commit to user i
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
SKRIPSI
Oleh:
FEBRIANA IKA RATNASARI K7408215
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user iii
STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012
Oleh:
FEBRIANA IKA RATNASARI K7408215
Skripsi
Diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi, Program Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user vii ABSTRAK
Febriana Ika Ratnasari. STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012. (2) Mengetahui hambatan-hambatan/kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi. (3) Mengetahui upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatasi hambatan. (4) Mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa akselerasi dengan siswa reguler tahun ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan untuk mengumpulkan data dan memperoleh informasi dari sumber data. Sumber data berasal dari nara sumber/informan, aktivitas, tempat, dokumen/arsip. Teknik cuplikan yang digunakan adalah teknik purposive sampling. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi langsung, wawancara mendalam, pencatatan dokumen. Validitas data menggunakan teknik trianggulasi sumber. Analisis data yang digunakan adalah model analisis interaktif. Prosedur penelitian dimulai dari tahap pralapangan, tahap kegiatan lapangan, tahap analisis data, tahap penulisan laporan.
Hasil penelitian ini menyimpulkan (1) Penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta khususnya tahun ajaran 2011/2012 sudah berjalan cukup baik yaitu meliputi tahap persiapan, tahap pelaksanaan, dan tahap evaluasi/penilaian. (2) Hambatan-hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi yaitu jumlah sarana dan prasarana, waktu pembelajaran yang singkat, jumlah dana yang terbatas, siswa merasa mudah jenuh, siswa sulit berkonsentrasi, terkadang ada materi yang tidak dapat dipahami karena guru terlalu cepat menerangkan, banyaknya tugas yang diberikan menuntut siswa harus terus belajar. (3) Upaya-upaya yang dilakukan sekolah diantaranya pihak sekolah mengatur jadwal pelajaran, pihak sekolah akan mengajukan proposal kepada Dinas Kota Surakarta untuk memperoleh dana, guru berusaha menyampaikan materi dengan berbagai metode, guru juga dapat mengatur waktu untuk setiap kompetensi dasar dalam setiap bab sehingga tidak tergesa-gesa dalam menyampaikan materi karena sudah terjadwal. (4) Hasil belajar yang diperoleh siswa akselerasi terutama pada tahun ajaran 2011/2012 sudah cukup baik daripada hasil belajar siswa reguler. Nilai-nilai siswa akselerasi lebih unggul ketika ulangan harian maupun ulangan umum karena nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) lebih tinggi daripada siswa reguler, tetapi pada saat Ujian Nasional (UAN) justru siswa reguler yang memperoleh nilai tertinggi.
commit to user viii ABSTRACT
Febriana Ika Ratnasari. A STUDY ON ACCELERATION PROGRAM IMPLEMENTATION IN SMP NEGERI 9 SURAKARTA IN THE SCHOOL YEAR OF 2011/2012. Thesis, Teacher Training and Education Faculty of Surakarta Sebelas Maret University. July 2012.
The objectives of research are (1) To find out the acceleration program implementation in SMP Negeri 9 Surakarta in the school year of 2011/2012. (2) To find out the obstacles encountered in the acceleration program implementation. (3) To find out the measures taken to deal with such the obstacles. (4) To find out the difference in learning achievement between acceleration students with regular students in the school year of 2011/2012.
This study employed a descriptive qualitative approach. The research was conducted to collect data and to obtain information from the data source. The data source derived from informant, activity, place, and document/archive. The sampling technique used was purposive sampling technique. The techniques of collecting data used were direct observation, in depth interview, and documentation. The data validation was done using source triangulation technique. The data analysis was done using an interactive model of analysis. The procedure begins study of post-pre field phase, fieldwork phase, the stage of analysis and report writing stage.
From the result of research, it could be concluded that (1) The implementation of acceleration program in SMP Negeri 9 Surakarta particularly in the school year of 2011/2012 involved preparation, implementation, and evaluation/assessment stages. (2) The obstacles encountered in the implementation of acceleration program included: inadequate infrastructure, short learning time, limited fund amount, easily saturated students, difficultly concentrating students, sometimes there was elusive material because the teacher explained too quickly, and so many assignments given required the students to learn continuously. (3) The measures taken by the school included the school scheduled the learning, the school submitted the fund requesting proposal to the Surakarta City’s Education Service, the teachers attempted to deliver material by using a variety of methods, the teachers could also schedule the time for each basic competency in each chapter so that they would not deliver material in hurry because it had been scheduled. (4) The learning achievement the acceleration students achieved particularly in the school year of 2011/2012 had been sufficiently good than learning achievement of regular students. Acceleration values are students when daily test or exam because the Minimum Passing Criteria (KKM) value is higher than regular students, but national final exam or UAN at exactly regular student who got highest score.
commit to user ix MOTTO
Jangan pernah merasa takut selama masih berada dalam jalan yang benar.
(Penulis)
Jangan pernah menganggap remeh akan suatu hal karena sesuatu yang dianggap
remeh bisa jadi suatu saat dapat menjadi bumerang bagi diri sendiri.
(Penulis)
Semua orang tidak perlu menjadi malu karena pernah berbuat kesalahan, selama
ia menjadi lebih bijaksana daripada sebelumnya.
(Alexander Pope)
Hiduplah seperti pohon kayu yang lebat buahnya, hidup di tepi jalan dan
dilempari orang dengan batu, tetapi dibalas dengan buah.
commit to user x
PERSEMBAHAN
Atas rahmat dan karunia Allah SWT, skripsi ini
peneliti persembahkan untuk:
Ibu dan Bapak yang selama ini telah
mencurahkan kasih sayang.
Adik-adikku (Sasa, Prabu, Nimas) yang telah
menghiasi hari-hariku.
Pakdhe dan budhe beserta keluarga besar
yang memberikan motivasi.
Sahabat-sahabatku Kafe Robelin (Febri,
Rovi, Bety, Herlin) yang telah memberikan
keceriaan, motivasi serta bantuan dalam
menyusun skripsi.
Sahabat-sahabatku SMA (Triyanti, Wahid,
Ambar).
commit to user xi
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah Yang Maha Pengasih dan Penyayang. Atas
kehendak-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “STUDI TENTANG PENYELENGGARAAN PROGRAM AKSELERASI DI SMP
NEGERI 9 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012”.
Skripsi ini disusun untuk memenuhi sebagian dari persyaratan untuk
mendapatkan gelar Sarjana pada Bidang Keahlian Khusus Akuntansi, Program
Studi Pendidikan Ekonomi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial,
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Penulis menyadari bahwa terselesaikannya skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis
menyampaikan terimakasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd, selaku Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Bapak Drs. Saiful Bachri, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan Sosial.
3. Bapak Drs. Wahyu Adi, M.Pd selaku Ketua Bidang Keahlian Khusus
Akuntansi yang telah memberikan ijin untuk melaksanakan penelitian.
4. Ibu DR. Susilaningsih, M.Bus, selaku pembimbing I yang selalu memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
5. Bapak Muhtar, S.Pd, M.Si, selaku pembimbing II yang telah memberikan
pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini.
6. Para dosen di Pendidikan Akuntansi yang telah memberikan pengetahuan dan
bimbingan.
7. Ibu Endang Mangularsih, S.Pd, M.M, M.Pd selaku Kepala SMP Negeri 9
Surakarta yang telah memberi kesempatan dan tempat guna pengambilan data
dalam penelitian ini.
8. Ibu Dra. Danarti selaku Manajer Program Akselerasi SMP Negeri 9 Surakarta
commit to user xii
9. Para guru dan siswa SMP Negeri 9 Surakarta yang telah bersedia untuk
berpartisipasi dalam pelaksanaan penelitian ini.
10. Bapak dan Ibu yang telah mencurahkan kasih sayangnya untuk mendampingi,
memberikan motivasi, dan bantuan selama penyusunan skripsi.
11. Sahabat-sahabatku “Kafe Robelin” (Febri, Rovi, Bety, Herlin) yang selalu
menghiasi hari-hari dengan keceriaan, memberikan motivasi serta bantuan
dalam penyusunan skripsi.
