• Tidak ada hasil yang ditemukan

ONTOLOGI sebagai hakikat ilmu pengetahua

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "ONTOLOGI sebagai hakikat ilmu pengetahua"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

HAKIKAT ILMU PENGETAHUAN

Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok

Mata Kuliah : Filsafat Ilmu

Dosen Pengampu : Nursalim, M.Pd.I

Disusun Oleh :

1) Farchatus Sholihah (1617402059)

2) Siswanto (1617402083)

3) Tulis Krismiatun (1617402085)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

(2)

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

TAHUN 2017/2018

PENDAHULUAN

Setiap manusia tentunya berakal, manusia yang berakal sehat tentu memiliki pengetahuan, baik berupa fakta, konsep, prinsip, maupun prosedur tentang suatu objek. Suatu pengetahuan dapat diperoleh karena adanya pengalaman atau melalui interaksi antar manusia dengan manusia maupun manusia dengan lingkungannya. Ilmu pengetahuan bertujuan memperoleh data secara rinci untuk menemukan suatu kebenaran yang hakiki. Pengetahuan merupakan salah satu sumber utama peradaban suatu bangsa, maju dan tidaknya suatu bangsa dapat dilihat dari perhatian bangsa tersebut terhadap ilmu pengetahuan.

Hal ini telah dibuktikan diberbagai peradaban dunia dengan adanya pemikiran-pemikiran hebat yang muncul dari tokoh-tokoh yang hidup pada masanya, sehingga membuat bangsanya menjadi lebih maju dan berperadaban. Maka, pengetahuan merupakan sesuatu yang sangat vital dan berpengaruh bagi kemajuan suatu bangsa di dunia. Oleh karena itu pengetahuan harus mendapatkan perhatian dari masyarakat bangsa itu sendiri sehingga dapat menjadikan bangsa yang memiliki kehidupan yang lebih baik, lebih maju serta masyarakatnya yang berperadaban.

Filsafat adalah salah satu cabang kajian ilmu pengetahuan yang mempelajari ilmu yang menciptakan tiga pokok pembahasan pengetahuan. Ketiga pokok pembahasan yang dipelajari dalam filsafat ilmu ini antara lain teori hakikat (ontologi), teori pengetahuan (epistimologi), dan teori nilai (aksiologi). Sebagai salah satu disiplin ilmu, filsafat akan selalu mengalami perubahan mengalami seiring dengan adanya dinamika dan perkembangan ini sesuai dengan dinamika maupun masalah yang terjadi pada ilmu-ilmu yang lainnya diluar dari filsafat. Perubahan ini disesuaikan seiring dan seirama dengan perkembangan imu-ilmu yang lain untuk menghindari adanya perbedaan yang ada didalam cabang-cabang ilmu pengetahuan yang biasanya mengalami percabangan.

Ontologi yang menjadi salah satu dari tiga pokok pembahasan dalam filsafat merupakan salah satu kajian kefilsafatan yang paling kuno yang berasal dari Yunani. Studi tersebut membahas tentang keberadaan sesuatu yang bersifat konkret, pokok pembahsan ini menitikberatkan pada keberadaan yang bersifat konkret bukan hayalan maupun imajinasi melainkan keberadaan suatu benda yang dapat dibuktikan adanya melalui sebuah percobaan ataupun pengamatan. sehingga dalam ilmu ini hanya mempelajari maupun mempercayai keberadaan suatu benda berdasarkan bukti realnya ataupun kekonkretannya dan kenyataannya.

Di era milenium saat ini, ilmu pengetahuan semakin berkembang pesat, ilmu pengetahuan dapat diperoleh oleh seseorang dengan begitu mudah, hanya dengan membuka google seseorang dapat memperoleh ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan yang diperoleh dari media sosial seperti google ini melalui perantara panca indra yang dimiliki oleh manusia, panca indra tersebut berupa, mata dan telinga untuk mendengar. Namun, ilmu pengetahuan yang diperoleh dari media sosial ini masih ilmu utuh dan sangat mungkin belum diselidiki kebenarannya.

(3)

bersumber dari pengalaman seseorang sangat berpotensi menjadi sebuah ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan.

