SKRIPSI
OLEH :
MUHAMMAD FATURINALDI NIM. 141310249
PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
i
data sekunder, yang diperoleh dari BEI yaitu laporan keuangan dari tahun 2014-2016. Populasi yang digunakan dalam penelitian ini berjumlah 48 perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2014-2016. Teknik pemilihan sampel menggunakan metode purposive sampling dan diperoleh 41 perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate
yang digunakan sebagai sampel. Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda.
Bedasarkan hasil analisis data, secara parsial Operating Leverage tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share, Financial Leverage juga tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share, dan Combination Leverage juga tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share. Hasil uji simultan menunjukan bahwa model regresi dapat digunakan untuk memprediksi Earning Per Share dibuktikan dengan nilai signifikan F sebesar 0,988. Nilai R-Square sebesar 0,001 menunjukan bahwa kemampuan variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen adalah sebesar 0,1% dan sisanya sebesar 99,9% dijelaskan oleh variabel lain di luar model penelitian.
ii
Puji dan syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat, hidayah,
dan karunia-Nya, sehingga dengan izin-Nya peneliti dapat menyelesaikan skripsi
dengan judul “Pengaruh Operating Leverage, Financial Leverage, dan
Combination Leverage Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”. Penulisan skripsi ini disusun sebsagi salah satu syarat yang harus
dikerjakan untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi (SE) pada Program Studi
Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak.
Selama penelitian dan penyusunan skripsi ini, peneliti mendapatkan
bantuan serta bimbingan dari berbagai pihak, sehingga pada kesempatan ini
peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H. Helman Fachri, SE, MM, selaku Rektor Universitas
Muhammadiayah Pontianak.
2. Bapak Samsuddin, SE, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas Muhammdiyah Pontianak.
3. Bapak Dedi Hariyanto, SE, MM, selaku wakil Dekan Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak.
4. Bapak Fenni Supriadi, SE, MM, selaku ketua Program Studi Manajemen
iii
6. Ibu Heni Safitri, SE, MM, selaku pembimbing kedua yang telah memberikan
bimbingan, petunjuk dan motivasi kepada peneliti sampai penelitian ini
selesai.
7. Seluruh Dosen dan Citivas Akademika Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang
telah membantu dan membimbing peneliti sampai pada akhirnya
menyelesaikan skripsi ini.
8. Terimakasih yang tidak terhingga secara khusus peneliti sampaikan kepada
Ibunda dan Ayahanda tercinta Ibu Susniwati dan Bapak Eddy Suryadi yang
selalu senantiasa mendoakan, memberikan semangat, nasehat serta bantuan
moril dan materil kepada peneliti hingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi
ini. Semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan ridho-Nya
kepada keduanya. Serta kepada seluruh keluarga besar tercinta yang telah
banyak membantu, memfasilitasi, memberikan dukungan dan doa dalam
pembuatan skripsi ini. Semoga amal baik dari semuanya mendapatkan balasan
yang lebih baik dari Allah SWT.
9. Teman-teman seperjuangan Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Universitas Muhammadiyah Pontianak kelas 01 Angkatan 2014,
teman-teman di the cool 3, dan teman-teman mabar di WCD serta seluruh
iv
Peneliti menyadari skirpsi ini masih terdapat banyak keterbatasan serta
kelemahan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
positif demi kesempurnaan dan perbaikannya sehingga pada akhrinya skripsi ini
dapat memberikan manfaat bagi pembaca dan bisa dikembangkan lebih lanjut.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pontianak, Agustus 2018
Peneliti
Muhammad Faturinaldi
i
financial statements from 2014-2016. The population used in this study amounted to 48 service companies in the property and real estate sub-sectors that are still listed on the Indonesia Stock Exchange in the 2014-2016 period. The sample selection technique uses purposive sampling method and obtained 41 service companies in the property and real estate sub-sectors used as samples. The data analysis technique used is multiple linear regression analysis.
Based on the results of data analysis, partially Operating Leverage had no effect on Earning Per Share, Financial Leverage did not affect Earning Per Share, and Combination Leverage did not affect Earning Per Share. Simultaneous test results show that the regression model can be used to predict Earning Per Share as evidenced by a significant value of F of 0.988. R-Square value of 0.001 shows that the ability of independent variables in explaining the variation of the dependent variable is 0.1% and the remaining 99.9% is explained by other variables outside the research model.
v
2. Teknik Pengumpulan Data ... 17
3. Populasi dan Sampel ... 17
4. Alat Analisis Data ... 20
5. Uji Asumsi Klasik ... 21
6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 24
7. Koefisien Determinasi (R2) ... 25
8. Koefisien Korelasi Berganda ... 25
9. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 26
10.Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ...27
vi
BAB III GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ... 40
B. Sektoral Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia ... 41
1. Pertanian ... 41
2. Pertambangan ... 42
3. Industri Dasar dan Kimia ... 42
4. Aneka Industri ... 42
5. Industri Barang Konsumsi ... 43
6. Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan ... 43
7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi ... 43
8. Keuangan ... 44
9. Perdagangan Jasa dan Investasi ... 44
C. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 44
D. Profil Perusahaan ... 54
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Perhitungan Operating Leverage ... 76
B. Perhitungan Financial Leverage ... 84
C. Perhitungan Combination Leverage ... 89
D. Uji Asumsi Klasik ... 92
6. Analisis Regresi Linier Berganda ... 100
7. Koefisien Determinasi (R2) ... 101
8. Koefisien Korelasi Berganda ... 102
9. Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 103
10.Uji Pengaruh Parsial (Uji t) ...104
11.Interpretasi Hasil Penelitian ... 105
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 108
B. Saran ... 109
DAFTAR PUSTAKA ... 111
vii
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Daftar Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate ... 4
Tabel 1.1 Lanjutan ... 5
Tabel 1.2 Data Penjualan ... 7
Tabel 1.2 Lanjutan ... 8
Tabel 1.3 Data Earning Before Interest and Tax (EBIT) ... 9
Tabel 1.3 Lanjutan ... 10
Tabel 1.4 Data Earning Per Share ... 11
Tabel 1.4 Lanjutan ... 12
Tabel 1.5 Jumlah sampel penelitian ... 19
Tabel 1.5 Lanjutan ... 19
Tabel 1.6 Tabel Hubungan antar variabel ... 26
Tabel 3.1 Sektor dan Jumlah emiten ... 41
Tabel 4.1 Persentase Perubahan EBIT ... 77
Tabel 4.1 Lanjutan ... 78
Tabel 4.2 Persentase Perubahan Penjualan ... 79
Tabel 4.2 Lanjutan ... 80
Tabel 4.3 Data Degree Of Operating Leverage ... 82
Tabel 4.3 Lanjutan ... 83
Tabel 4.4 Persentase Perubahan Earning Per Share ... 85
Tabel 4.4 Lanjutan ... 86
Tabel 4.5 Data Degree Of Financial Leverage ... 87
Tabel 4.5 Lanjutan ... 88
Tabel 4.6 Data Degree Of Combination Leverage ... 90
Tabel 4.6 Lanjutan ... 91
viii
Tabel 4.8 Hasil Uji Data Outlier ... 93
Tabel 4.8 Lanjutan ... 94
Tabel 4.8 Lanjutan 2 ... 95
Tabel 4.9 Hasil Uji Normalitas kedua ...95
Tabel 4.10 Hasil Uji Autokorelasi ... 96
Tabel 4.11 Hasil Uji Multikolinieritas ... 97
Tabel 4.12 Hasil Uji Heteroskedasitas ... 98
Tabel 4.13 Hasil Analisis Regresi Linier Berganda ...100
Tabel 4.14 Hasil Uji Koefisien Determinasi (R2) ... 102
Tabel 4.15 Hasil Uji Koefisien Korelasi Berganda ... 102
Tabel 4.16 Hasil Uji Pengaruh Simultan (Uji F) ... 103
ix
Daftar Gambar
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran ... 16
Gambar 3.1 Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ... 45
x
Daftar Lampiran
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bursa Efek Indonesia (BEI) merupakan salah satu bursa efek yang
cepat perkembangannya, ini terlihat semakin banyaknya anggota bursa
yang tercatat selamat 3 tahun terakhir terus mengalami peningkatan,
seperti pada 2014 anggota bursa efek sebanyak 509 perusahaan, meningkat
pada tahun 2015 sebanyak 525 perusahaan, dan pada 2016 jumlah
perusahaan anggota bursa sebanyak 539 perusahaan, juga dapat dilihat dari
perubahan kapitalisasi pasarnya yang terus bertambah dari tahun ke tahun.
