• Tidak ada hasil yang ditemukan

Mesin Pemeras tebu sistem mekanik 2 roll

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Mesin Pemeras tebu sistem mekanik 2 roll"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS MATAKULIAH

RANCANGAN ALAT DAN MESIN

MESIN PEMERAS TEBU

Rahmat Haidy 05021281520094

PROGRAM STUDI TEKNIK PERTANIAN

JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

(2)

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Tebu merupakan salah satu komoditas pertanian Indonesia yang cukup besar produksinya. Total luas perkebunan tebu di Indonesia pada tahun 2014 mencapai 478.108 hektar sedangkan total produksi tebu pada tahun yang sama mencapai 2.579.173 ton. Produksi tebu didalam negeri mengalami peningkatan dari tahun ketahun dimana pada tahun 2015 jumlah tebu yang di prosuksi sebanyak 2.623.931 ton, sementara total produksi tebu pada tahun 2016 mencapai 2.715.883 ton (Subiyantoro dan Arianto, 2016).

Pengolahan tebu di indonesia biasanya dijadikan gula dan penyedap rasa (monosodium glutamat) namun tebu juga dimanfaatkan masyarakat sebagai bahan baku minuman yaitu es tebu. Es tebu adalah minuman yang di buat dari air perasan tebu langsung dan di beri es batu sebagai penyegar. Usaha es tebu di Indonesia sudah terbilang cukup banyak, dimana kita dapat menjumpai pedagang es tebu di pasar dan di pinggir jalan.

Proses pembuatan es tebu mengharuskan air (nira) tebu di pisahkan dari material lain selain nira tebu dengan cara memeras batang tebu dengan alat atau mesin pemeras. Banyak alat dan mesin pemeras tebu yang berefisiensi besar seperti halnya pada pabrik gula, namun untuk di gunakan membuat es tebu atau produksi produk yang berbahan nira tebu dalam skala rumahan adalah tidak mungkin mengingat mesin pemeras tebu skala pabrik gula rumit dan mahal. Karena itu munculah berbagai alat dan mesin pemeras tebu skala kecil yang menggunakan roller.

(3)

Universitas Sriwijaya

1.2. Tujuan dan Manfaat 1.2.1. Tujuan

Tujuan dari penulisan proposal rancangan ini, sebagai berikut:

1. Untuk merancang mesin pemeras tebu yang murah dan mudah di produksi secara masal namun tetap dapat menjaga efesiensi .

1.2.2. Manfaat

Manfaat dari perancangan dalam proposal ini, adalah:

1. Dapat digunakan sebagai pedoman dalam membuat mesin pemeras tebu baik oleh perusahaan maupun masyarakat.

(4)

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tebu (Saccharum officinarum L.)

Tebu merupakan jenis tanaman monokotil yang dibudidayakan sebagai tanaman penghasil gula. Tanaman tebu diperbanyak secara vegetatif dalam bentuk bagal, namun pada saat ini telah berkembang metode pembibitan mata ruas tunggal, dan mata tunas tunggal (Rokhman et al., 2014). Tebu merupakan sumber pemanis utama di dunia, hampir 70 % sumber bahan pemanis berasal dari tebu sedangkan sisanya berasal dari bit gula (Lubis et al., 20s15). Menurut United States Department of Agriculture (2013), klasifikasi tanaman tebu adalah sebagai berikut:

Spesies : Saccharum officinarum L.

(5)

Universitas Sriwijaya

2.2. Nira Tebu

Nira tebu merupakan cairan hasil perasan yang diperoleh dari penggilingan tebu yang memiliki warna coklat kehijauan. Nira tebu selain mengandung gula, juga mengandung zat-zat lainnya (zat non gula). Kandungan gula pada nira tebu berbeda-beda, hal tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu cara pemeliharaan, jenis tebu, iklim, dan umur tebu, komponen lengkap yang terkandung dalam tebu di tunjukan pada tabel 2.1. Pada proses pembuatan gula Perolehan nira tebu yang mengandung sukrosa, diperoleh dari tebu dengan pemerahan dalam unit penggilingan setelah melalui proses dalam unit pencacah tebu. Proses ini dimaksudkan untuk mempermudah proses ekstraksi berikutnya. Dalam unit penggilingan tebu, nira terperah keluar, yang tersisa adalah ampas (Irawan et al., 2015).

