• Tidak ada hasil yang ditemukan

STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20112012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 20112012"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

commit to user i

STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

SKRIPSI

Oleh:

FEBRIANA IKA RATNASARI K7408215

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA

(2)
(3)

commit to user iii

STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012

Oleh:

FEBRIANA IKA RATNASARI K7408215

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar

Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Program Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET

(4)
(5)
(6)
(7)

commit to user vii ABSTRAK

Febriana Ika Ratnasari. STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.

Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. (2) Mengetahui hambatan-hambatan/kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi. (3) Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan. (4) Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa akselerasi dengan siswa reguler tahun ajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi dari sumber data. Sumber data berasal dari nara sumber/informan, aktivitas, tempat, dokumen/arsip. Teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara mendalam, pencatatan dokumen. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Prosedur penelitian dimulai dari tahap pralapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan.

Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta khususnya tahun ajaran 2011/2012 sudah berjalan cukup baik yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi/penilaian. (2) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi yaitu jumlah sarana dan prasarana, waktu pembelajaran yang singkat, jumlah dana yang terbatas, siswa merasa mudah jenuh, siswa sulit berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat dipahami karena guru terlalu cepat menerangkan, banyaknya tugas yang diberikan menuntut siswa harus terus belajar. (3) Upaya-upaya yang dilakukan sekolah diantaranya pihak sekolah mengatur jadwal pelajaran, pihak sekolah akan mengajukan proposal kepada Dinas Kota Surakarta untuk memperoleh dana, guru berusaha menyampaikan materi dengan berbagai metode, guru juga dapat mengatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan materi karena sudah terjadwal. (4) Hasil belajar yang diperoleh siswa akselerasi terutama pada tahun ajaran 2011/2012 sudah cukup baik daripada hasil belajar siswa reguler. Nilai-nilai siswa akselerasi lebih unggul ketika ulangan harian maupun ulangan umum karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih tinggi daripada siswa reguler, tetapi pada saat Ujian Nasional (UAN) justru siswa reguler yang memperoleh nilai tertinggi.

(8)

commit to user viii ABSTRACT

Febriana Ika Ratnasari. A STUDY ON ACCELERATION PROGRAM IMPLEMENTATION IN SMP NEGERI 9 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.

The objectives of research are (1) To find out the acceleration program implementation in SMP Negeri 9 Surakarta in the school year of 2011/2012. (2) To find out the obstacles encountered in the acceleration program implementation. (3) To find out the measures taken to deal with such the obstacles. (4) To find out the difference in learning achievement between acceleration students with regular students in the school year of 2011/2012.

This study employed a descriptive qualitative approach. The research was conducted to collect data and to obtain information from the data source. The data source derived from informant, activity, place, and document/archive. The sampling technique used was purposive sampling technique. The techniques of collecting data used were direct observation, in depth interview, and documentation. The data validation was done using source triangulation technique. The data analysis was done using an interactive model of analysis. The procedure begins study of post-pre field phase, fieldwork phase, the stage of analysis and report writing stage.

From the result of research, it could be concluded that (1) The implementation of acceleration program in SMP Negeri 9 Surakarta particularly in the school year of 2011/2012 involved preparation, implementation, and evaluation/assessment stages. (2) The obstacles encountered in the implementation of acceleration program included: inadequate infrastructure, short learning time, limited fund amount, easily saturated students, difficultly concentrating students, sometimes there was elusive material because the teacher explained too quickly, and so many assignments given required the students to learn continuously. (3) The measures taken by the school included the school scheduled the learning, the school submitted the fund requesting proposal to the Surakarta City’s Education Service, the teachers attempted to deliver material by using a variety of methods, the teachers could also schedule the time for each basic competency in each chapter so that they would not deliver material in hurry because it had been scheduled. (4) The learning achievement the acceleration students achieved particularly in the school year of 2011/2012 had been sufficiently good than learning achievement of regular students. Acceleration values are students when daily test or exam because the Minimum Passing Criteria (KKM) value is higher than regular students, but national final exam or UAN at exactly regular student who got highest score.

(9)

commit to user ix MOTTO

Jangan pernah merasa takut selama masih berada dalam jalan yang benar.

(Penulis)

Jangan pernah menganggap remeh akan suatu hal karena sesuatu yang dianggap

remeh bisa jadi suatu saat dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri.

(Penulis)

Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama

ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.

(Alexander Pope)

Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan

dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.

(10)

commit to user x

PERSEMBAHAN

Atas rahmat dan karunia Allah SWT, skripsi ini

peneliti persembahkan untuk:

 Ibu dan Bapak yang selama ini telah

mencurahkan kasih sayang.

 Adik-adikku (Sasa, Prabu, Nimas) yang telah

menghiasi hari-hariku.

 Pakdhe dan budhe beserta keluarga besar

yang memberikan motivasi.

 Sahabat-sahabatku Kafe Robelin (Febri,

Rovi, Bety, Herlin) yang telah memberikan

keceriaan, motivasi serta bantuan dalam

menyusun skripsi.

 Sahabat-sahabatku SMA (Triyanti, Wahid,

Ambar).

(11)

commit to user xi

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Atas

kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP

NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk

mendapatkan gelar Sarjana pada Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Program

Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan,

bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis

menyampaikan terimakasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu

Pengetahuan Sosial.

3. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus

Akuntansi yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.

4. Ibu DR. Susilaningsih, M.Bus, selaku pembimbing I yang selalu memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Muhtar, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Para dosen di Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengetahuan dan

bimbingan.

7. Ibu Endang Mangularsih, S.Pd, M.M, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 9

Surakarta yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data

dalam penelitian ini.

8. Ibu Dra. Danarti selaku Manajer Program Akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta

(12)

commit to user xii

9. Para guru dan siswa SMP Negeri 9 Surakarta yang telah bersedia untuk

berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.

10. Bapak dan Ibu yang telah mencurahkan kasih sayangnya untuk mendampingi,

memberikan motivasi, dan bantuan selama penyusunan skripsi.

11. Sahabat-sahabatku “Kafe Robelin” (Febri, Rovi, Bety, Herlin) yang selalu

menghiasi hari-hari dengan keceriaan, memberikan motivasi serta bantuan

dalam penyusunan skripsi.

12. Teman-teman akuntansi angkatan 2008 khususnya kelas B dan semua pihak

yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini

(13)

commit to user

A. Latar belakang masalah ...

B. Perumusan masalah ...

C. Tujuan penelitian ...

D. Manfaat penelitian ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan...

1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan ...

(14)

commit to user

A. Tempat dan Waktu Penelitian ...

B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...

C. Data dan Sumber Data ...

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ...

1. Sejarah SMP Negeri 9 Surakarta ...

2. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta ...