Terdapat 9 sektor di Bursa Efek Indonesia, yaitu sektor Pertanian,
Pertambangan, Industri Dasar dan Kimia, Aneka Industri, Industri Barang
Konsumsi, Property, Real Estate dan Konstruksi Bangunan, Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi, Keuangan, dan Perdagangan, Jasa dan Investasi.
Bursa Efek Indonesia menjadi wadah bagi pasar modal sebagai
alternatif perusahaan antara lain, dana yang dapat dihimpun berjumlah
besar, dana tersebut dapat diterima sekaligus pada saat pasar perdana
selesai, tidak ada convenant sehingga manajemen dapat lebih bebas dalam pengelolaan dana atau perusahaan, solvabilitas perusahaan tinggi sehingga
memperbaiki citra perusahaan, dan ketergantungan emiten terhadap bank
menjadi lebih kecil.
keuangan yang paling populer. Saham telah menambah pilihan bagi
investor lokal, yang sebelumnya hanya menginvestasikan uangnya di
lembaga perbankan.
Meningkatnya persaingan saat ini menuntut setiap perusahaan
untuk mampu menyesuaikan dengan keadaan yang terjadi dan menuntut
setiap perusahaan untuk dapat melakukan pengelolaan terhadap
fungsi-fungsi yang ada dalam perusahaan sehingga dapat lebih unggul dalam
persaingan yang dihadapi. Pada dasarnya perusahaan membutuhkan dana
untuk menjalankan bisnisnya, apapun bentuk bidang usaha yang
dijalankan oleh perusahaan tersebut dalam setiap kegiatan operasionalnya
selalu memanfaatkan sumber daya dan sumber dana yang dimiliki secara
optimal untuk memperoleh keuntungan dalam rangka meningkatkan
pertumbuhan dan menjaga kelangsungan hidup usahanya dengan cara
meningkatkan nilai perusahaan.
Riyanto (2001:209) menyatakan bahwa “Pemenuhan dana tersebut
berasal dari sumber intern (internal source) maupun dari sumber ekstern (external source)”. Dana yang berasal dari sumber intern adalah dana yang terbentuk atau dihasilkan oleh perusahaan sendiri yaitu laba ditahan dan
depresiasi. Dana yang diperoleh dari sumber eksternal adalah dana yang
berasal dari kreditur, pemilik dan pengambil bagian dalam perusahaan.
Modal dari kreditur merupakan utang bagi perusahaan yang bersangkutan
Properti merupakan salah satu sektor yang sangat penting bagi
kehidupan manusia, dalam melaksanakan aktivitasnya sehari-hari manusia
tidaklah lepas dari sektor ini dan yang paling penting adalah rumah atau
apartemen tempat ia tinggal. Properti khususnya perumahaan merupakan
kebutuhan papan yang merupakan salah satu kebutuhan dasar (primer)
manusia, disamping kebutuhan akan pangan dan sandang, sehingga setiap
orang harus berhubungan dengan sektor properti yang satu ini, pada
kondisi perekonomian yang sedang terjadi semua orang harus memiliki
rumah tempat ia tinggal untuk memenuhi salah satu kebutuan utamanya.
Industri sektor properti mengandung risiko tinggi, hal ini
disebabkan pembiayaan atau sumber dana utama sektor ini pada umumnya
diperoleh melalui kredit perbankan, sementara sektor ini beroperasi
dengan dengan menggunakan aktiva tetap berupa tanah dan bangunan.
Meskipun tanah dan bangunan dapat digunakan untuk melunasi hutang
tetapi aktiva tersebut tidak dapat dikonversikan ke dalam kas dalam waktu
yang singkat, sehingga banyak pengembang (developer) tidak dapat melunasi hutangnya pada waktu yang telah ditentukan.
Permasalahan utama yang sering dialami oleh perusahaan properti
ialah dimana melonjaknya harga produk tersebut diakibatkan lahan yang
tersedia semakin terbatas beragam produk properti diantaranya rumah,
perhotelan, pertokoan, dan gedung lainnya akibat permintaan konsumen
yang terlalu tinggi. Pertumbuhan sektor dari industri properti dapat
negara. Sektor ini sangat tergantung kondisi ekonomi. Jika inflasi tinggi,
bunga kredit naik, maka penjualan menurun. Setelah sektor perbankan,
sektor ini paling terdampak apabila suku bunga naik. Kenaikan tingkat
suku bunga di suatu negara dapat mendorong terjadinya pengalihan dana
dari mata uang dengan tingkat bunga rendah ke mata uang dengan tingkat
bunga yang lebih tinggi. (https://finance.detik.com).
Adapun daftar perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real Estate
yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan tanggal Initial Public Offering
(IPO) dapat dilihat di tabel 1.1 berikut ini:
Tabel 1.1 Bursa Efek Indonesia
Perusahaan Jasa (Sub Sektor Properti dan Real Estate) Periode 31 Desember 2017
No Kode Nama Perusahaan Tanggal IPO
1 ARMY Armidian Karyatama Tbk 21-Jun-2017 2 APLN Agung Podomoro Land Tbk 11-Nop-2010 3 ASRI Alam Sutera Reality Tbk 18-Des-2007 4 BAPA Bekasi Asri Pemula Tbk 14-Jan-2008 5 BCIP Bumi Citra Permai Tbk 11-Des-2009 6 BEST Bekasi Fajar Indusrial Estate Tbk 10-Apr-2012 7 BIKA Binakarya Jaya Abadi Tbk 14-Jul-2015 8 BIPP Bhuawanatala Indah Permai Tbk 23-Okt-1995 9 BKDP Bukit Darmo Property Tbk 15-Jun-2007 10 BKSL Sentul City Tbk 28-Jul-1997 11 BSDE Bumi Serpong Damai Tbk 06-Jun-2008 12 COWL Cowell Development Tbk 19-Des-2007
Tabel 1.1 (Lanjutan)
17 DUTI Duta Pertiwi Tbk 02-Nop-1994 18 ELTY Bakrieland Development Tbk 30-Okt-1995 19 EMDE Megapolitan Development Tbk 12-Jan-2011 20 FORZ Forza Land Indonesia Tbk 28-Apr-2017 21 FMII Fortune Mate Indonesia Tbk 30-Jun-2000 22 GAMA Gading Development Tbk 11-Jul-2012 23 GMTD Gowa Makassar Tourism Development Tbk 11-Des-2000 24 GPRA Perdana Gapura Prima Tbk 10-Okt-2007 25 GWSA Greenwood Sejahtera Tbk 23-Des-2011 26 JPRT Jaya Real Property Tbk 29-Jun-1994 27 KIJA Kawasan Industri Jababeka Tbk 10-Jan-1995 28 LCGP Eureka Prima Jakarta Tbk 13-Jul-2007 29 LPCK Lippo Cikarang Tbk 24-Jul-1997 30 LPKR Lippo Karawaci Tbk 28-Jun-1996 31 MDLN Modernland Realty Tbk 18-Jan-1993 32 MKPI Metropolitan Kentjana Tbk 10-Jul-2009 33 MMLP Mega Manunggal Property Tbk 12-Jun-2015 34 MTLA Metropolitan Land Tbk 20-Jun-2011 35 MTSM Metro Realty Tbk 08-Jan-1992 36 NIRO Nirvana Development Tbk 13-Sep-2012 37 OMRE Indonesia Prima Property Tbk 22-Agu-1994 38 PPRO PP Properti Tbk 19-Mei-2015 39 PLIN Plaza Indonesia Realty Tbk 15-Jun-1992 40 PUDP Pudjiati Prestige Tbk 18-Nop-1994 41 PWON Pakuwon Jati Tbk 19-Okt-1989 42 RBMS Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk 19-Des-1997 43 RDTX Roda Vivatex Tbk 14-Mei-1990 44 RODA Pikko Land Development Tbk 22-Okt-2001 45 SCBD Dadanayasa Arthatama Tbk 19-Apr-2002 46 SMDM Suryamas Dutamakmur Tbk 12-Okt-1995 47 SMRA Summmarecon Agung Tbk 07-Mei-1990 48 TARA Sitara Propertindo 11-Jul-2014 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel 1.1, menunjukan daftar emiten sub sektor Properti dan
Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia per 31 Desember 2017
Menurut Brigham dan Houston (2006:36), “Penggunaan hutang
akan mengakibatkan perubahan laba per lembar saham, dan juga
mengakibatkan perubahan harga saham perusahaan”. Hutang yang
digunakan oleh perusahaan dalam memenuhi kebutuhan modal suatu
perusahaan dapat mempengaruhi Earning Per Share bagi pemilik perusahaan dan juga berpengaruh terhadap harga saham perusahaan.
