• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 9 MAKASSAR

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF PESERTA DIDIK KELAS X SMA MUHAMMADIYAH 9 MAKASSAR"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

i SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Fisika Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar

DARNIATI 10539 1010 12

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JANUARI 2017

(2)

ii

(3)

iii

(4)

iv

NIM : 10539 1010 12

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar

Skripsi yang saya ajukan di depan tim penguji adalah asli hasil karya saya sendiri, bukan hasil ciplakan atau dibuat oleh orang lain.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya dan saya bersedia menerima sanksi apabila pernyataan ini tidak benar.

Makassar, Oktober 2016 Yang Membuat Pernyataan

DARNIATI 10539 1010 12

(5)

v

NIM : 10539 1010 12

Program Studi : Pendidikan Fisika

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Judul Skripsi : Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar

Dengan ini menyatakan perjanjian sebagai berikut:

1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya skripsi ini, saya yang menyusunnya sendiri (tidak dibuatkan oleh siapapun).

2. Dalam penyusunan skripsi ini saya selalu melakukan konsultasi dengan pembimbing yang telah ditetapkan oleh pimpinan fakultas.

3. Saya tidak akan melakukan penciplakan (plagiat) dalam penyusunan skripsi saya.

4. Apabila saya melanggar perjanjian saya yang terdapat pada butir 1, 2 dan 3 maka saya bersedia menerima sanksi sesuai aturan yang ada.

Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran

Makassar, Oktober 2016 Yang Membuat Perjanjian

DARNIATI 10539 1010 12

(6)

vi

Belajar adalah proses menambah wacana, keahlian dan pengetahuan, tentang kerja dan kehidupan. Banyak orang berhenti kuliah berhenti belajar, karena pembelajar sejati selalu menimba ilmu dari Universitas Kehidupan.

Semua dimulai dari sebuah impian yang dibawa dalam doa dibarengi denga usaha dan diimani dalam setiap tindakan dan tutur kata. Tidak ada masalah yang tidak bisa diselesaikan selama ada komitmen bersama untuk menyelesaikannya. Tidak ada kata terlambat untuk menjadi seorang yang kita inginkan ketika kita memiliki tekad yang kuat.

Berangkat dengan penuh keyakinan, berjalan dengan penuh keikhlasan, istiqammah dalam menghadapi cobaan. KERJA KERAS, YAKIN, IKHLAS, ISTIQAMAH insyaallah SUKSES.

Kupersembahkan karya ini buat:

Kedua orang tuaku, Saudaraku, dan Sahabatku

yang dengan keikhlasan dan doanya telah mendukung penulis

dalam mewujudkan harapan menjadi kenyataan

(7)

vii

Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar.

(Dibimbing oleh: Hj. Rahmini Hustim dan H. Abd. Samad)

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra-eksperimen yang melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen dengan tujuan untuk mengetahui kemampuan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar Tahun Pelajaran 2016/2017. Penelitian ini mengacu pada kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Desain penelitian yang digunakan adalah The One Shot Case Study, yaitu sebuah eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding (kontrol) dan dilaksanakan dengan hanya satu kali tes, yaitu tes setelah perlakuan (posttest).

Subjek penelitian dalam penelitian ini yaitu peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar sebanyak 18 orang sebagai sampel untuk diterapkan model pembelajaran Problem Based Learning. Pada Hasil penelitian menunjukkan bahwa: skor rata-rata tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning adalah 12,00 dengan standar deviasi 3,29. Dari hasil tersebut terdapat 2 peserta didik berada pada kategori sangat rendah dengan presentase 11,11%, untuk kategori rendah terdapat 3 peserta didik atau dengan presentasi 16,67%, untuk kategori sedang terdapat 3 peserta didik atau 16,67%, untuk kategori tinggi terdapat 7 peserta didik atau 38,89%, dan untuk kategori sangat tinggi terdapat 3 peserta didik atau 16,67%.

Keyword: Problem Based Learning, Kemampuan Berpikir Kreatif

(8)

viii

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan Rahmat petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X

SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Salam serta salawat tetap tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, nabi sebagai uswatun hasanah bagi kita umat islam sedunia.

Penghargaan dan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Ularman dan ibunda Umisom yang penuh kasih sayang dan pengorbanan membimbing dan mendoakan anak-anaknya. Demikian pula, kepada kakanda, adinda dan teman-teman seperjuangan beserta keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemani penulis dalam berbagai hal.

Pada kesempatan ini juga, dengan penuh rasa hormat dihaturkan terima kasih kepada Pembimbing I ibunda Dra. Hj. Rahmini Hustim, M.Pd dan Pembimbing II ayahanda Drs. H. Abd. Samad, M.Si yang dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

viii

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan Rahmat petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X

SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Salam serta salawat tetap tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, nabi sebagai uswatun hasanah bagi kita umat islam sedunia.

Penghargaan dan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Ularman dan ibunda Umisom yang penuh kasih sayang dan pengorbanan membimbing dan mendoakan anak-anaknya. Demikian pula, kepada kakanda, adinda dan teman-teman seperjuangan beserta keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemani penulis dalam berbagai hal.

Pada kesempatan ini juga, dengan penuh rasa hormat dihaturkan terima kasih kepada Pembimbing I ibunda Dra. Hj. Rahmini Hustim, M.Pd dan Pembimbing II ayahanda Drs. H. Abd. Samad, M.Si yang dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

viii

Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Allah swt, yang telah melimpahkan Rahmat petunjuk-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi hasil penelitian berjudul Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X

SMA Muhammadiyah 9 Makassar. Salam serta salawat tetap tercurah kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW, nabi sebagai uswatun hasanah bagi kita umat islam sedunia.

Penghargaan dan ungkapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tua tercinta ayahanda Ularman dan ibunda Umisom yang penuh kasih sayang dan pengorbanan membimbing dan mendoakan anak-anaknya. Demikian pula, kepada kakanda, adinda dan teman-teman seperjuangan beserta keluarga yang tak hentinya memberikan motivasi dan selalu menemani penulis dalam berbagai hal.

Pada kesempatan ini juga, dengan penuh rasa hormat dihaturkan terima kasih kepada Pembimbing I ibunda Dra. Hj. Rahmini Hustim, M.Pd dan Pembimbing II ayahanda Drs. H. Abd. Samad, M.Si yang dengan tulus ikhlas telah meluangkan waktunya dalam membimbing, mengarahkan dan memberikan dorongan kepada penulis dalam menyelesaikan proposal penelitian ini.

(9)

ix

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar (3) Nurlina, S.Si.,M.Pd. Ketua Prodi Pendidikan Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar (4) Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Prodi Pendidikan Fisika yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan dan berbagai pengalaman kepada penulis.

Akhirnya, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan sumbangan berupa saran dan kritik yang bersifat membangun, karena penulis menyadari sepenuhnya bahwa tulisan ini masih jauh dari kesempurnaan. Semoga tulisan ini dapat bermanfaat kepada kita semua, dan kita tetap dalam lindungan Allah swt, Amin.