Tabel 2.1. Komposisi Nira Tebu

Nira tebu mengandung senyawa-senyawa kimia baik yang larut maupun yang membentuk koloid. Komposisi senyawa kimia di dalam nira tebu berbeda-beda tergantung jenis tebu, lokasi penanaman dan umur tebu saat dipanen. Nira memiliki sifat yang tidak tahan lama disimpan, setelah 4 jam akan terjadi penurunan pH, hal ini disebabkan terjadinya proses fermentasi oleh khamir (Irawan et al., 2015).

2.3. Mesin Pemeras Tebu

(6)

berdasarkan jumlah rollernya, mesin pemeras tebu di bagi menjadi tiga yaitu mesin pemeras tebu mekanik dua roll, mekanik tiga roll, dan mekanik empat roll (Doe et al., 2016).

Untuk menghasilkan perasan tebu yang benar–benar tersisa ampasnya dibutuhkan tekanan yang kuat untuk memeras tebu namun karena bentuk tebu yang berbeda ukuranya jadi dibutuhkan kecepatan motor yang berbeda pula untuk dapat memeras tebu, sehingga dapat menghasilkan perasan tebu yang maksimal. Kecepatan roll pemeras tergantung tebu yang dimasukan kedalam roll pemeras, jika jumlah tebu yang dimasukan kedalam roll pemeras semakin banyak maka kecepatan putar motor akan semakin cepat (Sujito, 2010).

2.3.1. Pemerasan Mekanik Dua Roll

Mekanisme kerja mesin press tipe roll adalah ketika sumber daya berupa motor dihidupkan, maka putaran dari motor akan memutar puli dan belt atau sabuk akan menggerakkan puli transmisi, kemudian akan diteruskan ke Puli yang terhubung dengan salah satu poros rol. Transmisi bertingkat ini dibuat untuk menghasilkan putaran poros rol dengan putaran rendah. Tahap selanjutnya rol yang difungsikan sebagai penekan dapat diturunkan dengan cara diputar hingga menyentuh produ yang akan dilakukan pengerolan atau pengepressan (Murdiyanto dan Redianto, 2015). Kelebihan dua roll pemeras tebu yaitu lebih murah dibandingkan dengan yang meng-gunakan tiga roll, kelemahannya yaitu tidak ada tempat hasil perasan tebu, sedangkan kelebihan memakai tiga roll terdapat sela untuk hasil perasan tebu, namun kele-mahanya lebih mahal dibandingkan yang menggunakan dua roll (Sujito, 2010).

Roll pemeras merupakan salah satu bagian penting pada mesin pemeras tebu selain gear dan motor. Hasil perasan tebu menggunakan roll yang terbuat dari besi lebih baik digunakan dibandingkan dengan perasan tebu menggunakan roll yangterbuat dari kayu. Kelebihan roll yang terbuat dari besi yaitu tekanan untuk memeras tebu lebih kuat dibandingkan roll yang terbuat dari kayu namun jarak antar roll tidak dapat berubah (Sujito, 2010).

(7)

Universitas Sriwijaya Roller pemeras tebu haruslah terbuat dari material yang kuat, tahan korosi, dan aman untuk kontak langsung dengan makanan (food grade). Stainless Steel

adalah salah satu material yang tahan korosi dan aman untuk makanan terutama tipe SS 304. Stainless steel merupakan baja paduan yang mengandung sedikitnya 11,5% krom berdasar beratnya. Stainless steel memiliki sifat tidak mudah terkorosi sebagaimana logam baja yang lain. Stainless steel berbeda dari baja biasa dari kandungan kromnya. Baja karbon akan terkorosi ketika diekspos pada udara yang lembab. Besi oksida yang terbentuk bersifat aktif dan akan mempercepat korosi dengan adanya pembentukan oksida besi yang lebih banyak lagi. Stainless steel memiliki persentase jumlah krom yang memadahi sehingga akan membentuk suatu lapisan pasif kromium oksida yang akan mencegah terjadinya korosi lebih lanjut (Sumarji, 2011).

