NAMA
: FAJAR ARDIANSYAH NASIR
NIM
: 0130340051
A. Evolusi Pemikiran politik
Realisme
Realisme adalah sebuah pemikiran yang memiliki ide dan asumsi dasar, pandangan pesismis atas sifat manusia, keyakinan bahwa dunia internasional pada dasarnya brsifat
konfliktual yang diselesaikan memlalui perang, menjunjung tinggi nilai nilai keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara, skeptisisme dasar bahwa tardapat kemajuan politik
internasional seperti yang terjadi dalam kehidupan ploitik domestik.
Dasar normative realism adalah keamanan nasional dan kelangsungan hidup negara. Ini merupakan nilai nilai yang menggerakkan doktrin kaum realis dan kebijakan luar negeri kaum realis.
Evolusi Realis
Realisme bermula dari Thucydides, sejarahwan yang mengemukakan paham realis yang terjadi saat perang Peloponnisia antara Athena dan Sparta dan juga berasal dari pemikiran – pemikiran para pelopornya seperti Niccolo Machiavelli (1469 – 1527), Thomas Hobbes (1588 – 1679), Morgenthau (1948), dll.
Thucydides membenarkan hal dalam dialog Melian bahwa adanya kaum yang kuat dan lemah, sementara yang kuat berkuasa dan yang lemah menderita. Thucydides juga menjelaskan perilaku kaum Athena dengan kekuasaannya yang ingin menguasai suatu wilayah sehinga perang tak bisa dihindarkan.
Selain Thucydides terdapat juga dua penganut realis klasik yakni Machiavelly dan Thomas hobbes. Macchiavelli membagi dua hal penting dalam melaksanakan kebijakan luar negeri yaitu kekuasaan dan penipuan, machiavelly beramsumsi bahwa dunia merupakan tempat yang berbahaya dan juga mnguntungkan, nilai politik tertinggi adalah kebebasan nasional yaitu kemerdekaan,. Pandangan tajam tersebut tercermin dalam beberapa maksim khas Machiavelli tentang kengaraan realis, yang meliputi hal hal sebagai berikut sadarlah terhadap apa yang terjadi, jangan menunggu hingga sesuatu terjadi, antisipasi motif dan tindakan pihak lain. Jangan menunggu pihak lain bertindak. Bertindak sebelum mereka melakukannya.
Thomas hobbes menggambarkan keidupan internasional berada dalam keadaan alami bagi hobbes keadaan alami adalah merupakan lingkungan manusia yang tidak bershabat di mana terdapat keadaan perang.
Thucydides
Realisme klasik menggambarkan lingkungan internasional pada masa perang dunia satu dan dua dimana negara negara di dunia memperebutkan kekuasaan untuk memenuhi kebutuhan dan kepentingan nasional dan mengatasi dlema keamanan dengan menikan power mereka dalam bentuk militer.
Paham realis ini kemudian dikritik oleh kaum liberalis dimana kaum liberalis mengutamakan kebebasan dan keeratan hubungan aktor non-state, untuk mendapatkan keuntungan melalui kerjasama. Liberalisme menganggap bahwa paham realis tidak dapat menjelaskan adanya ide keseimbangan kekuasaan (kedaulatan) di zaman kuno.
Pada than antara 1780 dan 1850 dalam kurang tiga generasi, revolusi yang meluas. Proses modernisasi yang diluncurkan oleh revolusi ilmiah mengakibatkan meningkatnya teknologi dan dengan demikian yang lebih efisien dalam memproduksi barang barang dan penguasaan alam. Proses modernisasi didorong oleh revolusi intelektual kaum liberal yang memiliki keyakinan terhadap akal pikiran dan rasionalitas manusia.
Kaum liberal umumnya mengambil pandangan positif terhadap manusia. Mereka
memiliki keyakinan besar terhadap akal pikiran manusia dan mereka yakin bahwa prinsip prinsp rasional dapat dipakai dalam masalah masalah internasional.
Asumsi daar liberal adalah
1. Kemajuan manusia 2. Aksi pikiran manusia 3. Kerjasama
kekerasan dalam mencapai kekuasaan. Namun Realisme klasik lebih menekankan hakikat atau keinginan negara dalam berkuasa sedangkan neorealisme menekankan pada perilaku agresif negara yang anarkhi. Perbedaan lain realisme klasik berasumsi bahwa pemimpin negara didorong oleh nafsu mereka akan kekuasaan, sedangkan neorealisme berasumsi minimal menyatakan untuk berusaha bertahan hidup. Menurut waltz, perilaku negara dapat dijadikan produk dari persaingan antar negara. Karena dinilai menguntungkan bagi mereka.
Dalam neorealisme ini kemungkinan adanya kerjasama dalam keanarkhian namun relatif karena tidak ada jaminan atau kesahan dalam kerjasama jadi, bisa diuntungkan bisa dirugikan. Terutama pada negara yang memiliki power yang kuat atau adikuasa, mereka akan merasa diuntungi oleh kerjasama tersebut.
