• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN POSISI BELAJAR DAN LAMA DUDUK DENGAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MAHASISWA PSPD FKIK UIN JAKARTA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HUBUNGAN POSISI BELAJAR DAN LAMA DUDUK DENGAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH MAHASISWA PSPD FKIK UIN JAKARTA"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN POSISI BELAJAR DAN LAMA DUDUK DENGAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH

MAHASISWA PSPD FKIK UIN JAKARTA

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

Oleh

GHINA WIDIASIH NIM: 1112103000027

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

JAKARTA

1436 H/ 2015

(2)
(3)
(4)
(5)

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini yang berjudul “Hubungan Posisi Belajar dan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta”. Dalam pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini, penulis telah memperoleh bimbingan dan pencerahan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Kaprodi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT dan dr. Jono Ulomo, Sp.PK selaku Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang telah memberikan banyak masukan dan nasihat kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.

3. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Kes dan dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad selaku penguji pada sidang yang memberi banyak masukan untuk perbaikan laporan penelitian ini.

4. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset.

5. Kedua orang tua saya, Ir. Haryoko Edi Widodo dan Ratih Sugihasih, S.E yang telah membesarkan dan memberikan kasih sayang tak terbatas kepada saya.

Kakek dan nenek saya, Kaboel Subroto, Srijati(alm.), Ir. Sugihardjo Atmodiwirjo(alm.), dan Murbengsih yang selalu menjadi inspirasi bagi saya.

Seluruh anggota keluarga yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu per

satu. Terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang tak henti

mengalir selama saya menjalani masa pendidikan.

(6)

vi

6. Bu Pipit dan Pak Ajip selaku petugas administrasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bagian akademik yang membantu dalam proses pembuatan surat persetujuan etika penelitian.

7. Teman-teman kelompok riset, Adlina Zahra, Rakha Faturachman, dan Muhammad Nicco Hakim. Terima kasih telah berjuang bersama saya untuk menyelesaikan penelitian ini.

8. Muhammad Alfa Septiano Yunus yang senantiasa memberi dukungan dan meyakinkan diri saya untuk pantang menyerah.

9. Teman-teman PSPD 2012. Terima kasih atas rasa kekeluargaan yang selalu saya rasakan ketika bersama kalian selama ini. Kita memang benar-benar together, better, stronger.

Akhir kata, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan hasil penelitian ini.

Ciputat, 26 Agustus 2015

Ghina Widiasih

(7)

vii ABSTRAK

Ghina Widiasih. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Posisi Belajar dan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

Nyeri punggung bawah adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia. Nyeri punggung bawah pada mahasiswa dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas dan menurunnya prestasi akademik di kampus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besar masalah nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran disertai dengan faktor risikonya. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik observasional potong lintang. Data diperoleh dari Kuesioner Roland-Morris versi Bahasa Indonesia dengan beberapa pertanyaan tambahan mengenai posisi belajar dan lama duduk yang dibagikan kepada subyek penelitian.

Sebanyak 225 orang dipilih secara acak dari seluruh jumlah mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta angkatan 2012-2014 dan diikutsertakan dalam penelitian ini.

Dalam satu tahun terakhir, prevalensi kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta adalah 16,9% (n=38, IK 95% 12-21,8) dan menurun dalam satu minggu terakhir menjadi 11,1% (n=25, IK 95% 7-15,2). Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara posisi belajar (p>0,1) dan lama duduk (p>0,2) dengan kejadian nyeri punggung bawah.

Kata kunci: nyeri punggung bawah, posisi belajar, lama duduk.

ABSTRACT

Ghina Widiasih. Medical Education Study Programme. Association between Study Position and Sitting Time with Low Back Pain among Medical Students in PSPD FKIK UIN Jakarta.

Low back pain is the most common problem worldwide. Low back pain in students can result in reduced productivity and decreased concentration. This study is conducted to depict the prevalence of low back pain in medical students and its risk factors. A cross-sectional study was carried out in medical college of UIN Jakarta. Data were collected from 225 students who were randomly chosen. They were required to fill out Indonesian version of Roland-Morris Disability Questionnaire with some additional question about sitting position and sitting time.

The prevalence of low back pain among the students over the last one year was 16,9% (n=38, CI 95% 7-15,2) with a prevalence of 11,1% (n=25, CI 95% 12-21,8) over the last one week. No association with low back pain was seen for study position (p>0,1) and sitting time (p>0,2).

Keywords: low back pain, study position, sitting time.

(8)

viii DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... vii

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

DAFTAR SINGKATAN ... xv

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Hipotesis ... 2

1.4 Tujuan ... 2

1.4.1 Tujuan Umum ... 2

1.4.2 Tujuan Khusus ... 3

1.5 Manfaat ... 3

1.5.1 Bagi Peneliti ... 3

1.5.2 Bagi Institusi ... 3

1.5.3 Bagi Masyarakat ... 3

BAB II ... 4

TINJAUAN PUSTAKA ... 4

2.1 Landasan Teori ... 4

2.1.1 Anatomi Tulang Belakang ... 4

2.1.1.1 Corpus Vertebra ... 5

2.1.1.2 Arcus Vertebra ... 5

(9)

ix

2.1.1.3 Processus Spinosus ... 6

2.1.1.4 Discus Intervertebralis ... 6

2.1.1.5 Regio Lumbal dan Regio Sacral ... 7

2.1.2 Biomekanika Torakolumbal ... 9

2.1.3 Definisi Nyeri Punggung Bawah ... 10

2.1.4 Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah ... 10

2.1.5 Patogenesis Nyeri Punggung Bawah ... 11

2.1.6 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah ... 11

2.1.7 Faktor-Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah ... 12

2.1.7.1 Posisi Belajar ... 12

2.1.7.2 Lama Duduk ... 15

2.1.7.3 Faktor Risiko Lain ... 15

2.2 Roland-Morris Disability Questionnaire ... 15

2.3 Kerangka Konsep ... 17

2.4 Kerangka Teori ... 18

2.5 Definisi Operasional ... 19

BAB III ... 20

METODOLOGI PENELITIAN ... 20

3.1 Desain Penelitian ... 20

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

3.3 Alat dan Bahan Penelitian ... 20

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20

3.4.1 Populasi Subyek Penelitian ... 20

3.4.2 Besar Sampel ... 21

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 23

3.5 Kriteria Sampel ... 23

3.5.1 Kriteria Inklusi... 23

3.5.2 Kriteria Eksklusi ... 23

3.6 Cara Kerja Penelitian ... 24

3.6.1 Persiapan Penelitian... 24

(10)

x

3.6.2 Identifikasi Subyek Penelitian ... 24

3.6.3 Randomisasi Subyek ... 25

3.6.4 Informed Consent ... 25

3.6.5 Membagikan Kuesioner... 25

3.6.6 Analisis SPSS ... 25

3.7 Alur Penelitian ... 26

3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 26

3.9 Etika Penelitian ... 27

BAB IV ... 28

HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

4.1 Karakteristik Data Penelitian ... 28

4.2 Hasil dan Pembahasan ... 28

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Roland-Morris ... 28

4.2.2 Analisis Univariat ... 29

4.2.2.1 Prevalensi Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta ... 29

4.2.3 Analisis Bivariat ... 32

4.2.3.1 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta ... 32

4.2.3.2 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta ... 35

4.3 Keterbatasan Penelitian ... 37

BAB V ... 39

KESIMPULAN DAN SARAN ... 39

5.1 Kesimpulan ... 39

5.2 Saran ... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

(11)

xi

LAMPIRAN ... 45

(12)

xii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Posisi Kerja dan Keluhan yang Berhubungan ... 13 Tabel 2 Prevalensi Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa

PSPD FKIK UIN ... 29 Tabel 3 Distribusi Mahasiswa berdasarkan Kebiasaan Duduk Lama ... 30 Tabel 4 Distribusi Mahasiswa berdasarkan Tempat Belajar ... 31 Tabel 5 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah

dalam Satu Tahun Terakhir ... 32 Tabel 6 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah

dalam Satu Minggu Terakhir ... 34 Tabel 7 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah

dalam Satu Tahun Terakhir ... 35 Tabel 8 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah

dalam Satu Minggu Terakhir ... 36

(13)

xiii DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tulang Belakang ... 4

Gambar 2 Kurva Normal Tulang Belakang ... 5

Gambar 3 Bagian-Bagian Tulang Vertebra ... 6

Gambar 4 Discus Intervertebralis ... 7

Gambar 5 Tampak Lateral Vertebrae Lumbal ... 7

Gambar 6 Regio Sacral ... 8

Gambar 7 Contoh Posisi Kerja yang Banyak Menimbulkan Masalah ... 13

Gambar 8 Variasi Duduk-Berdiri yang Ergonomis ... 14

(14)

xiv DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Uji Validitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Minggu

Terakhir ... 45

Lampiran 2 Uji Validitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Tahun Terakhir ... 46

Lampiran 3 Uji Reliabilitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Minggu Terakhir ... 47

Lampiran 4 Uji Reliabilitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Tahun Terakhir ... 48

Lampiran 5 Ethical Clearance ... 49

Lampiran 6 Perizinan Penggunaan dan Penerjemahan RMDQ ... 50

Lampiran 7 Informed Consent ... 51

Lampiran 8 Kuesioner Penelitian ... 52

Lampiran 9 Hasil SPSS Analisis Univariat... 55

Lampiran 10 Hasil SPSS Analisis Bivariat ... 56

Lampiran 11 Riwayat Hidup Penulis ... 58

(15)

xv DAFTAR SINGKATAN

FKIK = Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kesehatan MRI = Magnetic Resonance Imaging

PSPD = Program Studi Pendidikan Dokter RMDQ = Roland-Morris Disability Questionnaire TNF = Tumor Necrosis Factor

UIN = Universitas Islam Negeri

(16)

1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia. Kejadian nyeri punggung bawah dalam satu tahun di beberapa negara di Benua Asia dan Eropa seperti Denmark, Inggris, Kuwait, dan Israel menunjukkan rata-rata terjadi pada lebih dari 18% populasi di masing-masing negara. Penyakit ini memiliki jumlah rekurensi lebih dari 50% dalam satu tahun berikutnya setelah kejadian pertama.

1

Ketidaknyamanan saat beraktivitas dan angka kekambuhan yang tinggi membuat nyeri punggung bawah menjadi salah satu penyebab dari disabilitas dalam melakukan aktivitas.

Mahasiswa kedokteran sangat identik dengan aktivitas kuliah dan belajar.

Nyeri punggung bawah pada mahasiswa dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas dan menurunnya prestasi akademik di kampus. Apabila hal ini berlanjut sampai di tingkat pendidikan profesi, maka akan menghasilkan kinerja yang turun dan konsentrasi yang berkurang sehingga jumlah hari kerja juga berkurang.

Beberapa penelitian di India, Malaysia, dan Austria menunjukkan bahwa

prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran cukup tinggi.

2

Prevalensi nyeri punggung bawah dalam satu tahun terakhir pada mahasiswa

kedokteran di New Delhi sebesar 47,5%.

2

Posisi tubuh yang salah dan duduk terlalu

lama saat kuliah dan belajar merupakan salah satu faktor risiko nyeri punggung

bawah.

2

Tomita et al (2010) menyimpulkan bahwa orang yang bekerja dengan

posisi tubuh tidak tegak saat duduk lima kali lebih berisiko mengalami nyeri

punggung bawah daripada orang yang bekerja dengan postur yang tegak.

3

Waktu

duduk yang ideal adalah kurang dari enam jam dalam satu hari, sedangkan duduk

6-9 jam perhari dapat meningkatkan risiko kejadian nyeri punggung bawah.

4,5

Mahasiswa kedokteran menghabiskan waktu untuk duduk saat kuliah lebih dari

(17)

2

enam jam dalam sehari. Hal ini membuat total waktu yang dihabiskan untuk duduk dalam sehari kira-kira lebih dari sembilan jam dan sangat berisiko untuk mengalami nyeri punggung bawah.

Penelitian terhadap nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran di Indonesia, baik prevalensi maupun faktor risikonya belum pernah dilakukan.

Padahal prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran berdasarkan penelitian di atas cukup tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang prevalensi dan faktor risiko nyeri punggung bawah terhadap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk mencegah penurunan kinerja mahasiswa.

1.2 Rumusan Masalah

 Berapa prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta?

 Apakah terdapat hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta?

1.3 Hipotesis

 Terdapat hubungan antara posisibelajar dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

 Terdapat hubungan antara lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

1.4 Tujuan

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui besar masalah nyeri punggung bawah pada mahasiswa

kedokteran disertai dengan faktor risikonya.

(18)

1.4.2 Tujuan Khusus

 Mengetahui prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

 Mengetahui hubungan antara posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

 Mengetahui hubungan antara lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

1.5 Manfaat 1.5.1 Bagi Peneliti

 Mengetahui hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran.

 Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu penelitian di bidang kesehatan.

 Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

1.5.2 Bagi Institusi

 Mendapatkan referensi ttg hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah.

 Menginspirasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

1.5.3 Bagi Masyarakat

Mendapatkan informasi mengenai hubungan posisi belajar dan lama duduk

dengan kejadian nyeri punggung bawah.

(19)

4 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Anatomi Tulang Belakang

Tulang belakang terdiri dari serangkaian tulang-tulang vertebrae. Pada masa pembentukannya, tulang belakang yang tumbuh berjumlah 33 buah. Namun ketika seorang manusia tumbuh dewasa, beberapa tulang vertebrae di regio sacral dan coccygeal akan bersatu sehingga jumlah ruas tulang belakang yang ada hingga dewasa berjumlah 26 buah. Ruas-ruas tulang belakang tersebut dibagi menjadi lima regio, yaitu regio cervical (7 buah), thoracal (12 buah), lumbar (5 buah), sacral (1 buah), dan coccygeal (1 buah). Dari semua tulang vertebrae, bagian yang bisa digerakkan hanya region cervical, thoracal, dan lumbar.

6

Gambar 1. Tulang Belakang

6

Jika dilihat dari sisi anterior atau posterior, bentuk tulang belakang tampak lurus. Namun ketika dilihat dari sisi lateral, tulang belakang terlihat cembung di regio cervical dan lumbar, kemudian mencekung di regio thoracal dan sacral.

Bentuk normal tulang belakang ini meningkatkan titik tumpu beban tubuh ketika

berdiri, berjalan, dan mencegah terjadinya fraktur pada tulang vertebrae. Beberapa

(20)

kondisi mekanis yang tidak fisiologis dapat membuat bentuk tulang belakang berubah dan menyebabkan ketidakseimbangan tubuh yang terkadang disertai rasa nyeri.

6

Gambar 2. Kurva Normal Tulang Belakang

6

2.1.1.1 Corpus Vertebra

Corpus vertebra adalah bagian tebal berbentuk lingkaran yang menjadi titik tumpu sebuah os vertebra. Sisi superior dan inferior corpus vertebra memiliki permukaan yang kasar, sebagai tempat melekatnya kartilago diskus intervertebralis.

Permukaan anterior dan lateralnya memiliki nutrient foramina, tempat penerimaan nutrisi dan oksigen dan pembuangan karbondioksida dari dan ke pembuluh darah.

6

2.1.1.2 Arcus Vertebra

Arcus vertebra terbentuk dari dua tonjolan tebal seperti kaki yang terletak

di belakang corpus vertebra. Arcus vertebra dan corpus vertebra bersatu

mengelilingi spinal cord membentuk foramen vertebra. Foramen vertebra berisi

spinal cord, jaringan adiposa, jaringan ikat, dan pembuluh darah. Susunan foramina

vertebrae membentuk canalis spinalis.

