termohon I tidak melaksanakan kewajiban terhadap para pemegang obligasi, baik atas kupon bunga maupun atas pokok obligasi, maka Termohon II sampai dengan Termohon X ikut bertanggungjawab karena penjualan obligasi di dalam Prospektus yang diterbitkan oleh Termohon I, yang mana Termohon II sampai dengan Termohon X adalah sebagai Komisaris dan Direksi Perseroan yang mempunyai reputasi sebagai pengusaha yang sukses dan diakui baik secara nasional maupun internasional, sehingga para pembeli obligasi tertarik membeli obligasi tersebut dan berkeyakinan akan pembayaran terhadap kupon bunga obligasi maupun utang pokoknya terbayar dengan lancar.
5. Keterangan saksi ahli bernama Sutrisno, SH bahwa
organ Perseroan tidak dapat
dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggungjawab adalah Perseroan.
Jawaban Termohon
Pailit
1. Bahwa PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk atau
Termohon I sampai dengan tanggal
disampaikannya tanggapan ini (7 Mei 2002 – catatan penulis) berada dalam Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang (PKPU), maka PKPU seharusnya diputus terlebih dahulu;
2. Bahwa Termohon keberatan dengan dalil Pemohon yang dengan mudahnya tanpa membuktikan, telah menyatakan bahwa Para Termohon II s.d. X terbukti secara bersama-sama maupun sendiri-sendiri bertanggungjawab atas penjualan obligasi tersebut di atas sehingga memenuhi unsur-unsur tidak membayar satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih dan mempunyai lebih dari 1 (satu) kreditor.
Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Pembuktian sederhana (summarily proving)
mengenai adanya
138
debitor Direksi. Dasar hukumnya Pasal 85 ayat (1) UU No.
1 Tahun 1995 bahwa Direksi wajib dengan itikad baik bertanggung jawab untuk menjalankan tugas usaha Perseroan dan setiap anggota Direksi bertanggung jawab penuh secara pribadi apabila yang bersangkutan bersalah atau lalai menjalankan tugasnya (vide Pasal 85 ayat (2));
2. Menimbang mengenai, pembuktian sederhana terkait kesalahan atau kelalaian Komisaris untuk menuntut pertanggungjawaban pribadi anggota Komisaris: Berdasarkan Pasal 96 UU No. 1 Tahun 1995 mengenai Perseroan Terbatas bahwa untuk menjadi Komisaris adalah orang perseorangan yang dianggap mampu dan tidak pernah dinyatakan pailit atau menjadi anggota Direksi atau Komisaris yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu Perseroan dinyatakan pailit atau orang yang pernah dihukum karena tindak pidana yang merugikan keuangan Negara dalam waktu 5 (lima) tahun sebelum pengangkatan;
3. Menimbang, berdasarkan Pasal-pasal tersebut diatas dan bukti-bukti yang diajukan oleh Pemohon, ternyata tidak terbukti para Anggota Komisaris tersebut karena kesalahan atau kelalaiannya telah menimbulkan kerugian pada Perseroan dan tidak terbukti pula bersalah atau lalai dalam menjalankan tugasnya, sehingga para Komisaris tersebut tidak dapat dimintakan pertanggungjawabannya terhadap transaksi yang dilakukan Termohon I dengan Pemohon.
4. Menimbang, hal tersebut sesuai dengan keterangan saksi ahli bahwa organ Perseroan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan.
139
Pembuktian sederhana(summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih
Kreditur lain selain Termohon Pailit:
1. PT. Bank Syariah Mandiri
2. Asian Development Bank
3. PT. Bank Artha Graha
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
Termohon I tidak melaksanakan kewajiban membayar kupon bunga ke-4 s/d ke-18 yang telah jatuh tempo serta obligasi Termohon I telah jatuh tempo pada tanggal 11 September 2001
(Pemohon mengajukan permohonan pernyataan pailit ke Pengadilan Niaga melalui kuasa hukumnya pada tanggal 25 April 2002 – catatan penulis)
Putusan Menolak permohonan Pemohon
Membebankan biaya permohonan ini kepada Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,-
Tanggal pembacaan putusan
23 Mei 2002
b.
Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.
020/K/N/2002
Indikator Uraian
Pemohon Kasasi PT. Bank Mandiri (Persero)
Termohon Kasasi 1. PT. Bakrie Finance Corporation (Termohon I);
2. Aburizal Bakrie sebagai Komisaris Utama (Termohon II);
3. Nirwan Dermawan Bakrie sebagai Wakil Komisaris Utama (Termohon III);
4. Nalikant Rathod sebagai Komisaris (Termohon IV);
5. Aftab Ahmed sebagai Komisaris (Termohon V);
6. Hishak Secakusuma sebagai Komisaris (Termohon VI);
140
8. Anh-Dung Do sebagai Komisaris (Termohon VIII);
9. Mustafa Ishaq Jatim sebagai Direktur Utama (Termohon IX)
10.Kosasih Wikanta sebagai Direktur (Termohon X)
Keberatan Pemohon Kasasi dalam Memori Kasasi
Bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Judex Factie) telah salah dan keliru memanipulasi keterangan saksi ahli Sutrisno, SH yang menyatakan bahwa organ Perseroan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan;
Bahwa yang benar saksi ahli Sutrisno, SH., di bawah sumpah dalam persidangan pada pokoknya menerangkan bahwa berdasarkan Pasal 80 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1995, Direksi dan Komisaris bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang timbul akibat perbuatan yang dimaksud.