Makassar, Oktober 2016

Penulis

(10)

x

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

SURAT PERNYATAAN ... iv

SURAT PERJANJIAN ... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN... vi

ABSTRAK ...vii

KATA PENGANTAR ... viii

DAFTAR ISI...x

TAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian...5

D. Manfaat Penelitian...5

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka...7

(11)

xi

A. Jenis Penelitian... 26

B. Rancangan Penelitian ... 26

C. Populasi dan Sampel ... 27

D. Definisi Operasional Variabel ... 27

E. Insntrumen Penelitian ... 28

F. Teknik Pengumpulan Data... 30

G. Teknik Analisis Data... 30

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 33

B. Pembahasan Hasil Penelitian ... 35

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 39

B. Saran... 39

DAFTAR PUSTAKA ... 40

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DOKUMENTASI

RIWAYAT HIDUP

(12)

xii

Tabel 2.1 Perbedaan PBL vs. Metode Lain ... 13

Tabel 2.2 Langkah-langkah Problem Based Learning ... 16

Tabel 2.3 Penilaian Berpikir Kreatif ... ... 23

Tabel 3.1 Design The One Shot Case Study ... 26

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ... 30

Tabel 3.3 Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik ... 32

Tabel 4.2 Deskripsi Posttest Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Setelah diterapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning ... 33

Tabel 4.3 Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik ... 34

(13)

xiii

Gambar 4.1 Frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada

saat posttest ...35

(14)

xiv

A.2 Bahan Ajar...57

A.3 Lembar Diskusi Peserta Didik (LDPD) ...72

A.4 Kisi-kisi Instrumen Kemampuan Berpikir Kreatif...74

A.5 Insrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif ...75

A.6 Uji Validitas dan Reliabilitas Insntrumen ...83

LAMPIRAN B B.1 Soal Posttest ...100

B.2 Jawaban Soal Posttest ...105

B.3 Daftar Nilai Peserta Didik ...112

B.4 Hasil Analisis Data Posttest ...113

B.5 Analisis SPSS ...114

LAMPIRAN C C.1 Daftar Hadir Peserta Didik ... 118

C.2 Daftar Nama Kelompok Peserta Didik... 119

C.3 Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 120

(15)

PBRSEI]TIJTIAN PE MBIMBT1YG

!ri:;

::,t a Vang bersangkutan:

[j;:;

: DARNIATI

-'i :

10539101012

;- ;=:

Studi : Pendidikan Fisika

;

- -.s :

Keguruan dan Ilmu PenrJidikan

-,::..:

Judul

:

Penerapan

Modei

Pen*belajaran Problem Bused Laerning Terhadap l(e-mampuan Berpihir Kreatif Peserta Didik Kelas X SMA Muham madiya& 9 l\{akassar.

:

Telah diperiksa d.am diteliti ulang, maka sknpsr

iri

telah *remenuhi persyaratan

-- ---< Jr;, ikan.

Ifld<assq*f, 13 Januari 20I?

Bisetr$ui.oleh:

Pembirnbing II

W\ ?tu)---

D*s. H. Abd. Samad. M.Si

ffi

Diketahui:

iii

[ustim. M;Pd

\-IDN. 0028124s02

(16)

E

E

I

Atfr

deh

atas nama DARNTATT, Nnvr 10539I0I0I2 diterima dan disahkan

Ljian

Slcripsi berdasarkan Surat Keputusan Rektor universitas

r-ah Makassar Nomor: 004 Tahun r43g H

I

2016 M, pada Tanggal 04

r

1438

H /

03 Januari 2017

M,

sebagai sarah satu syarat guna gelar Sarjana Pendidikan pada program studi pendidikan Fisika, Keguruan dan Ilmu pendidikan Universitas Muhammadiyah Makassar .llu:r'&t, tanggal 13 Januari 2Afi.

J.,faless l3 ]anr.lart ?CI17 M 14 Rahiul AI*ir143B F.

nEr

P;INITEA {IJ[..qttl

-

r:

! 3s L"rurn ; Dr. Hr. Ahd. R.lunan iiiihim, SE., Ivfivl

.:,:

.

-. :

:

iir.

H. AniJi Si:}:ri Svamsur:i. M.Hum

: Kfua*ruddin, S. pd.. f"4.pd

=ii1

: i. Dr."h{iAgus Maitawijaya, I\_4,.Fd

2. Ma?iuq S.Pd"" M pri

3. Drs. H. Abd. Samad. M.Si

4. Dra. Hj. Aisyah Azis, M.pd

6067tot

*t8"""-;-

(17)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Mencermati tujuan pendidikan nasional sebagaimana yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 3 dijelaskan bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Namun untuk mewujudkan hal tersebut di atas, tentu diperlukan suatu proses dan upaya kerja keras yang sejalan dengan sistem pendidikan nasional.

Sehubungan hal di atas, pelaksanaan pendidikan yang berlangsung dalam upaya mencapai tujuan pendidikan sebagaimana yang dimaksud tersebut di atas masih mengalami kendala terutama masalah kualitas. Salah satu kendala yang dialami dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan di sekolah tersebut adalah pada pendidikan fisika.

Pada saat ini seorang guru mempunyai tanggung jawab untuk membawa dan menempatkan peserta didiknya bukan hanya sebagai bagian dari tempat ia belajar, tapi merupakan bagian dari overseas education (seluruh dunia). Dari sinilah terjadi perubahan dalam tujuan pendidikan, dimana pada saat ini tujuan pendidikan harus bersifat global, yaitu mempersiapkan peserta didik untuk terjun dalam cakupan yang lebih luas, bukan hanya regional tetapi internasional. Untuk

(18)

itulah UNESCO menetapkan empat pilar tujuan pendidikan yaitu: learning to know, learning to be, learning to life together dan learning to do. Keempat pilar tersebut diharapkan mampu menghadapi tantangan dan tuntunan masyarakat di abad ke-21 atau abad pengetahuan sekarang ini.

Pengembangan potensi peserta didik, berilmu cakap dan kreatif dalam pendidikan fisika sangat penting terutama dalam memenuhi tuntutan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Kemampuan kognitif, afektif dan psikomotorik manusia dapat dibentuk dalam kegiatan pendidikan, kegiatan pendidikan dapat dilakukan melalui suatu proses yang dikenal dengan proses pembelajaran, yaitu proses yang dilakukan seseorang yang bertanggung jawab terhadap terbentuknya peristiwa belajar pada peserta didik.

Keberhasilan pembelajaran tidak hanya dipengaruhi oleh metode dan model pembelajaran tetapi juga dipengaruhi oleh kemampuan berpikir kreatif peserta didik. Peserta didik yang kreatif dalam proses pembelajaran dimungkinkan memiliki prestasi belajar yang tinggi karena lebih mudah mengikuti pembelajaran, sedangkan peserta didik yang tidak berpikir kreatif cenderung lebih sulit mengikuti pembelajaran.

Salah satu contoh yang dapat dilakukan adalah dengan meningkatkan kualitas pembelajaran sehingga partisipasi dan keaktifan peserta didik dapat meningkat. Partisipasi peserta didik yang meningkat dalam pembelajaran dapat memunculkan kemampuan berpikir peserta didik sehingga dapat menimbulkan masalah yang berkaitan dengan materi pelajaran, dengan demikian akan menumbuhkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap objek yang sedang

(19)

dipelajari. Permasalahan-permasalahan yang muncul sebagai akibat dari rasa ingin tahu peserta didik tersebut menuntut adanya pemecahan masalah didalam kelas baik secara individu maupun kelompok.

Peningkatan kemandirian dalam berpikir peserta didik salah satunya yaitu dengan penerapan model pembelajaran problem based learning. Alasan digunakannya Problem Based Learning dalam pembelajaran menurut Duncan &

Al-Nakeeb (dalam Fidiana, dkk, 2012:39), adalah untuk mendorong peserta didik agar mampu bertanggung jawab pada pembelajarannya sendiri dengan sebuah permasalahan yang membutuhkan banyak penyelesaian.

Pembelajaran yang membelajarkan peserta didik menjadi pemecah masalah yang handal mempunyai beberapa keuntungan seperti berikut, (Dwi, 2013: 15)

1) Langkah-langkah pemecahan masalah membantu mempercepat peserta didik dalam memahami masalah dan menyusun persamaan matematis yang dibutuhkan (Gok & Silay).

2) Dapat meningkatkan kesadaran peserta didik akan pengetahuan dan ketrampilan memecahkan masalah (Selcuk, dkk).

3) Dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah (Gok, dkk.;

Selcuk, dkk).

4) Dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik (Subrata, Sabani, Gok

& Silay)

Oleh karena itu, salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian adalah penerapan strategi pembelajaran yang aktif dan meninggalkan strategi belajar

(20)

mengajar yang tradisional seperti ceramah. Dengan model pembelajaran aktif akan mampu meningkatkan ketrampilan berpikir kreatif serta hasil belajar baik sikap, kognitif dan psikomotor peserta didik. Model pembelajaran aktif yang dimaksud adalah suatu model pembelajaran yang memfokuskan kepada pola pikir peserta didik dalam menyelesaikan masalah bukan terpusat kepada guru dalam kegiatan belajar mengajar, salah satunya dengan model pembelajaran problem based learning. Model pembelajaran ini merupakan model pembelajaran yang pada tahapnya guru membimbing peserta didik untuk mencermati permasalahan, mempelajari LKPD, handout, serta sumber-sumber referensi yang terkait untuk bahan diskusi dan menyelesaikan tugas-tugas. Dimana peserta didik dirangsang untuk berpikir kreatif untuk memecahkan masalah melalui permasalahan yang diberikan oleh guru. Model pembelajaran ini dikatakan berhasil ketika peserta didik mampu menyelesaikan tugas-tugasnya dengan mengaitkan pemahaman konsepnya melalui kemampuan berpikirnya terhadap permasalahan tersebut.

Dari uraian permasalahan tersebut di atas, maka peneliti bermaksud untuk melakukan penelitian dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Kelas X SMA Muhammadiyah IX Makassar”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka permasalahan yang menjadi pokok penilitian yakni: Seberapa besarkah kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran problem based learning terhadap Peserta didik Kelas X SMA Muhammadiyah IX?

(21)

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, maka penelitian bertujuan: Untuk mengetahui besarnya kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran problem based learning terhadap Peserta didik Kelas X SMA Muhammadiyah IX Makassar.

D. Manfaat Penelitian 1. Bagi peserta didik

a. Meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik dalam pembelajaran fisika.

b. Memberikan suasana pembelajaran yang variatif sehingga pembelajaran fisika tidak monoton dan membosankan.

2. Bagi guru

a. Memberikan referensi bagi guru fisika untuk memperoleh gambaran penggunaan model pembelajaran yang dapat diterapkan pada pelajaran fisika

b. Memotivasi guru untuk mengembangkan lebih lanjut model Problem Based Learning terhadap kemampuan berpikir peserta didik

3. Bagi Institusi

Memberikan masukan dalam upaya mengembangkan proses pembelajaran yang mampu meningkatkan kemampuan berpikir kreatif peserta didik sehingga meningkatkan sumber daya pendidikan untuk menghasilkan lulusan yang berkualitas.

(22)

4. Bagi peneliti

Sebagai upaya untuk mengembangkan pengetahuan sekaligus dapat menambah wawasan, pengalaman dalam proses pembinaan diri sebagai calon pendidik.

(23)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Kajian Pustaka

1. Model Pembelajaran

Menurut Dahar (dalam Rusman, 2013:117) mengatakan bahwa Model adalah suatu analog konseptual yang digunakan untuk menyarankan bagaimana sebaiknya meneruskan penelitian empiris tentang suatu masalah. Jadi, model ialah suatu struktur konseptual yang telah berhasil dikembangkan dalam suatu bidang, dan sekarang diterapkan, terutama untuk membimbing penelitian berpikir dalam bidang lain, biasanya dalam bidang yang belum begitu berkembang.

Dalam pengertian lain, Joyce & Weil (dalam Rusman, 2013:100) mendefinisikan model pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran.

Dengan demikian, model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Jadi model pembelajaran cenderung preskriptif, yang relatif sulit dibedakan dengan strategi pembelajaran. Model pembelajaran diartikan sebagai prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar. Dapat juga diartikan suatu pendekatan yang digunakan dalam proses pembelajaran. Jadi, model pembelajaran memiliki arti yang sama dengan pendekatan, strategi atau metode pembelajaran.

Saat ini telah banyak dikembangkan berbagai macam model pembelajaran, dari

7

(24)

yang sederhana sampai model yang agak kompleks dan rumit karena memerlukan banyak alat bantu dalam penerapannya.

Dari beberapa definisi tersebut, dapat diketahui ciri-ciri model pembelajaran secara khusus diantaranya adalah:

1. Rasional teoritik yang logis yang disusun oleh para pencipta atau pengembangnya.

2. Landasan pemikiran tentang apa dan bagaimana peserta didik belajar.

3. Tingkah laku mengajar yang diperlukan agar model tersebut dapat dilaksanakan dengan berhasil.

4. Lingkungan belajar yang diperlukan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Ada lima model pembelajaran yang memiliki kecenderungan berlandaskan paradigma konsntruktivistik, yaitu: model reasoning and problem solving, model inquiry training, model problem based learning, model pembelajaran perubahan konseptual, dan model group investigation.

2. Pengertian Problem Based Learning

Masalah merupakan kesenjangan antara harapan dengan kenyataan, atau dapat dikatakan sebagai suatu kesenjangan yang terjadi antara kondisi ideal yang didambakan dengan kenyataan yang tengah dijalani. Masalah akan muncul bilamana keinginan suatu individu tidak mampu ia penuhi karena berbagai kondisi dan keterbatasan yang ia miliki.

(25)

Sebagai bagian dari proses pembelajaran, masalah muncul dalam berbagai bentuknya, antara lain:

a. Kinerja yang tidak sesuai

b. Situasi yang menuntut perhatian atau peningkatan c. Mencari cara yag lebih baik atau hal yang baru

d. Fenomena yang masih menjadi misteri atau belum dapat dijelaskan e. Adanya kesenjangan dalam informasi dan pengetahuan

f. Masalah pengambilan keputusan

Masalah yang disajikan haruslah dapat merangsang dan memicu peserta didik untuk menjalankan proses pembelajaran yang baik. Masalah yang diberikan oleh pendidik dalam proses PBL yang baik, memiliki ciri khas seperti berikut, Wee, Kek (dalam Amir, 2009):

a. Punya keaslian seperti di dunia nyata

Masalah yang disajikan sedapat mungkin memang merupakan cerminan masalah yang dihadapi di dunia nyata.

b. Dibangun dengan memperhitungkan pengetahuan sebelumnya

Masalah yang dirancang dapat membangun kembali pemahaman peserta didik atas pengetahuan yang telah didapat sebelumnya. Jadi, pengetahuan-pengetahuan yang baru didapat, ia bisa melihat kaitannya dengan pengetahuan yang telah ditemukan sebelumnya.

c. Membangun pemikiran yang metakognitif dan konstruktif

masalah dalam PBL akan membuat peserta didik terdorong melakuakan pemikiran yang metakognitif. peserta didik menjalankan

(26)

proses PBL sembari menguji pemikirannya, mempertanyakannya, mengkritisi gagasan sendiri, sekaligus mengeksplor hal yang baru.

d. Meningkatkan minat dan motivasi dalam pembelajaran

dengan rancangan masalah yang menarik dan menantang, peserta didik akan tergugah untuk belajar. bila relavansi tinggi dengan saat nanti praktek, biasanya peserta didik akan terangsang rasa ingin tahunya dan bertekad untuk menyelesaikan masalahnya.

e. Sasaran tepat dan terliputi dengan baik

Sasaran itu didapat peserta didik dengan peliputan materi yang dilakukan sendiri oleh peserta didik, saat mereka menalarnya dan melakukan aktifitas merevisi.

Dengan menggunakan masalah-masalah tersebut dijadikan sebagai metode pembelajaan Problem Based Learning, karena masalah yang diberikan di awal pelajaran digunakan sebagai pemicu proses pembelajaran.

Problem Based Learning yaitu suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar melalui berpikir kritis dan ketrampilan pemecahan masalah dalam rangka memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensi dari materi pelajaran.

