HUBUNGAN POSISI BELAJAR DAN LAMA DUDUK DENGAN KEJADIAN NYERI PUNGGUNG BAWAH
MAHASISWA PSPD FKIK UIN JAKARTA
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN
Oleh
GHINA WIDIASIH NIM: 1112103000027
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
JAKARTA
1436 H/ 2015
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya yang begitu besar sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan penelitian ini yang berjudul “Hubungan Posisi Belajar dan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta”. Dalam pelaksanaan penulisan hasil penelitian ini, penulis telah memperoleh bimbingan dan pencerahan dari banyak pihak. Penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Epid selaku Kaprodi PSPD UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Bisatyo Mardjikoen, Sp.OT dan dr. Jono Ulomo, Sp.PK selaku Pembimbing 1 dan Pembimbing 2 yang telah memberikan banyak masukan dan nasihat kepada saya dalam menyelesaikan penelitian ini.
3. dr. Achmad Zaki, Sp.OT, M.Kes dan dr. Ayat Rahayu, Sp.Rad selaku penguji pada sidang yang memberi banyak masukan untuk perbaikan laporan penelitian ini.
4. dr. Nouval Shahab, Sp.U, Ph.D, FICS, FACS dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku penanggung jawab modul riset.
5. Kedua orang tua saya, Ir. Haryoko Edi Widodo dan Ratih Sugihasih, S.E yang telah membesarkan dan memberikan kasih sayang tak terbatas kepada saya.
Kakek dan nenek saya, Kaboel Subroto, Srijati(alm.), Ir. Sugihardjo Atmodiwirjo(alm.), dan Murbengsih yang selalu menjadi inspirasi bagi saya.
Seluruh anggota keluarga yang namanya tidak dapat saya sebutkan satu per
satu. Terima kasih atas kasih sayang, doa, dan dukungan yang tak henti
mengalir selama saya menjalani masa pendidikan.
vi
6. Bu Pipit dan Pak Ajip selaku petugas administrasi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta bagian akademik yang membantu dalam proses pembuatan surat persetujuan etika penelitian.
7. Teman-teman kelompok riset, Adlina Zahra, Rakha Faturachman, dan Muhammad Nicco Hakim. Terima kasih telah berjuang bersama saya untuk menyelesaikan penelitian ini.
8. Muhammad Alfa Septiano Yunus yang senantiasa memberi dukungan dan meyakinkan diri saya untuk pantang menyerah.
9. Teman-teman PSPD 2012. Terima kasih atas rasa kekeluargaan yang selalu saya rasakan ketika bersama kalian selama ini. Kita memang benar-benar together, better, stronger.
Akhir kata, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran yang membangun untuk perbaikan penulisan hasil penelitian ini.
Ciputat, 26 Agustus 2015
Ghina Widiasih
vii ABSTRAK
Ghina Widiasih. Program Studi Pendidikan Dokter. Hubungan Posisi Belajar dan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.
Nyeri punggung bawah adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia. Nyeri punggung bawah pada mahasiswa dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas dan menurunnya prestasi akademik di kampus. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui besar masalah nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran disertai dengan faktor risikonya. Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah analitik observasional potong lintang. Data diperoleh dari Kuesioner Roland-Morris versi Bahasa Indonesia dengan beberapa pertanyaan tambahan mengenai posisi belajar dan lama duduk yang dibagikan kepada subyek penelitian.
Sebanyak 225 orang dipilih secara acak dari seluruh jumlah mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta angkatan 2012-2014 dan diikutsertakan dalam penelitian ini.
Dalam satu tahun terakhir, prevalensi kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta adalah 16,9% (n=38, IK 95% 12-21,8) dan menurun dalam satu minggu terakhir menjadi 11,1% (n=25, IK 95% 7-15,2). Pada penelitian ini tidak ditemukan hubungan yang bermakna antara posisi belajar (p>0,1) dan lama duduk (p>0,2) dengan kejadian nyeri punggung bawah.
Kata kunci: nyeri punggung bawah, posisi belajar, lama duduk.
ABSTRACT
Ghina Widiasih. Medical Education Study Programme. Association between Study Position and Sitting Time with Low Back Pain among Medical Students in PSPD FKIK UIN Jakarta.
Low back pain is the most common problem worldwide. Low back pain in students can result in reduced productivity and decreased concentration. This study is conducted to depict the prevalence of low back pain in medical students and its risk factors. A cross-sectional study was carried out in medical college of UIN Jakarta. Data were collected from 225 students who were randomly chosen. They were required to fill out Indonesian version of Roland-Morris Disability Questionnaire with some additional question about sitting position and sitting time.
The prevalence of low back pain among the students over the last one year was 16,9% (n=38, CI 95% 7-15,2) with a prevalence of 11,1% (n=25, CI 95% 12-21,8) over the last one week. No association with low back pain was seen for study position (p>0,1) and sitting time (p>0,2).
