BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pada awalnya negaralah yang memiliki yurisdiksi secara mutlak
dan ekslusifitas teritorialnya.1 Namun dalam perkembangannya, karena
adanya keinginan bekerjasama dalam hal ini adalah kerjasama
internasional untuk saling memenuhi kebutuhan antar negara yang satu
dengan negara yang lain maka muncullah organisasai internasional.
Perkembangan organisasi internasional ini merupakan sebuah jawaban atas
kebutuhan nyata yang timbul dari pergaulan internasional.2 Perkembangan
pesat dalam bentuk serta pola kerjasama melalui organisasi internasional,
semakin menonjolkan peran organisasi internasional yang bukan hanya
melibatkan negara beserta pemerintah saja.3
Organisasi internasional tumbuh karena adanya kebutuhan dan
kepentingan masyarakat antar-bangsa sebagai wadah serta alat untuk
melaksanakan kerjasama internasional.4 Organisasi internasional akan
menghimpun negara-negara di dunia dalam suatu sistem kerjasama yang
dilengkapi dengan organ-organ yang dapat mencegah atau menyelesaikan
sengketa-sengketa yang terjadi diantara mereka.5
1
Ade Maman Suherman, Organisasi Internasional & Integritas Ekonomi Regional Dalam Perspektif Hukum dan Globalisasi, (Jakarta: Ghalia Indonesia), 2003, hal. 23.
2
D.W.Bowett, Hukum Organisasi Internasional, (Jakarta:Sinar Grafika), 1992, hal.1.
3
T. May Rudi, Administrasi & Organisasi Internasional, (Bandung: Refika Aditama), 2005, hal. 3.
4
Ibid, hal. 4.
5
Negara-negara berdaulat menyadari perlunya pengembangan cara/metode
kerjasama bersinambungan yang lebih baik mengenai penanggulangan
berbagai masalah. Negara-negara berdaulat menyadari perlunya cara
kerjasama yang lebih baik mengenai pennggulangan berbagai masalah dan
untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut.
Setiap organisasi internasional tentunya dibentuk untuk
melaksanakan peran-peran dan fungsi-fungsi sesuai dengan tujuan
pendirian organisasi internasional tersebut oleh para anggotanya.6 Secara
umum organisasi internasional dapat berperan sebagai wadah atau forum
untuk menggalang kerjasama serta untuk mengurangi intensitas konflik
sesama anggota, sebagai sarana untuk perundingan dan sebagai lembaga
yang mandiri untuk melaksanakan kegiatan bersama.7
Gagasan untuk mendirikan suatu organisasi internasional yang bersifat
universal dengan tujuan untuk memelihara perdamaian dan keamanan
dunia yang telah lama menjadi pemikiran banyak negarawan.8 Mereka
menginginkan diorganisirnya masyarakat internasional secara politik
sebagai reaksi terhadap anarki yang disebabkan sengketa-sengketa
bersenjata antar negara.9
Guna menindaklanjuti gagasan tersebut, untuk menciptakan suatu
sistem keamanan dunia yang kolektif yang dapat melindungi masyarakat
internasional dari bencana perang atau menghindari terjadinya perang
6
T. May Rudi, op. cit. hal 27.
7
Ibid.
8
Boer Mauna, loc. cit.
