8
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Konsep Dasar Sistem
Pemahaman mengenai konsep dasar sistem ini memerlukan pendekatan-pendekatan mengenai sistem. pendekatan-pendekatan atau penekanan sistem ini meliputi definisi/pengertian, karakteristik sistem, klasifikasi sistem, dan sistem informasi. Metode pengembangan perangkat lunak dan basis data juga akan diuraikan karena masih berkaitan dengan perancangan sistem.
2.1.1. Pengertian Sistem
Suatu sistem tidak dapat bergerak sendirian, melainkan sistem ini dapat berjalan dengan baik apabila didukung oleh komponen/entitas yang berkaitan. Komponen atau entitas ini saling berhubungan dan bekerja sama untuk menghasilkan sesuatu yang ingin dicapai.
Menurut Djahir dan Pratita (2015:7) menyatakan bahwa “sistem dikelompokkan menjadi dua bagian yang menekankan pada prosedurnya dan ada yang menekankan pada elemennya. Kedua kelompok ini adalah benar dan tidak bertentangan, yang berbeda adalah cara pendekatannya”. Sedangkan, menurut Tyoso (2016:1), “sistem merupakan suatu kumpulan dari komponen-komponen yang membentuk satu kesatuan”.
Berdasarkan pendapat dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan kumpulan dari elemen/komponen yang saling berhubungan, bekerja sama dan membentuk satu kesatuan dalam upaya mencapai tujuan.
2.1.2. Karakteristik Sistem
Sistem memiliki ciri-ciri atau karakteristik tertentu agar sistem tersebut dapat dikategorikan sebagai sistem yang baik. Karakteristik sistem yang dimaksud (Hutahaean, 2015:3), terdiri dari:
1. Komponen
Komponen-komponen sistem tersebut dapat berupa suatu bentuk subsistem. Setiap subsistem memiliki sifat dari sistem yang menjalankan suatu fungsi tertentu dan mempengaruhi proses sistem secara keseluruhan.
2. Batasan sistem
Ruang lingkup sistem merupakan daerah yang membatasi antara sistem dengan sistem yang lain atau sistem dengan lingkungan luarnya. Batasan sistem ini memungkinkan suatu sistem dipandang sebagai satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan.
3. Lingkungan luar sistem
Bentuk apapun yang ada diluar ruang lingkup atau batasan sistem yang mempengaruhi operasi sistem tersebut disebut lingkungan luar sistem. Lingkungan luar sistem ini dapat bersifat menguntungkan dan dapat juga bersifat merugikan sistem tersebut.
4. Penghubung sistem
Media yang menghubungkan sistem dengan subsistem yang lain disebut penghubung sistem atau interface. Penghubung ini memungkinkan sumber-sumber daya mengalir dari satu subsistem ke subsistem lain. Bentuk keluaran dari satu subsistem akan menjadi masukan untuk subsistem lain melalui
penghubung tersebut. Dengan demikian, dapat terjadi suatu integrasi sistem yang membentuk satu kesatuan.
5. Masukan sistem
Energi yang dimasukkan ke dalam sistem disebut masukan sistem, yang dapat berupa pemeliharaan (maintenance input) dan sinyal (signal input).
6. Pengolah sistem
Suatu sistem dapat mempunyai suatu proses yang akan mengubah masukan menjadi keluaran.
7. Keluaran sistem
Hasil energi yang diolah dan diklasifikasikan menjadi keluaran yang berguna. Keluaran ini dapat menjadi masukan bagi subsistem yang lain seperti sistem informasi. Keluaran yang dihasilkan adalah informasi. Informasi ini dapat digunakan sebagai masukan untuk pengambilan keputusan atau hal-hal lain yang menjadi input bagi subsistem lain.
