• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Pengaruh Sistem Pengupahan Terhadap Kepuasan Karyawan Panen Di PTPN III Kebun Tanah Raja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka - Pengaruh Sistem Pengupahan Terhadap Kepuasan Karyawan Panen Di PTPN III Kebun Tanah Raja"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1Tinjauan Pustaka

Kelapa sawit didatangkan ke Indonesia pada tahun 1848 dan mulai

dibudidayakan secara komersial dalam bentuk perusahaan perkebunan pada tahun

1911. Dalam perkembangannya, melalui salah satu produknya, yaitu minyak

kelapa sawit, kelapa sawit mampu menggantikan peran kelapa (Cocos nucifera)

sebagai sumber bahan baku/mentah bagi industri pangan maupun non pangan di

dalam negeri dan ditetapkan sebagai salah satu primadona ekspor non migas

Indonesia yang sangat dinantikan sumbangsih pemasukan devisanya (Tim

Penulis, 1992).

Dalam perekonomian Indonesia komoditas kelapa sawit memegang

peranan yang cukup strategis karena komoditas ini mempunyai prospek yang

cerah sebagai sumber devisa. Di samping itu kelapa sawit merupakan bahan baku

utama minyak goreng yang banyak dipakai di seluruh dunia, sehingga secara

terus-menerus mampu pula menciptakan kesempatan kerja yang luas dan

meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Rizsa, 1994).

Banyak faktor yang dapat dijadikan penentu dalam membentuk kadar dan

kualitas SDM. Dalam hal ini faktor yang paling utama adalah pendidikan, karena

dengan pendidikan seseorang dapat memanusiakan dirinya sendiri dan pendekatan

melalui sumber daya ini juga lebih menekankan pada penggunaan (Umar, 1998).

Kompensasi merupakan segala sesuatu yang diterima dapat berupa fisik

maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada seseorang yang

umunya merupakan obyek yang dikecualikan dari pajak pendapatan. Kompensasi

juga hal yang kompleks dan sulit, karena di dalamnya melibatkan dasar

kelayakan, logika, rasional, dan dapat dipertanggungjawabkan serta menyangkut

faktor emosional dari aspek tenaga kerja (Moekijat, 1992).

Kompensasi diberikan dengan tujuan memberikan rangsangan dan

motivasi kepada tenaga kerja untuk meningkatkan tenaga kerja serta efisiensi dan

(2)

karyawan akan terpuaskan dan termotivasi untuk mencapai sasaran-sasaran

organisasi.

Jenis-jenis kompensasi yang dapat diberikan oleh karyawan adalah berupa:

1. Imbalan ekstrinsik adalah imbalan yang berbentuk uang atau ada juga yang

berbentuk tunjangan pelengkap antara lain misalnya gaji, honor, bonus, dan

komisi, insentif dan tunjangan pelengkapnya berupa uang cuti, uang makan,

uang transportasi/antar jemput, asuransi dan jamsostek.

2. Imbalan intrinsik adalah imbalan yang tidak berbentuk fisik dan hanya dapat

dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan, jenjang karir yang jelas, kondisi

lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik, dan lain-lain (Anonimus, 2011).

Insentif adalah penghargaan kepada karyawan atas segala jerih payahnya

dalam meningkatkan tugas diluar gaji yang diterima setiap bulan dengan besaran

yang dapat berubah-ubah sesuai dengan hasil kinerjanya.Pemberian gaji pokok

harus dapat membuat pekerja merasa aman namun tidak mampu memberikan

motivasi.Upah yang dikaitkan dengan kinerja insentif dikatakan mampu

memberikan motivasi untuk meningkatkan produktivitas (Moekijat, 1992).

Insentif merupakan suatu program yang dilaksanakan perusahaan untuk

dapat merangsang karyawan untuk meningkatkan produktivitas dalam proses

produksi. Uang insentif adalah diluar uang/upah yang diterima karyawan. Karena

pada dasarnya upah karyawan yang sama kedudukannya adalah sama, akan tetapi

imbalan yang diterima karyawan setiap bulannya adalah berbeda (Nasution,

2005).

Dasar utama dalam pemberian insentif adalah berupaya meningkatkan

motivasi pekerja agar pekerja mau bekerja dengan produktivitas yang tinggi.