9
dunia. Pada tahun 1943 Deklarasi Moskow mengakui perlunya mendirikan
suatu organisasi internasional publik yang didasarkan atas prinsip
persamaan kedaulatan dari seluruh negara yang cinta damai, besar maupun
kecil untuk memelihara perdamaian dan keamanan internasional. 10
Organisasi internasional yang dimaksud adalah Perserikatan
Bangsa-Bangsa (PBB) yang didirikan karena kegagalan Liga Bangsa-Bangsa-Bangsa-Bangsa pada
saat itu.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) merupakan organisasi
internasional yang paling besar selama ini dalam sejarah pertumbuhan
kerjasama semua bangsa di dunia di dalam berbagai sektor kehidupan
internasional. 11 Organisasi ini telah meletakkan kerangka
konstitusionalnya melalui suatu instrumen pokok berupa Piagam dengan
tekad semua anggotanya untuk menghindari terulangnya ancaman perang
dunia yang pernah dua kali terjadi dan telah menimbulkan bencana seluruh
umat manusia.12
Dalam pergaulan masyarakat internasional sering sekali terjadi
benturan kepentingan antar negara-negara sehingga tidak jarang
menimbulkan sengketa bahkan konflik. Oleh sebab itu sebagai salah satu
fungsi daripada PBB adalah untuk menyelesaikan kasus-kasus
internasional yang terjadi. Sebagaimana yang tercantum di dalam
pembukaan Piagam PBB :
10
D.W.Bowett, op. cit. hal. 30.
11
Sumaryo Suryokusumo, Organisasi Internasional, ( Jakarta: UI-Press), 1987, hal. 1.
12
“We the peoples of the united nations determined to save succeeding
generations from the scourage of war…”13
(PBB bertujuan hendak menyelamatkan generasi penerus dari ancaman
terhadap perang).
Oleh sebab itu PBB berperan aktif di dalam menyelesaikan setiap
sengketa-sengketa yang terjadi diantara negara-negara di dunia. Salah satu
prinsip yang dipegang PBB di dalam menyelesaikan setiap sengketa yang
ditangani seperti yang tecantum di dalam Pasal 2 ayat (3) Piagam PBB:14
“All members shall settle their international disputes by peaceful means
in such manner that international peace and security, and justice, are not
endangered”
(Setiap anggota harus menyelesaikan sengketa internasional dengan cara
damai yang tidak membahayakan keamanan dunia).
Sengketa State Immunity antara Jerman v. Italia sebenarnya sudah
muncul pada tahun 2008. Kedua negara yang bersengketa tersebut
merupakan anggota dari PBB yang mana bersepakat untuk membawa
kasus tersebut diselesaikan dalam kerangka PBB melalui Mahkamah
Internasional. Sengketa antara Jerman v. Italia ini merupakan masalah
ganti rugi yang berkaitan dengan yurisdiksi sebuah negara yang timbul
karena peristiwa kejahatan perang NAZI bukanlah mengenai tindakan
13
Pembukaan Charter of The United Nations 14
kejahatan internasional sehingga kasus ini diselesaikan melalui Mahkamah
Internasional dalam kerangka PBB.
PBB sebagai forum organisasi internasional yang terbesar
diharapkan mampu untuk menjembatani penyelesaian sengketa Negara
anggotanya. Dengan fungsinya sebagai organisasi internasional yang
melindungi perdamaian dan keamanan dunia seperti yang tertuang dalam
Piagam PBB yang pada hakekatnya menekankan upaya secara damai
dalam penyelesaian sengketa negara anggotanya.
Peran PBB sebagai forum organisasi internasional dalam
penyelesaian sengketa yurisdiksi negara dalam kasus State Immunity
antara Jerman v. Italia ditinjau dari landasan serta instrumen hukum
internasional dalam menyelesaikan sengketa secara damai menjadi pokok
utama penelitian ini.
Berdasarkan uraian di atas, maka penting untuk diteliti persoalan
tentang peran PBB dalam menyelesaikan sengketa yurisdiksi antar Negara
anggotanya khususnya dalam kasus state immunity antara Jerman v. Italia.
B. Perumusan Masalah
1. Bagaimanakah kompetensi Mahkamah Internasional sebagai badan
peradilan utama PBB?
2. Bagaimanakah kekuatan mengikat keputusan Mahkamah Internasional
dalam memutus sengketa internasional berdasarkan kerangka PBB?
3. Bagaimanakah peran PBB melalui Mahkamah Internasional dalam
C. Tujuan Penulisan
Tujuan dari penelitian ini antara lain adalah:
1. Untuk mengetahui kompetensi Mahkamah Internasional sebagai
badan peradilan utama PBB.