Menurut Dutch, 1994 (dalam Amir. 2009:21), Problem based learning (PBL) merupakan metode instruksional yang menantang peserta didik agar “belajar untuk belajar”, bekerja sama dalam kelompok untuk mencari solusi bagi masalah yang nyata. Masalah ini digunakan untuk mengaitkan rasa keingintahuan serta kemampuan analisis peserta didik dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

(27)

Dari batasan tersebut, terlihat bahwa materi pembelajaran terutamakan bercirikan ada masalah. Dalam proses PBL, sebelum pelajaran dimulai, pelajar akan diberikan masalah-masalah. Masalah yang disajikan adalah masalah yang memiliki konteks dengan dunia nyata. Semakin dekat dengan dunia nyata, akan semakin baik pengaruhnya pada peningkatan kecakapan pelajar. Dari masalah yang diberikan ini, pelajar bekerja sama dalam berkelompok, mencoba memecahkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki, dan sekaligus mencari informasi-informasi baru yang relevan untuk solusinya. Di sini, tugas pendidik adalah sebagai fasilitator yang mengarahkan pelajar untuk mencari dan menemukan solusi yang diperlakukan, dan juga sekaligus menentukan kriteria pencapaian proses pembelajaran.

Karateristik yang tercakup dalam proses PBL a. Masalah digunakan sebagai awal pembelajaran

b. Biasanya, masalah yang digunakan merupakan masalah dunia nyata yang disajikan ill-structured (secara mengambang)

c. Masalah biasanya menuntut multiple perspective (perspektif majemuk). Solusinya menuntut pemelajar menggunakan dan mendapatkan konsep dari beberapa bab pelajaran atau lintas ilmu ke bidang lainnya.

d. Masalah membuat pemelajar tertantang untuk mendapatkan pembelajaran diranah pembelajaran yang baru

e. Sangat mengutamakan self directed learning (belajar mandiri)

(28)

f. Memanfaatkan sumber pengetahuan yang bervariasi, tidak dari satu sumber saja. Pencarian, evaluasi serta penggunaan pengetahuan ini menjadi kunci penting

g. Pembelajaran kolaboratif, kominikatif dan kooperatif. Pemelajar bekerja dalam kelompok, berinteraksi, peer teaching (saling mengajarkan), dan melakukan presentasi.

Penyajian sebuah masalah dapat membantu pemelajar lebih baik dalam belajar. Ini adalah salah satu bedanya PBL dengan metode belajar yang konvensional. Bahwa yang namanya belajar tidak hanya sekadar:

mengingat/menghafal, meniru, mencontoh. Begitu pula dalam PBL, yang namanya “masalah” tidak sekadar “latihan” yang diberikan setelah contoh-contoh soal disajikan. Dalam cara-cara belajar konvensional, pendidik sering menerangkan, memberikan contoh-contoh soal sekaligus langkah-langkah untuk menyelesaikan soal. Kemudian pendidik memberikan berbagai variasi latihan dimana pemelajar menjawab pertanyaan serupa.

Tabel berikut ini menjelaskan, bahwa pendekatan PBL berbeda dengan pendekatan lain yang biasanya diberikan pendidik pada umumnya Savin; Badin &

Moust, Bouhuijs, Schmidt (dalam Amir, 2009:23).

(29)

Table 2.1 Perbedaan PBL vs. Metode Lain

Metode Belajar Deskripsi

Ceramah Informasi dipresentasikan dan didiskusikan oleh pendidik dan pemelajar

Kasus atau studi kasus

Pembahasan kasus biasanya dilakukan diakhir pelajaran dan selalu disertai dengan pembahasan di kelas tentang materi (dan sumber-sumbernya) atau konsep terkait dengan kasus. Berbagai materi terkait dan pertanyaan diberikan pada pemelajar.

PBL Informasi tertulis yang berupa masalah diberikan sebelum kelas dimulai. Fokusnya adalah bagaimana pemelajar mengidentifikasikan isu pembelajaran sendiri untuk memecahkan masalah.

Materi dan konsep yang relevan ditemukan oleh pemelajar sendiri.

Beberapa perbedaan di atas dapat menerangkan, bahwa “masalah” yang biasa seperti “pertanyaan untuk diskusi”, tidak sama dengan “masalah” dalam PBL. Dalam diskusi, pertanyaan diajukan untuk memicu pelajar terhubungkan dengan materi yang dibahas. Sementara “masalah” dalam PBL menuntut penjelasan atas sebuah fenomena. PBL juga berbeda dengan masalah dalam assignments (penugasan). Kalau peserta didik diberi masalah, tetapi juga sekaligus ditunjukkan hal-hal tertentu yang terkait dengan relatif lengkap, seperti yang sering diungkapkan pendidik, “coba pelajari hal-hal berikut…” maka ini dapat dikatakan penugasan. Dalam PBL, penugasan seperti ini akan digunakan saat individu anggota kelompok harus mendalami materi tertentu yang ditugaskan untuknya.

(30)

Langkah-langkah pembelajaran menggunakan Problem Based Learning (Amir, 2009:24-25) adalah sebagai berikut:

2) Mengklarifikasi istilah dan konsep yang belum jelas

Memastikan setiap anggota peserta didik memahami berbagai istilah dan konsep yang ada dalam masalah. Langkah pertama ini dapat dikatakan tahap yang membuat peserta didik berangkat dari cara memandang yang sama atas istilah- istilah atau konsep yang ada dalam masalah

3) Merumuskan masalah

Fenomena yang ada dalam masalah menuntut penjelasan hubungan- hubungan apa yang terjadi di antara fenomeno itu. Kadang-kadang ada hubungan yang masih belum nyata antara fenomenanya, atau ada yang sub-sub masalah yang harus diperjelas dahulu.

4) Menganalisis masalah

Peserta didik mengeluarkan pengetahuan terkait apa yang sudah dimiliki peserta didik tentang masalah. Terjadi diskusi yang membahas informasi faktual (yang tercantum pada masalah), dan juga informasi yang ada dalam pikiran peserta didik. Brainstorming (curah gagasan) dilakukan dalam tahap ini. Anggota kelompok mendapatkan kesempatan melatih bagaimana menjelaskan, melihat alternatif atau hipotesis yang terkait dengan masalah.

5) Menata gagasan dan secara sistematis menganalisisnya dengan dalam Bagian yang sudah dianalisis dilihat keterkaitannya satu sama lain, dikelompokkan; mana yang saling menunjang, mana yang bertentangan, dan

(31)

sebagainya. Analisis adalah upaya memilah-memilah sesuatu menjadi bagian- bagian yang membentuknya

6) Menformulasikan tujuan pembelajaran

Kelompok dapat merumuskan tujuan pembelajaran karena kelompok sudah tahu pengetahuan mana yang masih kurang, dan mana yang masih belum jelas. Tujuan pembelajaran akan dikaitkan dengan analisis masalah yang dibuat.

Inilah yang akan menjadi dasar gagasan yang akan dibuat laporannya. Tujuan pembelajaran ini juga yang dibuat menjadi dasar penugasan-penugasan individu disetiap kelompok.

7) Mencari informasi tambahan dari sumber yang lain

Saat ini kelompok sudah tahu informasi apa yang dimiliki, dan sudah punya tujuan pembelajaran. Kini saatnya mereka harus mencari informasi tambahan itu, dan menentukan dimana hendak dicarinya. Mereka harus mengatur jadwal, menentukan sumber informasi. Setiap anggota harus mau belajar sendiri dengan efektif untuk tahapan ini, agar mendapatkan informasi yang relevan, seperti misalnya menentukan kata kunci dalam pemilihan, memperkirakan topik, penulis, publikasi dari sumber pembelajaran. Pembelajar harus: memilih, meringkas pembelajaran itu dengan kalimatnya sendiri (ingatkan mereka untuk tidak hanya memindahkan kalimat dari sumber), dan mintalah menulis sumbernya dengan jelas. Keaktifan setiap anggota harus terbukti dengan laporan yang harus disampaikan oleh setiap individu/sub kelompok yang bertanggung jawab atas setiap tujuan pembelajaran.