12. Teman-teman akuntansi angkatan 2008 khususnya kelas B dan semua pihak
yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan
karena keterbatasan penulis. Meskipun demikian, penulis berharap skripsi ini
commit to user
A. Latar belakang masalah ...
B. Perumusan masalah ...
C. Tujuan penelitian ...
D. Manfaat penelitian ...
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori dan Hasil Penelitian yang Relevan...
1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan ...
commit to user
A. Tempat dan Waktu Penelitian ...
B. Bentuk dan Strategi Penelitian ...
C. Data dan Sumber Data ...
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Lokasi/Objek Penelitian ...
1. Sejarah SMP Negeri 9 Surakarta ...
2. Visi, Misi, dan Tujuan SMP Negeri 9 Surakarta ...
3. Kondisi Lingkungan SMP Negeri 9 Surakarta...
4. Struktur Organisasi Sekolah ...
B. Deskripsi Temuan Penelitian ...
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi ...
2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi...
3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ...
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan
Siswa Reguler ...
C. Pembahasan ...
1. Penyelenggaraan Program Akselerasi...
2. Hambatan-Hambatan Penyelenggaraan Akselerasi ...
commit to user xv
3. Upaya-Upaya Mengatasi Hambatan ...
4. Perbedaan Hasil Belajar antara Siswa Akselerasi dengan
Siswa Reguler ...
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Kesimpulan ...
B. Implikasi ...
C. Saran ...
DAFTAR PUSTAKA ...
LAMPIRAN ...
71
72
74
77
79
80
commit to user xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1 Kerangka Pemikiran ...
3.1 Skema Model Analisis Interaktif ...
3.2 Prosedur Penelitian ...
4.1 Struktur Organisasi Sekolah ...
29
38
40
commit to user xvii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 31
4.1 Data Ruang Belajar Lainnya di SMP Negeri 9 Surakarta ... 42
commit to user xviii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Pedoman Wawancara ...
2. Catatan Lapangan ...
3. Surat Keputusan Penetapan Sekolah Penyelenggara Akselerasi ...
4. Struktur Organisasi Sekolah ...
5. Daftar Nama Guru Akselerasi ...
6. Daftar Nama Siswa Akselerasi ...
7. Program Pembinaan Karakter Siswa ...
8. Agenda Kegiatan Program Akselerasi ...
9. Dokumentasi Penelitian ...
10. Surat Ijin Penelitian ...
82
89
109
114
117
119
121
130
132
commit to user 1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Seiring dengan perkembangan jaman, ilmu pengetahuan dan teknologi
juga mengalami perkembangan secara pesat di seluruh bidang kehidupan manusia.
Dalam bidang teknologi informasi, penguasaan teknologi informasi menjadi
sangat penting bagi keberadaan suatu negara. Salah satu aspek yang penting dan
berpengaruh dalam penguasaan teknologi informasi yaitu sumber daya manusia
(SDM). SDM yang dibutuhkan dalam penguasaan teknologi informasi adalah
SDM yang mampu bersaing secara internasional. Untuk itu, pendidikan menjadi
tumpuan bagi peningkatan kualitas SDM di Indonesia dalam menghadapi era
globalisasi. Hak mendapatkan pendidikan sudah tertuang dalam UUD 1945 pasal
31 yang menyebutkan bahwa “Setiap warga negara berhak mendapatkan
pen-didikan”. Hal itu berarti setiap individu berhak mendapatkan layanan pendidikan
tanpa memandang latar belakang maupun kondisi yang ada pada mereka.
Meskipun demikian pendidikan bukan hanya mentransfer ilmu dari pengajar ke
peserta didik tetapi pendidikan akan dapat mengantarkan peserta didik menjadi
pribadi yang unggul dan mampu menghadapi kehidupan dimasa yang akan
datang. Supriyanto berpendapat, “Pada dasarnya tujuan pendidikan menengah
yaitu meningkatkan pengetahuan siswa untuk melanjutkan pendidikan pada
jenjang yang lebih tinggi serta agar dapat mengembangkan diri sejalan dengan
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi” (2003: 100).
Keberhasilan dalam bidang pendidikan ditentukan oleh banyak faktor.
Salah satunya yaitu faktor inteligensi, Purwanto berpendapat, “Inteligensi ialah
kemampuan yang dibawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat
se-suatu dengan cara tertentu” (2002:55-56). Perbedaan faktor inteligensi disebabkan
oleh faktor pembawaan, kematangan, pembentukan sehingga mereka berhak
commit to user
usia, dan tingkat inteligensinya. Sampai saat ini acuan umum yang digunakan
untuk menentukan apakah seorang anak bisa dikategorikan sebagai anak yang
memiliki bakat istimewa atau biasa saja adalah mengunakan ukuran skor IQ.
Dalam pandangan umum, anak dikatakan memiliki bakat istimewa adalah mereka
yang dalam dirinya memiliki tiga hal utama yaitu IQ (cukup skor 125-130),
memliki CQ (creativity quotient dalam kadar yang cukup, tidak harus tertingi),
dan memiliki TC (task commitment atau kelekatan terhadap tugas) dalam rentang
nilai baik. Jadi anak-anak berbakat istimewa adalah mereka yang memiliki tiga
hal yakni kecerdasan umum, kreativitas, dan kelekatan terhadap tugas menjadi
satu kesatuan kepribadian.
Setiap anak memang memiliki tingkat kecerdasan yang berbeda-beda
yaitu anak dengan kecerdasan di bawah rata-rata, kecerdasan rata-rata, dan
ke-cerdasan di atas rata-rata serta memiliki bakat istimewa. Anak dengan
kecerdasaan di bawah rata-rata memiliki kecepatan belajar di bawah kecepatan
belajar anak-anak pada umumnya. Anak yang berada di atas rata-rata memiliki
kecepatan belajar di atas kecepatan belajar anak-anak lainnya. Anak-anak yang
memiliki kecerdasan dan bakat istimewa itu membutuhkan layanan yang memang
berbeda dengan anak-anak pada umumnya karena dalam potensi yang serba
unggul tersebut terkadang adanya kebutuhan belajar yang unggul pula. Siswa
yang merasa luar biasa (cerdas) tidak dirugikan oleh keterlambatan belajar siswa
biasa. Sering dikeluhkan banyak guru, anak-anak cerdas di kelas heterogen
cenderung merasa cepat bosan, terkesan santai, tampak kurang memperhatikan
pelajaran dan akibatnya cenderung mengganggu teman lainnya. Oleh karena itu,
anak-anak cerdas ini perlu mendapat layanan khusus di kelas yang terpisah dari
kelas anak biasa. Dengan begitu, pengelolaan kelasnya menjadi lebih mudah.
Menurut Martison dalam Munandar (1992: 30) bahwa “Anak-anak
ber-bakat memiliki ciri-ciri yang unik dan khas yakni cepat menyelesaikan masalah,
membaca pada usia muda, membaca lebih cepat dan lebih banyak, memiliki
per-bendaharaan kata yang luas, mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai
commit to user
3
mencoba hal-hal baru”. Hal inilah yang menjadi keunggulan dan keistimewaan
anak berbakat yang harus dikembangkan melalui pendidikan yang sesuai.
Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2003 pasal 5 ayat 4 tentang
sistem pendidikan nasional, “Bahwa warga negara yang memiliki kecerdasan dan
bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. Dari undang-undang
tersebut maka pemerintah berupaya menyelenggarakan suatu program pelayanan
pendidikan bagi peserta didik yang memiliki potensi cerdas istimewa dan atau
berbakat istimewa yaitu program khusus yang dikembangkan untuk
memungkin-kan siswa dapat mengikuti pelajaran sesuai dengan irama kecepatan belajarnya
yang dirancang lebih cepat dari waktu belajar siswa yang normal. Pelayanan
pendidikan tersebut yaitu berupa program akselerasi. Menurut Latifa dalam
Hawadi (2004: 118) bahwa “Program akselerasi adalah program layanan belajar
yang diperuntukkan bagi mereka yang memiliki kemampuan tinggi supaya dapat
menyelesaikan studinya sesuai kecepatan dan kemampuannya”. Dalam program
ini, pendidikan dapat ditempuh dalam waktu lebih singkat daripada program
regular, misalnya pada tingkat SD yang seharusnya ditempuh dalam waktu 6
tahun dapat dipercepat menjadi 5 tahun, tingkat SMP dan SMA yang seharusnya
ditempuh dalam 3 tahun dipercepat menjadi 2 tahun. Namun, program akselerasi
tidak semata-mata memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah,
tetapi sekaligus memperoleh eskalasi atau pengayaan materi dengan penyedian
kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat perluasan/pendalaman.