2. Untuk mengetahui kekuatan mengikat keputusan Mahkamah
Internasional dalam kerangka PBB untuk menyelesaikan sengketa
internasional.
3. Untuk mengetahui peran PBB sebagai organisasi internasional
melalui Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan kasus state
immunity antara Jerman v. Italia.
Selain tujuan daripada penelitian ini, perlu pula diketahui bersama
bahwa manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Secara teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah bahan pustaka terkhusus
di dalam bidang hukum internasional yang berkaitan dengan
penyelesaian sengketa internasional. Selain itu, penelitian ini juga
diharapkan menjadi dasar guna penelitian lebih lanjut di dalam bidang
hukum internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional yang
berkaitan dengan state immunity melalui Mahkamah Internasional.
2. Secara praktis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Negara anggota
state immunity. Bagi pemerintah Indonesia diharapkan dapat
memberikan masukan tentang peran PBB dalam penyelesaian sengketa
internasional dalam kasus state immunity. Selain itu, bagi masyarakat
diharapkan penelitian ini dapat sebagai gambaran mengenai sejarah
sengketa yurisdiksi antara Jerman v. Italia dalam kasus state immunity
dan penyelesaian sengketa tersebut melalui Mahkamah Internasional
dalam kerangka PBB.
D. Keaslian Penulisan
Penelitian ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan
pemahaman selama berada dibangku kuliah terutama saat berada di
jurusan departemen hukum internasional. Penelitian ini berupaya untuk
menuangkan ide dan gagasan dari sudut pandang hukum internasional
terhadap peran PBB dalam penyelesaian sengketa State Immunity antara
Jerman v. Italia.
Sepanjang penelusuran dalam lingkup Fakultas Hukum Universitas
Sumatera Utara bahwa penulisan tentang “Peran PBB Sebagai Organisasi
Internasional dalam Menyelesaikan Sengketa Yurisdiksi Negara
Anggotanya dalam Kasus State Immunity Antara Jerman v. Italia Terkait
Kejahatan Perang NAZI” belum pernah ditulis sebelumnya. Namun
demikian dalam beberapa literatur penulisan sebelumnya dalam lingkup
Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, khususnya Departemen
Hukum Internasional dapat dijumpai persamaan dalam hal substansi dasar
Negara-negara khususnya Negara anggota PBB dan dunia, akan tetapi
belum dijumpai penelitian yang mengangkat topik mengenai sengketa
State Immunity antara Jerman v. Italia dan aspek-aspek dasar dari peran
PBB sebagai organisasi Internasional dalam menyelesaikan sengketa
yurisdiksi negara secara damai melalui badan peradilan utama PBB yaitu
Mahkamah Internasional.
E. Tinjauan Kepustakaan
Penulisan skripsi ini berkisar tentang PBB sebagai organisasi
internasional dalam menyelesaikan sengketa internasional. Adapun
tinjauan kepustakaan dalam skripsi ini adalah sebagai berikut :
1. Hukum Internasional
Pengertian Hukum Internasional didasarkan atas pikiran
adanya suatu masyarakat internasional yang terdiri atas
sejumlah negara yang berdaulat dan merdeka yang berdiri tidak
dibawah kekuasaan yang lain. 15 Berdasarkan Statuta
Mahkamah Internasional (International Court of Justice) ada
lima sumber hukum internasional yaitu:16
a. international conventions, whether general or particular, establishing rules expressly recognized by the contesting states
(Perjanjian Internasional, baik yang bersifat umum maupun khusus, menyangkut aturan-aturan yang disepakati para pihak yang membuat);
b. international custom, as evidence of a general practice accepted as law (Hukum Kebiasaan Internasional, sebagai bukti dari suatu praktik umum yang diterima sebagai hukum);
15
Mochtar Kusumaatmadja & Etty R. Agoes, Pengantar Hukum Internasional, (Bandung: Penerbit P.T. Alumni, 2003), hal. 9.
