ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, DAN MINAT BELAJAR
SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus: Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Retno Susilo Watli Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi, 2) Disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi, dan 3) Minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas satu dan dua jurusan akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 94 siswa, penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2006. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 62 siswa dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara.
Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestrasi belajar akuntansi digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIPS BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION OF TEACHER TEACHING STYLE VARIATION, STUDENTS’ DISCIPLINE,
STUDENTS’ LEARNING ATTENTION, AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study at The Students of”BOPKRI 1”Vocational High School, Yogyakarta
Retno Susilo Wati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The purpose of this research was to know the relationships between: 1) Students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning achievement, 2) Students’ discipline and accounting learning achievement, 3) Students’ learning attention and accounting learning achievement.
The population in this research was the first and second grade students’ of “BOPKRI 1” Vocational High School Yogyakarta majoring in Accounting consisted of 94 students’. It was conducted from June to July 2006. The writer took 62 students’ as sample, by using Accidental Sampling Technique. The data collecting techniques used were questionnaire, documentary study, and interview.
To know the correlation between students’ perception of teacher teaching style variation, students’ discipline, students’ learning attention, and accounting learning achievement, the writer used multiple regression analysis teachnique with three variables.
The findings were: 1) There was a positive and significant correlation between students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning
achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and robserved= 0,447 and rtable 0,05 = 0,165 and tobserved =
4,075 > ttable 0,05 = 2,0003), 2) There was a positive and significant correlation between
students’ discipline and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and r
observed= 0,309 > rtable 0,05 = 0,165 and tobserved= 2,903 > ttable 0,05 = 2,0003), 3) There was a
positive and significant correlation between students’ learning attention and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and r
ABSTRAK
HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI SISWA TENTANG VARIASI GAYA MENGAJAR GURU, DISIPLIN SISWA, DAN MINAT BELAJAR
SISWA DENGAN PRESTASI BELAJAR AKUNTANSI
Studi Kasus: Siswa SMK BOPKRI 1 Yogyakarta
Retno Susilo Watli Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2007
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara: 1) Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru dengan prestasi belajar akuntansi, 2) Disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi, dan 3) Minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
Populasi dari penelitian ini yaitu siswa kelas satu dan dua jurusan akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta yang berjumlah 94 siswa, penelitian dilakukan pada bulan Juni-Juli 2006. Sampel yang diambil dari populasi sejumlah 62 siswa dengan menggunakan teknik sampling aksidental. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, dokumentasi, dan wawancara.
Untuk mengetahui hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestrasi belajar akuntansi digunakan teknik analisis regresi ganda tiga variabel bebas.
ABSTRACT
THE RELATIONSHIPS BETWEEN STUDENTS’ PERCEPTION OF TEACHER TEACHING STYLE VARIATION, STUDENTS’ DISCIPLINE,
STUDENTS’ LEARNING ATTENTION, AND ACCOUNTING LEARNING ACHIEVEMENT
A Case Study at The Students of”BOPKRI 1”Vocational High School, Yogyakarta
Retno Susilo Wati Sanata Dharma University
Yogyakarta 2007
The purpose of this research was to know the relationships between: 1) Students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning achievement, 2) Students’ discipline and accounting learning achievement, 3) Students’ learning attention and accounting learning achievement.
The population in this research was the first and second grade students’ of “BOPKRI 1” Vocational High School Yogyakarta majoring in Accounting consisted of 94 students’. It was conducted from June to July 2006. The writer took 62 students’ as sample, by using Accidental Sampling Technique. The data collecting techniques used were questionnaire, documentary study, and interview.
To know the correlation between students’ perception of teacher teaching style variation, students’ discipline, students’ learning attention, and accounting learning achievement, the writer used multiple regression analysis teachnique with three variables.