Bentuk layanan program akselerasi yang diberikan antara lain dapat berupa
kegiatan penelitian, pengikutsertaan alam, berbagai lomba di bidang akademik
Penyelenggaraan program akselerasi perlu dilakukan sebagai upaya dari
pemerintah untuk menyiapkan generasi penerus yang berkualitas dalam segala
bidang sehingga dapat bersaing di era globalisasi. Program akselerasi sebenarnya
memiliki keuntungan karena dengan proses yang cepat akan menghasilkan
se-jumlah lulusan yang memadai dan nantinya akan bermanfaat dalam masyarakat.
Bagi siswa yang mempunyai kemampuan dan kecerdasan luar biasa proses yang
dipercepat bukanlah beban karena proses cepat itulah yang sesuai dengan potensi
commit to user
yang telah siap, baik dari segi kurikulum, tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, dana, manajemen dan lingkungan. Komponen-komponen tersebut
saling berkaitan sehingga apabila pihak sekolah belum memiliki kesiapan dari
semua komponen, maka belum dapat menyelenggarakan program akselerasi.
Berhasil atau tidaknya program akselerasi tergantung dari pengelolaan
masing-masing sekolah. Setiap sekolah mempunyai kebijakan yang berbeda-beda
dalam menyelenggarakan program akselerasi, namun tetap mengacu pada
pe-doman yang telah ditetapkan oleh pemerintah melalui Depdikbud. Di Surakarta
sudah ada beberapa sekolah yang menyelenggarakan program akselerasi mulai
dari tingkat SD, SMP maupun SMA. Masing-masing jenjang pendidikan tersebut
berusaha untuk memberikan layanan sebaik mungkin terutama untuk siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa. Beberapa sekolah yang telah siap
dari segi kurikulum, guru, sarana dan prasarana, dana, manajemen dan lingkungan
berlomba-lomba agar dapat menghasilkan siswa yang berkualitas, salah satunya
melalui penyelenggaraan program akselerasi.
SMP Negeri 9 Surakarta merupakan salah satu sekolah unggulan di
Surakarta. Hal itu terbukti bahwa sekolah tersebut sudah menyelenggarakan
program akselerasi sejak tahun ajaran 2005/2006. Dengan penyelenggaraan
program akselerasi menunjukkan bahwa SMP Negeri 9 Surakarta sudah siap dari
berbagai segi, misalnya sarana dan prasarana yang dimiliki sudah dapat
me-nunjang proses belajar mengajar kelas akselerasi. Namun, penyelenggaraan
program akselerasi dari tahun ke tahun biasanya mengalami perbedaan tergantung
dari pengelolaannya. Oleh karena itu, peneliti ingin mengetahui sejauh mana
pe-nyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta secara nyata apakah
sudah berjalan dengan baik atau belum. Atas dasar itulah, penulis mengangkat
commit to user
5
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dapat dirumuskan
permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta
pada tahun ajaran 2011/2012?
2. Apa saja kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan program akselerasi di
SMP Negeri 9 Surakarta?
3. Apa saja upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala
tersebut?
4. Bagaimana perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi dengan
siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 9
Surakarta pada tahun 2011/2012.
2. Untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi dalam penyelenggaraan
program akselerasi di SMP Negeri 9 Surakarta.
3. Untuk mengetahui upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi
kendala-kendala yang dihadapi.
4. Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa program akselerasi
dengan siswa reguler di SMP Negeri 9 Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Sebagai bahan referensi peneliti lain yang akan meneliti permasalahan
mengenai penyelenggaraan program akselerasi di suatu sekolah.
2. Manfaat Praktis
a) Bagi sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk menentukan
pe-commit to user
ngembangan pendidikan khususnya mengenai penyelenggaraan program
akselerasi.
b) Bagi penulis
Dapat menambah wawasan serta mengetahui tentang penyelenggaraan
commit to user 7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Konsep Kemampuan dan Kecerdasan
a. Batasan Kemampuan dan Kecerdasan
Kemampuan biasanya dikaitkan dengan inteligensi atau
ke-cerdasan. Munandar berpendapat “Kemampuan adalah daya untuk me
-lakukan suatu tindakan sebagai hasil dari pembawaan dan latihan” (1996:
17). Berdasarkan pengertian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa
kemampuan adalah kekuatan yang dimiliki seseorang baik dari sejak
lahir maupun latihan untuk melakukan suatu tindakan yang berhubungan
dengan kecerdasan.
Purwanto berpendapat “Inteligensi adalah kemampuan yang di
-bawa sejak lahir yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu” (2002: 52). Sementara itu, sesuai dengan simpulan Clark (1986) bahwa “Kecerdasan atau inteligensi adalah kombinasi
sifat-sifat manusia yang mencakup kemampuan untuk pemahaman terhadap
hu-bungan yang kompleks, semua proses yang terlibat dalam berfikir
abstrak, kemampuan penyesuaian dalam pemecahan masalah, dan
ke-mampuan untuk memperoleh keke-mampuan baru” (Semiawan, 1997: 11).
Dari dua pengertian tersebut dapat diketahui bahwa kecerdasan adalah
kemampuan yang dibawa sejak lahir untuk melakukan sesuatu dimana
mencakup keseluruhan pemahaman seseorang dari segala aspek.
Setiap orang memiliki inteligensi yang tidak sama, Purwanto berpendapat “Faktor-faktor yang mempengaruhi inteligensi sehingga ter-dapat perbedaan inteligensi seseorang dengan yang lain yaitu
commit to user 1) Pembawaan
Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang ditentukan
sejak lahir.
2) Kematangan
Tiap organ dalam tubuh mengalami pertumbuhan dan perkembangan.
Tiap organ baik fisik maupun psikis dapat dikatakan matang apabila
ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsi masing-masing.
3) Pembentukan
Pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang
mempengaruhi perkembangan inteligensi. Dapat dibedakan menjadi
pembentukan yang disengaja (dilakukan di sekolah) dan
pembentuk-an ypembentuk-ang tidak disengaja (pengaruh alam sekitar).
4) Minat dan pembawaan yang khas
Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan
dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat motif yang
mendorong untuk berinteraksi dengan dunia luar.
5) Kebebasan
Kebebasan berarti manusia dapat memilih metode-metode tertentu
dalam memecahkan masalahnya. Dengan adanya kebebasan berarti
minat itu tidak selamanya menjadi syarat dalam inteligensi.
Pada umumnya kecerdasan dapat diukur dengan tes inteligensi
yang menghasilkan IQ yang dapat menentukan keterbakatan seseorang.
IQ masih tepat jika digunakan untuk mengukur bakat intelektual
se-seorang, tetapi belum tentu untuk bakat seni, bakat kreatif serta bakat
ke-pemimpinan. Hal tersebut dikarenakan sesuai dengan simpulan Renzulli
(1981) bahwa “Ciri-ciri yang dapat menentukan kemampuan dan
ke-cerdasan adalah: (1) kemampuan/inteligensi; (2) kreativitas; (3)
tanggungjawab atau pengikatan diri terhadap tugas yang tinggi”
(Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 18).
Seseorang dikatakan mempunyai bakat intelektual apabila
commit to user
9
bidang intelektual, namun kecerdasan yang tinggi belum menjamin
ke-terbakatan seseorang. Kreativitas juga penting karena untuk menciptakan
sesuatu yang baru, gagasan baru yang dapat diterapkan dalam pemecahan
masalah.
b. Pengertian Anak Berbakat
Mengenai pengertian anak berbakat, Hawadi menyatakan:
Anak berbakat adalah mereka yang mempunyai taraf intelegensi di atas 140 dan yang diidentifikasikan oleh psikolog dan atau guru sebagai peserta didik yang telah mencapai prestasi yang memuaskan serta memiliki kemampuan intelektual umum yang berfungsi pada taraf cerdas, keterikatan terhadap tugas yang tergolong baik serta kreativitas yang memadai (2004: 34).