16
c. the general principles of law recognized by civilized
nations (Prinsip hukum umum yang diakui oleh bangsa-bangsa
beradab);
d. subject to the provisions of Article 59, judicial decisions and the teachings of the most highly qualified publicists of the various nations, as subsidiary means for the determination of rules of law (Ketentuan-ketentuan yang tunduk pada pasal 59, keputusan hukum dan ajaran ahli yang memenuhi syarat dari berbagai negara, sebagai cara tambahan untuk menentukan aturan hukum).
Menurut Boer Mauna hukum internasional diartikan
sebagai himpunan dari peraturan-peraturan dan
ketentuan-ketentuan yang mengikat serta mengatur hubungan antara
negara-negara dengan subjek-subjek hukum lainnya dalam
kehidupan masyarakat internasional seperti organisasi
internasional, kelompok supranasional bahkan terhadap
individu.17 Negara adalah subjek hukum internasional selain
individu-individu dan organisasi internasional. Sebagai subjek
hukum internasional yang utama, Negara memiliki yurisdiksi.
Yurisdiksi adalah kekuasaan atau kompetensi hukum
negara terhadap orang, benda, atau peristiwa (hukum).
Yurisdiksi ini merupakan refelksi dari prinsip dasar kedaulatan
negara, kesamaan derajat negara dan prinsip tidak campur
tangan.18 Yurisdiksi juga merupakan suatu bentuk kedaulatan
17
Boer Mauna, Op. cit. hal.1 18
yang vital dan sentral yang dapat mengubah, menciptakan, atau
mengakhiri suatu hubungan atau kewajiban hukum.19
2. Organisasi Internasional
Menurut Starke, mengenai organisasi internasional berpendapat
bahwa:
“In the first place, just as the function of the modern state and
the rights, duties and powers of its instrumentalities are governed by a branch of municipal law called state constitusional law, so international institution are similarly conditioned by a body of rules may will be described as
international constitutional law”.20
(Pada awalnya seperti fungsi suatu negara modern mempunyai hak dan kewajiban, dan kekuasaan yang dimiliki beserta alat perlengkapannya, semua itu diatur oleh hukum nasional yang dinamakan HTN sehingga dengan demikian organisasi internasional sama halnya dengan alat perlengkapan negara modern yang diatur oleh hukum konstitusi internasional).
Menurut Sumaryo Suryokusumo, Organisasi internasional
adalah suatu proses; organisasi internasional juga menyangkut
aspek-aspek perwakilan dari tingkat proses tersebut yang telah
dicapai pada waktu tertentu. Organisasi internasional juga
diperlukan dalam rangka kerja sama menyesuaikan dan
mencari kompromi untuk menentukan kesejahteraan serta
memecahkan persoalan bersama serta mengurangi pertikaian
3. Perserikatan Bangsa-Bangsa
Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah sebuah organ yang
sangat penting dari pemerintah dunia dan yang terpenting dari
semua lembaga internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa
diintegrasikan badan-badan internasional yang dikenal sebagai
“badan-badan khusus” (specialized agencies), tetapi fungsi
koordinasi atas badan-badan internasional ini sama sekali tidak
mengurangi tanggung jawabnya. Secara sederhana Perserikatan
Bangsa-Bangsa dapat dapat didefinisikan sebagai suatu
organisasi negara-negara merdeka yang telah menerima
kewajiban-kewajiban yang dimuat dalam Piagam Perserikatan
Bangsa-Bangsa yang ditandatangani di San Fransisco tanggal
26 Juni 1945.22
Mahkamah Internasional atau International Court of Justice
merupakan organ hukum utama Perserikatan Bangsa-Bangsa.23
Mahkamah Internasional atau International Court of Justice
merupakan bagian integral dari PBB.24 Berdasarkan Statuta
Mahkamah Internasional menyatakan :25
“The International Court of Justice established by the Charter
of The United Nations as the principal judicial organ of The
22
J.G.Starke, Pengantar Hukum Internasional Edisi Kesepuluh 2, (Jakarta: Sinar Grafika, 2008), hal. 828
23
Boer Mauna, Op. cit. hal. 248 24
Ibid. hal 249 25
United Nations shall be constituted and shall function in
accordance with the provisions of the present statute”.
