• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Keadaan Ketenagakerjaan Banten Agustus 2017"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

1

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI BANTEN

Tingkat

Pengangguran

Banten Agustus

2017 sebesar

9,28 persen

Jumlah penduduk yang bekerja pada Agustus 2017 sebesar 5,08 juta orang, turun sekitar 11 ribu pekerja jika dibandingkan dengan keadaan Agustus 2016.

Pada periode yang sama juga terjadi peningkatan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) dari 8,92 persen menjadi 9,28 persen.

TPT lulusan pendidikan tertinggi SMK menempati posisi tertinggi dibanding jenjang pendidikan lain yaitu 14,25 persen pada Agustus 2017.

Lapangan usaha yang paling banyak menyerap tenaga kerja di Banten adalah sektor industri dan sektor perdagangan, masing-masing sebesar 24,54 persen dan 23,71 persen

Berdasarkan status pekerjaan, sebagian besar penduduk bekerja di Banten berstatus buruh/karyawan (2,8 juta orang). Jumlah pekerja formal di Banten lebih tinggi dibanding pekerja informal. Persentase pekerja formal mengalami penurunan dari 61,52 persen pada Agustus 2016 menjadi 58,07 persen pada Agustus 2017.

Keadaan Ketenagakerjaan

Banten Agustus 2017

(2)

2

1. Angkatan Kerja, Penduduk Yang Bekerja Dan Pengangguran

Pada periode Agustus 2016 - Agustus 2017 jumlah angkatan kerja mengalami sedikit peningkatan dari 5,59 juta orang pada Agustus 2016 menjadi 5,60 juta orang pada Agustus 2017. Namun sayangnya, peningkatan jumlah angkatan kerja tersebut disebabkan oleh peningkatan jumlah pengangguran sebesar 21 ribu pada periode tersebut. Jumlah penduduk bekerja justru mengalami penurunan dari 5,09 juta orang menjadi 5,08 juta orang. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja mengalami penurunan dari 63,66 persen menjadi 62,32 persen. Menurunnya TPAK ini merupakan indikasi adanya penurunan suplai tenaga kerja.

Tabel 1

Dekomposisi Penduduk Usia Kerja dan Indikator Ketenagakerjaan Provinsi Banten, Februari 2016 - Agustus 2017

Jenis Kegiatan Utama

2016 2017 Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2) (3) (4) (5)

1. Penduduk 15+ (000) 8.673 8.775 8.879 8.981

2. Angkatan Kerja 5.686 5.587 5.969 5.597

Bekerja (000) 5.234 5.088 5.507 5.077

Penganggur (000) 452 499 462 520

3. Bukan Angkatan Kerja (000) 2.987 3.188 2.909 3.384

Sekolah 875 722 731 852

Mengurus Rumah Tangga 1.748 2.066 1.845 2.133

Lainnya 363 399 333 399

4. TPAK (%) 65,56 63,66 67,23 62,32

5. TPT (%) 7,95 8,92 7,75 9,28

6. Pekerja tidak penuh/Setengah

Pengangguran (000) 1.089 936 1.086 864

Setengah penganggur/SP Terpaksa 407 398 317 249

Paruh waktu/SP Sukarela 681 537 769 615

Indikator lain adalah jumlah setengah pengangguran atau pekerja tidak penuh. Pekerja tidak penuh ialah mereka yang berstatus bekerja tetapi memiliki jam kerja di bawah jam kerja normal (di bawah 35 jam seminggu). Indikator ini dapat menggambarkan ternyata tidak semua memiliki produktivitas yang tinggi, sebagian dari mereka memiliki jam kerja rendah. Ada dua kelompok setengah pengangguran: yang masih mencari kerja (setengah pengangguran terpaksa) dan tidak mencari kerja lagi (setengah pengangguran sukarela atau pekerja paruh waktu). Pada Agustus 2017, setengah pengangguran berjumlah 864 ribu atau 17,02 persen dari penduduk bekerja. Sedikit menurun dibanding Agustus 2016 yang sebanyak 936 ribu (18,40 persen).

