i
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI MENULIS PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE
PADA SISWA KELAS III MI AL ISLAM BANDING
KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : AYU AGUSTINA
NIM: 115-14-147
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iii
PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI MENULIS PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE
PADA SISWA KELAS III MI AL ISLAM BANDING
KEC. BRINGIN KAB. SEMARANG
TAHUN AJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh : AYU AGUSTINA
NIM: 115-14-147
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Setelah dikoreksi dan diperbaiki, maka skripsi saudara:
Nama : Ayu Agustina
NIM : 115-14-147
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Judul :PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA
MATERI MENULIS PARAGRAF DENGAN MENGGUNAKAN
MODEL PEMBELAJARAN EXAMPLE NON EXAMPLE PADA
SISWA KELAS III MI AL ISLAM BANDING KECAMATAN
BRINGIN KABUPATEN SEMARANG TAHUN AJARAN
2018/2019
Telah kami setujui untuk dimunaqosahkan.
Salatiga, 13 September 2018 Pembimbing,
v
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN DAN KESEDIAAN PUBLIKASI
Saya yang bertanda tangan dibawah ini.
Nama : Ayu Agustina
NIM : 115-14-147
Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah
Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya
saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang
lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Skripsi ini diperkenankan untuk dipublikasikan pada e-repository IAIN Salatiga.
Salatiga, 13 September 2018
Yang menyatakan,
Ayu Agustina
vii
MOTTO
Karunia Allah yang paling lengkap adalah kehidupan
yang didasarkan pada ilmu pengetahuan
Thalib-viii
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayahnya, sehingga skripsi
ini dapat tersusun sampai selesai.
2. Ayahku Suparno dan Ibuku Sri Murti sebagai wujud baktiku kepadanya, yang
telah bersusah payah membesarkanku, mendoakanku, mendukungku dan
membiayai semua kebutuhanku hingga aku dapat menyelesaikan studi ini.
3. Kakakku Endang Emawati dan Muhammad Fatchan, serta adekku Amar Hafiz
Al Fatih yang selalu memberiku semangat, dukungan, dan doa.
4. Keluarga besar MI Al Islam Banding yang telah memberikan ijin penelitian,
terutama kepada wali kelas III Ibu Reni Tri Rahayu yang sudah membantu
saya dalam penelitian ini.
5. Sahabatku Kholisna Fitriana yang selalu mendukung, menyuport, dan selalu
ada buat aku, selalu membantuku dalam segala hal, dan selalu
menyemangatiku.
6. Semua sahabat-sahabatku Umi Nurhayati, Siti Nur Hamidah, Ariya Zulva,
Slamet Ariyanti, Irine Yogik Wiliyana yang selalu ada untuk aku dan selalu
memberikan dukungan dan semangat.
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis haturkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq, dan hidayah-Nya, sehingga skripsi dengan judul
Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Paragraf Dengan
Menggunakan Model Pembelajaran Example Non Example Pada Siswa Kelas III MI
Al Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun ajaran 2018/2019
bisa selesai. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi
Agung Muhammad SAW semoga beliau selalu dirahmati Allah SWT.
Penulisan skripsi ini tidak akan selesai tanpa motivasi, bimbingan, dan bantuan
dari berbagai pihak sehingga skripsi ini selesai. Oleh karena itu, penulis sampaikan
terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga;
2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga;
3. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku Ketua Jurusan PGMI IAIN Salatiga;
4. Bapak Dr. Wahyudhiana, MM.Pd.. selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan saran, arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
penulisan skripsi ini;
5. Ibu Peni Susapti, M.Si. selaku dosen pembimbing akademik yang telah
memberikan arahan dan bimbingan serta keikhlasan dan kebijaksanaan
meluangkan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan dalam
x
6. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh staff karyawan IAIN Salatiga yang telah
memberikan ilmu dan bantuan kepada penulis;
7. Ibu Faiqotun Niswah, S.Pd.I, selaku kepala sekolah MI Al Islam Banding
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang telah memberikan izin kepada
penulis untuk melakukan penelitian;
8. Ibu Reni Tri Rahayu, selaku guru kelas III MI Al Islam Banding yang telah
berkenan bekerjasama dengan penulis sehingga penelitian dapat berlangsung;
9. Siswa kelas III MI Al Islam Banding yang sudahberkenan menjadi subjek
penelitian dan mengikuti jalannya penelitian dengan sungguh-sungguh;
10.Seluruh teman-teman angkatan PGMI 2014 yang telah berjuang bersama.
Salatiga, 13 September 2018
Penulis,
Ayu Agustina
xi ABSTRAK
Agustina, Ayu. 2018 Peningkatan Hasil Belajar Bahasa Indonesia Materi Menulis Paragraf Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Example Non Example Pada Siswa Kelas III MI AL Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018). Skripsi. Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah.Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Dosen Pembimbing Dr. Wahyudhiana, MM.Pd.
Kata Kunci :Hasil Belajar Bahasa Indonesia, Model Pembelajaran Example Non Example.
Penelitian ini merupakan upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas III MI Al Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dengan model pembelajaran Example Non Example.
Apakah model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil belajar siswa materi menulis paragraf pada siswa kelas III MI Al Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang.
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas.Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III yang berjumlah 22 siswa, yaitu terdiri dari 14 laki-laki dan 8 perempuan. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap siklusnya terdiri dari empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, observasi, dan refleksi. Data diambil dari nilai akhir siswa, dokumentasi, dan observasi dengan melihat perilaku siswa dalam proses pembelajaran.Instrumen penelitian meliputi RPP, lembar observasi guru, lembar observasi siswa, dan tes evaluasi. Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara, observasi, dokumentasi, dan tes. Data dianalisis secara statistik menggunakan rumus persentase.