Keywords: low back pain, study position, sitting time.
viii DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... ii
LEMBAR PENGESAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... vii
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
DAFTAR SINGKATAN ... xv
BAB I ... 1
PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 2
1.3 Hipotesis ... 2
1.4 Tujuan ... 2
1.4.1 Tujuan Umum ... 2
1.4.2 Tujuan Khusus ... 3
1.5 Manfaat ... 3
1.5.1 Bagi Peneliti ... 3
1.5.2 Bagi Institusi ... 3
1.5.3 Bagi Masyarakat ... 3
BAB II ... 4
TINJAUAN PUSTAKA ... 4
2.1 Landasan Teori ... 4
2.1.1 Anatomi Tulang Belakang ... 4
2.1.1.1 Corpus Vertebra ... 5
2.1.1.2 Arcus Vertebra ... 5
ix
2.1.1.3 Processus Spinosus ... 6
2.1.1.4 Discus Intervertebralis ... 6
2.1.1.5 Regio Lumbal dan Regio Sacral ... 7
2.1.2 Biomekanika Torakolumbal ... 9
2.1.3 Definisi Nyeri Punggung Bawah ... 10
2.1.4 Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah ... 10
2.1.5 Patogenesis Nyeri Punggung Bawah ... 11
2.1.6 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah ... 11
2.1.7 Faktor-Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah ... 12
2.1.7.1 Posisi Belajar ... 12
2.1.7.2 Lama Duduk ... 15
2.1.7.3 Faktor Risiko Lain ... 15
2.2 Roland-Morris Disability Questionnaire ... 15
2.3 Kerangka Konsep ... 17
2.4 Kerangka Teori ... 18
2.5 Definisi Operasional ... 19
BAB III ... 20
METODOLOGI PENELITIAN ... 20
3.1 Desain Penelitian ... 20
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian ... 20
3.3 Alat dan Bahan Penelitian ... 20
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian ... 20
3.4.1 Populasi Subyek Penelitian ... 20
3.4.2 Besar Sampel ... 21
3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel ... 23
3.5 Kriteria Sampel ... 23
3.5.1 Kriteria Inklusi... 23
3.5.2 Kriteria Eksklusi ... 23
3.6 Cara Kerja Penelitian ... 24
3.6.1 Persiapan Penelitian... 24
x
3.6.2 Identifikasi Subyek Penelitian ... 24
3.6.3 Randomisasi Subyek ... 25
3.6.4 Informed Consent ... 25
3.6.5 Membagikan Kuesioner... 25
3.6.6 Analisis SPSS ... 25
3.7 Alur Penelitian ... 26
3.8 Pengolahan dan Analisis Data ... 26
3.9 Etika Penelitian ... 27
BAB IV ... 28
HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28
4.1 Karakteristik Data Penelitian ... 28
4.2 Hasil dan Pembahasan ... 28
4.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Roland-Morris ... 28
4.2.2 Analisis Univariat ... 29
4.2.2.1 Prevalensi Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta ... 29
4.2.3 Analisis Bivariat ... 32
4.2.3.1 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta ... 32
4.2.3.2 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta ... 35
4.3 Keterbatasan Penelitian ... 37
BAB V ... 39
KESIMPULAN DAN SARAN ... 39
5.1 Kesimpulan ... 39
5.2 Saran ... 39
DAFTAR PUSTAKA ... 40
xi
LAMPIRAN ... 45
xii DAFTAR TABEL
Tabel 1 Posisi Kerja dan Keluhan yang Berhubungan ... 13 Tabel 2 Prevalensi Nyeri Punggung Bawah pada Mahasiswa
PSPD FKIK UIN ... 29 Tabel 3 Distribusi Mahasiswa berdasarkan Kebiasaan Duduk Lama ... 30 Tabel 4 Distribusi Mahasiswa berdasarkan Tempat Belajar ... 31 Tabel 5 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah
dalam Satu Tahun Terakhir ... 32 Tabel 6 Hubungan Lama Duduk dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah
dalam Satu Minggu Terakhir ... 34 Tabel 7 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah
dalam Satu Tahun Terakhir ... 35 Tabel 8 Hubungan Posisi Belajar dengan Kejadian Nyeri Punggung Bawah
dalam Satu Minggu Terakhir ... 36
xiii DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Tulang Belakang ... 4
Gambar 2 Kurva Normal Tulang Belakang ... 5
Gambar 3 Bagian-Bagian Tulang Vertebra ... 6
Gambar 4 Discus Intervertebralis ... 7
Gambar 5 Tampak Lateral Vertebrae Lumbal ... 7
Gambar 6 Regio Sacral ... 8
Gambar 7 Contoh Posisi Kerja yang Banyak Menimbulkan Masalah ... 13
Gambar 8 Variasi Duduk-Berdiri yang Ergonomis ... 14
xiv DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Uji Validitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Minggu
Terakhir ... 45
Lampiran 2 Uji Validitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Tahun Terakhir ... 46
Lampiran 3 Uji Reliabilitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Minggu Terakhir ... 47
Lampiran 4 Uji Reliabilitas RMDQ Nyeri Punggung Bawah Satu Tahun Terakhir ... 48
Lampiran 5 Ethical Clearance ... 49
Lampiran 6 Perizinan Penggunaan dan Penerjemahan RMDQ ... 50
Lampiran 7 Informed Consent ... 51
Lampiran 8 Kuesioner Penelitian ... 52
Lampiran 9 Hasil SPSS Analisis Univariat... 55
Lampiran 10 Hasil SPSS Analisis Bivariat ... 56
Lampiran 11 Riwayat Hidup Penulis ... 58
xv DAFTAR SINGKATAN
FKIK = Fakultas Kesehatan dan Ilmu Kesehatan MRI = Magnetic Resonance Imaging
PSPD = Program Studi Pendidikan Dokter RMDQ = Roland-Morris Disability Questionnaire TNF = Tumor Necrosis Factor
UIN = Universitas Islam Negeri
1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyeri punggung bawah (low back pain) adalah penyakit yang banyak ditemukan di seluruh dunia. Kejadian nyeri punggung bawah dalam satu tahun di beberapa negara di Benua Asia dan Eropa seperti Denmark, Inggris, Kuwait, dan Israel menunjukkan rata-rata terjadi pada lebih dari 18% populasi di masing-masing negara. Penyakit ini memiliki jumlah rekurensi lebih dari 50% dalam satu tahun berikutnya setelah kejadian pertama.