Ilmu yang dapat dipertanggungjawabkan dapat membantu banyak orang untuk dapat memecahkan masalah yang ada saat ini. Karena dengan hadirnya pengetahuan yang mentah dapat membuat banyak orang tersesat dalam lingkaran dan orang akan mengambil keputusan berdasarkan pemikiran sendiri-sendiri. Banyak orang yang salah dalam mengambil keputusan sehingga akan salah pula masyarakat dalam menerima ilmu yang tidak dilandaskan pada hakekat ilmu yang sesungguhnya yang dapat diperoleh melalui motodologi dan penelitian terlebih dahulu. Untuk memperoleh hakekat ilmu yang sesungguhnya memerlukan berbagai komponen yang saling mendukung satu sama lain, salah satunya adalah pengetahuan, panca indra dan sebagainya.

Ontologi yang merupakan hakikat dari sebuah ilmu mempunyai hubungan dengan ilmu pengetahuan yang bersumber dari pengalaman yang nyata. Saat ini banyak ilmu-ilmu yang beredar namun untuk kebenarannya perlu dilakukan pembuktian karena bisa saja ilmu tersebut masih utuh atau bisa dikatakan masih mentah. Oleh karena itu, ontologi sebagai hakikat ilmu berfungsi untuk menyelidiki bagaimana keadaan sebuah ilmu sampai ke akar-akarnya. Sehingga kemungkinan terjadi salah pengertian terhadap sebuah ilmu dapat dihilangkan.

PEMBAHASAN

A. Pengertian

Pembahasan tentang ontologi sebagai dasar ilmu berfungsi menjawab “apa” yang menurut Aristoteles merupakan The First Philosophy dan mengenai esensi benda.1Ontologi yang dikenal sebagai hakekat ilmu atau wujud nyata dari ilmu

mempunyai peranan penting bagi kehidupan manusia yang berada di era millenium seperti sekarang ini. Masa dimana masih banyak terjadi kebimbangan dalam memecahkan suatu masalah yang rumit sekalipun. Oleh karena adanya realita-realita yang ada sekarang sering kali menimbulkan pro dan kontra di tengah-tengah masyarakat, ontologi ada untuk menengahi adanya masalah-masalah yang muncul.

Sedangkan menurut Jujun S. Suriasumantri dalam bukunya yang berisi pembahasan ontologi tentang apa yang ingin kita ketahui, seberapa jauh keingintahuan seseorang, atau dengan perkataan lain, suatu pengkajian mengenai teori tentang “ada”.2Untuk dapat mengetahui teori maupun hakekat dari sebuah ilmu orang akan

melibatkan pikirannya untuk berpikir. Proses berpikir tersebut akan mengantar kita dari tidak tahu menjadi tahu, dan ilmu yang dipelajari pada hakekatnya sudah ada hanya saja diperlukan penyelidikan lebih lanjut untuk mengetahuinya.

Jika ditinjau dari segi etimologi, ontologi berasal dari bahasa Yunani yaitu onto

yang artinya sungguh-sungguh ada, kenyataan yang sesungguhnya, dan logos yang berarti kajian yang berisi tentang teori yang dibicarakan. Jadi ontologi merupakan studi atau teori yang membahas sesuatu yang sungguh-sungguh ada. Secara terminologis ontologi diartikan sebagai metafisika umum, yaitu cabang dari filsafat yang membahas tentang sifat dasar dari kenyataan yang terdalam, membahas asas-asas rasional dari kenyataan.3Ontologi membahas objek-objeknya secara mendalam sampai pada

hakikatnya. Inilah sebabnya ontologi disebut sebagai teori hakikat.

Pembahasan ilmu yang ada pada ontologi dibahas sampai ke akar-akarnya karena ontologi adalah salah satu cabang filsafat, dan filsafat itu sendiri adalah berpikir secara mendalam dan sungguh-sungguh hingga diperoleh ilmu yang sesungguhnya. Dalam

1 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 132.

2 Jujun S. Suriasumantri, Ilmu dalam Perspektif, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 2003), hlm. 5.

(4)

persoalan ontologi orang dihadapkan pada adanya dua macam kenyataan. Yang pertama, kenyataan yang berupa materi (kebenaran) dan kedua, kenyataan yang berupa rohani (kejiwaan). Kedua materi ini sangat erat hubungannya karena melibatkan komponen luar dan dalam yaitu, manusia mempunyai dua sumber ilmu. Pertama sumber datang dari lahir yang dicirikan dengan kasat mata dan kedua adalah ilmu batin, metafisik dan tidak kasat mata.