Dengan asumsi bahwa pekerja dalam hal ini bisa dimotivasi dengan uang, maka

pemberian insentif baru akan memberikan hasil yang diharapkan bilamana 3

faktor tersebut dibawah ini telah dipertimbangkan benar-benar pada saat

kebijaksanaan pemberian insentif akan ditetapkan yaitu:

- Besarnya bonus/insentif yang diberikan

- Frekuensi pemberian bonus/insentif

(3)

Kompensasi dalam bentuk insentif merupakan suatu bentuk biaya yang

harus dikeluarkan oleh perusahaan dengan harapan bahwa perusahaan akan

memperoleh imbalan dalam bentuk prestasi kerja dari karyawannya. Premi adalah

pendapatan yang diperoleh pekerja apabila telah melampui batas ketentuan yang

ditetapkan pengusaha. Seseorang yang bekerja melebihi kewajibannya berhak

memperoleh premi. Dengan diberikannya premi maka karyawan pendodos

mendapatkan tambahan penghasilan diluar gaji (Moekijat, 1992).

2.2 Landasan Teori 2.2.1 Teori Pengupahan

Upah merupakan rangsangan penting bagi para karyawan dalam suatu

perusahaan.Hal ini tidaklah berarti bahwa tingkat upahlah yang merupakan

pendorong utama, tingkat upah hanya merupakan dorongan utama hingga pada

tarif dimana upah itu belum mencukupi kebutuhan hidup para karyawan

sepantasnya.Upah sebenarnya merupakan salah satu syarat perjanjian kerja yang

diatur oleh pengusaha dan karyawan atau karyawan serta pemerintah (Hutabarat,

2006).

Jadi nilai suatu barang adalah nilai dari jasa karyawan atau dari jumlah

waktu kerja yang dipergunakan untuk memproduksi barang tersebut. Implikasi

padangan yang demikian adalah :

1. Harga barang berbeda menurut jumlah jasa karyawan yang dialokasikan

untuk seluruh proses produksi barang tersebut.

2. Jumlah jasa kerja yang dikorbankan untuk memproduksikan sesuatu jenis

barang adalah kira-kira sama.

3. Seluruh pendapatan nasional diciptakan oleh karyawan, jadi dengan demikian

hanya karyawan/pekerja yang berhak memperoleh seluruh pendapatan

nasional tersebut.

Beberapa faktor penting yang mempengaruhi besarnya upah yang diterima

oleh para karyawan, yaitu (Hutabarat. 2006):

1. Penawaran dan permintaan karyawan

(4)

3. Kemampuan untuk membayar

4. Produktivitas

5. Biaya hidup

6. Peraturan pemerintah

Hubungan kerja antara majikan sebagai pemberi kerja dan pekerja sebagai

penerima kerja dipengaruhi oleh perkembangan dan perubahan sosial, ekonomi

dan cara pengelolaan usaha. Ketidakserasian di dalam hubungan kerja antara

majikan dan pekerja banyak disebabkan oleh tidak puasnya pekerja terhadap

sistem pengupahan yang ada. Untuk menyelesaikannya perlu ada kerja sama

antara pekerja, pengusaha, dan pemerintah agar dapat tercipta iklim yang sehat

dan dihayati oleh semua pihak.

Dalam situasi penawaran tenaga kerja lebih besar daripada lowongan kerja

yang tersedia, maka hanya tenaga kerja yang memiliki keterampilan yang punya

kesempatan untuk masuk ke dalam pasar tenaga kerja.Dengan demikian

keterampilan pekerja dapat memperoleh upah yang cukup untuk membiayai

kebutuhan hidupnya, pekerja tidak hanya harus sekedar terampil tetapi juga harus

dapat mencapai tingkat produktivitas yang tinggi agar tingkat upah dapat

dinaikkan.

Masalah upah dapat ditinjau dari dua segi, yaitu :

1. Segi mikro, menyangkut masalah keserasian antara besarnya upah dengan

kemampuan perusahaan.

2. Segi makro, menyangkut hubungan antara upah dengan produktivitas tenaga

kerja dan kesempatan kerja.

Namun, sampai saat ini belum ada ukuran yang baik untuk upah yang

wajar, kemampuan perusahaan, kesempatan kerja dan produktivitas tenaga

kerja.Sehingga dengan demikian penyebab perselisihan antara pekerja dan

majikan didominasi oleh masalah pengupahan.

2.2.2 Sistem Remunerasi

Sistem remunerasi adalah suatu sistem pengupahan yang mengatur gaji,

insentif dan premi/bonus karyawan pada suatu perusahaan.Keberadaan remunerasi

(5)

perusahaan tidak dapat dibaikan begitu saja. Sebab akan terkait langsung dengan

pencapaian tujuan perusahaan.