(3)

3

Setengah Pengangguran Terpaksa menurun selama satu tahun dari 398 ribu pekerja menjadi 249 ribu pekerja.

Gambar 1

Tingkat Pengangguran Terbuka Provinsi Banten dan Nasional, Februari 2016- Agustus 2017 (persen)

Secara relatif angka pengangguran menunjukan peningkatan dari 8,92 persen pada Agustus 2016 menjadi 9,28 persen pada bulan Agustus 2017. Angka pengangguran Provinsi Banten selama beberapa periode tercatat lebih tinggi dibanding angka pengangguran nasional. Pada Agustus 2017, angka pengangguran Provinsi Banten menempati peringkat kedua tertinggi nasional setelah Provinsi Maluku. Di Provinsi Banten banyak terdapat lapangan pekerjaan yang menarik migran untuk masuk ke Banten. Banyaknya migran masuk yang mencari pekerjaan ini tidak semuanya terserap oleh pasar kerja sehingga menambah jumlah pengangguran di Banten. Di lain pihak, migran masuk yang berpendidikan tinggi akan lebih mudah memperoleh pekerjaan di Banten.

2. Penduduk Yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan Utama

Dilihat berdasar tren sektoral, penyerapan tenaga kerja terbesar berada di tiga lapangan pekerjaan yaitu di Industri (1,25 juta orang), Perdagangan, Rumah Makan dan Jasa Akomodasi (1,20 juta orang), serta Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan (900 ribu orang). 7,95 8,92 7,75 9,28 5,50 5,61 5,33 5,50

Feb 2016 Agt 2016 Feb 2017 Agt 2017

(4)

4

Tabel 2

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama, Februari 2016- Agustus 2017 (dalam ribuan)

Lapangan Pekerjaan Utama 2016 2017

Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2) (3) (4) (5)

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan

673 706 809 676

Pertambangan dan Penggalian 12 8 18 37

Industri 1.256 1.117 1.127 1.246

Listrik, Gas dan Air Minum 20 32 17 21

Konstruksi 383 447 301 286

Perdagangan, Rumah Makan dan

Jasa Akomodasi 1.282 1.207 1.463 1.204

Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi 309 324 397 375

Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush

Persewaan & Js Perusahaan 368 318 301 333

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan 928 926 1.074 900

Jumlah 5.234 5.088 5.507 5.077

Secara stuktur sektoral tenaga kerja, selama periode Agustus 2016 - Agustus 2017 tidak mengalami banyak perubahan. Penyerapan tenaga kerja masih didominasi oleh sektor industri dan sektor Perdagangan. Kedua sektor ini masing-masing menyerap lebih dari dua puluh persen penduduk bekerja di Banten.

Tabel 3

Persentase Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Lapangan Pekerjaan Utama Februari 2016- Agustus 2017 (persen)

Lapangan Pekerjaan Utama 2016 2017

Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2) (3) (4) (5)

Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan

12,86 13,88 14,69 13,31

Pertambangan dan Penggalian 0,23 0,17 0,32 0,74

Industri 24,01 21,95 20,47 24,54

Listrik, Gas dan Air Minum 0,39 0,64 0,31 0,41

Konstruksi 7,33 8,80 5,46 5,62

Perdagangan, Rumah Makan

dan Jasa Akomodasi 24,51 23,73 26,56 23,71

Transportasi, Pergudangan dan

Komunikasi 5,91 6,38 7,22 7,38

Lmbg Keuangan, Real Estate,

Ush Persewaan & Js Perusahaan 7,03 6,25 5,47 6,56

Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan

Perorangan 17,73 18,20 19,50 17,73

(5)

5

Gambar 2

Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan di Provinsi Banten, Agustus 2017 (persen)

3. Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama

Berdasarkan Tabel 4 tampak bahwa sebagian besar penduduk bekerja di Banten berstatus sebagai buruh/karyawan yaitu sebesar 2,8 juta. Jumlah buruh/karyawan dalam satu tahun terakhir mengalami penurunan yang cukup besar yaitu 85 ribu orang. Begitupun mereka yang berstatus berusaha dibantu dan pekerja keluarga. Peningkatan jumlah pekerja terjadi pada berusaha sendiri dan pekerja bebas. Jumlah pekerja yang berusaha sendiri meningkat sangat besar yaitu sebanyak 255 ribu orang

Tabel 4

Penduduk Usia 15 Tahun Ke Atas yang Bekerja

Menurut Status Pekerjaan Utama, Februari 2016- Agustus 2017 (dalam ribuan)

Status Pekerjaan Utama 2016 2017

Februari Agustus Februari Agustus

(1) (2) (3) (4) (5)

Berusaha sendiri 702 663 874 918

Berusaha dibantu buruh tidak

tetap 568 419 608 382

Berusaha dibantu buruh tetap 231 231 169 136

Buruh/Karyawan 2.894 2.898 2.889 2.813

Pekerja bebas 499 528 530 546

Pekerja keluarga/tak dibayar 338 347 436 283

Jumlah 5.234 5.088 5.507 5.077 Pertanian, Perkebunan, Kehutanan, Perburuan & Perikanan 13,31 Pertambangan dan Penggalian 0,74 Industri 24,54

Listrik, Gas dan Air Minum

0,41 Konstruksi

5,62 Perdagangan,

Rumah Makan dan Jasa Akomodasi 23,71 Transportasi, Pergudangan dan Komunikasi 7,38 Lmbg Keuangan, Real Estate, Ush Persewaan & Js Perusahaan 6,56 Jasa Kemasyarakatan, Sosial dan Perorangan 17,73

(6)

6

Status pekerjaan utama dapat digunakan sebagai pendekatan untuk menyusun 2 kelompok kegiatan ekonomi yakni formal dan informal. Kegiatan formal terdiri dari mereka yang berusaha dibantu buruh tetap dan mereka yang berstatus buruh/karyawan. Sementara sisanya digolongkan ke dalam kegiatan informal. Persentase pekerja formal di Provinsi Banten lebih tinggi dibanding pekerja informal. Pada Agustus 2017, pekerja formal tercatat sebanyak 2,9 juta orang atau sebesar 58,07 persen. Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang sebesar 61,52 persen. Dengan kata lain penyerapan tenaga kerja pada periode satu tahun terakhir umumnya terjadi pada kegiatan ekonomi informal.

Gambar 3

Perkembangan Penduduk yang Bekerja menurut Kegiatan Ekonomi Formal/Informal di Provinsi Banten, Februari 2016- Agustus 2017 (dalam ribuan)

4. Pencari Kerja Menurut Pendidikan

Dilihat dari sisi komposisi pencari kerja menurut pendidikan, pencari kerja di Provinsi Banten umumnya berpendidikan menengah. Persentase pencari kerja yang berpendidikan tinggi (diploma dan sarjana) meningkat dari 7,86 persen menjadi 8,03 persen dari total penduduk bekerja. Begitu juga, persentase pengangguran yang mengenyam pendidikan menengah (SMA/SMK) mengalami kenaikan dari 41,28 persen menjadi 48,17 persen. Sebaliknya pencari kerja pendidikan rendah mengalami penurunan (SMP ke bawah) dari 50,85 persen menjadi 43,80 persen.