(Mahkamah Internasional didirikan ole PBB melaui piagam
PBB sebagai organ peradilan utama Perserikatan
Bangsa-Bangsa dibentuk dan berfungsi sesuai dengan ketentuan
undang-undang ini).
F. Metode Penelitian
Untuk melengkapi penelitian ini agar tujuan dapat lebih terarah dan
dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang
digunakan adalah sebagai berikut :
1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian hukum dikenal dua jenis pendekatan dalam
penelitian, yaitu pendekatan yuridis sosiologis dan pendeketan
yuridis normatif. Pendekatan yuridis sosiologis merupakan
pendekatan dengan mengambil data primer atau data yang diambil
langsung dari lapangan, sedangkan pendeketan yuridis normatif
merupakan pendekatan dengan data sekunder atau data yang
berasal dari kepustakaan (dokumen). Penelitian ini menggunakan
pendeketan yuridis normatif karena yang hendak diteliti dan
dianalisis melalui penelitian ini adalah peran PBB melalui
Mahkamah Internasional dalam menyelesaikan sengketa yurisdiksi
dalam kasus state immunity antara Jerman v. Italia berdasarkan
2. Data Penelitian
Sumber data penelitian ini berasal dari penelitian
kepustakaan (library research). Penelitian kepustakaan dilakukan
terhadap berbagai macam sumber bahan hukum yang dapat
diklasifikasikan atas 3 (tiga) jenis, yaitu:26
a. Bahan Hukum Primer (Primary Resource atau
Authoritative Records), yaitu:
Berbagai dokumen peraturan nasional yang tertulis, sifatnya
mengikat dan ditetapkan oleh pihak yang berwenang.
Dalam tulisan ini antara lain adalah berbagai peraturan
internasional berupa perjanjian internasional seperti
Charter of United Nations, International Court of Justice
Statue European Convention on State Immunity 1972, State
Immunity Act 197, Statue of The International Court of
Justice dan The Peace Treaty 1947 dan yang lainnya.
b. Bahan Hukum Sekunder (Secondary Resource atau not
Authoritative Records), yaitu:
Bahan-bahan hukum yang dapat memberikan kejelasan
terhadap bahan hukum primer. Semua dokumen yang
merupakan informasi atau hasil kajian tentang peran PBB
melalui peradilan utamanya Mahkamah Internasional dan
yang berkaitan tentang peraturan hukum internasional
26
mengenai kekebalan negara seperti literature, hasil-hasil
penelitian, makalah-makalah dalam seminar, dan lain-lain.
c. Bahan Hukum Tersier (Tertiary Resource), yaitu:
Bahan-bahan hukum yang dapat memberikan petunjuk dan
penjelasan terhadap bahan hukum primer maupun bahan
hukum sekunder, mencakup kamus bahasa untuk
pembenahan bahasa Indonesia serta untuk menerjemahkan
beberapa literature asing.
3. Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara penelitian
kepustakaan (Library Research) yaitu penelitian yang dilakukan
dengan cara meneliti bahan pustaka atau yang disebut dengan data
sekunder. Adapun data sekunder yang digunakan dalam penelitian
skripsi ini antara lain berasal dari buku-buku baik koleksi pribadi
maupun dari perpustakaan serta jurnal-jurnal hukum.