6

(21)

6

2.1.1.3 Processus Spinosus

Processus spinosus adalah tujuh buah tonjolan tulang yang terletak pada arcus vertebra. Dua tonjolan di masing-masing sisi lateral arcus vertebra dan satu di bagian belakang memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya otot-otot.

Sedangkan empat tonjolan lainnya membentuk persendian dengan tulang vertebrae atas atau bawahnya. Dua buah articulatio processus superior membentuk persendian dengan dua buah articulatio processus inferior dari tulang vertebra di bawahnya dan begitu pun seterusnya. Permukaan persendian tersebut disebut sendi facets.

6

Gambar 3. Bagian-Bagian Tulang Vertebra

6

2.1.1.4 Discus Intervertebralis

Discus intervertebralis terletak di antara corpus vertebrae mulai dari tulang

vertebra cervical kedua sampai regio sacral. Masing-masing dickus intervertebralis

memiliki cincin yang terbuat dari kartilago dan fibrosa yang disebut annulus

fibrosus. Bagian dalam discus intervertebralis terdiri dari permukaan yang elastis,

disebut nucleus pulposus. Discus intervertebralis membentuk persendian yang kuat

sehingga memungkinkan tulang belakang untuk bergerak dan menopang beban

yang berat. Ketika sedang menopang beban, discus intervertebralis menjadi lebih

pipih dan lebih lebar.

6

(22)

Discus intervertebralis tidak memiliki pembuluh darah. Annulus fibrosus dan nucleus pulposus menerima suplai darah dari pembuluh darah yang ada di corpus vertebrae. Berolahraga dapat meningkatkan masukan oksigen dan nutrisi bagi discus intervertebralis.

6

Gambar 4. Discus Intervertebralis

6

2.1.1.5 Regio Lumbal dan Regio Sacral

 Regio Lumbal

Tulang-tulang di regio lumbal adalah tulang-tulang terbesar dan terkuat dari seluruh tulang yang ada di tulang belakang. Hal ini disebabkan karena semakin bawah tulang vertebrae, semakin besar pula beban tubuh yang ditopang. Tulang vertebra di regio lumbal memiliki struktur yang tebal, lebar, dan telah dirancang sedemikian rupa untuk menjadi tempat menempelnya otot-otot punggung yang besar.

6

Gambar 5. Tampak Lateral Vertebrae Lumbal

6

(23)

8

 Regio Sacral

Regio sacral terbentuk dari bersatunya lima tulang vertebra dan membentuk sebuah segitiga. Tulang-tulang di regio sacral mulai menyatu pada saat usia 16-18 tahun kehidupan dan selesai di usia 30 tahun. Regio sacral terletak di tengah rongga pelvis di antara dua tulang panggul dan memiliki tulang-tulang vertebra yang kuat untuk menopang bagian pelvis.

6

Bagian anterior permukaan regio sacral yang cekung menghadap ke rongga pelvis. Pada permukaannya, terdapat garis-garis melintang membentuk empat buah sutura yang menjadi penanda menyatunya tulang- tulang di regio sacral. Di bagian ujung sutura-sutura ini, terdapat foramen sacralis anterior. Bagian lateral dari permukaan regio sacral memiliki permukaan yang rata disebut ala sacral, terbentuk dari menyatunya tulang vertebra di regio sacral yang pertama (S1).

6

Bagian posterior permukaan regio sacral yang cembung mempunyai krista sacralis medianus, processus spinosus tulang vertebra sacral yang telah menyatu, krista sacralis lateral, processus tranversus tulang vertebra sacral yang telang menyatu, dan empat pasang foramen sacralis posterior.

Foramen-foramen ini terhubung dengan foramen sacralis anterior agar dapat dilalui oleh saraf dan pembuluh darah.

6

Gambar 6. Regio Sacral

6

(24)

Kedua sisi lateral permukaan regio sacral memiliki permukaan berbentuk seperti telinga yang membentuk persendian bersama os ilium menjadi art sacroiliaca. Bagian posteriornya memiliki tekstur yang tidak rata disebut tuberositas sacralis. Tuberositas sacralis memiliki lekukan yang menjadi tempat menempelnya ligament-ligamen dan menyatu dengan tulang panggul untuk membentuk art sacroiliaca. Bagian superior dari processus regio sacral membentuk persendian dengan processus tulang vertebra lumbar kelima (L5) dan bagian dasar dari regio sacral membentuk persendian dengan badan tulang vertebra lumbar kelima (L5) membentuk art lumbosacralis.

6

2.1.2 Biomekanika Torakolumbal

Terdapat tiga macam gaya yang bekerja pada regio torakolumbal, yaitu menekuk, kompresi, dan torsi. Gaya menekuk adalah gaya yang bekerja sejajar dengan discus intervertebralis. Gaya menekuk membuat vertebrae bergerak ke arah kanan, kiri, depan, dan belakang. Gaya kompresi merupakan gaya yang berbanding terbalik dengan gaya menekuk. Gaya kompresi arahnya tegak lurus dengan garis tengah discus intervertebralis. Sedangkan gaya torsi adalah gaya yang membuat vertebrae berputar pada porosnya.

7

Gaya-gaya tersebut dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia

apabila dilakukan secara berlebihan. Contoh gaya menekuk adalah posisi vertebrae

yang hiperekstensi pada saat pronasi. Posisi ini menghasilkan gaya dari ligament-

ligamen interspinosus sehingga mengakibatkan trauma pada sendi-sendi di bagian

anterior. Sedangkan perpaduan gaya regangan dan tekanan pada saat duduk

bersandar akan menekan discus intervertebralis.

8

(25)

10

2.1.3 Definisi Nyeri Punggung Bawah

International Classification of Disease mendefinisikan nyeri punggung bawah (low back pain) sebagai nyeri akut atau kronik di regio lumbal dan atau sacral dari tulang belakang yang disebabkan oleh sprain, strain, pergeseran diskus intervertebralis

9

, ataupun berasal dari semua bagian anatomi yang berada di sekitar tulang belakang.

10

Beberapa faktor mekanik, seperti duduk terlalu lama, postur dan posisi tubuh yang buruk, berdiri, berjalan, memanggul beban yang berat, membungkuk, mengangkat, dan menjinjing beban diduga mempunyai peran penting dalam mengakibatkan nyeri punggung bawah.

11

Namun, hingga saat ini beberapa faktor lainnya seperti obesitas,

12

konsumsi kopi dan kebiasaan merokok,

13

serta aktivitas sehari-hari,

14

juga terbukti memiliki hubungan dengan kejadian nyeri punggung bawah, sehingga penyebab nyeri punggung bawah sering tidak dapat disadari penderitanya. Nyeri punggung bawah dengan penyebab yang tidak diketahui disebut nyeri punggung bawah tidak spesifik.

11

2.1.4 Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah

Prevalensi nyeri punggung bawah terhadap orang dewasa di dunia adalah 22-65%.

15

Penelitian lanjutan tentang prevalensi nyeri punggung bawah di dunia pada orang dewasa tahun 1980-2009 mengalami penurunan menjadi 18,3-38%.

16

Meskipun demikian, nyeri punggung bawah masih menjadi masalah yang cukup besar di seluruh dunia.

17,18,19,20

Kejadian nyeri punggung bawah lebih banyak terjadi pada wanita daripada

laki-laki. Berdasarkan umur, kejadian nyeri punggung bawah terus meningkat

secara progresif hingga kelompok umur dewasa dan mencapai puncak di antara

umur 40-69 tahun, kemudian kembali menurun. Kelompok dengan jenis kelamin

perempuan mencapai puncak progresif nyeri punggung bawah lebih dahulu

daripada laki-laki. Namun pada analisis regresi, faktor umur memiliki hubungan

yang lebih berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah dibandingkan dengan

faktor lain.