Pertimbangan Hakim
Adanya debitor Pertimbangan hakim mengenai keberatan-keberatan yang diajukan oleh Pemohon Kasasi yang pada pokoknya menyatakan:
Bahwa Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (Judex Factie) telah salah dan keliru memanipulasi keterangan saksi ahli Sutrisno, SH yang menyatakan bahwa organ Perseroan tidak dapat dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan;
Bahwa yang benar saksi ahli Sutrisno, SH., di bawah sumpah dalam persidangan pada pokoknya menerangkan bahwa berdasarkan Pasal 80 ayat (1) UU No. 8 Tahun 1995, Direksi dan Komisaris bertanggung jawab baik sendiri-sendiri maupun bersama-sama yang timbul akibat perbuatan yang dimaksud.
141
Factie tidak salah menerapkan hukum dan lagi pula mengenai penilaian atas hasil pembuktian tidak tunduk pada Pemeriksaan Kasasi.
Adanya dua kreditor atau lebih
-
Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
-
Putusan Menolak permohonan kasasi yang diajukan oleh PT. Bank Mandiri (Persero) selaku Waliamanat dari para pemegang obligasi PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk.
Membebankan biaya permohonan ini kepada Pemohon sebesar Rp. 5.000.000,-
Tanggal Pembacaan Putusan
c.
Tingkat Peninjauan Kembali: Putusan Peninjauan
Kembali Mahkamah Agung No. 018 PK/N/2002
Indikator Uraian
Pemohon Peninjauan Kembali
PT. Bank Mandiri (Persero)
Termohon Peninjauan Kembali
1. PT. Bakrie Finance Corporation (Termohon I);
2. Aburizal Bakrie sebagai Komisaris Utama (Termohon II);
3. Nirwan Dermawan Bakrie sebagai Wakil Komisaris Utama (Termohon III);
4. Nalikant Rathod sebagai Komisaris (Termohon IV);
5. Aftab Ahmed sebagai Komisaris (Termohon V);
6. Hishak Secakusuma sebagai Komisaris (Termohon VI);
142
8. Anh-Dung Do sebagai Komisaris (Termohon VIII);
9. Mustafa Ishaq Jatim sebagai Direktur Utama (Termohon IX)
10.Kosasih Wikanta sebagai Direktur (Termohon X)
Alasan/Keberatan Pemohon Peninjauan Kembali
1. Majelis Hakim Agung dan Majelis Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum pembuktian yang berkenaan dengan pertimbangan dan pendapatnya yang menyatakan :
“organ perseroan tidak dapat
dipertanggungjawabkan terhadap transaksi yang dilakukan oleh Perseroan terhadap pihak ketiga dan yang bertanggung jawab adalah Perseroan”. 2. Majelis Hakim Agung dan Majelis Hakim Pengadilan
Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat telah melakukan kesalahan berat dalam menerapkan hukum karena putusannya didasarkan pada putusan Penundaan Kewajiban Pembayaran Utang yang dibuat berdasarkan rekayasa yang tidak memenuhi prosedur hukum. Hal itu ternyata dari:
143
pailit/para Termohon pailit/para Termohon peninjauan kembali.
b. Terdapat bukti baru yaitu putusan Mahkamah Agung tanggal 14 Juni 2002 No. 018 K/N/2002 yang dapat membuktikan bahwa Hakim Pengawas telah memberikan penjelasan yang
salah yang menyebabkan Pemohon
Pailit/Peninjauan Kembali menjadi salah dan keliru dalam mengajukan keberatan terhadap Penetapan Hakim Pengawas sebagaimana dinyatakan dalam putusan Mahkamah Agung tersebut. Jadi, kendatipun atas Penetapan Hakim Pengawas diajukan keberatan setelah adanya putusan Mahkamah Agung tersebut, hal itu telah melewati waktu yang ditetapkan dalam Pasal 66 ayat (1). Karenanya pengajuan permohonan pailit dalam perkara a quo sudah benar menurut hukum, karenanya juga tidak bertentangan dengan Pasal 217 ayat (6) Undang-Undang Kepailitan yang pada pokoknya menentukan apabila permohonan pailit dan permohonan PKPU diperiksa pada saat yang bersamaan, maka permohonan PKPU harus diperiksa terlebih dahulu.
144
Perseroan maka putusan PKPU tersebut tidak mengikat baginya (bagi Direksi dan Perseroan).
Pertimbangan Hakim
Adanya bukti baru yang bersifat menentukan (novum)
Mengenai keberatan no. 2: novum
Keberatan-keberatan ini tidak dapat dibenarkan, oleh karena bukti-bukti yang diajukan bukan merupakan bukti baru yang penting yang akan menghasilkan putusan yang berbeda apabila diketahui pada tahap persidangan sebelumnya seperti yang dimaksudkan oleh pasal 286 ayat (2) a UU No. 4 Tahun 1998;
Adanya kekeliruan yang nyata
Mengenai keberatan no. 1 dan 3: kekeliruan yang nyata tentang tanggung jawab organ Perseroan
Keberatan-keberatan ini tidak akan dipertimbangkan oleh Mahkamah Agung dengan alasan bahwa alasan-alasan yang didasarkan pada kesalahan berat dalam penerapan hukum yang dilakukan oleh Mahkamah Agung dan Pengadilan Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat tersebut telah melewati tenggang waktu pengajuan permohonan Peninjauan Kembali sebagaimana dimaksudkan dalam Pasal 287 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1998, dimana permohonan Peninjauan Kembali diajukan pada tanggal 13 Agustus 2002 sedangkan pemberitahuan putusan MA tersebut dilakukan pada tanggal 11 Juli 2002;
Putusan Mengadili:
1. Menolak permohonan peninjauan kembali dari Pemohon Peninjauan Kembali: PT. Bank Mandiri (Persero) selaku waliamanat dari para pemegang obligasi PT. Bakrie Finance Corporation, Tbk, tersebut;
2. Menghukum Pemohon Peninjauan Kembali untuk membayar biaya perkara dalam pemeriksaan peninjauan kembali yang ditetapkan sebesar Rp. 10.000.000,- (sepuluh juta rupiah).
