• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Demokratis - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRATIS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAYDIBANTU DENGAN MEDIA GAMBAR DI KELAS V SDN 3 KEDUNGRANDU - repository perpustakaan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Demokratis - UPAYA MENINGKATKAN SIKAP DEMOKRATIS DAN PRESTASI BELAJAR PKn MELALUI PEMBELAJARAN TWO STAY TWO STRAYDIBANTU DENGAN MEDIA GAMBAR DI KELAS V SDN 3 KEDUNGRANDU - repository perpustakaan"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Demokratis

Kebebasan berpendapat dan bertindak harus sesuai dengan aturan yang ada, baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar. Menurut Mustari (2014: 137) demokratis adalah cara berpikir, bersikap, dan bertindak yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dan orang lain. Nilai-nilai demokratis ini dipercaya akan membawa kehidupan berbangsa dan bernegara dalam semangat egalitarian dibandingkan dengan ideologi non demokrasi. UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa pelaksanaan seluruh kegiatan di sekolah hendaknya sesuai dengan nilai-nilai demokratis agar peserta didik di lingkungan sekolah dapat menjadi pribadi yang demokratis. Secara prinsip, demokrasi tercipta karena adanya saling menghormati dan menghargai satu sama lain.

(2)

yang ada baik di sekolah, rumah, maupun lingkungan sekitar yang menilai sama hak dan kewajiban dirinya dengan orang lain.

2. Sikap Demokratis

Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan, dan keyakinan. Menurut Secord & Backman dalam Azwar (2011: 5) sikap merupakan keteraturan tertentu dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu aspek di lingkungan sekitarnya. Dalam diri siswa harus ada sikap positif (menerima) kepada sesama siswa atau kepada gurunya. Sikap positif ini akan menggerakan siswa untuk belajar. Slameto (2010:188) menyatakan bahwa sikap merupakan sesuatu yang dipelajari, dan sikap menentukan bagaimana individu bereaksi terhadap situasi serta menentukan apa yang dicari individu dalam kehidupan. Berdasarkan beberapa pendapat para ahli tentang sikap, dapat disimpulkan bahwa sikap merupakan sesuatu yang dipelajari oleh seseorang untuk melakukan suatu hal agar dapat menyesuaikan diri lingkungan sekitarnya.

(3)

kewajiban dirinya dengan orang lain. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa sikap demokratis merupakan cara berfikir yang diwujudkan dengan sikap dan tindakan terhadap hak dan kewajiban secara adil dan merata antara dirinya dengan orang lain.

Sikap demokratis memiliki nilai dan indikator agar bisa mencapai tujuan yang diinginkan. Mujtahidin (2017: 83) menyebutkan keterkaitan nilai dan indikator untuk sekolah dasar sikap demokratis adalah sebagai berikut:

1. Membiasakan diri bermusyawarah dengan teman-teman. 2. Menerima kekalahan dalam pemilihan dengan ikhlas.

3. Mengemukakan pendapat tentang teman yang jadi pemimpinnya.

4. Memberikan kesempatan pada teman yang menjadi pemimpinnya untuk bekerja.

5. Melaksanakan kegiatan yang dirancang oleh teman yang menjadi pemimpinnya.

Keterkaitan tentang nilai demokratis dengan pembelajaran Two Stay Two Stray yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat ketika

proses pembelajaran. Pada saat berkelompok atau berdiskusi, siswa akan mengeluarkan pendapatnya sehingga siswa yang lain harus menghargai dan menghormati satu sama lain. Siswa akan membuat keputusan yang diambil secara bersama-sama saat berdiskusi.

3. Prestasi Belajar

a. Pengertian Prestasi Belajar

(4)

Hamalik (Susanto, 2013: 3) belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman (learning is defined as the modification or strengthening of behavior through expcriencing).

Menurut pengertian ini, belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengalami.