Tanggapan dari paham neorealisme kemudian muncul paham realisme neoklasik. Paham ini lebih menonjolkan keseimbangan kepentingan (Schweller (1993)) dan menekankan pada status quo dan negara revisionis serta kekuasaan (Schweller 2006). Paham ini menjelaskan bahwa negara secara rasional menentukan kebijakan luar negeri tergantung kepada kekuatan dan kepentingan.
B. Ekonomi Politik Internasional
Latar Belakang
Kekuatan ekonomi merupakan basis bagi kekuatan politik. Jika kekuatan ekonomi meruupakan tentang pencapaian kekayaan dan politik tentang pencapain kekuatan keduanya berinteraksi dalam cara yang rumit dan memusingkan. Hal ini merupakan hubungan yang kompleks dalam konteks internasional anatara politik dan ekonomi dan antara negara dan pasar.
Ada tiga teori yang mendasari ekonomi politik innternasional yaitu merkantilis, marxisme dan libealisme ekonomi.
A. Merkantilisme
Merkantilisme adalah pandangan elit politikc yang berada pada garis depan pembangunan negara modern. Mereka mengambil pandangan bahwa aktivitas ekonomi seharusnya tunduk pada tujuan utama dalam membangn negara yang kuat. Dengan kata lain ekonomi adalah alat politik suatu dasar bagi kekuasaan politik.
Merkantilis melihat persaingan ekonomi antar negara adalah permainan zero sum dimana keuntungan suatu negara merupakan kerugin di negara lain.
Kaum merkantilis menyatakan bahwa perekonomian seharusnya tunduk pada tujuan utama peningkatan kekuatan negara. Dengan kata lain bahwa kaum merkantillis mengutamakan politik dibandingkan ekonomi.
Merkantilis juga serin disamakan dengan teori realis neo klasik yang lebih ke system Nation state yang memunculkan pendekatn nasionalisme. Morgenthau (1978) dalam Politics Among Nations menyebutkan bahwa ekonomi merupakan suatu unsure pentig dari national power, gagasan utama dalam perspektif ini adalah aktivitas ekonomi dalam pencapaian kepentingan politik dan pembangunan negara. Tidak hanya Morgenthau Gilpin juga mengemukakan
pendapatnya dalam the political economy of internasional relations menjelaskan bahwa aktivitas aktivitas ekonomi seharusnya untuk bertujuan pembangunan dan keuntungan negara. Gilpin juga membagi 2 tipe merkantilis yaitu
1. Benign mercantilism ialah usaha terhadap pemenuhan kepentingan nasional untuk menjaga kepentingan ekonomi nasionalnnya dalam artian unsur penting terhadap keamanan nasional untuk bertahan
2. Melvolent mercatlism ialah usaha usaha ekspansionis negara untuk menguasai
kekuasaan dan wilayah terhadap negara lain hal ini dapat menimbulkan kerugian terhadap negara lain (negara yang di jajah )
Conthohnya adallah Belanda inggris dan portugis.
Kesimpulanya adalah aktivitas aktiitas ekonomi adalah untuk memenuhi kepentingan politik yang bertujuan untuk kekuatan negara sehingga politik lah yang menentukan kebijakan dan aktivitas ekonomi, negara adalah actor dalam mengatur aktivitas ekonomi dan memiliki sifat Konfliktual, zero sum game.
Paham Merkantilisme berkembang di negara-negara Barat dari abad 16 sampai abad ke-18. Merkantilisme dapat diartikan sebagai suatu kebijaksanaan politik ekonomi dari negara-negara imperialis yang bertujuan untuk mengumpulkan sebanyak-banyaknya kekayaan berupa logam mulia. Logam mulia ini dijadikan sebagai ukuran terhadap kekayaan, kesejahteraan, dan kekuasaan bagi negara yang bersangkutan. Dengan kata lain, semakin banyak logam mulia yang dimiliki oleh suatu negara imperialis maka semakin kaya dan semakin berkuasalah negara tersebut. Mereka percaya bahwa dengan kekayaan yang melimpah maka kesejahteraan akan meningkat dan kekuasaan pun semakin mudah untuk didapatkan
Salah satu negara yang menerapkan merkantilisme adalah belanda pada masa perang dunia ke dua belanda menerapkan system merkantilisme dengan melakukan penjelajahan dan
penjajahan di Indonesia mereka mengambil rempah rempah dengan harga yang murah kemudian dijual dengan harga yang tinggi di eropa, hal inilah yang membuat belanda menjadi jaya pada maa perang dunia ke dua
B. Liberalisme Ekonomi
Liberalisme ekonomi muncul sebagai kritik terhadap control politik dan pengaturan
permasalahan ekonomi. Adam Smith merupakan pelopor paham liberalisme dalam isi bukunya yaitu Wealth of Nations (1776). Di dalam Wealth of Nations smith menjelaskan bahwa pasar cenderung meluas secara spontan demi kebutuhan kepuasan manusia menegaskan bahwa pemerintah tidak boleh ikut campur dalam aktivitas ekonomi. Adam Smith juga menambahkan beberapa elemenya sendiri pada pemikiran liberal mencakup pemikiran penting bahwa ekonomi pasar adalah sumber utama kemajuan, kerjasama dan kesehjahteraan.