B. Hakikat Ilmu Pengetahuan

Berbicara mengenai hakikat ilmu sangatlah luas pembahasannya meliputi yang ada dan tidak ada. Hakikat merupakan realitas, realitas merupakan ke real an, “real”

artinya kenyataan yang sebenarnya, jadi hakikat adalah kenyataan yang sesungguhnya, keadaan sebenarnya sesuatu, bukan keadaan sementara atau keadaan yang menipu, bukan keadaan yang mengalami perubahan.4Misalnya, pemerintahan pada hakekatnya bersifat

demokratis dan terbuka kepada semua warganya serta menghargai pendapat rakyat. Mungkin banyak orang yang mengetahui bahwa dari media elektronik pemerintahan itu melakukan tindakan sewenang-wenang, tidak menghargai pendapat rakyat. Itu hanyalah keadaan sementara, bukan keadaan yang hakiki atau sebenarnya.

Pada prinsipnya pemerintah itu memiliki aturan dengan adanya pancasila dan UUD 1945 keduanya dijadikan pedoman oleh pemerintah dalam membuat aturan-aturan, salah satunya tidak dibolehkannya melakukan tindakan sewenang-wenang karena ada hak asasi manusia yang wajib dijunjung tinggi, hanya saja keadaan yang sebenarnya terdapat pelaku pemerintahan yang tidak bertanggung jawab dengan bertindak sewenang-wenang, sehingga pemerintahan dinilai negatif. Pemerintahan yang hakiki pemerintahan itu adalah demokratis bukan anarkis. Contoh yang lain, kita melihat suatu objek, fatamorgana. Fatamorgana itu bukan hakikat, atau hakikat fatamorgana ialah tidak ada.5Fatamorgana

hanyalah khayalan yang tidak mungkin dicapai. Dalam KBBI fatamorgana adalah gejala optis yang tampak pada permukaan yang panas, yang terlihat seperti genangan air.

Dalam bahasa Inggris kata “science” (Sains, Ilmu Pnegetahuan) sejajar dengan kata Latin “scientia”, yang berasal dari kata dasar “sciere” yang berarti mengetahui.6Seringkali pengetahuan dikaitkan pada kecerdasan intelektual, namun

sebenarnya pengetahuan tidak hanya terbatas pada pengetahuan intelektual saja, tetapi ada juga pengetahuan indrawi dan pengetahuan saintifik. Setiap makhluk hidup pasti memiliki berbagai macam indrawi, baik itu pada manusia maupun hewan. Biasanya makhluk hidup memiliki panca indera yaitu, indra penglihatan, indra pendengaran, indra peraba, indra perasa, dan indra penciuman. Dengan adanya kelima indea tersebut makhluk hidup dapat mengetahui secara indrawi, misalnya makhluk hidup (manusia) dapat mengetahui bahwa tanaman itu indah karena manusia dapat melihat, merasakan bau dari tanaman itu dengan indra penciuman dan indera penglihatan yang ia gunakan untuk mengamati tanaman tersebut.

Sama halnya juga dengan suara merdu yang dihasilkan oleh piano yang sedang dimainkan oleh seorang pianis yang mahir, seseorang dapat mengetahui dan mengatakan suara piano tersebut merdu jika sedang dimainkan oleh pianis yang mahir karena seseorang menggunakan indra pendengaran dan penglihatannya untuk menyaksikan dan mendengarkan suara piano yang dimainkan oleh seorang pianis yang sedang menunjukkan bakatnya. Pengetahuan yang dicapai melalui indera ini menemukan titik

4 Amsal Bakhtiar, Filsafat Ilmu, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2016), hlm. 131.

5 Ahmad Tafsir, Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hlm. 28-29.

(5)

puncak tertinggi pada tingkat indrawi yang diperoleh dari imajinasi yang disebut fantasi. Tidak semua pengetahuan dapat dikatakan sebagai saintifik, ada beberapa hal yang membedakannya yaitu : 1) harus berada pada tahap intelektual; 2) harus pasti; 3) harus sudah dikaji secara mendalam.7