3. Kondisi Lingkungan SMP Negeri 9 Surakarta...

4. Struktur Organisasi Sekolah ...

B. Deskripsi Temuan Penelitian ...

1. Penyelenggaraan Program Akselerasi ...

2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi...

3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ...

4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan

Siswa Reguler ...

C. Pembahasan ...

1. Penyelenggaraan Program Akselerasi...

2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi ...

(15)

commit to user xv

3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ...

4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan

Siswa Reguler ...

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. Kesimpulan ...

B. Implikasi ...

C. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN ...

71

72

74

77

79

80

(16)

commit to user xvi

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pemikiran ...

3.1 Skema Model Analisis Interaktif ...

3.2 Prosedur Penelitian ...

4.1 Struktur Organisasi Sekolah ...

29

38

40

(17)

commit to user xvii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 31

4.1 Data Ruang Belajar Lainnya di SMP Negeri 9 Surakarta ... 42

(18)

commit to user xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Pedoman Wawancara ...

2. Catatan Lapangan ...

3. Surat Keputusan Penetapan Sekolah Penyelenggara Akselerasi ...

4. Struktur Organisasi Sekolah ...

5. Daftar Nama Guru Akselerasi ...

6. Daftar Nama Siswa Akselerasi ...

7. Program Pembinaan Karakter Siswa ...

8. Agenda Kegiatan Program Akselerasi ...

9. Dokumentasi Penelitian ...

10. Surat Ijin Penelitian ...

82

89

109

114

117

119

121

130

132

(19)

commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Seiring dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi

juga mengalami perkembangan secara pesat di seluruh bidang kehidupan manusia.

Dalam bidang teknologi informasi, penguasaan teknologi informasi menjadi

sangat penting bagi keberadaan suatu negara. Salah satu aspek yang penting dan

berpengaruh dalam penguasaan teknologi informasi yaitu sumber daya manusia

(SDM). SDM yang dibutuhkan dalam penguasaan teknologi informasi adalah

SDM yang mampu bersaing secara internasional. Untuk itu, pendidikan menjadi

tumpuan bagi peningkatan kualitas SDM di Indonesia dalam menghadapi era

globalisasi. Hak mendapatkan pendidikan sudah tertuang dalam UUD 1945 pasal

31 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan

pen-didikan”. Hal itu berarti setiap individu berhak mendapatkan layanan pendidikan

tanpa memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka.

Meskipun demikian pendidikan bukan hanya mentransfer ilmu dari pengajar ke

peserta didik tetapi pendidikan akan dapat mengantarkan peserta didik menjadi

pribadi yang unggul dan mampu menghadapi kehidupan dimasa yang akan

datang. Supriyanto berpendapat, “Pada dasarnya tujuan pendidikan menengah

yaitu meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada

jenjang yang lebih tinggi serta agar dapat mengembangkan diri sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” (2003: 100).

Keberhasilan dalam bidang pendidikan ditentukan oleh banyak faktor.

Salah satunya yaitu faktor inteligensi, Purwanto berpendapat, “Inteligensi ialah

kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat

se-suatu dengan cara tertentu” (2002:55-56). Perbedaan faktor inteligensi disebabkan

oleh faktor pembawaan, kematangan, pembentukan sehingga mereka berhak

(20)

commit to user

usia, dan tingkat inteligensinya. Sampai saat ini acuan umum yang digunakan

untuk menentukan apakah seorang anak bisa dikategorikan sebagai anak yang

memiliki bakat istimewa atau biasa saja adalah mengunakan ukuran skor IQ.

Dalam pandangan umum, anak dikatakan memiliki bakat istimewa adalah mereka

yang dalam dirinya memiliki tiga hal utama yaitu IQ (cukup skor 125-130),

memliki CQ (creativity quotient dalam kadar yang cukup, tidak harus tertingi),

dan memiliki TC (task commitment atau kelekatan terhadap tugas) dalam rentang

nilai baik. Jadi anak-anak berbakat istimewa adalah mereka yang memiliki tiga

hal yakni kecerdasan umum, kreativitas, dan kelekatan terhadap tugas menjadi

satu kesatuan kepribadian.

Setiap anak memang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda

yaitu anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata, kecerdasan rata-rata, dan

ke-cerdasan di atas rata-rata serta memiliki bakat istimewa. Anak dengan

kecerdasaan di bawah rata-rata memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan

belajar anak-anak pada umumnya. Anak yang berada di atas rata-rata memiliki

kecepatan belajar di atas kecepatan belajar anak-anak lainnya. Anak-anak yang

memiliki kecerdasan dan bakat istimewa itu membutuhkan layanan yang memang

berbeda dengan anak-anak pada umumnya karena dalam potensi yang serba

unggul tersebut terkadang adanya kebutuhan belajar yang unggul pula. Siswa

yang merasa luar biasa (cerdas) tidak dirugikan oleh keterlambatan belajar siswa

biasa. Sering dikeluhkan banyak guru, anak-anak cerdas di kelas heterogen

cenderung merasa cepat bosan, terkesan santai, tampak kurang memperhatikan

pelajaran dan akibatnya cenderung mengganggu teman lainnya. Oleh karena itu,

anak-anak cerdas ini perlu mendapat layanan khusus di kelas yang terpisah dari

kelas anak biasa. Dengan begitu, pengelolaan kelasnya menjadi lebih mudah.

Menurut Martison dalam Munandar (1992: 30) bahwa “Anak-anak

ber-bakat memiliki ciri-ciri yang unik dan khas yakni cepat menyelesaikan masalah,

membaca pada usia muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki

per-bendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai

(21)

commit to user

3

mencoba hal-hal baru”. Hal inilah yang menjadi keunggulan dan keistimewaan

anak berbakat yang harus dikembangkan melalui pendidikan yang sesuai.

Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 4 tentang

sistem pendidikan nasional, “Bahwa warga negara yang memiliki kecerdasan dan

bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Dari undang-undang

tersebut maka pemerintah berupaya menyelenggarakan suatu program pelayanan

pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi cerdas istimewa dan atau

berbakat istimewa yaitu program khusus yang dikembangkan untuk

memungkin-kan siswa dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan irama kecepatan belajarnya

yang dirancang lebih cepat dari waktu belajar siswa yang normal. Pelayanan

pendidikan tersebut yaitu berupa program akselerasi. Menurut Latifa dalam

Hawadi (2004: 118) bahwa “Program akselerasi adalah program layanan belajar

yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kemampuan tinggi supaya dapat

menyelesaikan studinya sesuai kecepatan dan kemampuannya”. Dalam program

ini, pendidikan dapat ditempuh dalam waktu lebih singkat daripada program

regular, misalnya pada tingkat SD yang seharusnya ditempuh dalam waktu 6

tahun dapat dipercepat menjadi 5 tahun, tingkat SMP dan SMA yang seharusnya

ditempuh dalam 3 tahun dipercepat menjadi 2 tahun. Namun, program akselerasi

tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah,

tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyedian

kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman.