Stainless Steel 304 merupakan jenis baja tahan karat austenitic stainless steel yang memiliki komposisi 0.042%C, 1.19%Mn, 0.034%P, 0.006%S, 0.049%Si, 18.24%Cr, 8.15%Ni, dan sisanya Fe. Beberapa sifat mekanik yang dimiliki baja karbon tipe 304 ini antara lain: kekuatan tarik 646 Mpa, yield strength 270 Mpa, elongation 50%, kekerasan 82 HRB. Stainless steel tipe 304 merupakan jenis baja tahan karat yang serbaguna.dan paling banyak digunakan. Komposisi kimia, kekuatan mekanik, kemampuan las dan ketahanan korosinya sangat baik dengan harga yang relative terjangkau. Stainless steel tipe 304 ini banyak digunakan dalam dunia industri maupun skala kecil. Penggunaannya antara lain untuk: tanki dan kontainer untuk berbagai macam cairan dan padatan, peralatan pertambangan, kimia, makanan, dan industri farmasi (Sumarji, 2011).

2.3.3. Motor AC

(8)
(9)

8 Universitas Sriwijaya

PELAKSANAAN PERANCANGAN

3.1.Rancangan Struktural 3.1.1. Berat Teoritis

Komponen Material Volume/satuan

per material Massa Jenis Jumlah Berat Total

Jari Jari Besi Behel 0.0000027475

(10)

Perhitungan titik berat ini di perlukan beberapa asumsi untuk mempermudah perhitungan. Karena mesin simetris searah dengan sumbu z maka sumbu titik berat pada sumbu z adalah 15,175 arah z. untuk mempermudah hitungan, berat

yang di perhitungan hanyakerangka, roller dan komponenya, serta reducer dan

motor listrik.

A1m1 = (30 x 34.55) x 25.291 kg = 26214,12 kg.cm2

X1=17,275 Y1=65,6

A2m2 = (50,6 x 80,6) x 22,5 kg =91763,1 kg.cm2

X2=40,3 Y2=25,3

A3m3 = (25,3 x 22,35) x 35 kg = 19791 kg.cm2

X3=71,725 Y3=12,65

X0 = . . .

= , . , , , . , , . ,

= 40,43 cm

(11)

Universitas Sriwijaya

= , . , , , . , , . ,

= 31,15 cm

Jadi titik berat mesin pemeras tebu ini adalah 40,43 X, 31,5 Y, 15,175 Z.

3.1.3. Perancangan Kebutuhan Daya

Menghitung kebutuhan daya motor listrik sangat perlu dalam perancangan mesin karena mencegah tidak proposionalnya daya yang di berikan pada rangkaian mesin. Langkah awal menghitung kebutuhan daya adalah dengan

menghitung gaya tekan rollerer. Menurut Santoso (), tekanan yang di perlukan

untuk memeras tebu adalah 300 kgf/cm2. Maka:

P1 = 300 kgf/cm2 x , /

/ = 2940 N/ cm

2

Dimana modulus young (E) stainless stell (AISI 304 ) = 190 GPa = 2,75 x

104 psi. Tebu memiliki diameter 2,5 hingga 4 cm. Diasumsikan tebu yang di pakai

pedagang adalah tebu yang kecil dengan ukuran 3 cm (do). jika celah antara kedua roller di atur menjadi 0,5 mm (max df). Maka:

ε = ln ( ) = ln ( , ) = 1,79

(12)

Batang tebu meiliki serat kasar yang dapatterlihat dengan kasat mata, arah serat tebu sejajar dengan panjang batang, artinya apabila tebu di press maka perubahan bentuk mengarah horizontal karena serat tebu terurai dengan bentuk penampang persegi dengan 32% dari volume tebu sebelum di peras. Karena rol berbentuk gerigi dengan panjang satu buah gerigi adalah 1 mm maka diasumsikan tebu kontak dengan satu buah gigi atas dan dua buah gigi bawah atau sebaliknya

sehingga lebar kontak roller adalah 3 mm. Maka dapat di ketahui panjang dan

lebar kontak pemerasan untuk satu batang tebu: Ltebusebelum press = Ltebusesudah press

Π r2 = (P x df ) 32% 3,14 x (1,5)2 = (P x 0,5) x 32%

7,065 cm= (P x 0,5)

P= ( ,, ) x 32% = 4,52 cm = 0,0452 m

Putaran roller yang rencanakan adalah 25 rpm sedangkan efisiensi mesin

adalah 95%. Dengan hubungan torsi keceptan sudut maka dapat di ketahui daya

press roller, dengan mencari terlebih dahulu gaya yang bekerja pada tebu oleh

Jadi motor listrik yang digunakan adalah motor listrik dengan daya 1 hp.