Hasil penelitian menunjukkan model pembelajaran Example Non Example
xii
Pengesahan Kelulusan ... v
Pernyataan Keaslian Tulisan ... vi
Motto ... vii
Daftar Lampiran ... xvii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 8
E. Manfaat Penelitian ... 9
F. Definisi Operasional... 11
G. Metode Penelitian... 13
H. Sistematika Penulisan... 21
xiii
b. Hasil Belajar ... 32
2. Hakikat Bahasa Indonesia
a. Pengertian Bahasa Indonesia... 42
b. Manfaat Pembelajaran Bahasa Indonesia... 44
c. Tujuan Pembelajaran Bahasa Indonesia... 45
3. Menulis
a. Pengertian Menulis... 46
b. Fungsi Menulis ... 47
c. Tujuan Menulis ... 48
4. Paragraf
a. Pengertian Paragraf ... 49
b. Ciri-Ciri Paragraf... 50
c. Fungsi Paragraf... 51
5. Model Pembelajaran Example Non Example
a. Pengertian Model Pembelajaran Example Non Example.... 52
b. Langkah-langkah Pembelajaran Example Non Example... 53
c. Kelebihan Pembelajaran Example Non Example... 54
d. Kelamahan Pembelajaran Example Non Example... 54
6. Hakikat KKM
a. Pengertian KKM... 55
b. Prosedur Penetapan KKM... 55
xiv BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Al Islam Banding... 60
B. Pelaksanaan Penelitian... 64
1. Deskripsi Kegiatan Pra Siklis... 64
2. Deskripsi Siklus I... 65
3. Deskripsi Siklus II... 70
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Paparan Siklus 1. Deskripsi Hasil Pra Siklus... 75
2. Deskripsi Siklus I... 77
3. Deskripsi Siklus II... 84
B. Pembahasan... 90
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 94
B. Saran... 95
DAFTAR PUSTAKA... 96
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1. Identitas Sekolah... 58
Tabel 3.2. Daftar Fasilitas Sarana dan Prasarana... 59
Tabel 3.3. Daftar Guru dan Staff MI Al Islam Banding... 59
Tabel 3.4. Daftar Siswa MI Al Islam Banding... 60
Table 3.5. Daftar Siswa Kelas III MI Al Islam Banding... 60
Table 3.6. Waktu Penelitian... 62
Tabel 4.1. Daftar Hasil Nilai Pra Siklus... 73
Tabel 4.2. Daftar Hasil Tes Siswa Siklus I... 76
Tabel 4.3. Lembar Observasi pengamatan Guru Siklus I... 80
Tabel 4.4. Lembar Observasi pengamatan siswa siklus I... 82
Tabel 4.5. Daftar Hasil Tes Siswa Siklus II... 83
Tabel 4.6. Lembar Observasi pengamatan Guru Siklus II... 87
Tabel 4.7. Lembar Observasi pengamatan siswa siklus II... 89
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1.Skema Siklus Penelitian Tindakan Kelas... 15 Gambar 4.1.Diagram Ketuntasan Belajar Siswa Pra Siklus – SiklusII... 92
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Riwayat Hidup Penulis ... 98
Lampiran 2. Surat Tugas Pembimbing Skripsi ... 98
Lampiran 3. Surat Permohonan Izin Melakukan Penelitian ... 98
Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian ... 98
Lampiran 5. Lembar Konsultasi Skripsi ... 98
Lampiran 6. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I ... 98
Lampiran 7. Data Lapangan Pelaksanaan Siklus I ... 98
Lampiran 7. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II ... 98
Lampiran 8. Data Lapangan Pelaksanaan Siklus II ... 98
Lampiran 9. Dokumentasi Kegiatan Proses Belajar Mengajar ... 98
Lampiran 10. Gambar Media Pembelajaran ... 98
1 BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan salah satu instrumen utama dalam mengembangkan
sumber daya manusia. Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam
kehidupan, baik untuk dirinya sendiri, keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan
negara. Semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar kesempatan
untuk meraih kesuksesan. Bahkan semakin tinggi pendidikan seseorang semakin
mudah berkomunukasi dengan siapa saja. Pendidikan tidak bisa lepas dari tenaga
pendidik atau guru sebagai salah satu unsur yang berperan penting melalui proses
pembelajaran. Pembelajaran merupakan perpaduan dari dua aktivitas belajar dan
mengajar (Susanto, 2013: 18). Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya (Hamdani, 2011: 20). Mengajar diartikan sebagai usaha
mengorganisasi lingkungan sehingga menciptakan kondisi belajar bagi siswa
(Susanto, 2013: 20). Proses belajar merupakan hal yang dialami oleh siswa, suatu
respons terhadap segala pembelajaran yang diprogramkan oleh guru (Dimyati,
2
Pendidikan di Sekolah Dasar (SD/MI) bertujuan memberikan bekal
kemampuan dasar baca, tulis, hitung, pengetahuan dan keterampilan dasar
yang bermanfaat bagi siswa sesuai dengan tingkat perkembangannya. Terkait
dengan tujuan memberikan bekal kemampuan dasar baca dan tulis, maka
peranan pengajaran bahasa Indonesia di SD/MI yang bertumpu pada
kemampuan dasar baca dan tulis. Pembelajaran tidak hanya pada tahap belajar
di kelas-kelas awal tetapi juga pada kemahiran atau penguasaan di kelas-kelas
tinggi.
Pendidik (guru) mempunyai tugas untuk memilih strategi, metode, dan
model pembelajaran yang tepat sesuai dengan materi yang disampaikan demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Guru perlu memilih strategi, metode, dan
model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-masing mata
pelajaran supaya pembelajaran dapat berhasil. Salah satu mata pelajaran yang
menuntut penggunaan strategi, metode, dan model pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristiknya yakni mata pelajaran bahasa Indonesia.
Upaya peningkatan mutu pendidikan haruslah dilakukan dengan
menggerakkan seluruh komponen yang menjadi subsistem dalam suatu sistem
mutu pendidikan. Mutu pendidikan pada hakikatnya adalah bagaimana proses
belajar mengajar yang dilakukan guru di kelas berlangsung secara bermutu dan
bermakna. Untuk mencapai pembelajaran yang optimal dibutuhkan yang
3
memperbaiki dan meningkatkan mutu proses belajar mengajar di kelas. Karena
dengan peningkatan mutu prose bleajar mengajar di kelas, mutu pendidikan
dapat ditingkatkan.
Dalam kehidupan, sehari-hari kita tidak terlepas dengan yang namanya
bahasa, karena bahasa merupakan alat komunikasi (Kusumaningsih, 2013: 1).
Bahasa sebagai alat komunikasi digunakan untuk bermacam-macam fungsi
sesuai dengan apa yang ingin disampaikan oleh penutur. Dalam pelaksanaannya
bermacam-macam fungsi tersebut dapat dipadukan melalui berbagai kegiatan
pembelajaran mengenai topik tertentu.
Pembelajaran bahasa Indonesia adalah proses belajar dan mengajarkan
bahasa Indosnesia. Tujuan utamanya adalah siswa mampu berkomunikasi dengan
bahasa Indonesia, baik secara lisan maupun tulisan. Bahasa Indonesia diajarkan
kepada siswa dengan kedudukan sebagai bahasa nasional dan bahasa negara.
Dalam mempelajari bahasa Indonesia, siswa sudah memiliki bahasa pertama
yaitu bahasa daerah. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia ini
merupakan pembelajaran bahasa kedua setelah bahasa daerah.
Di sebagian siswa, pembelajaran bahasa Indonesia sangat membosankan
karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi dari guru yang kurang
menarik, sehingga secara tidak langsung siswa menjadi lemah dalam
penangkapan materi. Selama ini pengajaran bahasa Indonesia belum berjalan
4
ditingkatkan. Strategi, metode, atau model penyampaian pembelajaran perlu di
variasikan agar lebih menarik dan sesuai dengan tujuan pengajaran.
Sehubungan dengan penangkapan materi ada kaitannya dengan
ketrampilan menulis, masih banyak siswa yang kurang memahami dalam hal
menulis materi yang di sampaikan oleh guru. Jika apa yang disimak kemudian
dituliskan kembali pada umunya tidak sesuai dengan isi yang disimak, dalam hal
ini pengajaran bahasa Indonesia di kelas III materi menulis paragraf.
Keberhasilan pembelajaran bahasa Indonesia tergantung pada kreativitas
guru dalam menggunakan modelpembelajaran yang tepat dan menarik. Menurut
Suprihatiningrum (2017: 142), model pembelajaran merupakan kerangka
konseptual yang menggambarkan prosedur dalam mengorganisasikan
pengalaman pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran. Model
pebelajaran berfungsi sebagai pedoman bagi guru dalam merencanakan dan
melaksanakan kegiatan pembelajaran. Melalui model pembelajaran guru dapat
membantu siswa mendapatkan informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan
mengekspresikan ide. Model pembelajaran dapat digunakan para guru untuk
merencanakan aktivitas pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat
diterapkan dalam pembelajaran bahasa Indonesia materi menulis paragraf adalah
model pembelajaran Example Non Example.