Hutang tersebut bisa berupa hutang operasi (operating leverage) dan hutang keuangan (financial leverage).
Earnings Per Share sangat penting untuk diperhitungkan bagi investor yang akan menginvestasikan dananya dalam bentuk saham.
Perhitungan Earnings Per Share dapat digunakan sebagai alat ukur untuk mengevaluasi prospek sebuah saham. Semakin besar jumlah saham yang
beredar, maka peluang untuk meraup Earnings Per Share juga akan semakin besar, sebaliknya semakin kecil jumlah saham yang beredar,
maka peluang untuk meraup Earnings Per Share juga akan semakain kecil. Earnings Per Share dapat dipengaruhi oleh kinerja keuangan perusahaan dimana dalam penelitian ini menggunakan variabel Operating Leverage yang diproksikan menggunakan Degree of Operating Leverage, Financial Leverage yang diproksikan menggunakan Degree of Financial Leverage dan Combination Leverage yang diproksikan menggunakan
Degree of Combination Leverage. Untuk menghitung Operating Leverage,
Before Interest and Tax (EBIT), data penjualan dan data Earning Per Share dari tahun 2013 sampai dengan tahun 2016.
Adapun data penjualan atau sales perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real Estate pada tahun 2013 sampai 2016 dapat dilihat pada Tabel 1.2 berikut ini :
Tabel 1.2 Bursa Efek Indonesia Data Penjualan (Sales)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Tabel 1.2 (Lanjutan)
23 KIJA 2.739.598 2.799.065 3.139.920 2.931.015 2.902.400 24 LCGP 70.359 144.288 41.672 21.545 69.466 25 LPCK 1.327.909 1.802.970 2.120.553 1.544.898 1.699.083 26 LPKR 6.666.214 11.655.042 8.910.178 10.537.827 9.442.315 27 MDLN 1.739.441 2.725.007 2.849.685 2.360.531 2.418.666
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa perusahaan dengan nilai
rata-rata penjualan tertinggi yaitu terdapat pada perusahaan PT. Lippo
Karawaci Tbk dengan kode emiten LPKR dengan nilai rata-rata sebesar
Rp9.442.315.000.000. Sedangkan nilai rata-rata penjualan terendah yaitu
terdapat pada perusahaan PT. Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk dengan
kode emiten RBMS dengan nilai rata-rata sebesar Rp26.178.000.000.
Tabel 1.3 Bursa Efek Indonesia
Earning Before Interest and Tax (EBIT)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Tabel 1.3 (Lanjutan)
32 OMRE -871 109.767 239.089 316.304 166.072 33 PLIN 134.545 370.233 272.322 397.530 293.658 34 PUDP 29.360 16.478 31.357 26.424 25.905 35 PWON 1.331.191 2.609.233 1.425.142 1.780.254 1.786.455 36 RBMS -12.956 9.550 -228 -152 -947 37 RDTX 231.714 233.052 256.034 257.364 244.541 38 RODA 407.176 517.435 467.146 64.428 364.046 39 SCBD 1.903.572 170.846 202.116 170.825 611.840 40 SMDM 42.353 44.324 76.808 20.293 45.945 41 SMRA 1.319.425 1.618.174 1.066.009 616.140 1.154.937 Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel diatas menunjukan bahwa dari 41 perusahaan, nilai
rata-rata Earning Before Interest and Tax tertinggi yaitu terdapat pada perusahaan PT. Bumi Serpong Damai Tbk dengan kode emiten BSDE
dengan nilai rata sebesar Rp2.925.943.000.000. Sedangkan nilai
rata-rata Earning Before Interest and Tax terendah yaitu terdapat pada perusahaan PT. Bakrieland Development Tbk dengan kode emiten ELTY
dengan nilai rata-rata sebesar (RP217.323.000.000) atau rugi
217.325.000.000.
Tabel 1.4 Bursa Efek Indonesia
Earning Per Share (EPS)
Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
Tabel 1.4 (Lanjutan)
34 PUDP 82,74 43,04 83,73 69,55 69,76 35 PWON 23,60 53,97 29,08 36,97 35,90 36 RBMS -42,80 9,20 -9,44 -20,55 -15,90 37 RDTX 737,46 865,47 953,36 967,30 880,90 38 RODA 27,72 38,08 35,29 4,50 26,40 39 SCBD 528,14 39,60 47,97 101,11 179,20 40 SMDM 5,55 9,23 15,77 4,28 8,71 41 SMRA 75,96 96,18 73,76 41,94 71,96
Rata - Rata 166,09 182,45 190,17 191,31 - Sumber :Bursa Efek Indonesia, 2017
Dari tabel 1.4 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata Earning Per Share
(EPS) tertinggi terdapat pada perusahaan PT. Lippo Cikarang Tbk dengan
kode emiten LPCK dengan nilai rata-rata sebesar Rp1037,90. Sedangkan
nilai rata-rata Earning Per Share (EPS) terendah terdapat pada perusahaan PT. Rista Bintang Mahkota Sejati Tbk dengan kode emiten RBMS dengan
nilai rata-rata sebesar Rp-15,90 atau rugi Rp15,90.
Berdasarkan uraian di atas maka peneliti ingin mengadakan
penelitian dengan mengambil judul “Pengaruh Operating Leverage,
Financial Leverage dan Combination Leverage Terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti dan Real Estate
yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia”.
B. Permasalahan
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah : Apakah Operating Leverage,
Earning Per Share pada perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia?.
C. Pembatasan Masalah
Agar penelitian tidak menyimpang dari permasalahan yang
ditetapkan, maka penulis membatasi permasalahan yaitu :
1. Variabel yang digunakan dalam penelitiatian ini yaitu Operating Leverage yang diproksikan dengan Degree of Operating Leverage, Financial Leverage yang diproksikan dengan Degree of Financial Leverage dan Combination Leverage yang diproksikan dengan Degree of Combination Leverage.
2. Objek dalam penelitian ini adalah Perusahaan Jasa Sub Sektor Properti
dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia periode 31 Desember 2017 3. Data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data dalam laporan
keuangan periode 31 Desember 2013 sampai dengan 31 Desember
2016.
D. Tujuan Peneltian
Berdasarkan permasalahan yang sudah dijelaskan sebelumnya,
maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage berpengaruh terhadap Earning Per Share pada perusahaan jasa sub sektor Properti dan
E. Manfaat Penelitian 1. Bagi Penulis
Bagi penulis hasil penilitian ini diharapkan dapat menambah
pengetahuan dan pemahaman dalam rangka penerapan ilmu yang
penulis peroleh selama perkuliahan serta dapat menambah
pengetahuan mengenai Operating Leverage, Financial Leverage dan
Combination Leverage serta penggunaanya.
