1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kerja merupakan salah satu aspek yang penting dalam kehidupan
manusia saat ini untuk memenuhi kebutuhan dan kebanyakan pekerja
menghabiskan waktu rata-rata delapan jam sehari di tempat kerjanya (Harter,
Schmidt & Hayes, 2002). Kondisi ini menyebabkan sebagian besar waktu
seorang pekerja itu dihabiskan di tempat kerja. Dalam menjalankan tugasnya
sebagai pekerja atau karyawan, ada hal-hal yang menyenangkan dan tidak
menyenangkan yang mereka hadapi (Sianturi & Zulkarnain, 2013).
Pengalaman-pengalaman menyenangkan dan tidak menyenangkan ataupun
kebahagiaan dan ketidakbahagiaan dikenal sebagai kesejahteraan psikologis
(Halim & Atmoko, 2005).
Kesejahteraan psikologis pekerja telah banyak menjadi fokus utama di
psikologi industri dan organisasi. Kesejahteraan psikologis berhubungan
dengan kesehatan mental seseorang dan penting sekali untuk ditingkatkan (The
British Psychological Society, 2009). Ryff (1989) menyatakan bahwa individu
yang memiliki kesejahteraan psikologis yang tinggi adalah individu yang puas
dengan kehidupannya, memiliki kondisi emosional yang baik atau positif, bisa
melewati pengalaman-pengalaman negatif yang tidak menyenangkan, mampu
2
orang lain dalam pengambilan keputusan, memiliki kemampuan untuk
mengontrol lingkungan di sekitarnya, memiliki tujuan hidup yang jelas dan
mampu mengembangkan dirinya sendiri.
Dalam konteks organisasi, ketika individu memiliki kesejahteraan
psikologis, maka ia akan mampu menjalankan fungsinya dengan baik,
mengerjakan segala tugas dan bertanggung jawab (Zulkarnain, 2013).
Kesejahteraan psikologis juga dapat mempengaruhi komitmen seseorang
terhadap organisasi yang kemudian dapat berpengaruh terhadap efektivitas
organisasi dalam pencapaian tujuan organisasi (Rathi, 2011). Selain itu, pekerja
dengan tingkat kesejahteraan psikologis yang tinggi juga dapat menurunkan
tingkat turnover (Zulkarnain & Akbar, 2013) dan absenteeism (Spector, 1997),
serta meningkatkan performa dan kepuasan kerja (Russel & Joyce, 2008).
Kesejahteraan psikologis merupakan istilah yang bersifat subjektif dan
memiliki arti yang berbeda-beda bagi setiap orang (Singh &Mansi, 2009).
Kesejahteraan psikologis merujuk kepada bagaimana individu itu sendiri
mengevaluasi hidup mereka dan kemampuan mereka untuk mencapai
aspek-aspek tertentu di dalam kehidupan mereka, seperti hubungan dengan orang
lain, dukungan dan pekerjaan (Cripps & Zyromski, 2009). Selain itu,
kesejahteraan psikologis dari pekerja juga sangat tergantung pada lingkungan
kerjanya (Briner, 2000). Kondisi kerja yang baik, dukungan dan adanya
kesempatan untuk berkembang merupakan pertimbangan utama yang dimiliki
para karyawan dalam kehidupan pekerjaan yang dimilikinya (Zulkarnain &
3
bisa menghasilkan dampak positif maupun negatif pada kesejahteraan
psikologis pekerja.
Ryan dan Deci (2001) menjelaskan bahwa ada beberapa faktor yang
dapat mempengaruhi kesejahteraan psikologis pekerja, yaitu status sosial
ekonomi, kepribadian, dan kelekatan maupun hubungan interpersonal.
Selanjutnya, kesehatan dan kesejahteraan pekerja secara signifikan sangat
berhubungan dengan kualitas dari hubungan sosial di tempat kerja, termasuk
kekerasan seksual, dan perilaku kasar lainnya (Bryson, Green, Bridges, Craig,
2012). Salah satu masalah mengenai konflik yang berkepanjangan di tempat
kerja yang dapat mempengaruhi kesehatan fisik dan mental korban adalah
bullying (Clifford, 2006).
Bullying merupakan fenomena yang sedang marak-maraknya terjadi
dan sering mendapatkan perhatian dari para peneliti (Rudi, 2010). Bullying
pada tempat kerja merupakan segala jenis perilaku yang ditujukan kepada
seseorang maupun sekelompok orang secara terus menerus dan sistematis
(Guidelines On The Prevention of Workplace Harassment, 2012). Menurut
Rudi (2010), contoh perilaku yang termasuk ke dalam bullying adalah
mengucilkan seseorang, mengejek, menyebarkan gosip, menakut-nakuti,
mengancam, menindas, atau bahkan melakukan tindakan agresi seperti
memukul, menendang, meninju dan sebagainya.
Bullying dikatakan dapat memberikan efek negatif pada kesehatan
korban walaupun efek pada setiap korban berbeda-beda (Clifford, 2006).
4
(2012) pada 1000 subjek korban bullying, dilaporkan adanya kemunduran
kesehatan maupun kondisi psikologis mereka. Terdapat lima gejala negatif
utama yang dirasakan mereka yang merupakan korban bullying, antara lain
kecemasan (76%), kehilangan konsentrasi (71%), tidur yang terganggu
(71%), kewaspadaan yang melewati batas (60%) dan sakit kepala akibat stres
(55%). Survei tersebut juga menunjukkan bahwa selain menimbulkan
gangguan psikologis, bullying juga dapat mengakibatkan gangguan kesehatan
pada korbannya. Kasus bullying sendiri di Indonesia juga sempat menyita
perhatian publik karena banyak korban bullying telah melakukan usaha bunuh
diri (Jakarta Globe, 2011).