Remunerasi yang rendah tidak dapat dipertanggung jawabkan, baik dilihat

dari sisi kemanusiaan maupun dari sisi kelangsungan hidup perusahaan.Karena

itu, perlu adanya pemahaman bagaimana sistem remunerasi dapat dikembangkan

dan disesuaikan berdasarkan kesepakatan melalui beberapa pendekatan yang lebih

fleksibel. Terdapat 3 konsep remunerasi yang biasa disebut 3P adalah:

a. Position

Konsep position atau posisi yaitu pemberian renumerasi berdasarkan

posisi jabatan yang ditempati. Dengan kata lain, renumerasi yang diberikan

nilainya sama untuk setiap jabatan yang setingkat. Misalnya ,seluruh kepala

bagian mendapat renumerasi sebesar 5 juta rupiah. Kelebihan konsep ini adalah

sangat mudah dalam melakukan perhitungannya.

Tetapi, kelemahan konsep ini adalah tidak adanya penghargaan yang lebih,

dalam hal renumerasi terhadap kepala bagian yang berprestasi dalam pekerjannya.

Renumerasi ini biasa disebut dengan tunjangan jabatan.

b. People

Konsep people atau orang adalah pemberian renumerasi kepada orang

yang memiliki keahlian atau pendidikan khusus yang sesuai dengan pekerjannya.

Misalnya, terdapat perbedaan renumerasi antara kepala bagian yang

berpendidikan S2 dengan kepala bagian yang berpendidikan S1. Konsep ini

menciptakan kasta yang berbeda walaupun pada jabatan yang sama.

Kelebihan konsep ini dapat memotivasi kepala bagian yang lain agar

memiliki keahlian atau keterampilan khusus yang sesuai dengan pekerjannya

untuk mendapatkan renumerasi yang sama. Walaupun dalam kenyatannya,

keahlian dan pendidikan khusus tersebut tidak menjadi jaminan kepala bagian

tersebut memberikan nilai tambah (value added) bagi organisasi. Remunerasi ini

biasa disebut dengan tunjangan khusus.

c. Performance

Konsep performance atau kinerja adalah pemberian remunerasi yang

diberikan kepada karyawan berdasarkan kualitas kinerjanya.Artinya tunjangan ini

(6)

sesuai harapan yang telah ditetapkan.Konsep ini lebih rumit dari dua konsep

sebelumnya, tetap memiliki tingkat keadilan yang cukup tinggi.

Dalam menentukan bahwa kinerja karyawan tersebut sudah berkualitas

tinggi atau belum, diperlukan lain untuk membantu mengukur dan menentukan

standarnya. Salah satu yang paling banyak digunakan pada saat ini adalah

Balanced Scorecard.Renumerasi ini biasa disebut dengan tunjangan prestasi

(Robi,2012).

2.2.3 Teori Maslow

Teori Maslow dalam membagi kebutuhan manusia sebagai berikut:

1. Kebutuhan Fisiologis

Kebutuhan fisiologis merupakan hirarki kebutuhan manusia yang paling

dasar yang merupakan kebutuhan untuk dapat hidup seperti makan,minum,

perumahan, oksigen, tidur dan sebagainya.

2. Kebutuhan Rasa Aman

Apabila kebutuhan fisiologis relatif sudah terpuaskan, maka muncul

kebutuhan yang kedua yaitu kebutuhan akan rasa aman. Kebutuhan akan rasa

aman ini meliputi keamanan akan perlindungan dari bahaya kecelakaan kerja,

jaminan akan kelangsungan pekerjaannya dan jaminan akan hari tuanya pada saat

mereka tidak lagi bekerja.

3. Kebutuhan Sosial

Jika kebutuhan fisiologis dan rasa aman telah terpuaskan secara minimal,

maka akan muncul kebutuhan sosial, yaitu kebutuhan untuk persahabatan, afiliasi

dana interaksi yang lebih erat dengan orang lain. Dalam organisasi akan berkaitan

dengan kebutuhan akan adanya kelompok kerja yang kompak, supervisi yang

baik, rekreasi bersama dan sebagainya.

4. Kebutuhan Penghargaan

Kebutuhan ini meliputi kebutuhan keinginan untuk dihormati, dihargai

atas prestasi seseorang, pengakuan atas kemampuan dan keahlian seseorang serta

efektivitas kerja seseorang.

5. Kebutuhan Aktualisasi diri

Aktualisasi diri merupakan hirarki kebutuhan dari Maslow yang paling

(7)

sesungguhnya dari seseorang. Kebutuhan untuk menunjukkan kemampuan,

keahlian dan potensi yang dimiliki seseorang. Malahan kebutuhan akan aktualisasi

diri ada kecenderungan potensinya yang meningkat karena orang

mengaktualisasikan perilakunya. Seseorang yang didominasi oleh kebutuhan akan

aktualisasi diri senang akan tugas-tugas yang menantang kemampuan dan

keahliannya (Reksohadiprojo, 1996).