Seringkali pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang itu sangatlah banyak, karena pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang bersumber dari apa yang dilihat, apa yang didengar, dan apa yang dirasakan. Namun semua itu dapat terjadi perbedaan informasi yang akan menjadi sebuah pengetahuan seseorang. Satu orang mungkin sekali dapat memiliki pengetahuan mulai dari yang sederhana sampai yang kompleks. Pengetahuan yang diterima tentu membawa ciri khas tersendiri. Sebagai contoh pengetahuan dalam bidang agama, dalam bidang seni dan sebagainya. Masing-masing dari pengetahuan akan ditempatkan pada posisi masing-masing bidang sehingga dapat memperkaya kehidupan manusia. Namun dari pemahaman seseorang mengenai kebenaran bukan hanya dapat memanfaatkan namun dapat juga terjerumus ke dalam hal negatif dalam pemanfaatannya. Pengetahuan sebagai salah satu pengaruh terhadap kehidupan sehari-hari manusia. Pengetahuan (knowledge) adalah sesuatu yang diketahui langsung dari pengalaman, berdasarkan panca indra dan diolah oleh akal budi atau rasionalisme dari sesorang secara spontan.8 Panca indra ketika menerima sesuatu dari luar secara otomatis akan mendapat

rangsangan dari otak. Rangsangan otak kemudian diolah sedemikian rupa sehingga akan merekam dan dapat berefek pada kehidupan sehari-hari. Namun, pengetahuan ini direspon dan ditiru secara mentah saja, belum diselidiki dan diketahui secara pasti mengenai hakikat tentang pengetahuan tersebut. Pengetahuan dapat dibuktikan dengan cara metodologi agar ilmu dari pengetahuan dapat diketahui secara pasti dan mendalam.

Ilmu dan pengetahuan memiliki hubungan yang erat. Ilmu merupakan olahan dari sebuah pengetahuan yang sudah lebih dulu melalui penelitian secara mendalam dan dibuktikan secara nyata. Pengetahuan seseorang sangat mempengaruhi ilmu seseorang karena berawal dari sebuah pengetahuan, kemudian diselidiki lebih dalam dan hakikat ilmu pengetahuan akan dicapai. Dalam ensiklopedia Indonesia, definis dari ilmu pengetahuan adalah suatu sistem dari berbagai pengetahuan yang masing-masing mengenai suatu lapangan pengalaman tertentu, yang disusun sedemikian rupa berdasarkan asas-asas tertentu, sehingga menjadi kesatuan suatu sistem dari pengetahuan yang beraneka ragam dan dari masing-masing pengetahuan didapatkan sebagai hasil pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan secara teliti dengan memakai metode-metode tertentu.”9

C. Aliran dan Objek Ontologi

Ontologi dan ilmu mempunyai hubungan yang erat karena ontologi merupakan suatu hakikat dari sebuah ilmu dan merupakan salah satu cabang filsafat yang membahas tentang tata dan struktur realitas dalam arti seluas mungkin dengan menggunakan kategori-kategori seperti ada (being), eksistensi (existence), kenyataan (reality), perubahan (change), tunggal (one), dan plural (many). Seluruh objek yang ada di alam semesta ini diselidiki secara mendalam oleh sebuah ontologi hingga objek terbukti degan nyata.10 Setiap objek yang ada di bumi ini memiliki hakekat ilmu mulai dari tumbuhan,

hewan dan manusia dan lain-lain. Ketiganya menyangkut sebuah ilmu yang sangat perlu untuk diketahui oleh semua manusia, hal tersebut karena dalam sebuah ilmu didalamnya

7 Henry van Laer, Filsafat Sains, Bagian Pertama Ilmu Pengetahuan Secara Umum, (Yogyakarta: Lembaga Penerjemah & Penulis Muslim Indonesia, 1995), hlm. 3.

8 Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Caps, 2012), hlm. 100.

9 Burhanuddin Salam, Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi, (Jakarta: Rineka Cipta, 2000), hlm. 14.

(6)

ada penyelesaian-penyelesaian dari berbagai masalah yang ada dan ontologi akan menjawab semuanya.