Tanggal Pembacaan Putusan
145
4.
Kasus PT. Aditya Toa Development vs PT. Wijaya
Wisesa
Kasus PT. Aditya Toa Development vs PT. Wijaya Wisesa
memperoleh kekuatan hukum
tetap pada tahap
peninjauan kembali berikut uraian putusan terhadap
kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama, kasasi
dan peninjauan kembali,
a.
Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Niaga
Jakarta Pusat No. 03/Pailit/2004/PN. Niaga/Jkt.
Pst
Indikator Uraian
Pemohon Pailit PT. Aditya Toa Development
Termohon Pailit PT. Wijaya Wisesa
Tanggal pengajuan permohonan pailit
13 Januari 2004
Kasus Posisi
Dalil Pemohon Pailit Adanya utang
1. Termohon telah meminta kepada Pemohon untuk memberikan pinjaman sebesar US$ 1,250,000 (satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) berdasarkan surat Termohon tanggal 27 Januari 1997;
2. Menanggapi permintaan Termohon, Pemohon telah menyetujui permintaan Termohon tersebut melalui suratnya pada tanggal 29 Januari 1997.
3. Pemohon telah mentransfer uang yang dipinjamkan kepada Termohon melalui rekening Presiden Direktur Termohon (terdapat bukti transfer)
146
juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) kepada Pemohon
Termohon memiliki dua kreditor yaitu:
1. Pemohon, PT. Aditya Toa Development;
2. TOA Investment Pte, Ltd, suatu Perseroan yang didirikan berdasarkan hukum Singapura, beralamat di 80 Marine Parade Road #14-01/03, Parkway Parade, Singapore
Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih:
Pemohon berdasarkan suratnya tanggal 13 Oktober 1999 telah menyatakan bahwa pinjaman yang diberikan kepada Termohon telah jatuh tempo dan meminta Termohon untuk melunasi kewajibannya pada tanggal 31 Oktober 1999.
Jawaban Termohon Tentang siapa debitor:
1. Bahwa utang sejumlah US$ 1,250,000 (satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) sebagaimana didalilkan Pemohon bukanlah merupakan utang Termohon, melainkan hutang dari Sdr. Herry Wijaya (yang kebetulan sebagai Direktur Utama pada Termohon dan juga sebagai Presiden Direktur pada Pemohon) kepada Pemohon, dilihat dari bukti-bukti berikut:
a. Sdr. Herry Wijaya tidak pernah diberikan persetujuan oleh salah seorang atau lebih Komisaris Termohon untuk meminjam untuk dan atas nama Termohon kepada pihak manapun sebagaimana disyaratkan Anggaran Dasar Termohon sebagai badan hukum yang diatur dalam Pasal 11 butir 3a. Akta Pendirian Perseroan Terbatas Termohon No. 177 tanggal 10 September 1987 yang dibuat di hadapan Notaris Misahardi Wilamarta,SH.
147
Termohon sebagai Perseroan.
Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya debitor
Mengenai siapa debitor:
1. Menimbang, bahwa yang menjadi permasalahan hukum adalah apakah benar hutang sebesar US$ 1,250,000 (satu juta dua ratus lima puluh Dollar Amerika Serikat) merupakan hutang Termohon atau hutang pribadi Sdr. Herry Wijaya;
2. Menimbang, bahwa Termohon dalam jawabannya menyatakan bahwa Sdr. Herry Wijaya tidak pernah mendapat persetujuan oleh salah seorang atau lebih Komisaris Termohon untuk meminjam untuk dan atas nama Termohon kepada pihak manapun, termasuk kepada Pemohon sebagaimana disyaratkan Anggaran Dasar Termohon sebagai badan hukum sebagaimana ditentukan dalam Pasal 11 butir 3-a Akta Pendirian Perseroan Terbatas Termohon No. 177 tanggal 10 September 1987 yang dibuat di hadapan Notaris Misahardi Wilamarta;
3. Menimbang, bahwa memang benar Direktur PT. Wijaya Wisesa adalah Sdr. Herry Wijaya, akan tetapi menurut Majelis Hakim untuk membedakan kapasitas Sdr. Herry Wijaya sebagai pribadi atau sebagai direktur Perseroan semestinya ada tanda pembeda pada transfer uang tersebut yaitu tanda qq atau cq PT. Wijaya Wisesa yang berarti ditujukan kepada Termohon.
4. Menimbang, untuk memecahkan permasalahan itu (mengenai siapa debitor? - penulis) diperlukan suatu pembuktian yang sifatnya rumit, sedangkan Pengadilan Niaga pada prinsipnya menganut asas pembuktian sumir sebagaimana diatur dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998, maka penyelesaian perkara ini haruslah ditempuh melalui proses acara perdata biasa;
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua
148
kreditor atau lebihPembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
-
Putusan Mengadili:
1. Menolak permohonan pernyataan pailit yang diajukan oleh Pemohon/kreditor yaitu PT. Aditya Toa Development;
2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.5.000.000,- (lima juta Rupiah)
Tanggal pembacaan putusan
9 Februari 2004
b.
Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.