Bullying dalam konteks pekerjaan dapat terjadi pada semua level di
dalam organisasi, mulai dari direksi kepemimpinan sampai dengan staff
pekerja dengan level paling rendah (Bentley, Catley, Cooper-Thomas,
Gardner, O’Driscoll & Trenbeth, 2009). Di dalam kumpulan penelitian
tersebut juga dikatakan bahwa model organisasi yang dasarnya bersifat
autokratik (kekuasaan dan pengambilan keputusan dipusatkan pada satu
orang) merupakan kunci dari terjadinya bullying.
Bullying yang terjadi di tempat kerja berupa perlakuan negatif yang
secara terus menerus diberikan kepada satu atau beberapa pekerja sehingga
mengakibatkan perasaan tidak berdaya dan tekanan psikologis pada korban
yang kemudian akan berefek pada perilaku kerja (Rudi, 2010). Bullying
5
yang disebabkan oleh ketidaksetaraan kekuasaan dan hanya dapat diatasi
dengan intervensi legal (Williams, 2013).
Berbagai penelitian telah dilakukan mengenai bullying dan berfokus
kepada pengaruh negatif yang diberikan oleh bullying. Bullying bersifat
destruktif bagi pekerja (Leymann, 1996) dan bullying memiliki hubungan
yang erat dengan kesehatan pekerja (Einarsen & Raknes, 1997). Bullying juga
dapat mengakibatkan menurunnya kinerja dan produktivitas dan dapat
berpengaruh pada kesejahteraan diri mereka sendiri maupun keluarga mereka
(Guidelines on The Prevention of Workplace Harassment, 2012)
Korban bullying, baik dalam persepsi korban maupun nyata, akan
memunculkan reaksi emosional yang sangat intens, seperti ketakutan,
kecemasan, perasaan tidak berdaya, depresi dan shock (Janoff-Bulman,
1992). Einarsen & Raknes (1997), menemukan adanya hubungan negatif
antara bullying terhadap kesehatan dan kesejahteraan psikologis pekerja. Hal
ini berarti semakin sering bullying terjadi atau semakin banyak intensitas
bullying yang terjadi di lingkungan kerja, maka kesehatan mental dan
kesejahteraan psikologis dari pekerja akan semakin menurun. Demikian pula
sebaliknya. Oleh sebab itu, dari penjelasan-penjelasan diatas, peneliti sangat
tertarik untuk mengetahui pengaruh antara bullying di tempat kerja dengan
6 B.Rumusan Masalah
Berdasarkan penjelasan di latar belakang, maka rumusan masalah
penelitian ini adalah apakah terdapat pengaruh antara bullying di tempat kerja
dengan kesejahteraan psikologis pekerja dan seberapa banyak pengaruh
bullying tersebut terhadap kesejahteraan psikologis pekerja?
C.Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
antara bullying di tempat kerja dengan kesejahteraan psikologis pekerja.
D.Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat:
a. Memberikan sumbangan pengetahuan yang bermanfaat bagi
perkembangan ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi
industri dan organisasi mengenai bullying di tempat kerja dan
kesejahteraan psikologis..
b. Memberikan masukan yang bermanfaat untuk penelitian-penelitian
yang berhubungan dengan bullying dan kesejahteraan psikologis.
2. Manfaat Praktis
7
a. Memberikan pemahaman yang lebih mendalam beserta data empirik
dari kesejahteraan psikologis dan bullying di tempat kerja sehingga
penelitian ini diharapkan untuk dapat dijadikan acuan untuk penelitian
selanjutnya.
b. Memberikan gambaran dan besar pengaruh dari bullying di tempat
kerja terhadap kesejahteraan psikologis pekerja sehingga dapat
digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.
E.Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bab I - Pendahuluan
Pada bab ini berisi penjelasan mengenai latar belakang masalah,
rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan sistematika
penulisan.
2. Bab II - Landasan Teoritis
Pada bab ini berisi teori-teori kepustakaan yang digunakan sebagai
landasan dalam penelitian, antara lain teori mengenai bullying,
kesejahteraan psikologis dan pekerja.
3. Bab III - Metode Penelitian
Berisi penjelasan mengenai metode penelitian yang berisikan
8
penelitian, jenis penelitian, metode dan alat pengumpulan data, validitas
dan reliabilitas alat ukur, prosedur pelaksanaan penelitian serta metode
analisis data.
4. Bab IV – Hasil Penelitian dan Pembahasan
Pada bab ini akan diuraikan tentang gambaran umum dan
karakteristik dari subjek penelitian di kota Medan serta cara analisa data
dilakukan dengan menggunakan analisa statistik dengan bantuan program
SPSS versi 20.0 for windows. Selain itu, pada bab ini juga akan dibahas
mengenai interpretasi data hasil penelitian beserta pembahasan.
5. Bab V – Kesimpulan Dan Saran
Bab ini kesimpulan dari hasil penelitian yang disusun berdasarkan
analisa dan interpretasi data serta dilengkapi dengan saran-saran bagi
perusahaan dan bagi peneliti lain berdasarkan hasil penelitian yang