16

(26)

2.1.5 Patogenesis Nyeri Punggung Bawah

Beberapa peneliti mengklasifikasikan nyeri pungung bawah berdasarkan waktu, yaitu subakut (6 minggu), akut (6-12 minggu), dan kronik (lebih dari 12 minggu).

21,22

Nyeri punggung bawah dengan onset akut sering berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan stimulasi nosiseptor, sedangkan nyeri punggung bawah dengan onset kronik juga dapat berhubungan dengan status psikososial.

11,23

Semua bagian anatomi dari vertebrae dapat menjadi asal mula dari nyeri punggung bawah.

24

Nyeri punggung bawah menunjukkan hubungan bermakna dengan degenerasi diskus lumbaris jika dilihat dengan MRI.

11

Penyempitan ruang diskus (OR 1,9; IK 95% 1,4-2,8), degenerasi diskus (OR 2,18; 1,4-3,1), dan herniasi diskus (OR 2,07; 1,4-3,1) adalah kejadian yang cenderung terjadi pada laki-laki dengan nyeri punggung bawah.

25,26

2.1.6 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah

Pada orang-orang yang menderita nyeri punggung bawah, ditemukan kadar Tumour Necrosis Factor α (TNF-α) yang positif dengan kadar yang lebih tinggi daripada orang yang tidak menderita nyeri punggung bawah setelah 6 bulan pengamatan.

27

Hal ini membuat TNF-α berperan menjadi salah satu alur patofisiologi yang mungkin bagi nyeri punggung bawah. Selain itu, pada penelitian lain juga ditemukan kemungkinan alur patofisiologi lain, yaitu keluarnya growth factor saraf dari nucleus pulposus yang mengalami degenerasi sehingga menyebabkan transmisi rasa nyeri.

28

Duduk menyebabkan pelvis berotasi ke arah belakang. Rotasi dari pelvis

dapat mengubah derajat sudut lumbar lordosis, dan menambah derajat persendian

pada panggul dan derajat persendian pada lutut. Hal ini membuat usaha yang

dilakukan otot menjadi lebih berat, sehingga kerja otot meningkat dan menekan

diskus vertebralis.

29

(27)

12

Postur saat duduk dipengaruhi oleh sudut sandaran punggung, sudut dudukan kursi dengan keempukan busa, dan ada atau tidaknya sanggahan tangan.

Sandaran punggung yang memiliki sudut 110°-130° adalah tumpuan yang paling ideal karena menghasilkan tekanan paling rendah bagi diskus intervertebralis dengan kerja otot yang paling ringan. Dudukan kursi yang memiliki sudut 5° dan sanggahan tangan juga dapat menurunkan tekanan diskus intervertebralis dan kerja otot saat duduk.

29

Faktor-faktor risiko nyeri punggung bawah tersebut di atas yang dimiliki masing-masing individu dapat meningkatkan stres mekanik dan menyebabkan nyeri punggung bawah akut. Nyeri akut yang dialami akan menimbulkan rasa takut terhadap nyeri sehingga sensitivitas yang dimiliki seseorang terhadap rasa nyeri akan meningkat. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya neuroplastisitas dan terjadinya sensitisasi pada sistem saraf pusat yang nantinya akan menyebabkan penurunan range of motion akibat rasa takut terhadap nyeri tersebut. Penurunan range of motion dapat menyebabkan terjadinya atrofi otot yang mengakibatkan timbulnya fibrosis. Namun, peningkatan stres mekanik sendiri pun dapat mengakibatkan peningkatan range of motion yang nantinya akan menimbulkan microinjury. Proses inflamasi yang terjadi setelah proses tersebut juga akan mengakibatkan timbulnya fibrosis.

30

Proses fibrosis yang terjadi pada otot dapat menimbulkan kekakuan pada otot. Selain itu, fibrosis juga dapat meningkatkan aktivitas nosiseptor yang berujung pada pengeluaran mediator inflamasi, growth factor, dan adrenalin. Kekakuan pada otot dan pengeluaran mediator-mediator inflamasi ini nantinya akan menyebabkan nyeri punggung bawah yang kronik.

30

2.1.7 Faktor-Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah 2.1.7.1 Posisi Belajar

Macam-macam posisi yang diperagakan mahasiswa saat belajar seringkali

menyebabkan nyeri di berbagai bagian tubuh. Van Wely (1970) telah

(28)

mengidentifikasi keluhan-keluhan yang sering timbul dari berbagai posisi saat bekerja dalam tabel 1.

31

Tabel 1. Posisi Kerja dan Keluhan yang Berhubungan

29

Jenis Posisi Lokasi Keluhan

Berdiri Kaki, punggung bawah

Duduk tanpa lower back support Punggung bawah Duduk tanpa back support Punggung tengah

Duduk tanpa pijakan kaki Lutut, kaki, punggung bawah Duduk dengan meletakkan siku di meja Punggung atas, leher bawah Mengulurkan lengan ke atas Bahu, lengan atas

Kepala menunduk Leher

Badan membungkuk Punggung bawah, punggung tengah

Posisi menekuk Otot

Sendi dalam posisi yang ekstrem Sendi

Posisi menekuk atau tidak tegak, seringkali menyebabkan banyak masalah

biomekanik. Posisi yang sebaiknya dimiliki seseorang ketika bekerja adalah ketika

persendian berada pada posisi tengah. Contohnya, lengan tidak boleh terlalu

difleksikan atau diekstensikan. Contoh-contoh lain dari posisi bekerja yang banyak

menimbulkan masalah dapat dilihat pada gambar 8.

31

(29)

14

Gambar 7. Contoh Posisi Kerja yang Banyak Menimbulkan Masalah

31

Posisi yang ideal saat belajar adalah dengan menggunakan meja dengan tinggi 92 cm. Meja tersebut dapat mendukung baik posisi berdiri maupun duduk.

Untuk duduk, dapat digunakan kursi tinggi dengan sanggahan kaki yang nyaman.

Sehingga orang yang belajar di meja tersebut dapat melakukan pekerjaannya dengan fleksibel dan ergonomis.

31

Gambar 8. Variasi Duduk-Berdiri yang Ergonomis

31

Tuntutan belajar yang tinggi membuat para mahasiswa seringkali belajar

hingga di tempat tidur. Padahal Anggrawal et al (2014) menemukan dalam

penelitiannya bahwa orang yang belajar di tempat tidur mengalami nyeri punggung

bawah 25% lebih banyak daripada orang yang belajar di meja belajar.

2

Tentu hal

(30)

ini dihubungkan dengan faktor ergonomis dari posisi yang dilakukan ketika belajar di tempat tidur.

Pada saat belajar di tempat tidur, posisi tubuh menjadi tidak fisiologis.

Belajar dalam keadaan tiduran atau bersangga pada siku dapat membuat vertebrae

lumbal tidak mempunyai tumpuan, menjadi hiperekstensi, dan cervical menekuk

terlalu ekstrem.

32

Akibatnya, titik tumpu tubuh berubah dan terjadilah keluhan-

keluhan seperti nyeri punggung bawah.

(31)

16

2.1.7.2 Lama Duduk

Duduk terlalu lama telah terbukti menjadi sebuah risiko bagi kesehatan manusia.

33

Pengeluaran energi yang sedikit akibat tidak berpindah posisi dapat menjadi faktor risiko dari peningkatan berat badan,

34,35

sindrom metabolik,

36

dan nyeri punggung bawah.

37

Para pekerja yang diharuskan duduk lama saat melakukan pekerjaannya 3,2 kali lebih banyak mengalami nyeri punggung bawah pada tahun pertama bekerja.

38

Duduk lebih dari 9 jam dalam sehari dapat mengurangi lubrikasi pada sendi dan menyebabkan kekakuan.