Berdasarkan hasil wawancara pendahuluan peneliti dengan guru kelas III
(Reni Tri Rahayu), di MI Al Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten
5
pembelajaran bahasa Indonesia terakait dengan persoalan menulis yang di alami
guru itu sendiri dalam menerima dan menyampaikan materi menulis di antaranya
yaitu, yang pertama guru kurang memanfaatkan sarana dan prasarana yang ada di
madrasah, kedua guru masih kurang menggunakan model ataupun metode
pembelajaran, ketiga guru masih kurang dalam penggunaan media, keempat
siswa kurang berinteraksi baik antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru,
maupun siswa dengan lingkungan sekitar, kelima siswa kurang merespon
terhadap pelajaran yang di sampaikan, sehingga ketrampilan menulis dalam
menerapkan materi bahasa Indonesia terlihat belum sesuai yang di harapkan.
Pembelajaran dilaksanakan hanya dengan metode ceramah, tanya jawab, dan
penugasan dan siswa hanya berperan sebagai penerima materi dan tidak dilatih
untuk saling berdiskusi. Kondisi tersebut yang menyebabkan siswa pasif, jenuh,
dan merasa sulit memahami materi.
Hal ini dibuktikan dengan hasil nilai ulangan bahasa Indonesia siswa kelas
III yang diperoleh dari guru menunjukkan masih banyaknya siswa yang
mendapatkan nilai dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) yang telah
ditetapkan yaitu 65. Secara klasikal nilai ulangan siswa belum memenuhi KKM,
dari 22 siswa hanya 8 siswa yang dapat memenuhi KKM atau sebesar 36,36% ,
sedangkan sisanya masih berada dibawah KKM atau sebesar 63,63%.
Selanjutnya, berdasar diskusi dengan guru bahasa Indonesia kelas III di
MI Al Islam Banding, diduga faktor yang mempengaruhi siswa mendapatkan
6
kurang memperhatikan saat pembelajaran berlangsung, sibuk bermain sendiri,
mengobrol dengan teman yang menyebabkan siswa kurang memahami materi
yang diajarkan, atau terjadi kesalahan kalkulasi dalam jawaban siswa sehingga
mempengaruhi hasil akhir jawaban.
Selain faktor tersebut, faktor lain yang mempengaruhi siswa mendapat
nilai dibawah KKM, yakni kurangnya kreatifitas guru dalam mengajar
menyebabkan proses pembelajaran kurang menarik minat siswa sehingga siswa
cenderung pasif dan kurang tertarik dengan materi yang diajarkan. Dalam hal ini
guru dituntut untuk memiliki kreatifitas dalam mengajar agar mampu
menciptakan proses pembelajaran yang menyenangkan sehingga dapat
meningkatkan hasil belajar siswa.
Melihat faktor-faktor yang mempengaruhi rendahnya hasil belajar siswa,
peneliti bersama Ibu Reni melakukan diskusi mengenai model pembelajaran
yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga dapat meningkatkan
hasil belajar siswa. Melalui diskusi yang telah dilakukan, diputuskan untuk
menggunakan model pembelajaran Example Non Example sebagai solusi
tindakan untuk mengatasi permasalahan pembelajaran bahasa Indonesia yang ada
di MI Al Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun 2018.
Penerapan model Example Non Example dalam pembelajaran bahasa
Indonesia materi menulis paragraf mampu memberikan inovasi dalam
pembelajaran. Example dan Non Example adalah taktik yang dapat digunakan
7
dalam penerapan model Example Non Example adalah guru memberi satuan
informasi yang besar menjadi komponen-komponen yang lebih kecil, selanjutnya
guru membagi siswa ke dalam kelompok belajar 2-3 orang siswa, sehingga setiap
anggota bertanggung jawab atas setiap penguasaan komponen-komponen yang
ditugaskan sebaik-baiknya, sehingga menyebabkan tumbuhnya rasa senang
dalam proses belajar mengajar, serta dapat menjadikan siswa lebih semangat
belajar karena dapat melihat secara langsung (Hamdayama, 2014: 98). Dengan
menggunakan penerapan model Example Non Example diharapkan siswa
mampu mengikuti proses pembelajaran dengan antusias sehingga dapat
meningkatkan partisipasi siswa, meningkatkan sifat kritis dan analisis siswa.
Materi akan lebih mudah diterima, menyenangkan dan hasil belajar siswa
menjadi meningkat.
Berdasarkan uraian permasalahan tersebut, peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar
Bahasa Indonesia Materi Menulis Paragraf Dengan Menggunakan Model
Pembelajaran Example Non Example Pada Siswa Kelas III MI Al Islam Banding
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019”.
B.Rumusan Masalah
Dalam penelitian ini rumusan masalah yang akan dibahas adalah : Apakah
penggunaan model pembelajaran Example Non Example dapat meningkatkan hasil
8
kelas III MI Al Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun
Ajaran 2018/2019 ?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil
belajar bahasa Indonesia materi menulis paragraf menggunakan model
pembelajaran Example Non Example Pada Siswa Kelas III MI Al Islam Banding
Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2018/2019.
D.Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan
1. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan adalah jawaban sementara terhadap terhadap masalah
yang dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk
memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa,
2011:63). Adapun dalam penelitian tindakan kelas ini penulis mengambil hipotesis tindakan yaitu : “penggunaan model pembelajaran Example Non
Example dapat meningkatkan hasil belajar bahasa Indonesia materi menulis
paragraf pada siswa kelas III MI Al Islam Banding Kecamat Bringin Kabupaten Semarang Tahun Pelajaran 2018/2019”.
Penerapan model ExampleNon Example ini dikatakan efektif apabila
indikator yang diharapkan tercapai. Adapun indikator yang dapat dirumuskan
penulis sebagai berikut:
a. Ada peningkatan hasil belajar secara berkelanjutan dari siklus pertama dan
9
b. Nilai siswa kelas III memenuhi Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar
65 serta tercapainya ketuntasan klasikal yang besarnya 85% dalam
pembelajaran bahasa Indonesia.
2. Indikator Keberhasilan
Indikator keberhasilan merupakan tolok ukur dalam menyatakan bahwa
suatu proses belajar mengajar dapat dikatakan berhasil (Usman,1993:8).
Penerapan model pembelajaran Example Non xample ini dikatakan efektif
apabila indikator yang diharapkan tercapai. Indikator ketuntasan siswa adalah
sebagai berikut:
a. Secara Individual
Siswa dapat mencapai skor 65 pada materi Menulis Paragraf.
b. Secara Klasikal
Siklus akan berhenti apabila 85% dari total siswa dalam satu kelas
mendapat nilai 65.
E.Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan member manfaat baik dari segi teoritis maupun
praktis yaitu:
1. Manfaat Teoretis
Memberikan kontribusi bagi pengembangan pendidikan dan dapat
memberikan informasi baru bagaimana cara mengatasi permasalahan yang
10
bahasa Indonesia, terutama untuk meningkatkan hasil belajar siswa mata
pelajaran Bahasa Indonesia materi menulis paragraf kelas III MI Al Islam
Banding Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2018/2019.
2. Manfaat Praksis
a. Bagi Siswa
1) Meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran bahasa Indonesia
materi menulis paragraf.
2) Meningkatkan kreatifitas dan keaktifan siswa dalam menerapkan model
Example Non Example pada proses pembelajaran.
b. Bagi Guru
1) Guru dapat memperbaiki pembelajaran di kelas sehingga hasil belajar
siswa dapat meningkat
2) Guru dapat mengembangkan dan meningkatkan pengetahuan sendiri,
sehingga memberikan terobosan baru model pembelajaran yang dapat
diterapkan di tingkat dasar.
c. Bagi Sekolah
1) Mengangkat nama baik sekolah tersebut jika meningkatnya hasil belajar
siswa
2) Dapat meningkatkan mutu pendidikan sekolah.
d.Bagi peneliti
Dapat memberikan pengalaman kepada peneliti untuk terjun ke bidang
11 F.Definisi Operasional
Untuk memudahkan dan memperjelas pemahaman serta menghindari
kekeliruan terhadap maksud yang terdapat pada judul di atas, maka perlu
dijelaskan mengenai pembahasan masalah dan arti kata dalam rangkaian judul
di atas.