Sementara itu, sesuai dengan simpulan Fledhusen (1986) bahwa
istilah lain untuk menyebut anak berbakat atau anak yang memiliki
kemampuan luar biasa adalah gifted, genius, precocious (Ikhrom, 2000:
5). Gifted adalah anak yang menunjukkan tanda-tanda atau kemampuan
unggul, sedangkan precocious adalah anak yang memiliki kemampuan
untuk mengerjakan pekerjaan yang seharusnya merupakan pekerjaan
orang dewasa. Genius sebagai individu yang menunjukkan kemampuan
yang tinggi dalam berbagai pekerjaan yang mempunyai nilai maslahat
yang besar, mereka mempunyai kemampuan yang lebih dalam
menyelesaikan pekerjaan dibandingkan dengan anak-anak normal
lainnya.
Dari beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa anak
berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan yang
luar biasa atau unggul sehingga mampu mengerjakan pekerjaan orang
dewasa serta dapat mencapai prestasi yang memuaskan. Anak-anak
tersebut memerlukan program pendidikan khusus sesuai dengan
ke-butuhan belajar mereka sehingga dapat mengembangkan potensi yang
commit to user c. Identifikasi Anak Berbakat
Munandar berpendapat “Identifikasi terhadap anak berbakat
dapat dibedakan menjadi dua yaitu identifikasi melalui pengetesan dan
identifikasi melalui studi kasus” (1982: 9). Identifikasi tersebut dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1) Identifikasi melalui pengetesan (psikometrik maupun prestasi
be-lajar), identifikasi ini meliputi dua tahap, yaitu :
a) Tahap Screening yaitu pengetesan massal dengan menggunakan
tes kelompok.
b) Tahap seleksi/identifikasi dengan menggunakan tes individual
yang memungkinkan pengukuran yang lebih cepat dan teliti.
2) Identifikasi melalui studi kasus
Identifikasi ini dimaksudkan untuk memperoleh informasi sebanyak
mungkin tentang anak yang diperkirakan berbakat dari
sumber-sumber yang berbeda, misalnya: guru, orang tua, teman sebaya atau
anak itu sendiri. Identifikasi studi kasus ini dapat dimulai dengan
menyusun daftar pertanyaan atau kuisoner atau checklist untuk diisi
masing-masing sumber.
d. Karakteristik Anak Berbakat
Setiap anak memiliki karakter atau ciri-ciri yang berbeda-beda,
anak yang memiliki kecerdasan di atas rata-rata serta anak berbakat juga
memiliki ciri-ciri tersendiri yang melebihi dari anak-anak normal
lain-nya. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa
ciri-ciri anak berbakat antara lain membaca pada usia lebih muda, membaca
lebih cepat dan lebih banyak, memiliki perbendaharaan kata yang luas,
mempunyai rasa ingin tahu yang tinggi, mempunyai minat yang luas,
mempunyai inisiatif, tidak cepat puas dengan prestasinya, mempunyai
banyak kegemaran, senang mencoba hal-hal baru (Munandar, 1992: 30).
commit to user
11
biasanya seseorang mempunyai bakat istimewa dalam salah satu bidang
saja.
Tidak semua anak berbakat mempunyai semua ciri-ciri tersebut
karena setiap anak termasuk anak berbakat mempunyai kekuatan dan
kelemahan. Anak berbakat dapat menunjukkan ciri-ciri yang positif
apabila mereka di lingkungan yang baik, tetapi dalam lingkungan yang
kurang baik dapat muncul ciri-ciri yang negatif. Ciri-ciri negatif tersebut
terkadang dapat menimbulkan masalah bagi siswa berbakat. Hal tersebut
sesuai dengan simpulan Martinson (1974) bahwa “Ciri-ciri negatif siswa
ber-bakat yang dapat menimbulkan masalah-masalah antara lain mudah
ter-singgung atau peka terhadap kritik, cepat bosan terhadap tugas-tugas
rutin, menjurus ke keinginan memaksakan atau mempertahankan
pen-dapatnya, acuh tak acuh dan cepat malas karena pengajaran yang
di-berikan kurang menantang bagi mereka” (Munandar, 1992: 32).
2. Program Pendidikan Bagi Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat Pemerintah berupaya untuk memberikan kesempatan pendidikan
yang sama kepada semua warga negara Indonesia, baik yang normal maupun
yang memiliki potensi luar biasa. Selama ini perhatian terhadap siswa-siswa
yang berprestasi dan berbakat di sekolahnya hanya sebatas memberikan
beasiswa sehingga memungkinkan mereka untuk meneruskan pendidikannya.
Meskipun bantuan berupa beasiswa sudah diberikan kepada siswa-siswa yang
berbakat dan berprestasi, namun hal tersebut belum dapat memenuhi
ke-butuhan pendidikan anak berbakat. Mereka masih memerlukan perhatian
khusus dari pemerintah yaitu berupa program pendidikan yang khusus.
Perhatian khusus tersebut tidak dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi,
tetapi pemberian perhatian sesuai dengan kebutuhan dan kondisi anak.
Melalui penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi siswa yang
me-miliki kecerdasan istimewa dan atau berbakat agar dapat berkembang secara
optimal sesuai potensi yang mereka miliki. Program pendidikan yang sesuai
ber-commit to user
diferensiasi yaitu pelayanan pendidikan yang berbeda dengan siswa-siswa
normal lainnya.
Depdikbud berpendapat “Penyelenggaraan program pendidikan khusus bagi anak cerdas istimewa/berbakat istimewa dapat dilakukan dalam bentuk kelas khusus, kelas inklusi, dan satuan pendidikan khusus” (Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 43). Hal tersebut dapat
dijelas-kan sebagai berikut:
a. Kelas khusus adalah kelas yang dibuat untuk kelompok peserta didik yang
memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam satuan pendidikan reguler
pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Mata pelajaran yang
di-berikan adalah mata pelajaran yang termasuk dalam rumpun matematika
dan ilmu pengetahuan alam (IPA).
b. Kelas inklusif adalah kelas yang memberikan layanan kepada peserta didik
yang memiliki potensi kecerdasan istimewa dalam proses pembelajaran
bergabung dengan peserta didik program reguler. Mata pelajaran yang
di-berikan adalah mata pelajaran lain di luar rumpun matematika dan ilmu
pengetahuan alam (IPA).
c. Satuan pendidikan khusus adalah lembaga pendidikan formal pada jenjang
pendidikan dasar (SD) dan pendidikan menengah (SMP/SMA) yang
semua peserta didik memiliki potensi kecerdasan istimewa/bakat istimewa.
Depdikbud berpendapat “Layanan pendidikan untuk siswa
cer-das/bakat istimewa dapat berupa program pengayaan (enrichment) dan
gabungan program percepatan dengan pengayaan (acceleration-enrichment)”
(Pedoman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 44). Hal tersebut
dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Program pengayaan adalah pemberian pelayanan pendidikan kepada siswa
yang memiliki kecerdasan/bakat istimewa dengan penyediaan kesempatan
dan fasilitas tambahan yang bersifat pendalaman. Bentuk layanan ini
antara lain dengan memperkaya materi melalui kegiatan-kegiatan
commit to user
13
pedalaman materi yang dipelajari dan bukan pada kecepatan belajar di
kelas.
b. Gabungan program percepatan dan pengayaan adalah pemberian
pe-layanan pendidikan kepada siswa yang memiliki kecerdasan/bakat
isti-mewa untuk dapat menyelesaikan pendidikannya dalam jangka waktu
yang lebih singkat disbanding teman-teman yang lainnya. Jadi siswa dapat
menyelesaikan pendidikan di SD dalam jangka 5 tahun dan di SMP atau
SMA dalam waktu 2 tahun. Dalam program ini, siswa tidak semata-mata
memperoleh percepatan waktu penyelesaian studi di sekolah, tetapi
se-kaligus memperoleh pengayaan materi dengan penyediaan kesempatan dan
fasilitas belajar tambahan.
Berdasarkan bentuk-bentuk layanan pendidikan tersebut, berbagai
pihak baik pengambil keputusan di lingkungan Ditjen, Dikdasmen,
Dep-dikbud maupun pihak pelaksana yaitu yayasan atau sekolah lebih condong
untuk menerapkan program akselerasi. Hal ini dikarenakan pemilih-an bentuk
program pendidikan bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan
luar biasa/anak berbakat tidak hanya tergantung pada individu-individu yang
terlibat, melainkan juga pada situasi dan kondisi lingkungan tempat program
akan dilaksanakan. Selain itu, tidak lepas dari pertimbangan ekonomis yaitu
mudah dan murah dalam pelaksanaanya.