Tahap-tahap pengumpulan data melalui studi pustaka
adalah sebagai berikut:
a. Melakukan inventarisasi hukum positif dan
bahan-bahan hukum lainnya yang relevan dengan objek
penelitian.
b. Melakukan penelusuran kepustakaan melalui
dokumen-dokumen dan peraturan
perundang-undangan
c. Mengelompokkan data-data yang relevan dengan
permasalahan.
d. Menganalisa data-data yang relevan tersebut untuk
menyelesaikan masalah yang menjadi objek
penelitian.
4. Analisis Data
Bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder, termasuk
pula bahan tersier yang telah disusun secara sistematis sebelumnya,
akan dianalisis dengan menggunakan metode-metode sebagai
berikut:27
a. Metode induktif, dimana proses berawal dari
proposisi-proposisi khusus (sebagai hasil pengamatan) dan berakhir
pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru) yang
berkebenaran empiris. Dalam hal ini, adapun data-data yang
telah diperoleh akan dibaca, ditafsirkan, dibandingkan dan
diteliti sedemikian rupa sebelum dituangkan dalam satu
kesimpulan akhir.
b. Metode deduktif, yang bertolak dari suatu proposisi umum
yang kebenarannya telah diketahui (diyakini) yang
merupakan kebenaran ideal yang bersifat aksiomatik (self
27
evident) yang esensi kebenarannya tidak perlu diragukan
lagi dan berakhir pada kesimpulan (pengetahuan baru) yang
bersifat lebih khusus.
c. Metode komparatif, yaitu dengan melakukan perbandingan
(komparasi) antara satu sumber bahan hukum dengan bahan
hukum lainnya.
G. Sistematika Pembahasan
Dalam melakukan pembahasan skripsi ini, penulis membagi dalam
5 (lima) bab yang saling berhubungan satu dengan lainnya. Adapun
sistematika penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:
Bab pertama terdiri dari pendahuluan yang meliputi latar belakang
pemilihan judul, dimana peran organisasi internasional saat ini
berpengaruh bagi kehidupan negara anggotanya. Sebagai wadah organisasi
internasional yang terbesar PBB memiliki peran dalam menyelesaikan
sengketa yurisdiksi negara anggotanya melaui badan peradilan utamanya
yaitu Mahkamah Internasional, diikuti dengan perumusan masalah, tujuan
penulisan, keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan, metode penelitian dan
yang terakhir sistematika pembahasan.
Bab Kedua menjelaskan tentang sejarah dan kewenangan
Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai organisasi internasional berdasarkan
Piagam PBB, menjelaskan tentang organ-organ yang terdapat di dalam
PBB. Selain itu juga menjelaskan tentang kompetensi Mahkamah
PBB dalam menyelesaikan sengketa yang terjadi antara Negara anggota
PBB.
Kemudian di dalam Bab Ketiga menjelaskan tentang tinjauan
umum sengketa internasional, penyelesaian sengketa internasional
berdasarkan prinsip-prinsip hukum internasional dan penyelesaian
sengketa internasional berdasarkan Piagam PBB, serta kewenangan dan
kekuatan mengikat keputusan Mahkamah Internasional .
Selanjutnya Bab Keempat menjelaskan tentang latar belakang atau
sejarah daripada kasus sengketa State Immunity antara Jerman v. Italia dan
menjelaskan landasan dan instrument-instrumen perangkat internasional
seperti European Convention on State Immunity 1972 dan State Immunity
Act 1978, serta menjelaskan bagaimana hubungan antara State Immunity
dengan Jus cogens. Dalam bab ini juga akan dijelaskan upaya dan peran
PBB sebagai organisasi internasional melalui badan peradilannya yang
utama yaitu Mahkamah Internasional terhadap kasus State Immunity dan
putusan Mahkamah Internasional terhadap sengketa tersebut.
Bab kelima berisi kesimpulan dan saran-saran dimana kesimpulan
akan mencakup seluruh isi pembahasan dari penulisan skripsi ini pada
bab-bab sebelumnya. Sedangkan saran mencakup usulan serta solusi dari
penulis terhadap permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini berdasarkan