• Tidak ada hasil yang ditemukan

Laporan Mengemas Kebosanan Pasca Menikah v.4.0 Unesco

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Laporan Mengemas Kebosanan Pasca Menikah v.4.0 Unesco"

Copied!
311
0
0

Teks penuh

(1)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

NOMOR 4692 TAHUN 2015

TENTANG

PENETAPAN PENERIMA BANTUAN

PENINGKATAN MUTU PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM,

Menimbang :

a. bahwa dalam rangka meningkatkan mutu penelitian para dosen di lingkungan PTKI, dipandang perlu diberikan bantuan penelitian Tahun Anggaran 2015;

b. bahwa nama-nama dosen sebagaimana disebut dalam Lampiran Keputusan ini dipandang memenuhi syarat dan ketentuan menerima bantuan dana peningkatan mutu penelitian Tahun Anggaran 2015;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Islam tentang Penerima Bantuan Peningkatan Mutu Penelitian Tahun Anggaran 2015.

Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);

2. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4301);

3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan (Lembaran Negera Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 66, Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 4400);

4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 157, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4586);

5. Undang-undang Nomor 27 Tahun 2014 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2014 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 259, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5593);

(2)

Nomor 14 Tahun 2014 tentang Perubahan Kelima Atas Peraturan Presiden Nomor 24 Tahun 2010 tentang Kedudukan, Tugas, dan Fungsi Kementerian Negara serta Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi Eselon I Kementerian Negara; 8. Peraturan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang

Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Agama Nomor 80 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Perubahan Menteri Agama Nomor 10 Tahun 2010 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Agama;

9. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 170/PMK.05/2010 tentang Penyelesaian Tagihan Atas Beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Pada Satuan Kerja;

10. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 190/PMK.05/2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara;

11. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 81/PMK.05/2012 Tentang Belanja Bantuan Sosial Pada Kementerian Negara/Lembaga; 12. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 53/PMK.02/2014 tentang

Standar Biaya Masukan Tahun Anggaran 2015;

13. Peraturan Menteri Agama Nomor 45 Tahun 2015 Tentang Pejabat Pembendaharaan di Lingkungan Kementerian Agama.

MEMUTUSKAN

Menetapkan : KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

TENTANG PENETAPAN PENERIMA DANA BANTUAN

PENINGKATAN MUTU PENELITIAN TAHUN ANGGARAN 2015.

KESATU : Menetapkan nama-nama sebagaimana tercantum pada kolom 2 dalam Lampiran Keputusan ini sebagai penerima dana bantuan peningkatan mutu penelitian Tahun Anggaran 2015, dengan jumlah sebagaimana tercantum pada kolom enam dalam Lampiran Keputusan ini.

KEDUA : Mekanisme pencairan dan penggunaan bantuan:

1. Proses pencairan bantuan ini dilakukan berdasarkan peraturan yang ditetapkan.

2. Penggunaan bantuan ini adalah untuk membantu para dosen dalam pelaksanaan peningkatan mutu penelitian pada PTKI. 3. Penggunaan bantuan ini dipertanggungjawabkan oleh penerima

dana bantuan dan dilaporkan kepada Direktur Pendidikan Tinggi Islam.

4. Ketentuan-ketentuan lain berkenaan dengan pelaksanaan dan pelaporan penelitian mengacu kepada pedoman yang telah ditetapkan.

(3)

Anggaran Nomor (025.04.1)2132.008.001.011.A. 521219.

KEEMPAT : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di : Jakarta

Pada tanggal : 18 Agustus 2015

A.N DIREKTUR JENDERAL

DIREKTUR PENDIDIKAN TINGGI ISLAM

TTD,

(4)

NO NAMA JUDUL PTKI ASAL NILAI BANTUAN

1

Mohammad Sutrisno Hardiono

Metode Sutrisno (MasTris) Sebuah Inovasi Penjumlahan Angka Banyak

STAI al-Jawami

Cileunyi Bandung Rp 50,000,000

2 Zulfikar, M.Si Kombinasi Estimator Kernel Gaussian Order Tinggi dengan Simulasi Historikal terhadap Pengukuran Value at Risk (VaR)

STAI Bahrul

UlumTambakberas Jombang

50,000,000 Rp

3 Muhammad Rizal Pendidikan Dayah dalam Bingkai Otonomi Khusus Aceh STAI Almuslim Bireuen

Aceh Rp 50,000,000

4 Muhammad

Jafar Shodiq

Pengembangan Soft Skill sebagai Upaya Menuju UIN Sunan

Kalijaga sebagai PTAIN Berbasis Enteroreneurship UIN Sunan Kalijaga Rp 50,000,000

5 Dr. Mustain Mengemas Kebosanan Pasca Menikah: Rekonseptualisasi

Konseling Perkawinan dalam Bentuk Manafikan IAIN Purwokerto Rp 50,000,000

IAIN Imam Bonjol

NOMOR : 5046

A: KLUSTER PUBLIKASI PENELITIAN NON-DISERTASI DAN NON-TESIS (PPNDT)

KEPUTUSAN DIREKTUR JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM

TENTANG

PENERIMA BANTUAN PENINGKATAN MUTU PUBLIKASI DAN JURNAL ILMIAH TAHUN ANGGARAN 2015

(5)

7 Dr. Rumadi, MA Fikih Hubungan Antaragama: Studi Fatwa NU, Muhammadiyah dan MUI tentang Hubungan Islam dan non-Islam

UIN Syarif

Pesantren dan Salafisme: Kontestasi Perebutan Otentisitas dan Kontinuitias Tradisi Keagamaan

Universitas Islam

Madura Rp 50,000,000

9 Nurul Azizah Partai Politik Sebagai Rumah Aspirasi Masyarakat IAI Ibrahimy Situbondo Rp 50,000,000

10 Muhammad Muchlish Huda

Sintesa Antara Pesantren dan Pendidikan Tinggi di Jawa

(Tinjauan Atas Educational Relationship Pesantren Tebuireng dan Universitas Hasyim (UNHASY); Ke Arah Tradisi Baru Dalam Pendidikan

STAI Nahdlatul Ulama

Madiun Rp 50,000,000

11 Rinda Asytuti Isu-Isu Kontemporer Lembaga Keuangan Mikro Syariah di

Indonesia STAIN Pekalongan Rp 50,000,000

12 Drs. Dede Sukandar, M.Si

panapisan Bioaktivitas Tanaman Pangan Fungsional Masyarakat Jawa Barat dan Banten

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Rp 50,000,000

13 Fauzan Pembelajaran Bahasa Arab Pada Lembaga Pendidikan Islam di

Aceh STAI Jami'atut Tarbiyah Rp 50,000,000

14

Raden Asep Hamdan Munawar

Filsafat Ekonomi Syari dan Rsquo IAI Latifah

Mubarokiyah Rp 50,000,000

(6)

16 Zulfahmi, S. Hut, M.Si

Genetic Diversity of Eurycoma longifolia Jack Using Random Amplified Polymorphic DNA (RAPD) Marker In Forest Reserve

UIN Sultan Syarif

Kasim Riau Rp 50,000,000

17 Ahmad

Muthohar, M.Si

Islam Dayak : Studi Dialektika Identitas Dayak Tidung dalam

Relasi Sosial Keagamaan di Kalimantan Timur IAIN Samarinda Rp 50,000,000

18 Asrori S. Karni Otoritas Kepatuhan Syariah Dalam Regulasi Perbankan Syaraih STAI NU Jakarta Rp 50,000,000

19 Dr. Abid Rohmanu, MHI

Jihad dan Benturan Peradaban (The Clash of Civilizations):

Menyelami Identitas Poskolonial Khaled Mendhat Abou El Fadl STAIN Ponorogo Rp 50,000,000

20 Ismail, M.Ag Pemberdayaan Pendidikan Anak Usia Dini Berbasis Masjid di Kota Semarang

UIN Walisongo

Semarang Rp 50,000,000

21 Dr. Saifullah, SH, M.Hum

Tipologi Penelitian Hukum (Kajian Sejarah, Paradigma dan Pemikiran Tokoh)

UIN Maulana Malik

Ibrahim Malang Rp 50,000,000

22 Dr. Bunyana Sholihin, M,Ag

Kaidah Hukum Islam Dalam Tertib Dan Fungsi Perundang-Undangan

IAIN Raden Intan

Lampung Rp 50,000,000

23 Dr. A. Halil Thahir, MHI

Ijtihad Maqasidi : Rekonstruksi Hukum Islam Berbasis

Interkoneksitas Maslahah STAIN Kediri Rp 50,000,000

24 M. Tabah Rosyadi

Optimasi Pasokan Daging Halal Nasional Menuju Indonesia Sebagai Pusat Pangan Halal Dunia

UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta Rp 50,000,000

(7)

26 Muhandis Azzuhri, Lc, MA

Konvensi Bahasa dan Harmonisasi Sosial (Telaah Linguistik dalam

Percakapan Campuran) STAIN Pekalongan Rp 50,000,000

1,300,000,000 Rp

AMSAL BAKHTIAR

Ditetapkan di : Jakarta

pada tanggal : 03 September 2015

Direktur Pendidikan Tinggi Islam

TTD,

a.n. Direktur Jenderal Pendidikan Islam

(8)

MENGEMAS KEBOSANAN

PASCA-MENIKAH

Rekonseptualisasi Konseling Perkawinan

dalam Bentuk Menafikan Keegoisan Diri

untuk Meneguhkan Sikap Saling Memberi,

(9)

UU No 19 Tahun 2002 Tentang Hak Cipta

Fungsi dan Sifat hak Cipta Pasal 2

1. Hak Cipta merupakan hak eksklusif bagi pencipta atau pemegang Hak Cipta untuk mengumumkan atau memperbanyak ciptaannya, yang timbul secara otomatis setelah suatu ciptaan dilahirkan tanpa mengurangi pembatasan menurut peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Hak Terkait Pasal 49

1. Pelaku memiliki hak eksklusif untuk memberikan izin atau melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya membuat, memperbanyak, atau menyiarkan rekaman suara dan/atau gambar pertunjukannya.