4,5,39

Sekitar 60% pekerja mengeluh mengalami nyeri punggung bawah

40

akibat kurang bergerak dan posisi duduk yang tidak berubah- ubah dalam waktu lama.

41

Straker et al (2009) menemukan bahwa bekerja dengan kegiatan yang lebih aktif dapat mengurangi angka morbiditas, salah satunya menurunkan kejadian nyeri punggung bawah.

42

2.1.7.3 Faktor Risiko Lain

Aggarwal et al (2014) menemukan bahwa faktor risiko lain yang secara signifikan dapat menyebabkan nyeri punggung bawah, diantaranya adalah membawa tas punggung yang berat, konsumsi kopi, dan riwayat keluarga mengalami nyeri punggung bawah.

2

2.2 Roland-Morris Disability Questionnaire

Roland-Morris Disability Questionnaire (RMDQ) adalah alat ukur status

kesehatan pasien untuk menilai disabilitas yang diakibatkan oleh nyeri punggung

bawah. RMDQ dapat digunakan sebagai alat penelitian maupun alat pemantau

pasien di klinik. RMDQ lebih cocok apabila digunakan pada nyeri punggung bawah

yang bersifat akut karena pada petunjuk pengisiannya, pasien diminta untuk

memilih butir pernyataan mana yang paling menggambarkan keadaannya pada saat

itu.

43

(32)

RMDQ berisi 24 butir pernyataan mengenai disabilitas yang disebabkan oleh nyeri punggung bawah. Isi RMDQ cukup pendek, mudah dimengerti, dan simpel untuk dijawab sehingga mudah digunakan. Walaupun dirancang untuk dikerjakan secara tertulis, kesederhanaan RMDQ membuat kuesioner ini juga dapat diisi melalui komputer dan pertanyaan via telepon.

43

Stratford et al (1997) menemukan bahwa respon yang kurang lengkap atau ambigu pada saat pengisian RMDQ berjumlah lebih sedikit daripada Kuesioner Oswestry.

44

Selain itu, apabila dibandingkan dengan kuesioner lain seperti SF-36, the Sickness Impact Profile, the Quebeck Back Scale, dan Kuesioner Oswestry, RMDQ memiliki korelasi dan validitas yang cukup tinggi.

43

Hal ini membuktikan bahwa RMDQ lebih mudah dimengerti oleh pengisinya.

Namun, kesederhanaan dari RMDQ menjadi kelemahan juga bagi kuesioner tersebut. Konten RMDQ yang terbatas hanya memiliki jangkauan yang sempit untuk menilai disabilitas pasien. RMDQ hanya berfokus kepada gangguan fungsional yang dialami pasien tanpa membahas lebih jauh sisi psikologi dan sosial yang mungkin dihadapi pasien.

43

Oleh karena itu, RMDQ menjadi kurang efektif apabila digunakan untuk menilai nyeri punggung bawah yang berat karena nyeri punggung bawah berat banyak berhubungan dengan faktor-fakor psikologi.

11,23

Meskipun uji reliabilitas RMDQ dengan Crohnbach Alpha memberikan

hasil yang cukup baik (r>0,8), Stratford et al (1997) menyatakan bahwa beberapa

pernyataan di RMDQ sebenarnya berlebihan dan dapat dikurangi menjadi hanya 18

butir pernyataan.

44

Macedo et al (2011) menemukan bahwa RMDQ yang dikurangi

kontennya memberikan hasil uji reliabilitas lebih tinggi daripada versi aslinya.

45

Modifikasi RMDQ yang dinilai paling ideal adalah RMDQ dengan 18 butir

pernyataan.

43

(33)

18

2.3 Kerangka Konsep

(34)

2.4 Kerangka Teori

(35)

20

2.5 Definisi Operasional

Variabel Definisi Skala

Pengukuran

Cara Pengukuran Pengukur

Nyeri punggung

bawah

Nyeri akut atau kronik di regio lumbal dan atau sacral dari tulang

belakang.

Nominal Kuesioner Roland Morris

1. Nyeri punggung bawah (mengisi ya ≥ 3)

43

2. Tidak nyeri punggung bawah (mengisi ya < 3)

Peneliti

Posisi Belajar Bentuk atau posisi

46

saat

belajar.

Ordinal Menurut yang diisi di kuesioner terbagi menjadi

2

:

1. Belajar di tempat tidur 2. Belajar di meja belajar 3. Keduanya

Peneliti

Lama duduk Durasi

46

duduk. Ordinal Menurut yang diisi di kuesioner terbagi menjadi

4,5

:

1. Lama duduk berisiko tinggi (6-9 jam) 2. Duduk terlalu lama (>9 jam)

Peneliti

(36)

20 3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional.

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015.

3.3 Alat dan Bahan Penelitian

Penelitian menggunakan kuesioner Roland-Morris versi Bahasa Indonesia yang telah menjalani uji validitas. Selain itu, faktor risiko posisi belajar dan lama duduk juga diukur dengan kuesioner.

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Subyek Penelitian

 Populasi target penelitian adalah mahasiswa kedokteran di Indonesia

 Populasi terjangkau adalah mahasiswa preklinik PSPD FKIK UIN Jakarta angkatan 2012, 2013, dan 2014.

 Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang telah terpilih secara

acak.

(37)

22

3.4.2 Besar Sampel

Untuk mengetahui jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dihitung besar masalah nyeri punggung bawah dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif kategorik.

47

Nilai prevalensi (P) sebesar 47,5% diambil dari penelitian nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran sebelumnya yang dilakukan di New Delhi, India.

2

n =

𝑍𝛼

2𝑃𝑄 𝑑2

=

1,96

2 𝑥 0,475 𝑥 0,525 0,072

= 196 Keterangan:

Zα = deviat α = 1,96

P = proporsi berdasarkan kepustakaan = 47,5%

Q = 1-P

d = presisi = 7%

Hasil rumus deskriptif kategorik tersebut kemudian diuji dengan rumus prediksi P x n, agar memenuhi syarat besar sampel (P x n > 5).

47

Pada penelitian ini, angka 196 telah memenuhi syarat karena 47,5% ± 7% = 40,5% - 54,5%. Maka jika dihitung dengan rumus P x n, akan mendapatkan nilai minimal 40,5% x 196 = 79,38 dan maksimal 54,5% x 196 = 106,82. Berarti, nilai 196 dapat digunakan dan memenuhi syarat karena nilai keduanya >5.

Setelah mengetahui besar sampel untuk menghitung prevalensi nyeri

punggung bawah adalah 196 sampel, jumlah sampel untuk penelitian analitik

kategorik tidak berpasangan dihitung menggunakan rumus di bawah ini

47

:

(38)

n1 = n2 = (

𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2

𝑃1−𝑃2

)

2

= (

1,96 𝑥 √2 𝑥 0,7 𝑥 0,3+0,84 𝑥 √0,8 𝑥 0,2+0,6𝑥 0,4

0,8−0,6

)

2

= 82 Keterangaan:

n1 = n2 = besar sampel Zα = deviat α = 1,96 P =

𝑃1+𝑃22

Q = 1-P

Zβ = deviat beta = 0,84 P1 = 0,8

Q1 = 1-P1 P2 = 0,6 Q2 = 1-P2

Rumus di atas berdasarkan kesalahan tipe 1 5%, hipotesis dua arah, dan kesalahan tipe 2 20%, dan P2 = 0,6

2

, maka besar sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sebanyak 164 orang.

Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out, maka besar sampel diperbesar dengan rumus sebagai berikut.

47

n’ =

1−𝑓𝑛

=

164

1−0,27

= 225

(39)

24

n’ = besar sampel setelah antisipasi drop out n = besar sampel yang dibutuhkan

f = prediksi drop out = 27%

Jadi, jumlah sampel yang diambil pada penelitian ini adalah 225 orang.

3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang terpilih menggunakan metode simple random sampling dengan Microsoft Excel menggunakan fungsi

=(RAND).