Bentuk layanan program akselerasi yang diberikan antara lain dapat berupa

kegiatan penelitian, pengikutsertaan alam, berbagai lomba di bidang akademik

Penyelenggaraan program akselerasi perlu dilakukan sebagai upaya dari

pemerintah untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dalam segala

bidang sehingga dapat bersaing di era globalisasi. Program akselerasi sebenarnya

memiliki keuntungan karena dengan proses yang cepat akan menghasilkan

se-jumlah lulusan yang memadai dan nantinya akan bermanfaat dalam masyarakat.

Bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa proses yang

dipercepat bukanlah beban karena proses cepat itulah yang sesuai dengan potensi

(22)

commit to user

yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan

prasarana, dana, manajemen dan lingkungan. Komponen-komponen tersebut

saling berkaitan sehingga apabila pihak sekolah belum memiliki kesiapan dari

semua komponen, maka belum dapat menyelenggarakan program akselerasi.

Berhasil atau tidaknya program akselerasi tergantung dari pengelolaan

masing-masing sekolah. Setiap sekolah mempunyai kebijakan yang berbeda-beda

dalam menyelenggarakan program akselerasi, namun tetap mengacu pada

pe-doman yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Depdikbud. Di Surakarta

sudah ada beberapa sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi mulai

dari tingkat SD, SMP maupun SMA. Masing-masing jenjang pendidikan tersebut

berusaha untuk memberikan layanan sebaik mungkin terutama untuk siswa yang

memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Beberapa sekolah yang telah siap

dari segi kurikulum, guru, sarana dan prasarana, dana, manajemen dan lingkungan

berlomba-lomba agar dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, salah satunya

melalui penyelenggaraan program akselerasi.

SMP Negeri 9 Surakarta merupakan salah satu sekolah unggulan di

Surakarta. Hal itu terbukti bahwa sekolah tersebut sudah menyelenggarakan

program akselerasi sejak tahun ajaran 2005/2006. Dengan penyelenggaraan

program akselerasi menunjukkan bahwa SMP Negeri 9 Surakarta sudah siap dari

berbagai segi, misalnya sarana dan prasarana yang dimiliki sudah dapat

me-nunjang proses belajar mengajar kelas akselerasi. Namun, penyelenggaraan

program akselerasi dari tahun ke tahun biasanya mengalami perbedaan tergantung

dari pengelolaannya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana

pe-nyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta secara nyata apakah

sudah berjalan dengan baik atau belum. Atas dasar itulah, penulis mengangkat

(23)

commit to user

5

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Bagaimana penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta

pada tahun ajaran 2011/2012?

2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi di

SMP Negeri 9 Surakarta?

3. Apa saja upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala

tersebut?

4. Bagaimana perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi dengan

siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9

Surakarta pada tahun 2011/2012.

2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan

program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta.

3. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi

kendala-kendala yang dihadapi.

4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi

dengan siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan

mengenai penyelenggaraan program akselerasi di suatu sekolah.

2. Manfaat Praktis

a) Bagi sekolah

Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan

(24)

pe-commit to user

ngembangan pendidikan khususnya mengenai penyelenggaraan program

akselerasi.

b) Bagi penulis

Dapat menambah wawasan serta mengetahui tentang penyelenggaraan

(25)

commit to user 7 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori 1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan

a. Batasan Kemampuan dan Kecerdasan

Kemampuan biasanya dikaitkan dengan inteligensi atau

ke-cerdasan. Munandar berpendapat “Kemampuan adalah daya untuk me

-lakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan” (1996:

17). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

kemampuan adalah kekuatan yang dimiliki seseorang baik dari sejak

lahir maupun latihan untuk melakukan suatu tindakan yang berhubungan

dengan kecerdasan.

Purwanto berpendapat “Inteligensi adalah kemampuan yang di

-bawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu” (2002: 52). Sementara itu, sesuai dengan simpulan Clark (1986) bahwa “Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi

sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap

hu-bungan yang kompleks, semua proses yang terlibat dalam berfikir

abstrak, kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah, dan

ke-mampuan untuk memperoleh keke-mampuan baru” (Semiawan, 1997: 11).

Dari dua pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan adalah

kemampuan yang dibawa sejak lahir untuk melakukan sesuatu dimana

mencakup keseluruhan pemahaman seseorang dari segala aspek.

Setiap orang memiliki inteligensi yang tidak sama, Purwanto berpendapat “Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi sehingga ter-dapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain yaitu

(26)

commit to user 1) Pembawaan

Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang ditentukan

sejak lahir.

2) Kematangan

Tiap organ dalam tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan.

Tiap organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila

ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsi masing-masing.

3) Pembentukan

Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang

mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat dibedakan menjadi

pembentukan yang disengaja (dilakukan di sekolah) dan

pembentuk-an ypembentuk-ang tidak disengaja (pengaruh alam sekitar).

4) Minat dan pembawaan yang khas

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif yang

mendorong untuk berinteraksi dengan dunia luar.

5) Kebebasan

Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode tertentu

dalam memecahkan masalahnya. Dengan adanya kebebasan berarti

minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam inteligensi.

Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes inteligensi

yang menghasilkan IQ yang dapat menentukan keterbakatan seseorang.

IQ masih tepat jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual

se-seorang, tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif serta bakat

ke-pemimpinan. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan simpulan Renzulli

(1981) bahwa “Ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan dan

ke-cerdasan adalah: (1) kemampuan/inteligensi; (2) kreativitas; (3)

tanggungjawab atau pengikatan diri terhadap tugas yang tinggi”

(Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 18).

Seseorang dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila

(27)

commit to user

9

bidang intelektual, namun kecerdasan yang tinggi belum menjamin

ke-terbakatan seseorang. Kreativitas juga penting karena untuk menciptakan

sesuatu yang baru, gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan

masalah.

b. Pengertian Anak Berbakat

Mengenai pengertian anak berbakat, Hawadi menyatakan:

Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi di atas 140 dan yang diidentifikasikan oleh psikolog dan atau guru sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan serta memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik serta kreativitas yang memadai (2004: 34).

Sementara itu, sesuai dengan simpulan Fledhusen (1986) bahwa

istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki

kemampuan luar biasa adalah gifted, genius, precocious (Ikhrom, 2000:

5). Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atau kemampuan

unggul, sedangkan precocious adalah anak yang memiliki kemampuan

untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan

orang dewasa. Genius sebagai individu yang menunjukkan kemampuan

yang tinggi dalam berbagai pekerjaan yang mempunyai nilai maslahat

yang besar, mereka mempunyai kemampuan yang lebih dalam

menyelesaikan pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak normal

lainnya.

Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak

berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang

luar biasa atau unggul sehingga mampu mengerjakan pekerjaan orang

dewasa serta dapat mencapai prestasi yang memuaskan. Anak-anak

tersebut memerlukan program pendidikan khusus sesuai dengan

ke-butuhan belajar mereka sehingga dapat mengembangkan potensi yang

(28)

commit to user c. Identifikasi Anak Berbakat

Munandar berpendapat “Identifikasi terhadap anak berbakat

dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan

identifikasi melalui studi kasus” (1982: 9). Identifikasi tersebut dapat

dijelaskan sebagai berikut:

1) Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi

be-lajar), identifikasi ini meliputi dua tahap, yaitu :

a) Tahap Screening yaitu pengetesan massal dengan menggunakan

tes kelompok.

b) Tahap seleksi/identifikasi dengan menggunakan tes individual

yang memungkinkan pengukuran yang lebih cepat dan teliti.

2) Identifikasi melalui studi kasus

Identifikasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak

mungkin tentang anak yang diperkirakan berbakat dari

sumber-sumber yang berbeda, misalnya: guru, orang tua, teman sebaya atau

anak itu sendiri. Identifikasi studi kasus ini dapat dimulai dengan

menyusun daftar pertanyaan atau kuisoner atau checklist untuk diisi

masing-masing sumber.

d. Karakteristik Anak Berbakat

Setiap anak memiliki karakter atau ciri-ciri yang berbeda-beda,

anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata serta anak berbakat juga

memiliki ciri-ciri tersendiri yang melebihi dari anak-anak normal

lain-nya. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa

ciri-ciri anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca

lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas,

mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas,

mempunyai inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai

banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal baru (Munandar, 1992: 30).

(29)

commit to user

11

biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang

saja.

Tidak semua anak berbakat mempunyai semua ciri-ciri tersebut

karena setiap anak termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan

kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri yang positif

apabila mereka di lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang

kurang baik dapat muncul ciri-ciri yang negatif. Ciri-ciri negatif tersebut

terkadang dapat menimbulkan masalah bagi siswa berbakat. Hal tersebut

sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa “Ciri-ciri negatif siswa

ber-bakat yang dapat menimbulkan masalah-masalah antara lain mudah

ter-singgung atau peka terhadap kritik, cepat bosan terhadap tugas-tugas

rutin, menjurus ke keinginan memaksakan atau mempertahankan

pen-dapatnya, acuh tak acuh dan cepat malas karena pengajaran yang

di-berikan kurang menantang bagi mereka” (Munandar, 1992: 32).

2. Program Pendidikan Bagi Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat Pemerintah berupaya untuk memberikan kesempatan pendidikan

yang sama kepada semua warga negara Indonesia, baik yang normal maupun

yang memiliki potensi luar biasa. Selama ini perhatian terhadap siswa-siswa

yang berprestasi dan berbakat di sekolahnya hanya sebatas memberikan

beasiswa sehingga memungkinkan mereka untuk meneruskan pendidikannya.

Meskipun bantuan berupa beasiswa sudah diberikan kepada siswa-siswa yang

berbakat dan berprestasi, namun hal tersebut belum dapat memenuhi

ke-butuhan pendidikan anak berbakat. Mereka masih memerlukan perhatian

khusus dari pemerintah yaitu berupa program pendidikan yang khusus.

Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi,

tetapi pemberian perhatian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak.

Melalui penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa yang

me-miliki kecerdasan istimewa dan atau berbakat agar dapat berkembang secara

optimal sesuai potensi yang mereka miliki. Program pendidikan yang sesuai

(30)

ber-commit to user

diferensiasi yaitu pelayanan pendidikan yang berbeda dengan siswa-siswa

normal lainnya.

Depdikbud berpendapat “Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi anak cerdas istimewa/berbakat istimewa dapat dilakukan dalam bentuk kelas khusus, kelas inklusi, dan satuan pendidikan khusus” (Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 43). Hal tersebut dapat

dijelas-kan sebagai berikut:

a. Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang

memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler

pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang

di-berikan adalah mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika

dan ilmu pengetahuan alam (IPA).

b. Kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik

yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran

bergabung dengan peserta didik program reguler. Mata pelajaran yang

di-berikan adalah mata pelajaran lain di luar rumpun matematika dan ilmu

pengetahuan alam (IPA).

c. Satuan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang

pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP/SMA) yang

semua peserta didik memiliki potensi kecerdasan istimewa/bakat istimewa.

Depdikbud berpendapat “Layanan pendidikan untuk siswa

cer-das/bakat istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan

gabungan program percepatan dengan pengayaan (acceleration-enrichment)”

(Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 44). Hal tersebut

dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Program pengayaan adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada siswa

yang memiliki kecerdasan/bakat istimewa dengan penyediaan kesempatan

dan fasilitas tambahan yang bersifat pendalaman. Bentuk layanan ini

antara lain dengan memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan

(31)

commit to user

13

pedalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan belajar di

kelas.

b. Gabungan program percepatan dan pengayaan adalah pemberian

pe-layanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kecerdasan/bakat

isti-mewa untuk dapat menyelesaikan pendidikannya dalam jangka waktu

yang lebih singkat disbanding teman-teman yang lainnya. Jadi siswa dapat

menyelesaikan pendidikan di SD dalam jangka 5 tahun dan di SMP atau

SMA dalam waktu 2 tahun. Dalam program ini, siswa tidak semata-mata

memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi

se-kaligus memperoleh pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan

fasilitas belajar tambahan.

Berdasarkan bentuk-bentuk layanan pendidikan tersebut, berbagai

pihak baik pengambil keputusan di lingkungan Ditjen, Dikdasmen,

Dep-dikbud maupun pihak pelaksana yaitu yayasan atau sekolah lebih condong

untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini dikarenakan pemilih-an bentuk

program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan

luar biasa/anak berbakat tidak hanya tergantung pada individu-individu yang

terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi lingkungan tempat program

akan dilaksanakan. Selain itu, tidak lepas dari pertimbangan ekonomis yaitu

mudah dan murah dalam pelaksanaanya.