Sanksi Pelanggaran Pasal 72

1. Barangsiapa dengan sengaja dan tanpa hak melakukan perbuatan sebagaimana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1) atau pasal 49 ayat (2) dipidana dengan pidana penjara masing-masing paling singkat 1 (satu) bulan dan/atau denda paling sedikit Rp 1.000.000,00 (satu juta rupiah), atau pidana penjara paling lama 7 (tujuh) tahun dan/atau denda paling banyak Rp 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).

(10)

MENGEMAS KEBOSANAN

PASCA-MENIKAH

Rekonseptualisasi Konseling Perkawinan

dalam Bentuk Menafikan Keegoisan Diri

untuk Meneguhkan Sikap Saling Memberi,

(11)

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

MUSTA’IN

Mengemas Kebosanan Pasca-Menikah: Rekonseptualisasi Konseling Perkawinan dalam Bentuk Menafikan Keegoisan Diri untuk Meneguhkan Sikap Saling Memberi, Menerima, Memahami, dan Menjaga/oleh Musta’in.--Ed.1, Cet. 1--Yogyakarta: Deepublish, Desember 2015.

xxxiv, 270 hlm.; Uk:15.5x23 cm

ISBN 978-602-401-065-2

1. Psikologi I. Judul

158.3

Desain cover : Herlambang Rahmadhani Penata letak : Dyah Wuri Handayani

Jl. Rajawali, G. Elang 6, No 3, Drono, Sardonoharjo, Ngaglik, Sleman Jl.Kaliurang Km.9,3 – Yogyakarta 55581

Telp/Faks: (0274) 4533427 Website: www.deepublish.co.id

www.penerbitdeepublish.com e-mail: deepublish@ymail.com

PENERBIT DEEPUBLISH (Grup Penerbitan CV BUDI UTAMA)

Anggota IKAPI (076/DIY/2012) Copyright © 2015 by Deepublish Publisher

All Right Reserved

Isi diluar tanggung jawab percetakan Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang keras menerjemahkan, memfotokopi, atau

(12)

MENCINTAI DENGAN HATI:

Mempertegas Asumsi atau Mencari Solusi atas Anggapan

bahwa Manusia Dihinggapi Kodrat Rasa Bosan

Oleh: ARSAM

Dosen IAIN Purwokerto

etika saya menulis kata pengantar ini, sering sekali saya menekan tombol backspace pada keyboard. Terlalu sering, bahkan. Saya mencoba merenungi berapakali saya mengalami kebosanan semenjak remaja hingga sekarang ini. Walhasil, jawabannya sama dengan tombol backspace diatas. Dulu bahkan saya pernah merasa bosan dengan diri sendiri. Pingin mengakhiri hidup tapi nggak berani (takut dosa pula). Muak dengan kondisi yang biasa-biasa saja, terkungkung dalam kemiskinan dan penderitaan hidup. Galau. Miskin ilmu, miskin harta. Rasanya ingin teriak dan memaki Sang Pencipta kenapa hidup ini tidak adil. Saya teringat perkataan Charles Noble, ‚You must have long term goals to keep you from being frustrated by

(13)

punya target/cita-cita jangka panjang maka terhentinya diri ini untuk melakukan sesuatu sebab bosan dan sebagainya tidak akan sampai menyurutkan pergerakan kita. Target jangka panjang akan membuat kita tetap semangat bila dihayati dengan baik. Ia akan menjadi pemicu agar diri ini tetap istiqomah meski harus menjumpai seabrek masalah, kegagalan dan rasa bosan. Namun jangan dilupakan juga untuk tetap berdoa pada Allah agar senantiasa membimbing kita dalam mencetak prestasi dan melakukan kebaikan.

Secara psikologi, rasa bosan didefinisikan oleh Fisher sebagai

‚suatu kondisi perasaan (afektif) yang tidak menyenangkan dan

bersifat sementara, yang ditandai seseorang merasakan suatu kehilangan minat dan sulit konsentrasi terhadap aktivitas yang

sedang dilakukannya‛. Leary mendefinisikannya secara sama, namun sedikit lebih ringkas, yaitu: suatu pengalaman afektif (berkaitan dengan perasaan) yang berhubungan dengan proses-proses kogni-tif dalam hal perhatian‛. Definisi-definisi itu memperjelas bahwa rasa bosan muncul bukan karena tak ada sesutu untuk dikerjakan, tetapi karena ketidakmampuan untuk terikat dalam suatu aktivitas tertentu. Meskipun sering muncul hasrat yang sangat dalam ke arahnya.

(14)

terlibat dalam aktivitas yang tidak kita inginkan, atau ketika kita

hanya tak mampu tanpa alasan yang muncul untuk

mempertahankan keterlibatan kita dalam suatu aktivitas atau pertunjukkan. Salah satu konsep psikologis yang penting adalah kecenderungan bosan (boredom proneness); Suatu kecenderungan untuk mengalami semua jenis rasa bosan. Konsep ini biasanya diukur dengan skala kecenderungan bosan (the Boredom Proneness Scale) . Selaras dengan definisi tersebut, penelitian menemukan bahwa kecenderungan bosan secara jelas dan konsisten terkait

dengan gangguan-gangguan perhatian. Rasa bosan dan

kecenderungan bosan, keduanya secara teori dan kenyataan berhubungan dengan depresi dan gejala-gejalanya. Namun, kecenderungan bosan telah terbukti terkolerasi secara kuat dengan hilangnya fokus/perhatian, sebagaimana depresi.

(15)

mengalami kebosanan ini resah dan aktif mencari sesuatu untuk mengalihkan perhatian. Keempat: Bosan reaktan. Orang yang mengalami kebosanan ini termotivasi meninggalkan situasi yang mereka hadapi. Kelima: Kebosanan apatis. Ini jenis kebosanan yang paling baru ditemukan. Ini jenis kebosanan yang tak menyenangkan yang menyerupai ketidakberdayaan atau depresi. Ini terkait dengan rendahnya tingkat gairah dan tingkat keengganan. Apakah ada diantara kita yang tidak pernah merasakan jenuh atau bosan dalam melakukan sesuatu hal yang rutin? Setiap manusia normal pastilah pernah merasakan kebosanan. Entah itu bosan dalam belajar, bosan sebab sekolah, bosan mengajar (bagi guru), bosan bekerja, bosan bermain, bosan dalam menjalin hubungan dengan seseorang, bosan mengurus rumah, merawat anak dan seabrek bosan lainnya yang mustahil disebutkan satu per satu disini.Sebenarnya perasaan bosan adalah hal wajar yang hinggap di kepala kita atas sesuatu yang kita lakukan. Bosan menjadi penanda apakah seorang manusia masih melakukan aktifitas kehidupan atau tidak. Maka bersyukurlah bila dalam kita beraktifitas tiba-tiba muncul rasa bosan yang membuat hati terasa gamang. Namun demikian rasa bosan tidak dapat disepelekan. Bosan yang terus berkelanjutan dapat berakibat rasa malas yang akut, self confidence yang rendah, membuat hubungan dengan orang lain berakhir dan menjadikan kita pribadi yang terpuruk. Orang yang mudah bosan pada segala hal biasanya tidak akan sukses dalam mengerjakan apa saja.

(16)

menjadi pribadi yang kreatif dan mengejutkan‛. Ya, kata kuncinya

cuma ini: Kreatif dan Mengejutkan. Sebagai contoh, kalau kita bosan terhadap pekerjaan yang kita jalani tiap hari maka kita mesti

‚menyelipkan‛ banyak hal dalam pekerjaan tersebut dengan

sesuatu yang asing/nyeleneh. Hanya perlu diingat kalau yang asing/nyeleneh itu masih dalam aturan syar’i, tidak melanggar aturan perusahaan dan tidak merugikan orang lain. Misalnya supaya suasana berangkat dan pulang kerja tidak sama setiap harinya maka tidak ada salahnya mencoba rute/jalan lain yang belum pernah kita lewati. Ayolah, mayoritas orang jika berangkat ke kantor melewati Rute A dan pulang kerja menempuh Rute B maka setiap harinya ia akan melalui Rute A lalu Rute B. Padahal tidak tertutup kemungkinan ia bisa mencari rute lainnya yang akan membuat suasana perjalanan menjadi berbeda. Atau kalau tiap hari kita berangkat kerja menggunakan sepeda motor maka suatu hari cobalah berangkat memakai angkutan umum. Naik sepeda ontel atau malah jalan kaki juga boleh. Syaratnya Anda harus cerdas dan tahu diri akan jarak yang mesti ditempuh. Sungguh, saya tidak menyarankan berjalan kaki kalau antara rumah Anda dengan kantor jaraknya 40 Km. Menempuh jalan/rute baru, menggunakan alternatif transportasi lain, menata kembali letak meja & kursi kantor, memberikan hiasan pada dinding kantor, mengganti desain wallpaper komputer, dan hal-hal kreatif lainnya akan membuat kita

‚bertemu‛ dengan suasana baru serta memunculkan berbagai

(17)

pendapat Agus Supriatna, yang memaknai bosan sebagai keadaan di mana pikiran menginginkan perubahan, mendambakan sesuatu yang baru, dan menginginkan berhentinya rutinitas hidup dan keadaan yang monoton dari waktu ke waktu. Dan sebagai manusia, wajar jika terkadang kita merasa bosan, termasuk bosan terhadap pasangan. Bosan itu tidak hanya terjadi kepada pasangan yang masih dalam taraf kenalan/penjajakan, pasangan yang sudah menikah pun seringkali dihinggapi rasa bosan. Bertemu mata tiap hari, ngobrol tiap hari, SMS-an setiap hari, dan melakukan rutinitas yang sama setiap hari. Apalagi kalau keduanya sama-sama bekerja dan satu kantor. Di dunia nyata ketemu, di dunia maya pun ketemu. Di rumah ketemu, di kantor pun ketemu. Pada pasangan model begini tingkat kebosanan menjadi cukup tinggi.