3.1.4. Perancangan Transmisi

Rasio untuk pulley yang di rencanakan masing-masing adalah 1 banding 2

(13)

Universitas Sriwijaya adalah 21-25 rpm, dengan putaran pada motor listrik 2800 rpm. Transmisi dari motor listrik ke reducer menggunakan sambungan ekspansi sehingga kecepatan

putar input reducer sama dengan motor listrik yaitu 2800 rpm. Sementara pulley

pada output reducer memiliki jari-jari (R2) 5 cm. Reducer yang tersedia di pasaran 1/20, 1/40, dan 1/60. Untuk memperkecil rpm digunakan reducer yang memiliki rasio terbesar yaitu 1/60. N1: kecepatan putar motor listrik, N2: kecepatan putar input reducer, N3: kecepatan putar output reducer, N4: kecepatan putar roller. Untuk mengetahui jari-jari pulley pada roller adalah:

N1=N2= 2800 rpm

θ1 adalah sudut kontak, c adalah jarak anatar poros reducer dan roller yaitu

40 cm, ω adalah angular velocity, e adalah logaritma naperian, β (half of included angle) adalah 18 derajat, f (faktor gesek yang terjadi) diasumsikan 0,3, a adalah panjang bagian lurus belt, L panajang keseluruhan belt, V belt yang digunakan

pada transmisi pulley adalah:

(14)

γ = efθ1/sinβ = e0,3 x 2,89rad / sin(18) = 16,53

L = 2a + R3(π-2α) + R4(π+2α)

L = 2x39,68 + 5(π-2x0,125) + 10(π+2x0,125) =

= 79,36 + 14,45 + 33,9 = 127,71 cm = 1277,1 mm

Pemilihan belt berdasarkan katalog SKF V-Belt. Untuk daya 1hp dengan N3

= 46.67rpm, maka ada beberapa pilihan tipe belt diantaranya SPA dan 5V. Dari lebar, tebal belt dan harga, maka dipilih SPA yang memiliki lebar dan tebal yang lebih kecil 5V supaya mereduksi biaya pembuatan namun tetap memenuhi standar.

3.1.5. Perencanaan Bantalan

Perancangan ini menggunaka bantalan gelinding agar mampu menahan beban radial yang besar. Pada perancangan ini bagian bantalan yang berotasi adalah bagian dalam yang artinya faktor rotasinya adalah 1. Perancangan bantalan

digunakan untuk menopang poros roller yang artinya memberikan beban radial

pada bantalan sehingga beban aksial dapat dianggap tidak ada. Bantalan yang digunakan adalah bantalan baris tunggal maka nilai X adalah 0,6 dan nilai Y adalah 0,3. Diaman Fr adalah 5561,36 N atau 567,48 dengan pembebanan tetap karena tidak terjadi perubahan putaran dan tidak bervariasi terhadap waktu serta memiliki putaran yang mulus tanpa tumbukan karena menggunakan tenaga motor listrik. Adapun bantalan yang digunakan adalah bantalan 62/28E dengan nilai C adalah 17,8 kN atau 1816,32 kg. Jika diasumsikan faktor keaandalan bantalan adalah 90%, dan bahan bantalan merupakan baja yang dicairkan secara terbuka maka umur nominal bantalan adalah:

(15)

Universitas Sriwijaya

= 106623,88 putaran

Jadi umur bantalan 62/28E adalah 106623,88 putaran atau dengan kata lain dapat digunakan dalam waktu 76,26 jam.