Penyelenggaraan program akselerasi berupaya untuk

mengoptimal-kan pengembangan potensi kecerdasan luar biasa atau bakat siswa sehingga

menghasilkan keluaran/output yang unggul. Untuk mencapai keunggulan

tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Herry berpendapat “Faktor-faktor

itu meliputi: masukan atau input, kurikulum, guru, sarana prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar” (1999: 9). Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Masukan atau input

Peserta didik/siswa sebagai masukan harus diseleksi secara ketat

(32)

me-commit to user

nyangkut prestasi akademik, tetapi juga menyangkut tes psikologis, tes

kreativitas, dan tanggungjawab pada tugas.

b. Kurikulum

Kurikulum sengaja dikhususkan dengan memberikan kedalaman

dan keluasan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat.

Kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar

biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan

kurikulum pada umumnya yaitu dengan adanya penambahan unsur-unsur

substansial.

c. Guru

Tenaga kependidikan yaitu guru diupayakan memenuhi kriteria

yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas, memiliki

pe-mahaman tentang karakteristik siswa dengan kemampuan yang luar biasa

serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang

melayani pembelajaran akselerasi.

d. Sarana prasarana

Sarana prasarana disesuaikan dengan sifat siswa yang memang

memiliki tingkat kecerdasan tinggi sehingga dapat menunjang pemenuhan

kebutuhan belajar siswa. Sarana dan prasarana dapat berupa ruang kelas

yang dilengkapi dengan media pembelajaran seperti komputer, LCD, dan

alat peraga.

e. Dana

Segi material sangat penting dalam program akselerasi mengingat

perluasan kegiatan. Ketersediaan dana yang memadai lebih dari sekedar

pelaksanaan program reguler harus diusahakan terpenuhi karena tidak

mungkin tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insetif

lebih. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pemenuhan alat

pen-dukung lainnya. Sumber dana dapat berasal dari pemerintah dan

(33)

commit to user

15

f. Manajemen

Manajemen dalam program akselerasi yang meliputi pengaturan

waktu belajar, mobilisasi tenaga pengajar atau guru, keterkaitan dengan

orang tua, maupun kerjasama dengan instansi luar sekolah harus

di-selenggarakan secara optimal sehingga program akselerasi dapat berjalan

lancar. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material

personal, tetapi juga aspek motivasi psikologik.

g. Lingkungan

Lingkungan belajar baik secara fisik maupun sosial psikologis

yang kondusif sangat diperlukan untuk berkembangnya potensi kecerdasan

dan bakat yang dimiliki siswa. Menjadikan lingkungan keluarga dan

masyarakat sebagai lingkungan belajar yang kompak dengan sekolah perlu

diciptakan oleh semua pihak.

h. Proses belajar mengajar

Pembelajaran bagi siswa cerdas dan berbakat tidak cukup hanya

dengan mengacu pada standar isi maupun standar kompetensi yang sudah

ada saat ini. Proses belajar mengajar pada kelas akselerasi ditandai dengan

adanya proses yang kreatif diikuti dengan pengayaan serta mengundang

tantangan bagi siswa.

3. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat

Siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau

dikategorikan berbakat mempunyai cara belajar dan aktivitas yang berbeda

dengan anak normal lainnya. Program akselerasi sebagai layanan pendidikan

khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa,

dituntut untuk menyediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk

memenuhi perbedaan yang ada. Kurikulum tersebut diformatkan untuk

me-layani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara

(34)

commit to user

akseleratif. Dengan demikian kurikulum berdiferensiasi dirasa sesuai untuk

melayani kebutuhan pembelajaran bagi siswa berbakat.

Munandar berpendapat, “Kurikulum berdiferensiasi yang diper

-untukkan bagi anak berbakat meliputi: konsep dan pokok-pokok kurikulum diferensiasi serta modifikasi kurikulum anak berbakat” (1999: 205). Modi -fikasi kurikulum untuk anak berbakat tersebut terdiri dari:

a. Modifikasi materi kurikulum

Modifikasi kurikulum diperlukan karena anak berbakat memiliki

kemampuan untuk belajar ketrampilan dan konsep yang lebih maju. Dalam

modifikasi materi kurikulum, guru dapat merencanakan dan menyiapkan

materi yang lebih kompleks serta menyiapkan alat yang lebih canggih.

b. Modifikasi proses atau metode pembelajaran

Hal ini menuntut guru untuk melonggarkan pengendalian dalam

kurikulum. Selain itu, kegiatan guru dan siswa harus dapat membuka pintu

pelibatan siswa sehingga dalam proses pembelajaran tidak hanya ter-pusat

pada guru, namun siswa juga harus dilibatkan agar mereka lebih

ber-tanggungjawab dalam belajarnya.

c. Modifikasi produk belajar

Siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk

memahami dan menyelesaikan berbagai masalah serta menunjukkan

kreativitas dalam merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman

belajarnya. Sementara itu, guru akan menghadapi tantangan menemukan

saluran untuk produk-produk siswa karena diharapkan setiap tahun ajaran

dapat menghasilkan karya yang lebih baik.

d. Memilih modifikasi yang sesuai

Dalam melakukan modifikasi materi, proses, dan produk di dalam

kelas guru dituntut untuk melakukan persiapan yang matang agar dapat

berhasil. Guru yang bijak akan memulainya dengan skala yang konservatif

dan menanjak ke perubahan-perubahan setelah siswa dan guru terbiasa

(35)

commit to user

17

pedoman untuk memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang

lama ke yang baru yaitu:

1) Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa yang minat dan kemampuannya setara.

2) Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak di-selenggarakan dan modifikasi yang dapat dipergunakan untuk masing-masing program.

3) Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling di-kuasai oleh siswa barulah kemudian diperluas dengan bidang-bidang yang lain.

4) Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada di dalam kelas, orang-orang yang dapat membantu.

5) Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan untuk berkembang. (Munandar, 1999: 213)

e. Modifikasi lingkungan belajar

Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh

ling-kungan belajar yang aman dan kondusif serta diperlukan lingling-kungan yang

berpusat pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Parke (1989)

bahwa ciri-ciri lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, yaitu:

1) Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum. 2) Pola duduk yang memudahkan belajar.

3) Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas. 4) Rencana belajar yang diindividualkan.

5) Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin. (Munandar, 2004: 146)

Menurut Sisk (1987) bahwa asas-asas kurikulum berdifensiasi adalah

se-bagai berikut:

a. Memadukan berbagai disiplin ilmu dalam bidang studi.

b. memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan dan saling memperkuat dalam suatu bidang studi.

c. Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi.

d. Mengembangkan ketrampilan belajaryang mandiri atau diarahkan pada diri sendiri.

e. Mengembangkan ketrampilan yang berfikir lebih, produktif, kompleks dan abstrak.

f. Memusatkan tugas-tugas yang berakhir terbuka.