Percaya atau tidak, sebenarnya bosan itu inspirasi. Ketika bosan tengah melanda, otomatis pasangan tersebut mencoba menemukan cara supaya rasa bosan itu hilang. Cara yang unik, cara yang simple, cara yang menyenangkan supaya bosan itu berubah menjadi rindu. Rindu untuk terus bersama. Tapi ingat, jangan hanya karena merasa bosan, terus langsung minggat dari

rumah atau mencoba untuk selingkuh. Ada yang bilang ‚Rumput tetangga jauh lebih subur ketimbang rumput sendiri‛. Saya sendiri

(18)

ada kelebihan untuk disanjung/dibanggakan ketika melihat orang lain.

Pernikahan adalah suatu bentuk kerjasama antara suami dan istri namun tidak selamanya suatu pernikahan berjalan dengan mulus. Selalu ada pasang surut yang terjadi. Karena itu dibutuhkan kedewasaan kedua belah pihak untuk mengatasi semua masalah yang dapat timbul kapan saja di dalam rumah tangga. Namun kadang kala suami atau istri kurang bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah atau malah cenderung untuk memperkeruh suasana. Situasi yang demikian dapat membuat pernikahan menjadi tidak sehat. Hubungan yang kondisinya tak sehat tersebut, jika didiamkan, akan menjadi sakit parah. Seperti rasa jenuh terhadap situasi di dalam rumah tangga Anda yang terlalu monoton, sehingga timbullah rasa kebosanan. Setiap orang pasti akan mengalami masa-masa itu. Rasa bosan pasti pernah singgah dalam kehidupan rumah tangga Anda. Bahkan mungkin suatu waktu akan datang kembali. Rasa bosan dalam kehidupan berumah tangga adalah wajar, mengingat memang tidak ada yang sempurna dalam kehidupan di dunia ini. Maka, setinggi apapun prestasi, kebaikan, atau keistimewaan, selama masih ada di dunia, pasti memiliki kelemahan dan kekurangan. Akibatnya, kebosanan-kebosanan menyergap kehidupan rumah tangga Anda. Tiba-tiba Anda merasa bosan pada keadaan rumah, bosan terhadap penampilan pasangan, bosan terhadap keadaan anak-anak, atau bosan menghadapi segala permasalahan rumah tangga.

(19)

harapan Anda. Misalnya saja, Anda menginginkan suami selalu bersemangat dalam menyelesaikan setiap permasalahan karena bagi Anda suami ideal adalah suami yang selalu tegar menghadapi masalah rumah tangga. Namun, kenyataannya, suami Anda malah down, dan sebagainya. Ini adalah suatu gejala di mana pada masa awal hubungan Anda berdua, segala kekurangan Anda atau pasangan mungkin merupakan hal yang menyenangkan. Tetapi jika hubungan Anda mulai suram, sehingga menimbulkan gejala-gejala kecil yang menganggu. Walau ini hanya gejala-gejala yang bisa dibilang kecil, di balik itu tersembunyi pertanda bahwa anda atau dia mungkin sudah bosan dengan segala prilaku yang ditunjukan.

Ketika seseorang merasa bosan pada pasangannya, ia cenderung memusatkan perhatian pada kurangnya sesuatu yang baru atau kurangnya stimulasi dari lingkungan. Karena itu, diperlukan kematangan untuk mengantisipasi rasa bosan terhadap pasangan. Salah satunya adalah secara rutin meluangkan waktu untuk pergi berdua as second honeymoon. Komunikasi rutin juga harus diubah menjadi komunikasi kreatif. Tidak hanya bertanya sudah makan atau pulang jam berapa, tapi carilah topik yang lebih menggairahkan, misalnya merayu untuk sex after lunch. Selain itu beri kejutan dengan kartu atau bunga, atau tiket menonton konser

kesukaan pasangan, ‚Bangun kembali keyakinan bahwa pasangan

adalah seseorang yang berharga dan Anda tidak salah pilih,‛ Pada

dasarnya, kebosanan bisa dijadikan sinyal untuk ‘menyuntik’ kembali hubungan agar menjadi segar dan sehat kembali. Memulai kembali tradisi bicara dari hati ke hati juga merupakan strategi yang efektif, karena pasangan yang telah menjalin relasi cukup

(20)

pasangannya untuk mengembangkan hubungan. Bila kita bosan dengan hidup, itu artinya Anda mengalami kebosanan secara eksistensial. Sebuah penelitian yang dimuat dalam The Journal of Social and Clinical Psychology (2009) menyatakan, kurangnya makna hidup menjadi penyebab kebosanan. Namun, kebosanan biasanya kurang diperhatikan karena dianggap sepele. Padahal kebosanan yang diabaikan dapat menurunkan kualitas hidup dan butuh penanganan yang serius.

Yang juga penting adalah mencoba bercermin, melakukan introspeksi terhadap diri anda sendiri. Apakah selama ini anda sudah benar-benar melakukan hal yang terbaik yang dapat anda lakukan untuk pasangan? Dan apakah Anda sudah berusaha sebaik-baiknya untuk membina hubungan yang sehat? Apapun masalahnya, jika salah satu atau kedua pihak dalam suatu hubungan yang sakit berusaha untuk menyembuhkan penyakit tersebut, pasti ada jalan keluarnya. Atau Anda juga dapat menyusun perencanaan dan manajemen rumah tangga Anda kembali. Kebosanan banyak datang karena tidak adanya perencanaan dan manajemen yang baik dalam menata aktivitas rumah tangga. Setelah sekian lama berumah tangga, ada saatnya Anda berdua merenung. Mungkin karena kesibukan urusan kantor atau rumah, Anda berdua tidak sempat saling mengingatkan pada niat semula menjalani rumah tangga. Anda berdua perlu mengukur

kembali keikhlasan Anda dalam menghadapi berbagai

problematika rumah tangga.

(21)

dapat menimbulkan rasa bosan. Oleh karenanya dalam menjalani hubungan perlu diberikan sentuhan – sentuhan baru yang dapat meminimalisir rasa jenuh. Rasa jenuh dalam hubungan asmara dapat timbul karena adanya faktor internal atau karena faktor eksternal. Penyebab kejenuhan dalam hubungan asmara jika dilihat dari faktor internal dapat disebabkan karena tertarik dengan orang lain atau rasa bosan yang timbul dari diri sendiri. Rasa ketertarikan dengan orang lain memang masih dapat terjadi meskipun kita sudah berada pada keadaan telah memiliki kekasih. Mengapa?, karena perasaan suka akan muncul secara tiba- tiba. Tanpa kita sadari perasaan akan muncul begitu saja. Sehingga dengan alih- alih tersebut mengungkapkan bahwa dirinya bosan dengan hubungan yang sedang dijalani saat ini. Namun rasa bosan juga dapat timbul secara personal. Rasa bosan ini bisa muncul karena

perasaan yang tidak terkendalikan atau karena persoalan–

(22)

diperhatikan dalam berkomunikasi yakni apa yang sedang kita komunikasikan. Jangan sampai komunikasi yang kita lakukan justru membuat pasangan menjadi jenuh. Faktor lain yang turut menyumbang adalah hadirnya pihak ketiga. Ini yang sulit untuk dibendung karena sangat ampuh menimbulkan kejenuhan. Saat kita sudah tertarik dengan orang lain sudah otomatis jenuh muncul.

Oleh karena itu kenali Penyebab kejenuhan dalam hubungan asmara dan minimalisirlah kejenuhan tersebut agar tidak merugikan hubungan yang sudah terjalin. Semoga pembahasan ini bermanfaat untuk semua pihakMenjaga keutuhan rumahtangga bukan soal mudah. Banyak sekali godaan yang dapat

menghancurkan hubungan. Apalagi, perkawinan adalah

bersatunya dua hati yang memiliki karakter yang berbeda. Belum lagi jika pasangan suami-istri sama-sama berkarier di luar rumah, sehingga waktu berkomunikasi dan berduaan pun menjadi sangat terbatas, yang terkadang memicu timbulnya masalah. Coba lihat apa yang terjadi pada pasangan Haris dan Elsa. Sama-sama sukses di karier, berpenghasilan tinggi, serta memiliki kedudukan penting di kantor. Sayang, dalam hal membina rumahtangga, yang terjadi adalah sebaliknya. Nyaris tiada hari tanpa keributan. Sering, masalah pemicunya cuma persoalan sepele. Contohnya, soal sarapan pagi. Sebagai kepala keluarga, Haris merasa harus dilayani

Elsa, dan bukan oleh pembantu. ‚Apa gunanya punya istri kalau tidak bisa melayani suami. Masak, sih tidak ada waktu sedikitpun

untuk menemani suaminya makan,‛ keluh Haris pada Anton,

sahabatnya. Namun, lain lagi apa kata Elsa pada Tami, sahabatnya

(23)

tahu istrinya itu wanita karier yang harus berpacu dengan waktu. Bagaimana menemani sarapan pagi, wong berangkat ke kantor saja pukul enam pagi. Dasar, ia memang terlalu banyak menuntut. Pernah, lho kita tidak bicara selama seminggu, gara-gara soal itu!‛

Ya, kasus seperti yang dialami Haris dan Elsa seringkali dianggap sepele oleh pasangan suami-istri. Sepintas, memang terlihat itu hanyalah masalah kecil. Namun, bila dibiarkan berlarut-larut, tentu bisa membahayakan keutuhan rumah tangga. Nah, sebelum terlambat, simak beberapa tanda bahaya yang bisa mengganggu dan merusak hubungan rumahtangga beserta solusinya.

