• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penggunaan Ucapan Salam (Aisatsu Go) dalam Bahasa Jepang dan Bali.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penggunaan Ucapan Salam (Aisatsu Go) dalam Bahasa Jepang dan Bali."

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

LAPORAN AKHIR PENELITIAN DOSEN MUDA

DANA PNBP TA 2015

PENGGUNAAN UCAPAN SALAM (

AISATSU GO

)

DALAM BAHASA JEPANG DAN BALI

TIM PENELITI

1. Ni Made Andry Anita Dewi,S.S.,M.Hum. (0024108003) 2. Ketut Widya Purnawati, S.S.,M.Hum.(001 6027801)

Dibiayai oleh

DIPA PNBP Universitas Udayana

sesuai dengan Surat Perjanjian Penugasan Pelaksanaan Penelitian Nomor:026/UN14.1.1/PNL.01.03.00/2015, tanggal 21 April 2015

PROGRAM STUDI SASTRA JEPANG FAKULTAS SASTRA DAN BUDAYA

UNIVERSITAS UDAYANA

(2)
(3)

RINGKASAN

Ucapan salam merupakan ungkapan dasar dalam hubungan antara manusia untuk menjaga hubungan baik dengan relasi ataupun kerabat. Dalam bahasa Jepang dan Bali terdapat banyak ungkapan yang dipresentasikan sebagai ucapan salam dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya sendiri.

Penelitian ini bertujuan untuk memerikan, mengidentifikasikan dan menganalisis bentuk, fungsi dan makna ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali dengan menggunakan teori fungsi bahasa. Data-data yang dianalisis pada penelitian ini bersumber pada novel bahasa Jepang yang berjudul Beautiful Life karya Eriko Kitagawa dan cerpen berbahasa Bali yang berjudul Gede Ombak Gede Angin karya Made Suarsa.

(4)

PRAKATA

Penelitian mengenai ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali hingga kurun waktu belakangan ini masih sedikit ditemukan. Perbedaan budaya antara Jepang dan Bali menyebabkan beragamnya kategori ucapan salam yang dilakukan oleh pemakai kedua masyarakat tersebut. Hasil dari penelitian ucapan salam ini nantinya diharapkan mampu memberikan pengetahuan baru kepada masyarakat yang memiliki ketertarikan terhadap kedua bahasa ini.

Peneliti mengucapkan terima kasih atas bantuan dari dana DIPA PNBP Universitas Udayana sehingga penelitian ini dapat dilaksanakan dengan maksimal. Penelitian ini masih jauh dari sempurna. Namun, peneliti berharap hasil penelitian ini bermanfaat bagi pembelajar bahasa asing khususnya bahasa Jepang maupun masyarakat kedua pemakai bahasa tersebut.

Denpasar, 11 November 2015 Peneliti,

(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN SAMPUL……….……..i

HALAMAN PENGESAHAN……….……ii

RINGKASAN………....………...iii

PRAKATA……….…….iv

DAFTAR ISI ……….……..v

BAB I PENDAHULUAN………...1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA………...3

BAB III TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN.……….…..6

BAB IVMETODE PENELITIAN……….…..7

3.1Metode dan Teknik Penyediaan Data...7

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data...8

3.3Metode dan Teknik Penyajian Hasil Analisis Data...8

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………..10

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN………..35 DAFTAR PUSTAKA

(6)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ucapan salam merupakan dasar utama di negara manapun yang digunakan untuk menjaga hubungan sosial masyarakatnya. Interaksi yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari akan terwujud secara maksimal jika disertai dengan tindakan yang didasarkan pada kesepakatan norma-norma sosial dalam masyarakatnya.

Ucapan salam merupakan salah satu dasar perekat dalam hubungan antara manusia untuk menjaga hubungan baik dengan relasi ataupun kerabat. Dalam bahasa Jepang dan Bali terdapat berbagai macam variasi ungkapan yang dipresentasikan sebagai ucapan salam dalam kehidupan sehari-hari masyarakatnya sendiri.

Dalam masyarakat Jepang sendiri, ucapan salam yang lazim digunakan oleh penuturnya cukup bervariasi, diantaranya: ucapan salam yang berkaitan dengan waktu, ucapan salam saat pertemuan dan perpisahan, ucapan salam saat menyampaikan rasa terima kasih dan permohonan maaf, serta ucapan salam saat masuk dan keluar rumah. Orang Jepang lazim mengucapkan tadaima „saya pulang‟ sebagai bentuk ucapan salam saat masuk rumah

(pulang ke rumah). Orang yang ada di rumah saat itu akan membalas ucapan salam si penutur dengan o-kaerinasai„selamat datang/selamat kembali ke rumah‟.

Pada masyarakat Bali sendiri, beberapa tahun belakangan ini merupakan hal yang sangat lazim untuk mengucapkan salam om swastiastu „semoga ada dalam keadaan baik atas

karunia Ida Sang Hyang Widhi‟ ketika kembali pulang ke rumah sendiri atau saat berkunjung

(7)

bahasa Jepang, lawan tutur membalas ucapan salam tersebut dengan bentuk om swastiasu

pula.

Bervariasinya bentuk ucapan salam yang terdapat dalam bahasa Jepang dan Bali, tentunya berpengaruh pada fungsi serta makna yang terkandung di dalam ucapan tersebut. Makna yang terkandung pada masing-masing bentuk ucapan salam tersebut terbentuk karena adanya pengaruh sistem masyarakat, budaya, serta kebiasaan pada masing-masing wilayah. Berdasarkan atas bervariasinya ucapan salam yang terdapat pada bahasa Jepang dan Bali baik dari segi kelas kata seperti ucapan salam yang terbentuk dari kata benda, kata kerja, maupun kata sifat, maka penelitian ini sangat menarik untuk dilakukan.

Penelitian ini bertujuan untuk memerikan, mengidentifikasikan dan menganalisis bentuk dan fungsi ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali dengan menggunakan teori fungsi dan makna bahasa. Data-data yang dianalisis pada penelitian ini bersumber pada novel bahasa Jepang yang berjudul Beautiful Life karya Eriko Kitagawa dan cerpen berbahasa Bali yang berjudul Gede Ombak Gede Angin karya Made Suarsa. Penelitian ini juga diharapkan dapat memperkaya penelitian di bidang kebahasaan khususnya sosiolinguistik.

1.2 Rumusan Masalah

(8)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tinjauan Pustaka

Kajian yang berkaitan mengenai ucapan salam telah dilakukan oleh beberapa peneliti. Akan tetapi, pada penelitian ini, peneliti hanya menelaah tiga penelitian yang relevan dengan kajian ini.

Salah satu diantaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Huang Limei dan Nobuyoshi Kawamoto (1997) dalam jurnal Nihon Taiiku Daigaku Volume 26 Nomor 2 dengan judul Comparative Study on the Difference between Chinese and Japanese Greetings-In View of the Education of Japanese Language in the People‟s Republic of China. Dalam penelitian ini dikaji mengenai ungkapan salam yang digunakan dalam dua negara berbeda yaitu Jepang dan Cina. Cina sebagai negara yang sangat menjaga tata karma dalam masyarakatnya memfungsikan ungkapan salam secara maksimal untuk mendekatkan hubungan antara individu dalam masyarakat. Di Cina, dari tingkat sekolah dasar hingga saat menjadi anggota masyarakat, pembelajaran mengenai tata karma secara konsisten diajarkan. Slogan atau moto yang dianut dalam pembelajaran tata karma di Cina yaitu gihyoubi

(berpakaian yang layak), gengobi (dalam kehidupan sehari-hari, harus menggunakan ungkapan salam yang santun), dan kokororeibi (mengucapkan salam dengan tulus dan dari lubuk hati yang paling dalam).

(9)

Selanjutnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Simanjuntak (2005) dalam tesisinya yang judul “Basa-basi dalam Bahasa Batak Toba: Sebuah Kajian Bentuk, Fungsi dan Makna”. Penelitian tersebut diantaranya mengkaji tentang bentuk ungkapan basa basi untuk

menyapa, menanyakan arah/tujuan atau menawarkan untuk mampir. Basa-basi bahasa Batak berfungsi untuk (1) memperhalus dan menambah nilai kesopanan yang digunakan saat berjumpa, berpisah, mengucapkan terima kasih, menyelamatkan muka (meneteralisasi suasana saat ada kekakuan antara penutur dan mitra tutur), bersuka cita, berduka cita, menawarkan sesuatu, membuka percakapan, menutup percakapanan dan juga menolak permintaan.. Selain itu, basa-basi bahasa Batak juga berfungsi sebagai (2) bentuk kepedulian terhadap orang lain seperti saat orang berduka, bersuka cita berupa pujian.

Kedua penelitian diatas dianggap relevan dengan penelitian yang dilakukan ini, sehingga dapat dijadikan referensi.

2.2 Landasan Teori

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori fungsi bahasa sebagai landasan teori. Brown (1996:1) mengemukakan dua istilah untuk menggambarkan fungsi utama bahasa yaitu fungsi transaksional dan fungsi interaksional. Yang dimaksud dengan fungsi transaksional adalah fungsi bahasa yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi secara efektif, sedangkan fungsi bahasa interaksional merupakan fungsi bahasa yang digunakan penutur untuk mengungkapkan hubungan-hubungan sosial dan sikap pribadi.

(10)
(11)

BAB III

TUJUAN DAN MANFAAT PENELITIAN

1.1Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan sebagai berikut. 2.1.1Tujuan Umum

Adapun tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengembangkan teori sosiolinguistik yang berhubungan dengan penelitian bahasa yang terkait penutur bahasa tersebut, khususnya bahasa Jepang dna bahasa Bali.

2.1.2Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Menjelaskan bentuk dan fungsi ucapan salam bahasa Jepang. (2) Menjelaskan bentuk dan fungsi ucapan salam bahasa Bali. 1.2Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah sebagai berikut. 2.2.1Manfaat Teoritis

Untuk mengembangkan teori-teori kebahasaan khususnya teori yang dikemukakan oleh Leech mengenai fungsi bahasa dalam mengungkapkan salam dalam bahasa Jepang dan Bali. 2.2.2Manfaat Praktis

(12)

BAB IV

METODE PENELITIAN

Penelitian mengenai penggunaan ucapan salam dalam bahasa Jepang dan Bali ini mengambil data dari novel berbahasa Jepang yang berjudul Beautiful Life karya Eriko Kitagawa dan cerpen berbahasa Bali yang berjudul Gede Ombak Gede Angin karya Made Suarsa. Kedua novel tersebut dipilih karena korpus penelitian mengenai ucapan salam banyak terdapat didalamnya.

Dalam penelitian ini digunakan pendekatan kualitatif. Djadjasudarma (1993:10), mengemukakan bahwa penelitian kualitatif merupakan penelitian yang dapat menghasilkan data deskriptif yang berupa data lisan maupun tertulis di dalam masyarakat bahasa itu sendiri. Dalam penelitian ini digunakan tiga tahapan penelitian yaitu tahap penyediaan data, tahap analisis data serta tahap penyajian hasil analisis data.

3.1Metode dan Teknik Penyediaan Data

Dalam tahap penyediaan data, peneliti menggunakan beberapa metode penelitian, yaitu: metode pustaka, metode simak dan metode cakap (wawancara).

Metode pustaka yang dilakukan dalam penelitian ini yaitu dengan mengklasifikasikan data-data yang berkaitan dengan ucapan salam berbahasa Jepang dan Bali melalui novel berbahasa Jepang yaitu Beautiful Life dan novel berbahasa Bali yaitu Gede Ombak Gede Angin. Data-data tersebut diklasifikasikan dengan teknik catat.

(13)

tinggal di Bali. Sebagai lanjutannya, teknik simak bebas libat cakap ini dibantu dengan teknik catat dan teknik rekam (Mahsun, 2005:242-243).

Selain itu, peneliti juga menggunakan metode cakap (wawancara) untuk mendapatkan data yang lebih akurat. Metode cakap (wawancara) ini didukung dengan teknik cakap semuka dan teknik cakap tansemuka. Artinya, penulis akan mengadakan wawancara terhadap beberapa informan yang memenuhi kriteria secara langsung ataupun tidak langsung. Secara langsung, artinya: peneliti mengadakan wawancara secara tatap muka, sedangkan secara tidak langsung akan dilakukan melalui telepon atau media lainnya (Mahsun,2005:250-251).

Informan yang dipilih dalam penelitian ini dengan beberapa kriteria (1) pendidikan minimal sekolah menengah atas; (2) berusia 20 tahun sampai 70 tahun; (3) pekerjaan terdiri atas pensiunan dosen, guru sekolah menengah pertama, karyawati, karyawan, penerjemah, ibu rumah tangga; (4) menguasai bahasa Jepang dengan baik; (5) lahir dan tinggal di tempat kelahirannya dalam jangka waktu lama; (6) sehat jasmani dan rohani.

3.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode padan intralingual dan metode padan ekstralingual. Yang dimaksud dengan metode pada intralingual adalah metode yang mengacu pada unsur-unsur dalam bahasa tertentu, sedangkan metode pada ektralingual adalah metode yang mengacu pada konteks diluar bahasa seperti gender, usia, kelas sosial, hubungan kedekatan, posisi dan lain sebagainya (Mahsun, 2005:259-260).

Data yang telah diklasifikasikan sesuai dengan rumusan permasalahan serta tujuan pada penelitian ini, selanjutnya dianalisis dengan menguraikan atau mengidentifikasi data-data yang diperoleh untuk mendapatkan jawaban dari rumusan masalah.

(14)
(15)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Ucapan Salam dalam Bahasa Jepang

Dalam bahasa Jepang, ucapan salam dapat dibedakan dalam beberapa kategori sebagai berikut:

1. Ucapan salam berkaitan dengan waktu

2. Ucapan salam berkaitan dengan pertemuan dan perpisahan 3. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan permintaan maaf 4. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan terima kasih 5. Ucapan salam berkaitan dengan penerimaan barang 6. Ucapan salam saat memasuki dan meninggalkan rumah 7. Ucapan salam sebelum dan setelah makan

8. Ucapan salam saat berkaitan dengan permintaan

9. Ucapan salam untuk menyatakan selesai mengerjakan sesuatu 10. Ucapan salam untuk menyatakan selamat atas sesuatu hal 11. Ucapan salam sebelum tidur

1. Ucapan salam berkaitan dengan waktu

(16)

Data 1

“Konnichi wa”, gogo ichiban no kyaku wa Miyama datta.

“…Konnichiwa”

“ Doumo”,Miyama wa karite ita “Gankutsuo” wo henkyaku suru.

“Iie”, Kyouko wa kauntaa no oku ni hon wo okiniiku. Miyami wa sono senaka ni ichirei shite katte itta.

(Byuutifururaifu, 2000:71) Terjemahan:

“Selamat siang”, pada sore hari, tamu yang pertama datang adalah Miyama. “Selamat siang”

“Makasih”, Miyama mengembalikan buku “Gankutsuo” yang telah dipinjamnya.

“Sama-sama”, Kyouko tengah kesulitan meletakkan buku di balik rak. Miyama membungkuk kepada Kyouko lalu bergegas pergi.

Analisis:

Ucapan salam konnichiwa yang diucapkan oleh penutur di atas merupakan ucapan salam dalam BJ yang diucapkan pada antara waktu sebelum siang hingga sore hari, yaitu sekitar pukul sebelas siang sampai pukul 6 malam. Waktu sore hari yakni waktu antara matahari mulai terbenam sampai malam datang.

Data 2

Shuuji ga monku wo itta toki, tenchou ga haitte kita. “Ohayou gozaimasu!”

Ee, kyou wa, minna ni ii shirase ga aru. Raigetsu, Azabu no raibu hausu wo karite, raibu wo yamerou to omoun da”

(17)

Terjemahan:

Pada saat Shuuji mengeluh, tiba-tiba pemilik toko datang. “Selamat pagi! Hari ini ada pengumuman yang bagus untuk kalian semua. Bulan depan, saya akan meminjam ruang live house Azabu, dan bermaksud menutup live yang kita pakai saat ini”.

Analisis:

Ucapan salam ohayou gozaimasu yang diucapkan oleh penutur di atas merupakan ucapan salam dalam BJ yang diucapkan pada pagi hari hingga tengah hari sekitar pukul sebelas siang. Ucapan salam ini kadangkala diucapkan pada siang hari hingga sore hari, apabila penutur baru bertemu dengan lawan tutur pertama pada hari itu. Ucapan salam ohayou gozaimasu

dapat divariasikan menjadi bentuk ohha, dan ohayou. Ucapan ohha pada umumnya diucapkan oleh penutur golongan usia muda terhadap lawan tutur yang seusia dan memiliki hubungan kedekatan, sedangkan ucapan salam ohayou merupakan bentuk nonformal dari ohayou gozaimasu. Bentuk ohayou dapat digunakan oleh penutur dari berbagai kalangan usia namun biasanya diucapkan terhadap lawan tutur yang memiliki hubungan yang dekat.

Pada data di atas, pemilik toko menggunakan ucapan salam ohayou gozaimasu terhadap para karyawannya karena tengah berada dalam lingkungan kerja yang terkesan sedikit formal.

2. Ucapan salam berkaitan dengan pertemuan dan perpisahan

Dalam masyarakat Jepang, ucapan salam yang berkaitan dengan pertemuan dan perpisahan sudah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari interaksi masyarakat mereka sehari-hari.

Data 3

杏子

次 日 杏子 ン ー 本 い 美山 現

巌窟王

読破? 面白 いわ 海 底 万 里 私

(18)

い 日 う 杏子 会い い 人 連

Tsugi no hi, Kyouko ga kauntaa de hon wo chekku wo shite iru to, Miyama ga arawareta. “‟Gankutsuou‟ dokuha? Dattara, kore omoshiroi wa yo. „Kaitei Nimanri‟. Watashi no dakedo, kashichau”.

Kyouko wa, bunkohon wo sashidashimashita. Miyama ga kitara, kashite ageyou to mottekiteita no da.

Iya, kyou wa sou janakute. Kyouko san ni aitai tte hito, tsurete kimashita” “E, dare?]

Miyama ni tsurerarete nakaniwa ni dete iku to, inu wo nadete iru kurumaisu no dansei no ushiro sugata ga me ni haita.

“Konnichiwa”, sawayaka na egao ga furimuku. “Tetsu chan? Yada, oshite oshite”

Kyouko ni sekasare, Miyama wa dadada to kuruma isu woo shite hashite iku. “Hisashiburi!”

“Genki sou da ne!”

“Genki yoo. Tetsu chan wa? Ima demo basuketo ka yatteru no?”

“Iya, shigoto isogashikute” (Byuutifururaifu, 2000:150)

Terjemahan: “Halo, Kyouko!”

Pada hari berikutnya, Miyama muncul saat Kyouko memeriksa buku-buku di rak.

“Sudah selesai membaca „Gankutsuou‟? Kalau sudah, ini juga menarik, lho. „Kaitei Nimanri‟. Tapi ini punyaku. Aku pinjamkan”. Kyouko mengeluarkan buku dari sampulnya dan bermaksud meminjamkan kepada Miyama saat datang nanti.

“Enggak. Hari ini aku tidak pinjam buku. Aku datang mengantar orang yang katanya ingin bertemu dengan Kyouko.

“Eh, siapa?‟

Pandangan Kyouko tertuju pada sosok lelaki di kursi roda yang sedang membelai-belai anjing di belakang Miyama yang mengantarnya ke tengah taman.