1. Hasil Belajar
Belajar adalah suatu aktifitas atau suatu proses untuk memperoleh
pengetahuan, meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap, dasn
mengokohkan kepribadian. Dalam konteks menjadi tahu atau proses
memperoleh pengetahuan, menurut pemahaman sains konvensional, kontak
manusia dengan alam diistilahkan dengan pengalaman (experience).
Pengalaman yang terjadi berulang kali melahirkan pengetahuan (knowledge),
atau a body of knowledge. Definisi ini merupakan definisi umum dalam
pembelajaran sains secara konfensional, dan beranggapan bahwa pengetahuan
sudah terserak di alam, tinggal bagaimana siswa atau pembelajar bereksplorasi
menggali dan menemukan kemudian memungutnya, untuk memperoleh
pengetahuan (Suyono & Hariyanto, 2014:9)
Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar siswa adalah
kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Karena
belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk
12
kegiatan pembelajaran atau kegiatan instruksional, biasanya guru menetapkan
tujuan belajar. Anak yang berhasil dalam belajar adalah yang berhasil
mencapai tujuan-tujuan pembelajaran atau tujuan instruksional (Susanto,
2013:5)
Hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai, nilai,
pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan ketrampilan (Suprijono :2012: 5)
2. Bahasa Indonesia
Bahasa adalah alat komunikasi yang efektif antarmanusia. Dalam
berbagai macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan
gagasan pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca
(Kusumaningsih, 2013: 13)
Bahasa Indonesia adalah alat komunikasi paling penting untuk
mempersatukan seluruh bangsa Indonesia. Oleh sebab itu, merupakan alat
menguungkapkan diri baik secara lisan maupun tertulis, dari segi rasa, karsa,
dan cipta serta pikir baik secara etis, estetis, dan logis (Nasucha, 2009 : 1).
3. Model Example Non Example
Example Non Example adalah strategi pembelajaran yang
menggunakan gambar sebagai media untuk menyampaikan materi pelajaran.
Strategi ini bertujuan mendorong siswa untuk belajar berpikir kritis dengan
memecahkan permasalahan-permasalahan yang termuat dalam contoh-contoh
13
menganalisis gambar tersebut untuk kemudian di deskripsikan secara singkat
perihal isi dari sebuah gambar. Dengan demikian, strategi ini menekankan
pada konteks analisis siswa (Huda, 2013: 234).
Menurut Buehl (1996) dikutip dalam buku (Huda, 2014: 235), strategi
Example Non Example melibatkan siswa untuk : 1) menggunakan sebuah
contoh untuk memperluas pemahaman sebuah konsep dengan lebih mendalam
dan kebih komplesk; 2) melakukan proses discovery (penemuan), yang
mendorong mereka membangun konsep secara progresif melalui pengalaman
langsung terhadap contoh-contoh yang mereka pelajari; dan 3)
mengeksplorasi karakteristik dari suatu konsep dengan mempertimbangkan
bagian non example yang dimungkinkan masih memiliki karakteristik konsep
yang telah dipaparkan pada bagian example.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Penelitian tindakan kelas adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif
dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih
profesional (Basrowi & Suwandi, 2008:26).
Aqib (2008: 18) menyatakan bahwa PTK merupakan salah satu cara
14
diselenggarakan dalam konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan
kualitas program sekolah secara keseluruhan.
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) sebagai upaya perbaikan suatu
praktik pendidikan berdasarkan refleksi dari pemberian tindakan pada
penelitian ini dengan memberiakan suatu tindakan pada subjek yang diteliti
dengan menggunakan model Example Non Example. Penelitian TIndakan
Kelas yang digunakan adalah jenis kolaboratif, dimana peneliti bertindak
sebagai pengamat. Proses belajar mengajar tetap dilakukan oleh guru dan
siswa. Hal ini bertujuan agar proses belajar mengajar berjalan secara alami
sehingga data yang diperoleh valid. Alasan peneliti mengggunakan penelitian
tindakan kelas kolaboratif karena peneliti ikut berperan dalam proses
pembelajaran.
Alasan peneliti menggunakan jenis PTK adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru di dalam kelas
dengan cara menerapkan model pembelajaran Example Non Example sehingga
hasil belajar siswa dapat meningkat terutama pada mata pelajaran bahasa
Indonesia materi menulis paragraf.
Arikunto, (2014: 16) memberikan empat tahapan penting, meliputi; (1)
Planning (rencana), (2) Action (tindakan), (3) Observation (pengamatan) dan
15
Gambar 1.1. Bagan Rancangan PTK
(Sumber: Arikunto, dkk, 2014: 16)
2. Lokasi, Waktu dan Subjek Penelitian
a. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MI Al Islam Banding Kecamatan
Bringin Kabupaten Semarang tahun 2018. Madrasah ini dipilih menjadi
tempat penelitian karena memerlukan pengembangan strategi pembelajaran
yang akan meningkatkan hasil kinerja guru dan siswa. Dengan demikian
tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan optimal.
b. Waktu Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan bulan Agustus-September
16 c. Subjek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah guru
dan siswa kelas III MI Al Islam Banding Kecamatan Bringin Kabupaten
Semarang tahun 2018 dengan jumlah siswa 22 yaitu 14 siswa laki-laki dan
8 siswa perempuan. Penelitian ini dikhususkan pada mata pelajaran bahasa
Indonesia materi menulis paragraf dengan menggunakan model Example
Non Example.
3. Langkah-Langkah Penelitian
a. Perencanaan
Tahap perencanaan ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa,
kapan, di mana, oleh siapa, dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan.
Penelitian yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak
yang melakukan tindakan dan pihak yang mengamati proses jalannya
tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Cara ini
dikatakan ideal karena adanya upaya untuk mengurangi unsur subjektivitas
pengamat serta mutu kecermatan amatan yang dilakukan (Arikunto, dkk,
2014: 17).
Tahap perencanaan terdiri dari beberapa kegiatan antara lain:
1) Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Example Non Example;
2) Menyiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan saat proses
17
3) Menyiapkan lembar observasi guru dan siswa untuk mengetahui kondisi
saat proses pembelajaran dengan model pembelajaran Example Non
Example berlangsung;
4) Perencanaan tindakan pembelajaran menggunakan model pembelajaran
Example Non Example;
5) Melakukan evaluasi terhadap pembelajaran menggunakan model
pembelajaran Example Non Example.
b. Pelaksanaan
Guru mengadakan proses pembelajaran menggunakan model Example
Non Example. Hal-hal yang perlu dilakukan oleh guru adalah sebagai berikut
(Hamzah, 2011 : 80) :
1) Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran.
2) Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan lewat OHP;
3) Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa untuk
memperhatikan dan menganalisis gambar;
4) Memulai diskusi kelompok 2-3 orang siswa, kemudian hasill diskusi dari
analisis gambar tersebut dicatat pada kertas;
5) Setiap kelompok diberi kesempatan membaca hasil diskusinya;
6) Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai menjelaskan materu
sesuai tujuan yang ingin dicapai;
18 c. Pengamatan
Pengamatan dalam penelitian tindakan kelas merupakan pengamatan
yang dilakukan oleh peneliti. Pengamatan ini dilakukan dengan cara
mengamati guru pada proses pembelajaran dengan menggunakan lembar
observasi serta tes evaluasi untuk menggali data hasil belajar siswa setelah
dilakukan proses pembelajaran menggunakan model Example Non
Example.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan analisis, interpretasi dan eksplanasi
terhadap semua informasi yang diperoleh dari observasi atas pelaksanaan
tindakan. Pada tahap refleksi meliputi: (1) mencatat hasil observasi dan
pelaksanaan pembelajaran, (2) evaluasi hasil observasi, (3) analisis hasil
pembelajaran.