8. Sasaran sistem
Suatu sistem mempunyai tujuan dan sasaran yang pasti dan bersifat deterministik. Kalau suatu sistem tidak memiliki sasaran maka operasi sistem tidak ada gunanya. Suatu sistem dikatakan berhasil bila mengenai sasaran atau tujuan yang telah direncanakan.
2.1.3. Klasifikasi Sistem
Beberapa aspek dari sistem ini membuat pengguna sistem dapat mengklasifikasikan sistem yang relevan sesuai dengan arah pandang pengguna sistem. Klasifikasi sistem (Tyoso, 2016:5), terdiri dari:
1. Sistem alamiah
Sistem alamiah (natural system) muncul secara alamiah tanpa campur tangan manusia.
2. Sistem tiruan
Sistem tiruan (artificial system) diciptakan untuk mendukung tujuan tertentu. 3. Sistem deterministik
Sistem deterministik (deterministic system), bekerjanya sistem ini dapat diramalkan sebelumnya. Masukan untuk sistem ini secara pasti menentukan jenis keluarannya.
4. Sistem probabilistik
Sistem probabilistik (probabilistic system) dapat dilacak hanya dengan menggunakan nilai distribusi probabilitas, selalu ada nilai ketidakpastian yang sesungguhnya pada sembarang waktu.
5. Sistem tertutup
Sistem tertutup (closed system), pada sistem ini tidak terjadi pertukaran atau penggunaan sumber daya dengan atau dari lingkungannya, mengingat sistem ini tidak menggunakan input dari lingkungannya, maka output dari sistem ini tidak berkaitan dengan lingkungannya pula.
6. Sistem terbuka
Sistem terbuka (opened system) menggunakan sumber daya dari lingkungannya sehingga keluarannya berkaitan dengan lingkungannya juga. 2.1.4. Sistem Informasi
Kebutuhan pengguna sistem ini mengikuti perkembangan zaman. Kehadiran teknologi menuntut sistem agar dapat bekerja sama dengan komponen
baru ini. kerja sama antara sistem dengan teknologi ini sering disebut dengan sistem informasi.
Menurut Lucas dalam Djahir dan Pratita (2015:14) menyatakan bahwa “sistem informasi adalah suatu kegiatan dari prosedur-prosedur yang diorganisasikan, bilamana dieksekusi akan menyediakan informasi untuk mendukung pengambilan keputusan dan pengendalian di dalam organisasi”. Sedangkan menurut Hall dalam Fauzi (2017:18), “sistem informasi adalah rangkaian prosedur formal dimana data dikumpulkan, diproses menjadi informasi dan didistribusikan kepada pemakai”.
Maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa sistem merupakan suatu kombinasi dari orang, fasilitas, teknologi, media, prosedur-prosedur dan pengendalian yang ditujukan untuk mendapatkan jalur komunikasi penting, mengolah data menjadi informasi yang berguna bagi pemakai.
A. Informasi
Hasil dari suatu sistem atau sistem informasi yang dibutuhkan oleh pengguna sistem adalah informasi. Informasi ini tercipta dari kumpulan data-data yang telah diproses sebelumnya.
Menurut Cushing dalam Fauzi (2017:10) menyatakan bahwa “informasi adalah kumpulan data yang relevan dan mempunyai arti yang menggambarkan suatu kejadian-kejadian atau kegiatan-kegiatan”. Sedangkan menurut Hutahean (2015:9) “informasi adalah data yang diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti bagi penerimanya”.
Dapat disimpulkan bahwa informasi adalah kumpulan data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang lebih berguna bagi penerimanya dan
mempunyai nilai nyata atau yang dapat dirasakan dalam keputusan-keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.
B. Komponen Sistem Informasi
Sistem informasi terdiri dari komponen-komponen yang disebut dengan istilah blok bangunan (building block). Adapun penjelasan dari blok bangunan (Hutahean, 2015:13) yaitu:
1. Blok masukkan (input block)
Blok masukan merupakan blok yang bertugas dalam input data agar masuk ke dalam sistem informasi. Blok masukan bertugas dalam merekam data yang akan dimasukkan, biasanya berupa dokumen-dokumen dasar.