3.5 Kriteria Sampel 3.5.1 Kriteria Inklusi

 Mahasiswa preklinik PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012, 2013, dan 2014.

 Bersedia menjadi subyek penelitian.

3.5.2 Kriteria Eksklusi

Mahasiswa/i preklinik PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang

mempunyai kelainan dan penyakit tulang belakang yang dikonfirmasi dengan

kuesioner.

(40)

3.6 Cara Kerja Penelitian 3.6.1 Persiapan Penelitian

 Membuat permohonan ethical clearance

Permohonan ethical clearance diajukan ke Panitia Etik Penelitian Kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

 Pemilihan kuesioner

Kuesioner yang digunakan dalam penelitian ini adalah Roland-Morris Disability Questionnaire. Kuesioner ini dipilih karena sudah sah dan dapat dipercaya. Selain itu, kuesioner Roland-Morris cukup ringkas, sehingga apabila terdapat kerancuan dalam pengisiannya, peneliti dapat dengan mudah melakukan follow-up pada subyek.

 Membuat permohonan penggunaan kuesioner Roland-Morris

Permohonan penggunaan kuesioner Roland-Morris dikirimkan melalui email yang tertera di website, namun pada kuesioner tersebut juga telah disebutkan bahwa setiap orang bebas untuk menerjemahkan dan menggunakannya.

 Menerjemahkan kuesioner Roland-Morris ke dalam Bahasa Indonesia Agar dapat dipahami oleh subyek penelitian, kuesioner yang telah dipilih diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia.

 Uji validitas dan reliabilitas kuesioner

Kuesioner yang telah diterjemahkan kemudian menjalani uji validitas dengan Pearson moment dan uji reliabilitas dengan Cronbach Alpha menggunakan software IBM Statistics 20.

3.6.2 Identifikasi Subyek Penelitian

Subyek penelitian adalah mahasiswa preklinik PSPD FKIK UIN Jakarta.

Peneliti menjadikan kelompok ini sebagai subyek karena latar belakang masalah,

keterjangkauan, dan mampu laksana.

(41)

26

3.6.3 Randomisasi Subyek

Besar sampel penelitian dihitung dengan rumus deskriptif kategorik dan analitik kategorik tidak berpasangan, kemudian dipilih dengan metode simple random sampling. Randomisasi dilakukan melalui software Microsoft Excel dengan fungsi =(RAND).

3.6.4 Informed Consent

Subyek penelitian dibagikan lembar informed consent yang menyatakan bahwa subyek tersebut bersedia atau tidak bersedia untuk menjadi sampel. Apabila subyek tidak bersedia, maka subyek akan dieksklusi dari penelitian. Apabila subyek bersedia, maka akan diikutsertakan dalam langkah selanjutnya pada penelitian.

3.6.5 Membagikan Kuesioner

Subyek yang bersedia mengikuti penelitian dibagikan kuesioner Roland- Morris versi Bahasa Indonesia yang ditambahkan dengan pertanyaan mengenai faktor risiko posisi belajar dan lama duduk. Dalam kuesioner tersebut, subyek juga diberi pertanyaan apakah pernah mengalami kelainan tulang belakang. Jika ya, maka subyek akan dieksklusi dari penelitian. Jika tidak, maka subyek akan diikutsertakan dalam langkah selanjutnya pada penelitian.

3.6.6 Analisis SPSS

Kuesioner subyek yang telah memenuhi kriteria dianalisis dengan chi-

square menggunakan software IBM Statistics SPSS 20.

(42)

3.7 Alur Penelitian

3.8 Pengolahan dan Analisis Data

Data yang didapat diolah menggunakan software IBM SPSS Statistics 20.

Data tersebut dianalisis statistik menggunakan chi-square dan disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik.

(43)

28

3.9 Etika Penelitian

Ethical clearance penelitian ini diajukan ke Panitia Etik Penelitian Kedokteran FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Semua sampel yang mengisi kuesioner dalam penelitian ini akan terlebih dahulu dimintai persetujuannya dengan menandatangani lembar informed consent. Semua data akan dijaga kerahasiaannya.

Kuesioner Roland-Morris yang akan dimintakan izin untuk dipakai dan

diterjemahkan kepada pembuatnya.

(44)

29

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Data Penelitian

Dari seluruh mahasiswa preklinik PSPD FKIK UIN Jakarta, dipilih 225 sampel yang terdiri dari 78 orang mahasiswa angkatan 2012, 73 orang mahasiswa angkatan 2013, dan 74 orang mahasiswa angkatan 2014. Pada periode pengumpulan data, terdapat beberapa subyek yang menolak untuk dijadikan subyek penelitian. Subyek-subyek penelitian yang menolak ini kemudian digantikan oleh nomor random berikutnya dari proses random di Microsoft Excel.

4.2 Hasil dan Pembahasan

4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Roland-Morris

Uji validitas dan reliabilitas Roland-Morris Disability Questionnaire telah

dilakukan pada 31 orang subyek. Uji validitas dilakukan pada 24 butir pernyataan

kuesioner dengan Pearson moment. Hasilnya terdapat 7 pernyataan yang tidak

valid, yaitu pernyataan nomor 5, 7, 9, 12, 13, 19,dan 20 (r<0,355). Setelah

membuang pernyataan yang tidak valid, dilakukan uji reliabilitas dengan Cronbach

Alpha. Hasil uji reliabilitas memberikan nilai Alpha yang lebih besar daripada nilai

r-table (r seminggu = 0,742 dan r setahun = 0,877), sehingga kuesioner Roland-

Morris yang telah diterjemahkan peneliti ke dalam Bahasa Indonesia dinyatakan

dapat dipercaya.

(45)

30

4.2.2 Analisis Univariat

4.2.2.1 Prevalensi Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta

Tabel 2 Prevalensi Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta tahun 2015

Variabel Satu minggu terakhir Satu tahun terakhir Frekuensi Persentase

(%)

Frekuensi Persentase (%) Nyeri punggung

bawah

25 11,1 38 16,9

Tidak nyeri punggung bawah

200 88,9 187 83,1

Total 225 100 225 100

IK 95% 7.0% - 15.2% 12.0% – 21.8%

Pada tahun 2015, prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta dalam satu minggu terakhir berjumlah 25 kasus (11,1%).

Sedangkan, dalam satu tahun terakhir kejadian nyeri punggung bawah berjumlah

lebih banyak dengan frekuensi 38 kasus(16,9%). Angka ini lebih kecil

dibandingkan penelitian di India yang menyatakan bahwa dalam satu tahun terakhir

terdapat 47,5% kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran di

New Delhi.

2

Hal ini mungkin disebabkan oleh subyek yang diambil sebagai sampel

hanya dari mahasiswa yang masih duduk di bangku preklinik, sehingga kegiatan

yang dilakukan dan tuntutan untuk belajar yang dimiliki masing-masing subyek

belum seberat yang dialami oleh mahasiswa kedokteran yang sedang menempuh

pendidikan di klinik. Selain itu, kecilnya prevalensi kejadian nyeri pungung bawah

dapat juga disebabkan oleh faktor eksternal lain juga dapat menjadi penyebabnya,

sebagai contoh, mungkin kegiatan perkuliahan pendidikan dokter di India lebih

berat dibandingkan di Indonesia.

(46)

Penurunan angka prevalensi kejadian nyeri punggung bawah antara satu tahun terakhir dan satu tahun pertama menunjukkan bahwa mungkin pada periode tersebut terdapat perbaikan dari nyeri punggung bawah yang dialami oleh mahasiswa PSPD FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Hal ini sesuai dengan Aggarwal et al (2013) yang menemukan bahwa prevalensi kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran di India pada satu tahun terakhir lebih banyak daripada satu minggu terakhir.