30/K/N/2000
Indikator Uraian
Pemohon Kasasi PT. Aditya Toa Development
Termohon Kasasi PT. Wijaya Wisesa
Tanggal pengajuan permohonan kasasi
16 Februari 2004
Keberatan Pemohon Kasasi
Mengenai siapa debitor:
1. Bahwa selain sebagai Presiden Direktur Termohon Kasasi, Herry Wijaya juga memiliki kontrol penuh terhadap Termohon Kasasi karena Herry Wijaya adalah pemegang saham mayoritas yang menguasai 1300 dari 2000 saham Termohon Kasasi. Dengan demikian, cukup beralasan apabila Pemohon Kasasi dengan itikad baik mempercayai surat-surat yang ditandatangani oleh Presiden Direktur dan pemegang saham mayoritas Termohon Kasasi, apalagi dengan kop surat resmi Pemohon Kasasi;
149
diperlukan terhadap tindakan hukum Direksi dan pemegang saham Termohon Kasasi merupakan masalah internal perusahaan Termohon Kasasi yang tidak boleh merugikan pihak lain dalam hal ini Pemohon Kasasi yang dengan itikad baik
melaksanakan perjanjian. Dengan
mempermasalahkan persetujuan Komisaris dalam proses kepailitan ini, jelas Termohon Kasasi telah beritikad buruk ingin menghindar dari tanggung jawabnya;
3. Selain itu, pertimbangan majelis hakim Pengadilan Niaga bertentangan dengan yurisprudensi tetap MA RI sebagaimana dinyatakan dalam putusan Peninjauan Kembali MA RI No. 019 PK/N/2000, tanggal 22 Januari 2001, sebagai berikut:
“… meskipun surety bond diterbitkan tanpa persetujuan dari Komisaris Utama dan seorang Anggota Dewan Komisaris Pemohon Peninjauan Kembali seperti yang ditentukan dalam Pasal 11 ayat (1) Anggaran Dasar Pemohon Peninjauan Kembali, tetapi kesalahan tersebut merupakan kesalahan intern Pemohon Peninjauan Kembali sebagai sebuah Perseroan Terbatas, sehingga tidak boleh merugikan pihak ketiga”
Bahwa selanjutnya, dalam putusan No. 019PK/N/2000, tanggal 22 Januari 2001 tersebut juga dinyatakan bahwa kreditor yang memiliki itikad baik, tidak memiliki kewajiban untuk meneliti kebenaran prosedur maupun anggaran dasar debitornya.
Pertimbangan hakim kasasi terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
150
pembuktiannya tidak bersifat sederhana lagi sehingga tidak memenuhi persyaratan Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998.
Adanya dua kreditor atau lebih
-
Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
-
Putusan Mengadili:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. Aditya Toa Development;
2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Tp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah).
Tanggal pembacaan putusan kasasi
17 Maret 2004
c.
Tingkat Peninjauan Kembali: Putusan Peninjauan
Kembali No. 04 PK/N/2004
Indikator Uraian
Pemohon Peninjauan Kembali
PT. Aditya Toa Development
Termohon Peninjauan Kembali
PT. Wijaya Wisesa
Tanggal Pengajuan Peninjauan Kembali
17 Maret 2004
Alasan/Keberatan Pemohon Peninjauan Kembali
Terdapat kekeliruan yang nyata:
1. Dalam hal ini Majelis Hakim Kasasi Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat dalam penerapan hukum karena telah melanggar yurisprudensi MA No. 19/PK/N/2000 tanggal 22 Januari 2001 bahwa:
151
tidak adanya persetujuan Komisaris tidak boleh merugikan pihak ketiga;
Tidak ada kewajiban bagi kreditor untuk meneliti dan memahami prosedur internal debitornya dalam memperoleh utang.
Dalam hal ini, putusan pengadilan niaga bertentangan satu dengan yang lain, padahal Pengadilan Niaga merupaka institusi yang diharapkan dapat memberi kepastian hukum
Adanya bukti baru yang bersifat menentukan:
2. Berdasarkan bukti baru berupa certificate (pernyataan tertulis) yang dibuat oleh Termohon Peninjauan Kembali dan disahkan oleh Notaris, terbukti secara sederhana bahwa termohon peninjauan kembali mengakui utangnya
Pertimbangan Hakim
Ditemukannya bukti baru yang bersifat menentukan (novum)
Bahwa keberatan-keberatan ini tidak dapat dibenarkan, oleh karena bukti-bukti yang diajukan bukan merupakan bukti baru yang penting yang akan menghasilkan putusan yang berbeda apabila diketahui pada tahap persidangan sebelumnya seperti yang dimaksudkan oleh pasal 286 ayat (2) a UU No. 4 Tahun 1998;
Terdapat kekeliruan yang nyata
Bahwa keberatan-keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena dalam putusan yang dimohonkan peninjauan kembali tidak terdapat kesalahan berat dalam penerapan hukum sebagaiman dimaksud oleh Pemohon Peninjauan Kembali.
Putusan Mengadili:
1. Menolak permohonan peninjauan kembali yang
diajukan oleh Pemohon Peninjauan
Kembali/kreditor yaitu PT. Aditya Toa Development;
2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.10.000.000,- (lima juta Rupiah)
Tanggal Pembacaan Putusan
152
5.
Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central Total Finance
Kasus PT. Heradi Utama vs PT. Central Total Finance
memperoleh kekuatan hukum tetap pada tahap
peninjauan kembali. Berikut ini uraian putusan terhadap
kasus tersebut pada tingkat peradilan pertama, kasasi
dan peninjauan kembali.
a.