2. Blok model (model block)
Blok model terbentuk dari kombinasi prosedur, logika dan model matematik yang memproses data input dan data yang tersimpan di basis data dengan cara yang sudah ditentukan untuk menghasilkan keluaran yang diinginkan.
3. Blok keluaran (output block)
Sistem informasi menghasilkan keluaran (output) yaitu informasi yang berkualitas dan berguna untuk semua tingkatan manajemen serta semua pemakai sistem.
4. Blok teknologi (technology block)
Teknologi digunakan merupakan kotak alat dalam sistem informasi. Teknologi digunakan untuk menerima input, menjalankan model, menyimpan dan mengakses data, menghasilkan dan mengirimkan keluaran berupa informasi dan membantu pengendalian dari sistem secara menyeluruh. Blok
teknologi perangkat lunak (software) dan perangkat keras (hardware) yang dioperasikan oleh teknisi (brainware).
5. Blok basis data (database block)
Basis data (database) merupakan media untuk menyimpan data yang saling berhubungan satu sama lainnya, tersimpan di perangkat keras komputer dan dapat dipergunakan kembali, diperlukan perangkat lunak untuk memanipulasinya.
6. Blok kendali (control block)
Sistem informasi memiliki kontrol kendali untuk menanggulangi gangguan-gangguan terhadap sistem apabila terlanjur terjadi kesalahan maka dapat langsung diantisipasi atau diatasi.
2.1.5. Metode Pengembangan Perangkat Lunak
Metode pengembangan perangkat lunak dijadikan sebagai disiplin ilmu untuk mengembangkan/merancang sebuah sistem. Model air terjun (waterfall) merupakan salah satu model dari metode pengembangan perangkat lunak.
Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2015:28) metode waterfall adalah “metode air terjun menyediakan pendekatan alur hidup perangkat lunak secara sekuensial atau terurut dimulai dari analisa, desain, pengkodean, pengujian, dan pendukung (support)”. Sedangkan menurut Muharto dan Ambarita (2016:104), model waterfall merupakan “metode ini melakukan pendekatan secara sistematis dan urut mulai dari level kebutuhan sistem lalu menuju ke tahap analisis, desain, coding, testing/verification, dan maintenance”.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa model waterfall merupakan model dari metode pengembangan perangkat lunak yang melakukan pendekatan
sistematis dan sekuensial mulai dari tahapan analisis, desain, pengkodean, pengujian dan pendukung.
Sumber: Sukamto dan Shalahuddin (2015:29)
Gambar II.1. Tahapan Model Waterfall
Adapun penjelasan tahapan model waterfall (Sukamto dan Shalahuddin, 2015:28), yaitu:
1. Analisis kebutuhan perangkat lunak
Proses pengumpulan kebutuhan dilakukan secara intensif untuk menspesifikasikan kebutuhan perangkat lunak agar dapat dipahami perangkat lunak seperti apa yang dibutuhkan oleh user. Spesifikasi kebutuhan perangkat lunak pada tahap ini perlu untuk didokumentasikan.
2. Desain
Desain perangkat lunak adalah proses multi langkah yang fokus pada desain pembuatan program perangkat lunak termasuk struktur data, arsitektur perangkat lunak, representasi antar muka dan prosedur pengodean. Tahap ini mentranslasi kebutuhan perangkat lunak dari tahap analisis kebutuhan ke representasi desain agar dapat diimplementasikan menjadi program pada tahap selanjutnya. Desain perangkat lunak yang dihasilkan pada tahap ini juga perlu untuk didokumentasikan.
3. Pembuatan Kode Program
Desain harus ditranslasikan ke dalam program perangkat lunak. Hasil dari tahap ini adalah program komputer sesuai desain yang telah dibuat pada tahap desain.