1. Masalah Menumpuk. Terkadang, masalah-masalah tak

(24)

menyelesaikannya dengan pikiran dingin dan hati yang tenang. Pasti ada jalan keluarnya.

2. Kritik. Tak semua orang bisa menerima kritik, sekalipun kritik yang bersifat membangun. Contohnya Elsa, yang tak sudi menerima kritik dari Haris, suaminya, soal badannya yang makin hari makin mekar ke samping. Apalagi, setiap kali ia menyantap mie goreng kesukaannya, ada saja kata-kata Haris yang menyindir bentuk tubuhnya. Jelas, Elsa tersinggung. Padahal tujuan Haris baik. Bagaimana mengatasinya?. Sebenarnya, untuk menyampaikan kritik yang tepat pada sasaran tidaklah sulit. Yang perlu diperhatikan adalah, cara penyampaiannya agar tidak menyinggung perasaan. Nah, pergunakanlah bahasa yang sopan dan waktu yang tepat untuk menyampaikannya. Jangan memberi kritik saat ia berbuat sesuatu yang menurut Anda tidak benar. Jelas saja ia tidak bisa terima. Jika Anda ingin menyampaikan kritik yang membangun pada pasangan, sampaikan di saat Anda berdua menikmati waktu

santai, misalnya. Misanlya, ‚Ma, Papa senang, lho kalau

bentuk pinggang Mama diperkecil ukurannya. Biar enak merangkulnya. Kalau mama terlihat langsing, pasti akan semakin cantik!‛ Tentu, pasangan tidak akan tersinggung, dibanding bila Anda menyerangnya dengan kata-kata pedas.

3. Menghina. Terkadang, tanpa disadari, apa yang Anda

perbuat dan ucapkan pada pasangan bisa menyinggung

perasaannya. Contohnya, ‚Bodoh banget sih! Masak

(25)

Mendengar lontaran kata yang begitu pedas, jangan kaget jika pasangan terhina, harga dirinya terinjak-injak. Apalagi Anda membumbui dengan kata-kata, tolol, bodoh, nggak punya otak. Belum lagi bila Anda hobi menyampaikan sindiran yang bersifat sarkartis, seperti si Ompong (karena giginya ompong) atau si Tambun (karena badannya gendut). Meski maksud Anda bercanda, tetapi bukan berarti Anda dapat semena-mena menyampaikan kata penghinaan yang menyinggung perasaan pasangan. Kalaupun Anda merasa tak puas dengan cara kerja pasangan, cobalah membiasakan diri bertutur dengan kata-kata sopan, sehingga ia tidak tersinggung. ‚Eh, Pa! Bukannya Papa dulu pernah praktik memperbaiki televisi ketika kuliah. Pasti Papa sudah lupa, ya cara kerjanya. Ayo, coba diingat-ingat lagi!‛ Ini jauh lebih baik dibandingkan "hinaan" Anda yang pertama tadi.

4. Membandingkan-Bandingkan. ‚Eh, si Ambar itu suaminya

romantis, lho, Pa! Setiap kali tidur selalu dicium, dibelai.

Kalau Papa... mana?‛ Sifat suka membandingkan pasangan

dengan orang lain, jika dibiarkan, sungguh tak baik untuk keutuhan rumah tangga. Apalagi bila Anda membandingkan pasangan dengan orang yang lebih baik dari dia. Sadarilah bahwa setiap orang memiliki kelebihan dan kekurangan. Mungkin pasangan kurang romantis, tetapi untuk urusan perhatian ia lebih jago daripada suami teman Anda. Kalaupun Anda mengizinkan pasangan berlaku sama seperti

orang lain, katakan, ‚Pa, Mama ingin, lho dicium setiapkali Papa berangkat kerja. Seperti yang ada di televisi itu lho!

(26)

baik dibandingkan Anda membandingkan dirinya dengan orang lain.

5. Diam Membisu. Inilah salah satu sikap yang "menyimpan" bahaya. Ketika pertengkaran tidak bisa dihindari, bosan ribut-ribut, maka sikap yang diambil bisanya diam membisu. Saling bertahan pada pendapat masing-masing, merasa

dirinya lebih benar dibandingkan pasangannya. ‚Kalau dia

perlu, pasti ia akan mengajak bicara duluan. Wong, yang

salah dia, kok!‛ begitu biasanya Anda berkelit. Padahal, tanpa

Anda sadari, pasangan pun bersikap serupa. Ia merasa dirinyalah yang benar, sehingga ia pun enggan memulai pembicaraan sebelum Anda menyapanya. Nah, apa yang

terjadi jika kedua pihak sama-sama bersikeras

mempertahankan ego-nya?. Cobalah untuk berintrospeksi. Mungkin ada benarnya juga ucapan pasangan tentang diri Anda. Kalaupun Anda berencana mendiamkannya, sebaiknya bukan dalam jangka waktu lama. Sebaiknya, tujuan berdiam diri lebih untuk mencari ketenangan dan meredam emosi. Bila emosi sudah terkendali, biasanya Anda atau pasangan bisa menguasai diri. Tidak saling menyalahkan, tetapi saling memaafkan. Tapi ingat, komunikasi dan saling terbuka jauh lebih baik daripada berdiam diri.

(27)

Tapi, bagaimana jika ia justru mengambil kesempatan dengan mencuri simpati Anda, atau ia justru si Kompor yang justru memanas-manasi Anda, sehingga Anda makin benci pada pasangan? Masalah pasti akan jadi lebih runyam. Sadarilah bahwa setiap rumahtangga pasti punya masalah. Tergantung bagaimana Anda dan pasangan menyikapinya, apakah mau diperkecil atau diperbesar. Nah, jika Anda merasa masalah yang Anda hadapi bersama pasangan adalah masalah besar dan tidak ada jalan keluarnya, cobalah minta orang terdekat pasangan, misalnya mertua, untuk menasihatinya. Jangan melibatkan orang ketiga dalam permasalahan rumah tangga Anda, karena jauh lebih berisiko.

7. Dendam. Suatu hari, pasangan melakukan kesalahan yang

menurut Anda tak dapat dimaafkan. Misalnya, Anda pernah memergoki ia selingkuh dengan wanita lain. Apapun bentuk pernyataan maaf yang diungkapkan pasangan, tidak membuat hati Anda luluh. Sekali dendam, tetap dendam. Merasa di pihak yang benar, Anda bertahan untuk tidak mau memaafkan dan terus membenci. Nah, karena pintu maaf tidak terbuka, tak menutup kemungkinan pasangan akan mengulang kembali perbuatannya, kan?.Sifat mendendam sebaiknya dibuang jauh-jauh. Apalagi dendam pada pasangan. Tentu, tak ada wanita yang tak sakit hati memergoki pasangannya berselingkuh. Namun, jika ia sudah

mengakui kesalahannya dan berjanji tidak akan

(28)

kali, tiada maaf bagimu!‛ Mungkin itu cuma gertakan Anda,

tetapi dapat membuat pasangan berpikir dua kali untuk melakukankesalahan yang sama.

Berikut beberapa tips lain agar terhindar dari rasa bosan terhadap pasangan. Pertama: Memberikan Kejutan. Supaya keharmonisan dengan istri bisa sedikit berwarna, bolehlah kita tambahkan pemanis di tiap rutinitas yang ada. Beri kejutan-kejutan kecil yang bisa membuat pasangan bahagia. Ajaklah pasangan untuk belanja bersama, makan lesehan di pinggir jalan, traveling bersama, masak bersama, sholat di masjid yang belum pernah dikunjungi bersama. Kedua: Cuek lawan Perhatian. Ada kalanya seseorang bosan dengan sikap cuek atau perhatian yang diberikan oleh pasangannya. Nah bagi anda yang suka memberikan

perhatian, sekali waktu cobalah untuk memainkan ‘sandiwara’

cuek terhadap pasangan, begitu juga sebaliknya. Ketiga: Mengenang Bersama. Melihat foto atau video tentang Anda dan pasangan, tentang Anak yang masih bayi dulu, membaca kembali surat yang pernah pasangan berikan, dll. Kenanglah semua hal yang bisa membuat Anda tersenyum dan semakin sayang dengan pasangan. Beragam tips inilah yang akan banyak dijumpai dalam buku ini, oleh karenanya selamat membaca dan semoga mendapat pemahaman baru tentang eksistensi rasa bosan dalam rumah tangga.

(29)

Kata-kata diatas tepat untuk direnungkan ditengah semakin menjamurnya penghianatan dalam pernikahan yang harusnya dilandasi dengan kepercayaan dan cinta. Bahkan salah satu atau mungkin krisis terbesar dalam pernikahan adalah pengkhianatan itu sendiri. Berita bahwa pasangan telah berselingkuh dapat diibaratkan seperti badai yang secara sekejab melanda dan menyapu bersih kehidupan yang telah dibangun bersama. Marilah kita pelajari kembali dinamika perselingkuhan dan apakah yang dapat dilakukan untuk menghindar dari bencana pengkhianatan ini.

Krisis pernikahan adalah krisis pengkhianatan. Lebih luas dan dalam daripada sekadar perselingkuhan. Biasanya merupakan puncak dari tumpukan masalah. Apa pun penyebab pengkhianatan itu, hasil akhirnya adalah: rasa tidak puas, rasa buntu, tidak bisa menembus pasangan, rasa sepi dan hampa. Pada umumnya usaha demi usaha sudah dikerahkan untuk menyelesaikan masalah, namun perubahan hanya berlangsung sementara atau malah tidak ada perubahan sama sekali. Pada akhirnya perselingkuhan menjadi sebuah alternatif lain, ketimbang hidup dalam ketidakbahagiaan, sebuah peristirahatan dari kemelut yang menyusahkan. Dari sinilah kata-kata romatis kadang menjadi kamuflase dari kejenuhan yang mulai mengejala.