Tahap ini merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah dilakukan. Istilah refleksi berasal dari kata bahasa Inggris
reflection, yang artinya pemantulan. Kegiatan refleksi sangat tepat
dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan,
kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implemetasi
rancangan tindakan (Arikunto, 2014: 19). Apabila indikator keberhasilan
yang telah ditetapkan belum tercapai, maka PTK akan dilanjutkan pada
19
dengan siklus sebelumnya dengan materi yang berbeda-beda pada setiap
siklusnya.
4. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan oleh guru atau observer untuk
mengukur dan mengambil data yang akan dimanfaatkan untuk menetapkan
keberhasilan dari rencana tindakan yang dilakukan. Instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini terdiri dari:
a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan menggunakan model
pembelajaran Example Non Example;
b. Lembar tes evaluasi mata pelajaran bahasa Indonesia materi menulis
paragraf;
c. Lembar observasi terhadap guru pada saat menerapkan model pembelajaran
Example Non Example;
d. Lembar observasi terhadap siswa pada saat proses pembelajaran Example
Non Example.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian tindakan kelas ini teknik yang akan digunakan
dalam pengumpulan data adalah:
a. Tes Tertulis
Teknik ini peneliti gunakan untuk mengukur ketuntasan dan
peningkatan hasil belajar siswa terhadap materi operasi perkalian yang
20
apabila telah mencapai nilai minimal 65 dari target yang ditentukan. Tes ini
dilakukan setelah proses pembelajaran menggunakan model Example Non
Example berlangsung.
b. Observasi
Observasi merupakan tindakan atau suatu proses pengambilan
informasi, atau data melalui media pengamatan. Observasi ini dilakukan
terhadap peserta didik dan guru selama pembelajaran berlangsung untuk
mengetahui tingkat kelebihan dan kekurangan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dengan menggunakan model Example Non Example.
c. Dokumentasi
Peneliti menggunakan dokumentasi sebagai salah satu teknik
memperoleh data yang berupa foto. Dokumentasi ini dilakukan pada saat
proses pembelajran berlangsung, sehingga aktivitas siswa dan guru selama
pembelajaran bahasa Indonesia dengan model Example Non Example akan
terekam dalam foto. Dokumentasi foto dilakukan sebagai bukti visual
kegiatan pembelajaran selama penelitian berlangsung. Foto tersebut
merupakan sumber data yang dapat memperjelas data yang lain.
d. Wawancara
Wawancara dilakukan setelah kegiatan berlangsung dan secara
bebas, untuk mengungkap data dengan kata-kata secara lisan tentang sikap,
pendapat dan wawasan subjek penelitian mengenai baik buruknya proses
21 6. Analisis Data
Analisis data adalah analisis data yang telah terkumpul guna
mengetahui seberapa besar keberhasilan tindakan dalam penelitian untuk
perbaikan belajar siswa. Analisis tindakan keberhasilan atau prestasi
keberhasilan siswa, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal
tes tertulis pada setiap akhir pelajaran.
Presentase ketuntasan klasikal dapat dihitung menggunakan rumus
(Daryanto, 2011:192):
P = ∑
∑ X 100%
H.Sistematika Penulisan
Bagian awal yang meliputi sampul, lembar berlogo, judul persetujuan
pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian tulisan, motto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar,
dan daftar lampiran.
Bab I Pendahuluan berisi tentang: latar belakang masalah, rumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, definisi
operasioanl, dan sistematika penulisan. Metode penelitian mencakup
rancangan penelitian, subjek penelitian, langkah-langkah penelitian, instrumen
22
Bab II Landasan Toeri berisi tentang: Kajian Teori meliputi, Hasil
belajar, Bahasa Indonesia, Hakikat Menulis, Paragraf, Model pembelajaran
Example Non Example dan KKM. Kajian Pustaka meliputi
penelitian-penelitian terdahulu yang pernah dilakukan.
Bab III Pelaksanaan Penelitian berisi tentang deskripsi pelaksanaan
pra siklus meliputi rencana, pelaksanaan, pengamatan/pengumpulan data dan
refleksi. Deskripsi pelaksanaan siklus I, deskripsi pelaksanaan siklus II.
Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan meliputi deskripsi setiap
siklus yang membahas mengenai data dari hasil pengamatan atau wawancara,
refleksi keberhasilan dan kegagalan dan berisi pembahasan.
23 BAB II
LANDASAN TEORI
A. KAJIAN TEORI
1. Hasil Belajar
a. Belajar
1. Pengertian Belajar
Menurut R. Gagne dalam Susanto (2013:1), belajar dapat
didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu organisasi berubah
perilakunya sebagai akibat pengalaman. Belajar dapat diartikan sebagai
perubahan tingkah laku pada diri individu berkat adanya interaksi antara
individu dengan individu dan individu dengan lingkungangannya sehingga
akan lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya (Usman, 1993: 4).
Belajar pada dasarnya adalah proses perubahan tingkah laku berikut
adanya pengalaman. Pembentukan tingkah laku ini meliputi perubahan
ketrampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan, pemahaman, dan apresiasi. Oleh
sebab itu, belajar adalah proses aktif, yaitu proses mereaksi terhadap semua
situasi yang ada di sekitar individu. Belajar adalah suatu proses yang
diarahkan pada suatu tujuan, proses berbuat melalui pengalaman. Belajar
adalah proses melihat, mengamati, memahami sesuatu yang dipelajari
(Suprihatiningrum, 2017: 14). Menurut Budiningsih dalam Suprihatiningrum
24
mana siswa aktif melakukan kegiatan, aktif berpikir, menyusun konsep, dan
memberi makna tentang hal-hal yang sedang dipelajari. Morgan mendefisikan belajar sebagai berikut “Learning is any relatively permanent
change in behavior that is a result of past experience”, belajar adalah
perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman
(Suprijono, 2010:3). Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah proses perubahan perilaku untuk memperoleh sebuah
pengetahuan, kemampuan, dan sesuatu hal yang baru serta diarahkan pada
suatu tujuan.