Tingkat Pertama: Putusan Pengadilan Jakarta
Pusat No. 16/Pailit/2004/PN. Niaga/Jkt. Pst
Indikator Uraian
Pemohon Pailit PT. Heradi Utama
Termohon Pailit PT. Central Total Finance
Tanggal pengajuan permohonan pailit
6 Mei 2004
Kasus Posisi
Dalil Pemohon Pailit 1. Adanya utang
Bahwa Termohon telah menerbitkan 2 (dua) surat sanggup (promissory note):
a. No. 0065 atas penempatan dana sejumlah USD 677,862.97 (enam ratus tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus enam puluh dua sembilan puluh tujuh per seratus dollar Amerika Serikat);
b. No. 0068 atas penempatan dana sebesar Rp. 1.437.043.941,- (satu milyar empat ratus tiga puluh tujuh juta empat puluh tiga ribu sembilan ratus empat puluh satu Rupiah)
Dengan demikian terbukti bahwa Pemohon Pailit adalah Kreditor yang sah dari Termohon Pailit.
2. Termohon memiliki kreditor kedua yaitu PT. Intidana Adimandiri dengan tagihan:
153
dibuktikan dengan surat sanggup (promissory note) No. 00666 tertanggal 28 Maret 2001
b. USD 686,005.92 (enam ratus delapan puluh enam ribu lima sembilan puluh dua per seratus dollar Amerika Serikat), dibuktikan dengan surat sanggup (promissory note) No. 00667 tertanggal 28 Maret 2001
3. Utang telah jatuh tempo dan dapat ditagih:
Kedua utang terhadap Pemohon yang dibuktikan dengan surat sanggup (promissory note) No. 0065 dan No. 0068 tersebut di atas jatuh tempo pada tanggal 28 April 2001.
Jawaban Termohon Pemohon menyangkal dengan tegas telah menerbitkan surat sanggup (promissory note) kepada Termohon:
1. Termohon menyangkal dengan tegas telah menerbitkan surat sanggup dengan No. 00665 dan No. 99668 karena surat sanggup tersebut (promissory note) tersebut tidak pernah dan sesuai ketentuan hukum tidak boleh dikeluarkan oleh Termohon pailit sebagai lembaga pembiayaan;
2. Bahwa berdasarkan Keppres No. 61 Tahun 1998 tentang Lembaga Pembiayaan sebagaimana diatur dalam Pasal 3 ayat (1) dan 5 ayat (1) secara tegas disebutkan, Termohon Pailit sebagai lembaga keuangan Bukan Bank dilarang menarik dan secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note), selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) disebutkan Perseroan pembiayaan dapat menerbitkan surat sanggup (promissory note) hanya sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi kreditornya; dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.013/1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan, dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note)
154
Komisaris.4. Bahwa segala macam surat utang ataupun pengakuan hutang yang tidak dikeluarkan oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan hal itu, yaitu Direktur dan Komisaris, maka surat utang (promissory note) ataupun pengakuan utang tersebut secara hukum tidaklah mengikat Perseroan.
Pemohon menyangkal dengan tegas telah berutang dan menerbitkan surat sanggup (promissory note) No. 00666 dan No. 00667 tertanggal 28 Maret 2001 kedua yaitu PT. Intidana Adimandiri:
1. Termohon tidak pernah menerima setoran atau penempatan dana dalam bentuk Dollar Amerika dari PT. Intidana Adimandiri (Kreditur kedua);
2. Bahwa berdasarkan Keppres No. 61 Tahun 1998 tentang Lembaga Pembiayaan dan dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.013/1998 tentang Ketentuan dan Tata Cara Pelaksanaan Lembaga Pembiayaan Termohon Pailit sebagai lembaga keuangan Bukan Bank dilarang menarik dan secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note), selanjutnya dalam Pasal 5 ayat (2) disebutkan Perseroan pembiayaan dapat menerbitkan surat sanggup (promissory note) hanya sebagai jaminan atas hutang kepada bank yang menjadi kreditornya;, dilarang menarik dana secara langsung dari masyarakat dalam bentuk surat sanggup (promissory note)
155
Termohon Pailit sebagai Perseroan.
Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya debitor
Tentang tanggung jawab Perseroan sebagai debitor:
Menimbang bahwa demikian halnya dengan tangkisan Termohon yang menyatakan bahwa sesuai ketentuan Pasal 11 ayat 3A Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Perseroan, untuk memberi pinjaman ataupun meminjam uang, terlebih dahulu harus mendapat persetujuan dari Komisaris, sehingga promissory note yang hanya ditandatangani Termohon saja tidak terikat dengan pernerbitan surat sanggup tersebut. Terhadap tangkisan Termohon ini, Majelis Hakim tidak sependapat berdasarkan pertimbangan berikut:
1. Bahwa menurut bukti, Pemohon telah mempertanyakan perihal yang menandatangani promissory note hanya seorang saja yaitu Antonius Z. Gunawan (Direktur Utama) padahal biasanya ditandatangani oleh 2 (dua) orang;
2. Bahwa atas pertanyaan tersebut, Termohon dengan surat menyatakan memberikan jawaban bahwa perlakuan ini tidak menyimpang dari Pasal Akta No. 184, bahwa Direktur Utama berkuasa dan berwenang bertindak untuk dan atas nama serta mewakili Perseroan;
3. Bahwa berdasarkan pertimbangan tersebut, Majelis Hakim berpendapat Perseroan tidak dapat melepaskan tanggung jawab atas penerbitan promissory note dimaksud.
