BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tarikat berasal dari bahasa arab yang berarti jalan atau metode, dan mengacu pada aliran kegamaan tasawuf atau sufisme dalam islam. Ia secara konseptual terkait dengan haqiqah atau kebenaran sejati, yaitu cita-cita ideal yang ingin dicapai oleh para pelaku oleh aliran tersebut. Seorang penganut ilmu agama akan memulai pendekatannya dengan mempelajari hukum islam.
Menurut ‘Abd al-Qadir al- Jailani yang cukup dikenal sebagai pendiri tarekat Qadiriyah menyatakan bahwa seseorang dikatakan sebagai sufi karena tiga alasan. Pertama, terjadinya proses penjernihan terhadaphati mereka berkat cahaya makrifat. Kedua, ia dinisbahkan kepada ashhab al- shuffah, yakni para sahabat yang meninggalkan segela sesuatu karena cinta kepada ALLAH dan rasul-Nya. Ketiga, ia memakai shuf (pakaian dari bulu), dimana untuk sufi tingkat pemula mengenakan pakaian dari bulu biri – biri, sedangkan sufi untuk tingkat pertengahan dari bulu kambig, sedangkan untuk sufi tingkat puncak menggunaakan dari bulu mir’izza.
B. Rumusan Masalah
1. Definisi Tasawuf 2. Tujuan Tasawuf
C. Tujuan
DEFINISI DAN TUJUAN TASAWUF
A. DEFINISI TASAWUF
Para ulama tasawuf dalam penggunaan kata tasawuf berbeda pendapat tentang asal – usul katanya. Ada shuf yang berarti bulu atau wol yang mengemukakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shafa yang berarti suci, bersih atau murni. Pandangan lain mengatakan bahwa kata tasawuf berasal dari kata shaff yaitu barisan.demikian pula ada yang mengatakkan bahwa tasawuf berasal dari kata ash-sufu yang artinya buku.
Dari berbagai pandangan ulama tasawuf tentang asal usul kata tasawuf dapat disimpulkan bahwa pengertian tasawuf adalah kesadaran murni yang mengarahkan jiwa secara benar kepada mal shalih dan kegiatan yang bersungguh – sungguh, menjauhkan diri dari kedunian dalam rangka pendekatan diri kepada Allah unntuk mendapatkan perasaan berhubungan erat dengan- Nya
Orang bertasuwuf dalah orang yang mensucikan dirinya lahir dan batin dalam suatu pendidikan etik dengan menempuh jalan atas dasar didikan. Tiga yang dalm istialah tasawuf dikenal dengan takhalli, tahalli, dan tajalli.
Tasawuf dalam islam, menurt ahli sejarah, sebagai ilmu yang berdiri sendiri lahir sekitar abad ke 2 atau awal abad ke-3 H. Adapun faktor – faktor yang mendorong kelahiran tasawuf dibedakann atas dua, yaitu faktor intern dan ekstern.1
B. TUJUAN TASAWUF
Tujuan tasawuf adalah untuk mengenal Allah dengan sebenar – benarnya sehingga dapat tersingkap tabir antara seorang hamba dengan Tuhan, sehingga menjadi jelas rahasia – rahasia ketuhanan baginya. Dengan jalan tasawuf, seseorang dapat mengenal Tuhan dengan merasakan adanya, tidak sekedar mengetahui bahwa Tuhan itu ada. Oleh karena itu, tasawuf mensyaratkan ketaatan yang sempurna dari kewajiban – kewajiban agama sebagai pola hidup dan menolak hasrat – hasrat hewani.
Tujuan tasawuf juga memiliki arti menyucikan jiwa, hati dan menggunakan perasaan, pikiran, dan semua fakultas yang dimilikisang salik (pelaku tasawuf) untuk tetap berada pada jalan Sang Kekasih, Tuhan Semesta Alam, untuk hidup berlandaskan ruhani. Tasawuf juga memungkin seseorang melalui amalan – amalan yang istiqamah dalam penagbdiannya kepada Tuhan, memperdalam kesadarannyadalam pelayanan dan pengabdiannya kepada Tuhan.2
1 Drs. H. Ahmad Bangun Nasution, M.A,Dra. Hj. Rayani Hanum Siregar, M.H. Akhlak Tasawuf. Penerbit : PT. Raja Grafindo Persada Jakarta. Hal. 3
Tujuan tasawuf tersebut tidak dapat dilepaskan dari tujuan hidup manusia sebagaimana dijelaskan dalam ajaran Islam. Al – Quran menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan suatu tujuan tertentu seperti syahadah, ibadah, khalifa, dan hasanah. Dalam Shahih al – Bukhari dan Shahih Muslim, disebutkan hadis mengenai al-Islam, al-Iman, dan al-Ihsan. Hadis tersebut menjelaskan bahwa ketiga istilahnya membentuk suatu hierarki beragama. Seorang muslim tidak saja di tuntut untuk menjalankan al-Islam dan al-Iman tetapi juga merealisasikanal-Ihsan sebagai hierarki paling tinggi.
Para sufi telah merumuskan tujuan dari tasawuf. Sekedar pemetaan,Ibn Khaldun menjelaskan bahwa puncak perjalanan spiritual para penempuh jalan tasawuf setelah melewati beragam tingkatan spiritual (al-maqamat) adalah kemantapan tauhid dan makrifat. Karya – karya para sufi menguatkan pertanyaan tersebut. Seperti disebt al-Qusyairi, Ruwaim bin Ahmad pernah menyatakan bahwa kewajiban pertam dari Allah kepada hamban-Nya adalah makrifah sebagaimana disebut dalam Q.S. al-Zariyat/51:56 bahwa jin dan manusia diciptakan untuk liya`budun yang diartikan Ibn Abbas sebagai liya`rifun (makrifat kepada Allah). Junaid al-Baghdadi mengatakan bahwa makrifah merupakan awal dari kebutuhan hamba dari hikmah. Pernyataan sufi
– sufi tersebut mendukung penegasan bahwa tujuan bertasawuf adalah bermakrifat kepada Allah.3