Kita sering mengucap: ‚aku mencintaimu dan tak terbersit sedikitpun dalam akalku untuk menduakanmu karena kamu selalu di hatiku‛. Bukan menggeneralisir kadar cinta masing-masing orang terhadap pasangannya. Namun jika mau jujur. Sebenarnya banyak yang mengklaim istri/ suaminya selalu dihati. Padahal sebenarnya

(30)

mereka. Karena keinginan bertanggung jawab, agar tidak dipandang sebagai orang kejam yang berkhianat atau yang lebih sering adalah menjaga komitmen. Banyak yang mengatakan bahwa rasa cinta hanya ada saat sepasang kekasih meningkatkan hubungan mereka ke jenjang perni-kahan. Sedangkan dalam kehidupan setelah pernikahan itu berlangsung yang ada hanyalah

‚komitmen‛. Menjaga komitmen pernikahan adalah sebagian besar

yang dilakukan pasangan setelah pernikahan mereka.

Pendapat itu memang tidak sepenuhnya benar tetapi masuk akal. Mengingat manusia dihinggapi kodrat rasa bosan. Tiap hari tinggal satu rumah, ngobrol, bercinta, tidur dengan wanita/pria yang sama. Secantik atau setampan apapun pasangannya, rasa bosan itu wajar ada. Jika sampai rasa bosan itu dipelihara. Apalagi dibumbui sikap kurang bijak terhadap perbedaan-perbedaan yang berujung pertengkaran, itu sangat berbahaya. Pada titik terendah hubungan suami istri ini yang perlu ditanamkan adalah niat untuk menjaga komitmen itu. Itu tindakan minimal untuk kelanggengan pernikahan.

Sebenarnya rasa cinta itu jangan sampai menipis ditimpa penyakit kebosanan dan perbedaan. Suatu tahap yang sering terlupakan dalam hubungan pernikahan itu adalah rasa kasih sayang yang melebihi rasa cinta. Jika rasa kasih sayang itu dipupuk dan subur maka yang terwujud adalah pasangan kita itu nyata ada di hati. Jika sudah ada di hati maka akan merujuk pula tuntutan bahwa pasangan kita selalu pula ada di kepala. Kita dapat menilai apakah pasangan kita itu ada dihati atau hanya ada di kepala

(31)

memiliki rasa sedih ataupun takut kehilangan pasangannya. Meski ia adalah orang setia selama ini, maka dapat dipastikan bahwa pasangan hidupnya hanya tinggal didalam kepala dan tidak tinggal di hatinya.

Ketentuan ini tentu saja bukan hanya berlaku dalam perenungan akan pasangan kita. Namun juga sama rasanya untuk sosok-sosok lain dalam hidup kita. Kita dapat jujur mengakui siapa sajakah sosok-sosok yang ada di hati kita ataupun sosok-sosok yang hanya ada di kepala kita. Anak-anak, Orang Tua, Mertua, Saudara ataupun sosok lain yang hadir. Menempatkan sosok-sosok selain istri dan anak-anak di dalam kepala kita mungkin dapat dimaklumi untuk pribadi yang telah dewasa dan mandiri. Namun sebuah sikap hidup yang perlu direnungi jika sampai kita menempatkan pasangan hidup dan anak-anak kita hanya di kepala saja. Tempat yang layak untuk mereka adalah di hati kita.

(32)

Seharusnya kita juga memberi lebih banyak waktu untuk belajar mengambil keputusan bersama dan memberi lebih banyak waktu untuk mengembangkan keterampilan menyelesaikan konflik, karena di dalam yang benar, ada yang salah dan di dalam yang salah, ada yang benar. jadi, jangan terlalu yakin terhadap kebenaran menurut diri sendiri. Hal lain yang terpenting adalah memahami dan menyampaikan pemahaman adalah separuh jalan menuju perdamaian. Dan menyadari kenyataan bahwa kerugian dari mengalah ternyata tidak seburuk yang dibayangkan dan keuntungan dari kemenangan ternyata tidak semanis yang dibayangkan. Seharusnya lebih membatasi diri dan lebih mengawasi pasangan dalam pergaulan. ingat: rasa ingin tahu melahirkan ingin puas dan ingin puas melahirkan ingin lagi

(33)

INDAHNYA MENDENGARKAN:

Memaknai dan Mempelajari Hidup Melalui Realitas Catatan

Seorang Konselor

Oleh: KHOLIL LUR ROCHMAN

Dosen Konseling IAIN Purwokerto

ata siapa konseling itu sulit? Yang penting anda punya keinginan untuk mendengarkan orang lain yang sedang bercerita pada anda. Anda tidak perlu menganalisis dulu, dengarkan saja dia. Dari mendengarkan itu anda pasti belajar sesuatu. Belajar tentang dirinya, tentang perasaannya, tentang kehidupannya dan tentang hidup. Itulah indahnya mendengarkan. Mungkin yang sulit bukan konseling tetapi menikmati konseling yang pada dasarnya proses mendengarkan aktif. Kita coba telaah bagaimana melakukan konseling dengan menguasai keterampilan mendengarkan aktif.

(34)

sehingga ia ingin balas dendam dengan mempermainkan pria lain supaya tidak hanya dia saja yang sakit hati tapi orang lain juga. Anda bisa memahami dia karena keinginan anda untuk mendengarkan sungguh-sungguh, tapi tidak berarti anda menyetujuinya. Tidak mudah untuk menikmati percakapan jika anda tidak mendengarkan dengan sungguh-sungguh atau aktif. Keterampilan mendengarkan aktif membuat anda bisa menikmati percakapan dengan orang yang sedang bicara dengan anda.

(35)

Hal hal diatas penting untuk diperhatikan selain teknik mendengarkan aktif yang menjadi dasar dari teknik konseling. Mendengarkan dengan penuh kesungguhan tanpa bermaksud menggurui, menilai, memaksakan kehendak akan membantu anda untuk mengerti orang yang anda ajak bicara, menikmati percakapannya, belajar sesuatu dan pada akhirnya memberikan bantuan pada orang itu berupa perasaan lega, rileks dan nyaman karena ada yang mengerti dan memahami, ketegangan yang turun karena ada orang yang menyediakan telinga dan hatinya bagi dia. Itu semua adalah akibat positif dari mendengarkan aktif. Jadi, mendengarkan aktif bisa dipelajari, dilatih dan dilakukan setiap kali kita melakukan konseling.

Ketika saya memulai karir sebagai konselor tidak pernah terbayang bahwa kehidupan saya begitu kaya. Kaya atas pengalaman orang lain yang mengalami masalah, kaya karena mendengarkan orang lain yang datang pada saya, kaya karena saya belajar tentang kehidupan itu sendiri. Ternyata saya kaya karena saya mendengarkan mereka. Mendengarkan membuat saya merasa hidup menjadi indah. Saya mudah bersyukur pada Tuhan karena hidupku tidak sesulit kehidupan klien saya yang menceritakan kehidupan dan persoalannya. Hidup saya menjadi lebih bermakna karena saya bisa melakukan sesuatu untuk para klien saya dengan

mendengarkan. Makna itu semakin terasa karena saya

merasakan betapa Tuhan sungguh baik.

(36)

memahami dia, saya mencoba mendengarkan dengan hati dan pikiran saya, apa yang sesungguhnya terjadi dengan dia? Suaminya mengatakan hal serupa, istrinya tidak bisa mendengarkannya dan tidak pernah menghargainya. Tuntutan demi tuntutan menjadi kesehariannya. Suami ini juga merasa bahwa istrinya tidak menghormatinya karena seringkali melakukan semua kegiatannya tanpa mengkomunikasikan kepadanya. Pasangan ini datang cukup sering ke tempat praktek konseling saya. Kehadiran mereka memang membuat saya bekerja keras untuk memahami persoalan hidup pernikahan mereka serta karakter masing-masing. Namun selain memahami karakter mereka, sayapun belajar sesuatu dari mereka, kehidupan perkawinan saya sendiri.

Dari pasangan ini saya melihat ke dalam kehidupan saya. Apakah saya setia dan menghormati pasangan saya walaupun saya juga sering merasa tidak puas padanya? Nampaknya saya memang harus bercermin bahwa kebahagiaan perkawinan bukanlah sekadar anugerah dari Tuhan, tapi harus diperjuangkan. Tuhan sudah membantu saya mengambil keputusan penting dalam hidup ini yaitu menikah. Namun, apakah kami berdua menikmati setiap anugerahNya dan merasakan kebahagiaan dalam perkawinan? Saya harus terus merefleksikannya. Pengalaman para klien saya membantu saya dalam proses refleksi tadi. Dengan mendengarkan mereka, saya mencoba belajar untuk melihat apa yang masih harus saya perjuangkan dalam pernikahan saya sendiri.

(37)

bukan karena sudah berapa tahun saya hidup, tapi karena sudah berapa banyak pengalaman hidup orang-orang yang saya dengarkan di ruang konseling. Kekayaan yang saya sebut di ataslah yang membuat hidup ini menjadi semakin indah. Saya memang bersimpati pada semua klien saya, tapi terlebih lagi saya belajar menikmati semua proses konseling itu karena saya belajar sesuatu dari mereka. Mungkin terdengar agak aneh bahwa sesungguhnya saya berterimakasih pada mereka karena merekalah yang membantu saya menghargai pasangan saya, anak-anak saya, orang tua saya, pekerjaan saya dan akhirnya hidup saya.