(32)

8) Mensintesa (menggabungkan) dan menguji informasi baru, dan membuat laporan untuk dipresentasikan

Dari laporan-laporan individu/sub kelompok, yang dipresentasikan di hadapan anggota kelompok lain, kelompok akan mendapatkan informasi- informasi baru. Anggota yang mendengar laporan haruslah kritis tentang laporan yang harus disajikan. Kadang-kadang laporan-laporan yang dibuat menghasilkan pertanyaan-pertanyaan baru yang harus disikapi oleh kelompok. Pada langkah 7 ini kelompok sudah dapat membuat sintesis; menggabungkannya dan mengombinasikan hal-hal yang relevan. Sebagian bagus tidaknya aktivitas PBL kelompok, akan sangat ditentukan pada tahap ini. Keterampilan yang dibutuhkan adalah bagaimana meringkas, mendiskusikan, dan meninjau ulang hasil diskusi.

Tabei 2.2 Langkah-langkah Problem Based Learning

Fase Indikator Tingkah Laku Guru

1. Orientasi Peserta didik pada masalah

Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang diperlukan, dan memotivasi Peserta didik terlibat pada aktivitas pemecahan masalah 2. Mengorganisasi Peserta

didik untuk belajar

Membantu Peserta didik mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut

3. Membimbing pengalaman individual/kelompok

Mendorong Peserta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan eksperimen untuk

mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah

4. Mengembangkan dan Membantu Peserta didik dalam

(33)

menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai seperti laporan, dan membantu

mereka untuk berbagi tugas dengan temannya

5. Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah

Membantu Peserta didik untuk melakukan

refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan.

Agar peserta didik dalam pembelajarannya dapat mandiri diperlukan adanya suatu bahan ajar. Manfaat bahan ajar menurut Karuna (dalam Fidiana, 2012:39), bahan ajar memberikan kemudahan bagi guru dalam merancang, melaksanakan dan mengevaluasi kegiatan belajar mengajar sehingga pengetahuan dan ketrampilan/kompetensi dalam pembelajaran mudah dicapai peserta didik.

3. Kemampuan Berpikir kreatif

Kemampuan berpikir kreatif merupakan salah satu tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran fisika di sekolah. Berpikir kreatif adalah suatu proses berpikir yang menghasilkan bermacam-macam kemungkinan ide dan cara secara luas dan beragam. Dalam menyelesaikan suatu persoalan, apabila menerapkan berpikir kreatif, akan menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menemukan penyelesaiannya. Kreatif berhubungan dengan penemuan sesuatu, mengenai hal yang menghasilkan sesuatu yang baru dengan mengunakan sesuatu yang telah ada.

(34)

Kemampuan berpikir kreatif adalah kemampuan peserta didik untuk menemukan berbagai jawaban terhadap suatu masalah. Variasi jawaban yang diberikan ditekankan pada kuantitas, ketepatgunaan, dan keragaman jawaban.

secara operasional, kreatifitas dapat dirumuskan sebagai kemampuan berpikir atau memberi gagasan secara lancar, lentur dan orisinil, serta mampu mengelaborasi suatu gagasan (Munandar dalam Putra, 2013:13).

Menurut David (dalam Putra, 2012:24) kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru dan berguna. Baru dalam artian inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh, mengejutkan dan berguna berarti lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan, mendatangkan hasil lebih baik.

Ketika seseorang menerapkan berpikir kreatif dalam suatu praktek pemecahan masalah, pemikiran divergen menghasilkan banyak ide yang berguna dalam menyelesaikan masalah. Dalam berpikir kreatif dua bagian otak akan sangat diperlukan. Keseimbangan antara logika dan kreativitas sangat penting.

Jika salah satu menempatkan deduksi logis terlalu banyak, maka kreativitas akan terabaikan. Dengan demikian untuk memunculkan kreativitas diperlukan kebebasan berpikir tidak dibawah kontrol dan tekanan. karena berpikir divergen disebut juga berpikir kreatif yakni memberikan macam-macam kemungkinan jawaban berdasarkan informasi yang diberikan dengan penekanan pada keragaman jumlah dan kesesuaian, Guilford (dalam Munandar, 2009:167).

sedangkan pemikiran kreatif akan membantu orang untuk meningkatkan kualitas dan keefektifitan pmecahan masalah dan hasil pengambilan keputusan yang dibuat (Evans, 1991:29).

(35)

Menurut Lawson (Liliasari dan Tawil dalam Nurlaila, 2015), bahwa terdapat tahapan dan beberapa indikator dalam pengembangan kemampuan berpikir kreatif dalam pembelajaran.

a. Tahapan awal

Meningkatkan antisipasi, indikator-indikatornya antara lain: 1) menghadapi ambiguisitas dan ketidakpastian, 2) mengajukan pertanyaan untuk meningkatkan dugaan dan harapam, 3) menciptakan kesadaran, 4) kebutuhan dimasa yang akan dating, 5) membangun dari pengetahuan peserta didik yang sudah ada, 6) menstimulasi rasa ingin tahu dan keinginan untuk tahu, 7) membuat sesuatu yang familiar menjadi sesuatu yang aneh dan familiar, 8) membebaskan diri dari rangkaian hambatan, 9) melihat informasi dengan sudut pandang yang berbeda, 10) memberikan pertanyaan kepada peserta didik yang dapat mebuat cara yang berbeda, 11) membuat peserta didik berpikir tentang informasi yang ada dengan cara yang berbeda, 12) membuat perkiraan dari informasi yang terbatas, 13) tujuan dari pelajaran dibuat jelas yang menunjukkan hubungan antara peserta didik yang diharapkan dan masalah sekarang atau masalah yang akan dating, 14) hanya struktur yang cukup untuk meberikan petunjuk dan arahan, 15) mengambil langkah selanjutnya yang diketahui, 16) kesiapan fisik atau tubuh sebagai pemanasan untuk informasi yang akan disampaikan.

b. Tahapan Kedua

Pada tahapan ini, berhubungan dengan menemukan hal-hal yang diharapkan dan tidak diharapkan serta memperdalam ekspektasi. indikator- indikator mencakup antara lain: 1) meningkatkan kesadaran terhadap

(36)

permasalahan dan kesulitan, 2) menerima keterbatasan yang membangun sebagai tantangan dari pada membuat improvisasi dengan sinis terhadap apa yang tersedia, mendorong karateristik dan predisposisi kepribadian yang kreatif, 3) mempraktekan proses pemecahan masalah secara kreatif dalam sebuah cara sistematis dalam menangani masalah dan informasi yang dimiliki, 4) mengelaborasi informasi dengan hati-hati, 5) menyajikan informasi yang tidak lengkap dan memberikan kesempatan kepada peserta didik mengajukan masalah untuk melengkapi kesenjangan, 6) menumpangtindikkan elemen yang tidak relevan, 7) membuat pertanyaan terbuka, 8) mencari kejujuran dan realisasi, 9) mengidentifikasi dan mendorong penerimaan keahlian dan realisasi, 10) meningkatkan dan dengan sengaja membuat kejutan, dan 11) mendorong peserta didik melakukan visualisai.

c. Tahapan Ketiga

Menuju kearah yang lebih jauh dan terus maju, indikator-indikatornya antara lain: 1) bermain dengan ambiguisitas, 2) memperdalam kesadaran terhadap sebuah masalah, 3) mengakui potensi dan keunikan pebelajar, 4) meningkatkan perhatian terhadap suatu masalah, 5) mengakui respon atau solusi yang konstruktif, 6) melihat hubungan yang jelas antara informasi baru dan karir masa akan dating, 7) menerima batasan dengan kreatif dan membangun, 8) menggali lebih dalam menuju ke arah di balik sesuatu yang nyata dan diterima, 9) membuat pemikiran yang berbeda dan diterima, 10) mendorong solusi elegan, solusi dari benturan, konflik dan misteri yang belum terpecahkan, 11) melakukan eksperimen, 12) membuat keanehan yang familiar, 13) mendorong proyeksi masa

(37)

depan, 14) mengajak pada ketidakmungkinan, 15) menciptakan humor atau melihat sesuatu yang lucu dalam informasi yang diberikan, 16) mendorong penilaian yang berbeda, 17) menghubungkan informasi atau dengan informasi yang satu dengan informasi lainnya, 18) melihat informasi yang sama dengan cara yang berbeda, 19) mendorong memanipulasi idea tau objek, 20) merumuskan hipotesis dan mengujinya, 21) berkonfrontasi meneliti paradoks.