“Halo!”sosok wajah segar tersenyum menoleh kearahnya.

“Tetsu?Ayo, dorong-dorong”, Miyama dengan terburu-buru mendorong kursi roda sambil berlari saat diminta oleh Kyouko.

“Lama tidak bertemu!”

(19)

“Ya, aku sehat. Tetsu, sampai sekarang kamu masih main basket?” “Enggak. Karena sibuk dengan pekerjaan”

Analisis:

Seperti pada data 1 di atas, ucapan salam konnichiwa pada data 3 juga digunakan sebagai ucapan salam saat bertemu dengan seseorang tanpa memperhatikan waktu (pagi, siang, sore maupun malam). Salam konnichiwa ini digunakan oleh berbagai penutur di semua usia. Namun, salam ini tidak dapat digunakan untuk menggantikan bahasa ragam hormat.

Ucapan salam hisashiburi atau o-hisashiburi, digunakan oleh penutur untuk menyampaikan perasaan lama tidak bertemu dengan lawan tutur. Dalam bahasa Indonesia, salam ini bisa dipadankan dengan „lama tidak berjumpa‟. Oleh karena itu, ungkapan ini tidak

digunakan oleh pembicara yang seringkali bertemu. Bentuk hormat hisashiburi adalah o-hisashiburi.

3. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan permintaan maaf

Ucapan salam yang berkaitan dengan ungkapan permintaan maaf dalam bahasa Jepang sangat beragam. Dalam bahasa Jepang mengenal tingkat kesopanan berbahasa yang dikenal dengan keigo. Oleh karena adanya tingkatan bahasa tersebut menyebabkan munculnya bentuk-bentuk ucapan salam yang berkaitan dengan permintaan maaf.

Data 4

申 訳 あ 出禁 図 書館 内 閲覧

ー 本 ー ー 読 い 杏子 得意 う 終 見

ー機械あ ?

あ 並 い あ 言わ 方 振 向 長蛇

例 ュー

“Moushiwake arimasenga, kore wa kashidashi kinshi to natte orimasu. Toshokan naka de no

etsuran nomi desu”. Kaado to hon no baakoodo wo yomitotte ita Kyouko wa tokui sou ni Shuuji wo miageta.

(20)

“Achira ni narande kudasai”, achira, to iwareta kata wo furimuku to, chouda no rei datta.

(Byuutifururaifu, 2000:7) Terjemahan:

“Mohon maaf, buku ini tidak boleh dipinjamkan. Namun hanya untuk dibaca dalam perpustakaan saja”, Kyouko mengambil kartu dan barcode buku sambil memandang kea rah Shuuji dengan angkuh.

“Kalau begitu, ada mesin fotokopi?”

“Silakan antre di sana”, arah yang dikatakan „disana‟, ketika dilihat adalah antrean yang sangat panjang.

Analisis:

Ucapan salam moushiwake arimasenga, merupakan salah satu permintaan maaf yang sering digunakan penutur bahasa Jepang. Namun, ucapan salam ini biasanya digunakan oleh penutur yang memiliki hubungan yang tidak dengan dengan lawan tutur. Bentuk ucapan salam moushiwake arimasen diucapkan ketika penutur melakukan kesalahan yang cukup besar terhadap lawan bicara. Selain untuk menyatakan kesalahan yang serius, ucapan salam ini juga digunakan oleh penutur yang berkerja di bidang pelayanan jasa, misalnya perhotelan, pariwisata, instansi pemerintah dan lain sebagainya.

4. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan terima kasih

Ucapan salam yang berkaitan dengan ungkapan terima kasih Data 5

“Ne”, Kyouko wa zasshi to kaado no baakoodo wo yomitorinagara iu. “Un?”

“Anata, sou iu toko naoshita hou ga ii yo. Hito no seii, warau you na toko”

“Sou?....Suimasen. Sankyu!”, Shuuji wa sunao ni hansei shite hito koto ayamaru to, hon wo uketotte deguchi ni mukatta.

(21)

Terjemahan:

“Hei”, Kyouko berkata sambil membaca barcode kartu dan majalah. “Ya”

“Kamu, sebaiknya memperbaiki hal itu. Ketulusan seseorang, hal-hal yang kamu tertawakan” “Oh? Maaf, thank you!”, setelah menerima buku dan mengucapkan maaf serta terima kasih, Shuuji melangkah menuju pintu keluar.

Analisis:

Penggunaan ucapan salam terima kasih dalam bahasa Jepang cukup bervariasi, diantaranya

arigatou, arigatou gozaimasu, sumimasen, suimasen, sankyu. Diantara ucapan salam terima kasih tersebut, arigatou gozaimasu merupakan ucapan salam yang paling sopan, sedangkan ucapan salam arigatou merupakan bentuk nonformal dari arigatou gozaimasu. Bentuk ucapan salam sumimasen dan suimasen merupakan ucapan salam yang memiliki dua makna yaitu ucapan terima kasih yang terkandung didalamnya juga permintaan maaf atas kerepotan yang telah dialami oleh lawan tutur.

5. Ucapan salam berkaitan dengan penerimaan barang Data 6

Ishi wa rentogen shashin ni utsutta kage wo sasasu.

Boku no kuchi kara ikinari de wa shokku ga ookii to omottande…tada, imouto san wa rentogen wo totta dankai de, moshikashitara nani ka kizuite iru kamoshiremasen…”

“…Waza waza, arigatou gozaimasu”

Masao wa fukafuka to atama wo sage, ashi wo hikizuru you ni shinsatsu shitsu wo dete itta.

(Byuutifururaifu, 2000:267) Terjemahan:

Dokter menunjuk hasil rontgen.

“Jika dilihat dari hasil rontgen, saya kira adik Anda mengalami guncangan yang cukup besar, dan barangkali ada juga luka”

(22)

Masao menundukkan kepala dalam-dalam, lalu menyeret kakinya keluar dari ruang pemeriksaan.

Analisis:

Ucapan salam berkaitan dengan penerimaan suatu barang ataupun suatu kebaikan dari seseorang pada umumnya sama seperti mengungkapkan rasa terima kasih atas bantuan yang diterima yaitu arigatou gozaimasu. Namun, perbedaannya adalah biasanya diikuti dengan kata bantu waza waza yang memiliki makna bahwa lawan bicara melakukan sesuatu hal bukan sekenanya saja melainkan khusus melakukannya dengan sengaja bagi penutur.

6. Ucapan salam saat memasuki dan meninggalkan rumah

Data 7

夫 声 荒 店先 聞い い 久 仁 子 い 車

音 近 い い物 行 い 義雄 杏子 帰 来

あ あ あ … 夫 帰 来 杏子 父 帰 来

久仁子 店先 声

い ー 杏子 入 来

帰 ュー

Masao ga koe wo arageta no wo mise saki de kiite ita Kuniko wa hara hara shite ita. Soko ni, kuruma no oto ga chikazuite kuru. Kaimono ni itte ita Yoshio to Kyouko ga kaette kita noda. “Ara ara ara…Masao, kaette kita yo. Kyouko, otouchan to kaette kita kara”.

Kuniko ga mise saki kara koe wo kakeru. Tadaima”, Kyouko ga haitte kita.

Okaeri

(Byuutifururaifu, 2000:297) Terjemahan:

Kuniko yang mendengar suara Masao yang keras di depan toko, terlihat gelisah. Saat itu, terdengar suara mobil datang mendekat. Yoshio dan Kyouko datang dari berbelanja.

“Lho, lho, lho…Masao, Kyouko sudah pulang dengan ayahmu”, Kuniko berteriak dari depan toko.

(23)

Analisis:

Dalam masyarakat Jepang, ucapan salam yang digunakan penutur ketika datang kembali ke rumah adalah tadaima. Tadaima dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan „saya

sudah datang (kembali ke rumah)‟.

Sebagai balasan, seseorang yang sedang berada di rumah, akan menyambut kedatangan penutur dengan ucapan salam okaerinasai/okaeri. Okaerinasai/okaeri dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan „selamat datang kembali (ke rumah)‟, sebagai salam balasan untuk

menyambut seorang yang kembali ke tempat tinggalnya. Okaerinasai/Okaeri merupakan ucapan salam yang digunakan penutur yang berada di dalam rumah saat menyambut kedatangan seseorang yang kembali pulang ke rumah.

Ucapan salam okaerinasai/okaeri pada umumnya diucapkan antar sesama keluarga yang tinggal dalam satu rumah, maupun seseorang yang tidak hubungan darah namun memilliki hubungan keakraban yang dekat dan tinggal bersama dalam suatu tempat. Hubungan antar keluarga misalnya ayah, ibu, anak, sedangkan hubungan diluar itu misalnya seseroang yang tinggal bersama teman-temannya dalam satu apartemen dan lain sebagainya.

(24)

Data 8

う 夫 ー 菓子 持 杏子 部屋 入

邪魔 あ ー ?いい ? 目 輝

ュー

“Kore douzo”, Masao ga biiru to sunakku okashi wo motte, Kyouko no heya ni haitte kita. Ojama shimasu. A, biiru? Iin desu ka?”, Sachi wa me wo kagayakaseru.

(Byuutifururaifu, 2000:48) Terjemahan:

“Silakan, ini”, Masao masuk ke kamar Kyouko membawa makanan ringan dan bir.

Aku masuk (maaf mengganggu). Wah, ada bir. Aku boleh minta juga?”, Mata Sachi berbinar-binar.

Analisis:

Dalam bahasa Jepang, salah satu ucapan salam yang digunakan saat memasuki rumah atau ruangan orang lain adalah ojamashimasu. Ungkapan salam ini berfungsi untuk menyatakan perasaan penutur bahwa kunjungan atau kedatangan yang dilakukan olehnya merupakan „gangguan‟ bagi tuan rumah (rumah atau ruangan orang yang dikunjungi). Ucapan salam

ojamashimasu pada umumnya diucapkan saat penutur melihat lawan tutur melakukan sesuatu hal saat mengadakan kunjungan. Oleh karena itu, ojamashimasu merupakan ucapan salam yang diucapkan saat kemungkinan kedatangan atau kunjungannya akan mengganggu aktivitas lawan tutur.

Pada data di atas diceritakan bahwa Masao dan Sachi datang ke kamar Kyouko untuk mengantarkan makanan ringan sambil berbincang-bincang. Masao merupakan kakak laki-laki Kyouko, sedangkan Sachi adalah teman karib Kyouko. Meskipun Masao maupun Sachi adalah orang-orang terdekat Kyouko, namun saat mereka hendak masuk ke dalam kamar Kyouko, mereka tetap mengucapkan ojamashimasu. Hal ini dikarenakan, sebagaimanapun dekatnya hubungan penutur dengan seseorang, saat hendak memasuki kamarnya yang merupakan area privasi seseorang, maka sewajarnya untuk mengucapkan salam

(25)

Ungkapan salam yang digunakan saat memasuki rumah atau ruangan yaitu ojamashimasu, sedangkan ucapan salam yang digunakan saat meninggalkan rumah atau ruang tersebut adalah

ojama shimashita.

“Konnichi wa”, gogo ichiban no kyaku wa Miyama datta. “…Konnichiwa”

“ Doumo”,Miyama wa karite ita “Gankutsuo” wo henkyaku suru.

“Iie”, Kyouko wa kauntaa no oku ni hon wo okiniiku. Miyami wa sono senaka ni ichirei shite katte itta.

Kyouko wa Miyama ga kaette itta kehai wo sai shite, kauntaa ni modoru. “Nani ka hanashite yanna yo”, tonari no kauntaa ni ita Sachi ga Kyouko ni iu. “Nani wo?”

“Nani ka yo. Kawaisou jan. Sekkaku kita no ni. Tatoeba, „Gankutsuo‟ ga yomiowattara, „Shoukoujo‟ ga arimasu yo toa…”

“Sekai Shonen Shojo Bungaku Zenshuu, dokuha?”, Kyouko ga datsuryoku shite iikaeshita. “Ano! Kore, Amerika nishi kaigan ni shuukan no tabi”

Kyuu ni Miyama ga hashitte modotte kite kauntaa no ue ni ryokou no chira shi wo oku.

“A,iya ano, futari de toka sou iu koto janakute, ima, bokutachi borantea de tsuaa keikaku shite imashite. Kangaete mite kudasai. “Shitsurei shimasu”, Miyama wa mata reigi

tadashiku ojigi wo shite, kaette itta.

(26)

Terjemahan:

“Selamat siang”, pada sore hari, tamu yang pertama datang adalah Miyama. “Selamat siang”

“Makasih”, Miyama mengembalikan buku “Gankutsuo” yang telah dipinjamnya.

“Sama-sama”, Kyouko tengah kesulitan meletakkan buku di balik rak. Miyama membungkuk kepada Kyouko lalu bergegas pergi.

Saat Kyouko merasa Miyama telah pergi, ia lalu bergegas kembali ke mejanya.

“Seharusnya kamu berbicara sesuatu tadi”, Sachi yang berada di sebelah meja Kyouko berkata.

“Bicara apa?”

“Bicara apa saja. Kasihan dia. Padahal dia sengaja datang ke sini. Misalnya, kamu bisa mengatakan „kalau sudah selesai membaca gankutsuo, ada novel shoukoujolho…”

“Kamu sudah selesai membaca kumpulan sastra sekai shounen shoujo?”, Kyou balik bertanya kepada Sachi seperti tanpa tenaga.

“Eh! Ini, perjalanan dua minggu ke pantai selatan Amerika”, tiba-tiba Miyama datang kembali sambil berlari, meletakkan pamflet tur di atas meja.

“Ah, bukan bermaksud untuk menawarkan perjalanan berdua, tetapi saat ini sebagai volunter, aku sedang merencanakan tur perjalanan. Tolong coba dipikirkan. Aku permisi”, Miyama membungkukkan badan dengan sopan lalu pergi.

ュー

Analisis:

Ucapan salam shitsurei shimasu dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan „mohon maaf

atas ketidaksopanan (saya)‟. Salam ini dapat digunakan dalam banyak situasi misalnya seperti

saat berkunjung atau memasuki rumah atau ruangan seseorang. Salam ini fungsinya lebih luas daripada ojamashimasu maupun gomenkudasai, dan dapat dipergunakan dalam berbagai situasi.

(27)

shitsurei shimasu tersebut disertai dengan sikap membungkuk yang merupakan bentuk hormat

Kaijou no chika de, omoikiri hosoi kaidan wo orite ikanakereba hairenai. “Chotto mattete”, Sachi wa dare ka ni tetsudatte moraou to, orite itta.

Hitori de bonnyari to matte iru to, moodo kei no onna no ko ni “Suimasen” to iwarete, Kyouko wa kurumaisu wo chotto waki ni yokeru.

Irasshai”, Takumi ga egao de agate kita.

Takumi to futari no wakai otoko no kodomotachi ga kurumaisu wo mochiage, kaidan woo rite iku. Saat Kyouko termenung seorang diri menunggu seseorang datang, tiba-tiba seorang pegawai majalah mode menyapanya “permisi”. Kyouko lantas meminggirkan kursi rodanya.

“Selamat datang”, Takumi menaiki tangga menuju ke arahnya dengan wajah tersenyum. Takumi dengan dua orang laki-laki muda itu mengangkat kursi roda itu, lalu menuruni anak tangga.

Analisis:

Ucapan salam irasshai berfungsi sebagai ucapan untuk menyambut kedatangan seseorang. Bentuk ucapan salam yang biasanya digunakan untuk menyambut kedatangan seseorang yaitu

irasshai dan irasshaimase. Kedua salam ini memiliki fungsi yang sama, namun pemakaiannya sedikit berbeda.

(28)

datang di tempat kami‟, dan juga „terima kasih atas kunjungannya ke toko/tempat usaha

kami‟. Kedua salam tersebut pada umumnya digunakan oleh pemilik atau pegawai sebuah

toko atau tempat usaha untuk menyambut kedatangan pelanggan atau pembeli. Ada sebagian toko atau tempat usaha lebih memilih ucapan salam irasshai dibandingkan irasshaimase. Hal ini dikarenakan, pengucapan salam irasshai dianggap lebih tegas dan mudah diucapkan, meskipun ucapan salam irasshaimase terdengar lebih sopan dan elegan.

Pada data di atas, diceritakan bahwa Kyouko bermaksud menghadiri pembukaan sebuah salon milik temannya. Sesampainya di dekat lokasi, Kyouko disambut oleh temannya yang akan mengadakan acara pembukaan tersebut. Karena Kyouko merupakan salah seorang dari sekian banyak tamu, maka Takumi selaku tuan rumah, menyambutnya dengan memberikan ucapan salam irasshai.

Data 11

い….. 入 来

あ 日 休 あ 昨日 ….. あ あ ういうわ

いう顔

紹 俺 浪 人時代 同 生 … 何 変 中島 あ

う中島 い ュ ー

Gomenkudasai” Soko e Satsuki ga haitte kita.

“A, kyou, yasumi nan desukedo. A, ashita….” Takumi wa aa, soiu wake ne, to iu kao wo suru. “Shoukai suru yo. Ore no rounin jidai no doukyuusei…tte nanka hen da na. Nakajima Satsuki san. Aa, mou Nakajima ja nai no ka” (Byuutifururaifu, 2000:206)

Terjemahan:

“Permisi”, saat itu, Satsuki masuk ke dalam ruangan.

“Eh, hari ini kami libur. Besok….”, Takumi memperlihatkan raut wajah yang seolah-olah mengatakan „ah, karena alasan itu Shuuji masih berada di salon‟.

(29)

Analisis:

Ucapan salam gomenkudasai sebenarnya dapat digunakan untuk beberapa situasi. Yang pertama, salam ini dapat digunakan sebagai pengganti ucapan salam yang berkaitan dengan waktu seperti ohayou gozaimasu „selamat pagi‟, konnichiwa „selamat siang‟, konbanwa

„selamat malam‟. Yang kedua, ucapan salam ini juga mengandung makna „mohon maaf saya

mendatangi rumah atau tempat Anda‟ dan digunakan saat mengunjungi rumah atau tempat

seseorang. Yang ketiga, ucapan salam ini digunakan juga saat meninggalkan rumah atau tempat seseorang sebagai ucapan perpisahan. Ucapan salam saat meninggalkan rumah atau tempat seseorang itu mengandung arti „saya minta maaf telah mengambil waktu Anda‟.

Pada data di atas diceritakan bahwa Satsuki yang merupakan mantan kekasih Shuuji berkunjung ke salon yang dikelola Shuji. Dalam waktu yang bersamaan, Takumi juga tiba-tiba datang ke salon tersebut untuk melatih kemampuan dirinya memotong rambut. Satsuki yang merupakan „orang luar‟, saat memasuki salon tersebut mengucapkan salam

gomenkudasai untuk menyatakan bahwa dirinya telah mengambil waktu Shuuji maupun Takumi di saat hari libur mereka yang diisi dengan pelatihan.

Data 12

え 終 ン ョン 帰 ン ン 真弓 待 い

ュー

“Okaeri” Shuuji ga manshon ni kaeru to, entoransu no tokoro de Mayumi ga matte ita.

(Byuutifururaifu, 2000:65) Terjemahan:

(30)

Analisis:

Ucapan salam untuk memasuki rumah ataupun meninggalkan rumah dalam bahasa Jepang, ada dua yaitu: tadaima dan itte kimasu. Kedua salam tersebut diucapkan oleh pembicara yang akan meninggalkan rumah dan saat kembali pulang ke rumah.

Dalam bahasa Jepang, ucapan salam yang digunakan oleh pembicara yang tinggal di suatu tempat (orang yang ditinggalkan oleh pembicara) adalah okaerinasai dan itte irasshai. Okaerinasai dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan „selamat kembali‟, sebagai salam untuk menyambut orang yng kembali ke tempat.

7. Ucapan salam setelah makan Data 13

“Gomen ne. Watashi, osake nonjatta kara…”

Machida saketen no kur uma ni norikonde iru Shuuji ni, Kyouko wa okutte ikenai koto wo ayamatta.Unten seki de wa Masao ga buzen to shite iru. Yoshio to Kuniko ni, Shuuji wo okutte iku you ni iwareta noda.

“Gochisousamadeshita”

Shuuji ga Kuniko tachi ni aisatsu suru to, Masao wa kuruma wo hasshin saseta.

(Byuutifururaifu, 2000:297) Terjemahan:

“Maaf ya. Gara-gara saya minum sake…”

Shuuji yang beranjak menaiki mobil milik toko sake Machida meminta maaf karena membuat Kyouko harus mengantarnya pulang ke rumah.

Di jok pengemudi, Masao memasang muka kesal. Ia seolah-olah disuruh Yoshio dan Kuniko untuk mengantarkan Shuuji pulang ke rumahnya.

“Terima kasih atas jamuannya”

(31)

Analisis:

Berbeda dengan ucapan salam yang digunakan di negara lain, di Jepang masyarakatnya menggunakan ucapan gochisousamadeshita untuk menyatakan rasa terima kasih atas hidangan atau makanan yang sudah disajikan atau dihidangkan untuk penutur. Ungkapan ini diucapkan untuk menunjukkan perasaan hormat terhadap orang yang telah bersusah payah untuk memasak makanan untuk si penutur.

8. Ucapan salam untuk menyatakan selesai mengerjakan sesuatu Data 14

疲 様 話聞 いい ? 編 集者 近 い

ン 終 外 写真 撮 い 言う

写 真 外 撮 い う ? 了 解 い

終 京子 伝え ュー

Otsukaresama desu. Chotto hanashi kikasete moratte ii desu ka?” hennshuusha ga chikazuite kita. Soshite kameraman ga Shuuji ni soto de shahin wo toranai ka to iu.

“Shashin, dekitara soto de toritain date. Dou suru? Mada ryoukai moratte nai desho”.

Shuuji wa Kyouko ni tsutaeta”. (Byuutifururaifu, 2000:25)

Terjemahan:

“Hari yang melelahkan, ya. Bisa saya bertanya?” Bapak Editor datang mendekat. Lantas, kameramen bertanya kepada Shuuji apakah bisa mengambil foto Kyouko di luar.

“Kalau bisa, saya ingin memotretnya di luar. Bagaimana? Belum mendapat persetujuan darinya ya” Lalu, Shuuji menyampaikannya kepada Kyouko.

Analisis:

(32)

9. Ucapan salam untuk menyatakan selamat atas sesuatu hal kuru mae ni kate kita hanbaaga wo kamibukuro kara dashite kaburi tsuita. Mayumi wa asarei no toki ni ita basho ni zutto tatta mama de, Shuji wo jitto mite iru.

Omedetou” toriaezu sou itte, Shuuji wa kamibukuro kara nomimono wo toridashita.

Arigatou” Mayumi wa sou itte, jibun no kimochiba ni modotta.

(Byuutifururaifu, 2000:40)

10.Ucapan salam sebelum tidur Data 16

う 日 寝

ュー

“Un. Ja, kyou wa yukkuri nero. Oyasumi”

“Oyasumi” (Byuutifururaifu, 2000:228)

Terjemahan:

“Kalau begitu, ayo tidur. Selamat tidur” “Selamat tidur

Analisis:

(33)

Pada data di atas, oyasumi diucapkan oleh Masao dan Kyoko, yang merupakan dua kakak beradik dan memiliki hubungan keakraban yang cukup dekat, sehingga keduanya menggunakan bentuk nonformal oyasumi.

5.2 Ucapan Salam dalam Bahasa Bali

Salam dalam bahasa Bali tidak seberagam salam dalam bahasa Jepang. Namun dalam bahasa Bali ada beberapa salam yang sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari.

1. Ucapan salam berkaitan dengan perpisahan Data 17

“Nah, mesare buin malu ning. Jani bapa pesu meli nasi!”

(Gede Ombak Gede Angin, 2006:59)

Terjemahan:

“Baiklah, tidurlah dahulu. Sekarang Ayah akan keluar membeli makan!”

Analisis:

Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang berkaitan dengan perpisahan, biasanya tidak diungkapkan dalam bentuk salam yang baku seperti yang ada dalam bahasa Jepang. Seperti yang tertera dalam data di atas, ucapan salam yang berkaitan dengan perpisahan dalam bahasa Bali diungkapan dalam bentuk lugas „…jani bapa pesu meli nasai‟ sesuai dengan situasi si penutur yang hendak pergi keluar rumah untuk membelikan anak lelakinya makanan.

2. Ucapan salam berkaitan dengan ungkapan terima kasih Data 18

“Suksma ring kebecikan kayun Pak De. Bakal ulehang tiang malu. Yening pet tan prasida, Pak De ja sakitin tiang, dini bareng ngempi”. Sinambi ngusap-ngusap yeh paningalane makebios, matilar saking kubun titiang. (Gede Ombak Gede Angin, 2006:10)

Terjemahan:

(34)

Analisis:

Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang berkaitan dengan ungkapan terima kasih pada umumnya digunakan suksma „terima kasih‟. Ucapan salam matur suksma atau suksma

biasanya digunakan oleh penutur yang memiliki usia maupun kedudukan yang lebih rendah daripada lawan tutur. Selain itu, ucapan salam tersebut digunakan oleh penutur dan lawan tutur yang tidak memiliki kedekatan hubungan (ada jarak antara kedua penutur).

3. Ucapan salam berkaitan dengan permintaan maaf Data 19

“Beli, jalan mulih! Tusing padalem beli pianake Putu lemah peteng ngeling segu-segu kanti niwang-niwang ngibukin beli? Eda ja ento sangetanga pesan nampi munyin dadonge makangin mekauh. Anak suba tua pikun, rumasat tusing ada ragane. Tiang ngidih pelih teken beli, ngelah anak odah sigug buka keto. Tiang ajaka pianake Putu anake tingalin. Suba uli telun kebus awakne Putu tusing empah-empah, tuara nyak madaar, setata ipit sengi-sengi ngibukin beli”. (Gede Ombak Gede Angin, 2006:23) Terjemahan:

“Beli, ayo pulang! Apakah kamu tidak kasihan terhadap Putu yang seharian menangis tersedu-sedu sembari menyebut-nyebut namamu? Jangan terlalu dibawa perasaan apa yang nenek katakan tadi. Orang tua seperti nenek sudah mulai pikun. Saya minta maaf kepada Beli, karena sikap orang tua sinis seperti itu. Jangan lihat beliau, tetapi lihatlah saya dan anakmu Putu. Sudah dari tiga hari ini, panas badan Putu tidak turun-turun, tidak mau makan, selalu mengigau dan menyebut-nyebut nama Beli”

Analisis:

Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang berkaitan dengan permintaan maaf ditandai dengan kalimat berklausa seperti tiang ngidih pelih teken beli, ngelah anak odah sigug buka keto „…saya minta maaf kepada Beli, karena sikap orang tua sinis seperti itu‟. Selain data ucapan salam diatas, ada beberapa ucapan salam yang sering digunakan penutur bahasa Bali, diantaranya: titiang nunas ampura, ampura, ampurayang titian „saya mohon maaf, mohon maaf, maafkan saya‟. Ucapan salam tersebut diatas, merupakan

(35)

4. Ucapan salam saat memasuki dan meninggalkan rumah Data 20

Luh, luh, ampakang korine luh!”. Asapunika suara kisi-kisi ring arep korine. Ajebos, tangkejut Luh Suasti miragiang suarane punika. Duaning dereng janten antuk ipun sapasira nika sane makaukan, nenten purun ipun ngawag-awag sahasa ngampakang

kori” (Gede Ombak Gede Angin, 2006:32)

Terjemahan:

“Luh, luh tolong buka pintunya!”, ada suara berbisik di depan pintu. Luh Suasti terkejut sesaat mendengar suara tersebut. Namun, ia masih ragu-ragu untuk membuka pintu karena tidak tahu siapa yang datang.

Analisis:

Ucapan salam dalam bahasa Bali yang digunakan saat memasuki dan meninggalkan rumah berbeda dengan bahasa Jepang. Dalam bahasa Bali, ucapan salam yang digunakan saat penutur memasuki rumah salah satunya berupa kalimat imperatif seperti yang tertera dalam data di atas yaitu: ampakang korine luh „bukakan pintunya, Luh!‟.

5. Ucapan salam saat berkaitan dengan permintaan Data 21

Meme, ngidih olas tiang teken meme. Mamongah buin tiang teka mulih ngorahang. Cara pangidih tiang ibi puane, baan ja tiang ngidih jawat nyilih pipis malu, bakal anggon tiang meli ubad. Di kene-kenene meme ja sakitin tiang. Tusing nyidayang tiang naenang sakit sirah tiange me”. (Gede Ombak Gede Angin, 2006:13) Terjemahan:

“Ibu, saya mohon pada Ibu. Saya memang tidak tahu malu kembali pulang untuk memberitahu Ibu. Seperti yang saya minta dahulu, tolong berikan saya pinjaman uang untuk membeli obat. Di saat susah seperti ini, saya pasti akan menyulitkan Ibu. Saya tidak bisa menahan rasa sakit kepala ini”

Analisis:

Dalam ucapan salam bahasa Bali yang berkaitan dengan permintaan, pada umumnya penutur menggunakan bentuk ngidih olas „saya mohon bantuan‟. Bentuk salam ini memiliki makna bahwa penutur „benar-benar; sungguh-sungguh‟ ingin meminta bantuan,

(36)

saat penutur dalam kondisi tidak mampu untuk mengatasi masalah hidupnya sendiri sehingga memerlukan bantuan pihak lain.

6. Ucapan salam untuk orang yang sakit Data22

“Niang, enggal-enggal seger nggih niang”. Wau amunika anake alit macempleng, makebios malih toyan paningalan Niang Putu nagis segu-segu. Asapunika taler Pekak Putu, nembe ngatonang solah soleh cucun dane, dados ririh pisan mabaos.

“Nggih, tunas icain niang apang enggal seger nggih!”. Niang Putu nyaurin antar pisan. Sampun jam dasa wengi. Ni Putu Asih leplep pisan sirep ring batarane makebat tikeh plasa. Pekak Putu megadang ngemit somah dane. (Gede Ombak Gede Angin, 2006:47) Terjemahan:

„”Nenek, cepat sembuh ya”. Ketika cucunya berkata demikian, bercucuranlah air mata Nenek Putu dan menangis tersedu-sedu. Demikian juga dengan Kakek Putu, takjub melihat prilaku cucunya yang pandai berkata-kata.

„”Iya, mohon kepada Tuhan supaya Nenekmu ini cepat sembuh!”. Nenek Putu menjawab perkataan cucunya. Jam sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Ni Putu Asi tidur dengan sangat nyenyak di bawah tempat tidur beralaskan tikar. Kakek Putu tetap menjagai istrinya.

Analisis:

Ucapan salam bahasa Bali yang ditujukan kepada seseorang kepada lawan tutur yang sedang sakit pada umumnya diungkapkan dengan “…..engalang seger” atau dalam bahasa Indonesia dapat dipadankan dengan „cepat (lah) sembuh‟. Bentuk ucapan salam ini cukup beragam

(37)

Selain data yang tercantum di atas, beberapa variasi ucapan salam dalam bahasa Bali yang digunakan penutur bahasa Bali dalam berbagai ragam situasi seperti di dalam tabel berikut ini:

NO Ucapan salam Terhadap lawan tutur yang kedudukannya

lebih tinggi

Terhadap lawan tutur yang kedudukannya lebih rendah

2 Pertemuan Om Swastiastu Swastiastu

Punapi gatra ne? Kenken kabare? Om Swastiastu, punapi gatra? Hai

We, kenken kabare?

3 Perpisahan (Tiang) Pamit dumun nggih Yang malunan nah!

Titiang dumunan nggih Malunan nggih Ngiring asapunika Mulih malu, nah Ngiring titian dumunan Tiang maluan nah

Tiang budal Tiang malunan

Ngiring tiang dumunan Malunan nah Ngiring titiang dumunan Tiang malunan Ngiring tiyang nglungsur mepamit Ki, pamit Alon-alon ring margi nggih Tiang malunan

4 Terima kasih Matur Suksma Makasi, nah!

Suksma Terima kasih

Suksma Makasi, nah

Suksma Suksma

Suksma ping banget Suksma

Matur Suksma Suksma

5 Permintaan Maaf Ampura, nggih! Maaf, nah!

Ampura Maaf

Ampura/Sinampura Sorry

Ampurayang titiang Ampura

Tiang nunas ampura Tiang minta ampun Sinampura antuk iwang Ampurayang Sinampura antuk keiwangan titiang

Geng rna sinampura Ampura

Nunas Ampura nika Ampura

6 Saat memasuki rumah,

kantor, ruangan dan

tempat lain

Om Swastiasu Om Swastiasu

Sugre Permisi

Sugra/nyelang margi Sugra

Titiang nyelang margi nika Rage mecelep nah

Om Swastiasu Permisi

Permisi, om swastiastu Om Swastiastu

Om Swastiastu Om Swastiastu

Om Swastiasu Permisi

7 Saat meninggalkan rumah,

kantor, ruangan dan

tempat lain

Tiang pamit, nggih! Yang kal pesu lu nah!

Ngiring (Pak,Bu,Jik) Malunan nah!

Ngiring nggih Tiang malunan nah/Pamit nah Ngiring titian dumunan Melali malu/pesu malu Ampura titian budal jebos Tiang mulih malunan Ngiring pamit dumun Pamit nggih Tiang mepamit nggih Kalin malu nah

Tiyang dumunan Malunan

Tiang pamit nggih Tiang pesu

8 Sebelum makan Ngiring ngerayunang Mai ngajeng

Ngiring ngajeng Ngajeng

(38)

Ngiring ngerayunang Ngajeng-ngajeng Mriki merayunan dumu Makan malu Ngiring meiyunan Ngiring ngajeng Ngiring meyunan (ngerayunan) Ngiring ngajeng Ngiring ngerayunang Yuk ngajeng Ngajeng dumun Mai medaar malu

9 Sesudah makan Suksma antuk amerta Makasi

Matur suksma antuk rerayunan nyane Suksma antuk sane kapaica

10 Selamat atas sesuatu hal Selamet antuk Selamet nah

Rahajeng Selamat

Selamat nggih sampun sukses Selamat nggih

11 Saat menelepon Om Swastiasu Halo

Swastiastu Om Swastiasu Halo, Om Swastiastu Halo

12 Saat menjawab telepon Om Swastiasu Halo

Om Swastiasu Swastiasu

Om Swastiasu, sira niki? Swastiasu Sire niki, nggih? Nyen ne?

Nggih, wenten napi? -

Om Swastiasu Hallo

Halo, engken Pak?

13 Sebelum tidur Ngiring mesare Yuk! Tidur!

Ngiring mekolem Selamat tidur Tiang mesare dumun Ngiring sirep/pules

Mai sirep

Mesare malunan nah

Seperti yang telah dikemukakan di atas, variasi ucapan salam dalam bahasa Bali tidak sebanyak ucapan salam dalam bahasa Jepang. Oleh karena terbatasnya jumlah variasi ucapan salam dalam bahasa Bali, maka ucapan salam dalam bahasa Bali sering digantikan dengan bahasa Indonesia. Dalam pemakaian sehari-hari, ucapan salam bahasa Bali juga sering dicampur dengan bahasa Indonesia.

(39)
(40)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Dari hasil analisis data yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut.

Ucapan salam dalam bahasa Jepang dapat dikelompokan dalam beberapa bentuk seperti: ucapan salam berkaitan dengan waktu, pertemuan dan perpisahan, ungkapan terima kasih dan permintaan maaf, penerimaan barang, memasuki dan meninggalkan rumah, sebelum dan setelah makan, permintaan, menelepon dan menjawab telepon, selesai mengerjakan sesuatu, dan menyatakan selamat atas sesuatu hal.

Dari data yang dianalisis dan juga angket yang disebarkan, diketahui bahwa variasi ucapan salam dalam bahasa Bali tidak seberagam ucapan salam dalam bahasa Jepang.

6.2 Saran

(41)

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR BUKU

Djadjasudarma,F. 1993. Metode Linguistik. Bandung: Eresco.

Daniel, Long dan Ohashi, Rie.2013.Nihongo kara Tadoru Bunka.Hosho Daigaku Kyoiku Shinkokai:Tokyo.

Hendry, Joy.1987.Understanding Japanese Society.Routledge:London and New York. Imai, Tomoko.2009. Keigo Sura Sura Benri Cho. Tokyo: Nihon Noritsu Kyokai Manejimento

Senta.

Leech, Geoffrey N. 1983. Principles of Pragmatics. London: Longman.

Mizutani, Osamu & Nobuko. 1987. How To Be Polite In Japanese. Tokyo: The Japan Times. Mahsun,M.S. 2005. Metode Penelitian Bahasa. Jakarta: Rajawali Pers.

Rahadi, Kunjana. 2005. Pragmatik Kesantunan Imperatif Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga.

Ratna, Nyoman Kutha.2010.Metodologi Penelitian: Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora pada Umumnya.Pustaka Pelajar:Yogyakarta.

Sudaryanto. 1993.Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa. Jakarta: Duta Wacana University Press.

Sibarani, Robert.2004.Antropolinguistik:Antropolinguistik.Penerbit Poda: Medan. Suzuki, Takao.2013.Kotoba to Bunka.Iwanami:Tokyo.

Toda, Kumi. 2012. Zero Kara Oshiete : Sekkyaku-Setsuguu. Tokyo: Kanki Shuppan. Yoshioka, Yasuo.2011. Komyunikeeshon no Shakai Gengogaku.Taishukan:Tokyo.

WEBSITE

Limei, Huang dan Kawamoto, Nobuyoshi. 1997.” Comparative Study on the Difference between Chinese and Japanese Greetings-In View of the Education of Japanese

Language in the People‟s Republic of China” dalam jurnal Nihon Taiiku Daigaku

Volume 26 Nomor 2.

DAFTAR TESIS

(42)
(43)

LAMPIRAN 1

Data Ucapan Salam dalam Bahasa Jepang Data 1

“Konnichi wa”, gogo ichiban no kyaku wa Miyama datta.

“…Konnichiwa”

“ Doumo”,Miyama wa karite ita “Gankutsuo” wo henkyaku suru.

“Iie”, Kyouko wa kauntaa no oku ni hon wo okiniiku. Miyami wa sono senaka ni ichirei shite katte itta.

(Byuutifururaifu, 2000:71) Terjemahan:

“Selamat siang”, pada sore hari, tamu yang pertama datang adalah Miyama. “Selamat siang”

“Makasih”, Miyama mengembalikan buku “Gankutsuo” yang telah dipinjamnya.

“Sama-sama”, Kyouko tengah kesulitan meletakkan buku di balik rak. Miyama membungkuk kepada Kyouko lalu bergegas pergi.

Data 2

Shuuji ga monku wo itta toki, tenchou ga haitte kita. “Ohayou gozaimasu!”

“Ee, kyou wa, minna ni ii shirase ga aru. Raigetsu, Azabu no raibu hausu wo karite, raibu wo yamerou to omoun da”

(Byuutifururaifu, 2000:140) Terjemahan:

(44)

Data 3

Tsugi no hi, Kyouko ga kauntaa de hon wo chekku wo shite iru to, Miyama ga arawareta. “‟Gankutsuou‟ dokuha? Dattara, kore omoshiroi wa yo. „Kaitei Nimanri‟. Watashi no dakedo, kashichau”.

Kyouko wa, bunkohon wo sashidashimashita. Miyama ga kitara, kashite ageyou to mottekiteita no da.

“Iya, kyou wa sou janakute. Kyouko san ni aitai tte hito, tsurete kimashita” “E, dare?]

Miyama ni tsurerarete nakaniwa ni dete iku to, inu wo nadete iru kurumaisu no dansei no ushiro sugata ga me ni haita.

“Konnichiwa”, sawayaka na egao ga furimuku. “Tetsu chan? Yada, oshite oshite”

Kyouko ni sekasare, Miyama wa dadada to kuruma isu woo shite hashite iku. “Hisashiburi!”

“Genki sou da ne!”

“Genki yoo. Tetsu chan wa? Ima demo basuketo ka yatteru no?”

“Iya, shigoto isogashikute” (Byuutifururaifu, 2000:150)

Terjemahan: “Halo, Kyouko!”

Pada hari berikutnya, Miyama muncul saat Kyouko memeriksa buku-buku di rak.

(45)

“Enggak. Hari ini aku tidak pinjam buku. Aku datang mengantar orang yang katanya ingin bertemu dengan Kyouko.

“Eh, siapa?‟

Pandangan Kyouko tertuju pada sosok lelaki di kursi roda yang sedang membelai-belai anjing di belakang Miyama yang mengantarnya ke tengah taman.

“Halo!”sosok wajah segar tersenyum menoleh kearahnya.

“Tetsu?Ayo, dorong-dorong”, Miyama dengan terburu-buru mendorong kursi roda sambil berlari saat diminta oleh Kyouko.

“Lama tidak bertemu!”

“Kelihatnya kamu sehat-sehat saja”

“Ya, aku sehat. Tetsu, sampai sekarang kamu masih main basket?” “Enggak. Karena sibuk dengan pekerjaan”

“Moushiwake arimasenga, kore wa kashidashi kinshi to natte orimasu. Toshokan naka de no

etsuran nomi desu”. Kaado to hon no baakoodo wo yomitotte ita Kyouko wa tokui sou ni Shuuji wo miageta.

“Ja, kopi kikai aru?”

“Achira ni narande kudasai”, achira, to iwareta kata wo furimuku to, chouda no rei datta.

(Byuutifururaifu, 2000:7) Terjemahan:

(46)

“Ne”, Kyouko wa zasshi to kaado no baakoodo wo yomitorinagara iu. “Un?”

“Anata, sou iu toko naoshita hou ga ii yo. Hito no seii, warau you na toko”

“Sou?....Suimasen. Sankyu!”, Shuuji wa sunao ni hansei shite hito koto ayamaru to, hon wo uketotte deguchi ni mukatta.

(Byuutifururaifu, 2000:55) Terjemahan:

“Hei”, Kyouko berkata sambil membaca barcode kartu dan majalah. “Ya”

“Kamu, sebaiknya memperbaiki hal itu. Ketulusan seseorang, hal-hal yang kamu tertawakan” “Oh? Maaf, thank you!”, setelah menerima buku dan mengucapkan maaf serta terima kasih, Shuuji melangkah menuju pintu keluar.

Data 6

Ishi wa rentogen shashin ni utsutta kage wo sasasu.

“Boku no kuchi kara ikinari de wa shokku ga ookii to omottande…tada, imouto san wa rentogen wo totta dankai de, moshikashitara nani ka kizuite iru kamoshiremasen…”

“…Waza waza, arigatou gozaimasu”

Masao wa fukafuka to atama wo sage, ashi wo hikizuru you ni shinsatsu shitsu wo dete itta.

(Byuutifururaifu, 2000:267) Terjemahan:

Dokter menunjuk hasil rontgen.

“Jika dilihat dari hasil rontgen, saya kira adik Anda mengalami guncangan yang cukup besar, dan barangkali ada juga luka”

“Terima kasih. Bapak sudah repot-repot membantu kami…”

(47)

Masao ga koe wo arageta no wo mise saki de kiite ita Kuniko wa hara hara shite ita. Soko ni, kuruma no oto ga chikazuite kuru. Kaimono ni itte ita Yoshio to Kyouko ga kaette kita noda. “Ara ara ara…Masao, kaette kita yo. Kyouko, otouchan to kaette kitakara”.

Kuniko ga mise saki kara koe wo kakeru. Tadaima”, Kyouko ga haitte kita.

Okaeri

(Byuutifururaifu, 2000:297) Terjemahan:

Kuniko yang mendengar suara Masao yang keras di depan toko, terlihat gelisah. Saat itu, terdengar suara mobil datang mendekat. Yoshio dan Kyouko datang dari berbelanja.

“Lho, lho, lho…Masao, Kyouko sudah pulang dengan ayahmu”, Kuniko berteriak dari depan toko.

Aku pulang”, kata Kyouko yang masuk ke dalam rumah. “Selamat datang

Data 8

う 夫 ー 菓子 持 杏子 部屋 入

邪魔 あ ー ?いい ? 目 輝

ュー

“Kore douzo”, Masao ga biiru to sunakku okashi wo motte, Kyouko no heya ni haitte kita. Ojama shimasu. A, biiru? Iin desu ka?”, Sachi wa me wo kagayakaseru.

(Byuutifururaifu, 2000:48) Terjemahan:

“Silakan, ini”, Masao masuk ke kamar Kyouko membawa makanan ringan dan bir.

(48)

急 美山 走 戻 ン ー 旅行 置

あ い あ 人 う いう 僕 ボ ン

ー計 い 考え い 失 礼 美山 礼儀

帰 い ュー

“Konnichi wa”, gogo ichiban no kyaku wa Miyama datta. “…Konnichiwa”

“ Doumo”,Miyama wa karite ita “Gankutsuo” wo henkyaku suru.

“Iie”, Kyouko wa kauntaa no oku ni hon wo okiniiku. Miyami wa sono senaka ni ichirei shite katte itta.

Kyouko wa Miyama ga kaette itta kehai wo sai shite, kauntaa ni modoru. “Nani ka hanashite yanna yo”, tonari no kauntaa ni ita Sachi ga Kyouko ni iu. “Nani wo?”

“Nani ka yo. Kawaisou jan. Sekkaku kita no ni. Tatoeba, „Gankutsuo‟ ga yomiowattara, „Shoukoujo‟ ga arimasu yo toa…”

“Sekai Shonen Shojo Bungaku Zenshuu, dokuha?”, Kyouko ga datsuryoku shite iikaeshita. “Ano! Kore, Amerika nishi kaigan ni shuukan no tabi”

Kyuu ni Miyama ga hashitte modotte kite kauntaa no ue ni ryokou no chira shi wo oku.

“A,iya ano, futari de toka sou iu koto janakute, ima, bokutachi borantea de tsuaa keikaku shite imashite. Kangaete mite kudasai. “Shitsurei shimasu”, Miyama wa mata reigi

tadashiku ojigi wo shite, kaette itta.

(Byuutifururaifu, 2000:71) Terjemahan:

“Selamat siang”, pada sore hari, tamu yang pertama datang adalah Miyama. “Selamat siang”

“Makasih”, Miyama mengembalikan buku “Gankutsuo” yang telah dipinjamnya.

“Sama-sama”, Kyouko tengah kesulitan meletakkan buku di balik rak. Miyama membungkuk kepada Kyouko lalu bergegas pergi.

Saat Kyouko merasa Miyama telah pergi, ia lalu bergegas kembali ke mejanya.

“Seharusnya kamu berbicara sesuatu tadi”, Sachi yang berada di sebelah meja Kyouko berkata.

“Bicara apa?”

“Bicara apa saja. Kasihan dia. Padahal dia sengaja datang ke sini. Misalnya, kamu bisa mengatakan „kalau sudah selesai membaca gankutsuo, ada novel shoukoujolho…”

“Kamu sudah selesai membaca kumpulan sastra sekai shounen shoujo?”, Kyou balik bertanya

kepada Sachi seperti tanpa tenaga.

“Eh! Ini, perjalanan dua minggu ke pantai selatan Amerika”, tiba-tiba Miyama datang kembali sambil berlari, meletakkan pamflet tur di atas meja.

“Ah, bukan bermaksud untuk menawarkan perjalanan berdua, tetapi saat ini sebagai volunter, aku sedang merencanakan tur perjalanan. Tolong coba dipikirkan. Aku permisi”, Miyama membungkukkan badan dengan sopan lalu pergi.

(49)

Data 10

Kaijou no chika de, omoikiri hosoi kaidan wo orite ikanakereba hairenai. “Chotto mattete”, Sachi wa dare ka ni tetsudatte moraou to, orite itta.

Hitori de bonnyari to matte iru to, moodo kei no onna no ko ni “Suimasen” to iwarete, Kyouko wa kurumaisu wo chotto waki ni yokeru.

Irasshai”, Takumi ga egao de agate kita.

Takumi to futari no wakai otoko no kodomotachi ga kurumaisu wo mochiage, kaidan woo rite iku. Saat Kyouko termenung seorang diri menunggu seseorang datang, tiba-tiba seorang pegawai majalah mode menyapanya “permisi”. Kyouko lantas meminggirkan kursi rodanya.

“Selamat datang”, Takumi menaiki tangga menuju ke arahnya dengan wajah tersenyum. Takumi dengan dua orang laki-laki muda itu mengangkat kursi roda itu, lalu menuruni anak tangga.

Gomenkudasai” Soko e Satsuki ga haitte kita.

“A, kyou, yasumi nan desukedo. A, ashita….” Takumi wa aa, soiu wake ne, to iu kao wo suru. “Shoukai suru yo. Ore no rounin jidai no doukyuusei…tte nanka hen da na. Nakajima Satsuki san. Aa, mou Nakajima ja nai no ka” (Byuutifururaifu, 2000:206)

Terjemahan:

(50)

“Eh, hari ini kami libur. Besok….”, Takumi memperlihatkan raut wajah yang seolah-olah mengatakan „ah, karena alasan itu Shuuji masih berada di salon‟.

“Aku perkenalkan. Ini adalah teman sekelasku saat kami gagal masuk universitas. Mungkin cukup aneh jika dikatakan demikian. Nona Satsuki Nakajima. Eh, bukan Nakajima lagi ya?”

Data 12

え 終 ン ョン 帰 ン ン 真弓 待 い

ュー

“Okaeri” Shuuji ga manshon ni kaeru to, entoransu no tokoro de Mayumi ga matte ita.

(Byuutifururaifu, 2000:65) Terjemahan:

“Okaeri”, saat Shuuji pulang ke rumah, Mayumi sudah menunggu di beranda.

Data 13

“Gomen ne. Watashi, osake nonjatta kara…”

Machida saketen no kuruma ni norikonde iru Shuuji ni, Kyouko wa okutte ikenai koto wo ayamatta.Unten seki de wa Masao ga buzen to shite iru. Yoshio to Kuniko ni, Shuuji wo okutte iku you ni iwareta noda.

“Gochisousamadeshita”

Shuuji ga Kuniko tachi ni aisatsu suru to, Masao wa kuruma wo hasshin saseta.

(Byuutifururaifu, 2000:297) Terjemahan:

“Maaf ya. Gara-gara saya minum sake…”

Shuuji yang beranjak menaiki mobil milik toko sake Machida meminta maaf karena membuat Kyouko harus mengantarnya pulang ke rumah.

Di jok pengemudi, Masao memasang muka kesal. Ia seolah-olah disuruh Yoshio dan Kuniko untuk mengantarkan Shuuji pulang ke rumahnya.

“Terima kasih atas jamuannya”

(51)

Data 14 chikazuite kita. Soshite kameraman ga Shuuji ni soto de shahin wo toranai ka to iu.

“Shashin, dekitara soto de toritain date. Dou suru? Mada ryoukai moratte nai desho”.

Shuuji wa Kyouko ni tsutaeta”. (Byuutifururaifu, 2000:25)

Terjemahan:

“Hari yang melelahkan, ya. Bisa saya bertanya?” Bapak Editor datang mendekat. Lantas, kameramen bertanya kepada Shuuji apakah bisa mengambil foto Kyouko di luar.

“Kalau bisa, saya ingin memotretnya di luar. Bagaimana? Belum mendapat persetujuan darinya ya” Lalu, Shuuji menyampaikannya kepada Kyouko.

Data 15 kuru mae ni kate kita hanbaaga wo kamibukuro kara dashite kaburi tsuita. Mayumi wa asarei no toki ni ita basho ni zutto tatta mama de, Shuji wo jitto mite iru.

Omedetou” toriaezu sou itte, Shuuji wa kamibukuro kara nomimono wo toridashita.

Arigatou” Mayumi wa sou itte, jibun no kimochiba ni modotta.

(Byuutifururaifu, 2000:40)

Data 16

う 日 寝

ュー

“Un. Ja, kyou wa yukkuri nero. Oyasumi”

“Oyasumi” (Byuutifururaifu, 2000:228)

Terjemahan:

(52)
(53)

Data

待 柊

何 言い返 う ー ン 持

う 喧嘩 俺 ー 日気 い い あ ン

決 …….あ 本心 調子いい 言 わ い

ュー

Omataseshimashita

Shuuji ga nani ka wo iikae sou to shita tokoro de, baaten ga gurasu wo motte kita.

“Yameyou. Kenka. Ore, sugge kyou kibun ii kara. Anta no okage de, dezain kimattashi…a, ima no honshin dakara. Choushi ii koto to itta wake ja nai yo” (Byuutifururaifu, 2000:93)

Data

赤い車 飛 い 田京 子 鼻唄 快調

ン い 電話 着信音 鳴

い … う え 雨?

ュー

Data

願 い 杏子 言わ い い 絶対

絶対 言わ い い

ュー

Onegai da. Sacchan. Sakki no koto wa Kyouko ni wa iwanai de hoshiin da. Zettai ni zettai ni

iwanaide hoshiin da” (Byuutifururaifu, 2000:117)

Terjemahan:

(54)

Data Ucapan Salam dalam Bahasa Bali

Data 17

“Nah, mesare buin malu ning. Jani bapa pesu meli nasi!”

(Gede Ombak Gede Angin, 2006:59)

Terjemahan:

“Baiklah, tidurlah dahulu. Sekarang Ayah akan keluar membeli makan!”

Data 18

“Suksma ring kebecikan kayun Pak De. Bakal ulehang tiang malu. Yening pet tan prasida, Pak De ja sakitin tiang, dini bareng ngempi”. Sinambi ngusap-ngusap yeh paningalane makebios, matilar saking kubun titiang. (Gede Ombak Gede Angin, 2006:10)

Terjemahan:

“Terima kasih atas kebaikan hati Pak De. Saya akan mencoba mencari jalan keluar dahulu. Jika tidak ada jalan keluar, saya akan meminta tolong Pak De untuk membantu”, sambil mengusap-ngusap air mata yang bercucuran, ia meninggalkan rumah saya.

Data 19 tersedu-sedu sembari menyebut-nyebut namamu? Jangan terlalu dibawa perasaan apa yang nenek katakan tadi. Orang tua seperti nenek sudah mulai pikun. Saya minta maaf kepada Beli, karena sikap orang tua sinis seperti itu. Jangan lihat beliau, tetapi lihatlah saya dan anakmu Putu. Sudah dari tiga hari ini, panas badan Putu tidak turun-turun, tidak mau makan, selalu mengigau dan menyebut-nyebut nama Beli”

Data 20

“Luh, luh, ampakang korine luh!”. Asapunika suara kisi-kisi ring arep korine. Ajebos, tangkejut Luh Suasti miragiang suarane punika. Duaning dereng janten antuk ipun sapasira nika sane makaukan, nenten purun ipun ngawag-awag sahasa ngampakang

kori” (Gede Ombak Gede Angin, 2006:32)

Terjemahan:

(55)

Data 21

Meme, ngidih olas tiang teken meme. Mamongah buin tiang teka mulih ngorahang. Cara pangidih tiang ibi puane, baan ja tiang ngidih jawat nyilih pipis malu, bakal anggon tiang meli ubad. Di kene-kenene meme ja sakitin tiang. Tusing nyidayang tiang naenang sakit sirah tiange me”. (Gede Ombak Gede Angin, 2006:13) Terjemahan:

“Ibu, saya mohon pada Ibu. Saya memang tidak tahu malu kembali pulang untuk memberitahu Ibu. Seperti yang saya minta dahulu, tolong berikan saya pinjaman uang untuk membeli obat. Di saat susah seperti ini, saya pasti akan menyulitkan Ibu. Saya tidak bisa menahan rasa sakit kepala ini”

Data22

“Niang, enggal-enggal seger nggih niang”. Wau amunika anake alit macempleng, makebios malih toyan paningalan Niang Putu nagis segu-segu. Asapunika taler Pekak Putu, nembe ngatonang solah soleh cucun dane, dados ririh pisan mabaos.

“Nggih, tunas icain niang apang enggal seger nggih!”. Niang Putu nyaurin antar pisan. Sampun jam dasa wengi. Ni Putu Asih leplep pisan sirep ring batarane makebat tikeh plasa. Pekak Putu megadang ngemit somah dane. (Gede Ombak Gede Angin, 2006:47) Terjemahan:

„”Nenek, cepat sembuh ya”. Ketika cucunya berkata demikian, bercucuranlah air mata Nenek Putu dan menangis tersedu-sedu. Demikian juga dengan Kakek Putu, takjub melihat prilaku cucunya yang pandai berkata-kata.

Referensi

Dokumen terkait

Sinonim dalam bahasa Jepang disebut dengan ruigigo. Ruigigo terdapat pada semua kelas kata dalam bahasa Jepang, termasuk pada keiyoushi. Banyak keiyoushi yang

Cara mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah dengan memilih dan memisahkan kalimat-kalimat yang mengandung ungkapan pengandaian bahasa Jepang (To, Ba, Tara,

tentang sinonim dalam bahasa Jepang tidak hanya tentang toui hyougen seperti bentuk ~nakerebanaranai dan ~nakerebaikenai saja tapi meliputi ungkapan-ungkapan yang

Pada puisi bertopik ibu 7-12 yang dimuat pada majalah Bobo tahun 2016 menceritakan tentang ungkapan kasih sayang anak kepada ibunya , ucapan terima kasih anak kepada ibu yang

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat mengenai penerapan ucapan salam sebagai etika kesopanan dalam perspektif dakwah khususnya di Desa

3.8 Merinci ungkapan penyampaian terima kasih, permintaan maaf, tolong,dan pemberian pujian, ajakan, pemberitahuan, perintah, dan petunjuk kepada orang lain dengan

Dalam hal ini, bukan dalam budaya Jepang saja yang memiliki pemikiran bahwa perut merupakan salah satu bagian tubuh yang penting, sehingga digunakan dalam banyak idiom, terutama yang

Hasil dari penelitian ini adalah sebuah animasi yang membahas tentang pengenalan negara Jepang, huruf yang digunakan dalam bahasa Jepang, ungkapan salam yang sering digunakan dalam