Dari para klien yang datang ke ruang konseling inilah saya melihat bahwa tidak ada manusia yang tidak mengalami masalah dalam hidupnya. Pertanyaannya bagaimana manusia melihat pengalaman hidup dan segala pernik persoalannya sebagai sumber makna hidupnya atau sebaliknya sebagai hanya sekadar masalah yang membuatnya membenci hidupnya atau lebih ekstrim lagi membenci Tuhan yang kata mereka, telah membuat hidup mereka berantakan. Saya tidak pernah mau menyalahkan hidup saya, apalagi Tuhan. Bagaimana mungkin, ketika saya sedang mengalami masalah dalam pekerjaan, dengan pasangan, dengan mertua, keluarga, maka praktek konseling atau cerita-cerita klien sayalah yang akhirnya memberikan perspektif lain memandang kehidupan saya. Hidup saya menjadi lebih bermakna, seperti yang dikatakan oleh Frankl, bahwa sumber makna hidup juga dapat kita

(38)

Melalui perjumpaan dengan para klien saya, yang kebetulan datang dengan persoalan rumah tangga dan pernikahan, maka saya tidak terlalu mudah menyalahkan Tuhan atas masalah perkawinan saya. Saya mencoba untuk melihat bahwa perkawinan saya memang tidak sempurna, tapi setidaknya, saya merasa lebih beruntung dari para klien yang pada akhirnya pernikahannya tidak bisa diselamatkan karena masing-masing tidak mau mencari titik temu. Itu sebabnya saya percaya bahwa mendengarkan itu adalah proses untuk belajar tentang hidup. Mendengarkan memang indah, seindah hidup ini.

Purwokerto, September 2015

(39)

PENGANTAR EDITOR

MENCINTAI DENGAN HATI: Mempertegas Asumsi atau Mencari Solusi atas Anggapan bahwa Manusia Dihinggapi

Kodrat Rasa Bosan ... v

PENGANTAR PENULIS

INDAHNYA MENDENGARKAN: Memaknai dan Mempelajari Hidup Melalui Realitas Catatan Seorang

Konselor ... xxvi

DAFTAR ISI ... xxxii

EXECUTIVE SUMMARY

MENGEMAS KEBOSANAN PASCA-MENIKAH: Sebuah

Cerita dan Tausiyah Singkat ... 1

BAB 1

Pendahuluan ... 27 Latar Belakang Masalah ... 27 A.

Pokok Permasalahan ... 50 B.

Tujuan Penelitian... 51 C.

(40)

Kerangka Teoritik ... 52 E.

Tinjauan Pustaka ... 54 F.

BAB II

Konseling Perkawinan dan Keluarga: Sebuah Penjelajahan

Teoritis ... 58 Substansi Menikah: Tidak Semata Mengejar

A.

Kesenangan dan Kenikmatan Melainkan Juga

Tangung jawab dan Pengorbanan ... 60 Memahami Konsep Konseling Perkawinan: Belajar

B.

Memaknai Perasaan dan Berempati dengan Hati ... 68 Konstruksi Konsep Konseling Keluarga: Tinjauan

Jenis dan Pendekatan Penelitian ... 159 B.

Menikmati Kebosanan Pasca-Menikah: Studi Kasus di

Beberapa Biro Konsultasi Keluarga di Purwokerto... 164 Kodrat Kebosanan: Perspektif Konselor ... 182 A.

Sebab dan Tanda Munculnya Rasa Bosan ... 205 B.

(41)

BAB V

Sedikit Tausiyah dan Cerita Singkat: Sebagai Kesimpulan

Akhir ... 251

(42)

MENGEMAS KEBOSANAN PASCA-MENIKAH

Sebuah Cerita dan Tausiyah Singkat

Abstrak

Pernikahan adalah suatu bentuk kerjasama antara suami dan istri namun tidak selamanya suatu pernikahan berjalan dengan mulus. Selalu ada pasang surut yang terjadi. Karena itu dibutuhkan kedewasaan kedua belah pihak untuk mengatasi semua masalah yang dapat timbul kapan saja di dalam rumah tangga Anda. Namun kadang kala suami atau istri kurang bekerjasama dalam menyelesaikan suatu masalah atau malah cenderung untuk memperkeruh suasana. Situasi yang demikian dapat membuat pernikahan menjadi tidak sehat. Hubungan yang kondisinya tak sehat tersebut, jika didiamkan, akan menjadi sakit parah. Seperti rasa jenuh terhadap situasi di dalam rumah tangga Anda yang terlalu monoton, sehingga timbullah rasa kebosanan. Kebosanan berhubungan erat dengan tujuan hidup. Makin jelas dan bermakna tujuan hidup, makin mudah kita mengatasi kebosanan. Sebaliknya tanpa tujuan hidup yang jelas dan bermakna, makin sukar kita melawan kebosanan. Kita harus menjalankan roda kehidupan sesuai dengan arah tujuan hidup; kita mesti mengatur dan merencanakan aktivitas dalam hidup untuk mencapai tujuannya

(43)

Saat pernikahan terjadi, awalnya adalah saat-saat paling indah, dan lambat laun bisa menjadi saat-saat paling buruk dalam sejarah hidupnya jika kedua insan yang menikah tidak bisa mensikapi perbedaan dengan bijaksana dan tidak bisa memaknai pernikahan dengan hati dan pikiran yang jenih. Maka wajar apabila ada rumusan 3 sampai 4 tahun pertama pernikahan adalah cinta, selanjutnya adalah pengertian. mengerti akan kelebihan dan kekurangan. Apabila pada 4 tahun selanjutnya masih menuntut cinta tanpa mengerti, itulah perceraian1. Hubungan pernikahan

yang mulai hambar seringkali tak disadari pasangan. Terutama setelah pernikahan berjalan lebih dari 5 tahun. Tak jarang, banyak yang mencari jalan pintas dengan berselingkuh2. Mencari WIL atau

PIL wanita atau pria idaman lain. Di Amerika, sebuah survei dari Pew Research Center menemukan, 40 persen responden

1 Ahmad Mubarok. (2002). Konseling Perkawinan. PT. Bina Rena Pariwara Cetakan ketiga Tahun 2002, hlm. 12 Lihat juga Ali Qaimi. (2007), terjemahan: Abu Hamida MZ. Pernikahan: Masalah & Solusinya. Jakarta: Cahaya, hlm. 76

2 Lafal selingkuh berasal dari Bahasa Jawa yang artinya perbuatan tidak jujur,

sembunyi-sembunyi, atau menyembunyikan sesuatu yang bukan haknya. Dalam makna itu ada pula kandungan makna perbuatan serong. Meskipun demikian lafal selingkuh di Indonesia muncul secara nasional dalam bahasa Indonesia dengan makna khusus hubungan gelap‛ atau tingkah serong

(44)

menyatakan perkawinan adalah "lembaga yang sudah usang" dan menjadi "sumber kebosanan". Sementara studi terbaru atas pasangan usia 18-29 menemukan, pasangan kini lebih menganggap penting "menjadi orangtua yang baik, ketimbang "memiliki perkawinan yang baik".

Sebuah perkawinan yang mulai goyah ditandai dengan perasaan biasa kepada pasangan, gairah menurun dan konflik yang rendah, namun disertai rasa puas yang rendah pula. Pada perkawinan yang terasa hambar, stabilitas yang ada terasa salah dan tidak nyaman. Kita merasa ada hal yang serius dalam perkawinan walaupun tak ada konflik yang serius. Survei terhadap 3.341 orang yang dilakukan Kristen Mark of The Kinsey Institute for Research Sex, Gender and Reproduction menemukan, 25 persen pasangan yang terikat pernikahan monogami mengakui berada diambang kebosanan. Menurut lan Kerner, penulis buku Love in the time of Coiic A New Parents Guide to Getting It On Again, "bukan sebuah kebetulan, satu dari lima orang yang setia pada pasangan didera rasa bosan". Dari survey di atas juga ditemukan sebagian besar wanita yang berada dalam pernikahan hambar mengaku merasa kesepian, sedangkan pria mengaku terperangkap3.

A. Cerita tentang Kebosanan dalam Rumah Tangga

Dalam buku ‚A Philosophy of Boredom,‛ Lars Svendsen mengemukan bahwa konsep ‘menarik’ (‘interesting’) muncul kurang lebih pada saat yang bersamaan dengan berkembangnya

3 Abu Azzam Abdillah. (2007). Agar Suami tak Berpoligami: Meraih Simpati Suami

(45)

konsep ‘individualisme’. Manusia mulai memilah-milah apa yang menarik dan yang tidak menarik. Menyenangkan dan tidak menyenangkan. Enak dan tidak enak. Demikianlah manusia mulai mencari apa yang menarik, menyenangkan, dan enak bagi mereka. Dengan konsep yang baru ini mereka memperjuangkan hak memperoleh kebahagiaan dan hak untuk terus dipenuhi kebutuhannya. Maka kebosanan pun terjadi ketika hal-hal yang ada tidak lagi memuaskan mereka. Dengan kemajuan teknologi, manusia yakin bisa menemukan apa yang mereka cari. Mereka menciptakan berbagai macam sarana untuk memuaskan keinginan dirinya. Semakin lama semakin cepat, semakin banyak, semakin bervariasi. Tapi nyatanya, keinginan manusia berevolusi jauh lebih cepat lagi. Satu hal yang menarik yang diungkapkan oleh Patricia M. Spacks adalah bahwa selain faktor-faktor yang telah disebutkan di atas, faktor ketiga yang berandil besar memperkuat kebosanan masal ini adalah hilangnya pengaruh agama dalam masyarakat.