2. Bagi Investor
Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan investasi dengan cara melihat kinerja keuangan perusahaan dalam
menggunakan biaya tetap dan biaya varibelnya dan juga melihat
perusahaan dalam memanfaatkan hutang untuk meningkatnya
penjualan perusahaan.
3. Bagi Almamater
Penelitian ini diharapkan akan menjadi tambahan pengetahuan dan
acuan bagi penelitian berikutnya.
F. Kerangka Pemikiran
Operating Leverage menurut Irawati (2006:173) merupakan :
“Penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk
menghasilkan pendapatan yang cukup untuk menutup biaya tetap dan
Financial Leverage menurut Warsono (2003:217) : “Sebagai penggunaan potensial biaya-biaya keuangan tetap untuk meningkatkan
pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak terhadap EPS”.
Combination Leverage menurut Sartono (2008:267) : “Terjadi apabila perusahaan memiliki baik Operating Leverage maupun Financial Leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa”.
Earning Per Share menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:195) :
“Rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap saham yang diperoleh
investor”.
Penelitian yang dilakukan oleh Fahmi (2014) yang berjudul
“Pengaruh Financial Leverage, Operating Leverage dan Total Asset Turnover terhadap Earning Per Share Pada Perusahaan Oil and Gas dan
Coal Mining yang ada di Bursa Efek Indonesia”, menyimpulkan bahwa secara bersama-sama atau simultan Financial Leverage, Operating Leverage dan Total Aset Turnover berpengaruh signifikan terhadap
Earning Per Share (EPS). Sedangkan secara parsial Financial Leverage
berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share, Operating Leverage
berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share, sedangkan Total Asset Turnover tidak berpengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Putra (2013) berjudul
“Analisis Pengaruh Operating Leverage dan Financial Leverage Terhadap
(2007-2011)”, menyimpulkan bahwa secara simultan Operating Leverage
dan Financial Leverage berpengaruh positif terhadap Earning Per Share. Secara parsial Operating Leverage tidak berpengaruh terhadap Earning Per Share, sedangkan Financial Leverage berpengaruh terhadap Earning Per Share.
Kerangka pemikiran dalam penulisan ini dapat digambarkan secara
sistematis sebagai berikut:
Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran
Keterangan :
X1 : Operationg Leverage
X2 : Financial Leverage
X3 : Combination Leverage
Y : Earning Per Share (EPS) X1
Y X2
G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian ini termasuk kedalam jenis penelitian deskriptif
kuantitatif. Menurut Sugiyono (2013:35) : “Metode kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandasakan pada filsafat
positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel
tertentu, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian,
analisis data bersifat kuantitatif/statistik, dengan tujuan untuk menguji
hipotesis yang telah ditetapkan”. Penelitian ini banyak dituntut
menggunakan angka, mulai dari pengumpulan data, penafsiran
terhadap data tersebut serta penampilan dari hasilnya.
2. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data sekunder yang diperoleh dengan teknik dokumentasi yaitu
meneliti dan mengumpulkan data yang dibutuhkan oleh penulis dalam
melakukan penelitian seperti data nama perusahaan, kode emiten dan
tanggal Initial Public Offering (IPO), data Earning Before Interest and Tax (EBIT), data penjualan atau sales, dan data Earning Per Share
(EPS).
3. Populasi dan Sampel a. Populasi
Menurut Sugiyono (2013:148) populasi adalah : “Wilayah
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan
oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya”. Populasi dalam penelitian ini adalah semua
perusahaan jasa sub sektor properti dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia yang berjumlah 48 emiten.
b. Sampel
Menurut Sugiyono (2013:149) sampel adalah bagian dari
jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Syarat
umum dalam pengambilan sampel suatu populasi adalah sampel
harus mewakili populasi dan harus dalam bentuk kecil. Sampel
dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa sub sektor properti dan
real estate yang sudah dan masih tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2014-2016. Teknik pengambilan sampel dengan
purposive sampling, yaitu dengan pengambilan sampel berdasarkan kriteria-kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud
adalah:
1) Perusahaan jasa sub sektor Properti dan Real Estate yang sudah dan masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun
2013-2016.
Tabel 1.5
Jumlah Sampel Penelitian
Perusahaan Sub Sektor Properti dan Real Estate
No Nama Perusahaan
6 Bekasi Fajar Indusrial Estate Tbk 7 Binakarya Jaya Abadi Tbk -
8 Bhuawanatala Indah Permai Tbk 9 Bukit Darmo Property Tbk 15 Intiland Development Tbk 16 Puradelta Lestari Tbk -
17 Duta Pertiwi Tbk
18 Bakrieland Development Tbk 19 Megapolitan Development Tbk 20 Forza Land Indonesia Tbk -
21 Fortune Mate Indonesia Tbk 22 Gading Development Tbk 23 Gowa Makassar Tourism Development Tbk 24 Perdana Gapura Prima Tbk 25 Greenwood Sejahtera Tbk 26 Jaya Real Property Tbk 27 Kawasan Industri Jababeka Tbk 28 Eureka Prima Jakarta Tbk
29 Lippo Cikarang Tbk
30 Lippo Karawaci Tbk
Tabel 1.5 (Lanjutan)
33 Mega Manunggal Property Tbk -
34 Metropolitan Land Tbk
35 Metro Realty Tbk
36 Nirvana Development Tbk 37 Indonesia Prima Property Tbk
38 PP Properti Tbk -
39 Plaza Indonesia Realty Tbk 40 Pudjiati Prestige Tbk
41 Pakuwon Jati Tbk
42 Ristia Bintang Mahkota Sejati Tbk
43 Roda Vivatex Tbk
sebanyak 41 perusahaan yang memenuhi kriteria sampel, yaitu perusahaan
yang masih terdaftar di Bursa Efek Indonesia dan perusahaan yang
melakukan Initial Public Offering (IPO) dibawah tahun 2014.
4. Alat Analisis Data
b. Menghitung Financial Leverage
- Persentase perubahan EPS =
- Degree of Financial Leverage (DFL) =
(Kamaludin dan Rini Indriani, 2012:103)
c. Menghitung Combination Leverage
Degree of Combination Leverage (DCL) =
(Manahan P. Tampubolon, 2013:54)
5. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas
Menurut Ghozali (2011:60): “Uji normalitas data dilakukan
sebelum data diolah berdasarkan model-model penelitian yang
diajukan”. Uji normalitas data bertujuan untuk mendeteksi
distribusi data dalam suatu variabel yang akan digunakan dalam
penelitian. Data yang baik dan layak untuk membuktikan
model-model penelitian tersebut adalah data yang memiliki distribusi
normal. Uji normalitas juga bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki distribusi
normal. Untuk mendeteksi normalitas yaitu dengan salah satu alat
statistik yang dikenal dengan uji One Sample Kolmogorv-Smirnov Test. Seperti diketahui bahwa uji T dan uji F mengansumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini
dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah
Maka hipotesis yang akan diuji :
Ho : b1 = 0, Data tidak berdistribusi normal.
Ha : b1≠ 0, Data berdistribusi normal.
Jika nilai sig. > 0,05 maka Ho ditolak dan Ha diterima.
Jika nilai sig. < 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
b. Uji Autokorelasi
Uji ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah dalam
sebuah model regresi linear ada korelasi antara kesalahan
pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode −1
(sebelumnya). Jika terjadi autokorelasi, maka dinamakan terdapat
problem autokorelasi. Akibat yang terjadi pada
penaksiran-penaksiran apabila metode kuadrat terkecil diterapkan pada data
yang mengandung autokorelasi adalah varian dari taksiran terkecil
akan bias ke bawah atau underestimeted. Akibat yang lain adala peramalan (prediksi) akan menjadi lebih efisien. Dengan kata lain
prediksi yang dilakukan atas dasar penaksiran kuadrat terkecil akan
keliru, karena prediksi tersebut mempunyai varian-varian besar.