2.3 Kerangka Pemikiran

Tenaga kerja digolongkan menjadi 2 golongan yakni pegawai dan

karyawan harian tetap. Penggolongan antara pegawai dan karyawan harian tetap

ditetapkan karena prestasi kerja dan tingkat pendidikan yang dimiliki karyawan.

pegawai memiliki prestasi kerja lebih tinggi atau baik bila dibandingkan dengan

karyawan harian tetap.

Upah yang diberikan kepada karyawan dihitung berdasarkan Upah

Minimum Regional (UMR) beserta lembur ataupun premi yang diperoleh

karyawan selama bekerja. Besar upah yang diperoleh karyawan dari perusahaan

harus memenuhi kebutuhan pokok para karyawan dan keluarganya. Kesejahteraan

karyawan harus diperhatikan sehingga karyawan dapat bekerja dengan optimal

seperti yang diharapkan oleh perusahaan.

Sistem pengupahan yang menjadi penerimaan karyawan di PTPN III dapat

dilihat dari upah. Dimana upah itu sendiri terdiri dari terdiri dari gaji pokok, beras,

premi, bonus dan THR. Dari Gambar 1 dapat diketahui skema tingkat kepuasan

(8)

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran Keterangan:

= Menyatakan Pengaruh

2.4 Hipotesis Penelitian

1. Sistem pengupahan karyawan panen di PTPN III Kebun tanah raja terbagi atas

gaji pokok, bonus, beras, premi dan THR

2. Karyawan panen tidak puas terhadap sistem pengupahan di PTPN III Kebun

Tanah Raja.

3. Tingkat kepuasan karyawan panen dipengaruhi secara positif dan signifikan

oleh upah gaji pokok, THR, Bonus, Premi dan Beras di PTPN III Kebun Tanah

Raja

SISTEM PENGUPAHAN

KEPUASAN

PUAS TIDAK PUAS

THR BONUS

PREMI GAJI POKOK

BERAS

(9)

2.5 Penelitian Terdahulu

Berdasarkan penelitian terdahulu Novia Natalia Sembiring (070309026)

agribisnis Universitas Sumatra Utara tentang Analisis Tingkat Kepuasan Buruh Di

Perkebunan Terhadap Sistem Pengupahan diketahui Sistem Pengupahan di

PT.SOCFINDO Kebun Matapao belum sesuai dengan peraturan secara umum,

karena baru 75% yang sesuai dengan peraturan sementara 25% menyangkut

komponen upah/gaji pokok masih belum sesuai dengan peraturan. Faktor-faktor

yang mempengaruhi tingkat kepuasan buruh perkebunan terhadap sistem

pengupahan yaitu gaji pokok, beras, lembur/premi, bonus dan THR serta yang

menyangkut jaminan yakni jaminan kesehatan dan kecelakaan kerja yang

diberikan perusahaan cukup memuaskan.Jaminan tempat tinggal atau perumahan

yang diberikan perusahaan bagi para buruh yang cukup memadai dan layak

huni.Jaminan pakaian kerja yang diberikan perusahaan yang sesuai dengan

standar keamanan dalam bekerja dan cukup memuaskan.Jaminan kesegaran

jasmani dan rohani yang diberikan PT.SOCFINDO Kebun Matapao kepada buruh

cukup memuaskan.Jaminan cuti, mudah pengurusan dan harus dilaksanakan dan

Gambar

Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Sesuai dengan kriteria diterima atau ditolaknya hipotesis maka dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa menerima hipotesis yang diajukan terbukti atau dengan kata lain variabel

Project : Embankment Rehabilitation and Dredging Work of West Banjir Canal and Upper Sunter Floodway of Jakarta Urgent Flood Mitigation Project (JUFMP/JEDI) – ICB Package

Perilaku Konsumen  Merupakan tindakan-tindakan yang dilakukan oleh individu, kelompok.. atau organisasi yang berhubungan dengan proses pengambilan keputusan dalam

Berdasarkan tabel 4.4 diatas tentang distribusi frekuensi perilaku hidup bersih dan sehat pada anak usia sekolah kelas IV dan V di SD Negeri Tuguran Gamping

Meningkatnya harga tanah tersebut menimbulkan dampak external yang negatif terhadap konsumen lain yang ingin membeli tanah disekitar daerah tersebut.Dalam contoh diatas efek

Tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan skripsi ini adalah: Untuk mengetahui bagaimana penerapan pendekatan CTL dalam meningkatkan hasil belajar mata pelajaran

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Di Indonesia pelaksanaan CSR telah diatur didalam Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas, yang diatur didalam bab V pasal 74 ayat