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih
Bahwa dana sebesar Rp. 5.000.000.000.000,- (lima milyar Rupiah berawal dari adanya penempatan dana dari PT. Fiskar Agung yang kemudian dibagi-bagi menjadi beberapa promissory note atas nama Pemohon Pailit dan Kreditur kedua;
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu utang yang telah jatuh tempo
156
dan dapat ditagih Pemohon kepada Termohon sebesar 677,862.97 (enam ratus tujuh puluh tujuh ribu delapan ratus enam puluh dua sembilan puluh tujuh per seratus dollar Amerika Serikat) dan Rp. 1.437.043.941,- (satu milyar empat ratus tiga puluh tujuh juta empat puluh tiga ribu sembilan ratus empat puluh satu Rupiah).
Menimbang dari uraian tersebut, pembuktian mengenai adanya utang secara sederhana sebagaimana diamanatkan oleh UU No. 4 Tahun 1998 telah terpenuhi;
Menimbang mengenai tangkisan Termohon yang lain, perihal promissory note bertentangan dengan Keppres No. 61 Tahun 1998 tentang Lembaga Pembiayaan dan dalam Keputusan Menteri Keuangan RI No. 1251/KMK.013/1998 yang dikatakan melanggar kausa yang halal, Majelis Hakim tidak sependapat, karena tidak bertentangan dengan ketertiban umum dan kesusilaan. Setidak-tidaknya hal itu tidak menghilangkan hak tagih Pemohon kepada Termohon.
Putusan Memutuskan:
1. Mengabulkan Permohonan Pemohon tersebut;
2. Menyatakan Termohon PT. Central Total Finance Pailit dengan segala akibat hukumnya;
3. Menunjuk Saudara Sudrajat Dimyati, SH, Hakim Niaga pada Pengadilan Negeri Jakarta Pusat sebagai hakim pengawas;
4. Mengangkat Saudara Darwin Marpaung, SH dari kantor MAAS Law Office sebagai Kurator;
5. Menetapkan biaya kepailitan dan jasa kurator akan ditentukan kemudian;
6. Menghukum Termohon untuk membayar biaya perkara ini sejumlah Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah)
Tanggal pembacaan putusan
157
b.
Tingkat Kasasi: Putusan Mahkamah Agung No.
010/K/N/2004
Indikator Uraian
Pemohon Kasasi PT. Central Total Finance
Termohon Kasasi PT. Heradi Utama
Tanggal pengajuan permohonan kasasi
8 Juni 2004
Keberatan Pemohon Kasasi
Mengenai siapa debitor:
1. Judex factie telah salah dalam menerapkan ketentuan hukum Perseroan dan tidak cukup memberikan pertimbangan, sebab menurut ajaran “The Ultra Vires Doctrine” dan berdasarkan yurisprudensi MA No 3264 tanggal 28 Agustus 1996, seorang Anggota Direksi secara yuridis wajib mengikuti ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan, sehingga apabila Anggota Direksi tersebut melakukan suatu perbuatan hukum yang menurut Anggaran Dasar diwajibkan memperoleh persetujuan dari Komisaris kemudian ternyata ia mengesampingkan ketentuan tersebut, maka perbuatan hukum yang dilakukan oleh Anggota Direksi tersebut tidak sah dan tidak berkekuatan hukum dan tidak mengikat Perseroan sebagai badan hukum. Anggota Direksi tersebut harus bertanggung jawab secara pribadi.
2. Judex factie telah salah menerapkan hukum sebab pemeriksaan dalam perkara ini tidak dapat dilakukan secara sederhana (summarily proving) mengenai penempatan dan oleh PT. Fiskar Agung menyebabkan kerumitan pembuktian mengenai asal-muasal terjadinya utang-piutang, besarnya utang yang telah dibayar, utang yang masih tersisa sehingga terjadi peralihan utang-piutang dari Pt. Fiskar Agung kepada Termohon Pailit/Pemohon Kasasi dan kreditur kedua, sehingga pemeriksaan terhadap perkara ini harulsah melalui proses acara perdata biasa di pengadilan negeri.
158
107 KUH Dagang dinyatakan bahwa surat sanggup (promissory note) yang ditandatangani oleh siapa yang tidak memiliki kewenangan untuk berbuat, maka penandatangan tersebut terikat secara pribadi, sehingga tidaklah dapat Termohon pailit/Pemohon Kasasi sebagai Perseroan dipailitkan karena Termohon pailit/Pemohon Kasasi tidak terikat dengan penerbitan surat sanggup tersebut.
Pertimbangan hakim kasasi terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Adanya debitor Keberatan-keberatan Pemohon kasasi tidak dapat dibenarkan karena putusan judex factie sudah tepat yaitu tidak salah menerapkan hukum.
Adanya dua kreditor atau lebih
Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
Putusan Mengadili:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi: PT. Central Total Finance tersebut;
2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebanyak Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah)
Tanggal pembacaan putusan kasasi
14 Juli 2004
c.