1Ketidaknyamanan saat beraktivitas dan angka kekambuhan yang tinggi membuat nyeri punggung bawah menjadi salah satu penyebab dari disabilitas dalam melakukan aktivitas.
Mahasiswa kedokteran sangat identik dengan aktivitas kuliah dan belajar.
Nyeri punggung bawah pada mahasiswa dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas dan menurunnya prestasi akademik di kampus. Apabila hal ini berlanjut sampai di tingkat pendidikan profesi, maka akan menghasilkan kinerja yang turun dan konsentrasi yang berkurang sehingga jumlah hari kerja juga berkurang.
Beberapa penelitian di India, Malaysia, dan Austria menunjukkan bahwa
prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran cukup tinggi.
2Prevalensi nyeri punggung bawah dalam satu tahun terakhir pada mahasiswa
kedokteran di New Delhi sebesar 47,5%.
2Posisi tubuh yang salah dan duduk terlalu
lama saat kuliah dan belajar merupakan salah satu faktor risiko nyeri punggung
bawah.
2Tomita et al (2010) menyimpulkan bahwa orang yang bekerja dengan
posisi tubuh tidak tegak saat duduk lima kali lebih berisiko mengalami nyeri
punggung bawah daripada orang yang bekerja dengan postur yang tegak.
3Waktu
duduk yang ideal adalah kurang dari enam jam dalam satu hari, sedangkan duduk
6-9 jam perhari dapat meningkatkan risiko kejadian nyeri punggung bawah.
4,5Mahasiswa kedokteran menghabiskan waktu untuk duduk saat kuliah lebih dari
2
enam jam dalam sehari. Hal ini membuat total waktu yang dihabiskan untuk duduk dalam sehari kira-kira lebih dari sembilan jam dan sangat berisiko untuk mengalami nyeri punggung bawah.
Penelitian terhadap nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran di Indonesia, baik prevalensi maupun faktor risikonya belum pernah dilakukan.
Padahal prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran berdasarkan penelitian di atas cukup tinggi. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian tentang prevalensi dan faktor risiko nyeri punggung bawah terhadap mahasiswa kedokteran di Indonesia untuk mencegah penurunan kinerja mahasiswa.
1.2 Rumusan Masalah
Berapa prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta?
Apakah terdapat hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta?
1.3 Hipotesis
Terdapat hubungan antara posisibelajar dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.
Terdapat hubungan antara lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.
1.4 Tujuan
1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui besar masalah nyeri punggung bawah pada mahasiswa
kedokteran disertai dengan faktor risikonya.
1.4.2 Tujuan Khusus
Mengetahui prevalensi nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.
Mengetahui hubungan antara posisi belajar dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.
Mengetahui hubungan antara lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa PSPD FKIK UIN Jakarta.
1.5 Manfaat 1.5.1 Bagi Peneliti
Mengetahui hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran.
Mendapatkan pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu penelitian di bidang kesehatan.
Sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
1.5.2 Bagi Institusi
Mendapatkan referensi ttg hubungan antara posisi belajar dan lama duduk dengan kejadian nyeri punggung bawah.
Menginspirasi peneliti lain untuk melakukan penelitian lebih lanjut.
1.5.3 Bagi Masyarakat
Mendapatkan informasi mengenai hubungan posisi belajar dan lama duduk
dengan kejadian nyeri punggung bawah.
4 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Anatomi Tulang Belakang
Tulang belakang terdiri dari serangkaian tulang-tulang vertebrae. Pada masa pembentukannya, tulang belakang yang tumbuh berjumlah 33 buah. Namun ketika seorang manusia tumbuh dewasa, beberapa tulang vertebrae di regio sacral dan coccygeal akan bersatu sehingga jumlah ruas tulang belakang yang ada hingga dewasa berjumlah 26 buah. Ruas-ruas tulang belakang tersebut dibagi menjadi lima regio, yaitu regio cervical (7 buah), thoracal (12 buah), lumbar (5 buah), sacral (1 buah), dan coccygeal (1 buah). Dari semua tulang vertebrae, bagian yang bisa digerakkan hanya region cervical, thoracal, dan lumbar.