Penyelenggaraan program akselerasi berupaya untuk
mengoptimal-kan pengembangan potensi kecerdasan luar biasa atau bakat siswa sehingga
menghasilkan keluaran/output yang unggul. Untuk mencapai keunggulan
tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor. Herry berpendapat “Faktor-faktor
itu meliputi: masukan atau input, kurikulum, guru, sarana prasarana, dana, manajemen, lingkungan, dan proses belajar mengajar” (1999: 9). Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
a. Masukan atau input
Peserta didik/siswa sebagai masukan harus diseleksi secara ketat
me-commit to user
nyangkut prestasi akademik, tetapi juga menyangkut tes psikologis, tes
kreativitas, dan tanggungjawab pada tugas.
b. Kurikulum
Kurikulum sengaja dikhususkan dengan memberikan kedalaman
dan keluasan materi serta tantangan penyelesaian yang lebih berat.
Kurikulum bagi anak yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar
biasa atau anak berbakat memiliki format yang berlainan dengan
kurikulum pada umumnya yaitu dengan adanya penambahan unsur-unsur
substansial.
c. Guru
Tenaga kependidikan yaitu guru diupayakan memenuhi kriteria
yang baik dan profesional. Pengetahuan guru yang luas, memiliki
pe-mahaman tentang karakteristik siswa dengan kemampuan yang luar biasa
serta apresiatif dalam mengajar harus menjadi standar bagi guru yang
melayani pembelajaran akselerasi.
d. Sarana prasarana
Sarana prasarana disesuaikan dengan sifat siswa yang memang
memiliki tingkat kecerdasan tinggi sehingga dapat menunjang pemenuhan
kebutuhan belajar siswa. Sarana dan prasarana dapat berupa ruang kelas
yang dilengkapi dengan media pembelajaran seperti komputer, LCD, dan
alat peraga.
e. Dana
Segi material sangat penting dalam program akselerasi mengingat
perluasan kegiatan. Ketersediaan dana yang memadai lebih dari sekedar
pelaksanaan program reguler harus diusahakan terpenuhi karena tidak
mungkin tenaga pengajar yang ekstra kerjanya tidak diberikan insetif
lebih. Selain itu, dana tersebut juga digunakan untuk pemenuhan alat
pen-dukung lainnya. Sumber dana dapat berasal dari pemerintah dan
commit to user
15
f. Manajemen
Manajemen dalam program akselerasi yang meliputi pengaturan
waktu belajar, mobilisasi tenaga pengajar atau guru, keterkaitan dengan
orang tua, maupun kerjasama dengan instansi luar sekolah harus
di-selenggarakan secara optimal sehingga program akselerasi dapat berjalan
lancar. Manajemen tidak terbatas pada pengaturan aspek fisik dan material
personal, tetapi juga aspek motivasi psikologik.
g. Lingkungan
Lingkungan belajar baik secara fisik maupun sosial psikologis
yang kondusif sangat diperlukan untuk berkembangnya potensi kecerdasan
dan bakat yang dimiliki siswa. Menjadikan lingkungan keluarga dan
masyarakat sebagai lingkungan belajar yang kompak dengan sekolah perlu
diciptakan oleh semua pihak.
h. Proses belajar mengajar
Pembelajaran bagi siswa cerdas dan berbakat tidak cukup hanya
dengan mengacu pada standar isi maupun standar kompetensi yang sudah
ada saat ini. Proses belajar mengajar pada kelas akselerasi ditandai dengan
adanya proses yang kreatif diikuti dengan pengayaan serta mengundang
tantangan bagi siswa.
3. Kurikulum Berdiferensiasi Untuk Anak Cerdas Istimewa dan atau Berbakat
Siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau
dikategorikan berbakat mempunyai cara belajar dan aktivitas yang berbeda
dengan anak normal lainnya. Program akselerasi sebagai layanan pendidikan
khusus bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa,
dituntut untuk menyediakan kurikulum yang diadaptasi dan dirancang untuk
memenuhi perbedaan yang ada. Kurikulum tersebut diformatkan untuk
me-layani pembelajaran bagi siswa berbakat agar ada kesesuaian antara
commit to user
akseleratif. Dengan demikian kurikulum berdiferensiasi dirasa sesuai untuk
melayani kebutuhan pembelajaran bagi siswa berbakat.
Munandar berpendapat, “Kurikulum berdiferensiasi yang diper
-untukkan bagi anak berbakat meliputi: konsep dan pokok-pokok kurikulum diferensiasi serta modifikasi kurikulum anak berbakat” (1999: 205). Modi -fikasi kurikulum untuk anak berbakat tersebut terdiri dari:
a. Modifikasi materi kurikulum
Modifikasi kurikulum diperlukan karena anak berbakat memiliki
kemampuan untuk belajar ketrampilan dan konsep yang lebih maju. Dalam
modifikasi materi kurikulum, guru dapat merencanakan dan menyiapkan
materi yang lebih kompleks serta menyiapkan alat yang lebih canggih.
b. Modifikasi proses atau metode pembelajaran
Hal ini menuntut guru untuk melonggarkan pengendalian dalam
kurikulum. Selain itu, kegiatan guru dan siswa harus dapat membuka pintu
pelibatan siswa sehingga dalam proses pembelajaran tidak hanya ter-pusat
pada guru, namun siswa juga harus dilibatkan agar mereka lebih
ber-tanggungjawab dalam belajarnya.
c. Modifikasi produk belajar
Siswa dapat menggunakan kemampuan yang dimiliki untuk
memahami dan menyelesaikan berbagai masalah serta menunjukkan
kreativitas dalam merancang produk-produk baru berdasarkan pengalaman
belajarnya. Sementara itu, guru akan menghadapi tantangan menemukan
saluran untuk produk-produk siswa karena diharapkan setiap tahun ajaran
dapat menghasilkan karya yang lebih baik.
d. Memilih modifikasi yang sesuai
Dalam melakukan modifikasi materi, proses, dan produk di dalam
kelas guru dituntut untuk melakukan persiapan yang matang agar dapat
berhasil. Guru yang bijak akan memulainya dengan skala yang konservatif
dan menanjak ke perubahan-perubahan setelah siswa dan guru terbiasa
commit to user
17
pedoman untuk memudahkan transisi dari cara-cara pembelajaran yang
lama ke yang baru yaitu:
1) Pembatasan pada satu bidang studi atau salah satu kelompok siswa yang minat dan kemampuannya setara.
2) Membuat bagan untuk mendaftar program yang hendak di-selenggarakan dan modifikasi yang dapat dipergunakan untuk masing-masing program.
3) Dalam melakukan modifikasi hendaklah dipilih yang paling di-kuasai oleh siswa barulah kemudian diperluas dengan bidang-bidang yang lain.
4) Pertimbangan sumber-sumber yang tersedia, bahan yang sudah ada di dalam kelas, orang-orang yang dapat membantu.
5) Setiap program alternatif yang dimulai harus diberi kesempatan untuk berkembang. (Munandar, 1999: 213)
e. Modifikasi lingkungan belajar
Keberhasilan siswa dalam belajar sangat ditentukan oleh
ling-kungan belajar yang aman dan kondusif serta diperlukan lingling-kungan yang
berpusat pada siswa. Hal tersebut sesuai dengan simpulan Parke (1989)
bahwa ciri-ciri lingkungan belajar yang berpusat pada siswa, yaitu:
1) Siswa menjadi mitra dalam membuat keputusan tentang kurikulum. 2) Pola duduk yang memudahkan belajar.
3) Kegiatan dan kesibukan di dalam kelas. 4) Rencana belajar yang diindividualkan.