Kesimpulan liberalisme lebih mengutamakan ekonomi dibandingkan dengan politik liberalisme lebih mempercayai pasar bebas untuk kesehjateraan global, actor utama dari liberalisme adalah individu dan perusahaan swasta bukan negar, sifat liberalisme adalah
kooperatif dan positive sum game. Liberalisme bertujuan mensejahterakan maksimum individu dan social.
Negara yang menganut paham liberalisme adalah Amerika serikat. Dengan menganut paham liberalisme pasar bebas amerika dapat mudah menyebarkan paham demokrasi nya terhadap negara lain dan menjadikan amerika negara yang maju dan super power. Dengan sifat keterbukaanya terhadap pasar bebas amerika dapat menyebarkan produknya sehingga meningkatkan pendapatnya. Ada beberapa keuntungan amerika dalam menerapkan paham liberalisme sebagai berikut
1. Dengan menerapkan pasar bebas ini meningkatkan kreativitas individu dalam mengembangkan produknya untuk dipasarkan. Hal ini membuat banyak produk dari amerika yang menyebar luar di seluruh dunia dan meningkatkan keuntungan individu 2. Menghasilkan barang yang mutu tekanan dari persaingan pasar bebas membuat para
individu bersaing dengan kualitas barang yang akan dipasarkan
3. Evisiensi dan efektiitas yang tinggi Karena setiap tindakan ekonomi bermotifkan mencari kuntungan
Namun ada beberapa kerugian yang dialami amerika dalam menerpakan system liberalisme
1. Negara ini rentan dengan kasus korupsi
2. Pemerataan pendapatan sulit diterapkan karena system pasar beba tersebuut 3. Banyak terjadi gejolak perekonomian karena kesalahan akolasi sumber daya oleh
masyarakat.
C. Marxisme
Marxisme lahir mendasari kritik terhadap liberalisme ekonomi. Marxisme yang diusung oleh Karl Max dan Friederich Engels. Marx tidak sependapat dengan liberalis ekonomi yang
mengatakan bahwa ekonomi liberal akan mendorong kooperasi atau keuntungan bagi semua pihak dan disanggah dengan teori kelasnya.
Marxisme berpendapat bahwa ekonomi kapitalis telah membagi masyarakat ke dalam kelas kelas ekonomi yaitu borjuis dan protelar. Kelas borjuis adalah kelas yang mempunyai materi dan alat alat produksi sedangkan kelas protelar adalah kelas parah buruh Marx menjelaskan bahwa buruh tidak mempunyai kedaulatan terhadap dirinya yang akhirnya hidup teraliensi dengan jam jam kerja sehingga marx melihat adanya exploitasi dalam aktivitas ekonomi
dengan hukumnya sendiri. Tetapi sementara kaum merkantilis melihat ekonomi sebagai alat politik, kaum marxis menempatkan ekonomi ang pertama dan politik yang kedua.
Marxisme merupakan dasar dari kapitalis yang melihat ekonomi dengan membagi dua kelas yaitu kela borjui dan proletar. Meskipun perekonomian dikendalikan oleh kaum kapitalis yang dikendalikan oleh kaum borjus bersifat eksploitasi terhadap buru, marx tidak melihat
pertumbuhan kapitalisme sebagai peristiwa negatf atau kemunduran. Sebaliknya kapitalisme sebgai kemajuan bagi kaum marx, dalam dua hal
1. Kapitalis menghancurkan hubungan produksi sebelumnya seperti fedeolisme, suatu hubungan produksi yang menyerupai perbudakan. Kapitalisme merupakan langkah maju dalam hal bahwa buruh bebas menjual tenaganya dan memperoleh imbalan
2. Kapitalis membuka jalan bagi revolusi soial dimana alat alat produksi akan ditempatkan dalam control social bagi keuntungan kaum protelar yang merupakan mayoritas terbesar
Pandangan kaum marxis ini disebut materialism hal ini didasarkan pada pernyataan bahwa aktivitas inti dalama mayarakat manapun dengan cara cara bagaimanapun manusia menghasilkan alat alat eksistensinya
Berikut adalah kerangka kerja kaum marxis
1. Negara tidak otonom : negara digerakan oleh kepentingan kelas yang berkuasa, dan negara kapitalis digerakkan oleh kaum borjuisnya. Hal ini meunjukkan bahwa perjuangan persaingan antar negara termasuk peperangan seharusnya dilihat dari persaingan ekonomi di antara kelas kapitalis dari negara yang bebeda
2. Sebagai suatu system ekonomi, kapitalis bersifat ekspansif selalu mencari pasar baru yang lebih mengutungkan.
Negara yang menganut marxisme adalah negara negara yang menganut paham kapitalis sepecrti China. China merupakan negara komunis yang menerpakan system kapitalis dalam kebijakan ekonominya. Di china banyak sekali kaum protelar (kaum buruh) yang bekerja dan diberi upah yang murah.
Dampak positifnya dalah china tidak begitu banyak mengeluarkan biaya yang besar untuk produksi dan membayar upah buruh yang murah