Jika begitu kenyataannya maka tidak aneh apabila kita melihat lelaki yang mengkhianati istri atau kekasihnya, yang kelihatannya begitu sempurna: cantik, pinter, pokoknya segalanya yang membuat dia menjadi impian setiap lelaki. Ketika ditanya,

dengan entengnya dia bilang, ‚Sapa bilang sop buntut ngga enak.

Tapi sesekali pengen juga makan ikan asin pake sambel terasi.‛ Jawaban ini membawa pesan tentang kebosanan. Kadang, seorang lelaki tidak bisa memberikan alasan yang kuat, bahkan alasan apapun4, untuk berkhianat. Perempuan juga sama, tapi frekuensinya jauh lebih kecil

4 Ketika engkau mencintaiku, engkau menghormatiku. Dan ketika engkau

(46)

Terkadang, pernikahan terasa membosankan5 karena kita

menetapkan standar yang terlalu tinggi, bahwa pernikahan akan

sinilah saya teringat kisah temen saya dan istrinya. Aku masih ingat saat

malam pertama kita, saat itu engkau mengajakku shalat Isya’ berjamaah. Setelah berdoa engkau kecup keningku lalu berkata: ‚Dinda, aku ingin

engkau menjadi pendampingku Dunia-Akhirat‛. Mendengar ucapan itu,

akupun menangis terharu. Malam itu engkau menjadi sosok seperti sayyidina Ali yang bersujud semalam suntuk karena bersyukur mendapatkan sosok istri seperti Siti Fatimah. Apakah begitu berharganya aku bagimu sehingga engkau mensyukuri kebersamaan kita? Malam itu, aku tidak bisa mengungkapkan rasa syukurku ini dengan ucapan. Aku hanya bisa mengikutimu, bersujud di atas hamparan sajadah. Tanpa bisa aku bendung, air mata ini tiada hentinya mengalir karena mensyukuri anugerah Allah yang diberikan padaku dalam bentuk dirimu. Akupun berikrar, aku ingin menjadi sosok seperti Siti Fatimah, dan aku akan berusaha menjadi istri sebagaimana yang engkau impikan. Tidakkah kita merindukan suasana seperti itu

5 Kebosanan merupakan keadaan jiwa yang mengganggu manusia dalam

berbagai tingkat. Sebagian orang hampir tidak pernah merasakan kebosanan, sementara yang lainnya merasa kebosanan merupakan ciri pembawaannya.

Yang terakhir mungkin mempunyai segalanya —kekayaan, kekuasaan,

bahkan kesuksesan namun tetap merasakan kebosanan. Mereka melihat hidupnya hampa, diisi dengan pekerjaan rutin dan kurang mempunyai arah hidup. Mereka berusaha mengatasi kebosanan dengan melakukan hal-hal yang kurang pantas seperti berpakaian menyolok atau tata rambut yang seronok, berjudi, terlibat pencurian dan perkelahian yang memalukan, yang sesungguhnya hanyalah untuk menciptakan kesenangan dalam hidup mereka. Tetapi karena mereka asyik dengan diri mereka sendiri dan keinginan yang serakah, untuk mengalihkan usaha mereka ke arah kebaikan, namun kebosanan itu tetap berlanjut tanpa mereda. Seperti suatu usaha yang sia-sia, mencoba menimbun jurang tanpa dasar dengan segenggam batu kerikil. Kadang-kadang keluar dari jurang kebosanan,orang beralih pada alkohol untuk menghilangkan kebosanan maupun kesepian mereka. Sayangnya alkohol tidak dapat membersihkan kesulitan seseorang; malah hanya memperburuk persoalan, bagaikan menuang bensin ke dalam api,

Imam Subarno (2004), Menikah Sumber Masalah, Yogyakarta: Gramedia

(47)

memberi hal yang banyak dalam pernikahan. Banyak pasangan yang terjebak dengan harapan dan romantisme pasca-pernikahan. Saat mengalami bosan dalam pernikahan, mereka lebih memilih berselingkuh karena lebih menantang. Banyak orang merasa tergoda untuk berpetualang secara seksual setelah menikah. Penyebab yang tersering adalah kebosanan seksual, emosional atau keduanya. Manusia secara alami tertarik dengan variasi dan perubahan. Bagi yang memilih terikat dalam hubungan perkawinan karena banyak alasan, misalnya rasa aman, tetapi dengan mengambil keputusan tersebut, mereka juga membatasi pilihan6. Semakin panjang usia seseorang, semakin tinggi harapan

seksual dan emosional. Sangat kecil kemungkinannya orang yang tinggal bersama selama lebih dari sepuluh tahun tak pernah dihinggapi kebosanan.

Bagi banyak orang, terutama mereka yang mempercayai ungkapan romantis tentang apa yang akan diberikan cinta atau

perkawinan, akan cepat kecewa7. Ketertarikan menghilang,

kebosanan timbul. Wajah yang gembira, sentuhan yang menggetarkan, dan kepribadian yang menarik, akhirnya semata-mata menjadi kenyamanan. Seks menjadi rutin dan mekanis. Sebagian orang sedih atas kehilangan itu. Sebagian lainnya berpetualang. Sebagian lagi berhasil menemukan cara baru untuk

6 Bimo Walgito.(1984). Bimbingan dan Konseling Perkawinan.Yogyakarta: Yabit Fak. Psikologi UGM, hlm. 34, lihat juga Brammer, Lawrence M.(1979). The Helping Relationship, Process and skills, Prentice Hall Inc.,Englewood Cliffs, New Jersey.

7 TO. Ihromi, Bunga Rampai sosiologi Keluarga, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,

1999, hlm, 11. Lihat pula Wimpie Pangkahila. (2006). Seks yang

(48)

saling menggembirakan pasangan. Umumnya, orang percaya bahwa penangkal kebosanan cuma seksual seperti posisi yang bervariasi, teknik baru, sex toy, dan video. Sebagian orang melangkah lebih jauh lagi. Mereka yakin getaran dapat diperoleh dengan cinta yang baru. Mendapatkan kegembiraan dari hubungan yang lama masih mungkin dilakukan, tetapi juga memerlukan perhatian terhadap masalah nonseksual yang dialami pasangan saat hidup bersama.

Persoalan-persoalan ini muncul karena setelah menikah biasanya kita sudah lupa dengan saat-saat romantis yang tetap perlu dibina. Mungkin di saat pacaran kita begitu perhatian, romantis pada pasangan kita. Setelah menikah hal-hal yang pernah dilakukan selama pacaran sudah dilupakan karena beranggapan tidak diperlukan lagi. Ada banyak alasan orang untuk tidak romantis terhadap pasangannya, ada yang malu dilihat anaknya, ada yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, malu pada pembantu dan lain-lain. Yang terjadi kemudian adalah rasa bosan yang umumnya terjadi di setiap hubungan suami istri yang telah lama menikah. Biasanya karena setiap hal yang dilakukan sudah menjadi suatu kebiasaan, mulai dari bangun pagi sampai beristirahat di malam hari. Hal itu otomatis membuat mereka tidak merasakan ada yang spesial lagi, sehingga ada ungkapan setelah menikah tidak ada yang berubah, yang terjadi hanyalah pengulangan-ulangan yang klimaknya mengangggap pernikahan hanya sekadar

kebodohan untuk menghadapi kebosanan8.

8 Saat seseorang mencari pasangan, ia harus menyadari bahwa tidak ada orang

(49)

Tentu saja kebiasaan dan rutinitas dapat membunuh kerinduan suami terhadap istri. Untuk itu, harus ada dinamika agar tak ada kebosanan rumah tangga. Agar hubungan intim tidak semakin hambar dan hanya dianggap sebatas kewajiban. Yang perlu diperhatian di sini, kita tidak harus membahas kejenuhan seksual secara berlebihan, karena kehidupan rumah tangga bisa dinamis dan tetap menyenangkan. Kejenuhan temporal dalam rumah tangga tidaklah membawa masalah apa pun. Tapi kalau ia semakin bertambah dan hampir menjadi fenomena, maka tak ada jalan lain kecuali mengubah segala sesuatunya.

Dari sisi psikologis, satu hal yang perlu diingat bahwa secara naluriah setiap manusia senantiasa merindukan untuk memiliki apa yang belum dimilikinya. Ketika membayangkan sesuatu yang dia dambakan dia merasa sangat bahagia seakan-akan telah memilikinya, sehingga untuk mencapai apa yang diinginkan itu, orang berupaya keras mati-matian. Anehnya, ketika yang didambakan itu telah dia miliki, lama kelamaan, seiring dengan perjalanan waktu, perhatiannya terhadap yang telah dimilikinya itu semakin memudar dan bahkan pada suatu waktu ia bosan terhadap yang dulunya sangat dirindukannya itu. Lalu, keinginananya kemudian berpindah lagi kepada lainnya yang

menjadi teman dalam pencarian spiritual, mitra membangun hidup, dan pelipur meskipun dia mempunya kelemahan. Menjadi suami atau istri yang baik bukanlah hal yang mudah, menjaga keseimbangan antara deskripsi masing-masing. karena menjaga kebahagiaan rumah tangga itu sangat rumit, tiap pasangan suami-istri haruslah mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan itu dan memahami realitas tersebut sebelum menikah, Dadang Hawari (2006). Marriage Counseling (Konsultasi Perkawinan). Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, hlm. 49. Lihat juga Elida Prayitno,

(50)

belum dimilikinya. Dari sinilah kebosanan itu muncul. Yang membuat pernikahan bahagia bukan tingkat kecocokan kita dengan pasangan, tetapi seberapa besar kemampuan dan kesediaan kita untuk mengatasi ketidakcocokan9. Cinta mungkin terlihat ideal,

tetapi sesungguhnya pernikahanlah yang benar-benar aktual. Ketidakjelasan antara yang ideal (apa seharusnya) dan yang aktual

(apa adanya) memang tak pernah berujung. Statistik

memperlihatkan perlunya menemukan kiat menempuh pernikahan yang sukses. Mengajukan pertanyaan yang tepat kepada pasangan bisa menjadi alternatif solusi melanggengkan perkawinan yang sehat, serasi dan bahagia. Memperhatikan saran orang lain sebelum dan sesudah menikah sangatlah membantu.