2

Tabel 3 Distribusi Mahasiswa berdasarkan Kebiasaan Duduk Lama

Lama duduk Frekuensi Persentase (%)

Lama duduk berisiko tinggi (6-9 jam)

101 44,89

Duduk terlalu lama (>9 jam)

124 55,11

Total 225 100

Berdasarkan prevalensi tersebut, mahasiswa yang mempunyai lama duduk

berisiko tinggi (6-9 jam) berjumlah 101 orang (44,89%) dan yang mengaku duduk

terlalu lama (>9 jam) berjumlah 124 orang (55,11%).

(47)

32

Tabel 4 Distribusi Mahasiswa berdasarkan Tempat Belajar Tempat belajar Frekuensi Persentase(%)

Tempat tidur 64 28,44

Meja belajar 42 18,67

Keduanya 119 52,89

Total 225 100

Menurut tempat belajarnya, mahasiswa yang mengaku belajar di tempat

tidur berjumlah 64 orang (28,44%), di meja belajar 42 orang (18,67%), dan

keduanya sebanyak 119 orang (52,89%).

(48)

4.2.3 Analisis Bivariat

4.2.3.1 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta

Tabel 5 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah dalam Satu Tahun Terakhir

Lama duduk Nyeri punggung bawah satu tahun terakhir

Total

(+) (-)

N % N % N %

Lama duduk berisiko tinggi (6-9 jam)

18 8 106 47,11 124 55,11

Duduk terlalu lama (>9 jam)

20 8,89 81 36 101 44,89

Total 38 16,89 187 83,11 225 100

p 0.293

OR 1.454

Terdapat 20 orang (8,89%) yang mengalami kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa yang duduk terlalu lama (>9 jam) dalam satu tahun terakhir.

Angka ini lebih kecil daripada hasil pelitian yang dilakukan kepada sekelompok

pekerja di Thailand pada tahun 2009. Pekerja yang mengalami nyeri punggung

bawah setelah bekerja dalam posisi duduk yang tidak berubah-ubah dalam waktu

yang lama mencapai jumlah 60%.

38

Hal ini mungkin disebabkan oleh nyeri

punggung bawah sebagai penyakit dengan predisposisi yang multifaktor, sehingga

perlu sebuah penelitian dengan analisis multivariat untuk melihat hasil yang lebih

(49)

34

valid dan signifikan. Terbukti, hasil uji analisis bivariat terhadap variabel lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah dalam satu tahun terakhir memiliki hubungan tidak bermakna (p>0,05) yang menandakan bahwa kedua hal tersebut tidak berhubungan.

Perbedaan prevalensi nyeri punggung bawah antara subyek yang memiliki

lama duduk berisiko tinggi (6-9 jam) dengan yang duduk terlalu lama (>9 jam) tidak

terlalu jauh, yaitu 18 orang (8%) dan 20 orang (8,89%). Hasil tersebut sesuai

dengan Matthews et al (2012)yang menyatakan bahwa lama duduk 6-9 jam dalam

sehari akan meningkatkan risiko nyeri punggung bawah

4

dan van der Ploeg et al

(2012) yang menyatakan bahwa duduk lebih dari 9 jam dalam sehari

diklasifikasikan sebagai duduk terlalu lama yang sudah diketahui sebagai salah satu

predisposisi nyeri punggung bawah.

5

Lama duduk kurang dari 6 jam dalam sehari

yang dianggap normal dalam penelitian tersebut

4,5

sengaja tidak dicantumkan

dalam pilihan pada kuesioner penelitian ini karena waktu duduk subyek saat kuliah

dalam satu hari sudah melebihi 6 jam.

(50)

Tabel 6 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah dalam Satu Minggu Terakhir

Lama duduk Nyeri punggung bawah satu minggu terakhir

Total

(+) (-)

N % N % N %

Lama duduk berisiko tinggi (6-9 jam)

14 6,22 110 48,89 124 55,11

Duduk terlalu lama (>9 jam)

11 4,89 90 40 101 44,89

Total 25 11,11 200 58,89 225 100

p 0.924

OR 0.960

Pada uji analisis bivariat terhadap variabel lama duduk dengan kejadian

nyeri punggung bawah dalam satu minggu terakhir, juga tidak ditemukan adanya

hubungan di antara kedua hal tersebut (p>0,05). Dapat dilihat dalam satu minggu

terakhir dari hasil jumlah subyek yang mempunyai lama duduk berisiko tinggi (6-

9 jam) mengalami kejadian nyeri punggung bawah lebih banyak dari subyek yang

duduk terlalu lama (>9 jam). Hal ini berbeda terhadap teori yang dikemukakan oleh

beberapa penelitian bahwa duduk lebih dari 9 jam dalam sehari dapat menyebabkan

berkurangnya lubrikasi sendi dan mengalami kekakuan.

36

Perbedaan antara hasil

penelitian dengan teori ini kemungkinan dapat disebabkan karena subyek yang

duduk lebih singkat memiliki faktor risiko nyeri punggung bawah lain sehingga

terjadi hasil yang bias.

(51)

36

4.2.3.2 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta

Tabel 7 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah dalam Satu Tahun Terakhir

Tempat belajar

Nyeri punggung bawah satu tahun terakhir

Total

(+) (-)

N % N % N %

Tempat tidur 9 4 55 24,44 64 28,44

Meja belajar 4 1,78 38 16,89 42 18,67

Keduanya 25 11,11 94 41,78 119 52,89

Total 38 16,89 187 83,11 225 100

p 0,180

Dari 38 subyek yang terdeteksi mengalami kejadian nyeri punggung bawah

dalam satu tahun terakhir, terdapat 9 orang (4%) subyek yang mengaku seringkali

belajar di tempat tidur, 4 orang (1,78%) di meja belajar, dan 25 orang (11,11%)

mengaku belajar baik di tempat tidur maupun meja belajar. Prevalensi tersebut lebih

kecil dari penelitian yang dilakukan pada mahasiswa/i kedokteran di New Delhi,

India, yang mendapatkan hasil subyek yang mengalami nyeri punggung bawah

sebanyak 55,6% belajar di tempat tidur, 33,8% di meja belajar, dan 61,5% di

keduanya.

2

(52)

Tabel 8 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah dalam Satu Minggu Terakhir

Tempat belajar

Nyeri punggung bawah satu minggu terakhir

Total

(+) (-)

N % N % N %

Tempat tidur 5 2,22 59 26,22 64 28,44

Meja belajar 2 0,89 40 17,78 42 18,67

Keduanya 18 8 101 44,89 119 52,89

Total 25 11,11 200 88,89 225 100

p 0,113

Dari 25 subyek yang terdeteksi mengalami kejadian nyeri punggung bawah dalam satu minggu terakhir, terdapat 5 orang (2,22%) subyek yang mengaku seringkali belajar di tempat tidur, 2 orang (0,89%) di meja belajar, dan 18 orang (8%) mengaku belajar baik di kedua tempat tersebut. Hasil yang didapatkan ini juga lebih kecil dari penelitian yang telah dilakukan di India.

2

Namun dari data yang didapat berdasarkan kejadian nyeri punggung bawah selama satu tahun terakhir dan satu minggu terakhir, dapat kita simpulkan bahwa belajar di tempat tidur akan mengakibatkan manusia menjadi lebih rentan untuk mengalami nyeri punggung bawah. Hal ini mungkin disebabkan oleh posisi belajar yang dilakukan di tempat tidur cenderung tidak ergonomis sehingga menyebabkan vertebrae berada dalam kondisi yang kurang fisiologis sehingga menimbulkan rasa nyeri

28

, contohnya pada saat belajar dengan posisi tubuh pronasi maka vertebra akan mengalami hiperekstensi.

Uji analisis bivariat yang dilakukan terhadap variabel posisi belajar dengan

kejadian nyeri punggung bawah baik dalam satu tahun terakhir maupun dalam satu

minggu terakhir tidak bermakna (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan signifikan

antara posisi saat belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah. Hasil ini berbeda

(53)

38

dengan penelitian di India yang menyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara posisi belajar dengan nyeri punggung bawah(p=0,01).