The findings were: 1) There was a positive and significant correlation between students’ perception of teacher teaching style variation and accounting learning
achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and robserved= 0,447 and rtable 0,05 = 0,165 and tobserved =
4,075 > ttable 0,05 = 2,0003), 2) There was a positive and significant correlation between
students’ discipline and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and r
observed=
0,309 > rtable 0,05 = 0,165 and tobserved= 2,903 > ttable 0,05 = 2,0003), 3) There was a positive and significant correlation between students’ learning attention and accounting learning achievement (Correlation Coefficient (R) = 0,633 and Determination Coefficient (R2) = 0,400 and r
observed= 0,324>rtable 0,05 = 0,165 and tobserved= 2,423 > ttable 0,05 =
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pesatnya perkembangan pembangunan yang terjadi dewasa ini tidak dapat
dipisahkan dari suatu proses pendidikan yang baik. Proses pendidikan yang baik dapat
menghasilkan suatu pekerja atau Sumber Daya Manusia (SDM) yang benar-benar ahli
dan menguasai pada bidangnya, sehingga dapat mengikuti perkembangan dan kemajuan
ilmu dan tehnologi. Peningkatan mutu pendidikan bagi bangsa Indonesia merupakan
suatu masalah yang selalu mendapat perhatian karena merupakan kebutuhan yang
mutlak bagi pelaksanaan pembangunan masyarakat suatu negara.
Pembangunan bangsa Indonesia yang berorientasi pada pembangunan
masyarakat Indonesia seutuhnya menjadikan pembangunan bidang pendidikan
menempati posisi yang paling penting. Dewasa ini pendidikan telah tumbuh meluas dan
sudah menjadi kebutuhan semua masyarakat. Keberhasilan pembangunan suatu negara
dapat tercapai apabila didukung oleh sumber daya manusia (SDM) yang mampu
mengembangkan potensi dalam dirinya dengan baik. Salah satu cara untuk dapat
mengembangkan potensi diri adalah dengan belajar. Menurut Oemar Hamalik (1975:4)
belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam cara
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu lembaga pendidikan
formal yang mendidik siswa-siswanya untuk dapat mengembangkan pengetahuan,
keterampilan dan juga untuk dapat lebih hidup bermasyarakat. Supaya kegiatan proses
belajar mengajar dapat berlangsung dengan baik, maka situasi kelas harus memiliki
hubungan manusiawi efektif antara sesama murid dan murid dengan guru-gurunya
sehingga akan mampu menciptakan perasaan bersatu dan perasaan kebersamaan
(Hadari, 1981:47). Di dalam kegiatan belajar mengajar adakalanya siswa merasa bosan
terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
Di sekolah guru memegang peranan yang penting dan dominan. Guru
merupakan sosok pribadi manusia yang memang sengaja dibangun untuk menjadi
tenaga profesional yang memiliki profisiensi (berpengetahuan dan berkemampuan
tinggi) dalam dunia pendidikan yang berkompeten untuk melakukan tugas mengajar
(Muhibbin, 1995:185). Setiap siswa memiliki pandangan yang berbeda-beda tentang
gaya mengajar guru, khususnya dalam hal ini guru akuntansi. Variasi dalam mengajar
dianggap sangat penting untuk mengatasi rasa kebosanan pada diri siswa karena adanya
variasi dalam mengajar yang dilakukan seorang guru diharapkan dapat memacu
semangat belajar siswa.
Adanya variasi gaya mengajar guru yang tidak membosankan siswa dalam
mengikuti proses belajar mengajar akan menimbulkan minat dalam diri siswa untuk
prestasi belajar siswa. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan FX. Yusti Subroto
(2004), yang berjudul Hubungan Antara Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya
Mengajar Guru Akuntansi, Minat Belajar Akuntansi, dan Fasilitas Belajar Siswa
Dengan Prestasi Belajar Siswa disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan
signifikan.
Dalam penelitian yang dilakukan Yuliyanti (2004), yang berjudul Hubungan
antara persepsi belajar siswa, jenis kelamin dan tingkat pendidikan orang tua dengan
minat siswa dalam memilih program studi di SMU disimpulkan bahwa terdapat
hubungan yang positif dan signifikan.