Ahmad Tafsir menyebutkan bahwa, landasan dari sebuah ontology filsafat adalah seluruh obyek yang abstrak, rasional dan mistik yang berlandaskan ontologi abstrak supra rasional.11Pedoman tentang cara pandang didasarkan pada akal terhadap suatu ilmu

tidaklah lepas dari pengamatan terhadap objek itu sendiri yang disajikan dan dijelaskan secara singkat mengenai sifat, keadaan, dan kegiatan dari hasil pengamatan yang telah dilakukan. Objek yang dikaji dalam sebuah ontologi adalah realitas yang ada. Ontologi membahas tentang apa yang ada secara universal, dengan mencari pemikiran semesta universal.

Ontologi berfungsi mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya. Jadi ontologi membahas ini dari sebuah ilmu yang terdalam untuk setiap hakikat kenyataan, seperti misalnya (a) apakah manusia dapat sungguh-sungguh memiliki sesuatu, (b) adakah ada Tuhan di dunia ini, (c) apakah nyata dalam hakikat material ataukah spiritual, (d) apakah jiwa dapat dibedakan dengan badan, (e) apakah hidup dan mati itu, dan sebagainya.12Dari berbagai

pemikiran-pemikiran tersebut kemudian munculah pikiran-pikiran baru yang akan menjadi bahan dalam observasi sehingga akan menemukan fakta-fakta yang ada, dari fakta tersebut akan dibahas lebih dalam hingga tercapainya hakikat dari sebuah ilmu dapat dicapai.

Ontologi membahas tentang yang ada, yang tidak terikat pada satu perwujudan tertentu. Ontologi membahas tentang yang ada secara universal. Ontologi berupaya mencari inti yang ada dalam kenyataan, atau dalam rumusan Lorens Bagus: menjelaskan yang ada yang meliputi semua realitas dalam semua bentuknya.13 Untuk suatu kebenaran

ilmu pengetahuan dapat diperoleh dengan menggunakan beberapa cara pandang, diantaranya :

1. Aliran Monoisme

Paham monoisme merupakan suatu paham yang menyatakan bahwa pada dasarnya asal kenyataan adalah hanya satu saja, tidak lebih. Hanya ada satu hakikat yang dijadikan sumber yang asal, yaitu berupa materi maupun rohani saja. Monoisme dibagi menjadi dua aliran: (a) Materialisme, merupakan sebuah aliran yang menyatakan sumber yang asal adalah berupa materi bukan rohani. Aliran materialisme dapat diartikan sebagai aliran naturalisme, yaitu menjelaskan bahwa benda mati adalah kenyataan dan satu-satunya fakta berupa materi yang berdiri sendiri, sedangkan ruhani bukan suatu kenyataan. (b) Idealisme, lawan kata dari materialisme adalah spiritualisme. Asal kata idealisme dari kata “Ideal” yang berarti sesuatu yang hadir dalam jiwa.

Aliran ini menganggap bahwa sebuah kenyataan yang beraneka ragam itu semua berasal dari ruh (sukma) atau sejenis dengannya, yaitu sesuatu yang tidak berbentuk dan menempati ruang. Materi atau zat hanyalah suatu jenis yang sesungguhnya dari bentuk lain dari ruhani. Dalam ilmu terdapat sebuah kebenaran yang dimana kebenaran itu dapat diperoleh salah satunya dengan sebuah peristiwa yang nyata dan sudah terjadi. Kenyataan dalam sebuah ilmu berasal dari materi (terlihat atau bisa ditangkap oleh panca indra) maupun rohani (bisa dirasakan dalam diri manusia).

2. Aliran Dualisme

11 Ahmad Tafsir, Filsafat ilmu. Mengurai Ontologi, Epistimologi, dan Aksiologi Pengetahuan, (Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2004), hlm .11.

12 Suwardi Endraswara, Filsafat Ilmu, (Yogyakarta: Caps, 2012), hlm. 98-99.

(7)

Aliran dualisme merupakan alian yang mengatakan bahwa benda terdiri dari dua macam asal sumbernya, yaitu materi dan ruhani, benda dan ruh, jasad dan spirit. Materi dan benda masing-masing bebas dan saling berdiri sendiri, memiliki sifat yang abadi dan azali. Dari kedua unsur ini bergabung membentuk kehidupan di alam semesta ini. Materi adalah dasar untuk terbentuknya segala sesuatu. Dengan adanya materi suatu kenyataan dapat terwujud. Materi itu sesuatu yang ada, namun belum berwujud maupun terlihat, dan mempunyai peluang atau kesempatan untuk menjadi suatu wujud yang lain.14Perwujudan akan diperoleh

apabila antara dua hakikat yaitu, materi dan rohani telah menjadi suatu perwujudan yang satu. Tokoh dalam aliran dualisme adalah Descater (1596-1650) yang dikenal sebagai bapak filsuf modern.