Gagne dalam Suprijono (2010:10-11), membagi kegiatan belajar
menjadi delapan yaitu:
a. Signal learning atau kegiatan belajar mengenal tanda. Tipe kegiatan
belajar ini menekankan belajar sebagai usaha merespons tanda-tanda yang
dimanipulasi dalam situasi pembelajran.
b. Stimulus-response learning atau kegiatan belajar tindak balas. Tipe ini
berhubungan dengan perilaku peserta didik yang secara sadar melakukan
respons tepat terhadap stimulus yang dimanipulasi dalam situasi
pembelajaran.
c. Chaining learning atau kegiatan belajar melalui rangkaian. Tipe ini
berkaitan dengan kegiatan peserta didik menyusun hubungan antara dua
stimulus atau lebih dengan berbagai respons yang berkaitan dengan
25
d. Verbal association atau kegaitan belajar melalui asosiasi lisan. Tipe ini
berkaitan dengan upaya peserta didik menghubungkan respons dan
stimulus yang disampaikan secara lisan.
e. Multiple discrimination learning atau kegiatan belajar dengan perbedaan
berganda. Tipe ini berhubungan dengan kegiatan peserta didik membuat
berbagai perbedaan respons yang digunakan terhadap stimulus yang
beragam, namun berbagai respons dan stimulus itu saling berhubungan
antara satu dengan yang lainnya
f. Consept learning atau kegiatan belajar konsep. Tipe ini berkaitan dengan
berbagai respons dalam waktu yang bersamaan terhadap sejumlah
stimulus berupa konsep-konsep yang berbeda antara satu dengan yang
lainnya.
g. Principle learning atau kegiatan belajar prinsip-prinsip. Tipe ini
digunakan peserta didik menghubungkan beberapa prinsip yang
digunakan merespons stimulus.
h. Problem solving learning atau kegiatan belajar pemecahan masalah. Tipe
ini berhubungan dengan kagiatan peserta didik menghadapi persoalan dan
memecahkannya sehingga pada akhirnya peserta didik memiliki
26 2. Ciri-Ciri Belajar Mengajar
Sebagai suatu proses pengaturan, kegiatan belajar mengajar tidak
terlepas dari ciri-ciri tertentu, yang menurut Edi Suardi dalam Djamarah
(1997 :46-48) sebagai berikut :
1) Belajar mengajar memiliki tujuan, yakni untuk membentuk anak
didik dalam suatu perkembangan tertentu. Inilah yang dimaksud
dengan kegiatan belajar mengajar sadar akan tujuan, dengan
menempatkan anak didik sebagai pusat perhatian. Anak didik
mempunyai tujuan , atau unsur yang lain sebagai pengantar dan
pendukung.
2) Ada suatu prosedur, (jalannya interaksi) yang direncanakan, di
desain untuk memncapai tujuan yang telah ditetapkan. Agar dapat
mencapai tujuan secara optimal, maka dalam melakukan interaksi
perlu ada prosedur atau langkah-langkah sistematik dan relevan.
Untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang satu dengan yang
lain, mungkin akan membutuhkan prosedur dan desain yang
berbeda pula.
3) Kegiatan belajar mengajar ditandai dengan satu penerapan materi
yang khusus, dalam hal ini materi harus di desain sedemikian rupa,
sehingga cocok untuk mencapai tujuan. Materi hsrus sudah di
desain dan dipersiapkan sebelum berlangsungnya kegiatan belajar
27
4) Ditandai dengan aktivitas anak didik. Sebagai konsekuensi, bahwa
anak didik merupakan syarat mutlak bagi berlangsungnya kegiatan
belajar mengajar. Aktivitas anak didik dalam hal ini yaitu baik
secara fisik maupun secara mental.
5) Dalam kegiatan belajar mengajar, guru berperan sebagai
pembimbing, dalam peranannya sebagai pembimbing, guru harus
berusaha menghidupkan dan memberikan motivasi, agar terjadi
proses interaksi yang kondusif.
6) Dalam kegiatan belajar mengajar membutuhkan disiplin. Disiplin
dalam kegiatan ini diartikan sebagai suatu pola tingkah laku yang
diatur sedemikian rupa menurut ketentuan yang sudah ditaati oleh
pihak guru maupun anak didik dengan sadar.
7) Ada batas waktu, untuk mencapai tujuan pembelajaran tertentu
dalam sistem berkelas, batas waktu menjadi salah satu ciri yyang
tidak bisa ditinggalkan. Karena, setiap tujuan akan diberi waktu
tertentu, kapan tujuan itu sudah dan harus tercapai.
8) Evaluasi, dari seluruh kegiatan diatas, evaluasi adalah hal penting
yang tidak bisa di abaikan, setelah guru melaksanakan kegiatan
belajar mengajar, evaluasi harus dilakukan untuk mengetahui
28 3. Prinsip-prinsip Pembelajaran
Karakteristik anak usia sekolah dasar yang suka bermain, memiliki
rasa ingin tahu yang besar, mudah terpengaruh oleh lingkungan, dan gemar
membentuk kelompok sebaya, pada pembelajaran di sekolah perlu adanya
usaha untuk menciptakan suasana belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Untuk itu, guru perlu memperhatikan beberapa prinsip pembelajaran yang
diperlukan agar terciptanya belajar yang kondusif dan menyenangkan.
Beberapa prinsip pembelajaran tersebut dapat diuraikan secara singkat,
sebagai berikut (Susanto, 2013:87):
a. Prinsip Motivasi, adalah upaya guru untuk menumbuhkan dorongan
belajar, baik dari dalam diri anak atau dari luar diri anak, sehingga anak
belajar seoptimal mungkin sesuai dengan potensi yang dimilikinya.
b. Prinsip latar belakang, adalah upaya guru dalam proses belajar mengajar
memperhatikan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang telah dimiliki
anak agar tidak terjadi pengulangan yang membosankan.
c. Prinsip pemusatan perhatian, adalah usaha untuk memusatkan perhatian
anak dengan jalan mengajukan masalah yang hendak dipecahkan lebih
terarah untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai.
d. Prinsip keterpaduan, merupakan hal yang penting dalam pembelajaran.
Oleh karena itu, guru dalam menyampaikan materi hendaknya
29
anak mendapat gambaran keterpaduan dalam proses perolehan hasil
belajar.
e. Prinsip pemecahan masalah, adalah situasi belajar yang dihadapkan pada
masalah-masalah. Hal ini dimaksudkan agar anak peka dan juga
mendorong mereka untuk mencari, memilih, dan menentukan pemecahan
masalah sesuai dengan kemampuannya.
f. Prinsip menemukan, adalah kegiatan menggali potensi yang dimiliki anak
untuk mencari, mengembangkan hasil perolehannya dalam bentuk fakta
dan informasi. Untuk itu, proses belajar mengajar yang mengembangkan
potensi anak tidak menyebabkan kebosanan.
g. Prinsip belajar sambil bekerja, yaitu suatu kegiatan yang dilakukan
berdasarkan pengalaman baru. Pengalaman belajar yang diperoleh
melalui bekerja tidak mudah dilupakan oleh anak. Dengan demikian,
proses belajar mengajar yang memberi kesempatan kepada anak untuk
bekerja, berbuat sesuatu akan memupuk kepercayaan diri, gembira, dan
puas karena kemampuannya tersalurkan denngan melihat hasil kerjanya.
h. Prinsip belajar sambil bermain, merupakan kegiatan yang dapat
menimbulkan suasana menyenangkan bagi siswa dalam belajar, karena
dengan bermain pengetahuan, keterampilan, sikap, dan daya fantasi anak
berkembang. Suasana demikian akan mendorong anak aktif dalam belajar
Prinsip perbedaan individu, yakni upaya guru dalam proses belajar
30
kecerdasan, sifat, dan kebiasaan atau latar belakang keluarga. Hendaknya
guru tidak memperlakukan anak seolah-olah semua sama.
i. Prinsip hubungan sosial, adalah sosialisasi pada masa anak yang sedang
tumbuh yang banyak dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Kegiatan
belajar hendaknya dilakukan secara berkelompok untuk melatih anak
menciptakan suasana kerja sama dan saling menghargai satu sama
lainnya.
4. Faktor Yang Mempengaruhi Belajar
Prestasi belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor, baik
yang berasal dari dirinya (internal) maupun dari luar dirinya (eksternal).
Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya merupakan hasil
interaksi antara brbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru
terhadap faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa sangat
penting yang berarti untuk membantu siswa mencapai prestasi belajar yang
seoptimal mungkin sesuai dengan kemampuan masing-masing siswa
(Usman, 1993 : 9-10).