4. Pengujian
Pengujian fokus pada perangkat lunak secara dari segi lojik dan fungsional dan memastikan bahwa semua bagian sudah diuji. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir kesalahan (error) dan memastikan keluaran yang dihasilkan sesuai dengan yang diinginkan.
5. Pendukung (support) atau pemeliharaan (maintenance)
Tahap pendukung atau pemeliharaan dapat mengulangi proses mulai dari tahap analisis spesifikasi untuk perubahan perangkat lunak yang sudah ada, tapi tidak untuk membuat perangkat lunak baru.
2.1.6. Basis Data
Basis data dijadikan sebagai media untuk menampung data-data yang dimasukkan ke dalam sistem informasi, kemudian diolah untuk mendapatkan keluaran yang berguna.
Menurut Yanto (2016:11), basis data merupakan “kumpulan data yang saling berhubungan yang disimpan secara bersama sedemikian rupa dan tanpa pengulangan (redudansi), untuk memenuhi berbagai kebutuhan”. Sedangkan menurut Lubis (2016:3), basis data adalah “tempat berkumpulnya data yang saling berhubungan dalam suatu wadah (organisasi/perusahaan) bertujuan agar dapat mempermudah dan mempercepat untuk pemanggilan atau pemanfaatan kembali data tersebut”.
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, penulis menyimpulkan bahwa basis data merupakan suatu wadah yang menampung data-data yang saling berhubungan, dapat digunakan kembali, manipulasi, tanpa pengulangan untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna data.
A. Komponen Sistem Basis Data
Komponen dasar sistem basis data digunakan untuk membantu kelancaran dari pembuatan dan manajemen basis data. Adapun komponen dasar basis data (Lubis, 2016:7) terdiri dari 4 kelompok pokok, yaitu:
1. Data
Data pada sistem data mempunyai dua (2) ciri, yaitu data yang tersimpan secara terintegrasi (integrated) dan data dapat dipakai bersama-sama (shared). a. Integrated yaitu kumpulan dari berbagai macam file dari aplikasi-aplikasi
yang berbeda yang disusun dengan cara menghilangkan bagian-bagian yang rangkap (redundant).
b. Shared yaitu masing-masing bagian dari database dapat diakses oleh pemakai dalam waktu yang bersamaan, untuk aplikasi yang berbeda. 2. Perangkat keras
Perangkat keras ini terdiri dari semua peralatan perangkat keras komputer yang digunakan untuk pengelolaan sistem database, antara lain:
a. Peralatan untuk penyimpanan, disk, drum, dan lain-lain. b. Peralatan input dan output.
3. Perangkat lunak
Perangkat lunak berfungsi sebagai perantara (interface) antara pemakai dengan data fisik database, dapat berupa database management system (DBMS) atau program-program aplikasi dan prosedur-prosedur.
4. Pemakai
Pemakai ini terbagi menjadi dua (2) bagian, yaitu:
a. Programmer, orang/team yang membuat program aplikasi yang mengakses database dengan menggunakan bahasa pemrograman.
b. End user, orang yang mengakses database melalui terminal dengan menggunakan query language atau program aplikasi yang dibuat oleh programmer.
B. Keuntungan Penggunaan Basis Data
Penggunaan basis data ini memiliki beberapa keuntungan (Lubis, 2016:8), diantaranya:
1. Terkontrolnya kerangkapan data dan inkonsistensi. 2. Terpeliharanya keselarasan data.
3. Data dapat dipakai secara bersama-sama. 4. Memudahkan penerapan standarisasi.
5. Memudahkan penerapan batasan-batasan penggunaan. 6. Terpeliharanya integritas data.
7. Terpeliharanya keseimbangan atas perbedaan kebutuhan data dari setiap aplikasi.
C. Kerugian Penggunaan Basis Data
Basis data juga memiliki beberapa kerugian dalam penggunannya. Adapun kerugian basis data (Lubis, 2016:8), yaitu:
1. Mahal dalam implementasinya. 2. Rumit/kompleks.
3. Penanganan proses recovery & back up sulit.
4. Kerusakan pada sistem basis data dapat mempengaruhi departemen terkait.
2.2. Teori Pendukung
Penulis juga menggunakan teknik/alat bantu dalam memvisualisasikan rancangan sistem. Teori-teori lain yang digunakan untuk mendukung penulisan ini terdiri dari diagram alir data (DAD), kamus data, entity relationship diagram (ERD), logical record structure (LRS), hierarchy input process output (HIPO) dan pengkodean atau struktur kode.
2.2.1. Diagram Alir Data (DAD)
Dalam pengembangan suatu sistem, diperlukan visualisasi dari rancangan agar dapat atau mudah dipahami oleh orang/team yang mengembangkan sistem tersebut. Pemvisualisasian rancangan/pengembangan sistem ini menggunakan diagram alir data (DAD). Diagram alir data (DAD) juga biasa dikenal dengan sebutan data flow diagram (DFD).
Menurut Maniah dan Hamidin (2017:44) mengemukakan bahwa:
Diagram alir data (DFD), terutama untuk menggambarkan sistem operasional dimana fungsi sistem sangat penting dan kompleks dibandingkan data yang dimanipulasi sistem. Keunggulan dari DFD adalah: DFD mudah dipahami oleh orang teknik maupun non teknik, memberikan gambaran sistem secara menyeluruh, lengkap dengan lingkup sistem dan hubungan ke sistem lainnya dan memberikan tampilan komponen-komponen sistem secara detail.
Sedangkan, menurut Sukamto dan Shalahuddin (2015:70) “DFD tidak sesuai untuk memodelkan sistem yang menggunakan pemrograman berorientasi objek”.
Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa diagram alir data merupakan teknik yang digunakan untuk menggambarkan sistem agar mudah dipahami oleh orang teknik maupun non teknik yang memberikan gambaran sistem secara menyeluruh dan lengkap dengan lingkup sistem dan tidak cocok untuk memodelkan sistem yang menggunakan pemrograman berorientasi objek.
A. Simbol-Simbol Diagram Alir Data (DAD)
Dalam penggambaran diagram alir data (DAD) ini menggunakan simbol-simbol. Penjelasan dari simbol-simbol diagram alir data (DAD) ini disajikan ke dalam tabel berikut ini (Muslihudin dan Oktafianto, 2016: 47).
Tabel II.1.
Simbol-Simbol Diagram Alir Data (DAD) Notasi
Gane & Sarson
Notasi Yourdon/De Marco
Keterangan
Entitas eksternal, untuk merepresentasikan sebuah external entity, orang (user) atau program lain.
Proses, kegiatan yang dilakukan oleh orang, mesin, atau komputer dari hasil suatu data yang masuk ke dalam proses untuk menghasilkan data yang keluar dari proses. Entitas Eksternal
Entitas Eksternal
Aliran Data, panah yang merepresentasikan data atau lebih objek data (arus data), khusus dari sumber ke tujuan.
Penyimpanan data atau tempat data direfer/disimpan oleh proses. Sumber: Muslihudin dan Oktafianto (2016:47)
B. Tingkatan Konstruksi Diagram Alir Data (DAD)
Gambaran suatu sistem menggunakan diagram alir data (DAD) ini mempunyai tahapan-tahapan yang wajib dilakukan sewaktu menggambar diagram alir data (DAD). Adapun tingkatan konstruksi/tahapan dalam penggambaran DAD (Muslihudin dan Oktafianto, 2016:48), yaitu:
1. Diagram konteks
Diagram konteks menggambarkan dan dapat mewakili seluruh proses yang terdapat di dalam suatu sistem. merupakan tingkatan tertinggi dalam diagram alir data (DAD) dan biasanya diberi nomor nol (0). Semua entitas eksternal yang ditunjukkan pada diagram konteks berikut aliran-aliran data utama menuju dan dari sistem. Diagram ini sama sekali tidak memuat penyimpanan data dan tampak sederhana untuk diciptakan.
2. Diagram nol (diagram level-1)
Diagram nol menggambarkan sistem sesuai dengan banyak proses yang terjadi di dalam sistem dan merupakan pemecahan dari diagram konteks. Di dalam diagram ini memuat penyimpanan data.
Aliran Data Aliran Data
3. Diagram rinci
Diagram rinci merupakan diagram yang menguraikan proses apa yang ada dalam diagram nol.
C. Syarat Pembuatan Diagram Alir Data (DAD)
Dalam penggambaran atau pembuatan diagram alir (DAD) ini memilik aturan-aturan tertentu agar pengguna teknik atau non teknik dapat memahami gambar tersebut. Syarat-syarat pembuatan DAD (Muslihudin dan Oktafianto, 2016:49), yaitu:
1. Pemberian nama untuk tiap komponen DFD. 2. Pemberian nomor pada komponen proses.
3. Penggambaran DFD sesering mungkin agar enak dilihat. 4. Penghindaran penggambaran DFD yang rumit.
5. Pemastian DFD yang dibentuk itu konsisten secara logika. 2.2.2. Kamus Data
Data-data yang mengalir di diagram alir data (DAD) biasanya disajikan dalam bentuk singkatan. Untuk mendeskripsikan data-data yang mengalir pada diagram alir data ini menggunakan kamus data.
Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2015:73) “kamus data adalah kumpulan daftar elemen data yang mengalir pada sistem perangkat lunak sehingga masukan (input) dan keluaran (output) dapat difahami secara umum (memiliki standar cara penulisan)”. Sedangkan, menurut Djahir dan Pratita (2015:199) mengemukakan bahwa “kamus data adalah suatu ensiklopedi dari informasi yang berkenaan dengan data organisasi/perusahaan, dan penjelasan ini dikombinasikan
kepada komputer melalui data description language-DDL, yang menghasilkan skema”.
Berdasarkan kumpulan teori dari para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa kamus data (data dictionary) merupakan rincian atau spesifikasi dari data-data yang terkumpul dan mengalir pada sistem perangkat lunak yang memiliki deskripsi agar dapat dipahami secara umum.
Kamus data dalam implementasi program dapat menjadi parameter masukan atau keluaran dari sebuah fungsi atau prosedur. Biasanya kamus data (Sukamto dan Shalahuddin, 2015:74) berisikan:
1. Nama
Kamus data berisikan nama data yang mengalir di DAD. 2. Digunakan
Kamus data digunakan pada proses-proses terkait aliran data. 3. Deskripsi
Deskripsi disini menguraikan data-data yang mengalir menjadi lebih detail. 4. Informasi tambahan
Kamus data biasa berisikan informasi tambahan seperti tipe data, nilai data, batas nilai data, dan komponen yang membentuk data tersebut.
Kamus data memiliki beberapa simbol untuk menjelaskan informasi tambahan tersebut. Adapun simbol-simbol tersebut menurut Sukamto dan Shalahuddin (2015:74) dapat dilihat pada tabel berikut ini.
Tabel II.2.
Simbol-Simbol Kamus Data
Simbol Keterangan
= Disusun atau terdiri dari
+ Dan
[|] Baik … atau ….
{ }n n kali diulang/bernilai banyak ( ) Data opsional
*…* Batas komentar Sumber: Sukamto dan Shalahuddin (205:74) 2.2.3. Entity Relationship Diagram (ERD)
Untuk menggambarkan struktur data agar bisa dipahami secara langsung oleh pengguna teknik maupun teknik dapat menggunakan entity relationship diagram (ERD). Entity relationship diagram (ERD) menjelaskan setiap entitas dan hubungan yang terjadi antar entitas tersebut.
Menurut Sukamto dan Shalahuddin (2015:53) “ERD adalah bentuk paling awal dalam melakukan perancangan basis data relasional. Jika menggunakan OODMBS maka perancangan ERD tidak perlu dilakukan”. Sedangkan, menurut Lubis (2016:31) mengemukakan bahwa “ERD menjadi salah satu pemodelan data konseptual yang paling sering digunakan dalam proses pengembangan basis data bertipe relasional”.
Maka dari itu, penulis menyimpulkan bahwa entity relationship diagram (ERD) merupakan teknik pemodelan struktur data secara konseptual yang menggambarkan entitas lengkap dengan atributnya dan hubungan yang terjadi antar entitas tersebut.
Penjelasan dari simbol-simbol yang digunakan untuk menggambarkan entity relationship diagram (ERD) menurut Chen dalam buku Sukamto dan Shalahuddin (2015:50) disajikan ke dalam bentuk tabel.
Tabel II.3.
Komponen Entity Relationship Diagram (ERD)
Notasi Komponen Keterangan
Entitas/entity
Entitas merupakan data inti yang akan disimpan, bakal tabel pada basis data, benda yang memiliki data dan harus disimpan datanya agar dapat diakses oleh aplikasi komputer. Penamaan entitas biasanya lebih ke kata benda dan belum merupakan nama tabel. Atribut Field atau kolom data yang butuh
disimpan dalam suatu entitas.
Atribut kunci primer
Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suatu entitas dan digunakan sebagai kunci akses record yang diinginkan, biasanya berupa id. Kunci primer dapat lebih dari satu kolom, asalkan kombinasi dari beberapa kolom tersebut dapat bersifat unik (berbeda tanpa ada yang sama). Atribut
multinilai/multivalue
Field atau kolom data yang butuh disimpan dalam suatu entitas yang dapat memiliki lebih dari satu.
Relasi
Relasi yang menghubungkan antar entitas, diawali dengan kata kerja. nama_entitas
nama_atribut
nama_relasi kunci_primer
Asosiasi/association
Penghubung antara relasi dan entitas dimana di kedua ujungnya memiliki multiplicity kemungkinan jumlah pemakaian. Kemungkinan jumlah maksimum keterhubungan antara entitas satu dengan entitas yang lain disebut dengan kardinalitas. Misalkan ada kardinalitas 1 ke N atau sering disebut dengan one to many menghubungkan entitas A dan entitas B.
Sumber: Sukamto dan Shalahuddin (2015:50) 2.2.4. Hierarchy Input Process Output (HIPO)
Teknik dalam mendokumentasikan rancangan/pengembangan suatu sistem dapat menggunakan teknik hierarchy input process output (HIPO). Teknik ini dapat memenuhi kebutuhan para programmer maupun penggunanya.
Menurut Fatta (2007:150) menyatakan bahwa “HIPO adalah teknik penggambaran modul-modul yang nantinya akan dikembangkan oleh programmer menjadi prosedur-prosedur dalam program sistem informasi”. Sedangkan, menurut Ladjamudin (2013:211), “hierarchy-plus-input-process-output (HIPO) merupakan teknik untuk mendokumentasikan sistem pemograman”.
Dapat disimpulkan bahwa hierarchy input process output (HIPO) merupakan teknik yang digunakan untuk mendokumentasikan/menggambarkan sistem pemrograman yang dapat memenuhi kebutuhan programmer maupun kebutuhan pengguna sistem.
2.2.5. Pengkodean
Salah satu syarat baik dalam penulisan kode di dalam basis data adalah menggunakan struktur kode atau dikenal dengan teknik pengkodean agar data tersebut tidak mengalami kejadian perulangan (redundant).