Pengujian autokorelasi pada model regresi dilaksanakan dengan
Uji Run Test. Dasar acuan pengambilan keputusan ada tidaknya
autokorelasi:
a. Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 terdapat autokorelasi.
c. Uji Multikolinearitas
Artinya variabel independent yang satu dengan yang lain dalam model regresi berganda tidak saling berhubungan secara
sempurna atau mendekati sempurna. Untuk mengetahui ada
tidaknya gejala multikolinearitas dapat dilihat dari besarnya nilai
Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) melalui program
SPSS 24.0. Nilai umum yang bisa dipakai adalah nilai Tolerance> 0,1 atau nilai VIF < 10, maka tidak terjadi multikolinearitas.
d. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual atau pengamatan ke pengamatan lain. Penelitian ini menggunakan
metode uji Park untuk mengidentifikasi ada tidaknya masalah heteroskedastisitas. Uji Park ini dikembangkan oleh Park pada
tahun 1966 pengujian ini dilakukan dengan meregesikan nilai
logresidual kuadrat sebagai variabel dependen dengan variabel
independennya. Dalam penelitian ini kriteria yang digunakan untuk
menentukan ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu jika nilai t
hitung < t tabel atau nilai Sig. > 0,05, maka dapat disimpulkan
bahwa model regresi tidak mengandung heteroskedastisitas.
e. Uji Linieritas
Uji Linieritas bertujuan untuk mengetahui antara variabel
(2009:346) : “Asumsi ini menyatakan bahwa seharusnya hubungan
antara satu variabel dependen dengan variabel independen bersifat
linier. Linier disini dapat diartikan hubungannya positif atau
negatif”. Pada penelitian ini uji linieritas menggunakan grafis
scatter plot antara satu variabel dependen dengan variabel
independen. Jika indikasi arah hubungan positif atau negatif,
asumsi terpenuhi. Namun, jika arah tidak jelas, asumsi tidak
terpenuhi.
6. Analisis Regresi Linier Berganda
Analisis regresi digunakan untuk menghitung besarnya pengaruh
secara kuantitatif dari suatu perubahan kejadian (variabel X) terhadap
kejadian lainnya (variabel Y). Adapun persamaan regresi berganda
dalam penelitian ini dituliskan sebagai berikut:
Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3
Keterangan:
Y : Earning Per Share
α : Konstanta
β1 : Koefisien regresi 1
β2 : Koefisien regresi 2
β3 : Koefisien regresi 3
X1 : Operating Leverage
7. Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa
jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel
dependen. Dinyatakan dalam persentase yang nilainya berkisar antara
0 < R2 < 1. Nilai R2 yang kecil berarti variabel-variabel independen
memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk
memprediksi variasi variabel dependen. Jika koefisien determinasi
sama degan nol, maka variabel independen tidak berpengaruh terhadap
variabel dependen.
8. Koefisien Korelasi Berganda
Analisis korelasi dilakukan dalam rangka menguji hipotesis
asosiatif, yaitu dugaan hubungan antar variabel dalam populasi melalui
data hubungan variabel dalam sampel. Rumus untuk menghitung
koefisien korelasi adalah sebagai berikut :
Keterangan :
Ry.x1.x2.x3 : Korelasi berganda antara variabel X1, X2 dan X3
secara bersama-sama dengan variabel Y
rx1x3 : Korelasi product moment antara X1 dengan X3 rx2x3 : Korelasi product moment antara X2 dengan X3
(Suharyadi dan Purwanto, 2011:217)
Tabel 1.6
Tabel Hubungan Antar Variabel
Nilai Tingkat Hubungan
0,00 - 0,199 Sangat rendah
0.20 - 0,399 Rendah
0.40 - 0.599 Cukup Kuat
0.60 - 0.799 Kuat
0.80 - 1,000 Sangat Kuat Sumber : Riduwan (2010:228)
9. Uji Pengaruh Simultan (Uji F)
Uji F merupakan uji koefisien regresi yang secara bersama-sama
untuk menguji signifikan pengaruh X1 (Operating Leverage), X2 (Financial Leverage) dan X3 (Combination Leverage) terhadap Y (Earning Per Share).
Langkah-langkah untuk melakukan uji F sebagai berikut :
Menentukan Hipotesis :
Ho : b1 = 0, Operating Leverage, Financial Leverage dan
Combination Leverage tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.
Ha : b1 ≠ 0, Operating Leverage, Financial Leverage dan
Combination Leverage mempunyai pengaruh signifikan terhadap Earning Per Share.
Jika nilai sig. > 0,05 maka Ho diterima dan Ha ditolak.
Rumus Uji statistik F ditunjukkan untuk mengetahui apakah semua
variabel dependen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara simultan terhadap variabel independen. Rumus
untuk mencari nilai F adalah sebagai berikut (Widarjono, 2005:88):
10.Uji Pengaruh Parsial (Uji t)
Langkah-langkah untuk melakukan uji t sebagai berikut :
Menentukan Hipotesis :
a. Operating Leverage :
Ho : b1 = 0, Operating Leverage secara individual tidak mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share.
Ha : b1 ≠ 0, Operating Leverage secara individual mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share.
b. Financial Leverage :
Ho : b2 = 0, Financial Leverage secara individual tidak mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share.
Ha : b2 ≠ 0, Financial Leverage secara individual mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share.
c. Combination Leverage :
Ha : b3 ≠ 0, Combination Leverage secara individual mempunyai pengaruh terhadap Earning Per Share.
Jika nilai signifikan ≥ 0,05 maka Ha ditolak. (koefisien regresi tidak
signifikan). Artinya secara parsial Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage tidak mempunyai pengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share.
Jika nilai signifikan ≤ 0,05 maka Ha diterima (koefisien regresi
signifikan). Artinya secara parsial Operating Leverage, Financial Leverage dan Combination Leverage terdapat pengaruh secara signifikan terhadap Earning Per Share.
Rumus uji statistik T ditunjukkan untuk menunjukkan apakah
masing-masing variabel dependen yang dimasukkan dalam model mempunyai
pengaruh secara parsial terhadap variabel independen. Rumus untuk
mencari nilai t hitung adalah sebagai berikut (Suharyadi dan Purwanto,
2011:229) :
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Manajemen Keuangan
Menurut Kamaludin dan Rini Indriani (2012:1) : “Manajemen
keuangan yaitu masalah investasi sebagai pengalokasian dana, masalah
bagaiman memperoleh dana, dan bagaimana pengelolaan dana agar dapat
menciptakan dan meningkatkan nilai manfaat bagi perusahaan”. Adapun
definisi manajemen keuangan menurut Sartono (2008:6) : “Manajemen
keuangan dapat diartikan sebagai manajemen dana baik yang berkaitan
dengan pengalokasian dana dalam berbagai bentuk investasi atau
pembelanjaan secara efisien”.
Manajemen keuangan dapat juga dipandang sebagai suatu
manajemen yang mempelajari fungsi-fungsi dengan tujuan untuk
memaksimumkan nilai perusahaan. Agar tujuan tercapai maka manajer
keuangan harus dapat menjalankan fungsi-fungsi dari manajemen dengan
baik.
B. Laporan Keuangan
Secara umum laporan keuangan meliputi ikhtisar-ikhtisar yang
menggambarkan posisi keuangan, hasil usaha, dan arus kas serta
perubahan ekuitas sebuah organisasi dalam periode waktu tertentu. Tiap
ikhtisar tersebut dibuat dalam satu format sendiri secara terpisah.
Definisi laporan keuangan menurut Kamaludin dan Rini Indriani
pencatatan yang merupakan suatu ringkasan dari transaksi keuangan yang
terjadi selama tahun buku yang bersangkutan”. Adapun definisi laporan
keuangan menurut Sadeli (2000:18) : “Adalah laporan tertulis yang
memberikan serta hasil yang dicapai selama periode tertentu”.