2

Penyebabnya mungkin karena banyaknya faktor dalam tiap individu yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah. Selain itu, peneliti juga tidak mengetahui secara pasti berapa lama durasi para subyek yang berada dalam posisi yang tidak ergonomis saat belajar sehingga dapat menghasilkan hubungan yang kurang signifikan antara posisi belajar dengan nyeri punggung bawah.

4.3 Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang terdapat dalam penelitian ini adalah:

 Pengambilan data dengan metode cross-sectional

Metode cross-sectional bukan merupakan metode terbaik yang dapat digunakan untuk mengetahui hubungan kausatif antara faktor risiko dengan sebuah kejadian.

 Penggunaan Kuesioner Roland Morris yang diterjemahkan

Kuesioner Roland Morris yang asli memiliki jumlah 24 pernyataan, namun pada saat diterjemahkan dan dilakukan uji validitas kepada 31 orang, terdapat tujuh pernyataan yang menjadi tidak valid dipakai sebagai kuesioner setelah diterjemahkan sehingga akhirnya peneliti hanya menggunakan 17 dari 24 pernyataan yang ada di kuesioner Roland Morris.

 Nyeri punggung bawah merupakan penyakit dengan faktor predisposisi yang multifaktor

Posisi belajar yang kurang baik dan duduk terlalu lama bukanlah satu-

satunya faktor yang dapat menyebabkan nyeri punggung bawah sehingga

dapat menimbulkan bias.

(54)

 Pengisian kuesioner yang sangat bergantung kepada subyek penelitian

Subyek mungkin saja lupa dengan kejadian nyeri punggung bawah yang

dialaminya setahun silam, sehingga jawaban yang diberikan di kuesioner

menjadi kurang akurat.

(55)

39 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

 Prevalensi nyeri punggung bawah satu minggu terakhir pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta adalah 11,1%.

 Prevalensi nyeri punggung bawah satu tahun terakhir pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta adalah 16,9%.

 Tidak terdapat hubungan bermakna antara posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

 Tidak terdapat hubungan bermakna antara lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.

5.2 Saran

 Sebaiknya penelitian berikutnya dilakukan dengan analisis multivariat agar hasil yang didapatkan lebih signifikan dan meminimalisasi hasil yang bias.

 Sebaiknya aktivitas perkuliahan di kampus maupun kegiatan belajar di kediaman masing-masing mahasiswa dilakukan di atas meja setinggi 92 cm dan kursi tinggi dengan sanggahan kaki yang nyaman untuk mendukung posisi berdiri maupun duduk agar tercipta posisi tubuh yang ergonomis.

 Pencegahan terhadap nyeri punggung bawah sebaiknya dilakukan sejak dini

karena nyeri punggung bawah merupakan penyakit dengan predisposisi

yang multifaktor. Pencegahan sejak dini diharapkan dapat mengurangi

faktor risiko yang berasal dari masing-masing individu.

(56)

DAFTAR PUSTAKA

1. Hoy D, Brooks P, Blyth F, Buchbinder R. The epidemiology of low back pain.

Best Pract Res Clin Rheumatol. 2010; 24: 769-781

2. Aggarwal N, Anand T, Kishore J, Ingle GK. Low back pain and associated risk factors among undergraduate students of a medical college in Delhi. Educ Health. 2013 Aug; 26(2): 103-8

3. Tomita S, Arphorn S, Muto T, Koetkhlai K, Naing SS, Chaikittiporn C.

Prevalence and risk factors of low back pain among Thai and Myanmar migrant seafood processing factory workers in Samut Sakorn Province, Thailand. Ind Health. 2010; 48(3): 283-291

4. Matthews CE, George SM, Moore SC, Bowles HR, Blair A, Park Y, et al.

Amount of time spent in sedentary behaviors and cause-specific mortality in US adults. Am J Clin Nutr. 2012; 95: 437-445

5. van der Ploeg HP, Chey T, Korda RJ, Banks E, Bauman A. Sitting time and all- cause mortality risk in 222 497 Australian adults. Arch Intern Med. 2012; 172:

494-500

6. Tortora GJ, Derrickson BH. Principles of anatomy and physiology, 12

th

edition.

Danvers: John Wiley & Sons. 2009.

7. Rathore M, Sharma DK, Manisha BS, Siddiqui ST. A focused review thoracolumbar spine: anatomy, biomechanics, and clinical significance. Indian Journal of Clinical Anatomy and Physiology. 2014.

8. Nordin M, Frankel VH. Basic biomechanics of musculoskeletal system.

Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 2001.

9. Walker J. Back pain: pathogenesis, diagnosis, and management. Nursing

Standard 2012; 27(14): 49-56

(57)

41

10. Kapellen PJ, Latimer J, Maher CG, Hancock MJ. How do we define the condition ‘recurremt low back pain’? A systematic review. Eur Spine J. 2010;

19: 533-39

11. Balague F, Mannion AF, Pellise F, Cedraschi C. Non-specific low back pain.

Lancet. 2012; 379: 482-91

12. Shiri R, Karppinen J, Leino-Arjas P, Solovieva S, Viilkari-Juntura E. The association between obesity and low back pain: a meta-analysis. Am J Epidemiol. 2010; 171: 135-54

13. Shiri R, Karppinen J, Leino-Arjas P, Solovieva S, Viilkari-Juntura E. The association between smoking and low back pain: a meta-analysis. Am J Med.

2010; 123: 7-35

14. Heneweer H, Vanhees L, Picavet HS. Physical activity and low back pain: a U- shaped relation? Pain. 2009; 143: 21-25

15. Walker BF. The prevalence of low back pain: a systematic review of the literature from 1966 to 1998. J Spinal Disord 2000; 13: 205–17

16. Hoy D, Bain C, Williams G, et al. A systematic review of the global prevalence of low back pain. American College of Rheumatology. 2012; 64(6): 2028-37 17. Andersson GB. Epidemiology of low back pain. Acta Orthop Scand Suppl

1998;281:28–31

18. Dionne CE, Dunn KM, Croft PR. Does back pain prevalence really decrease with increasing age? A systematic review. Age Ageing 2006;35:229–34 19. Rapoport J, Jacobs P, Bell NR, Klarenbach S. Refining the measurement of the

economic burden of chronic diseases in Canada. Chronic Dis Can 2004;25:13–

21

20. Deyo RA, Cherkin D, Conrad D, Volinn E. Cost, controversy, crisis: low back

pain and the health of the public. Annu Rev Public Health 1991;12:141–56

Gambar

Tabel 1 Posisi Kerja dan Keluhan yang Berhubungan ...................................
Gambar 1. Tulang Belakang 6
Gambar 2. Kurva Normal Tulang Belakang 6
Gambar 3. Bagian-Bagian Tulang Vertebra 6
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil pengamatan terhadap intensitas penyakit busuk batang yang disebabkan oleh S.rolfsii pada berbagai konsentrasi inokulum dilihat pada Tabel 3... Persentase

- Guru memberikan contoh ekspresi untuk bertanya jawab dengan siswa yaitu contoh- contoh pertanyaan yang menanyakan like dan dislike.. - Siswa secara berpasangan

 Suatu organisasi diperlukan karena : (1) suatu kelompok makin bertambah luas dan (2) tujuan sukar dicapai oleh kelompok yg terbatas.  Pada fase kelompok berubah menjadi

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

KATA PENGANTAR Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi

Napsu badan jeung sagala panga- jakna teh ku jelema anu geus jadi kagungan Kristus Yesus mah geus Ka pan urang teh geus maot tina dosa, piraku bisa keneh hirup dina

Krakauer telah mengembangkan metode ukur baru untuk mengukur obesitas, yang disebut A Body Shape Index (ABSI) dengan menggunakan regresi liner kuadrat terkecil terhadap BMI

Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan karunia dan rahmat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan