• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peramalan Permintaan Susu Pasteurisasi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan dan Time Series (Studi Kasus di Koperasi Susu SAE Pujon, Malang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peramalan Permintaan Susu Pasteurisasi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan dan Time Series (Studi Kasus di Koperasi Susu SAE Pujon, Malang)"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

0

Peramalan Permintaan Susu Pasteurisasi Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan dan Time Series (Studi Kasus di Koperasi Susu SAE Pujon, Malang)

Forecasting of Pasteurized Milk Demand By Using Artificial Neural Network and Time Series Methods (A Case Study of SAE Milk Cooperative of Pujon, Malang)

Mahmud Nasapi

1*)

, Imam Santoso

2)

, Mas’ud Effendi

2)

1)

Alumni Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

2)

Staf Pengajar Jurusan Teknologi Industri Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya

Jl. Veteran No. 1 Malang 65145

*email: mahmud.nasapi46@yahoo.co.id

Abstrak

Peramalan permintaan adalah proyeksi permintaan untuk produk atau layanan suatu perusahaan yang mengendalikan produksi, kapasitas serta sistem penjadwalan dan menjadi input bagi perencanaan keuangan, pemasaran dan sumber daya manusia. Tujuan penelitian ini untuk membandingkan akurasi hasil peramalan permintaan produk susu pasteurisasi koperasi susu SAE Pujon menggunakan metode jaringan syaraf tiruan (JST) dengan time series sehingga dapat diketahui metode yang paling tepat diterapkan di Koperasi susu SAE Pujon. Data yang digunakan dalam penelitian ini fokus pada empat variabel yaitu data volume penjualan, harga produk, biaya promosi dan biaya distribusi serta jumlah tempat pemasaran. Analisa data dilakukan dengan metode Jaringan Syaraf Tiruan menggunakan software Matlab 7.10 dan metode Time Series menggunakan software SPSS 17.0. Arsitektur jaringan terbaik pada peramalan ini, yaitu 3-10-1 (3 neuron input, 10 neuron hidden layer, 1 neuron output) dengan nilai MSE terkecil yaitu 0.000186. Metode terbaik pada peramalan time series adalah metode Simple Seasonal. Nilai Mean Square Error (MSE) pada metode time series sebelum dan sesudah peramalan sama sebesar 52364211.36, sedangkan nilai MSE metode jaringan syaraf tiruan pada saat pelatihan (pemodelan) sebesar 21516.71 dan pada saat testing sebesar 489321.2676. Nilai MAPE pada metode jaringan syaraf tiruan dan time series berturut-turut adalah 1.1721% dan 14.793%. Rata-rata persentase kesalahan hasil simulasi peramalan permintaan menggunakan JST pada periode April – Juni 2014 adalah sebesar 2.29%, sedangkan untuk time series adalah sebesar 28.91%.

Kata Kunci: Jaringan Syaraf Tiruan, MAPE, Metode Time Series, MSE, Rata-rata Persentase Kesalahan Peramalan

Abstract

The demand forecasting is demand projection for product or services of companies that control the

production, capacity and scheduling system and become input for the financial planning, marketing, and

human resources. The research aimed at comparing the forecasting result accuracy of pasteurized milk

product of the SAE milk cooperative of Pujon by using Artificial Neural Network method (ANN) with

time series method, so it can be known the most accurate method for SAE milk cooperative of Pujon. The

used data in the research focused to the four variable that is the sales volume, product price, promotion

cost and distribution cost, and marketing outlet. The data analysis was done using Artificial Neural

Networks using Matlab software 7.10 and Time Series method using the software SPSS 17.0. The best

network architecture for the forecasting, that is 3-10-1 (3 neuron input, 10 neuron hidden layer, 1 neuron

output) with the least MSE value of 0.000186. The best method at the time series was simple seasonal

method. The mean square error (MSE) value at the time series before and after forecasting is

(2)

1

52364211.36, while the MSE of artificial neural network method during the coach (modeling) is 21516.71 and during testing is 489321.2676. MAPE values on artificial neural network method and the time series in a row 1.1721% and 14.793%. The average percentage error simulation results using ANN forecasting demand in the period April-June 2014 to 2.29%, while for the time series is equal to 28.91%.

Keywords: Artificial Neural Network, Average Percentage Error Forecasting, MAPE, MSE, Time Series Method.

PENDAHULUAN

Industri pengolahan susu akhir-akhir ini sedang mengalami peningkatan penjualan.

Meningkatnya permintaan susu pengolahan ini seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat Indonesia. Oleh karena itu, Asosiasi Industri Pengolahan Susu (AIPS) memperkirakan penjualan susu olahan meningkat 10%. Prospek industri susu yang semakin menjanjikan ini, mendorong produsen susu terus menambah kapasitas produksi dan membangun pabrik baru di Indonesia. Hal tersebut memiliki arti positif karena dapat menambah investasi dan mendatangkan devisa bagi negara.

Salah satu perusahaan susu di Indonesia adalah koperasi susu SAE Pujon. Koperasi susu SAE Pujon terletak di Jl. Brigjend Abdul Manan Wijaya 16 Pujon, Malang. Sebagai salah satu koperasi penghasil susu pasteurisasi, koperasi susu SAE Pujon tentunya memiliki banyak pesaing. Sangatlah penting bagi pihak koperasi untuk menjaga eksistensi produknya. Produk susu pasteurisasi yang berada di Pujon memiliki prospek yang baik untuk dikembangkan lebih lanjut mengingat letak Pujon sangat strategis yaitu dekat dengan Kota Malang dan Kota Batu. Faktor pendukung lainnya adalah banyaknya para peternak sapi perah sehingga memudahkan untuk pasokan bahan baku kepada pihak produsen.

Permasalahan yang dihadapi oleh koperasi susu SAE Pujon adalah masih kesulitan dalam meramalkan permintaan konsumen terhadap permintaan produk susu pasteurisasi karena peramalan yang dilakukan berdasarkan perkiraan dari periode lalu. Koperasi belum bisa meramalkan permintaan susu pasteurisasi periode mendatang. Peramalan permintaan yang terlalu besar akan berdampak pada peningkatan biaya produksi dan biaya inventori jika terdapat produk yang tidak habis terjual. Sebaliknya, apabila peramalan permintaan terlalu kecil, maka akan terjadi

peningkatan biaya stock out bahkan dapat kehilangan pelanggan.

Penelitian tentang peramalan permintaan susu pasteurisasi ini bertujuan untuk membandingkan akurasi hasil peramalan permintaan produk susu pasteurisasi koperasi susu SAE Pujon menggunakan metode jaringan syaraf tiruan (JST) dengan time series sehingga dapat diketahui metode yang paling tepat diterapkan di Koperasi susu SAE Pujon.

Beberapa metode yang dapat digunakan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut diantaranya adalah metode jaringan syaraf tiruan dan time series. Jaringan Syaraf Tiruan (JST) adalah sistem pemroses informasi yang memiliki karakteristik unjuk kerja tertentu yang menyerupai jaringan syaraf biologi (Mulyana, 2008). Metode yang digunakan sebagai pembanding dalam penelitian ini adalah metode time series. Menurut Herjanto (2003), metode serial waktu (deret berkala, time series) adalah metode yang digunakan untuk menganalisis serangkaian data yang merupakan fungsi dari waktu. Dalam peramalan JST dilakukan dengan mempertimbangkan unsur bauran pemasaran yang digunakan sebagai masukan (input).

Unsur bauran pemasaran yang digunakan adalah harga produk, jumlah tempat pemasaran, biaya distribusi dan biaya promosi. Sedangkan peramalan dengan metode time series menggunakan data volume penjualan sebagai input dalam peramalan.

BAHAN DAN METODE

Penelitian dilakukan di Koperasi susu SAE Pujon yang terletak di Jl. Brigjend Abdul Manan Wijaya 16 Pujon, Malang. Penelitian ini dilaksanakan Maret sampai Mei 2014.

Pengolahan data dilakukan di Laboratorium

Manajemen Agroindustri, Jurusan Teknologi

Industri Pertanian, Fakultas Teknologi

Pertanian, Universitas Brawijaya Malang.

(3)

2 Batasan Masalah

Penelitian ini dilakukan dengan batasan masalah sebagai berikut:

1. Penelitian dengan metode jaringan syaraf tiruan ini dilakukan untuk meramalkan permintaan produk susu pasteurisasi Kop SAE Pujon untuk periode April 2014 – Maret 2015.

2. Peramalan dilakukan produk susu pasteurisasi Kop SAE Pujon kemasan cup berlabel.

3. Pada saat erupsi Gunung Kelud terjadi tidak mempengaruhi hasil peramalan periode April 2014 – Maret 2015 karena pada bulan Februari 2014 volume penjualan susu pasteurisasi masih stabil.

4. Data yang digunakan dalam penelitian ini fokus pada empat variabel yaitu data volume penjualan, harga produk, biaya promosi dan biaya distribusi serta jumlah tempat pemasaran yang sudah tersedia pada bulan Januari 2009 – Maret 2014.

Data tersebut hanya digunakan sebagai input (masukan data) pada peramalan susu pasteurisasi Kop SAE Pujon.

Asumsi

Penelitian ini dilakukan dengan asumsi bahwa :

a. Fasilitas produksi tidak mengalami perubahan selama horizon peramalan.

b. Bahan baku produksi selalu tersedia.

c. Jumlah tenaga kerja tidak mengalami perubahan selama horison perencanaan.

d. Peramalan permintaan produk susu pasteurisasi Kop SAE Pujon kemasan cup berlabel secara keseluruhan.

Peramalan Permintaan Menggunakan Metode Jaringan Syaraf Tiruan

Arsitektur jaringan yang dipakai adalah jaringan layar jamak (multi layer network).

Dalam jaringan ini, selain unit input dan output dan unit-unit lain (sering disebut layar tersembunyi). Jaringan syaraf layar jamak dapat menyelesaikan masalah yang lebih kompleks dibandingkan dengan layar tunggal, meskipun kadangkala proses pelatihan lebih kompleks dan lama (Siang, 2005). Perancangan arsitektur jaringan syaraf tiruan dilakukan dengan menentukan jumlah neuron input layer, neuron hidden layer dan

neuron output layer (Kusumadewi dan Hartati, 2006).

Algoritma pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini adalah Backpropagation. Backpropagation merupakan salah satu metode pelatihan dari Jaringan Syaraf Tiruan. Backpropagation menggunakan arsitektur multilayer dengan metode pelatihan supervised training (Pakaja dkk, 2012).

Diagram alir algoritma Backpropagation seperti pada Gambar 1.

Mulai

Data Training

Inisialisasi Bobot

Setting Input

Propagasi Maju

Penghitungan Error Keluaran

Propagasi Balik

Perubahan Bobot

MSE ≤ Error Iterasi ≥

Maksimal Iterasi Iterasi (epoch)

= Iterasi + 1

Simpan Bobot

Selesai Tidak

Tidak

Ya

Ya

Gambar 1. Diagram Alir Algoritma Backpropagation

Penjelasan mengenai tahap algoritma backpropagation adalah sebagai berikut:

a. Data training

Data training adalah pasangan data

masukkan dan keluaran aktual (target) yang

diberikan pada jaringan untuk dilatih

polanya. Sebelum diproses, data-data yang

ada dinormalisasi terlebih dahulu. Data

untuk training adalah data pada periode

Januari 2009 – Desember 2012, sedangkan

data pada periode Januari 2013 – Maret 2014

digunakan untuk testing. Semakin besar

(4)

3 jumlah data training, semakin akurat dan adaptif hasil peramalan.

b. Inisialisasi bobot awal

Proses inisialisasi adalah proses untuk memberikan nilai – nilai awal pada bobot yang bisa berupa nilai 0 atau 1 (Emanuel dan Hartono, 2008). Inisialisasi bobot awal dilakukan dengan pemberian nilai bobot dan bias awal dengan bilangan acak terkecil.

Biasanya bobot awal diinisialisasi secara random dengan nilai antara -0.5 sampai 0.5 atau -1 sampai 1. Hal ini dilakukan karena apabila nilai bobot awal terlalu besar, maka input ke setiap lapisan tersembunyi atau lapisan output akan jatuh pada daerah dimana turunan fungsi sigmoidnya akan sangat kecil. Sebaliknya, apabila nilai bobot awal terlalu kecil akan menyebabkan proses pelatihan akan berjalan sangat lambat.

c. Umpan maju (Feedforward)

Selama Feedforward, sinyal masukan (=x

i

) dipropagasi maju ke lapisan tersembunyi menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Semua keluaran dari unit masukan di unit tersembunyi z_in

j

(j = 1, 2, 3,...,p) dihitung dengan:

...(1) Kemudian dihitung sesuai dengan fungsi pengaktif yang digunakan. Pada penelitian ini fungsi yang digunakan adalah fungsi sigmoid maka bentuk fungsi tersebut adalah:

(

) ...(2)

Dimana fungsi sigmoid dirumuskan sebagai:

...(3) jadi:

...(4) Keluaran dari unit masukan di setiap unit lapisan tersembunyi (=z

j

) tersebut selanjutnya dipropagasi maju lagi ke lapisan tersembunyi di atasnya menggunakan fungsi aktivasi yang ditentukan. Demikian seterusnya hingga menghasilkan keluaran jaringan (=y

k

).

...(5) Kemudian dihitung kembali dengan fungsi pengaktif sigmoid dengan rumus:

...(6)

dimana fungsi sigmoid dirumuskan sebagai:

...(7) jadi:

...(8) Selanjutnya, keluaran jaringan (y

k

) dibandingkan dengan target yang harus dicapai (=t

k

). Selisih antara t

k

-y

k

adalah kesalahan yang terjadi.

d. Propagasi balik (Backpropagation)

Berdasarkan kesalahan t

k

-y

k

, dihitung faktor ẟ

k

(k = 1, 2, 3,..., m) yang dipakai untuk mendistribusikan kesalahan di unit y

k

ke semua unit tersembunyi yang terhubung langsung dengan y

k

. Faktor kesalahan dihitung dengan:

k

= (t

k

– y

k

) f’(y_in

k

)...(9) dimana:

f’(y_in

k

) = y

k

(1-y

k

)...(10) jadi:

k

= (t

k

– y

k

) y

k

(1-y

k

)...(11)

k

merupakan unit kesalahan yang akan dipakai dalam perubahan bobot lapisan di bawahnya dan juga dipakai untuk mengubah bobot garis yang terhubung langsung dengan unit keluaran. Nilai perubahan unit bobot keluaran (Δw

kj

) dihitung dengan:

Δw

kj

= α ẟ

k

z

j

...(12) k = 1, 2, 3,...., m ; j = 0, 1, 2,..., p Dengan cara yang sama, dihitung faktor ẟ

j

di setiap unit lapisan tersembunyi sebagai dasar perubahan bobot semua garis yang berasal dari unit tersembunyi di lapisan di bawahnya. Faktor kesalahan pada lapisan tersembunyi ( dihitung dengan:

...(13) Faktor kesalahan pada unit tersembunyi (ẟ

j

) dihitung dengan:

...(14) dimana:

...(15) jadi:

...(16) Nilai perubahan bobot unit tersembunyi (Δv

ji

) dihitung dengan:

Δv

ji

= α ẟ

j

x

i

...(17)

j = 1, 2, 3,..., p i = 0, 1, 2,....,n

Demikian seterusnya hingga semua faktor

ẟ di unit tersembunyi yang berhubungan

langsung dengan unit masukan dihitung.

(5)

4 e. Pemberhentian pembelajaran

Ketiga fase tersebut diulang – ulang terus hingga kondisi penghentian dipenuhi.

Umumnya kondisi penghentian yang sering dipakai adalah jumlah iterasi atau kesalahan.

Iterasi akan dihentikan jika jumlah iterasi yang dilakukan sudah melebihi jumlah maksimum iterasi yang ditetapkan, atau jika kesalahan yang terjadi sudah lebih kecil dari batas toleransi yang diijinkan. Kriteria pemberhentian pembelajaran pada penelitian ini adalah jumlah iterasi yang ditoleransi sebanyak 2.000 iterasi.

f. Penerapan

Selanjutnya untuk mengukur error (kesalahan) forecast biasanya digunakan Mean Absolute Percentage Error atau Mean Squared Error

1) Mean Absolute Percentage Error (MAPE) MAPE adalah rata-rata persentase absolut dari kesalahan peramalan dengan menghitung error absolut tiap periode. Error ini kemudian dibagi dengan n. Rumus dari MAPE ini adalah sebagai berikut (Soedjianto dkk, 2006):

(

) ∑| | ...(18) dimana :

Xt = permintaan aktual periode t Ft = ramalan permintaan periode t n = jumlah periode peramalan 2) Mean Squared Error (MSE)

Mean squared error (MSE) yaitu rata-rata dari kesalahan forecast dikuadratkan. Rumus dari MSE ini adalah sebagai berikut (Prabowo dkk, 2012):

...(19) dengan

X

t

: data sebenarnya terjadi

F

t

: data ramalan dihitung dari model yang digunakan pada waktu t

n : banyak data hasil ramalan

Peramalan Permintaan Menggunakan Metode Time Series

1. Metode Moving Averages

Moving Average termasuk dalam time series model yang merupakan metode peramalan kuantitatif dengan menggunakan waktu sebagai dasar peramalan. Untuk membuat suatu peramalan diperlukan data historis (masa lampau) permintaan. Data inilah yang akan dianalisis dengan menggunakan parameter waktu sebagai dasar analisis.

Metode Moving Average ini paling sesuai apabila pola data masa lampau yang dimiliki bertipe siklikal (Soedjianto dkk, 2006):

a) Jika data time series tidak diketahui polanya, artinya tidak ada gejala trend naik maupun turun, musiman dan sebagainya, maka untuk meramalkan F

t

dapat digunakan metode single moving average sebagai berikut:

...(20)

...(21) Keterangan

F

T+1

: Peramalan untuk Periode T+1 X

T

: Data pada periode ke T T : Jangka waktu perataan F

T+2

: Peramalan untuk periode T+2

b) Jika data time series yang diamati, merupakan suatu deret yang secara tetap meningkat tanpa unsur kesalahan random yang menghasilkan trend linier meningkat, maka dapat digunakan metode double moving averages sebagai berikut:

(

) – (

) ....(22) dengan

...(23)

...(24) N = jangka waktu moving averages

m = jangka waktu forecast ke depan 2. Metode Exponential Smoothing

Metode Exponential Smoothing merupakan prosedur perbaikan terus-menerus pada peramalan terhadap objek pengamatan terbaru (Makridakis, 2005). Dalam pemulusan eksponensial atau exponential smoothing terdapat satu atau lebih parameter pemulusan yang ditentukan secara eksplisit, dan hasil ini menentukan bobot yang dikenakan pada nilai observasi. Dengan kata lain, observasi terbaru akan diberikan prioritas lebih tinggi bagi peramalan daripada observasi yang lebih lama (Raharja dkk, 2010).

a) Jika data time series memperlihatkan pola konstan atau jika perubahannya kecil saja, maka untuk meramalkan F

t

dapat digunakan metode single exponential smoothing sebagai berikut:

F

t+1

= αX

t

+ (1 – α) F

t

...(25) Keterangan :

F

t+1

: ramalan t waktu atau periode ke depan

setelah pengamatan terakhir X

t

(6)

5 F

t

: X1

α : Smoothing konstan

b) Jika data time series menunjukkan pola linier, maka dapat digunakan metode double exponential smoothing dengan rumus sebagai berikut:

(

) – (

) ....(26)

dengan S’

t

= α X

t

+ (1 – α) S’

t-1

...(27)

S”

t

= αS’

t

+ (1 – α) S”

t-1

...(28)

S”t = X...(29)

dimana S’

t

adalah nilai pemulusan eksponensial tunggal dan S”

t

adalah nilai pemulusan eksponensial ganda c) Jika data time series tidak memperlihatkan pola konstan ataupun linier yang digunakan adalah metode triple exponential smoothing dengan rumus sebagai berikut :

[ ] [ ] ..(31)

[ ]

dengan S’

t

= α X

t

+ (1 – α) S’

t-1

...(33)

S”

t

= αS’

t

+ (1 – α) S”

t-1

...(34)

S’”

t

= αS”

t

+ (1 – α) S”’

t-1

...(35)

S’”

t

= X

1

...(36)

dimana S’

t

adalah nilai pemulusan pertama, S”

t

adalah nilai pemulusan kedua dan S’”

t

adalah nilai pemulusan ketiga. 3. Metode Dekomposisi Dekomposisi adalah model kecenderungan yang mempergunakan empat komponen pendekatan yaitu kecenderungan (merupakan tingkah laku jangka panjang), cylical (bentuk siklis), seasional (bentuk musiman) dan komponen random. Model dekomposisi tersusun sebagai berikut (Saefulloh, 2011): Data= trend + musiman + siklus + error....(37)

atau Ramalan= trend + musiman + siklus...(38)

HASIL DAN PEMBAHASAN Penelitian dengan metode jaringan syaraf tiruan ini dilakukan untuk meramalkan permintaan produk susu pasteurisasi Kop SAE Pujon untuk periode satu tahun mendatang, yaitu April 2014 – Maret 2015. Metode jaringan syaraf tiruan yang digunakan adalah Backpropagation, dilakukan dengan menggunakan Software

Matlab 7.10. Model peramalan yang dibuat terdiri dari 3 variabel independen (harga, biaya promosi dan distribusi, outlet) dan 1 variabel dependen (volume penjualan).

Dalam jaringan syaraf tiruan, model ini terbaca sebagai 3 unit (neuron) input dan 1 unit neuron output, sehingga rancangan arsitektur jaringan yang digunakan dalam penelitian adalah 1 lapis input dengan 3 neuron input dan 1 lapis output dengan 1 neuron output, sedangkan neuron hidden layer dicari jumlah optimalnya (nilai MSE terkecil) dari tiap jaringan melalui pelatihan (training).

Pembelajaran jaringan membutuhkan parameter-parameter yang digunakan untuk mengenali pola data. Parameter pembelajaran dalam penelitian meliputi max. epoch 2000, dan learning rate 0.1 Maksimum epoch berfungsi sebagai kriteria pemberhentian pelatihan, yaitu pelatihan dihentikan setelah mencapai 2000 iterasi. Nilai goal (MSE) adalah 0.0001, dipakai untuk menentukan batas nilai MSE agar iterasi dihentikan, nilai ini dipilih berdasarkan dengan trial dan error sampai ketemu performance dan goal yang terkecil. Pada momentum konstan (mc) dipilih nilai 0.85, nilai ini dipiih karena pada komputer nilai default momentum sebesar 0.85. Hasil pelatihan jaringan produk susu pasteurisasi Kop SAE Pujon dalam jaringan syaraf tiruan dari masing-masing neuron dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Hasil Pelatihan Jaringan Susu Pasteurisasi Kop SAE Pujon Hidden

Layer Jumlah

Neuron MSE

1

1 0.00532

2 0.00413

3 0.00234

4 0.00206

5 0.00176

6 0.00107

7 0.000771 8 0.000619 9 0.000262 10 0.000186 Sumber : Data diolah (2014)

Jaringan terbaik dihasilkan oleh

pelatihan jaringan 3-10-1 (3 neuron input, 10

neuron hidden layer, 1 neuron output) dengan

nilai MSE terkecil adalah 0.000186. Gambar

model Jaringan Syaraf Tiruan 3-10-1 dapat

dilihat pada Gambar 2.

(7)

6

X1 Harga Produk

X2 Biaya Promosi dan Biaya Distribusi X3 Jumlah Outlet

Z1

Z3

Z2

Y1 Peramalan Permintaan

E1

E2

3 neuron input

10 neuron hidden layer

1 neuron output Z5

Z4

Z6

Z9

Z7

Z8

Z10

Gambar 2. Model Jaringan Syaraf Tiruan 3-10-1 Peramalan Permintaan Menggunakan

Analisa Deret Waktu (Time Series)

Peramalan permintaan dilakukan berdasarkan data penjualan produk periode Januari 2009 – Maret 2014 dengan menggunakan analisa deret waktu (time series). Peramalan permintaan dilakukan untuk meramalkan jumlah permintaan produk susu pasteurisasi Kop SAE Pujon pada periode perencanaan yang akan datang,

yaitu periode satu tahun mendatang pada April 2014 – Maret 2015. Metode time series yang digunakan dalam penelitian ini adalah expert modeler dengan tipe all models. Metode ini akan menghasilkan metode terbaik dari keseluruhan metode time series yang digunakan. Hasil peramalan dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3. Hasil Peramalan Permintaan dengan Menggunakan Metode Simple Seasonal

Juml ah V ol ume P enjua lan

Periode Peramalan

Keterangan

(8)

7 Dari Gambar 3 pola data yang ditunjukkan merupakan pola data random (acak). Metode yang terbaik pada peramalan menggunakan SPSS ini yaitu Simple Seasonal.

Melihat plot di atas terlihat bahwa hasil peramalan mengikuti bentuk pola datanya, sehingga tingkat akurasi data tersebut sebagai dasar untuk perencanaan cukup baik.

Nilai RMSE (Root Mean Square Error) adalah 7236.312 sehingga nilai MSE adalah 52364211.36.

Perbandingan Hasil Peramalan Metode Jaringan Syaraf Tiruan dengan Time Series

Dalam penelitian ini, peramalan permintaan yang digunakan terdiri dari dua metode yaitu metode jaringan syaraf tiruan dan time series. Kedua metode tersebut nantinya akan dibandingkan untuk dipilih sebagai metode yang paling cocok diterapkan di Koperasi susu SAE Pujon. Pembanding yang digunakan berupa perbandingan nilai MSE, nilai MAPE dan data penjualan aktual susu pasteurisasi Kop SAE Pujon, sehingga bisa dilihat diantara kedua metode tersebut mana yang paling baik dalam meramalkan susu pasteurisasi. Adapun perbandingan nilai MSE dan MAPE untuk metode Jaringan Syaraf Tiruan dan Time Series dapat dilihat pada Tabel 2 dan Tabel 3.

Tabel 2. Nilai MSE Sebelum dan Sesudah Peramalan Pada Metode Jaringan Syaraf Tiruan dan Time Series

Metode Nilai MSE

Sebelum Sesudah Jaringan

Syaraf Tiruan 21516.71 489321.2676 Time Series 52364211.36 52364211.36 Sumber : Data diolah (2014)

Tabel 3. Nilai MAPE Peramalan Pada Metode Jaringan Syaraf Tiruan dan Time Series

Metode Nilai MAPE

Jaringan Syaraf Tiruan 1.1721%

Time Series 14.793%

Sumber : Data diolah (2014)

Pada Tabel 2, nilai MSE sebelum dan sesudah peramalan pada metode Time Series tetap yaitu 52364211.36. Sedangkan, pada metode JST terjadi perubahan nilai MSE yang

semula 21516.71 menjadi 489321.2676 yang menunjukkan nilai MSE sesudah peramalan lebih besar dibandingkan nilai MSE sebelum peramalan. Hal ini dikarenakan nilai mean pada saat testing lebih besar dibandingkan nilai mean saat pemodelan. Pada Tabel 3 merupakan nilai tengah kesalahan persentase absolut dari suatu peramalan. Nilai MAPE memberikan informasi mengenai nilai persentase kesalahan peramalan. Pada peramalan dapat diketahui bahwa nilai persentase kesalahan peramalan menggunakan JST lebih kecil yaitu 1.1721%

dibandingkan metode time series dengan persentase kesalahannya sebesar 14.793%.

Setelah melakukan perbandingan pada nilai MSE dan MAPE untuk kedua metode tersebut, selanjutnya melakukan validasi dengan cara membandingkan dengan data penjualan aktual. Pembanding yang digunakan berupa data penjualan aktual susu pasteurisasi Kop SAE Pujon selama 3 bulan ke depan. Hasil perbandingan metode jaringan syaraf tiruan, time series, dan data aktual dapat dilihat pada Tabel 4.

Berdasarkan nilai MSE, MAPE dan

persentase kesalahan peramalan ketika

dibandingkan pada kedua metode tersebut

dapat dikatakan bahwa metode jaringan

syaraf tiruan lebih cocok diterapkan di

Koperasi susu SAE Pujon dikarenakan

memiliki nilai MSE, MAPE dan persentase

kesalahan yang lebih kecil dibandingkan

metode time series. Selain itu, pada metode

JST ini peramalannya dikaitkan dengan

unsur-unsur yang mempengaruhi volume

penjualan seperti harga, biaya promosi dan

distribusi serta jumlah tempat pemasaran

dibandingkan metode time series yang tidak

dikaitkan dengan unsur-unsur yang

mempengaruhi volume penjualan dalam

meramalkan jumlah volume penjualan

periode mendatang.

(9)

8

Tabel 4. Hasil Perbandingan Metode Jaringan Syaraf Tiruan, Time Series dan Data Aktual Periode April – Juni 2014

Tahun Periode Simulasi

Peramalan JST Time

Series Data Aktual

Persentase Kesalahan Peramalan Terhadap Permintaan Aktual (%)

JST Time Series

2014 April 46.265 36.391 47.536 2.67 23.45

Mei 53.470 37.075 51.725 3.37 28.32

Juni 45.288 29.211 44.910 0.84 34.96

Rata-rata Kesalahan 2.29 28.91

Sumber : Data diolah (2014)

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

1. Penerapan metode Jaringan Syaraf Tiruan (JST) untuk peramalan permintaan susu pasteurisasi Kop SAE Pujon dengan menggunakan model jaringan Backpropagation, menghasilkan arsitektur jaringan single hidden layer terbaik yaitu 3- 10-1 (3 neuron input, 10 neuron hidden layer, dan 1 neuron output), 3 neuron input merupakan faktor bauran pemasaran yang meliputi harga produk, jumlah tempat pemasaran, biaya distribusi dan biaya promosi, sedangkan untuk 1 neuron output merupakan nilai peramalan permintaan.

2. Pada peramalan metode time series, menghasilkan metode terbaik yaitu metode Simple Seasonal. Perbandingan akurasi hasil peramalan dari kedua metode, sebagai berikut: nilai Mean Square Error (MSE) pada metode time series sebelum dan sesudah peramalan sama sebesar 52364211.36. Nilai MSE metode jaringan syaraf tiruan pada saat pelatihan (pemodelan) sebesar 21516.71 dan pada saat testing sebesar 489321.2676.

Sedangkan nilai MAPE pada metode jaringan syaraf tiruan dan time series berturut-turut adalah 1.1721% dan 14.793%. Rata-rata persentase kesalahan hasil simulasi peramalan permintaan menggunakan JST pada periode April – Juni 2014 adalah sebesar 2.29%, sedangkan untuk time series adalah sebesar 28.91%.

Saran

Dari hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan, saran yang dapat dikemukakan yaitu perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk membandingkan

peramalan permintaan menggunakan JST dengan metode yang lain, perlu adanya penelitian lebih lanjut untuk peramalan permintaan dengan mempertimbangkan faktor-faktor bauran pemasaran yang lain serta diharapkan metode yang terpilih diterapkan oleh Koperasi susu SAE Pujon agar perencanaan produksi, pemasaran, anggaran biaya dan perencanaan lainnya optimal.