6Gambar 1. Tulang Belakang
6Jika dilihat dari sisi anterior atau posterior, bentuk tulang belakang tampak lurus. Namun ketika dilihat dari sisi lateral, tulang belakang terlihat cembung di regio cervical dan lumbar, kemudian mencekung di regio thoracal dan sacral.
Bentuk normal tulang belakang ini meningkatkan titik tumpu beban tubuh ketika
berdiri, berjalan, dan mencegah terjadinya fraktur pada tulang vertebrae. Beberapa
kondisi mekanis yang tidak fisiologis dapat membuat bentuk tulang belakang berubah dan menyebabkan ketidakseimbangan tubuh yang terkadang disertai rasa nyeri.
6Gambar 2. Kurva Normal Tulang Belakang
62.1.1.1 Corpus Vertebra
Corpus vertebra adalah bagian tebal berbentuk lingkaran yang menjadi titik tumpu sebuah os vertebra. Sisi superior dan inferior corpus vertebra memiliki permukaan yang kasar, sebagai tempat melekatnya kartilago diskus intervertebralis.
Permukaan anterior dan lateralnya memiliki nutrient foramina, tempat penerimaan nutrisi dan oksigen dan pembuangan karbondioksida dari dan ke pembuluh darah.
62.1.1.2 Arcus Vertebra
Arcus vertebra terbentuk dari dua tonjolan tebal seperti kaki yang terletak
di belakang corpus vertebra. Arcus vertebra dan corpus vertebra bersatu
mengelilingi spinal cord membentuk foramen vertebra. Foramen vertebra berisi
spinal cord, jaringan adiposa, jaringan ikat, dan pembuluh darah. Susunan foramina
vertebrae membentuk canalis spinalis.
66
2.1.1.3 Processus Spinosus
Processus spinosus adalah tujuh buah tonjolan tulang yang terletak pada arcus vertebra. Dua tonjolan di masing-masing sisi lateral arcus vertebra dan satu di bagian belakang memiliki fungsi sebagai tempat menempelnya otot-otot.
Sedangkan empat tonjolan lainnya membentuk persendian dengan tulang vertebrae atas atau bawahnya. Dua buah articulatio processus superior membentuk persendian dengan dua buah articulatio processus inferior dari tulang vertebra di bawahnya dan begitu pun seterusnya. Permukaan persendian tersebut disebut sendi facets.
6Gambar 3. Bagian-Bagian Tulang Vertebra
62.1.1.4 Discus Intervertebralis
Discus intervertebralis terletak di antara corpus vertebrae mulai dari tulang
vertebra cervical kedua sampai regio sacral. Masing-masing dickus intervertebralis
memiliki cincin yang terbuat dari kartilago dan fibrosa yang disebut annulus
fibrosus. Bagian dalam discus intervertebralis terdiri dari permukaan yang elastis,
disebut nucleus pulposus. Discus intervertebralis membentuk persendian yang kuat
sehingga memungkinkan tulang belakang untuk bergerak dan menopang beban
yang berat. Ketika sedang menopang beban, discus intervertebralis menjadi lebih
pipih dan lebih lebar.
6Discus intervertebralis tidak memiliki pembuluh darah. Annulus fibrosus dan nucleus pulposus menerima suplai darah dari pembuluh darah yang ada di corpus vertebrae. Berolahraga dapat meningkatkan masukan oksigen dan nutrisi bagi discus intervertebralis.
6Gambar 4. Discus Intervertebralis
62.1.1.5 Regio Lumbal dan Regio Sacral
Regio Lumbal
Tulang-tulang di regio lumbal adalah tulang-tulang terbesar dan terkuat dari seluruh tulang yang ada di tulang belakang. Hal ini disebabkan karena semakin bawah tulang vertebrae, semakin besar pula beban tubuh yang ditopang. Tulang vertebra di regio lumbal memiliki struktur yang tebal, lebar, dan telah dirancang sedemikian rupa untuk menjadi tempat menempelnya otot-otot punggung yang besar.
6Gambar 5. Tampak Lateral Vertebrae Lumbal
68
Regio Sacral
Regio sacral terbentuk dari bersatunya lima tulang vertebra dan membentuk sebuah segitiga. Tulang-tulang di regio sacral mulai menyatu pada saat usia 16-18 tahun kehidupan dan selesai di usia 30 tahun. Regio sacral terletak di tengah rongga pelvis di antara dua tulang panggul dan memiliki tulang-tulang vertebra yang kuat untuk menopang bagian pelvis.
6Bagian anterior permukaan regio sacral yang cekung menghadap ke rongga pelvis. Pada permukaannya, terdapat garis-garis melintang membentuk empat buah sutura yang menjadi penanda menyatunya tulang- tulang di regio sacral. Di bagian ujung sutura-sutura ini, terdapat foramen sacralis anterior. Bagian lateral dari permukaan regio sacral memiliki permukaan yang rata disebut ala sacral, terbentuk dari menyatunya tulang vertebra di regio sacral yang pertama (S1).