3. Aliran Pluralisme

Pluralisme adalah suatu paham yang berargumen bahwa seluruh macam bentuk yang ada merupakan kenyataan. Pluralisme dapat dikatakan sebagai paham yang menyatakan bahwa kenyataan alam tersusun dari berbagai macam unsur, lebih dari satu atau dua unsur dan mengakui bahwa seluruh macam bentuk itu semuanya nyata. Tokoh aliran pluralisme pada masa Yunani kuno adalah Anaxagoras dan Empedcoles, yang menyatakan bahwa substansi yang ada terbentuk dan terdiri dari empat unsur, yaitu tanah, air, api dan udara. Tokoh modern aliran pluralisme adalah William James yang menyatakan bahwa tidak ada kebenaran yang hakiki yang berlaku secara umum, yang bersifat tetap, yang berdiri sendiri, dan lepas dari akal atau rasio yang mengenal.

4. Aliran Nihilisme

Kata nihilisme berasal dari bahasa Yunani yang berarti nothing atau tidak ada. Istilah Nihilisme dikenal oleh Ivan Turgeniev dalam novelnya yang berjudul Fadhers an Children yang ditulisnya pada tahun 1862 di Rusia. Doktrin tentang Nihilisme sebenarnya sudah ada sejak zaman Yunani kuno, yaitu pada masa peradaban Grogias (483-360) yang membagi kedalam tiga bagian tentang realitas.

Pertama, realitas itu sebenarnya tidak ada. Kedua bila sesuatu itu ada, ia tidak dapat diketahui, ini dikarenakan panca indra itu tidak dapat dipercaya, panca indra itu sumber ilusi yang memahami sesuatu hal dari khayalan yang dilakukan ataupun angan-angan yang terjadi pada pemikiran seseorang. Ketiga, sekali pun realitas itu dapat kita ketahui, ia tidak akan dapat kita beritahukan kepada orang lain. Jadi suatu hal yang dialami oleh pikiran kita hanya diketahui oleh orang tersebut saja tanpa dikeahui orang lain.

5. Aliran Agnontitisme

Paham agnontitisme adalah suatu paham yang mengingkari kesanggupan manusia untuk mengetahui hakikat benda, baik hakikat materi maupun hakikat ruhani. Karena dengan keterbatasan akal yang dimiliki oleh manusialah yang menyebabkan paham ini tidak mempercayai akan kesanggupan manusia dalam mengetahui hakikat benda. Kata agnotitisme berasal dari bahasa Grick agnotos yang berarti Unknown artinya not, Gno artinya Know. Aliran agnontitisme muncul dikarenakan manusia belum dapat mengenal dan mampu menerangkan secara konkret akan adanya suatu kenyataan yang berdiri sendiri dan dapat dikenal. 15

PENUTUP

14 Sudarsono, Ilmu Filsafat Suatu Pengantar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2001), hlm. 119.

(8)

Ontologi sebagai bagian dari filsafat ilmu merupakan hakikat dari sebuah ilmu pengetahuan yang mana pengetahuan sebagai sumber awal untuk memperoleh kebenaran. Pada dasarnya objek pengetahuan adalah ilmu pengetahuan itu sendiri dan subjeknya adalah segala sesuatu yang mencari objek. Seseorang memperoleh pengetahuan melalui berbagai peristiwa, salah satunya dari pengalaman. Pengalaman tersebut menjadi sebuah pengetahuan yang dipikirkan secara mendalam oleh akal manusia, karena pada hakikatnya manusia mempunyai rasa ingin tahu yang besar. Sehingga terbentuknya ilmu pengetahuan yang hakiki.