Adapun indikator-indikator kemampuan berpikir kreatif yang digunakan dalam penelitian ini adalah berpedoman terhadap tahap-tahap dan indikator kemampuan berpikir kreatif yang disesuaikan dengan pemilihan materi pembelajaran.

a. Memprediksi, yakni peserta didik dituntut untuk meramalkan dan menerka serta mengemukakan yang mungkin terjadi pada keadaan yang belum diamati.

b. Menemukan sebab-sebab, yakni peserta dapat menemukan sebab-sebab yang dapat mengakibatkan kejadian tersebut terjadi.

c. Menerka akibat dari suatu sebab kejadian, yakni dapat menebak, memperkirakan, menduga atau menerka suatu akibat yang akan terjadi dari suatu sebab kejadian.

d. Mengemukakan pertanyaan atau bertanya, yakni peserta didik dituntut agar dapat mengajukan pertanyaan dari suatu permasalahan yang diberikan.

e. Evaluasi, yakni peserta didik diharapkan dapat memberikan jawaban yang sesuai dengan kebenaran yang diketahui dan memberikan alas an yang logis.

(38)

Ada beberapa yang meliputi Kemampuan berpikir kreatif antara lain:

1) Memahami informasi masalah, yaitu menunjukkan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan.

2) Menyelesaikan masalah dengan bermacam-macam jawaban.

3) Menyelesaikan masalah dengan satu cara kemudian dengan cara lain dan peserta didik memberikan penjelasan tentang berbagai metode penyelesaian itu.

4) Memeriksa jawaban dengan berbagai metode penyelesaian dan kemudian membuat metode baru yang berbeda.

5) Kemampuan berpikir kreatif yang dikembangkan dalam pembelajaran Kemampuan berpikir kreatif ini merupakan kemampuan berpikir untuk menemukan, menghasilkan dan mengembangkan gagasan atau hasil yang asli serta berhubungan dengan pandangan atau konsep dalam menggunakan informasi dan bahan untuk memunculkan atau menjelaskan sudut pandang pemikir.

Untuk menilai berpikir kreatif peserta didik menggunakan acuan yang dibuat Silver (dalam Siswono, 2012:5) yang meliputi kefasihan, fleksibilitas dan kebaruan, sebagai berikut.

(39)

Table 2.3 Penilaian Berpikir Kreatif

Pemecahan masalah

Komponen

kreatifitas Pengajuan masalah Peserta didik menyelesaikan

masalah dengan bermacam- macam interpretasi solusi dan jawaban

Kefasihan

- Peserta didik membuat banyak masalah yag dapat dipecahkan - Peserta didik berbagi masalah

yang diajukan Peserta didik menyelesaikan

(atau menyatakan atau justifikasi) dalam satu cara, kemudian dengan cara lain Peserta didik mendiskusikan berbagai metode

penyelesaian

Fleksibilitas

- Peserta didik mengajukan masalah yang dapat dipecahkan dengan cara-cara yang berbeda.

- Peserta didik menggunakan pendekatan “what-if-not?” untuk mengajukan masalah.

Peserta didik memeriksa berbagai metode

penyelesaian atau jawaban- jawaban (pernyataan atau justifikasi) kemudian membuat metode lain yang berbeda.

Kebaruan

Peserta didik memeriksa beberapa masalah yang diajukan kemudian mengajukan suatu masalah yang berbeda.

B. Kerangka Pikir

Tujuan pembelajaran fisika dapat dicapai melalui proses pembelajaran, akan tetapi proses pembelajaran tidak selalu efektif. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi kelemahan pembelajaran fisika adalah pemilihan model pembelajaran yang tepat sehingga mampu melibatkan peserta didik secara aktif.

Salah satu model pembelajaran yang melibatkan peserta didik secara aktif adalah model pembelajaran problem based learning. Pembelajaran problem based learning merupakan suatu model pembelajaran yang merupakan gabungan

(40)

sugesty dan dituntut mampu menciptakan pembelajaran yang menyenangkan serta efektif untuk semua umur dan dapat dijadikan sebagai pedoman dalam pembelajaran dikelas.. Tujuan-tujuan pembelajaran problem based learning mencakup beberapa jenis tujuan penting, yaitu: ketrampilan berpikir kreatif akademik, belajar menyenangkan, dan membantu mempercepat pembelajaran.

Selain itu model pembelajaran problem based learning memiliki kelebihan, yaitu:

setiap peserta didik menjadi siap semua untuk menjawab dan bertanggung jawab karena materi yang disajikan memadukan dengan masalah kehidupan nyata, konteks dan isi pembelajaran melalui penataan lingkungan belajar, sehingga model pembelajaan problem based learning efektif digunakan.

(41)

Kerangka Pikir

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

GURU PESERTA

DIDIK

1. Menciptakan situasi yang dapat mempermudah munculnya masalah pada peserta didik dengan

menyajikan kejadian atau fenomena dalam kehidupan nyata

2. Mengorganisasikan peserta didik untuk belajar menemukan masalah 3. Membantu penyelidikan mandiri dan

berkelompok dalam menyelesaikan masalah

4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya serta mempresentasikan 5. Menganalisis dan mengevaluasi

proses pemecahan masalah

Kemampuan berpikir kreatif peserta didik

yang diharapkan

1. Memahami masalah dan kondisinya yang diberikan oleh guru.

2. Mencermati permasalahan, mempelajari untuk bahan diskusi dan menyelesaikan tugas-tugas

3. Mengumpulkan, menganalisis, serta menyimpulkan data

4. Mempresentasikan hasil kerja diskusi kelompok di depan kelas dan dikaitkan dengan pengetahuan dan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari.

5. Melaksanakan tes soal pemahaman konsep dan soal kemampuan pemecahan masalah.

KEGIATAN PENELITIAN

Penggunaan Model PBL

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian pra eksperimen. Dalam penelitian ini digunakan desain One Shot Case Study karena hanya melibatkan satu kelas sebagai kelas eksperimen yang dilaksanakan tanpa adanya kelompok pembanding.

Penelitian dilakukan dengan cara memberikan posttest setelah menerapkan model problem based learning.

B. Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan adalah One Shot Case Study. Dalam rancangan ini digunakan satu kelompok subjek. Dilakukan pengukuran lalu dikenakan perlakuan untuk jangka waktu tertentu, dapat digambarkan sebagai berikut.

Tabel 3.1 Design The One Shot Case Study

Perlakuan Posttest

X O

dengan:

X = Perlakuan (variabel dependen)

O = treatment yang diberikan (variabel independen)

26

(43)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah seluruh peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar dengan 1 kelas (18 peserta didik) sekaligus sebagai sampel penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah ketrampilan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar melalui penerapan model pembelajaran problem based learning.

1. Model pembelajan problem based learning

PBL (Problem Based Larning) merupakan salah satu model pembelajaran selama penyajian materi menghubungkan dengan masalah yang dalam kehidupan sehari-hari yang melibatkan peserta didik secara aktif, baik secara mental maupun secara fisik. Peserta didik dapat dilatih mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi dan pola pikir kreatif.

2. Kemampuan berpikir kreatif

Kemampuan berpikir kreatif dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh peserta didik berdasarkan indikator kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran problem based learning dalam jangka waktu 7 kali pertemuan dan satu kali Posttest.

(44)

E. Insntrumen Penelitian

Adapun insntrumen penelitian yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik

Tes kemampuan berpikir kreatif digunakan untuk memperoleh informasi tentang kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran problem based learning yang disebut posttest. Insntrumen kemampuan berpikir tersebut telah di validasi oleh dua orang ahli (validator) sebelum digunakan untuk melihat validitas dan reliabilitasnya.

Pelaksanaan uji coba instrumen dilakukan untuk menguji validitas dan reliabilitas item. Jumlah responden pada uji coba instrumen adalah 18 peserta didik dengan jumlah item 30. Kemudian dianalisis pada setiap item dengan menggunakan rumus:

=

dengan:

= Koefisien korelasi point biserial

Mi = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya

Mt = Rerata skor total

St = Standar deviasi dari skor total

p = Proporsi peserta didik yang menjawab benar q = Proporsi peserta didik yang menjawab salah

(Arikunto, 2009:79) Dari 30 item yang diujicobakan setelah dianalisis dengan tabel adalah 0,468 untuk taraf nyata α = 0,05, ternyata diperoleh 18 item yang memenuhi

(45)

kriteria valid. Perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada lampiran A halaman 84. Untuk menghitung reliabilitas tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik digunakan rumus Kuder-Richardson - 20 (KR-20) sebagai berikut:

= − 1

− ∑

dengan :

r11 = reliabilitas menggunakan persamaan KR-20 p = proporsi peserta tes menjawab benar

q = proporsi peserta tes menjawab salah (q = 1-p)

pq = jumlah perkalian antara p dan q N = ukuran sampel

Berdasarkan perhitungan reliabilitas tes diperoleh sebesar r11adalah 0,763 Item yang memenuhi kriteria valid dan mempunyai koefesien reliabilitas tes yang tinggi untuk digunakan sebagai tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

Adapun kisi-kisi instrumen tes kemampuan berpikir kreatif

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif

Indikator Kategori Butir Soal Jumlah Item

Memprediksi C1 1, 5, 27 3

Menemukan sebab-sebab C2 3, 15, 16 3

Menerka Akibat C3 2, 13, 19, 25 4

Mengajukan Pertanyaan C4 9, 10, 14, 28 4

Evaluasi C5 18, 23, 24, 30 4

Jumlah Item 18 18

(46)

2. Lembar observasi

Lembar observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat secara sistematis aktivitas belajar fisika peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara tes kemampuan berpikir kreatif peserta didik dan observasi langsung.

1. Tes

Metode tes digunakan untuk mendapatkan data tentang ketrampilan berpikir kreatif peserta didik kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar setelah menggunakan model pembelajaran problem based learning. Tes yang digunakan berupa soal yang meminta peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan berpikir kreatifnya.

2. Observasi

Metode observasi digunakan untuk memperoleh data aktivitas peserta didik dalam mengikuti pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning. Observasi ini dilakukan secara langsung saat proses pembelajaran berlangsung.

G. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis statistik deskriptif.

(47)

1. Analisis statistik deskriptif

Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi.

Analisis data kemampuan berpikir kreatif peserta didik, analisis ini akan memberikan gambaran tentang skor kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diterapkan model pembelajaran problem based learning berupa skor tertinggi, skor terendah, skor ideal, rata-rata, dan standar deviasi.

Skor tersebut dikonfersi dalam nilai dengan menggunakan rumus berikut:

= 100

Untuk menghitung rata-rata hitung menggunakan rumus berikut:

̅ = ∑

Untuk menghitung standar deviasi dapat digunakan rumus berikut:

= ∑( ̅) atau =

dengan:

̅

= Rata-rata hitung

= Nilai sampel ke-i n = Jumlah sampel s = Standar deviasi

(48)

2. Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik

Kemampuan berpikir peserta didik dianalisis dengan menggunakan analisis statistika deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir yang diperoleh peserta didik, yang dikelompokkan kedalam 5 kategori, yaitu sangat tinggi, tinggi, sedang, rendah, sangat rendah.

Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori kemampuan berpikir peserta didik dinyatakan dalam tabel berikut:

Tabel 3.3 Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik

Interval Kategori

0 – 39 40 – 54 55 – 69 70 – 84 85 – 100

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Depdiknas (Ardana, 2009:6)

(49)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Hasil Analisis Statistik Deskriptif

Hasil analisis deskriptif menunjukkan deskripsi tentang karakteristik distribusi skor hasil belajar untuk mengetahui kemampuan berfikir kreatif peserta didik pada materi Vektor, sekaligus jawaban atas masalah yang dirumuskan dalam penelitian, dalam peningkatan kemampuan berpikir kreatif peserta didik.

2. Hasil Posttest Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik

Statistik skor kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada kelas X SMA Muhammadiyah 9 Makassar setelah menggunaka model pembelajaran problem based learning dan dilaksanakan perlakuan dengan pokok bahasan Vektor disajikan Tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Deskripsi Postest Skor Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Setelah Diterapkan Model Pembelajaran Problem Based Learning

Statistik Statistik

Skor Posttest Nilai Posttest

Ukuran Subjek 18 18

Skor terendah 6 33,33

Skor tertinggi 16 88,89

Skor rata-rata 12 66,67

Standar deviasi 3,29 1,83

Skor Maksimal 18 100

Skor Minimum 0 0

33

(50)

Skor tertinggi yang diperoleh setelah penerapan model pembelajaran problem based learning adalah 16 sedangkan skor terendah adalah 6, skor rata- rata yang diperoleh adalah 12 dengan standar deviasi 3,29. Hasil pengolahan data Statistical Product and Service Solutions (SPSS) versi 16 selengkapnya dapat dilihat pada lampiran B.

Dari Tabel 4.2 di atas digambarkan bahwa skor rata-rata peserta didik setelah dilaksanakan model pembelajaran problem based learning (Posttest) yaitu 12 dengan standar deviasi 3,29.

3. Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Hasil Posttest Jika kemampuan berpikir kreatif peserta didik dikelompokkan ke dalam 5 kategori maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase sebagai berikut.

Tabel 4.3 Kategorisasi Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik Interval Frekuensi Kategori

Persentase (%) posttest 0 – 39

40 – 54 55 – 69 70 – 84 85 – 100

2 3 3 7 3

Sangat Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

11,11 16,67 16,67 38,89 16,67

Jumlah 18 100

Berdasarkan tabel diatas, frekuensi kemampuan berpikir kreatif peserta didik pada saat posttest dapat dilihat pada gambar histogram seperti yang ditunjukkan pada gambar 4.1 berikut:

(51)

Gambar 4.1 Frekuensi Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta Didik pada Saat Posttest

Setelah posttest terdapat 2 peserta didik berada pada kategori sangat rendah dengan presentase 11,11%, untuk kategori rendah terdapat 3 peserta didik atau dengan presentasi 16,67%, untuk kategori sedang terdapat 3 peserta didik atau 16,67%, untuk kategori tinggi terdapat 7 peserta didik atau 38,89%, dan untuk kategori sangat tinggi terdapat 3 peserta didik atau 16,67%.

B. Pembahasan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, maka pada bagian ini akan diuraikan hasil penelitian yang meliputi pembahasan hasil analisis deskriptif serta pembahasan hasil analisis statistik.

Pembahasan Hasil Analisis Deskriptif

Adapun analisis kemampuan berpikir kreatif untuk setiap indikatornya adalah sebagai berikut.

0 1 2 3 4 5 6 7 8

Sangat

Rendah Rendah Sedang Tinggi Sangat Tinggi

Posttest

Posttest

(52)

a) Memprediksi

Soal-soal yang menjaring kemampuan memprediksi yakni soal yang menuntut peserta didik untuk meramalkan dan menerka serta mengemukakan jawabannya. Dari data yang diperoleh, masih ada beberapa peserta didik yang tidak menjawab item-item soal tersebut.

Kemampuan berpikir kreatif tersebut dapat diperoleh dari pengalaman kehidupan sehari-hari, didapatkan dari informasi yang terdapat dalam televisi atau surat kabar, serta sumber belajar lainnya, sehingga peneliti dapat menyimpulkan bahwa peserta didik tersebut memiliki pengetahuan yang cukup luas sehingga mampu menerka dan meramalkan jawaban dengan cukup baik.

b) Menemukan Sebab-sebab

Soal-soal yang menjaring kemampuan menemukan sebab-sebab adalah soal yang menuntut peserta didik untuk menemukan sebab-sebab yang mengakibatkan jawaban tersebut. Beberapa peserta didik mampu menafsirkan atau menginterpretasikan gambar menjadi suatu pernyataan. Dengan hanya menggunakan indera penglihatan, peserta didik dapat memikirkan maksud dari gambar tersebut. Permasalahan terbuka dalam gambar tersebut dapat menuntut peserta didik untuk melihat masalah dari sudut pandang yang berbeda-beda.

Sementara itu, masih ada beberapa peserta didik yang masih belum dapat menggolongkan pembagian (kategori) yang berbeda-beda. Beberapa hal yang mungkin menjadi penyebabnya, diantaranya karena peserta didik merasa malas dalam menjawab pertanyaan, merasa kurang mampu dalam menyimak atau dapat

(53)

ditafsirkan bahwa rasa keingintahuan peserta didik terhadap pertanyaan yang disajikan masih rendah.

c) Menerka akibat

Soal-soal yang menjaring keterampilan berpikir dalam menerka akibat yakni soal yang mengidentifikasi kemampuan menerka akibat dari sebab soal-saol tersebut atau hal-hal yang tidak pernah terpikirkan. Pada dasarnya, kepekaan terhadap suatu akibat yang disebabkan merupakan salah satu faktor yang diperlukan dalam mewujudkan kemampuan berpikir kreatif. Namun, nampaknya peserta didik masih belum peka dalam menanggapi permasalahan mengenai vektor.

d) Mengemukakan Pertanyaan

Soal-soal yang menjaring keterampilan mengajukan pertanyaan yakni soal yang menuntut peserta didik untuk menanyakan permasalahan yang ada dalam soal tersebut. Beberapa pertanyaan yang ada dalam benak peserta didik menunjukkan kemampuan memerinci dalam menyelesaikan soal-soal.

Selain itu, berdasarkan observasi saat proses pembelajaran berlangsung terdapat banyak peserta didik yang mengemukakan pertanyaan pada setiap penyelesaian masalah. Namun tidak semua peserta didik merasa mampu dalam memperhatikan detail-detail dalam menyelesaikan soal.

e) Evaluasi

Soal-soal yang menjaring kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan permasalahan dengan tepat serta alasan yang logis. Dari data yang diperoleh, masih ada beberapa peserta didik yang tidak menjawab item-item soal dengan

(54)

tepat. Hal ini mungkin disebabkan karena wacana yang disajikan dalam soal terlalu panjang, sehingga membuat peserta didik malas untuk membaca dengan seksama dan pada akhirnya tidak menjawab soal tersebut. Namun, beberapa peserta didik sudah bisa menjawab soal tersebut dengan tepat.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa Kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning terdapat 2 peserta didik berada pada kategori sangat rendah dengan presentase 11,11%, untuk kategori rendah terdapat 3 peserta didik atau dengan presentasi 16,67%, untuk kategori sedang terdapat 3 peserta didik atau 16,67%, untuk kategori tinggi terdapat 7 peserta didik atau 38,89%, dan untuk kategori sangat tinggi terdapat 3 peserta didik atau 16,67%. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan berpikir kreatif peserta didik dominan berada pada kategori tinggi.

(55)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tersebut maka dapat disimpulkan bahwa Kemampuan berpikir kreatif peserta didik setelah diajar dengan menggunakan model pembelajaran problem based learning lebih dominan berada pada kategori tinggi.

B. SARAN

Setelah melihat hasil penelitian yang telah dilakukan, maka penulis menyarankan bahwa:

1. Kepada pihak sekolah agar dapat menggunakan model pembelajaran problem based learning dalam proses pembelajaran untuk mata pelajaran Fisika.

2. Diharapkan kepada guru untuk menggunakan dan memilih pendekatan dan model pembelajaran yang relevan dengan pembahasan materi pelajaran, untuk mempermudah dalam pencapaian kompetensi dasar, karena tidak semua materi fisika dapat menggunakan model pembelajaran problem based learning.

3. Bagi peneliti yang berminat mengembangkan lebih lanjut penelitian ini, diharapkan mencermati keterbatasan penelitian ini, sehingga penelitian selanjutnya dapat menyempurnakan hasil penelitian ini.

39

(56)

DAFTAR PUSTAKA

Amir, M. Taufiq. PH. D. 2009. Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta: Kencana

Arikunto, Suharsimi. 2009. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta.

Ardana, I Made. 2007. Peningkatan Efektivitas Pembelajaran Matematika Melalui Pembelajaran Berorientasi Konsep Jengah dan Konstruktivis. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran UNDIKSHA, 1 (3):27

Evans, James. R. 1991. Berpikir Kreatif dalam Pengambilan Keputusan dan Manajemen. Jakarta: Bumi Aksara.

Fidiana, Lutfi dkk. 2012. Pembuatan dan Implementasi Modul Praktikum Fisika Berbasis Masalah untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Peserta didik Kelas XI. Unnes Physics Education Journal, 1(1):39

I.M. Dwi, dkk. Pengaruh Strategi Problem Based Learning Berbasis ICT terhadap Pemahaman Konsep dan Kemampuan Pemecahan Masalah Fisika.

Pendidikan Fisika Indonesia, 1 (9):9-12

Munandar, Utami.2009. Pengembangan Kreativitas Anak Berbakat. Jakarta:

PT.Rineka Cipta

Nurlaila. 2015. Analisis Keterampilan Berpikir Kreatif Fisika pada Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 2 Bua Ponrang. Skripsi Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar

Putra, Tomi Tridaya dkk. 2012. Meningkatkan Kemampuan Berpikir Kreatif Peserta didik Dengan Pembelajaran Berbasis Masalah. Jurnal Pendidikan Matematika, 1 (1): 22-26

Pratiwi, Yenny Putri. 2012. Pengaruh Model Problem Based Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis dan Berpikir Kreatif Peserta didik pada Pembelajaran Biologi. Surakarta: Universitas Sebelas Maret

40

(57)

Rusman. 2013. Belajar dan Pembelajaran Berbasis Komputer. Bandung: Alfabeta Siswono, Tatag Yuli Eko. 2012. Upaya Meningkatkan Kemampuan Berpikir

Kreatif Peserta didik Melalui Pengajuan Masalah. Surabaya: Unesa

41

Gambar

Table 2.1 Perbedaan PBL vs. Metode Lain
Table 2.3 Penilaian Berpikir Kreatif
Gambar 2.1 Kerangka Pikir
Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Tes Kemampuan Berpikir Kreatif
+5

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang didapatkan dari penelitian ini yaitu profil dari senyawa dalam ekstrak air dan ekstrak etanol herba sambiloto menggunakan KLT, KCKT, KG-SM dengan

Manfaat dari penelitian ini adalah dapat ditentukan umur simpan produk sehingga dapat meningkatkan mutu dan keamanan pangan dalam rangka mengembangkan

Penentuan alternatif SPAM meliputi pemilihan jenis bangunan yang akan digunakan, jalur transmisi yang akan direncanakan, unit pengolahan yang diperlukan dan

16.1 Merencanakan prosedur kerja pembuatan makanan jadi atau setengah jadi dengan teknik pengawetan dengan menggunakan uap dari bahan hewani. 16.2 Membuat produk makanan jadi

Hipotesis tindakan yang peneliti ajukan adalah adanya peningkatan yang signifikan pada prestasi belajar IPS siswa dengan diterapkannya model pembelajaran Quantum

Oleh karena itu dengan segala kerendahan hati peneliti menyampaikan terima kasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi - tingginya kepada yang terhormat pak de

Tentunya dari perbandingan ini dapat diperoleh informasi bahwa secara umum dari besaran persentase ini, alumni ITB angkatan 2013 peserta Bidikmisi memiliki catatan masa

Vjerovnici (dobavljači i kreditori) insolventnim dužnicima često zbog neplaćanja obustavljaju isporuku materijala, energije što smanjuje ili prekida proizvodnju i isporuke kupcima.