Adapun faktor-faktor yang dimaksud meliputi hal-hal sebagai berikut :
a) Faktor yang berasal dari diri sendiri (internal)
1. Faktor jasmani (fisiologi) baik yang bersifat bawaan maupun
yang diperoleh. Yang termasuk faktor ini ialah panca indra
31
2. Faktor psikologis, baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh dari :
a. Faktor intelektif yang meliputi faktor potensial, yaitu
kecerdasan dan bakat serta faktor kecakapan nyata, yaitu
prestasi yang dimiliki.
b. Faktor non intelektif yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu
seperti sikap, kebiasaan, minat, kebtuhan, motivasi, emosi,
dan penyesuaian diri.
3. Faktor kematangan fisik maupun psikis.
b) Faktor yang berasal dari luar diri (eksternal)
1. Faktor sosial yang terdiri dari :
a. Lingkungan keluarga
b. Lingkungan sekolah
c. Lingkungan masyarakat
d. Lingkungan kelompok
2. Faktor budaya, seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan,
teknologi, dan kesenian.
3. Faktor lingkungan fisik, seperti fasilitas rumah dan fasilitas
belajar.
32 b. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar pada dasarnya adalah suatu kemampuan ynang
berupa keterampilan dan perilaku yang diperoleh. Dalam hal ini,
Gagne dan Briggs mendifinisikan hasil belajar sebagai kemampuan
yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan dapat diamati
melalui penampilan siswa (Suprihatiningrum, 2017: 37). Hasil belajar
adalah pola-pola perbuatan nilai-nilai, pengertian-pengertian,
sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Merujuk pemikiran Gagne dalam
Suprijono (2011:5), hasil belajar berupa:
a. Informasi verbal yaitu kapabilitas mengungkapkan pengetahuan
dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis. Kemampuan
merespon secara spesifik terhadap rangsangan spesifik. Kemampuan
tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol, pemecahan masalah
maupun penerapan aturan.
b. Keterampilan intelektual yaitu kemampuan mempresentasikan
konsep dan lambang. Keterampilan intelektual terdiri dari
kemampuan mengategorisasi, kemampuan analitis-sintesis
fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan. Kemampuan
intelektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif
33
c. Strategi kognitif yaitu kecakapan menyalurkan dan mengarahkan
aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi penggunaan
konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.
d. Keterampilan motorik yaitu melakukan dan mengarahkan
serangkaian gerak jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga
terwujud otomatisme gerak jasmani.
e. Sikap adalah kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan
penilaian terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan
menginternalisi dan eksternalisasi nilai-nilai dan menjadikannya
standar perilaku.
Berdasarkan uraian di atas, dapat dipahami tentang makna hasil
belajar, yaitu perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa, baik yang
menyangkut aspek kognitif, afektif, dan psikomotor sebagai hasil dari
kegiatan belajar. Secara sederhana, yang dimaksud dengan hasil belajar
siswa adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan
belajar (Susanto, 2013:5).
Menurut Bloom dalam Suprijono (2016:6), hasil belajar dapat
mencakup beberapa kemampuan. Kemampuan tersebut meliputi kemampuan
kognitif, kemampuan afektif dan kemampuan psikomotorik. Di bawah ini
34 a. Domain Kognitif
1) Knowledge (Pengetahuan), mencapai kemampuan ingatan tentang hal
yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu
berkenaan dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip
atau metode.
2) Comprehension (Pemahaman), kemampuan mencakup menangkap arti
dan makna tentang hal yang dipelajari.
3) Application (Penerapan), mencakup kemampuan menerapkan metode
dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.
4) Analysis (Menguraikan), mencakup kemampuan merinci sesuatu
kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseuruhan dapat
dipahami dengan baik.
5) Synthesis (Mengorganisasikan), mencakup kemampuan membentuk
suatu pola baru.
6) Evaluation (Menilai), mencakup kemampuan membentuk pendapat
tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.
b. Domain Afektif
1) Receiving (Sikap Menerima), yang mencakup kepekaan tentang hal
tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.
2) Responding (Memberikan Respon), yang mencakup kerelaan,
35
3) Valuing (Nilai), yang menerima suatu nilai, menghargai, mengakui
dan menentukan sikap.
4) Organization (Organisasi), yang mencakup kemampuaan membentuk
suatu system nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.
5) Characterization (Karakterisasi), yang mencakup kemampuan
menghayati niali dan membentuknya menjadi pola kehidupan pribadi.
c. Domain Psikomotorik
1) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan hal-hal
secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.
2) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam
keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan.
3) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan sesuai
contoh, atau gerakan peniruan.
4) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan
gerakan-gerakan tanpa contoh.
5) Gerakan komplek, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan
atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara lancar, efisien,
dan tepat.
6) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan mengadakan
perubahan dan penyesuaian pola gerak-gerik dengan persyaratan
36
7) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang
baru atas dasar prakarsa sendiri.
2. Macam-macam Hasil Belajar
Hasil belajar meliputi pemahaman konsep (aspek kognitif),
keterampilan proses (aspek psikomotor), dan sikap siswa (aspek afektif).
Untuk lebih jelasnya dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Pemahaman Konsep
Pemahaman menurut Bloom dalam Susanto (2013: 6) diartikan
sebagai kemampuan untuk menyerap arti dari materi atau bahan yang
dipelajari. Pemahaman menurut Bloom ini adalah seberapa besar siswa
mampu menerima, menyerap, dan memahami pelajaran yang diberikan oleh
guru kepada siswa, atau sejauh mana siswa dapat memahami serta mengerti
apa yang ia baca, yang dilihat, yang dialami, atau yang ia rasakan berupa hasil
observasi langsung yang ia lakukan.
2) Keterampilan Proses
Usman dan Setiawati dalam Susanto (2013: 9) mengemukakan bahwa
keterampilan proses merupakan keterampilan yang mengarah kepada
pembangunan kemampuan mental, fisik, dan sosial yang mendasar sebagai
penggerak kemampuan yang lebih tinggi dalam diri individu siswa.
37
secara efektif dan efisien untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk
krativitasnya;
3) Sikap
Menurut Sardiman dalam Susanto (2013: 11), sikap merupakan
kecenderungan untuk melakukan sesuatu dengan cara, metode, pola, dan
teknik tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa individu-individu
maupun objek-objek tertentu. Sikap merujuk pada perbuatan, perilaku, atau
tindakan seseorang.
Dalam hubungannya dengan hasil belajar siswa, sikap ini lebih
diarahkan pada pengertian pemahaman konsep. Dalam pemahaman konsep,
maka domain yang sangat berperan adalah domain kognitif (Susanto, 2013:
6-11).
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut teori Gestalt, hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua hal, siswa
itu sendiri dan lingkungannya. Pertama, siswa ; dalam arti kemampuan berpikir
atau tingkah laku intelektual, motivasi, minat, dan kesiapan siswa, baik jasamani
maupun rohani. Kedua, kreativitas guru, sumber-sumber belajar, metode serta
dukungan lingkungan, keluarga, dan lingkungan (Susanto: 2013: 12).
Menurut Wasliman dalam Susanto (2013: 12), hasil belajar yang dicapai
oleh peserta didik merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang
mempengaruhi, baik faktor internal maupun eksternal. Secara perinci, uraian
38 1) Faktor Internal
Faktor internal merupakan faktor yang bersumber dari dalam diri
peserta didik, yang mempengaruhi kemampuan belajarnya. Faktor internal ini
meliputi : kecerdasan, minat dan perhatian, motivasi belajar, ketekunan, sikap,
kebiasaan belajar, serta kondisi fisik dan kesehatan.
2) Faktor Eksternal
Faktor eksternal merupakan faktor yang berasal dari luar diri pesrta
didik yang mempengaruhi hasil belajar yaitu keluarga, sekolah, dan
masyarakat. Keadaan keluarga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Sekolah juga merupakan salah satu faktor yang ikut menentukan hasil belajar
siswa, karena semakin tinggi kemampuan belajar siswa dan kualitas
pengajaran di sekolah, maka semakin tinggi juga hasil belajar siswa.
Kualitas pengajaran di sekolah sangat ditentukan oleh guru,
sebagaimana yang dikemukakan Wina Sanjaya dalam Susanto (2013: 13),
bahwa guru adalah komponen yang sangat menentukan dalam implementasi
suatu strategi pembelajaran. Berdasarkan pendapat ini dapat ditegaskan bahwa
salah satu faktor eksternal yang sangat berperan mempengaruhi hasil belajar
siswa adalah guru. Guru dalam proses pembelajaran memegang peranan yang
sangat penting, apalagi untuk siswa pada usia sekolah dasar, tak mungkin
dapat digantikan oleh perangkat lain seperti televisi, radio, dan komputer.
Sebab, siswa adalah organisme yang sedang berkembang yang memerlukan
39
Menurut pendapat lain Dunkin dalam Wina Sanjaya (2006: 51),
terdapat sejumlah aspek yang dapat mempengaruhi kualitas proses
pembelajaran yang dilihat dari faktor guru, yaitu :
1) Teacher formative experience, meliputi jenis kelamin serta
semua pengalaman hidup guru yang menjadi latar belakang
sosial mereka. Yang termasuk ke dalam sapek ini diantaranya
tempat asal kelahiran guru termasuk suku, latar belakang
budaya, dan adat istiadat.
2) Teacher training experience, meliputi pengalaman-pengalaman
yang berhubungan dengan aktivitas dan latar belakang
pendidikan guru, misalnya pengalaman latihan profesional,
tingkat pendidikan, dan pengalaman jabatan.
3) Teacher properties, adalah segala sesuatu yang berhubungan
dengan sifat yang dimiliki guru, misalnya sikap guru terhadap
profesinya, sikap guru terhadap siswa, kemampuan dan
intelegensi guru, motivasi dan kemampuan mereka baik
kemampuan dalam pengelolaan pembelajaran termasuk di
dalamnya kemampuan dalam merencanakan dan evaluasi
pembelajaran maupun kemampuan dalam penguasaan materi.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa hasil belajar siswa merupakan
hasil dari suatu proses yang di dalamnya terlibat sejumlah faktor yang saling
40
fakto-faktor tersebut. Ruseffendi dalam Susanto (2013: 14-18)
mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar kedalam
sepuluh macam, yaitu :
1) Kecedasan anak
Kemampuan intelegensi seseorang sangat mempengaruhi
terhadap cepat dan lambatnya penerimaan informasi serta
terpecahkan atau tidaknya suatu permasalahan.
2) Kesiapan atau Kematangan
Kesiapan atau keamatangan adalah tingkat perkembangan
dimana individu atau organ-organ sudah berfungsi sebagaimana
mestinya.
3) Bakat anak
Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang
untuk mecapai keberhasilan pada masa yang akan datang.
4) Kemauan belajar
Kemauan belajar yang tinggi disertai dengan rasa tanggung
jawab yang besar tentunya berpengaruh positif terhadap hasil
belajar yang diraihnya, karena kemauan belajar menjadi salah
satu penentu dalam mencapai keberhasilan belajar.
5) Minat
Minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau
41
menaruh minat besar terhadap pelajaran akan memusatkan
perhatiannya lebih banyak daripada siswa lainnya.
6) Model penyajian materi pelajaran
Model penyajian materi yang menyenangkan, tidak
membosankan, menarik, dan mudah dimengerti oleh para siswa
tentunya berpengaruh secara positif terhadap keberhasilan
belajar.
7) Pribadi dan Sikap Guru
Kepribadian dan sikap guru yang kreatif dan penuh inovatif
dalam perilakunya, maka siswa akan meniru gurunya yang aktif
dan kreatif.
8) Suasana Pengajaran
Suasana pengajarang yang tenang saat terjadinya dialog yang
kritis antara siswa dengan guru, dan menumbuhkan suasana
yang aktif diantara siswa tentunya akan memberikan nilai lebih
pada proses pengajaran.
9) Komptensi Guru
Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompeten
dalam bidangnya dan menguasai dengan baik bahan yang akan
di ajarkan serta mampu memilih metode belajar mengajar yang
tepat sehingga penekatan itu bisa berjalan dengan semestinya.
42
Dalam masyarakat terdapat berbagai macam tingkaah laku
manusia dan berbagai macam latar belakang pendidikan. Oleh
karena itu, dalam dunia pendidikan lingkungan masyarakatpun
akan mempengaruhi kepribadian siswa.
2. Hakikat Bahasa Indonesia
a. Pengertian Bahasa Indonesia
Menurut Sugihastuti dalam (Kusumaningsih 2013: 13) Bahasa
merupakan alat komunikasi yang efektif antar manusia. Dalam berbagai
macam situasi, bahasa dapat dimanfaatkan untuk menyampaikan gagasan
pembicara kepada pendengar atau penulis kepada pembaca.
Secara sederhana bahasa Indonesia adalah alat komunikasi yang
paling penting untuk mempersatukan seluruh bangsa Indonesia. Oleh
sebab itu bahasa Indonesia merupakan alat mengungkapkan diri baik
secara lisan maupun tertulis, dari segi rasa, karsa, dan cipta serta pikir baik
secara etis, estetis, dan logis (Nasucha: 2009: 1)
Bahasa Indonesia dipahami sebagai salah satu dari banyak ragam
bahasa Melayu. Dasar yang dipakai pada bahasa Indonesia adalah bahasa
Melayu Riau sejak abad ke-19. Dalam perkembangannya, bahasa
Indonesia mengalami proses pembakuan pada abad ke-20 (Achmad 2015:
16).
Penanaman bahasa Indonesia diawali sejak diikrarkan Sumpah
43
pembedaan antara bahasa Melayu yang digunakan di Riau dan
Semananjung Malaya dengan bahasa Indonesia yang terus mengalami
perkembangan hingga awal abad ke-21.
Pada saat Sumpah Pemuda, menetapkan bahasa Indonesia sebagai
bahasa persatuan. Dalam UUD 1945, bahasa Indonesia ditetapkan sebagai
bahasa Negara. Sementara dalam keputusan Kongres Bahasa II yang
dilaksanakan di Medan pada tanggal 28 Oktober-2 November 1954,
bahasa Indonesia di sepakati ssebagai bahasa kebangsaan dan sekaligus
sebagai bahasa negara.
Bahasa Indonesia bukan bahasa Ibu. Mengingat sebagian besar
warga Indonesia menggunakan salah satu dari 748 bahasa ibu. Bahasa
Indonesia digunakan sangat luas, seperti di perguruan, media massa,
sastra, perangkat lunak, atau surat menyurat resmi. Dari kesimpulan ini
dapat dikatakan, bahasa Indonesia telah digunakan oleh semua warga
Indonesia.
Dengan demikian dapat disiumpulkan bahwa pembelajaran bahasa
Indonesia di SD/MI diarahkan untuk meningkatkan kemampuan peserta
didik dalam berkomunikasi dengan baik, baik secara lisan maupun tulisan.
Disamping itu, dengan pembelajaran bahasa Indonesia juga diharapkan
dapat menumbuhkan apresiasi siswa terhadap hasil karya sastra Indonesia