Ontologi berfungsi mencari inti yang termuat dalam setiap kenyataan atau menjelaskan yang ada dalam setiap bentuknya. Jadi ontologi membahas ini dari sebuah ilmu yang terdalam untuk setiap hakikat kenyataan, seperti misalnya (a) apakah manusia dapat sungguh-sungguh memiliki sesuatu, (b) adakah ada Tuhan di dunia ini, (c) apakah nyata dalam hakikat material ataukah spiritual, (d) apakah jiwa dapat dibedakan dengan badan, (e) apakah hidup dan mati itu, dan sebagainya.16Dari berbagai pemikiran-pemikiran tersebut kemudian munculah

pikiran-pikiran baru yang akan menjadi bahan dalam observasi sehingga akan menemukan fakta-fakta yang ada, dari fakta tersebut akan dibahas lebih dalam hingga tercapainya hakikat dari sebuah ilmu dapat dicapai.

Ilmu pengetahuan yang hakiki diperoleh melalui proses ilmiah yang dibuktikan melalui observasi dan eksperimen, sehingga ilmu pengetahuan tersebut mutlak adanya. Untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang hakiki seseorang mempunyai pandangan yang berbeda-beda, diantaranya monoisme, dualisme, pluralisme, nihilisme, dan agnotitisme. Berbagai pemunculan paham aliran filsafat ilmu, hampir sulit dibendung. Masing-masing aliran selalu menyuguhkan pemikiran-pemikiran yang rasional dan dapat dipercaya.

(9)

DAFTAR PUSTAKA

Baharuddin, Umiarso & Sri Minarti. 2011. Dikotomi Pendidikan Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Bakhtiar, Amsal. 2016. Filsafat Ilmu. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Endraswara, Suwardi. 2012. Filsafat Ilmu. Yogyakarta: Caps.

Heri Santoso & Listiyono Santoso. 2003. Filsafat Ilmu Sosial Ikhtiar Awal Pribumisasi Ilmu-ilmu Sosial. Yogyakarta: Gama Media.

Laer, Henry van. 1995. Filsafat Sains Bagian Pertama Ilmu Pengetahuan Secara Umum. Yogyakarta: Lembaga Penerjemah & Penulis Muslim Indonesia.

Muhadjir, Noeng. 1998. Filsafat Ilmu Telaah Sistematis Fungsional Komparatif. Yogyakarta: Rake Sarasin.

Salam, Burhanuddin. 2000. Sejarah Filsafat Ilmu dan Teknologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Sudarsono. 2001. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta.

Suriasumantri, Jujun S. 2003. Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia.

Tafsir, Ahmad. 2003. Filsafat Umum Akal dan Hati Sejak Thales sampai Capra. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Referensi

Dokumen terkait

Pada tafsir Jalalayn menjelaskan bahwa (Dan Dialah yang menurunkan air hujan dari langit, lalu Kami tumbuhkan) dalam ayat ini terkandung iltifat dari orang yang ketiga menjadi

2 Melakukan praktik keperawatan berdasarkan kode etik keperawatan Indonesia dan memperhatikan budaya2. 1 Menghormati hak privasi klien/ pasien

Tes Strip untuk Uji Kualitatif Asam Mefenamat, Aspirin, dan Parasetamol dengan Menggunakan Reagen Spesifik yang Diimmobilisasi pada Membran Nata de Coco-Al203; Siti

Adapun judul dari skripsi ini adalah Inventarisasi Jenis – Jenis Anggrek di Samosir Utara, Kabupaten Samosir, Provinsi Sumatera Utara (Studi Kasus Kecamatan Ronggurnihuta

Menentukan efektifitas pemberian laksansia secara oral dan rektal terhadap kesembuhan dan kejadian kekambuhan pada anak dengan konstipasi fungsional. Penelitian ini merupakan

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, dengan ini menyetujui untuk memberikan ijin kepada pihak Program Studi Sistem Informasi Fakultas Teknik Universitas Muria Kudus

Hasil penelitian menunjukkan bahwa peningkatan penguasaan pengetahuan pada mata pelajaran laundry oleh peserta didik SMKN 3 Cimahi meliputi pengetahuan, pemahaman dan

Kesimpulan dari hasil penelitian dengan menggunakan regresi linear berganda membuktikan secara parsial bahwa variabel aliran kas operasi memiliki pengaruh signifikan