B. Belajar dari Kebosanan

Rasa bosan pasti pernah singgah dalam kehidupan rumah tangga kita, bahkan mungkin suatu waktu akan datang kembali. Perasaan bosan itu ibarat gelapnya malam yang memang harus kita lalui untuk kemudian kita menikmati indahnya pagi dan hangatnya mentari. Rasa bosan dalam kehidupan berumah tangga adalah wajar, mengingat memang tidak ada yang sempurna dalam kehidupan di dunia ini. Maka, setinggi apapun prestasi, kebaikan, atau keistimewaan, selama masih ada di dunia, pasti memiliki kelemahan dan kekurangan. Artinya, seistimewa apapun pasangan hidup kita, pasti punya kekurangan. Akibatnya, kebosanan-kebosanan menyergap kehidupan rumah tangga. Tiba-tiba kita

9 James T Burtchaell (1990), Keputusan untuk Menikah: Kenapa Harus Seumur

(51)

merasa bosan pada keadaan rumah, bosan terhadap penampilan pasangan, bosan terhadap keadaan anak-anak, atau bosan menghadapi segala permasalahan rumah tangga. Rumah tangga yang sudah disergap kebosanan biasanya diwarnai dengan sikap yang serba tidak maksimal. Suami tidak maksimal mengelola ke-qawaman-nya dalam rumah tangga sehingga berimbas kepada sikap istri yang juga tidak maksimal dalam melayani suami, juga dalam menjaga amanah rumah dan anak-anak. Bisa jadi, suami-istri pun tidak maksimal mengekspresikan rasa cinta kasihnya. Akibatnya, muncul ketegangan atau bahkan sikap apatis, suami-istri berjalan sendiri-sendiri mengikuti idealisme masing-masing.

Ada suatu masa dalam perkawinan timbul perasaan tidak puas terhadap suami/istri kita, yang mungkin muncul karena tidak mampu memahami kekurangan ataupun perbedaan yang terjadi dengan pasangan kita. Perasaan yang jika tidak dapat dikontrol dengan baik akan menjadi bahaya laten yang akan menghancurkan rumah tangga kita. Sering kita mendengar ada perkawinan yang baru beberapa bulan dijalani, kemudian berakhir dengan

perceraian. Kadang ada yang berpendapat ‚Mencintai hingga

terluka‛, mungkin itulah pernikahan. Kalau ada yang mengatakan "Akhirnya mereka menikah, dan hidup berbahagia selamanya..." itu hanya ada di dongeng. Sah menikah itu baru awalnya saja sedangkan bahagia selamanya itu adalah usaha yang keras dari kedua belah pihak10 Kadang masalah yang timbul bukanlah

10 Menikah secara mudah diartikan sebagai persatuan dua pribadi yang

(52)

masalah yang prinsip. hanya cara kita bicara, atau mencuci baju, cara menyapu, cara makan, bahkan cara "ngunyah" makanan bisa membuat suasana jadi tidak enak.

Sebagian orang ada yang merasa heran, kenapa cara mencintai setelah menikah rasanya tak seindah cinta remaja yang masih pacaran?. Model cinta atau lebih tepatnya pola hubungan pasangan sebelum menikah dan yang sudah menikah tentulah berbeda. Sebelum menikah, pola hubungannya lebih tertutup karena memang aspek gengsi atau ketidakinginan dicela lebih dominan. Akibatnya, dalam banyak hal, kedua belah pihak cenderung bersikap defensif. Seperti perang dingin, masing-masing lebih banyak menutupi kelemahan dan memamerkan kekuatan. Tidak heran kalau kemudian yang tampak hanya yang indah-indah saja. Disamping juga, ada andil setan yang mengipasi imajinasi dan perasaan. Adapun setelah menikah, polanya adalah pola hubungan terbuka. Bahkan sangat terbuka. Diksi dalam al Quran sendiri sangat tepat dalam menggambarkan pola ini dengan mewakilkan

kata ‚afdha‛ untuk menjelaskannya (QS. An Nisa’ 21). Para ulama memang menafsirkannya dengan ‚jima’‛ atau hubungan badan.

seringkali sangat jauh berbeda, entah latar belakang keluarga, lingkungan tempat tinggal ataupun pengalaman pribadinya selama ini. Oleh karenanya perkawinan adalah proses untuk menyatukan perbedaan-perbedaan tersebut. Berdasar itulah, kesuksesan perkawinan ditandai bukan hanya oleh berapa lama hubungan tersebut terjalin, tapi juga intensitas perasaan yang dialami dua orang yang menjalin relasi perkawinan. Bisa saja di tahun ke-5, proses sharing sudah enggak jalan. Yang ada cuma kekesalan dan kekecewaan. Perkawinan tidak lagi nyaman, tinggal tunggu satu pemicu saja, maka

semuanya akan berakhir, Sayekti Pujosuwarno, 1994. Bimbingan Dan

(53)

Tapi kalau kita renungi, dari segi bahasa ‚Afdha‛ itu berasal dari

kata dasar yang bermakna ‚ lapang, atau luar angkasa‛ (fadha’) yang menggambarkan keterbukaan yang sangat luas. Ketika suami istri telah berjima’, berarti keduanya benar-benar telah membuka diri. Setelah menjadi suami istri, masing-masing tak merasa gengsi lagi jika hal-hal yang dulu mereka tutupi diketahui pasangannya. Suami tak gengsi lagi mengaku bokek alias tak punya duit. Istri pun tak malu lagi ketika suaminya tahu, ternyata tidurnya usil. Suka sikut sana tendang sini, misalnya.

Pada ‚era keterbukaan‛ ini, atsmosfir hubungan tentu akan

berubah. Perlu sikap dan mental dewasa untuk menghadapinya. Pasalnya, seperti kita tahu, ada banyak hal yang jika telah terbuka dan berlalu cukup lama akan menjadi hambar, membosankan dan basi. Pasangan kekasih yang secara prematur menghadirkan era ini sebelum menikah, hubungan mereka banyak yang cepat basi setelah menikah. Padahal sejatinya, inilah musimnya cinta sejati ditumbuhkan. Setelah menikah, pola hubungan yang terjadi semestinya lebih berupa koneksi antar hati. Hubungan hati yang didasarkan pada keinginan untuk berkomitmen, saling memberi, menerima, menguatkan dan kesadaran bahwa inilah salah satu pintu untuk meraih ridha-Nya11. Bukan lagi berdasarkan fisik

(54)

semata, sebagaimana yang terjadi sebelum menikah. Fisik memang menjadi media, tapi asalkan jalinan hatinya baik dan kuat, banyak pasangan yang mampu bertahan meski kekasihnya berubah secara fisik.

Cinta pada masa ini adalah cinta yang harus diusahakan agar mewujud dan dipelihara agar tidak layu. Bukan cinta yang tiba-tiba

‚jatuh‛ ke hati yang seakan-akan merupakan anugerah yang ada

begitu saja. Tidaklah salah kalau orang mengatakan, ‚Lebih penting

mencintai orang yang dinikahi daripada menikahi orang yang

dicintai‛. Artinya cinta kepada suami atau istri adalah cinta yang

wujudnya kata kerja ‚mencintai‛ dan menjadi pekerjaan yang terus

menerus dilakukan. Lebih dari sekadar objek berupa perasaan suka yang bercokol di dada. Jadi, kalau kita menyadari hal ini, perubahan pola hubungan itu insyaallah bukan masalah. Yang masalah adalah apabila kita masih saja terjebak angan-angan romantis yang memang hanya berupa angan, atau masih saja terkungkung nostalgia masa lalu. Enggan membangun cinta sejati yang sebenarnya jauh lebih indah, lebih damai dan lebih nyata wujudnya.

Hanya saja, secara jujur harus diakui bahwa menyemai cinta sejati tak semudah menanam singkong. Membangun cinta dalam rumah tangga tidak sama dengan membangun rumah, menata bata di atas bata. Bisa diukur dan diprediksi secara presisi segala akibat dan kemungkinannya. Tapi, membangun cinta dalam rumah

Referensi

Dokumen terkait

Model hidden Markov terdiri dari sepasang proses stokastik yaitu proses observasi dan proses yang mempengaruhi terjadinya proses observasi yang diasumsikan

Kemudian Bank Panin Syariah pada tahun 2014 memperoleh predikat Informatif padahal tahun sebelumnya hanya mendapatkan predikat Tidak Informatif dan Kurang Informatif hal

Paang renggana Gang.. Pena)paran Jl... Palapa XIV

Berdasarkan draf laporan yang telah diparaf kasubbag umum & keuangan dan Sekretaris menandatangani laporan SAIBA tersebut untuk kemudian diteruskan kepada petugas

Dalam pengujian baik online maupun offline menunjukkan hasil pengenalan suara burung dengan spektrum frekuensi lebih rendah dibandingkan dengan menggunakan cepstrum

Faktor yang mempengaruhi marketable surplus ditingkat petani di Kecamatan Buay Madang Kabupaten OKU Timur antara lain faktor luas lahan, jumlah anggota keluarga,

Terkait dengan jumlah pengguna perangkat bergerak yang banyak di Indonesia, mobile learning dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif untuk memecahkan

banyak pro-kontra antara ilmuan barat mengenai teori embriologi manusia. Teori yang muncul diantaranya yaitu menyebutkan ‚bahwa embrio manusia berbentuk manusia mikro