3.1.6. Perencanaan Poros

Pada perancangan ini menggunakan poros berdiameter 4 cm dan berbahan SNC22. untuk itu perlu diketahui apakah poros tersebut layak digunakan jika diasumsikan Sf1 = 6, Sf2 = 2, Cb = 1 dan Kt=1. Sedangkan pembebanan poros akibat pembebanan untuk pengepressan asalah 251,37 N.m namun karena pemebebanan di lakukan pada kedua poros jadi untuk satu poros pembebanan

Jadi terbukti bahwa poros dengan diameter 2,8 cm mampu menahan beban roller dan pembebananya.

3.1.7. Kapasitas Kerja Teoritis

Kapasitas kerja mesin pemeras tebu dapat berupa banyak satuan, bisa berupa liter air nira yang dihasilkan juga bisa berupa jumlah atau panjang tebu yang di peras. Namun karena beda jenis tebu berbeda pula densitas dan kadar niranya, untuk dari itu kapasitas kerja teoritis akan dihitung berdasarkan panjang tebu. Jika diasumsikan 2 batang tebu hanya 1 kali pemerasan, dimana 1 batang tebu setelah di peras melebar menjadi 4,52cm jadi untuk 2 batang tebu memerlukan ruang 9,4 cm tanpa pengulangan . Maka:

Keliling roller = 2 π r

= 2 x 3,14 x 5

= 31,4 cm

Kecepatan press = (2 x 31,4 cm) x 23,3 rpm = 1463,24 cm/menit

(16)

= 877,94 m tebu/jam

3.2.Rancangan Fungsional 3.2.1. Jejari Rollerer

Komponen ini berfungsi sebagai penampang radial rollerer stainless steel.

Penyambunganya dengan rollerer adalah dengan cara di las.

3.2.2. Baut dan Mur

Komponen ini berfungsi sebagai pengatur ketinggian rollerer atas. Dan

beberapa baut dan mur lain berfungsi sebagai perekat antara komponen lain kekerangka.

3.2.3. Dudukan Bearing (Pillow Housing)

Komponen ini berfungsi sebagai tempat istalasi bantalan, adapun untuk

dudukan bearing pada roller bagian atas berfungsi sebagai slider untuk mengatur

elevasi rollerer atas.

3.2.4. Bearing

Komponen ini berfungsi sebagai penampang komponen yang berputar, sekaligus sebagai penahan beban radial.

3.2.5. Saringan Nira

Saringan nira berfungsi untuk menyaring air nira perasan supaya tidak bercampur dengan amapas dan serpihan kotoran. Saringan nira terbuat dari stainles steel 304 baik pada jaring dan penampangnya.

3.2.6. Penampang Nira

Penampang nira berfungsi untuk manampung air nira hasil perasan. Komponen ini juga terbuat dari stainles steel 304 baik pada jaring dan penampangnya

(17)

Universitas Sriwijaya Penutup adalah komponen berupa plat aluminium setebal 2mm pada bagaian atas depan dan samping mesin. Fungsinya adalah untuk keamanan dan estetika.

3.2.8. Kerangka

Kerangka adalah komponen paling pentik dalam suatu mesin karena berfungsi sebagai penopang semua komponen lain.

3.2.9. Roda

Roda berfungsi untuk mempermudah pemindahan mesin.

3.2.10. Meja

Meja berfungsi sebagai alas untuk melakukan kegiatan pemotongan, peletakan, dan sebagainya.

3.2.11. Motor listrik

Komponen ini berfungsi sebagai sumber tenaga mesin.

3.2.12. Pulley dan V Belt

Pulley dan V belt adalah dua komponen penting dalam transmisi tenaga pada mesin.

3.2.13. Reducer

Reducer berfungsi sebagai komponen penurunan kecepatan putar.

3.2.14. Inlet

Inlet berfungsi sebagai tempat memasukan bahan dalam hal ini tebu.

3.2.15. Poros

Poros berperan penting dalam transmisi daya(tenaga), anatara rollerer

(18)

3.2.16. Sekat

Sekat berfungsi melindungi bagian rollerer dari kotoran dan pelumas pada

bantalan dan poros.

3.2.17. Rollerer

Rollerer berfungsi sebagai komponen yang menggilas atau menekan

langsung tebu hingga mengeluarkan nira. Rollerer harus terbuat dari material yang

foodgrade contohnya stainless steel 304.