6Bagian posterior permukaan regio sacral yang cembung mempunyai krista sacralis medianus, processus spinosus tulang vertebra sacral yang telah menyatu, krista sacralis lateral, processus tranversus tulang vertebra sacral yang telang menyatu, dan empat pasang foramen sacralis posterior.
Foramen-foramen ini terhubung dengan foramen sacralis anterior agar dapat dilalui oleh saraf dan pembuluh darah.
6Gambar 6. Regio Sacral
6Kedua sisi lateral permukaan regio sacral memiliki permukaan berbentuk seperti telinga yang membentuk persendian bersama os ilium menjadi art sacroiliaca. Bagian posteriornya memiliki tekstur yang tidak rata disebut tuberositas sacralis. Tuberositas sacralis memiliki lekukan yang menjadi tempat menempelnya ligament-ligamen dan menyatu dengan tulang panggul untuk membentuk art sacroiliaca. Bagian superior dari processus regio sacral membentuk persendian dengan processus tulang vertebra lumbar kelima (L5) dan bagian dasar dari regio sacral membentuk persendian dengan badan tulang vertebra lumbar kelima (L5) membentuk art lumbosacralis.
62.1.2 Biomekanika Torakolumbal
Terdapat tiga macam gaya yang bekerja pada regio torakolumbal, yaitu menekuk, kompresi, dan torsi. Gaya menekuk adalah gaya yang bekerja sejajar dengan discus intervertebralis. Gaya menekuk membuat vertebrae bergerak ke arah kanan, kiri, depan, dan belakang. Gaya kompresi merupakan gaya yang berbanding terbalik dengan gaya menekuk. Gaya kompresi arahnya tegak lurus dengan garis tengah discus intervertebralis. Sedangkan gaya torsi adalah gaya yang membuat vertebrae berputar pada porosnya.
7Gaya-gaya tersebut dapat menimbulkan masalah pada kesehatan manusia
apabila dilakukan secara berlebihan. Contoh gaya menekuk adalah posisi vertebrae
yang hiperekstensi pada saat pronasi. Posisi ini menghasilkan gaya dari ligament-
ligamen interspinosus sehingga mengakibatkan trauma pada sendi-sendi di bagian
anterior. Sedangkan perpaduan gaya regangan dan tekanan pada saat duduk
bersandar akan menekan discus intervertebralis.
810
2.1.3 Definisi Nyeri Punggung Bawah
International Classification of Disease mendefinisikan nyeri punggung bawah (low back pain) sebagai nyeri akut atau kronik di regio lumbal dan atau sacral dari tulang belakang yang disebabkan oleh sprain, strain, pergeseran diskus intervertebralis
9, ataupun berasal dari semua bagian anatomi yang berada di sekitar tulang belakang.
10Beberapa faktor mekanik, seperti duduk terlalu lama, postur dan posisi tubuh yang buruk, berdiri, berjalan, memanggul beban yang berat, membungkuk, mengangkat, dan menjinjing beban diduga mempunyai peran penting dalam mengakibatkan nyeri punggung bawah.
11Namun, hingga saat ini beberapa faktor lainnya seperti obesitas,
12konsumsi kopi dan kebiasaan merokok,
13serta aktivitas sehari-hari,
14juga terbukti memiliki hubungan dengan kejadian nyeri punggung bawah, sehingga penyebab nyeri punggung bawah sering tidak dapat disadari penderitanya. Nyeri punggung bawah dengan penyebab yang tidak diketahui disebut nyeri punggung bawah tidak spesifik.
112.1.4 Epidemiologi Nyeri Punggung Bawah
Prevalensi nyeri punggung bawah terhadap orang dewasa di dunia adalah 22-65%.
15Penelitian lanjutan tentang prevalensi nyeri punggung bawah di dunia pada orang dewasa tahun 1980-2009 mengalami penurunan menjadi 18,3-38%.
16Meskipun demikian, nyeri punggung bawah masih menjadi masalah yang cukup besar di seluruh dunia.
17,18,19,20Kejadian nyeri punggung bawah lebih banyak terjadi pada wanita daripada
laki-laki. Berdasarkan umur, kejadian nyeri punggung bawah terus meningkat
secara progresif hingga kelompok umur dewasa dan mencapai puncak di antara
umur 40-69 tahun, kemudian kembali menurun. Kelompok dengan jenis kelamin
perempuan mencapai puncak progresif nyeri punggung bawah lebih dahulu
daripada laki-laki. Namun pada analisis regresi, faktor umur memiliki hubungan
yang lebih berpengaruh terhadap nyeri punggung bawah dibandingkan dengan
faktor lain.
162.1.5 Patogenesis Nyeri Punggung Bawah
Beberapa peneliti mengklasifikasikan nyeri pungung bawah berdasarkan waktu, yaitu subakut (6 minggu), akut (6-12 minggu), dan kronik (lebih dari 12 minggu).
21,22Nyeri punggung bawah dengan onset akut sering berkaitan dengan faktor yang berhubungan dengan stimulasi nosiseptor, sedangkan nyeri punggung bawah dengan onset kronik juga dapat berhubungan dengan status psikososial.