3.125 3.129 3.058 2.948

2.107 1.957

2.448 2.129

Februari 2016 Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017

(7)

7

Tabel 5

Komposisi Penduduk Bekerja dan Pengangguran menurut Pendidikan di Provinsi Banten, Februari 2016- Agustus 2017 (persen)

Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Bekerja Pengangguran Februari 2016 Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017 Februari 2016 Agustus 2016 Februari 2017 Agustus 2017 (1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9) SD Ke bawah 36,79 34,73 34,45 36,12 25,10 32,19 24,48 21,72 SMP 15,84 15,85 16,73 17,15 21,21 18,66 24,07 22,08 SMA 18,59 20,46 18,57 19,60 27,44 17,64 25,34 27,91 SMK 14,36 13,03 12,53 12,47 19,18 23,64 19,34 20,26 Diploma I/II/III 3,11 3,75 3,65 3,16 2,10 2,00 1,61 1,32 Universitas 11,31 12,18 14,07 11,50 4,97 5,86 5,16 6,71 Jumlah 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Dilihat dari lulusan jenjang pendidikan, lulusan SMK paling banyak yang berstatus sebagai pencari kerja (14,25 persen). Angka ini lebih banyak dari lulusan SMU yang 12,72 persen. Lulusan perguruan tinggi lebih mudah terserap di pasar kerja, hanya 4,09 persen lulusan Diploma dan 5,64 persen lulusan Sarjana yang menganggur. Pada lulusan pendidikan rendah (SD ke bawah) juga banyak terserap di lapangan kerja tetapi mereka biasanya adalah pekerja informal dan bukan new entry.

Gambar 4

Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Agustus 2016 - Agustus 2017 (persen)

6,51 12,35 11,79 13,14 4,15 3,47 5,80 11,64 12 ,72 14,25 4,09 5,64

<= SD SMP SMA Umum SMA Kejuruan Diploma I/II/III Universitas

(8)

8

5. Pengangguran Menurut Kabupaten/Kota

Dilihat menurut kabupaten/kota, tingkat pengangguran terbuka Kabupaten Serang merupakan yang terbesar di Provinsi Banten (13 persen). Kota Tangerang Selatan memiliki angka pengangguran terkecil sebesar 6,83 persen. Jumlah pengangguran terbesar berada di Kabupaten Tangerang, hal ini sejalan dengan jumlah penduduk Kabupaten Tangerang yang merupakan jumlah terbesar di Provinsi Banten.

Tabel 6

Jumlah dan Persentase Pengangguran menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2017 Kabupaten/Kota Jumlah (Ribuan) Persentase (100%) (1) (2) (3) Pandeglang 42 8,30 Lebak 52 8,88 Tangerang 175 10,57 Serang 82 13,00 Kota Tangerang 75 7,16 Cilegon 22 11,88 Kota Serang 25 8,43 Tangerang Selatan 48 6,83 Jumlah 520 9,28 Gambar 5

Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota, Agustus 2017 (persen)

8,30 8,88 10,57 13,00 7,16 11,88 8,43 6,83

Pandeglang Lebak Tangerang Serang Kota

Tangerang Cilegon Kota Serang Tangerang Selatan Agustus 2017

(9)

9

Konsep Ketenagakerjaan

Konsep dan definisi yang digunakan dalam pengumpulan data ketenagakerjaan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) adalah The Labour Force Concept yang disarankan oleh the International

Labour Organization (ILO). Konsep ini membagi penduduk menjadi dua kelompok, yaitu

penduduk usia kerja dan penduduk bukan usia kerja. Selanjutnya penduduk usia kerja dibedakan pula menjadi dua kelompok berdasarkan kegiatan utama yang sedang dilakukannya. Kelompok tersebut adalah angkatan kerja dan bukan angkatan kerja.

1. Penduduk usia kerja adalah penduduk berumur 15 tahun dan lebih. Batas bawah

bervariasi antar Negara. Indonesia, menggunakan batas bawah usia 15 tahun. Setiap negara memiliki batas bawah yang berbeda. Contoh : Mesir (6 tahun), Brazil (10 tahun), USA (16 tahun), Kanada (14 dan 15 tahun), India (5 dan 15 tahun). Batas atas bervariasi antar Negara. Denmark, Swedia, Norwegia, Finlandia (74 tahun), Mesir, Malaysia, Mexico (65 tahun). Banyak Negara termasuk Indonesia tidak ada batas atas.