C. Pasar Modal
1. Pengertian Pasar Modal
Definisi pasar modal menurut Samsul (2006:43) : “Tempat atau
sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrumen
keuangan jangka panjang, umumnya lebih dari 1 (satu) tahun”. Adapun
definisi pasar modal menurut Brigham dan Houston (2010:190) :
“Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk utang jangka
menengah dan jangka panjang serta saham perseroan”. Sedangkan
desinisi pasar modal menurut Darmaji dan Fakhruddin (2012:1) :
“Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun
institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan
berinvestasi”. Definisi pasar modal Tampubolon (2013:6) : “Pasar
modal (Capital Market) adalah pasar tempat pertemuan antara pencari dana (emiten) dan penanam modal (investor) untuk melakukan
transaksi”.
Menurut Samsul (2006:43) tujuan dan manfaat pasar modal dapat dilihat dari 3 sudut pandang, yaitu :
a. Sudut Pandang Negara
pihak swasta, maka negara tidak perlu ikut campur agar tidak membuang-buang biaya.
Di negara yang sudah maju, pasar modal merupakan sarana utama dalam pembangunan perekonomiannya. Negara maju tidak butuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN), tetapi butuh usaha swasta yang profesional yang tercermin dalam pasar modal.
b. Sudut Pandang Emiten
Pasar modal merupakan sarana untuk mencari tambahan modal. Perusahaan berkepentingan untuk mendapatkan dana dengan biaya yang lebih murah dan hal itu hanya bisa diperoleh di pasar modal. Modal pinjaman dalam bentuk obligasi jauh lebih murah daripada kredit jangka panjang perbankan. Meningkatkan modal sendiri jauh lebik baik daripada meningkatkan modal pinjaman, khususnya untuk menghadapi persaingan yang semakin tajam di era globalisasi.
Perusahaan yang pada awalnya memiliki utang lebih tinggi daripada modal sendiri dapat berbalik memiliki modal sendiri yang lebih tinggi daripada utang apabila memasuki pasar modal. Jadi pasar modal merupakan sarana untuk memperbaiki struktur permodalan perusahaan.
c. Sudut Pandang Masyarakat
Masyarakat memiliki sarana baru untuk menginvestasikan uangnya. Investasi yang semula dilakukan dengan bentuk deposito, emas, tanah, atau rumah sekarang dapat dilakukan dalam bentuk saham dan obligasi. Jika investasi dalam bentuk rumah atau atau tanah butuh uang ratusan juta rupiah, maka investasi dalam bentuk efek dapat dilakukan dengan dengan dana di bawah Rp. 5 (lima) juta. Jadi pasar modal merupakan sarana yang baik untuk melakukan investasi dalam jumlah yang tidak terlalu besar bagi kebanyakan masyarakat. Jika pasar modal berjalan baik, jujur, pertumbuhannya stabil, dan harganya tidak terlalu bergejolak, maka sarana itu akan mendatangkan kemakmuran bagi masyarakat. Akan tetapi, dalam kenyataannya pasar modal di Indonesia jatuh bangun, banyak terjadi penipuan harga, dan ada kasus Bank Duta, Bank Pikko, serta banyaknya emiten yang dikeluarkan dari bursa atau
delisting sehingga mencerminkan bahwa pasar modal itu tidak dikelola dengan baik.
2. Jenis – Jenis Pasar Modal
pertama kalinya. (2) Pasar Sekunder, setelah sekuritas emiten dijual di pasar perdana, selanjutnya sekuritas emiten tersebut kemudian bisa diperjualbelikan oleh dan antar investor di pasar sekunder. Dengan adanya pasar sekunder, investor dapat melakukan perdagangan sekuritas untuk mendapatkan keuntungan.Oleh karena itu, pasar sekunder memberikan likuiditas kepada investor, bukan kepada perusahaan. Perdagangan di pasar sekunder dapat dilakukan di dua jenis pasar, yaitu : (a) Pasar Lelang (Auction Market), pasar sekunder yang lelang adalah pasar sekuritas yang melibatkan proses pelelangan (penawaran) pada sebuah lokasi fisik. Transaksi antara pembeli dan penjual menggunakan perantara (broker) yang mewakili masing-masing pihak pembeli dan penjual. (b) Pasar Negosiasi (Negotiated Market), pasar negosiasi terdiri dari jaringan berbagai dealer yang menciptakan pasar tersendiri di luar jaringan lantai bursa bagi
sekuritas, dengan cara membeli dan menjual dari investor”.
3. Instrumen Pasar Modal
Menurut Sjahrial (2009:19) : “Instrumen yang ada di pasar modal
yaitu efek yang terdiri dari saham, obligasi dan obligasi konversi, bukti
right, dan waran. Kegiatan di pasar modal adalah membeli produk (instrumen) yang diperdagangkan di pasar modal dengan harapan
memperoleh returndi masa yang akan datang”.
Adapun menurut Tandelilin (2010:30) : Pasar modal merupakan pasar bagi instrumen finansial jangka panjang. intrumen yang dimaksud adalah semua surat berharga yang di perdagangkan di bursa. Intrumen pasar modal dalam konteks praktis lebih banyak dikenal dengan sebutan sekuritas. Sekuritas (securities), atau juga disebut efek atau surat berharga, merupakan aset finansial (financial aset) menyatakan klaim keuangan.
D. Bursa Efek
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:41) : “Bursa efek adalah
lembaga/perusahaan yang menyelenggarakan/menyediakan fasilitas sistem
perusahaan/perorangan yang terlibat dalam tujuan perdagangan efek
perusahaan-perusahaan yang telah tercatat di bursa efek”.
Menurut UU Pasar Modal No. 8 tahun 1995 : “Bursa efek adalah
pihak yang menyelenggarakan dan menyediakan sistem dan saran untuk
mempertemukan penawaran jual dan beli efek pihak-pihak lain dengan
tujuan memperdagangkan efek diantara mereka”.
Menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:42) tugas bursa efek terdiri dari 2 hal, yaitu:
1) Tugas bursa efek sebagai fasilitator
a. Menyediakan sarana perdangangan efek.
b. Mengupayakan likuiditas instrumen, yaitu mengalirnya dana secara cepat pada efek-efek yang dijual.
c. Menyebarluaskan informasi bursa ke seluruh lapisan masyarakat. d. Memasyarakatkan pasar modal, untuk menarik calon investor dan
perusahaan go public.
e. Menciptakan instrumen dan jasa baru.
2) Tugas bursa efek sebagai SRO (Self Regulatory Organizations) a. Membuat peraturan yang berkaitan dengan kegiatan bursa.
b. Mencegah praktik transaksi yang dilarang melalui pelaksanaan fungsi pengawasan.
c. Ketentuan bursa efek mempunyai kekuatan hukum yang mengikat bagi pelaku pasar modal.
E. Sektor
Menurut Bursa Efek Indonesia terdapat 9 sektor di Bursa Efek Indonesia, yaitu:
1) Pertanian adalah sektor utama dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini merupakan penghasil bahan baku yang diperoleh dari hasil bumi berupa perkebunan, peternakan, dan perikanan.
2) Pertambangan juga termasuk sektor utama dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini merupakan penghasil bahan baku yang diperoleh dari eksploitasi bumi / barang tambang berupa barubara, minyak bumi dan gas, logam dan mineral lainnya.
4) Aneka Industri adalah sektor industri dan manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini memproduksi produk berupa, otomotif dan komponennya, tekstil dan garmen, alas kaki, kabel, dan elektronika.
5) Industri Barang Konsumsi adalah sektor industri dan manufaktur dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini memproduksi produk berupa, makanan dan minuman, rokok, farmasi, kosmetik dan keperluan rumah tangga, serta peralatan rumah tangga.
6) Property, Real Estate dan Konstruksi Bangunan adalah sektor jasa dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini menghasilkan jasa berupa, perumahan, perhotelan, serta kontruksi dan bangunan
7) Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi adalah sektor jasa dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini menghasilkan jasa berupa, energi, infrastruktur transportasi, telekomunikasi, transportasi, serta konstruksi non-bangunan.