Tingkat Peninjauan Kembali: Putusan Peninjauan
Kembali No. 010 PK/N/2004
Indikator Uraian
Pemohon Peninjauan Kembali
PT. Central Total Finance
Termohon Peninjauan Kembali
PT. Heradi Utama
159
Peninjauan KembaliAlasan/Keberatan Pemohon Peninjauan Kembali
Terdapat kekeliruan yang nyata:
1. Pengadilan Negeri Jakarta Pusat jo putusan Majelis Kasasi Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat dalam menerapkan ketentuan hukum Perseroan dan tidak cukup memberikan pertimbangan, sebab menurut ajaran “The Ultra Vires Rule” dan berdasarkan yurisprudensi MA No. 3246 K/Pdt/1992 tanggal 28 Agustus 1996, seorang Direktur Utama atau Direktur suatu badan hukum (korporasi) secara yuridis wajib mengikuti ketentuan yang diatur dalam anggaran dasar korporasi sehingga bilamana direktur tersebut melakukan sesuatu perbuatan hukum yang menurut Anggaran Dasar diwajibkan memperoleh persetujuan dari komisaris kemudian ternyata Direktur mengesampingkan ketentuan ini, maka perbuatan hukum yang dilakukan oleh Direktur tersebut adalah tidak sah dan tidak berkekuatan hukum serta tidak mengikat Badan Hukum yang bersangkutan dengan akibat ia harus bertanggung jawab secara pribadi;
2. Pengadilan Niaga Jakarta Pusat jo Majelis Kasasi Mahkamah Agung telah melakukan kesalahan berat dalam menerapkan ketentuan hukum sebab pemeriksaan terhadap perkara ini tidak dapat dilakukan secara sederhana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (3) UU No. 4 Tahun 1998; kepailitan menganut asas “summarily proving” (pembuktian secara sumir). Adanya penempatan dana sebagaimana dalil pemohon pailit yang ternyata dalam pembuktian bahwa utang tersebut berasal dari PT. Fiskar Agung Perkasa bukan merupakan pihak dalam perkara ini, sehingga untuk membuktikan asal-muasal terjadinya utang-piutang, besarnya hutang yang telah dibayar, hutang yang masih tersisa hingga terjadinya peralihan utang-piutang dari PT. Fiskar
Agung kepada Pemohon Peninjauan
160
Peninjauan Kembali/Termohon Pailit haruslah ditempuh melalui proses Acara Perdata biasa di Pengadilan Negeri. Di samping itu tidak sederhana perkara ini juga terbukti dari banyaknya bukti yang diajukan oleh Termohon Peninjauan Kembali dimana bukti-bukti ini perlu diklarifikasi satu per satu dengan melibatkan PT. Fiskar Agung dalam perkara ini.
Pertimbangan Hakim
Ditemukannya bukti baru yang bersifat menentukan (novum)
-
Terdapat kekeliruan yang nyata
Bahwa keberatan-keberatan tersebut tidak dapat dibenarkan, oleh karena dalam putusan yang dimohonkan Peninjauan Kembali tidak terdapat kesalahan berat dalam penerapan hukum sebagaimana yang dimaksud oleh Pasal 286 ayat (2) UU No. 4 Tahun 1998;
Bahwa seperti yang dipertimbangkan dalam putusan Pengadilan Niaga, terbukti adanya utang Termohon Pailit kepada Pemohon Pailit;
Bahwa promissory note yang ditandatangani oleh Termohon Pailit telah sesuai dengan Pasal 174 KUH Dagang, karenanya sah sebagai suatu surat sanggup, sedangkan adanya ketentuan dalam Anggaran Dasar Perseroan yang menentukan bahwa yang berwenang menandatangani promissory note adalah Direksi bersama-sama dengan Komisaris adalah persoalan intern Termohon Pailit yang tidak mempengaruhi keabsahan promissory note tersebut;
Dalam pembuktian di persidangan, Termohon Pailit telah menegaskan kewenangan A.Z. Gunawan, Direktur Utama yang berwenang bertindak untuk dan atas nama Direksi serta mewakili kepentingan Perseroan.
161
Finance tersebut tidak beralasan sehingga harus ditolak.
Putusan Mengadili:
1. Menolak permohonan Peninjauan Kembali yang diajukan oleh Pemohon Peninjauan Kembali PT. Central Total Finance tersebut;
2. Menghukum Pemohon untuk membayar biaya perkara sebesar Rp.10.000.000,- (lima juta Rupiah)
Tanggal Pembacaan Putusan
11 Januari 2005
6.
Tingkat Pertama: Kasus PT. Bank Negara Indonesia vs
PT. Kalimas Sukses Baru Mandiri
a.
Putusan No. 20/Pailit/2010/PN. Niaga. Sby
Indikator Uraian
Pemohon Pailit PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk
Termohon Pailit PT. Kalimas Sukses Mandiri
Tanggal pengajuan permohonan pailit
Kasus Posisi
Dalil Pemohon Pailit 1. Bahwa Pemohon adalah sebuah Perseroan yang bergerak di bidang jasa perbankan (Bank), sedangkan Termohon adalah Perseroan yang bergerak di bidang jasa distributor consumer goods;
2. Bahwa Pemohon memberikan fasilitas Kredit Modal Kerja (KMK) sebesar Rp. 45.000.000.000,- (empat puluh lima milyar Rupiah) yang merupakan hutang Termohon sebagaimana tercantum dalam beberapa perjanjian kredit;
162
4. Bahwa setelah jangka waktu kredit yang dimaksud berakhir, Termohon tidak melakukan kewajiban untuk membayar utangnya sehingga Termohon harus memperpanjang jangka waktu kredit selama 3 (tiga) bulan menjadi tanggal 21 November 2004 dengan melakukan perubahan terhadap Pasal 4 Perjanjian Kredit No. 2003/KPI/52;
5. Bahwa Termohon lagi-lagi tidak dapat membayar utangnya yang sudah jatuh tempo secara tepat waktu sehingga Pemohon terpaksa harus memperpanjang jangka waktu kredit selama 1 tahun yaitu dari tanggal 21 Agustus 2004 s.d. 20 Agustus 2005 dengan melakukan perubahan pada Pasal 4 Perjanjian Kredit No. 2003/KPI/52;
6. Dengan adanya beberapa perubahan pada Pasal 4 Perjanjian Kredit No. 2003/KPI/52 menunjukkan bahwa Termohon gagal memenuhi kewajibannya yang sudah jatuh tempo tersebut;
7. Oleh karena Pemohon tidak melakukan pembayaran utangnya yang telah jatuh tempo secara tepat waktu, maka total kewajiban Termohon Pailit sebesar Rp. 122.490.464.407 (seratus dua puluh dua milyar empat ratus sembilan puluh juta empat ratus empat puluh enam empat ratus tujuh Rupiah yang terdiri dari hutang pokok, tunggakan bunga, biaya dan denda.