(36)

commit to user

h. Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru. (Munandar, 2004: 139)

4. Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Pengertian Akselerasi

Akselerasi dapat memiliki arti yang beraneka ragam, salah

satu-nya sesuai dengan simpulan Pnessey (1949) bahwa “Akselerasi artinya

sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada

waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang

konvensional” (Hawadi, 2004: 31). Sementara itu, sesuai dengan simpulan

Latifah bahwa “Program akselerasi adalah program siswa cepat sebagai

sarana layanan kepada siswa yang memiliki kemampuan atau bakat yang

menonjol se-hingga dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari

program regular” (Hawadi, 2004: 118).

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa

program akselerasi adalah program percepatan belajar bagi anak-anak

yang memiliki potensi dan kecerdasan luar biasa dimana masa

pen-didikannya dapat ditempuh lebih cepat dari anak-anak normal.

b. Tujuan Program Akselerasi

Program akselerasi tentunya memiliki tujuan tersendiri, hal

ter-sebut sesuai dengan simpulan Latifah bahwa tujuan penyelenggaraan

program akselerasi adalah sebagai berikut:

1) Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik untuk mewujudkan bakat dan kemampuanny secara optimal. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program

pendidikan di SLTP/SMU lebih cepat yaitu dalam waktu dua tahun.

3) Mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara lebih komprehensif dan optimal.

(37)

commit to user

19

c. Manfaat Akselerasi

Adanya program akselerasi dapat memberi manfaat terutama bagi

siswa. Hal tersebut sesuai simpulan Southern dan Jones (1991) bahwa “Manfaat pelaksanaan program akselerasi bagi siswa berbakat adalah meningkatkan efisiensi, meningkatkan efektifitas, meningkatkan

peng-hargaan, meningkatkan waktu untuk karier, membuka siswa pada kelompok barunya, dan ekonomis” (Hawadi, 2004: 7).

Dari manfaat pelaksanaan program akselerasi tersebut dapat dijelaskan

se-bagai berikut:

1) Meningkatkan efisiensi

Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai

kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih

efisien.

2) Meningkatkan efektifitas

Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan

menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya merupakan siswa

yang paling efektif.

3) Meningkatkan penghargaan

Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya

memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.

4) Meningkatkan waktu untuk karier

Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas

siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.

5) Membuka siswa pada kelompok barunya

Siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang

me-miliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.

6) Ekonomis

Dengan mengikuti program akselerasi, siswa dapat menghemat waktu

(38)

commit to user d. Kelemahan Program Akselerasi

Penyelenggaraan program akselerasi tidak hanya memiliki

ke-lebihan, tetapi juga terdapat kelemahan. Hal tersebut sesuai dengan

sim-pulan Southern dan Jones (1991) bahwa “Ada empat hal yang berpotensi

negatif dalam proses akselerasi bagi anak berbakat yaitu bidang akademik,

segi penyesuaian sosial, aktivitas ekstrakurikuler, penyesuaian emosional”

(Hawadi, 2004: 8).

Empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi dapat

di-jelaskan sebagai berikut:

1) Bidang akademik, meliputi:

(a) Bahan ajar yang terlalu tinggi bagi siswa akselerasi sehingga akan

membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal di belakang

ke-lompok teman barunya.

(b) Kemampuan yang dimiliki bersifat sementara.

(c) Proses akselerasi menyebabkan siswa terikat pada keputusan

karier lebih dini.

(d) Pengalaman-pengalaman yang seharusnya dialami oleh anak

se-usianya mungkin tidak akan dialami oleh siswa akselerasi.

2) Segi penyesuaian sosial, meliputi:

(a) Kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan teman sebayanya.

(b) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia se-

benarnya.

(c) Hilangnya kesempatan mengenal ketrampilan kepemimpinan yang

dibutuhkan dalam pengembangan karier dan sosialnya.

3) Aktivitas ekstrakurikuler, meliputi:

(a) Berkurangnya kesempatan bagi siswa akselerasi untuk mengikuti

kegiatan ekstrakurikuler.

(b) Siswa akselerasi tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan di luar

pelajaran karena mereka dibatasi dengan masa studi yang lebih

(39)

commit to user

21

4) Penyesuaian emosional, meliputi:

(a) Frustasi karena tekanan dan tuntutan berprestasi yang dapat

mengakibatkan anak menjadi underachiever.

(b) Kurang mampu menyesuaikan diri dalam karier karena

me-nempati karier yang tidak tepat atau tidak mampu bekerja secara

efektif dengan orang lain.

(c) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.

(d) Sedikitnya kesempatan dalam proses bersosialisasi, maka mereka

akan cenderung merasa terisolasi.

e. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Akselerasi di Indonesia

Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa yang memiliki

potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa di Indonesia menggunakan

landasan hukum antara lain sebagai berikut:

1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional:

(a) Pasal 5 ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. (b) Pasal 32 ayat 1, “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi

peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti

proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,

sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.

2) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52 yang berbunyi “Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus”.

3) PP No.72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.

4) Permendiknas No. 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik

yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa.

Hawadi berpendapat “Dasar hukum penyelenggaraan program

(40)

commit to user

tentang Sistem Pendidikan Nasional” (2004: 120). Dasar hukum tersebut antara lain:

1) Pasal 8 ayat 2, “Bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”.

2) Pasal 24, “Bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan

mempunyai hak-hak sebagai berikut:

a) Ayat 1, “Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat minat dan ke -mampuannya”.

b) Ayat 2, “Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas

dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan

ke-mampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan”.

c) Ayat 6, “Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan”.

3) Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1998, “Bahwa sasaran

bi-dang pembangunan ketujuh adalah memberi perhatian dan pelayanan

khusus bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan dan

ke-cerdasan luar biasa agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya”.

f. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi

Depdikbud berpendapat “Prinsip manajemen yang digunakan dalam pengelolaan layanan pendidikan khusus bagi peserta didik cerdas istimewa/berbakat istimewa adalah manajemen berbasis sekolah”. (Pe -doman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 71). Pengelolaan

program akselerasi di sekolah reguler harus memiliki manajer/pengelola

program tersendiri dan tidak boleh dirangkap oleh kepala sekolah.

Sementara itu, Hawadi berpendapat “Manajemen penyelenggaraan prog

(41)

commit to user

23

1) Rekrutmen siswa

Proses rekrutmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang

memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dilaksanakan melalui

dua tahap, yaitu:

a) Tahap 1

Tahap ini dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi

Penerimaan Siswa Baru (PSB). Kriteria lolos pada tahap 1

didasarkan atas criteria tertentu yang berdasar pada skor:

(1) Nilai rapor kelas 4, 5, dan 6.

(2) Nilai Ebtanas Murni (NEM).

(3) Skor tes seleksi akademis.