8) Keuangan adalah sektor jasa dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini menghasilkan jasa berupa, perbankan, lembaga pembiayaan, perusahaan efek, serta asuransi.
9) Perdagangan, Jasa dan Investasi adalah sektor jasa dalam Bursa Efek Indonesia, yang dimana sektor ini menghasilkan jasa berupa, perdagangan barang besar, eceran, restoran, hotel dan pariwisata,
advertising, printing dan media, kesehatan, jasa komputer, serta perusahaan investasi.
F. Leverage
Hadirnya leverage dalam struktur modal sebuah perusahaan menandakan perusahaan tersebut menghimpun pendanaan dari luar
perusahaan dengan harapan meningkatkan laba perusahaan kedepannya.
Leverage adalah suatu tingkat kemampuan perusahaan dalam menggunakan aktiva dan atau dana yang mempunyai beban tetap (hutang
dan atau saham istimewa) dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan
untuk memaksimalkan kekayaan pemilik perusahaan.
keuntungan potensial pemegang saham”. Adapun definisi leverage
menurut Sudana (2011:165) : “Leverage merupakan penggunaan aset atau dana yang kemudian akibat dari penggunaan dana tersebut perusahaan
harus mengeluarkan biaya tetap atau membayar beban tetap”. Dan definisi
Leverage menurut Sutrisno (2012:217) : “Rasio Leverage menunjukan
seberapa besar kebutuhan dana perusahaann dibelanjai dengan hutang”.
Sedangkan menurut Sawir (2005:13) “Rasio Leverage mengukur tingkat solvabilitas, rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan untuk
memenuhi segala kewajiban finansialnya seandainya perusahaan tersebut
pada saat itu likuidasi”.
Berdasarkan definisi di atas, bahwa leverage merupakan penggunaan dari sejumlah asset atau dana oleh suatu perusahaan dimana dalam penggunaan asset tersebut perusahaan harus mengeluarkan beban biaya tetap, dan penggunaan dari asset tersebut ditujukan agar dapat meningkatkan keuntungan potensial bagi pemegang saham.
G. Operating Leverage
Operating leverage menurut Irawati (2006:173) : “Penggunaan aktiva dengan biaya tetap yang bertujuan untuk menghasilkan pendapatan
yang cukup untuk menutup biaya tetap dan variabel serta dapat
before interest and taxes (EBIT)”. Teori tersebut menjelaskan Operating Leverage adalah suatu penggunaan aktiva yang menimbulkan beban tetap operasional.
Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang
tinggi dikatakan menggunakan operating leverage yang tinggi. Dapat dikatakan, Degree of Operating Leverage (DOL) untuk perusahaan tersebut tinggi. Perubahan penjualan yang kecil akan mengakibatkan
perubahan pendapatan yang tinggi (lebih sensitif). Jika perusahaan
mempunyai Degree of Operating Leverage yang tinggi, tingkat penjualan yang tinggi akan menghasilkan pendapatan yang tinggi. Tetapi sebaliknya,
jika tingkat penjualan turun secara signifikan, perusahaan tersebut akan
mengalami kerugian.
Adapun kegunaan dari operating leverage yaitu untuk mengukur perubahan atau penjualan terhadap keuntungan operasi perusahaan.
Operating leverage sebagai alat untuk mengukur perubahan laba operasi sebagai akibat perubahan penjualan, sehingga perusahaan dapat
mengetahui keuntungan operasi perusahaan.
H. Financial Leverage
Financial leverage terjadi akibat penggunaan sumber dana yang berasal dari hutang, sehingga menyebabkan perusahaan harus menanggung
hutang serta dibebani oleh biaya bunganya.
pengaruh perubahan dalam laba sebelum bunga dan pajak terhadap EPS”.
Adapun definisi financial leverage menurut Sartono (2008:263) :
“Penggunaan sumber dana yang memiliki beban tetap dengan beranggapan
bahwa akan memberikan tambahan keuntungan yang lebih besar dari pada
beban tetapnya sehingga akan meningkatkan keuntungan yang tersedia
bagi pemegang saham”.
Financial leverage timbul karena adanya kewajiban-kewajiban finansial yang bersifat tetap (fixed financial charges) yang harus dikeluarkan oleh perusahaan. Perusahaan menggunakan dana dengan
beban tetap dikatakan menghasilkan leverage yang menguntungkan (favorable financial leverage) atau efek yang positif kalau pendapatan yang diterima dari penggunaan dana tersebut lebih besar daripada beban
tetap dari penggunaan dana tersebut. Sebaliknya financial leverage itu merugikan (unfavorable leverage) kalau perusahaan tidak dapat memperoleh pendapatan dari penggunaan dana tersebut sebanyak beban
tetap yang harus dibayar.
Bedasarkan uraian di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa
finacial leverage merupakan usaha memperbesar efek perubahan atas laba sebelum bunga dan pajak atau Earning Before Interests and Taxes (EBIT) terhadap Earning Per Share atau pendapatan per saham.
I. Combination Leverage
perubahan penjualan terhadap perubahan laba rugi pemegang saham
dengan Degree of Combination Leverage (DCL) yang di defenisikan sebagai persentase perubahan pendapatan per lembar saham sebagai akibat
persentase perubahan penjualan. Menurut Sartono (2008:267) :
“Combination leverage terjadi apabila perusahaan memiliki baik operating leverage maupun financial leverage dalam usahanya untuk meningkatkan keuntungan bagi pemegang saham biasa”. Adapun definisi combination leverage menurut Syamsuddin (2011:120) : “Combination Leverage
merupakan kemampuan suatu perusahaan dalam menggunakan biaya tetap
operasional dan biaya tetap finansial untuk memperbesar pengaruh
perubahan volume penjualan terhadap pendapatan per lembar saham”.
J. Earning Per Share
Earning per share (EPS) atau laba per lembar saham adalah tingkat keuntungan bersih untuk tiap lembar sahamnya yang mampu diraih
perusahaan pada saat menjalankan operasinya. Adapun definisi Earning per share menurut Darmadji dan Fakhruddin (2006:195) : “Rasio yang menunjukan bagian laba untuk setiap saham yang diperoleh investor”.
Adapun definisi Earning Per Share menurut Widoatmodjo (2007:102) :
“Earning Per Share adalah rasio pendapatan setelah pajar dengan jumlah
saham beredar”.
Earnings Per Share yang tinggi menunjukkan kinerja perusahaan yang baik, dan hal ini tentu saja akan menarik minat para pemegang saham
operasi perusahaan akan dibagikan kepada para pemegang saham, karena
hal ini akan diputuskan berdasarkan hasil rapat umum pemegang saham
tentang kebijakan pembagian dividen.
Berdasarkan pengertian diatas penulis dapat menarik kesimpulan
BAB III
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN
A. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Secara historis, bursa efek telah hadir jauh sebelum Indonesia
merdeka. Pasar modal atau bursa efek telah hadir sejak jaman kolonial
Belanda dan tepatnya pada 1912 di Batavia. Bursa efek ketika itu didirikan
oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial
atau VOC. Meskipun bursa efek telah ada sejak 1912, perkembangan dan
pertumbuhan bursa efek tidak berjalan seperti diharapkan, bahkan pada
beberapa periode kegiatan bursa efek mengalami kevakuman. Hal tersebut
disebabkan oleh beberapa faktor seperti perang dunia I dan II, perpindahan
kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik
Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek
tidak dapat berjalan normal.
Jumlah perusahaan di Bursa Efek Indonesia yang memperoleh
pernyataan efektif menawarkan saham dan obligasi kepada masyarakat
umum dari 1977 sampai dengan 15 Februari 2018 sebanyak 568 emiten
dan diklasifikasikan ke dalam 9 sektor yang di dasarkan klasifikasi industri
Tabel 3.1 Bursa Efek Indonesia Sektor dan Jumlah Emiten
2018
SEKTOR JUMLAH EMITEN
Pertanian 21
Pertambangan 41
Industri Dasar dan Kimia 69
Aneka Industri 43
Industri Barang Konsumsi 44 Property, Real Estate dan Konstruksi Bangunan 64 Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi 60
Keuangan 95
Perdagangan, Jasa dan Investasi 129
TOTAL 566
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2018
Bursa Efek Indonesia bersama seluruh pelaku pasar modal terus
mempersiapkan diri demi meningkatkan daya saing di tingkat regional.