Prestasi belajar digunakan sebagai alat ukur yang bertujuan untuk mengetahui pengetahuan dan pemahaman siswa. Arifin (2013: 12) menjelaskan bahwa prestasi belajar merupakan masalah yang bersifat perenial dalam sejarah kehidupan manusia, karena sepanjang rentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang kemampuannya masing-masing. Menurut Mulyasa (2014: 189) prestasi belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah menempuh kegiatan belajar, sedangkan belajar pada hakekatnya merupakan usaha sadar yang dilakukan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan hasil maksimum yang dicapai oleh seseorang yang telah melaksanakan usaha dalam kegiatan belajar. Hasil usaha tersebut mencerminkan siswa tersebut paham atau tidak terhadap materi yang dipelajarinya.

(5)

1. Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik

Prestasi belajar dapat dijadikan sebagai pengukur terhadap pemahaman tentang materi atau pengetahuan yang dikuasai oleh peserta didik. Penguasaan terhadap materi dapat dilihat dari prestasi belajar yang dicapai oleh peserta didik.

2. Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu. Para ahli menyebut hal ini sebagai tendensi keingintahuan (couriosity) dan merupakan kebutuhan umum manusia.

Proses pembelajaran diakhirnya pasti akan diketahui prestasi belajar atau hasil belajar yang dicapai. Seseorang akan mencari tahu hal-hal yang dianggapnya tidak bisa dipahami. 3. Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi

pendidikan

Prestasi belajar akan diperoleh melalui usaha yang dilakukan setelah melakukan kegiatan pembelajaran. Prestasi belajar dijadikan sebagai acuan untuk menganalisis kekurangan atau kelebihan saat proses pembelajaran yang nantinya akan dijadikan sebagai bahan untuk memperbaiki proses pembelajaran.

(6)

Prestasi belajar digunakan sebagai acuan untuk memperbaiki proses pembelajaran. Peserta didik ketika mendapatkan hasil yang belajar yang baik, maka akan mempengaruhi tingkat produktivitas yang dimiliki oleh sekolah tempatnya belajar.

5. Prestasi belajar dapat dijadikan indikator daya serap (kecerdasan) peserta didik

Peserta didik akan mendapatkan sebuah hasil belajar setelah melakukan kegiatan belajar. Prestasi belajar yang diperoleh oleh peserta didik digunakan untuk mengetahui tingkat pemahaman dan daya serap yang dimiliki oleh peserta didik terhadap suatu materi.

Fungsi dari prestasi belajar tersebut dapat disimpulkan bahwa betapa pentingnya kita mengetahui dan memahami prestasi belajar siswa baik perseorangan maupun kelompok. Prestasi belajar juga bermanfaat sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran.

b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

(7)

1) Faktor Internal a) Jasmani

Jasmani merupakan hal-hal yang berhubungan dengan panca indera. Psikologis merupakan faktor yang berasal dari dalam diri seseorang.

b) Intelegensi

Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar yang berpengaruh terhadap tinggi rendahnya prestasi belajar. Semakin tinggi intelegensi atau kecerdasan yang dimiliki oleh seseorang, maka semakin tinggi pula hasil belajar yang dapat diperoleh.

c) Minat

Minat merupakan keinginan yang besar terhadap sesuatu dalam hal tertentu. Keinginan yang besar tersebut dapat mempengaruhi pencapaian hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu.

d) Sikap

Sikap merupakan kecenderungan seseorang untuk merespon terhadap suatu hal, orang atau benda. Respon dapat berupa kecenderungan mereaksi baik secara positif maupun negatif.

(8)

Faktor sosial menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial, seperti keluarga, sekolah, teman, dan masyarakat pada umumnya. Faktor ini berhubungan langsung dengan orang terdekat yang dapat berpengaruh pada hasil belajar atau prestasi belajar seseorang.

b) Faktor Non Sosial

Faktor non-sosial merupakan faktor yang terdiri dari lingkungan alam dan fisik, seperti keadaan rumah, ruang belajar, fasilitas belajar, buku-buku sumber, dan sebagainya. Faktor ini berhubungan langsung dengan lingkungan atau situasi sekitar yang dapat berpengaruh pada hasil belajar atau prestasi belajar seseorang.

c. Indikator Prestasi Belajar

(9)

dapat diketahui bahwa siswa mampu mencapai KKM yang telah disepakati sekolah atau tidak.

4. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

(10)

bertujuan untuk mendidik generasi muda menjadi warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang diagonal.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang PKn dapat disimpulkan bahwa PKn merupakan usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar tentang pemerintahan, tata cara demokrasi tentang kepedulian, sikap, pengetahuan politik, yang mampu mengambil keputusan politik secara rasional, sehingga dapat mempersiapkan warga negara yang demokratis dan partisipatif melalui suatu pendidikan yang berorientasi pada pengembangan berpikir kritis dan bertindak demokratis. Pendidikan juga tidak hanya memberikan ilmu dan keterampilan, namun juga mengajarkan dan membekali siswa dengan nilai-nilai kemanusiaan.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Tujuan PKn menurut Permendiknas Nomor 22 (2006: 201) adalah untuk memberikan kompetensi sebagai berikut:

1) Berpikir kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu Kewarganegaraan

2) Berpartisipasi secara cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak secara sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara

3) Berkembang secara positif demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat di Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lain

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam peraturan dunia secara langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

(11)

Kewarganegaraan tidak hanya membentuk karakter dan kepribadian siswa, namun juga membentuk siswa yang cerdas dan tanggung jawab, serta bertindak sadar dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

5. Pembelajaran Two Stay Two Stray

a. Pengertian Pembelajaran Two Stay Two Stray

Salah satu model pembelajaran kooperatif adalah pembelajaran Two Stay Two Stray. Huda (2013: 207) mengatakan bahwa model

pembelajaran Two Stay Two Stray atau dua tinggal dua tamu dikembangkan oleh Spencer Kagan. Struktur Two Stay Two Stray yaitu salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang memberikan kesempatan kepada kelompok membagikan hasil dan informasi kepada kelompok lain. Pendapat tersebut sejalan dengan pendapat Suprijono (2015: 93), yaitu:

“Model pembelajaran yang diawali dengan membagi kelompok kecil yang terdiri dari empat anak, setelah kelompok terbentuk, guru memberikan tugas berupa permasalahan-permasalahan yang harus didiskusikan, dua orang diantaranya bertugas berkunjung ke kelompok lain dan dua orang lainnya bertugas menerima tamu dari kelompok lain”.

(12)

merupakan suatu kegiatan kelompok yang membagikan hasil dan informasi kekelompok lain.

Berdasarkan pendapat dari beberapa ahli tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran Two Stay Two Stray adalah model pembelajaran yang terdiri dari beberapa kelompok kecil yaitu empat anak. Pada setiap kelompok dan setiap anggota kelompok memiliki tugas yaitu dua orang diantaranya bertugas berkunjung ke kelompok lain dan dua orang lainnya bertugas menerima tamu dari kelompok lain, mereka bekerja sama dan saling aktif untuk memecahkan masalah.

b. Tahap-tahap pembelajaran Two Stay Two Stray

Pembelajaran Two Stay Two Stray memiliki langkah-langkah yang perlu dilakukan dalam proses pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran Two Stay Two Stray menurut Huda (2013: 207), yaitu: 1) Guru membagi siswa dalam beberapa kelompok yang setiap

kelompok terdiri dari empat siswa. Kelompok yang dibentuk merupakan kelompok heterogen, misalnya satu kelompok terdiri dari 1 siswa berkemampuan tinggi, 2 siswa berkemampuan sedang, dan 1 siswa berkemampuan rendah. Hal ini dilakukan karena pembelajaran dengan menggunakan model Two Stay Two Stray ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa

(13)

2) Guru memberikan sub pokok bahasan pada tiap-tiap kelompok untuk dibahas bersama dengan anggota kelompok masing-masing. 3) Siswa bekerja sama dalam kelompok yang beranggotakan empat

orang. Hal ini bertujuan untuk memberikan kesempatan kepada siswa untuk dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir. 4) Setelah selesai, dua orang dari masing-masing kelompok

meninggalkan kelompoknya untuk bertamu ke kelompok lain. 5) Dua orang yang tinggal dalam kelompok bertugas membagikan

hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu dari kelompok lain. 6) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok mereka sendiri untuk

melaporkan temuan mereka dari kelompok lain.

7) Kelompok mencocokkan dan membahas hasil-hasil kerja mereka. 8) Masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerja mereka.

c. Keterkaitan pembelajaran Two Stay Two Stray pada mata

pelajaran PKn:

1) Guru membagi siswa ke dalam kelompok yang setiap kelompoknya terdiri dari empat siswa dan membagikan permasalahan atau tema yang akan didiskusikan.

2) Siswa berdiskusi dengan teman sekelompok terkait dengan permasalahan atau tema yang telah diberikan oleh guru.

(14)

dan siswa yang bertugas sebagai tamu untuk menulis dan memahami jawab yang berbeda dengan kelompoknya.

4) Tamu mohon diri dan kembali ke kelompok asal untuk melaporkan temuan dari kelompok lain.

5) Setiap kelompok kembali mendiskusikan hasil jawaban yang tepat dari kelompok lain.

6) Perwakilan dari masing-masing kelompok mempresentasikan jawaban dari kelompoknya.

7) Setelah semua kelompok mempresentasikan jawaban, guru meluruskan atau menjelaskan jawaban yang benar dari tugas yang telah diberikan.

8) Siswa bersama dengan guru menyimpulkan pembelajaran.

6. Media Gambar

(15)

informasi pada proses pembelajaran untuk mencapai tujuan dari proses pembelajaran.

Media visual dapat memperlancar pemahaman dan memperkuat ingatan. Media berbasis visual menurut Arsyad (2009: 91) memegang peranan yang sangat penting dalam proses belajar. Sadiman (2009: 29) menyatakan bahwa diantara media pendidikan, gambar adalah media yang paling umum dipakai. Dalam pembelajaran diharapkan media gambar dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Arsyad (2009: 91) menyebutkan bentuk visual sebagai berikut:

a. Gambar representasi seperti gambar, lukisan atau foto yang menunjukkan bagaimana tampaknya sebuah benda.

b. Diagram yang melukiskan hubungan-hubungan konsep, organisasi, dan struktur isi materi.

c. Peta yang menunjukkan hubungan-hubungan ruang antara unsur-unsur dalam isi materi.

d. Grafik seperti tabel, grafik, dan chart (bagan).

Media gambar memiliki beberapa kelebihan dalam penggunaannya. Kelebihan media gambar menurut Sadiman (2009: 29) diantaranya yaitu:

a. Sifatnya konkret, gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.

b. Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. c. Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan.

d. Gambar dapat memperjelas suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah atau membetulkan kesalahpahaman.

e. Gambar harganya murah dan gampang didapat serta digunakan, tanpa memerlukan peralatan khusus.

(16)

a. Gambar hanya menekankan persepsi indra semata.

b. Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran.

c. Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Gambar yang baik memiliki beberapa syarat agar dapat dikatakan baik. Terdapat menyebutkan enam syarat yang perlu dipenuhi untuk gambar yang baik menurut Sadiman (2009: 31), yaitu:

a. Autentik, maksudnya adalah gambar tersebut harus secara jujur melukiskan situasi seperti kalau orang melihat benda sebenarnya. b. Sederhana, maksudnya adalah komposisi gambar hendaknya cukup

jelas menunjukkan point-point pokok dalam gambar.

c. Ukuran relatif, maksudnya adalah gambar dapat membesarkan atau memperkecil objek atau benda sebenarnya.

d. Gambar sebaiknya mengandung gerak atau perbuatan.

e. Gambar yang bagus belum tentu baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

f. Tidak semua gambar yang bagus merupakan media yang bagus.

B. Penelitian yang Relevan

1. Penelitian yang dilakukan oleh Cici Indriyani (2011) dengan judul “Peningkatan Kualitas Pembelajaran IPS Dengan Model Pembelajaran

Kooperatif Teknik Two Stay Two Stray Pada Siswa Kelas IV SD Tambakaji 05 Kecamatan Ngaliyan Kota Semarang” menunjukkan bahwa

(17)

model pembelajaran ini juga dapat meningkatkan aktivitas siswa dengan rata-rata aktivitas siswa di akhir siklus II yaitu 3,22 dengan kategori sangat baik serta dapat meningkatkan hasil belajar siswa dengan nilai rata-rata sudah baik yaitu 82% siswa sudah mengalami ketuntasan belajar sesuai dengan KKM mata pelajaran IPS SD Tambakaji yaitu 65.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Irfan Hilman (2017) pada Jurnal Pendidikan Universitas Garut yang berjudul “Penerapan Model

Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial di Sekolah Dasar” menunjukkan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray lebih baik dibandingkan metode konvensional. Hal tersebut dapat terlihat dari hasil belajar dan keterampilan sosial siswa pada kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray mengalami peningkatan, dibandingkan dengan hasil belajar dan keterampilan sosial siswa pada kelas kontrol yang tidak menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray.

3. Penelitian yang dilakukan oleh Ahadi Saputra (2016) pada jurnal English Educational Journal yang berjudul “Use of Two Stay Two Stray Strategy

in Teaching Reading” menunjukkan bahwa pada kelas eksperimen yang

(18)

menggunakan model Two Stay Two Stray sehingga proses pembelajaran membaca dapat meningkat dan mendapatkan hasil yang positif dalam dalam hubungan sosial. Siswa dapat memberi dan berbagi ide dengan yang lain dan memiliki ketergantungan yang positif dalam berkelompok dan pada akhirnya prestasi belajar siswa dapat meningkat.

4. Penelitian yang dilakukan oleh Harahap (2012) pada International Journal of Sciencesyang berjudul “Application of Cooperative Learning

Model With Type of Two Stay Two Stray to Improve Result of

Mathematics Teaching”menunjukkan bahwa Implementasi model

pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray pada materi Tangent Circles dapat meningkatkan hasil belajar matematika karena siswa bermain aktif dan dapat berkomunikasi secara lisan. Hal itu terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar matematika dengan persentase siklus pertama diperoleh 52,63% dan pada siklus kedua meningkat 86,84%.

(19)

C. Kerangka Pikir

Kondisi awal sebelum dilakukan penelitian tindakan kelas, terlihat sikap demokratis dan prestasi belajar siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan dari nilai ulangan mata pelajaran PKn masih banyak yang rendah. Kemudian siswa tidak berani untuk mengutarakan pendapatnya dan tidak mau bermusyawarah atau berdiskusi dengan temannya. Penerapan pembelajaran Two Stay Two Stray merupakan metode untuk mempermudah siswa dalam

memahami materi yang diajarkan. Keterkaitan sikap demokratis dalam proses pembelajaran akan menimbulkan peningkatan prestasi belajar PKn, khususnya pada materi menghargai keputusan bersama.

Kerangka pikir penelitian dengan menggunakan pembelajaran Two Stay Two Stray, dijelaskan pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Refleksi Siklus II Refleksi

Kondisi Akhir Sikap demokratis

(20)

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan dari kajian teori penelitian dan kerangka pikir di atas sebagai berikut:

1. Pembelajaran Two Stay Two Stray dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan sikap demokratis siswa di kelas V SDN 3 Kedungrandu dengan kriteria baik.

Gambar

gambar memiliki
gambar yang baik menurut Sadiman (2009: 31), yaitu:
Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Two Stray Two Stay dapat meningkatkan motivasi belajar siswa pada mata pelajaran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan dalam 2 siklus dengan menerapkan strategi pembelajaran two stay two stray dengan media teka-teki silang dalam pembelajaran

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis (1) perbedaan kemampuan berfikir kritis siswa pada mata pelajaran IPS antarmodel pembelajaran ( Two Stay Two Stray dan Snowball

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran Two Stay Two Stray dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PKn

“Upaya Meningkatkan Keaktifan dan Hasil Belajar IPA melalui model Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Pada Kelas V SDN 2 Bansari Bulu Temanggung Semester II Tahun

Huda (2011: 140) menyatakan bahwa kelebihan dari Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray (TSTS) adalah dapat diterapkan untuk semua mata pelajaran dan tingkatan

Dari hasil penelitian, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa penerapan strategi pembelajaran two stay two stray pada materi Bulan Ramadan yang Indah kelas V di SDN Pulang

Berdasarkan hasil temuan dan pembahasan dalam penelitian tentang penerapan model pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dalam pembelajaran PKn untuk