(4) Skor tes psikologis yang diperoleh melalui tiga jenis

pe-meriksaan yaitu inteligensi/kecerdasan, kreativitas, dan

ke-terikatan pada tugas serta bebas dari gangguan emosional.

b) Tahap 2

Tahap ini dilakukan melalui proses penyaringan dengan

dua strategi, yaitu:

(1) Strategi informasi data subjektif, yaitu informasi diperoleh dari

proses pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi dapat

di-peroleh melalui nominasi pleh guru, nomonasi oleh orang tua,

nominasi oleh teman sebaya, dan dari diri sendiri.

(2) Strategi informasi data objektif, yaitu informasi diperoleh

melalui alat-alat tes lebih lengkap, seperti Tes Inteligensi

Kolektif Indonesia (TIKI).

2) Kegiatan pembelajaran

(a) Guru

Guru yang mengajar program akselerasi adalah guru-guru

yang biasanya mengajar di program reguler. Hanya saja

sebelum-nya mereka telah dipersiapkan dalam suatu lokakarya dan

work-shop sehingga memiliki pemahaman tentang perlunya layanan

(42)

commit to user (b) Kurikulum

Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak

berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program

reguler. Perbedaannya hanya terletak pada penyusunan kembali

struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih

singkat. Pada tahun pertama siswa akan mempelajari seluruh

materi kelas 1 dan sebagian materi kelas 2. Di tahun kedua, mereka

akan mempelajari materi kelas 2 yang tersisa dan seluruh materi

kelas 3.

(c) Strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran untuk siswa berbakat intelektual

ber-beda dengan siswa reguler. Pembelajaran untuk program akselerasi

harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih

se-suai dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa

kelas reguler serta menekankan perkembangan kreatif dan proses

berfikir tinggi.

(d) Evaluasi belajar dan laporan hasil belajar

Perbedaan evaluasi belajar antara program akselerasi

dengan reguler terletak pada jadwal tes karena siswa program

akselerasi mengacu pada kalender yang dibuat khusus untuk

mereka. Program ini memungkinkan guru untuk memodifikasi

proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas.

g. Layanan Bimbingan dalam Program Akselerasi

Hawadi berpendapat “Pelayanan bimbingan konseling sangat di

-perlukan agar potensi keterbakatan tinggi yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan tersalur secara optimal” (2004: 127). Layanan bim-bingan konseling untuk program akselerasi dapat meliputi bidang-bidang

berikut:

(43)

commit to user

25

Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat mencapai prestasi

yang optimal dalam belajar sesuai dengan bakat dan kemampuannya.

Upaya yang dapat dilakukan adalah:

a) Memonitor hasil ulangan harian.

b) Memanggil siswa atau orang tua yang berkaitan dengan prestasi

akademis siswa apabila di bawah target.

c) Memotivasi kedisiplinan dalam belajar.

2) Bimbingan kepribadian

Bimbingan ini diarahkan agar siswa dapat mengembangkan

konsep diri dan dapat memahami dirinya dan lingkungannya dengan

baik. Selain itu, agar mampu mewujudkan dirinya dalam hubungan

yang serasi dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan lingkungan

se-kitarnya.

3) Bimbingan karier

Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat membuat pilihan

yang tepat dalam merencanakan kariernya.

h. Sistem Evaluasi Program Akselerasi

Evaluasi yang dilaksanakan pada program akselerasi pada

dasar-nya sama dengan yang dilaksanakan pada program reguler yaitu untuk

mengukur daya serap siswa atau ketercapaian materi. Perbedaannya hanya

terletak pada jadwal tes karena evaluasi pada program akselerasi mengacu

pada kalender pendidikan yang dibuat khusus. Adapun sistem evaluasi

yang ada di program akselerasi yaitu sebagai berikut:

1) Ulangan harian

Dalam satu semester setiap guru minimal memberikan ulangan harian

sebanyak tiga kali. Bentuk soal disarankan dalam bentuk uraian.

2) Ulangan umum

Ulangan umum pada siswa akseleasi diberikan lebih cepat

dibanding-kan siswa reguler karena disesuaidibanding-kan dengan kalender pendididibanding-kan

(44)

aksel-commit to user

erasi dengan siswa reguler bisa dilakukan antara lain dengan

me-nyertakan siswa akselerasi dalam ulangan umum bersama dengan

siswa reguler.

3) Ujian Akhir Nasional (UAN)

Ujian Akhir Nasional (UAN) akan diikuti siswa akselerasi pada tahun

kedua, bersamaan dengan pelaksanaan UAN siswa reguler. Laporan

hasil pendidikan atau rapor siswa akselerasi juga mempunyai format

yang sama dengan rapor siswa reguler.

5. Hasil Belajar Siswa

Slameto berpendapat, “Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan

angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu

yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah menunjukkan keberhasil-an guru dalam menyampaikkeberhasil-an materi pelajarkeberhasil-an dalam proses pembelajarkeberhasil-an” (2003: 54). Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar

siswa antara lain:

a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa, meliputi faktor

psikologis, faktor jasmaniah, dan faktor kesiapan.

b. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi faktor

keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.

Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria

ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata

pe-lajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni

untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid,

misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang

(45)

commit to user

27

proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pe-ngetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya” ( 2000: 25).

6. Penelitian yang Relevan

a. Prihatin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Penyelenggaraan

Program Akselerasi Tahun Ajaran 2005/2006 (Studi Kasus di SMP Negeri

1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa penyelenggaraan program

akse-lerasi sudah baik karena sasaran belajar di sekolah tersebut sudah sesuai

dengan tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi, kurikulum yang

di-gunakan masih belum dimodifikasi. Siswa merasa cukup puas terhadap

penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar.

b. Retno Sunarsih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas

Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi

Kasus di SMA Negeri 1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa

pe-nyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut meliputi tiga tahap

yaitu persiapan, proses, dan evaluasi. Apabila ditinjau dari aspek

ke-mampuan untuk mencapai tujuan program, memelihara kegiatan

operasi-onal sehari-hari, dan menyesuaikan terhadap perubahan maka

nyelenggaraan program akselerasi sudah efektif. Namun, dalam

pe-nyelenggaraannya masih menemui hambatan diantaranya biaya yang

cukup besar, sarana dan prasarana yang kurang lengkap serta siswa

ke-kurangan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya.

c. Yusuf (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Efektivitas

Program Akselerasi di SMU Surakarta, menyimpulkan bahwa secara

umum manajemen penyelenggaraan program akselerasi termasuk kategori

baik hampir semua komponen dari input, proses dan output telah

me-madai. Apabila dilihat dari sisi proses rekruitmen masih menunjukkan

perlunya perbaikan dan penyempurnaan karena siswa yang terjaring belum

semuanya memiliki standar minimal yang dipersyaratkan.