2. Penduduk yang termasuk angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun dan

lebih) yang bekerja, atau punya pekerjaan tetapi sementara tidak bekerja, dan pengangguran.

3. Penduduk yang termasuk bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja (15 tahun

dan lebih) yang masih sekolah, mengurus rumahtangga atau melaksanakan kegiatan lainnya.

4. Bekerja adalah kegiatan ekonomi yang dilakukan oleh seseorang dengan maksud

memperoleh atau membantu memperoleh pendapatan atau keuntungan, paling sedikit dilakukan selama 1 jam (tidak terputus) dalam seminggu yang lalu.

5. Penganggur terbuka, terdiri dari:

a) Mereka yang mencari pekerjaan.

b) Mereka yang mempersiapkan suatu usaha.

c) Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan (bukan karena alasan kekurangan fisik).

d) Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja

6. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) adalah rasio jumlah angkatan kerja terhadap

penduduk usia kerja (15+)

7. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) adalah rasio jumlah penganggur terbuka terhadap

jumlah angkatan kerja (An ILO Manual on Concepts and Methods)

8. Penduduk bekerja berdasar jam kerja dibagi ke dalam dua kategori yaitu pekerja penuh

(10)

10

a) Pekerja penuh adalah mereka yang bekerja dengan jumlah jam kerja 35 jam atau

lebih dalam seminggu

b) Pekerja tidak penuh (Setengah Pengangguran) adalah mereka yang bekerja

dengan jumlah jam kerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah penganggur terdiri dari:

1) Setengah Penganggur terpaksa adalah mereka yang bekerja di bawah jam

kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.

2) Setengah penganggur sukarela (pekerja paruh waktu) adalah mereka yang

bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu) tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.

Diterbitkan oleh:

Konten Berita Resmi Statistik dilindungi oleh Undang-Undang, hak cipta melekat pada Badan

Pusat Statistik. Dilarang mengumumkan,

mendistribusikan, mengomunikasikan, dan/atau menggandakan sebagian atau seluruh isi tulisan ini untuk tujuan komersial tanpa izin tertulis dari Badan Pusat Statistik

Badan Pusat Statistik Provinsi Banten

Jl. Syech Nawawi Al Bantani Kav H1-2, KP3B, Serang, Banten 42171

Ir. Agoes Soebeno, M.Si.

Kepala BPS Provinsi Banten Telepon: (0254)267027, E-mail: pst3600@bps.go.id Website: http://banten@bps.go.id

Referensi

Dokumen terkait

Jika terdapat bukti obyektif bahwa kerugian penurunan nilai telah terjadi atas instrumen ekuitas yang tidak memiliki kuotasi dan tidak dicatat pada nilai wajar

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data pengaruh pemungutan pajak dengan surat kuasa terhadap penerimaan pajak di kantor pajak Pratama Argamakmur dapat menarik

Dengan demikian, perpustakaan Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB) harus menyediakan koleksi difabel yang bermutu, baik koleksi dalam bentuk media cetak ataupun non-cetak

Seperti halnya yang terjadi pada kelas VIII MTs Al Huda Bandung Tulungagung, dalam kegiatan belajar mengajar di sekolah peserta didik diberikan permasalahan dan

Kemampuan intelektual siswa sangat menentukan keberhasilan siswa dalam memperoleh prestasi. Untuk mengetahui berhasil tidaknya seseorang dalam belajar maka perlu

Perawatan metode lekat atau metode kanguru merupakan metode perawatan kontak dari kulit ke kulit (skin to skin) yang dilakukan secara langsung dengan meletakkan bayi

perhatian pada hasil-hasil historikal, sebagai landasan untuk mengoreksi tindakan-tindakan masa mendatang (Budiyono, 2003: 300). Pengawasan dalam manajemen wisata religi

Hasil analisis jalur menunjukkan bahwa komitmen organisasional tidak dapat berpengaruh langsung ke kepuasan kerja, karena koefisien hubungan langsung lebih kecil dari koefisien