11,23Semua bagian anatomi dari vertebrae dapat menjadi asal mula dari nyeri punggung bawah.
24Nyeri punggung bawah menunjukkan hubungan bermakna dengan degenerasi diskus lumbaris jika dilihat dengan MRI.
11Penyempitan ruang diskus (OR 1,9; IK 95% 1,4-2,8), degenerasi diskus (OR 2,18; 1,4-3,1), dan herniasi diskus (OR 2,07; 1,4-3,1) adalah kejadian yang cenderung terjadi pada laki-laki dengan nyeri punggung bawah.
25,262.1.6 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah
Pada orang-orang yang menderita nyeri punggung bawah, ditemukan kadar Tumour Necrosis Factor α (TNF-α) yang positif dengan kadar yang lebih tinggi daripada orang yang tidak menderita nyeri punggung bawah setelah 6 bulan pengamatan.
27Hal ini membuat TNF-α berperan menjadi salah satu alur patofisiologi yang mungkin bagi nyeri punggung bawah. Selain itu, pada penelitian lain juga ditemukan kemungkinan alur patofisiologi lain, yaitu keluarnya growth factor saraf dari nucleus pulposus yang mengalami degenerasi sehingga menyebabkan transmisi rasa nyeri.
28Duduk menyebabkan pelvis berotasi ke arah belakang. Rotasi dari pelvis
dapat mengubah derajat sudut lumbar lordosis, dan menambah derajat persendian
pada panggul dan derajat persendian pada lutut. Hal ini membuat usaha yang
dilakukan otot menjadi lebih berat, sehingga kerja otot meningkat dan menekan
diskus vertebralis.
2912
Postur saat duduk dipengaruhi oleh sudut sandaran punggung, sudut dudukan kursi dengan keempukan busa, dan ada atau tidaknya sanggahan tangan.
Sandaran punggung yang memiliki sudut 110°-130° adalah tumpuan yang paling ideal karena menghasilkan tekanan paling rendah bagi diskus intervertebralis dengan kerja otot yang paling ringan. Dudukan kursi yang memiliki sudut 5° dan sanggahan tangan juga dapat menurunkan tekanan diskus intervertebralis dan kerja otot saat duduk.
29Faktor-faktor risiko nyeri punggung bawah tersebut di atas yang dimiliki masing-masing individu dapat meningkatkan stres mekanik dan menyebabkan nyeri punggung bawah akut. Nyeri akut yang dialami akan menimbulkan rasa takut terhadap nyeri sehingga sensitivitas yang dimiliki seseorang terhadap rasa nyeri akan meningkat. Hal tersebut menyebabkan terbentuknya neuroplastisitas dan terjadinya sensitisasi pada sistem saraf pusat yang nantinya akan menyebabkan penurunan range of motion akibat rasa takut terhadap nyeri tersebut. Penurunan range of motion dapat menyebabkan terjadinya atrofi otot yang mengakibatkan timbulnya fibrosis. Namun, peningkatan stres mekanik sendiri pun dapat mengakibatkan peningkatan range of motion yang nantinya akan menimbulkan microinjury. Proses inflamasi yang terjadi setelah proses tersebut juga akan mengakibatkan timbulnya fibrosis.
30Proses fibrosis yang terjadi pada otot dapat menimbulkan kekakuan pada otot. Selain itu, fibrosis juga dapat meningkatkan aktivitas nosiseptor yang berujung pada pengeluaran mediator inflamasi, growth factor, dan adrenalin. Kekakuan pada otot dan pengeluaran mediator-mediator inflamasi ini nantinya akan menyebabkan nyeri punggung bawah yang kronik.
302.1.7 Faktor-Faktor Risiko Nyeri Punggung Bawah 2.1.7.1 Posisi Belajar
Macam-macam posisi yang diperagakan mahasiswa saat belajar seringkali
menyebabkan nyeri di berbagai bagian tubuh. Van Wely (1970) telah
mengidentifikasi keluhan-keluhan yang sering timbul dari berbagai posisi saat bekerja dalam tabel 1.
31Tabel 1. Posisi Kerja dan Keluhan yang Berhubungan
29Jenis Posisi Lokasi Keluhan
Berdiri Kaki, punggung bawah
Duduk tanpa lower back support Punggung bawah Duduk tanpa back support Punggung tengah
Duduk tanpa pijakan kaki Lutut, kaki, punggung bawah Duduk dengan meletakkan siku di meja Punggung atas, leher bawah Mengulurkan lengan ke atas Bahu, lengan atas
Kepala menunduk Leher
Badan membungkuk Punggung bawah, punggung tengah
Posisi menekuk Otot
Sendi dalam posisi yang ekstrem Sendi
Posisi menekuk atau tidak tegak, seringkali menyebabkan banyak masalah
biomekanik. Posisi yang sebaiknya dimiliki seseorang ketika bekerja adalah ketika
persendian berada pada posisi tengah. Contohnya, lengan tidak boleh terlalu
difleksikan atau diekstensikan. Contoh-contoh lain dari posisi bekerja yang banyak
menimbulkan masalah dapat dilihat pada gambar 8.