DAFTAR PUSTAKA

Emanuel, A. W. R. dan Hartono, A. 2008.

Pengembangan Aplikasi Pengenalan Karakter Alfanumerik Dengan Menggunakan Algoritma Neural Network Three-Layer Backpropagation.

Jurnal Informatika, Vol.4, No.1, Juni 2008: 49 – 58.

Herjanto, E. 2003. Manajemen Operasi Edisi Ketiga. PT Grasindo. Jakarta.

Kusumadewi, S dan Hartati, S. 2006.

Integrasi Sistem Fuzzy dan Jaringan Syaraf. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Makridakis, S. 2005. Metode dan Aplikasi Peramalan. Binarupa Aksara. Jakarta.

Mulyana, S. 2008. Teknik Peramalan Tingkat Penjualan Dengan Jaringan Syaraf Tiruan. Seminar Nasional Informatika 2008 (semnasIF 2008). UPN “Veteran”

Yogyakarta, 24 Mei 2008. ISSN : 1979- 2328.

Pakaja, F, Agus N. dan Purwanto. 2012.

Peramalan Penjualan Mobil

Menggunakan Jaringan Syaraf Tiruan

dan Certainty Factor. Jurnal EECCIS

Vol. 6, No. 1, Juni 2012.

(10)

9 Prabowo, Y., Achmad, H. dan Ajub, A. Z.

2012. Kompresi Citra Digital Aras- Keabuan Menggunakan Metode Hadamard. TRANSIENT, Vol.1, No.4, Desember 2012, ISSN: 2302-9927.

Raharja, A. Wiwik, A. dan Retno, A. V. 2010.

Penerapan Metode Exponential Smoothing untuk Peramalan Penggunaan Waktu Telepon Di PT.

Telkomsel Divre3 Surabaya. SISFO- Jurnal Sistem Informasi. 2337-439X Oktober 2010. Vol. 1 No.4.

Saefulloh, D. 2011. Perencanaan Pengembangan Gardu Induk Untuk 10 Tahun Ke Depan. Makalah Seminar Tugas Akhir. Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas Diponegoro.

Siang, J. J. 2005. Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemrogramannya Menggunakan Matlab. Andi Offset. Yogyakarta.

Soedjianto, F. Tanti, O. dan James, A. A. 2006.

Perancangan dan Pembuatan Sistem

Perencanaan Produksi (Studi Kasus

Pada PT. Vonita Garment). Seminar

Nasional Aplikasi Teknologi Informasi

2006 (SNATI 2006) Yogyakarta, 17 Juni

2006. ISSN: 1907-5022.

Gambar

Diagram alir algoritma Backpropagation seperti  pada Gambar 1.  Mulai Data  Training Inisialisasi Bobot Setting Input Propagasi Maju
Gambar 2. Model Jaringan Syaraf Tiruan 3-10-1  Peramalan  Permintaan  Menggunakan
Tabel  4.  Hasil  Perbandingan  Metode  Jaringan  Syaraf  Tiruan,  Time  Series  dan  Data  Aktual  Periode April – Juni 2014

Referensi

Dokumen terkait

Kejaksaan Republik Indonesia, lembaga negara yang mempunyai fungsi untuk menjamin tegaknya hukum, menyelamatkan kekayan negara, menjaga kewibawaan pemerintah, dan

Elektrod bumi – batang(rod) logam, plat logam dan sistem paip logam dalam tanah atau sebarang benda berpengalir bagi memperoleh sambungan bumi yang

Syukur alhamdulillah penulis haturkan kehadiran Allah Subhanahuwata’ala yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

Jika agama akan diiukut-sertakan dalam arena politik, maka agama harus dilihat sebagai sesuatu yang rational dalam arti bahwa setiap keyakinan keagamaan yang akan diangkat

Dengan berbagai perbandingan tersebut dapat disimpulkan bahwa makanan utama ikan toman adalah ikan-ikan kecil, sedangkan yang lainnya adalah sebagai makanan tambahan..

Untuk dapat melihat perbedaan nilai Perputaran Piutang terhadap Perputaran Modal Kerja pada PT Recsalog Geoprima pada tahun 2006 sampai dengan tahun 2008, maka

lnduksi Keselamatan dan Kesehatan Kerja harus diberikan pada karyawan dan tamu. lnduksi harus dilakukan di ruangan khusus. Bahanlmateri induksi harus tersedia dalam jumlah yang

12 Sehingga hal tersebut tidak sejalan dengan kenyataan di gedung ini untuk pemantauan dalam tanggap darurat bencana sudah dilakukan namun untuk khusus bencana gempa