(46)

commit to user

siswa serta motivasi berprestasi siswa akselerasi lebih tinggi daripada

siswa reguler.

Beberapa hasil penelitian diatas pada dasarnya memiliki

per-samaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai

pe-nyelenggaraan program akselerasi di sekolah tingkat menengah, kendala/

hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan serta upaya untuk

me-ngatasi hambatan tersebut. Sementara itu, selain persamaan terdapat pula

perbedaannya yaitu dalam penelitian ini membahas mengenai hasil belajar

siswa program akselerasi sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan

dengan hasil belajar siswa reguler. Dalam penelitian ini, penyelenggaraan

program akselerasi dilihat dari beberapa komponen yang meliputi

kuri-kulum, tenaga pendidik (guru), sarana dan prasarana, dana, manajemen

serta lingkungan.

B. Kerangka Berfikir

Setiap anak memiliki kemampuan dan inteligensi yang berbeda-beda.

Untuk itu, diperlukan adanya perhatian khusus kepada anak yang memliki

kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau berbakat. Perhatian khusus tersebut

perlu diupayakan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal.

Pe-ngembangan potensi siswa berbakat memerlukan strategi yang terarah dan

sis-tematis. Namun, strategi pendidikan yang ditempuh selama ini umumnya bersifat

massal yaitu memberikan perlakuan rata-rata kepada semua siswa sehingga

kurang memperhatikan perbedaan antar siswa. Strategi tersebut kurang mampu

menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi siswa karena setiap

anak memiliki perbedaan kemampuan dan kecerdasan.

Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa

diperlukan program pendidikan khusus agar mereka dapat mengembangkan

potensi dan kreativitas yang dimiliki. Program tersebut berupa program akselerasi

atau percepatan belajar. Dalam penyelenggaraannya, diperlukan

komponen-komponen yang menunjang proses belajar mengajar yang meliputi kurikulum,

(47)

commit to user

29

Tanpa adanya komponen-komponen tersebut proses belajar mengajar tidak akan

berjalan dengan baik. Kurikulum yang digunakan bagi siswa yang memiliki

ke-mampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat adalah kurikulum berdiferensiasi

yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai

dengan kecepatan belajar siswa. Kurikulum tersebut dapat diimplementasikan

melalui program akselerasi sehingga pendidikan dapat ditempuh dalam waktu

yang lebih cepat dan tentunya siswa mampu mencapai prestasi yang memuaskan.

Penyelenggaraan program akselerasi diharapkan dapat menjadi suatu

wadah bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat

agar dapat mengembangkan potensinya. Namun, dalam penyelenggaraannya

tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik karena adanya hal-hal yang menjadi

kendala/hambatan. Pihak sekolah harus dapat mencari solusi untuk mengatasi

kendala/hambatan yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi.

Pe-nyelenggaraan program akselerasi juga diharapkan dapat menghasilkan siswa

yang memiliki prestasi tinggi sehingga ada perbedaan antara nilai-nilai siswa

akselerasi dengan siswa reguler.

Dari uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat

digambarkan sebagai berikut:

(48)
(49)

commit to user

30 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

Kartono berpendapat “Metodologi merupakan suatu usaha untuk me

-nemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu

peristiwa atau pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah” (1990: 28).

Metodologi diperlukan untuk mendapat kebenaran dari suatu penelitian.

Metodologi perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan penelitian kegiatan

dilakukan. Hal ini karena ketepatan dalam menentukan metodologi akan

meng-antarkan penelitian ke arah tujuan yang diinginkan, yaitu hasil yang dapat

diper-tanggungjawabkan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tempat dan

waktu penelititan, pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik sampling,

pengumpulan data, uji validitas data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Berdasarkan masalah yang ada, penelitian ini dilakukan di SMP

Negeri 9 Surakarta. Alasan mengapa memilih di SMP Negeri 9 Surakarta

karena sekolah tersebut sudah lama melaksanakan program akselerasi

se-hingga memungkinkan memiliki data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain

itu, belum ada penelitian sejenis yang dilakukan di sekolah tersebut.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan terhitung mulai dari

pengajuan masalah sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian,

(50)

commit to user

Jadwal Waktu Penelitian

Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian

Tahun 2012

Feb Maret April Mei Juni Juli

1. Persiapan penelitian

- Pengajuan masalah

- Penyusunan proposal

- Ijin penelitian

2. Pelaksanaan penelitian

- Pengumpulan data

- Analisis data

3. Penyusunan laporan

B. Pendekatan dan Jenis Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Untuk mengkaji permasalahan penelitian diperlukan suatu bentuk

pendekatan penelitian yang tepat. Ada tiga bentuk pendekatan yang dapat

digunakan dalam penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi antar

keduanya. Sutopo berpendapat “Penelitian kualitatif mempunyai tiga

tingkat-an penelititingkat-an yaitu meliputi penelititingkat-an eksploratif, deskriptif, dtingkat-an ekspltingkat-anatif”

(2002: 110).

Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka

penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Hal

tersebut sesuai dengan simpulan Bogdan dan Taylor (1975) bahwa “Metode

deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku

yang diamati” (Moleong, 2007: 4). Sementara itu, Nasir berpendapat “Metode

deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok

Gambar

Gambar Halaman
Tabel
Gambar  2.1 Kerangka Pemikiran
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENERAPAN METODE COOPERATIVE INTEGRATED READING AND COMPOSITION UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA PEMAHAMAN SISWA KELAS IV SEKOLAH DASAR Universitas Pendidikan

Posisi pergerakan pahat pada pergeseran posisi 2 dengan titik reference berada pada tangan kanan atas, yang mana waktu pemesinan dicapai adalah 37 menit 53,19 detik.

Seiring dengan perubahan peraturan pertandingan, robot yang digunakan sebagai pernyerang berjumlah lebih dari satu sehingga dibutuhkan komunikasi antar robot agar tidak

Mereka mengakui bahwa banyak keuntungan yang mereka dapat dari menulis dialogue journals seperti mereka dapat menyampaikan pendapat atau saran dengan lebih mudah, mereka mendapatkan

[r]

Telah dilakukan penelitian yang berjudul Pemanfaatan Ekstrak Daun, Biji, dan Daging Buah Cabai Rawit ( Capsicum frutescen ) sebagai Insektisida Nabati untuk Membasmi Larva

Angkutan publik yang ada di kota Yogyakarta yang sudah terlalu jenuh, disisi lain kondisi fisik kendaraan yang tidak lagi memadai serta faktor keamanan yang kurang terjaga

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa pada siklus I pembelajaran dengan menggunakan media gambar berseri dapat meningkatkan