3114
Gambar 7. Contoh Posisi Kerja yang Banyak Menimbulkan Masalah
31Posisi yang ideal saat belajar adalah dengan menggunakan meja dengan tinggi 92 cm. Meja tersebut dapat mendukung baik posisi berdiri maupun duduk.
Untuk duduk, dapat digunakan kursi tinggi dengan sanggahan kaki yang nyaman.
Sehingga orang yang belajar di meja tersebut dapat melakukan pekerjaannya dengan fleksibel dan ergonomis.
31Gambar 8. Variasi Duduk-Berdiri yang Ergonomis
31Tuntutan belajar yang tinggi membuat para mahasiswa seringkali belajar
hingga di tempat tidur. Padahal Anggrawal et al (2014) menemukan dalam
penelitiannya bahwa orang yang belajar di tempat tidur mengalami nyeri punggung
bawah 25% lebih banyak daripada orang yang belajar di meja belajar.
2Tentu hal
ini dihubungkan dengan faktor ergonomis dari posisi yang dilakukan ketika belajar di tempat tidur.
Pada saat belajar di tempat tidur, posisi tubuh menjadi tidak fisiologis.
Belajar dalam keadaan tiduran atau bersangga pada siku dapat membuat vertebrae
lumbal tidak mempunyai tumpuan, menjadi hiperekstensi, dan cervical menekuk
terlalu ekstrem.
32Akibatnya, titik tumpu tubuh berubah dan terjadilah keluhan-
keluhan seperti nyeri punggung bawah.
16
2.1.7.2 Lama Duduk
Duduk terlalu lama telah terbukti menjadi sebuah risiko bagi kesehatan manusia.
33Pengeluaran energi yang sedikit akibat tidak berpindah posisi dapat menjadi faktor risiko dari peningkatan berat badan,
34,35sindrom metabolik,
36dan nyeri punggung bawah.
37Para pekerja yang diharuskan duduk lama saat melakukan pekerjaannya 3,2 kali lebih banyak mengalami nyeri punggung bawah pada tahun pertama bekerja.
38Duduk lebih dari 9 jam dalam sehari dapat mengurangi lubrikasi pada sendi dan menyebabkan kekakuan.
4,5,39Sekitar 60% pekerja mengeluh mengalami nyeri punggung bawah
40akibat kurang bergerak dan posisi duduk yang tidak berubah- ubah dalam waktu lama.
41Straker et al (2009) menemukan bahwa bekerja dengan kegiatan yang lebih aktif dapat mengurangi angka morbiditas, salah satunya menurunkan kejadian nyeri punggung bawah.
422.1.7.3 Faktor Risiko Lain
Aggarwal et al (2014) menemukan bahwa faktor risiko lain yang secara signifikan dapat menyebabkan nyeri punggung bawah, diantaranya adalah membawa tas punggung yang berat, konsumsi kopi, dan riwayat keluarga mengalami nyeri punggung bawah.
22.2 Roland-Morris Disability Questionnaire
Roland-Morris Disability Questionnaire (RMDQ) adalah alat ukur status
kesehatan pasien untuk menilai disabilitas yang diakibatkan oleh nyeri punggung
bawah. RMDQ dapat digunakan sebagai alat penelitian maupun alat pemantau
pasien di klinik. RMDQ lebih cocok apabila digunakan pada nyeri punggung bawah
yang bersifat akut karena pada petunjuk pengisiannya, pasien diminta untuk
memilih butir pernyataan mana yang paling menggambarkan keadaannya pada saat
itu.
43RMDQ berisi 24 butir pernyataan mengenai disabilitas yang disebabkan oleh nyeri punggung bawah. Isi RMDQ cukup pendek, mudah dimengerti, dan simpel untuk dijawab sehingga mudah digunakan. Walaupun dirancang untuk dikerjakan secara tertulis, kesederhanaan RMDQ membuat kuesioner ini juga dapat diisi melalui komputer dan pertanyaan via telepon.
43Stratford et al (1997) menemukan bahwa respon yang kurang lengkap atau ambigu pada saat pengisian RMDQ berjumlah lebih sedikit daripada Kuesioner Oswestry.
44Selain itu, apabila dibandingkan dengan kuesioner lain seperti SF-36, the Sickness Impact Profile, the Quebeck Back Scale, dan Kuesioner Oswestry, RMDQ memiliki korelasi dan validitas yang cukup tinggi.
43Hal ini membuktikan bahwa RMDQ lebih mudah dimengerti oleh pengisinya.
Namun, kesederhanaan dari RMDQ menjadi kelemahan juga bagi kuesioner tersebut. Konten RMDQ yang terbatas hanya memiliki jangkauan yang sempit untuk menilai disabilitas pasien. RMDQ hanya berfokus kepada gangguan fungsional yang dialami pasien tanpa membahas lebih jauh sisi psikologi dan sosial yang mungkin dihadapi pasien.
43Oleh karena itu, RMDQ menjadi kurang efektif apabila digunakan untuk menilai nyeri punggung bawah yang berat karena nyeri punggung bawah berat banyak berhubungan dengan faktor-fakor psikologi.