Pemohon mempunyai utang kepada kreditor lain, yaitu:
1. Liem Haryanto Limantara;
2. Kantor Pelayanan Pajak Banjarmasin;
3. Kantor Pelayanan Pajak Bumi dan Bangunan Banjarmasin
4. PT. Ajinomoto Indonesia;
5. PT. Nestle Indonesia;
6. PT. Phillips Indonesia;
7. PT. Citra Dinamika Interindo.
163
mengadili perkara ini karena dalam Perjanjian Kredit No. 2003/KPI/52, kedua belah pihak telah menyepakati untuk memilih tempat kediaman hukum tetap di Kantor Kepaniteraan Pengadilan Negeri Jakarta
Pertimbangan Hakim Pengadilan Niaga terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya debitor
-
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai adanya dua kreditor atau lebih
Menimbang bahwa oleh karena tidak adanya bukti mengenai adanya kreditur lain selain Pemohon, maka unsur harus ada dua kreditor atau lebih sebagamana disyaratkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 tidak terpenuhi.
Pembuktian sederhana (summarily proving) mengenai satu utang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
-
Pertimbangan mengenai eksepsi
Pasal 303 UU No. 37 Tahun 2004 menyatakan bahwa:
“Pengadilan tetap berwenang memeriksa dan menyelesaikan permohonan pernyataan pailit dari para pihak yang terikat perjanjian yang memuat klausula arbitrase, sepanjang utang yang menjadi dasar permohonan pernyataan pailit telah memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1)”
Putusan Dalam eksepsi:
1. Menolak Eksepsi Termohon Pailit;
Dalam pokok perkara:
2. Menolak permohonan pailit dari Pemohon Pailit;
3. Menghukum Pemohon Pailit untuk membayar biaya permohonan yang timbul sejumlah Rp. 6.417.000,- (enam juta empat ratus tujuh belas ribu Rupiah).
Tanggal pembacaan putusan
164
b.
Tingkat Kasasi: Putusan MA No. 249/K/Pdt.
Sus/2011
Indikator Uraian
Pemohon Kasasi PT. Bank Negara Indonesia (Persero), Tbk.
Termohon Kasasi PT. Kalimas Sukses Baru Mandiri
Tanggal pengajuan permohonan kasasi
25 November 2010
Keberatan Pemohon Kasasi
Mengenai pertimbangan judex factie mengenai tidak
adanya kreditur lain selain Termohon:
“Menimbang bahwa oleh karena tidak adanya bukti mengenai adanya kreditur lain selain Pemohon, maka
unsur harus ada dua kreditor atau lebih sebagamana
disyaratkan dalam Pasal 2 ayat (1) UU No. 37 Tahun 2004 tidak terpenuhi.”
Bahwa sekalipun bukti-bukti yang diajukan oleh
kreditor lain Liem Haryantor Limantara berupa
kwitansi, cek ditandatangani oleh Indrato Kangmartono
sebagai Direktur Utama PT. Delta Barito Indah, Indrato
Kang Martono juga sebagai Direktur Utama PT.
Kalimas Baru Sukses Mandiri dan pinjaman tersebut
digunakan untuk kepentingan PT. Kalimas Baru
Sukses Mandiri yang ketika itu membutuhkan dana,
karena pemegang saham dan direksi dari PT.
Deltabarito Indah adalah merupakan pihak yang sama
dengan pemegang saham dan Direksi PT. Kalimas Baru Sukses Mandiri yang juga dikenal sebagai “Kang Group”.
Bahwa oleh karena tindakan Indrato Kang Martono
meminjam uang dari Liem Haryanto Limantara adalah
untuk kepentingan operasional PT. Kalimas Baru
165
melakukan transaksi tersebut dalam kapasitasnya
sebagai Direktur Utama PT. Delta Barito Indah, namun
harus diartikan untuk kepentingan PT. Kalimas Baru
Sukses Mandiri. Dengan demikian Liem Haryanto
Limantara merupakan kreditor lain dari PT. Kalimas
Baru Sukses Mandiri.
Pertimbangan hakim kasasi terkait tanggung jawab Organ Perseroan:
Adanya debitor
Adanya dua kreditor atau lebih
Menimbang, bahwa bukti kreditor lain Liem Haryanto Limantara berupa surat pernyataan mempunyai hutang haruslah dikesampingkan oleh karena dalam surat tersebut Indrato Kang Martono tidak berkedudukan mewakili PT. Kalimas Sukses Baru Mandiri.
Menimbang, bahwa dalam persidangan tidak terbukti bahwa terdapat kreditor lain selain dari Pemohon Pailit/Pemohon Kasasi.
Satu hutang yang telah jatuh tempo dan dapat ditagih
Putusan Mengadili:
1. Menolak permohonan kasasi dari Pemohon Kasasi PT. Bank Negara Indonesia PT. Bank Negara Indonesia;
2. Menghukum Pemohon Kasasi untuk membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi sebesar Rp. 5.000.000,- (lima juta Rupiah)
Tanggal pembacaan putusan kasasi
166
B.