Persiapan meliputi seluruh aspek pasar modal, yaitu aspek infrastruktur,
aspek penawaran dan aspek permintaan. Persaiapan dan pengembangan
terbaru yang dilakukan oleh BEI adalah mengembangkan pelaporan
perusahaan tercatat dan anggota bursa dengan berbasis Extensible Bussines Reporting Language (EBRL).
B. Sektoral Yang Terdaftar dperi Bursa Efek Indonesia 1. Pertanian
Sektor Pertanian memiliki 5 sub-sektor yang terdaftar, diantaranya
sub-sektor tanaman pangan berjumlah 1 perusahaan, sub-sektor
ada perusahaan yang terdaftar, sub-sektor perikanan berjumlah 3
perusahaan, sub-sektor kehutanan belum ada perusahaan yang
terdaftar, dan terdapat 1 perusahaan di sub-sektor lainnya.
2. Pertambangan
Sektor Pertambangan memiliki 4 sub-sektor yang terdaftar,
diantaranya sub-sektor batubara berjumlah 22 perusahaan, sub-sektor
minyak dan gas bumi berjumlah 7 perusahaan, sub-sektor logam dan
mineral lainnya berjumlah 10 perusahaan, dan sub-sektor batu-batuan
berjumlah 2 perusahaan.
3. Indutri Dasar dan Kimia
Sektor Industri Dasar dan Kimia memiliki 8 sub-sektor yang
terdaftar, diantaranya sektor semen berjumlah 6 perusahaan,
sub-sektor keramik, porselin dan kaca berjumlah 7 perusahaan, sub-sub-sektor
logam dan sejenisnya berjumlah 16 perusahaan, sub-sektor kimia
berjumlah 11 perusahaan, sub-sektor plastik dan kemasan berjumlah
14 perusahaan, sektor pakan ternak berjumlah 4 perusahaan,
sektor kayu dan pengolahannya berjumlah 2 perusahaan, dan
sub-sektor pulp dan kertas berjumlah 9 perusahaan.
4. Aneka Industri
Sektor Aneka Industri memiliki 6 sub-sektor yang terdaftar,
diantaranya sub-sektor mesin dan alat berat berjumlah 3 perusahaan,
sektor otomotif dan komponen berjumlah 13 perusahaan,
kaki berjumlah 2 perusahaan, sub-sektor kabel berjumlah 6
perusahaan, dan sub-sektor elektonika berjumlah 1 perusahaan.
5. Industri Barang Konsumsi
Sektor Industri Barang Konsumsi memiliki 5 sub-sektor yang
terdaftar, diantaranya sub-sektor makanan dan minuman berjumlah 18
perusahaan, sub-sektor rokok berjumlah 4 perusahaan, sub-sektor
farmasi berjumlah 11 perusahaan, sub-sektor kosmetik dan keperluan
rumah tangga berjumlah 6 perusahaan, dan sub-sektor peralatan rumah
tangga berjumlah 4 perusahaan, serta terdapat 1 perusahaan di
sub-sektor lainnya.
6. Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan
Sektor Property, Real Estate dan Kontruksi Bangunan memiliki 2 sub-sektor yang terdaftar, diantaranya sub-sektor property dan real estate berjumlah 48 perusahaan dan sub-sektor kontruksi dan bangunan berjumlah 16 perusahaan.
7. Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi
Sektor Infrastruktur, Utilitas dan Transportasi memiliki 5
sub-sektor yang terdaftar, diantaranya sub-sub-sektor energi berjumlah 7
perusahaan, sub-sektor jalan tol, bandara, pelabuhan dan sejenisnya
berjumlah 3 perusahaan, sub-sektor telekomunikasi berjumlah 5
perusahaan, sektor transportasi berjumlah 35 perusahaan, dan
8. Keuangan
Sektor Keuangan memiliki 4 sub-sektor yang terdaftar, diantaranya
sub-sektor bank berjumlah 43 perusahaan, sub-sektor lembaga
pembiayaan berjumlah 17 perusahaan, sub-sektor perusahaan efek
berjumlah 12 perusahaan, dan sub-sektor asuransi berjumlah 14
perusahaan, serta terdapat 9 perusahaan di sub-sektor lainnya.
9. Perdagangan Jasa dan Investasi
Sektor Perdagangan Jasa dan Investasi memiliki 8 sub-sektor yang
terdaftar, diantaranya sub-sektor perdagnan besar barang produksi
berjumlah 37 perusahaan, sub-sektor perdagangan eceran berjumlah 25
perusahaan, sub-sektor hotel, restoran dan pariwisata berjumlah 25
perusahaan, sub-sektor advertising printing media berjumlah 15 perusahaan, sub-sektor kesehatan berjumlah 5 perusahaan, sub-sektor
jasa komputer dan perangkat lainnya berjumlah 6 perusahaan,
sub-sektor perusahaan investasi berjumlah 10 perusahaan, dan sub-sub-sektor
perdagangan lainnya berjumlah 6 perusahaan.
C. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Struktur Organisasi di Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada
Gambar 3.1 Bursa Efek Indonesia
Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia
Sumber : Bursa Efek Indonesia, 2018
Berdasarkan struktur organisasi di atas maka diperlukan suatu
sistem pembagian tugas/kerja (Job Description) BEI yaitu sebagai berikut:
1. Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS)
yang memiliki kewenangan khusus yang tidak diberikan kepada
Dekom atau Direksi terkait penetapan keputusankeputusan penting
yang berhubungan dengan kebijakan Bursa.
2. Dewan Komisaris
Bertanggung jawab atas pengawasan dan pengarahan Direksi
dalam. mengelola Bursa sehari-hari. Dekom bertugas mengarahkan
pengelolaan tersebut sesuai dengan visi dan misi Bursa yang telah
digariskan, serta kebijakan dan panduan tata kelola perusahaan yang
berlaku, dalam rangka mengupayakan pertumbuhan nilai jangka
panjang yang berkesinambungan bagi segenap pemangku kepentingan.
3. Direktur Utama
Bertanggung jawab untuk mengkordinasikan para Direktur serta
kegiatan-kegiatan Satuan Pemeriksa Internal.
a. Divisi Hukum
1) Bertanggung jawab untuk memastikan produk hukum yang
akan dikeluarkan oleh perseroan sesuai dengan kaidah-kaidah
hukum yang berlaku dan kepentingan perseroan terlindungi
dalam hubungan kerjasama atau kontraktual antara perseroan
dengan pihak lain.
2) Memastikan pemberian pendapat hukum sebagai legal advisor
atas permasalahan hukum berkenaan dengan produk hukum
b. Satuan Pemeriksa Internal
1) Bertanggung jawab sebagai quality assurance terhadap pelaksanaan pencapaian sasaran perusahaan dengan
mempertimbangan aspek efektifitas dan efisiensi melalui
pemeriksaan berkala maupun insidentil terhadap kegiatan
internal organisasi.
2) Bertanggung jawab atas pemantauan kegiatan tindak lanjut dari
rekomendasi yang dibangun berdasarkan hasil pemeriksaan
internal yang dilakukan.
c. Sekretaris Perusahaan, bertanggung jawab atas tersedianya rencana
kerja perusahaan dan terciptanya kerjasama serta komunikasi yang
harmonis dan efektif antara direksi dengan stakeholder lainnya
dalam rangka mencapai tujuan serta meningkatkan citra
perusahaan.
4. Direktur Penilaian Perusahaan
Bertanggung jawab atas kegiatan operasional yang terkait dengan:
- Penilaian pendahuluan perusahaan
- Pencatatan perusahaan
- Penilaian keterbukaan perusahaan
- Penelaahan aksi korporasi perusahaan dan