5) Keputusan dibuat bersama oleh guru dan siswa jika mungkin. (Munandar, 2004: 146)
Menurut Sisk (1987) bahwa asas-asas kurikulum berdifensiasi adalah
se-bagai berikut:
a. Memadukan berbagai disiplin ilmu dalam bidang studi.
b. memberikan pengalaman yang komprehensif, berkaitan dan saling memperkuat dalam suatu bidang studi.
c. Memberi kesempatan untuk mendalami topik yang dipilih sendiri dalam suatu bidang studi.
d. Mengembangkan ketrampilan belajaryang mandiri atau diarahkan pada diri sendiri.
e. Mengembangkan ketrampilan yang berfikir lebih, produktif, kompleks dan abstrak.
f. Memusatkan tugas-tugas yang berakhir terbuka.
commit to user
h. Mendorong siswa untuk menghasilkan gagasan-gagasan baru. (Munandar, 2004: 139)
4. Penyelenggaraan Program Akselerasi a. Pengertian Akselerasi
Akselerasi dapat memiliki arti yang beraneka ragam, salah
satu-nya sesuai dengan simpulan Pnessey (1949) bahwa “Akselerasi artinya
sebagai suatu kemajuan yang diperoleh dalam program pengajaran pada
waktu yang lebih cepat atau usia yang lebih muda daripada yang
konvensional” (Hawadi, 2004: 31). Sementara itu, sesuai dengan simpulan
Latifah bahwa “Program akselerasi adalah program siswa cepat sebagai
sarana layanan kepada siswa yang memiliki kemampuan atau bakat yang
menonjol se-hingga dapat menyelesaikan masa belajarnya lebih cepat dari
program regular” (Hawadi, 2004: 118).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
program akselerasi adalah program percepatan belajar bagi anak-anak
yang memiliki potensi dan kecerdasan luar biasa dimana masa
pen-didikannya dapat ditempuh lebih cepat dari anak-anak normal.
b. Tujuan Program Akselerasi
Program akselerasi tentunya memiliki tujuan tersendiri, hal
ter-sebut sesuai dengan simpulan Latifah bahwa tujuan penyelenggaraan
program akselerasi adalah sebagai berikut:
1) Memberikan layanan pendidikan kepada anak berbakat akademik untuk mewujudkan bakat dan kemampuanny secara optimal. 2) Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyelesaikan program
pendidikan di SLTP/SMU lebih cepat yaitu dalam waktu dua tahun.
3) Mengembangkan kemampuan berfikir dan bernalar siswa secara lebih komprehensif dan optimal.
commit to user
19
c. Manfaat Akselerasi
Adanya program akselerasi dapat memberi manfaat terutama bagi
siswa. Hal tersebut sesuai simpulan Southern dan Jones (1991) bahwa “Manfaat pelaksanaan program akselerasi bagi siswa berbakat adalah meningkatkan efisiensi, meningkatkan efektifitas, meningkatkan
peng-hargaan, meningkatkan waktu untuk karier, membuka siswa pada kelompok barunya, dan ekonomis” (Hawadi, 2004: 7).
Dari manfaat pelaksanaan program akselerasi tersebut dapat dijelaskan
se-bagai berikut:
1) Meningkatkan efisiensi
Siswa yang telah siap dengan bahan-bahan pengajaran dan menguasai
kurikulum pada tingkat sebelumnya akan belajar lebih baik dan lebih
efisien.
2) Meningkatkan efektifitas
Siswa yang terikat belajar pada tingkat kelas yang dipersiapkan dan
menguasai ketrampilan-ketrampilan sebelumnya merupakan siswa
yang paling efektif.
3) Meningkatkan penghargaan
Siswa yang telah mampu mencapai tingkat tertentu sepantasnya
memperoleh penghargaan atas prestasi yang dicapainya.
4) Meningkatkan waktu untuk karier
Adanya pengurangan waktu belajar akan meningkatkan produktivitas
siswa, penghasilan, dan kehidupan pribadinya pada waktu yang lain.
5) Membuka siswa pada kelompok barunya
Siswa dimungkinkan untuk bergabung dengan siswa lain yang
me-miliki kemampuan intelektual dan akademis yang sama.
6) Ekonomis
Dengan mengikuti program akselerasi, siswa dapat menghemat waktu
commit to user d. Kelemahan Program Akselerasi
Penyelenggaraan program akselerasi tidak hanya memiliki
ke-lebihan, tetapi juga terdapat kelemahan. Hal tersebut sesuai dengan
sim-pulan Southern dan Jones (1991) bahwa “Ada empat hal yang berpotensi
negatif dalam proses akselerasi bagi anak berbakat yaitu bidang akademik,
segi penyesuaian sosial, aktivitas ekstrakurikuler, penyesuaian emosional”
(Hawadi, 2004: 8).
Empat hal yang berpotensi negatif dalam proses akselerasi dapat
di-jelaskan sebagai berikut:
1) Bidang akademik, meliputi:
(a) Bahan ajar yang terlalu tinggi bagi siswa akselerasi sehingga akan
membuat mereka menjadi siswa yang tertinggal di belakang
ke-lompok teman barunya.
(b) Kemampuan yang dimiliki bersifat sementara.
(c) Proses akselerasi menyebabkan siswa terikat pada keputusan
karier lebih dini.
(d) Pengalaman-pengalaman yang seharusnya dialami oleh anak
se-usianya mungkin tidak akan dialami oleh siswa akselerasi.
2) Segi penyesuaian sosial, meliputi:
(a) Kekurangan waktu untuk beraktivitas dengan teman sebayanya.
(b) Siswa akan kehilangan aktivitas sosial yang penting dalam usia se-
benarnya.
(c) Hilangnya kesempatan mengenal ketrampilan kepemimpinan yang
dibutuhkan dalam pengembangan karier dan sosialnya.
3) Aktivitas ekstrakurikuler, meliputi:
(a) Berkurangnya kesempatan bagi siswa akselerasi untuk mengikuti
kegiatan ekstrakurikuler.
(b) Siswa akselerasi tidak dapat mengikuti kegiatan-kegiatan di luar
pelajaran karena mereka dibatasi dengan masa studi yang lebih
commit to user
21
4) Penyesuaian emosional, meliputi:
(a) Frustasi karena tekanan dan tuntutan berprestasi yang dapat
mengakibatkan anak menjadi underachiever.
(b) Kurang mampu menyesuaikan diri dalam karier karena
me-nempati karier yang tidak tepat atau tidak mampu bekerja secara
efektif dengan orang lain.
(c) Kehilangan kesempatan untuk mengembangkan hobi.
(d) Sedikitnya kesempatan dalam proses bersosialisasi, maka mereka
akan cenderung merasa terisolasi.
e. Dasar Hukum Penyelenggaraan Program Akselerasi di Indonesia
Penyelenggaraan pendidikan khusus bagi siswa yang memiliki
potensi kecerdasan dan atau bakat istimewa di Indonesia menggunakan
landasan hukum antara lain sebagai berikut:
1) Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional:
(a) Pasal 5 ayat 4, “Warga negara yang memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan khusus”. (b) Pasal 32 ayat 1, “Pendidikan khusus merupakan pendidikan bagi
peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti
proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental,
sosial, dan atau memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa.
2) UU No. 23/2002 tentang Perlindungan Anak pasal 52 yang berbunyi “Anak yang memiliki keunggulan diberikan kesempatan dan aksesibilitas untuk memperoleh pendidikan khusus”.
3) PP No.72/1991 tentang Pendidikan Luar Biasa.
4) Permendiknas No. 34/2006 tentang Pembinaan Prestasi Peserta Didik
yang Memiliki Potensi Kecerdasan dan atau Bakat Istimewa.
Hawadi berpendapat “Dasar hukum penyelenggaraan program
commit to user
tentang Sistem Pendidikan Nasional” (2004: 120). Dasar hukum tersebut antara lain:
1) Pasal 8 ayat 2, “Bahwa warga negara yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa berhak memperoleh perhatian khusus”.
2) Pasal 24, “Bahwa setiap peserta didik pada suatu satuan pendidikan
mempunyai hak-hak sebagai berikut:
a) Ayat 1, “Mendapat perlakuan sesuai dengan bakat minat dan ke -mampuannya”.
b) Ayat 2, “Mengikuti program pendidikan yang bersangkutan atas
dasar pendidikan berkelanjutan, baik untuk mengembangkan
ke-mampuan diri maupun untuk memperoleh pengakuan tingkat pendidikan tertentu yang telah dibakukan”.
c) Ayat 6, “Menyelesaikan program pendidikan lebih awal dari waktu yang ditentukan”.
3) Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1998, “Bahwa sasaran
bi-dang pembangunan ketujuh adalah memberi perhatian dan pelayanan
khusus bagi peserta didik yang mempunyai kemampuan dan
ke-cerdasan luar biasa agar dapat dipacu perkembangan prestasi dan bakatnya tanpa mengabaikan potensi peserta didik lainnya”.
f. Manajemen Penyelenggaraan Program Akselerasi
Depdikbud berpendapat “Prinsip manajemen yang digunakan dalam pengelolaan layanan pendidikan khusus bagi peserta didik cerdas istimewa/berbakat istimewa adalah manajemen berbasis sekolah”. (Pe -doman Penyelenggaraan Program Akselerasi, 2007: 71). Pengelolaan
program akselerasi di sekolah reguler harus memiliki manajer/pengelola
program tersendiri dan tidak boleh dirangkap oleh kepala sekolah.
Sementara itu, Hawadi berpendapat “Manajemen penyelenggaraan prog
commit to user
23
1) Rekrutmen siswa
Proses rekrutmen untuk melakukan penjaringan terhadap siswa yang
memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa dilaksanakan melalui
dua tahap, yaitu:
a) Tahap 1
Tahap ini dilakukan dengan meneliti dokumen data seleksi
Penerimaan Siswa Baru (PSB). Kriteria lolos pada tahap 1
didasarkan atas criteria tertentu yang berdasar pada skor:
(1) Nilai rapor kelas 4, 5, dan 6.
(2) Nilai Ebtanas Murni (NEM).
(3) Skor tes seleksi akademis.
(4) Skor tes psikologis yang diperoleh melalui tiga jenis
pe-meriksaan yaitu inteligensi/kecerdasan, kreativitas, dan
ke-terikatan pada tugas serta bebas dari gangguan emosional.
b) Tahap 2
Tahap ini dilakukan melalui proses penyaringan dengan
dua strategi, yaitu:
(1) Strategi informasi data subjektif, yaitu informasi diperoleh dari
proses pengamatan yang bersifat kumulatif. Informasi dapat
di-peroleh melalui nominasi pleh guru, nomonasi oleh orang tua,
nominasi oleh teman sebaya, dan dari diri sendiri.
(2) Strategi informasi data objektif, yaitu informasi diperoleh
melalui alat-alat tes lebih lengkap, seperti Tes Inteligensi
Kolektif Indonesia (TIKI).
2) Kegiatan pembelajaran
(a) Guru
Guru yang mengajar program akselerasi adalah guru-guru
yang biasanya mengajar di program reguler. Hanya saja
sebelum-nya mereka telah dipersiapkan dalam suatu lokakarya dan
work-shop sehingga memiliki pemahaman tentang perlunya layanan
commit to user (b) Kurikulum
Muatan materi kurikulum untuk program akselerasi tidak
berbeda dengan kurikulum standar yang digunakan untuk program
reguler. Perbedaannya hanya terletak pada penyusunan kembali
struktur program pengajaran dalam alokasi waktu yang lebih
singkat. Pada tahun pertama siswa akan mempelajari seluruh
materi kelas 1 dan sebagian materi kelas 2. Di tahun kedua, mereka
akan mempelajari materi kelas 2 yang tersisa dan seluruh materi
kelas 3.
(c) Strategi pembelajaran
Strategi pembelajaran untuk siswa berbakat intelektual
ber-beda dengan siswa reguler. Pembelajaran untuk program akselerasi
harus diwarnai kecepatan dan tingkat kompleksitas yang lebih
se-suai dengan tingkat kemampuan yang lebih tinggi daripada siswa
kelas reguler serta menekankan perkembangan kreatif dan proses
berfikir tinggi.
(d) Evaluasi belajar dan laporan hasil belajar
Perbedaan evaluasi belajar antara program akselerasi
dengan reguler terletak pada jadwal tes karena siswa program
akselerasi mengacu pada kalender yang dibuat khusus untuk
mereka. Program ini memungkinkan guru untuk memodifikasi
proses tanpa mengganggu kelancaran pembelajaran di dalam kelas.
g. Layanan Bimbingan dalam Program Akselerasi
Hawadi berpendapat “Pelayanan bimbingan konseling sangat di
-perlukan agar potensi keterbakatan tinggi yang dimiliki oleh siswa dapat dikembangkan dan tersalur secara optimal” (2004: 127). Layanan bim-bingan konseling untuk program akselerasi dapat meliputi bidang-bidang
berikut:
commit to user
25
Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat mencapai prestasi
yang optimal dalam belajar sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Upaya yang dapat dilakukan adalah:
a) Memonitor hasil ulangan harian.
b) Memanggil siswa atau orang tua yang berkaitan dengan prestasi
akademis siswa apabila di bawah target.
c) Memotivasi kedisiplinan dalam belajar.
2) Bimbingan kepribadian
Bimbingan ini diarahkan agar siswa dapat mengembangkan
konsep diri dan dapat memahami dirinya dan lingkungannya dengan
baik. Selain itu, agar mampu mewujudkan dirinya dalam hubungan
yang serasi dengan diri sendiri, keluarga, sekolah dan lingkungan
se-kitarnya.
3) Bimbingan karier
Bimbingan ini diperlukan agar siswa dapat membuat pilihan
yang tepat dalam merencanakan kariernya.
h. Sistem Evaluasi Program Akselerasi
Evaluasi yang dilaksanakan pada program akselerasi pada
dasar-nya sama dengan yang dilaksanakan pada program reguler yaitu untuk
mengukur daya serap siswa atau ketercapaian materi. Perbedaannya hanya
terletak pada jadwal tes karena evaluasi pada program akselerasi mengacu
pada kalender pendidikan yang dibuat khusus. Adapun sistem evaluasi
yang ada di program akselerasi yaitu sebagai berikut:
1) Ulangan harian
Dalam satu semester setiap guru minimal memberikan ulangan harian
sebanyak tiga kali. Bentuk soal disarankan dalam bentuk uraian.
2) Ulangan umum
Ulangan umum pada siswa akseleasi diberikan lebih cepat
dibanding-kan siswa reguler karena disesuaidibanding-kan dengan kalender pendididibanding-kan
aksel-commit to user
erasi dengan siswa reguler bisa dilakukan antara lain dengan
me-nyertakan siswa akselerasi dalam ulangan umum bersama dengan
siswa reguler.
3) Ujian Akhir Nasional (UAN)
Ujian Akhir Nasional (UAN) akan diikuti siswa akselerasi pada tahun
kedua, bersamaan dengan pelaksanaan UAN siswa reguler. Laporan
hasil pendidikan atau rapor siswa akselerasi juga mempunyai format
yang sama dengan rapor siswa reguler.
5. Hasil Belajar Siswa
Slameto berpendapat, “Hasil belajar adalah suatu pencapaian yang diperoleh oleh siswa dalam proses pembelajaran yang dituangkan dengan
angka maupun dalam pengaplikasian pada kehidupan sehari-hari atas ilmu
yang didapat. Hasil belajar yang tinggi atau rendah menunjukkan keberhasil-an guru dalam menyampaikkeberhasil-an materi pelajarkeberhasil-an dalam proses pembelajarkeberhasil-an” (2003: 54). Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar
siswa antara lain:
a. Faktor internal yaitu faktor dari dalam diri siswa, meliputi faktor
psikologis, faktor jasmaniah, dan faktor kesiapan.
b. Faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa, meliputi faktor
keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat.
Hasil belajar dapat dikatakan tuntas apabila telah memenuhi kriteria
ketuntasan minimum yang ditetapkan oleh masing-masing guru mata
pe-lajaran. Hasil belajar sering dipergunakan dalam arti yang sangat luas yakni
untuk bermacam-macam aturan terdapat apa yang telah dicapai oleh murid,
misalnya ulangan harian, tugas-tugas pekerjaan rumah, tes lisan yang
commit to user
27
proses belajar mengajar, pembelajaran dikatakan berhasil jika tingkat pe-ngetahuan siswa bertambah dari hasil sebelumnya” ( 2000: 25).
6. Penelitian yang Relevan
a. Prihatin (2006) dalam penelitiannya yang berjudul Penyelenggaraan
Program Akselerasi Tahun Ajaran 2005/2006 (Studi Kasus di SMP Negeri
1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa penyelenggaraan program
akse-lerasi sudah baik karena sasaran belajar di sekolah tersebut sudah sesuai
dengan tujuan pendidikan nasional. Akan tetapi, kurikulum yang
di-gunakan masih belum dimodifikasi. Siswa merasa cukup puas terhadap
penyelenggaraan program akselerasi di SMP Negeri 1 Karanganyar.
b. Retno Sunarsih (2008) dalam penelitiannya yang berjudul Efektivitas
Penyelenggaraan Program Akselerasi Tahun Ajaran 2007/2008 (Studi
Kasus di SMA Negeri 1 Karanganyar), menyimpulkan bahwa
pe-nyelenggaraan program akselerasi di sekolah tersebut meliputi tiga tahap
yaitu persiapan, proses, dan evaluasi. Apabila ditinjau dari aspek
ke-mampuan untuk mencapai tujuan program, memelihara kegiatan
operasi-onal sehari-hari, dan menyesuaikan terhadap perubahan maka
nyelenggaraan program akselerasi sudah efektif. Namun, dalam
pe-nyelenggaraannya masih menemui hambatan diantaranya biaya yang
cukup besar, sarana dan prasarana yang kurang lengkap serta siswa
ke-kurangan waktu untuk bersosialisasi dengan teman sebaya.
c. Yusuf (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Studi Efektivitas
Program Akselerasi di SMU Surakarta, menyimpulkan bahwa secara
umum manajemen penyelenggaraan program akselerasi termasuk kategori
baik hampir semua komponen dari input, proses dan output telah
me-madai. Apabila dilihat dari sisi proses rekruitmen masih menunjukkan
perlunya perbaikan dan penyempurnaan karena siswa yang terjaring belum
semuanya memiliki standar minimal yang dipersyaratkan.
commit to user
siswa serta motivasi berprestasi siswa akselerasi lebih tinggi daripada
siswa reguler.
Beberapa hasil penelitian diatas pada dasarnya memiliki
per-samaan dengan penelitian ini yaitu sama-sama meneliti mengenai
pe-nyelenggaraan program akselerasi di sekolah tingkat menengah, kendala/
hambatan yang dihadapi dalam penyelenggaraan serta upaya untuk
me-ngatasi hambatan tersebut. Sementara itu, selain persamaan terdapat pula
perbedaannya yaitu dalam penelitian ini membahas mengenai hasil belajar
siswa program akselerasi sehingga dapat diketahui apakah ada perbedaan
dengan hasil belajar siswa reguler. Dalam penelitian ini, penyelenggaraan
program akselerasi dilihat dari beberapa komponen yang meliputi
kuri-kulum, tenaga pendidik (guru), sarana dan prasarana, dana, manajemen
serta lingkungan.
B. Kerangka Berfikir
Setiap anak memiliki kemampuan dan inteligensi yang berbeda-beda.
Untuk itu, diperlukan adanya perhatian khusus kepada anak yang memliki
kemampuan dan kecerdasan luar biasa atau berbakat. Perhatian khusus tersebut
perlu diupayakan untuk mengembangkan potensi siswa secara optimal.
Pe-ngembangan potensi siswa berbakat memerlukan strategi yang terarah dan
sis-tematis. Namun, strategi pendidikan yang ditempuh selama ini umumnya bersifat
massal yaitu memberikan perlakuan rata-rata kepada semua siswa sehingga
kurang memperhatikan perbedaan antar siswa. Strategi tersebut kurang mampu
menunjang usaha mengoptimalkan pengembangan potensi siswa karena setiap
anak memiliki perbedaan kemampuan dan kecerdasan.
Bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa
diperlukan program pendidikan khusus agar mereka dapat mengembangkan
potensi dan kreativitas yang dimiliki. Program tersebut berupa program akselerasi
atau percepatan belajar. Dalam penyelenggaraannya, diperlukan
komponen-komponen yang menunjang proses belajar mengajar yang meliputi kurikulum,
commit to user
29
Tanpa adanya komponen-komponen tersebut proses belajar mengajar tidak akan
berjalan dengan baik. Kurikulum yang digunakan bagi siswa yang memiliki
ke-mampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat adalah kurikulum berdiferensiasi
yaitu kurikulum standar yang diimprovisasi alokasi waktunya sehingga sesuai
dengan kecepatan belajar siswa. Kurikulum tersebut dapat diimplementasikan
melalui program akselerasi sehingga pendidikan dapat ditempuh dalam waktu
yang lebih cepat dan tentunya siswa mampu mencapai prestasi yang memuaskan.
Penyelenggaraan program akselerasi diharapkan dapat menjadi suatu
wadah bagi siswa yang memiliki kemampuan dan kecerdasan luar biasa/berbakat
agar dapat mengembangkan potensinya. Namun, dalam penyelenggaraannya
tidak selalu berjalan dengan lancar dan baik karena adanya hal-hal yang menjadi
kendala/hambatan. Pihak sekolah harus dapat mencari solusi untuk mengatasi
kendala/hambatan yang timbul dalam penyelenggaraan program akselerasi.
Pe-nyelenggaraan program akselerasi juga diharapkan dapat menghasilkan siswa
yang memiliki prestasi tinggi sehingga ada perbedaan antara nilai-nilai siswa
akselerasi dengan siswa reguler.
Dari uraian di atas, maka kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat
digambarkan sebagai berikut:
commit to user
30 BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Kartono berpendapat “Metodologi merupakan suatu usaha untuk me
-nemukan, mengembangkan, dan melakukan verifikasi terhadap kebenaran suatu
peristiwa atau pengetahuan dengan memakai metode-metode ilmiah” (1990: 28).
Metodologi diperlukan untuk mendapat kebenaran dari suatu penelitian.
Metodologi perlu ditentukan terlebih dahulu sebelum kegiatan penelitian kegiatan
dilakukan. Hal ini karena ketepatan dalam menentukan metodologi akan
meng-antarkan penelitian ke arah tujuan yang diinginkan, yaitu hasil yang dapat
diper-tanggungjawabkan. Dalam penelitian ini akan dibahas mengenai tempat dan
waktu penelititan, pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik sampling,
pengumpulan data, uji validitas data, teknik analisis data, dan prosedur penelitian.
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Berdasarkan masalah yang ada, penelitian ini dilakukan di SMP
Negeri 9 Surakarta. Alasan mengapa memilih di SMP Negeri 9 Surakarta
karena sekolah tersebut sudah lama melaksanakan program akselerasi
se-hingga memungkinkan memiliki data yang dibutuhkan oleh peneliti. Selain
itu, belum ada penelitian sejenis yang dilakukan di sekolah tersebut.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan selama enam bulan terhitung mulai dari
pengajuan masalah sampai dengan penyusunan laporan hasil penelitian,
commit to user
Jadwal Waktu Penelitian
Tabel 3.1 Jadwal Pelaksanaan Penelitian
Tahun 2012
Feb Maret April Mei Juni Juli
1. Persiapan penelitian
- Pengajuan masalah
- Penyusunan proposal
- Ijin penelitian
2. Pelaksanaan penelitian
- Pengumpulan data
- Analisis data
3. Penyusunan laporan
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
1. Pendekatan Penelitian
Untuk mengkaji permasalahan penelitian diperlukan suatu bentuk
pendekatan penelitian yang tepat. Ada tiga bentuk pendekatan yang dapat
digunakan dalam penelitian yaitu kuantitatif, kualitatif, dan kombinasi antar
keduanya. Sutopo berpendapat “Penelitian kualitatif mempunyai tiga
tingkat-an penelititingkat-an yaitu meliputi penelititingkat-an eksploratif, deskriptif, dtingkat-an ekspltingkat-anatif”
(2002: 110).
Berdasarkan permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini, maka
penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian deskriptif kualitatif. Hal
tersebut sesuai dengan simpulan Bogdan dan Taylor (1975) bahwa “Metode
deskriptif kualitatif adalah suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku
yang diamati” (Moleong, 2007: 4). Sementara itu, Nasir berpendapat “Metode
deskriptif merupakan suatu metode dalam meneliti status sekelompok