11,23Meskipun uji reliabilitas RMDQ dengan Crohnbach Alpha memberikan
hasil yang cukup baik (r>0,8), Stratford et al (1997) menyatakan bahwa beberapa
pernyataan di RMDQ sebenarnya berlebihan dan dapat dikurangi menjadi hanya 18
butir pernyataan.
44Macedo et al (2011) menemukan bahwa RMDQ yang dikurangi
kontennya memberikan hasil uji reliabilitas lebih tinggi daripada versi aslinya.
45Modifikasi RMDQ yang dinilai paling ideal adalah RMDQ dengan 18 butir
pernyataan.
4318
2.3 Kerangka Konsep
2.4 Kerangka Teori
20
2.5 Definisi Operasional
Variabel Definisi Skala
Pengukuran
Cara Pengukuran Pengukur
Nyeri punggung
bawah
Nyeri akut atau kronik di regio lumbal dan atau sacral dari tulang
belakang.
Nominal Kuesioner Roland Morris
1. Nyeri punggung bawah (mengisi ya ≥ 3)
432. Tidak nyeri punggung bawah (mengisi ya < 3)
Peneliti
Posisi Belajar Bentuk atau posisi
46saat
belajar.
Ordinal Menurut yang diisi di kuesioner terbagi menjadi
2:
1. Belajar di tempat tidur 2. Belajar di meja belajar 3. Keduanya
Peneliti
Lama duduk Durasi
46duduk. Ordinal Menurut yang diisi di kuesioner terbagi menjadi
4,5:
1. Lama duduk berisiko tinggi (6-9 jam) 2. Duduk terlalu lama (>9 jam)
Peneliti
20 3.1 Desain Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan rancangan cross sectional.
3.2 Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada bulan Mei sampai dengan bulan Juli 2015.
3.3 Alat dan Bahan Penelitian
Penelitian menggunakan kuesioner Roland-Morris versi Bahasa Indonesia yang telah menjalani uji validitas. Selain itu, faktor risiko posisi belajar dan lama duduk juga diukur dengan kuesioner.
3.4 Populasi dan Sampel Penelitian 3.4.1 Populasi Subyek Penelitian
Populasi target penelitian adalah mahasiswa kedokteran di Indonesia
Populasi terjangkau adalah mahasiswa preklinik PSPD FKIK UIN Jakarta angkatan 2012, 2013, dan 2014.
Sampel penelitian adalah populasi terjangkau yang telah terpilih secara
acak.
22
3.4.2 Besar Sampel
Untuk mengetahui jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini, terlebih dahulu dihitung besar masalah nyeri punggung bawah dengan menggunakan rumus besar sampel untuk penelitian deskriptif kategorik.
47Nilai prevalensi (P) sebesar 47,5% diambil dari penelitian nyeri punggung bawah pada mahasiswa kedokteran sebelumnya yang dilakukan di New Delhi, India.
2n =
𝑍𝛼2𝑃𝑄 𝑑2
=
1,962 𝑥 0,475 𝑥 0,525 0,072
= 196 Keterangan:
Zα = deviat α = 1,96
P = proporsi berdasarkan kepustakaan = 47,5%
Q = 1-P
d = presisi = 7%
Hasil rumus deskriptif kategorik tersebut kemudian diuji dengan rumus prediksi P x n, agar memenuhi syarat besar sampel (P x n > 5).
47Pada penelitian ini, angka 196 telah memenuhi syarat karena 47,5% ± 7% = 40,5% - 54,5%. Maka jika dihitung dengan rumus P x n, akan mendapatkan nilai minimal 40,5% x 196 = 79,38 dan maksimal 54,5% x 196 = 106,82. Berarti, nilai 196 dapat digunakan dan memenuhi syarat karena nilai keduanya >5.
Setelah mengetahui besar sampel untuk menghitung prevalensi nyeri
punggung bawah adalah 196 sampel, jumlah sampel untuk penelitian analitik
kategorik tidak berpasangan dihitung menggunakan rumus di bawah ini
47:
n1 = n2 = (
𝑍𝛼√2𝑃𝑄+𝑍𝛽√𝑃1𝑄1+𝑃2𝑄2𝑃1−𝑃2
)
2= (
1,96 𝑥 √2 𝑥 0,7 𝑥 0,3+0,84 𝑥 √0,8 𝑥 0,2+0,6𝑥 0,40,8−0,6
)
2= 82 Keterangaan:
n1 = n2 = besar sampel Zα = deviat α = 1,96 P =
𝑃1+𝑃22Q = 1-P
Zβ = deviat beta = 0,84 P1 = 0,8
Q1 = 1-P1 P2 = 0,6 Q2 = 1-P2
Rumus di atas berdasarkan kesalahan tipe 1 5%, hipotesis dua arah, dan kesalahan tipe 2 20%, dan P2 = 0,6
2, maka besar sampel yang dibutuhkan untuk penelitian ini adalah sebanyak 164 orang.
Untuk mengantisipasi kemungkinan drop out, maka besar sampel diperbesar dengan rumus sebagai berikut.
47n’ =
1−𝑓𝑛=
1641−0,27