Menurut Sutabri dalam Puspitawati dan Anggadini (2011:96) menyatakan bahwa “sistem pengkodean terdiri dari himpunan karakter, simbol-simbol yang dapat diterima dan telah dinyatakan digunakan untuk mengidentifikasikan objek tertentu”. Kode yang baik menggunakan aturan-aturan tertentu agar memudahkan proses pengolahan data karena dengan kode, data akan lebih mudah untuk diidentifikasi (Shatu, 2016:106).
Penulis menyimpulkan bahwa pengkodean atau struktur kode merupakan teknik yang digunakan untuk mengindentifikasikan data-data dengan kode yang unik dan digunakan untuk membantu proses identifikasi dan pengolahan data yang memiliki aturan tertentu dan dapat diterima.
A. Syarat-Syarat Kode yang Baik
Sebuah kode kode yang baik memiliki syarat-syarat tertentu atau faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan. Adapun faktor-faktor-faktor-faktor pertimbangan (Shatu, 2016:107) dalam pembuatan kode yaitu:
1. Kode yang disusun perlu disesuaikan dengan metode proses data.
2. Setiap kode harus mewakili hanya satu item sehingga tidak membingungkan. 3. Kode yang disusun harus memudahkan pemakai untuk mengingatnya.
4. Kode yang disusun harus fleksibel, dalam arti memungkinkan dilakukan perluasan tanpa perubahan menyeluruh.
6. Kode yang panjang perlu dipotong-potong (chunking) untuk memudahkan mengingat.
7. Dalam kode yang panjang perlu diberi kode yang merupakan check digit, yaitu untuk mengecek kebenaran kode.
B. Macam-Macam Kode
Kode dapat dibuat dalam berbagai struktur kode yang berbeda. Setiap struktur mempunyai kelebihan dan kelemahan. Berikut ini adalah macam-macam kode (Shatu, 2016:108) yang dapat digunakan:
1. Kode urut nomor
Kode yang terbentuk dari susunan angka/nomor. Setiap kode memiliki jumlah angka yang sama (digit).
2. Kode kelompok
Kode kelompok bertujuan untuk membagi data dalam kelompok tertentu. Tiap kelompok akan diberi kode dengan angka atau huruf tertentu, sehingga masing-masing posisi angka/huruf dari kode mempunyai arti.
3. Kode blok
Setiap kelompok data diberi kode dalam blok nomor tertentu. Kode blok mirip dengan kode kelompok.
4. Kode desimal
Setiap kelompok data akan diberi kode dari 0 sampai dengan 9. Oleh karena itu pengelompokan data harus dilakukan maksimum dalam sepuluh kelompok. 5. Kode mnemonic
Kode mnemonic merupakan kode singkatan data yang digunakan untuk membatu pengguna kode ini dalam membaca maksud dari singkata tersebut.
6. Kode bar
Kode bar terdiri dari batangan-batangan hitam, biasa digunakan untuk perusahaan makanan dan minuman. Kode ini sebenarnya merupakan transformasi dari angka menjadi batangan-batangan kode, pembedanya adalah ketebalan dari batangan-batangan (bar) tersebut.
2.2.6. Visual Basic
Menurut Jubile Enterprise (2017:1) “visual basic merupakan pengembangan dari BASIC yang dibuat sebagai bahasa pemrograman yang mudah dipelajari dan digunakan”. Sedangkan menurut Winarno, dkk (2010:98) “program visual basic adalah kombinasi dari keyword, properti, nama, objek, variabel, angka, simbol khusus, dan nilai lainnya yang secara kolektif membentuk sebuah instruksi dipahami oleh compiler Visual Basic”.
Maka dari itu dapat disimpulkan bahwa visual basic merupakan bahasa pemrograman yang terdiri dari kombinasi yang terdiri keyword, properti, nama, objek, variabel, angka, simbol khusus, dan nilai lainnya sehingga membentuk sebuah instruksi yang mudah dipelajari dan digunakan.