3.2.18. Besi lintasan

(19)

18 Universitas Sriwijaya Doe, H., Djamlu, Y., dan Liputo, B., 2016. Rancang bangun mesin peras tebu sistem mekanik tiga roll menggunakan motor bensin. Jurnal Teknologi Pertanian Gorontalo. Vol. 1. No. 1. Hal. 8-20.

Irawan, S.A., Ginting, S., dan Karo-Karo, T., 2015. Pengaruh perlakuan fisik dan lama penyimpanan terhadap mutu minuman ringan nira tebu. Jurnal Rekayasa Pangan dan Pertanian. Vol. 3. No. 3. Hal. 343-353.

Lubis, M.M.R., Marwani, L., dan Husni, Y., 2015. Respon pertumbuhan tebu (Saccharum officinarum L.) terhadap pengolahan tanah pada dua kondisi drainase. Jurnal Online Agroekoteknologi. Vol. 3.No. 1. Hal. 214-220.

Murdianto, D., dan Redianto, N.T., 2015. Rancangbangun alat roll press untuk mengolah batang tanaman rumput payung (Cyperus Alternifolius) menjadi serat bahan baku komposit. Jurnal Rekayasa Mesin. Vol. 6. No. 2. Hal. 111-118.

Rochman, H., Taryono,. dan Supriyanta., 2014. Jumlah anakan dan rendemen enam klon tebu (Saccharum officinarum L.) asal bibit bagal, mata ruas tunggal, dan mata tunas tunggal. Jurnal Vegetalika. Vol. 3. No.3. Hal. 89-96.

Subiyantoro, E., dan Arianto, Y. 2016., Statistik Perkebunan Indonesia Komoditas Tebu 2014-2016. Direktorat Jendral Perkebunan. Jakarta.

Sujito,. 2010. Mesin pemeras tebu dengan sistem kontrol menggunakan sensor tekanan. Jurnal TEKNO. Vol. 13. No.1. Hal. 64-74.

Sumarji,. 2011. Studi perbandingan ketahanan korosi stainless steel tipe ss 304 dan ss 201 menggunakan metode u-bend test secara siklik dengan variasi suhu dan pH. Jurnal ROTOR. Vol. 4. No.1. Hal. 1-8.

United States Department of Agricultural. 2013. Saccharum officinarum L.

sugarcane. USDA Natural Resource Conservation Service.

https://plants.usda.gov/core/profile?symbol=SAOF.

(20)
(21)
(22)
(23)
(24)
(25)
(26)
(27)
(28)
(29)
(30)
(31)
(32)

Referensi

Dokumen terkait

pengolahan sagu selama ini dilakukan dengan cara tradisional yaitu dengan mengolah serbuk batang sagu ke sungai yaitu mengaduk, memeras dan mengendapkan cairan sagu tersebut di

Untuk memperbaiki proses pemerasan agar lebih efisien, maka dirancang mesin pemeras santan dengan sistem ulir tekan (screw press) dan tenaga penggerak berupa motor listrik

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan draft yangberjudul “Rancang Bangun Mesin Pemeras

Oleh karena itu dalam penelitian ini, penulis berusaha untuk mempermudah pekerjaan dalam pemerasan santan kelapa dengan cara merancang mesin pemeras santan kelapa yang memiliki

Untuk memperbaiki proses pemerasan agar lebih efisien, maka dirancang mesin pemeras santan dengan sistem ulir tekan ( screw press ) dan tenaga penggerak berupa motor

Dalam tahap pembuatan mesin pemarut sekaligus pemeras ketela ini melalui berbagai langkah yaitu mempelajari rancangan gambar mesin dengan membuat rancangan disain gambar

dengan sistem lain seperti sistem Roller sebanyak tiga buah , sehingga akan didapat unjuk kerja dari mesin pemeras batang sorghum yang lebih optimal3. Cara kerja mesin

menyelesaikan pembuatan Proyek Akhir dan dapat menyelesaikan laporan dengan judul “ Perancangan Mesin Pemarut dan Pemeras Ketela sebagai Tahap Awal Proses Pembuatan