Menurut hasil penelitian yang berjudul pengaruh bimbingan guru di kelas, minat
belajar dan motivasi belajar terhadap prestasi belajar akuntansi siswa studi kasus siswa
kelas II Akuntansi SMK Katholik Klaten, Theresia Trisusanti (2003) menyimpulkan
bahwa (1) Bimbingan guru di kelas berpengaruh positif dan signifikansi terhadap
prestasi belajar akuntansi siswa (pada tarif 5% t− hitung 2, 346> t_tabel 1,665 dengan
SE sebesar 6,68%). (2) Minat belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 2,475> t_tabel 1,665 dengan
SE sebesar 13,648). (3) Motivasi belajar berpengaruh positif dan signifikan terhadap
prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf 5% t_hitung 3,035 > t_tabel 1,665 dengan
berpengaruh positif dan signifikan terhadap prestasi belajar akuntansi siswa (pada taraf
5% t_hitung 14,9 > t_tabel 2,725 dengan SE sebesar 27,946%.
Dari ketiga hasil penelitian di atas, dapat disimpulkan bahwa untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa diperlukan lingkungan belajar yang baik, dorongan
orang tua dan minat belajar dari diri siswa.
Dalam belajar siswa juga harus dapat mendisiplinkan diri yaitu dengan cara
siswa harus dapat mengendalikan diri dan mematuhi peraturan-peraturan yang telah
ditetapkan di dalam kegiatan pembelajaran. Dengan sikap disiplin dalam proses belajar
mengajar diharapkan adanya peningkatan prestasi belajar siswa. Sehingga dalam hal ini
kedisiplinan dalam belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar yang diperoleh siswa.
Semakin siswa dapat mendisiplinkan diri dalam belajar maka prestasi yang akan
diperoleh siswa akan semakin baik, tetapi sebaliknya jika siswa tidak dapat
mendisiplinkan diri dalam belajar maka prestasi belajar yang didapatkan oleh siswa
tidak akan memuaskan. Dari penelitian yang berjudul Hubungan antara Disiplin
Belajar, Motivasi Belajar dan Perhatian Orang Tua Dengan Prestasi Belajar siswa
(Fransiska Dian Wasitaningsih, 2002), diperoleh hasil bahwa kedisiplinan belajar
mempunyai hubungan yang positif dengan prestasi belajar. Dari hasil penelitian
tersebut terbukti bahwa kedisiplinan dalam belajar dapat mempengaruhi prestasi belajar
Dengan adanya hal-hal tersebut diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan
penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Variasi Gaya Mengajar Guru
Akuntansi, Disiplinan Belajar Siswa, dan Minat Belajar Siswa dengan Prestasi
Belajar Akuntansi”
B. Batasan Masalah
Dalam penelitian ini penulis hanya membatasi permasalahan mengenai
hubungan antara variasi gaya mengajar guru akuntansi, kedisiplinan belajar, dan minat
belajar siswa terhadap prestasi belajar akuntansi.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah ada hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru
dengan prestasi belajar akuntansi?
2. Apakah ada hubungan antara disiplin siswa dengan prestasi belajar akuntansi?
3. Apakah ada hubungan antara minat siswa dengan prestasi belajar akuntansi?
D. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara gaya
2. Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara disiplin
belajar akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
3.Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang positif dan signifikan antara minat
belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi guru
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan gambaran bagi guru untuk
lebih menyempurnakan kegiatan belajar mengajar terutama tentang variasi gaya
mengajar yang dapat menarik perhatian siswa, sehingga siswa tidak merasa bosan
terhadap pelajaran yang sedang diajarkan.
2. Bagi siswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi siswa bahwa betapa
pentingnya minat belajar yang ada untuk dapat mencapai prestasi belajar yang
maksimal.
3. Bagi Universitas Sanata Dharma
Penelitian ini diharapkan dapat menambah referensi perpustakaan khususnya dalam
bidang pendidikan.
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengalaman atau wawasan untuk
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritik
Pada bagian ini menguraikan tentang pengertian belajar, persepsi siswa
tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin belajar siswa, minat belajar siswa di
sekolah, dan prestasi belajar akuntansi. Selain hal tersebut, juga menjelaskan secara
singkat tentang hubungan antara persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru,
disiplin siswa, dan minat belajar siswa dengan prestasi belajar akuntansi.
1. Pengertian Belajar
Belajar adalah mengumpulkan sejumlah pengetahuan. Pengetahuan tersebut
diperoleh dari seorang yang lebih tahu atau yang sekarang disebut dengan guru
(Ali Imron, 1996:2).
Winkel dalam Psikologi Pengajaran (1996:53) memberikan pengertian
belajar adalah suatu aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif
subyek dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam
pengetahuan-pengetahuan, keterampilan, dan nilai sikap. Perubahan ini bersifat
konstan.
Menurut Muhibbin Syah dalam bukunya Psikologi Pendidikan (1995:91)
memperoleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan
dunia di sekeliling siswa. Belajar adalah suatu bentuk perubahan dalam diri
seseorang yang dinyatakan dalam cara bertingkah laku dan latihan.
Sardiman (1986:22-23) memberikan beberapa pengertian belajar adalah
sebagai berikut:
a. Belajar merupakan perubahan tingkah laku, perubahan itu tidak hanya berkaitan
dengan penambahan ilmu pengetahuan tetapi juga berbentuk kecakapan,
keterampilan, sikap, pengertian, harga diri, minat, watak dan penyesuaian diri,
b. Belajar dalam arti luas merupakan kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan
pribadi seutuhnya,
c. Belajar dalam arti sempit adalah usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan
yang merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya,
d. Belajar adalah rangkaian jiwa raga, psiko-fisik untuk menuju perkembangan
pribadi manusia seutuhnya yang berarti menyangkut unsur cipta, rasa, karsa,
rana kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari berbagai pengertian yang disampaikan oleh para ahli di atas maka
belajar dapat diartikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku menuju
perkembangan manusia seutuhnya melalui serangkaian kegiatan yang dibimbing
dengan lingkungan sehingga menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang lebih baik.
2. Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru
a. Persepsi Siswa
Persepsi adalah proses pemahaman yang terorganisir dan
menggabungkan data-data indera atau penginderaan untuk dikembangkan
sedemikian rupa sehingga kita dapat menyadari sekeliling kita (Linda L.
Davidoff, 1981:232).
Persepsi dapat juga diartikan sebagai proses pemahaman yang
dialami oleh setiap orang dalam memahami informasi tentang lingkungan baik
lewat penglihatan, perasaan, penciuman, dan pendengaran. Kunci untuk
memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu
merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi (Miftah Thoha,
1983:138).
Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa persepsi
adalah proses pemahaman, penerimaan, pengorganisasian, dan
mengintepretasikan rangsang dari lingkungan melalui panca indera, sehingga
individu menyadari dan mengerti tentang yang diinderakannya.
Persepsi siswa terhadap proses belajar mengajar sangat berpengaruh
merupakan subyek yang berkepentingan dalam kegiatan belajar mengajar,
karena fungsi guru adalah sebagai pengajar atau pendidik dalam setiap proses
mengajar di sekolah. Dalam kegiatan belajar mengajar suatu kebosanan akan
terjadi apabila kita melihat atau mengalami hal yang sama terjadi secara
berulang-ulang terus-menerus sehingga menjadi rutin. Untuk menanggulangi
rasa bosan ini maka diperlukan adanya suatu variasi dalam proses belajar
mengajar, sehingga belajar mengajar di sekolah tidaklah terasa sebagai beban
yang berat. Adanya variasi gaya mengajar guru akuntansi yang baik dapat
membantu siswa untuk lebih memusatkan perhatian siswa pada pelajaran yang
sedang diajarkan.
b. Pengertian Mengajar
Mengajar pada umumnya merupakan suatu upaya pendidikan dalam
memberikan perangsang, bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa
agar terjadi proses belajar. Menurut Pasaribu dan Simandjuntak (1983:7)
mengajar adalah sebagai penanam dan penyampaian pengetahuan pada anak,
serta suatu kegiatan mengorganisasikan atau mengatur lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkan dengan anak, sehingga terjadi proses belajar.
Mengajar pada dasarnya merupakan suatu usaha untuk menciptakan kondisi
lingkungan yang mendukung dan memungkinkan untuk berlangsungnya
Mengajar merupakan peristiwa yang bertujuan, artinya mengajar
adalah peristiwa yang terikat oleh tujuan, pada tujuan dan dilaksanakan untuk
mencapai tujuan (Winarno,1973:29). Karena mengajar adalah peristiwa yang
bertujuan, maka seorang pendidik dalam hal ini adalah guru dituntut untuk
dapat menyampaikan materi pelajaran dengan baik, dan materi pelajaran dapat
diterima oleh siswa sebagai peserta didik.
Guru dalam mengajar harus sudah memiliki rencana pembelajaran
(satuan pelajaran) dan menetapkan strategi belajar mengajar, karena dalam hal
ini guru melakukan kegiatan mendidik, dalam artian guru mengantar peserta
didik ke tingkat kedewasaannya, baik secara fisik maupun mental. Dengan
demikian seorang guru dituntut untuk berusaha seoptimal mungkin
menciptakan kondisi yang mendukung agar kegiatan belajar mengajar dapat
berlangsung dengan baik.
Mengajar secara luas dapat diartikan suatu aktivitas
mengorganisasikan atau mengatur lingkungan sebaik-baiknya dan
menghubungkannya dengan siswa, sehingga terjadi proses belajar atau sebagai
upaya menciptakan kondisi yang kondusif untuk berlangsungnya kegiatan
c. Gaya Mengajar
J. Roggema dalam Winkel (1996:205) membedakan gaya mengajar
menjadi dua, yaitu:
1) Formal, ciri-ciri:
a) Guru sangat terikat dengan kurikulum pengajaran yang telah ditetapkan.
b) Menuntut banyak prestasi hafalan.
c) Berpegang pada buku pelajaran.
d) Bergaya memimpin lebih otoriter.
e) Kurang bersedia menerima sumbangan pikiran dari siswa.
f) Menekankan perlunya siswa belajar untuk lulus ujian.
2) Informal, ciri-ciri:
a) Penentuan luas materi pelajaran tergantung dari kebutuhan siswa.
b) Mendorong siswa untuk berdiskusi mengenai materi pelajaran.
c) Memberikan pandangan sendiri terhadap pelajaran.
d) Bergaya memimpin lebih demokratis.
e) Menanggapi dengan baik pikiran kritis siswa.
f) Menekankan agar siswa belajar demi perkembangan diri sendiri.
Gaya mengajar menurut Winkel (1996:204) adalah keseluruhan
tingkah laku guru yang khas bagi dirinya dan agak bersifat menetap pada
d. Variasi Gaya Mengajar
Kebosanan merupakan salah satu masalah penting didalam kelas.
Murid-murid duduk dengan tenang mendengar dan melihat guru mengajar selama
berjam-jam, sambil terkantuk-kantuk dan penuh kebosanan. Gaya mengajar yang monoton
akan membuat siswa malas untuk mengikuti proses belajar mengajar.
Hal yang diperlukan oleh guru adalah mengadakan variasi dalam mengajar.
Variasi dalam mengajar banyak sekali bila dilakukan dengan benar-benar akan
sangat menarik dan dapat mempertahankan minat dan semangat siswa dalam
belajar. Biasanya variasi muncul dalam komponen-komponen, sebagai berikut
(Raflis Kosasi,1984:6-7):
1) Pengertian variasi suara
Variasi suara adalah perubahan nada suara keras menjadi lemah, dari tinggi
menjadi rendah, dari cepat menjadi lambat, dari suara gembira menjadi sedih, atau
pada suatu saat memberikan tekanan pada kata-kata tertentu.
2) Pemusatan perhatian
Memusatkan perhatian pada hal yang dianggap penting dapat dilakukan guru
dengan perkataan atau kalimat dan ungkapan senada dengan itu dan biasanya diikuti
3) Kesenyapan
Adanya kesenyapan yang tiba-tiba yang disengaja selagi guru menerangkan
sesuatu merupakan alat yang baik untuk menarik perhatian. Perubahan stimulus dari
adanya suara ke keadaan tenang atau senyap atau dari keadaan adanya kesibukan
kegiatan dan kemudian dihentikan, akan dapat menarik perhatian karena siswa ingin
tahu apa yang terjadi.
4) Mengadakan kontak pandang
Bila guru berbicara berinteraksi dengan siswanya hendaknya pandangan
menjelajahi seluruh kelas dan melihat ke mata murid-murid untuk menunjukkan
hubungan yang intim dengan mereka.
5) Gerakan badan dan mimik
Variasi dalam ekspresi wajah guru, gerakan kepala, gerakan badan adalah
aspek yang sangat penting dalam berkomunikasi. Hal ini tidak hanya sekedar
menarik perhatian, tetapi lebih dari itu dapat menyampaikan arti dari pesan lisan
yang disampaikan.
6) Pergantian posisi guru dalam kelas
Pergantian posisi guru dalam kelas dapat digunakan untuk mempertahankan
perhatian murid. Yang penting diingat adalah variasi ini digunakan dengan
Salah satu tujuan untuk mendapatkan hasil dalam belajar, guru tidak terikat
pada teknik atau metode atau media tertentu akan tetapi guru dapat memanfaatkan
salah satu atau semuanya secara berkombinasi. Berdasarkan pendapat beberapa
ahli di atas dapat disimpulkan bahwa cara efektif untuk memperoleh hasil
pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru adalah dengan melibatkan penuh
pembelajaran bersama siswa, variasi dan keragaman dalam metode mengajar,
motivasi internal, dan integritas belajar yang menyeluruh.
3. Disiplin Belajar Siswa
a. Pengertian Disiplin Belajar
Dalam melakukan kegiatan dan aktivitas kita sehari-hari, dimanapun
tempatnya kita tidak dapat melepaskan diri dengan norma atau aturan yang
berlaku. Aturan-aturan itu harus diikuti baik secara paksa atau kerelaan diri
seseorang.
Adanya norma atau aturan itu dimaksudkan untuk mengatur perilaku dan
mendorong serta menekan orang-perorang, kelompok atau masyarakat secara
keseluruhan untuk mencapai dan mentaati nilai-nilai sosial yang ada.
Norma juga dibuat untuk memelihara ketertiban dan perdamaian diantara
orang yang memiliki kepentingan yang berlainan sehingga satu dengan yang
lain akan saling menghormati terhadap kepentingan masing-masing. Jadi
bertingkah laku sesuka hatinya dalam kehidupan bermasyarakat. Dengan kata
lain, dalam melakukan kegiatan harus disertai rasa tanggung jawab dengan
penuh disiplin.
Dalam Kamus Umum Bahas Indonesia disiplin diartikan sebagai suatu
aturan yang ketat, tata tertib yang harus dipatuhi. Disiplin secara umum dapat
diartikan sebagai suatu sikap mental yang mengandung kerelaan mematuhi
suatu ketentuan dan peraturan norma yang berlaku dalam menunaikan tugas dan
tanggung jawab (Entang, 1984:11).
Pusat pengembangan inovasi dan Fakultas Filsafat UGM bekerja
sama dengan Balitbang Dikbud menyampaikan makna disiplin adalah
kepatuhan dan ketaatan terhadap nilai-nilai di dalam suatu sistem sosial demi
kualitas kehidupan. Dengan demikian di dalam disiplin terkandung adanya
sistem nilai, sistem sosial, bentuk kepribadian pendukungnya, serta perspektif
masa depan yang akan dicapai dari pola interaksi yang terjadi.
1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Disiplin Belajar
a) Faktor intern (faktor yang berasal dari dalam diri pelajar itu sendiri)
yang meliputi:
1. Sifat malas. Sifat malas ini dapat terjadi karena kesengajaan,
misalnya pelajar yang sengaja menunda pekerjaan sehingga
2. Kesehatan. Kesehatan juga merupakan faktor yang dapat
mempengaruhi kedisiplinan. Orang yang sedang tidak sehat akan
sulit mentaati apa yang sudah direncanakan, sebaliknya orang yang
sehat akan lebih mudah mentaati segala sesuatu yang telah
direncanakan.
3. Minat. Seorang yang mempunyai minat dalam segala kegiatan maka
kecenderungan untuk menjalankan disiplin lebih tinggi dibanding
orang yang tidak mempunyai minat terhadap apa yang akan
dilakukan.
b. Faktor ekstern, yang meliputi sebagai berikut:
1. Peralatan. Faktor ini dapat mempengaruhi disiplin seseorang contoh
pelajar yang memiliki peralatan lengkap dalam belajar lebih
memiliki jiwa disiplin dibanding dengan pelajar yang tidak
mempunyai peralatan yang kurang lengkap.
2.Lingkungan. Lingkungan merupakan faktor yang sangat
berpengaruh dalam membantu meningkatkan disiplin pelajar.
Dalam lingkungan keluarga peranan orang tua sangat membantu,
sedangkan dalam lingkungan sekolah adalah guru dan teman
sekolahnya, yang lebih besar pengaruhnya adalah peran dari
kawannya tidak mendukung maka disiplin yang ditawarkan belum
tentu berhasil.
b. Manfaat Disiplin
Menurut Havinghurst (dalam Hurlock, 1999 : 97) ada beberapa fungsi
disiplin yang bermanfaat bagi anak yaitu:
a) Untuk menyadarkan kepada anak bahwa perilaku tertentu selalu akan
diikuti hukuman, namun yang lain akan diikuti pujian.
b) Untuk menyadarkan kepada anak suatu tingkatan penyelesaian yang wajar,
tanpa menuntut komformitas yang berlebihan.
c) Untuk membantu anak dalam mengembangkan pengendalian diri dan
pengarahan diri, sehingga mereka dapat mengembangkan hati nurani untuk
membimbing tindakan mereka.
Gunarsa (2000:136) menjelaskan “manfaat utama disiplin adalah agar anak
mengendalikan diri dengan baik, mampu menghormati, dan mematuhi otoritas
orang tua”. Gunarsa menegaskan dalam mendidik anak perlu disiplin yaitu
tegas dalam hal yang harus dilakukan. Dengan demikian penulis dapat
menyimpulkan bahwa fungsi disiplin perlu dalam mendidik anak, supaya anak
dengan mudah:
a) Saling menghargai dan menghormati hak milik orang lain.
c) Dapat membedakan tingkah laku yang baik dan buruk.
d) Belajar mengendalikan keinginan dan melaksanakan sesuatu tanpa ada
perasaan takut.
e) Belajar untuk berkorban demi kepentingan orang lain.
c. Unsur-unsur Disiplin
Menurut Triana Noor Edwina DS (1997:13-2) unsur kedisiplinan
meliputi: peraturan, hukum, penghargaan dan konsistensi.
Peraturan dimaksudkan bahwa dalam disiplin ada norma-norma, aturan
yang harus ditaati seseorang. Hukuman dimaksudkan jika seseorang
melanggar surat aturan, maka ia akan mendapatkan hukuman, bisa hukuman
fisik, non fisik, membayar denda dan sebagainya. Sedangkan penghargaan
dimaksudkan jika seseorang melakukan tindakan yang benar, maka kepadanya
diberikan penghargaan yang tidak harus berupa denda, tetapi dapat berupa
ucapan terima kasih, senyuman, pujian dan sebagainya. Konsistensi berkait
dengan tingkat keajekan dalam memberikan hukuman dan penghargaan.
d. Sumber-sumber Pelanggaran Disiplin
Entang (1984:11) mengatakan “tingkah laku individu merupakan upaya
untuk mencapai tujuan, yaitu pemenuhan kebutuhan”. Pengenalan terhadap
kebutuhan siswa secara baik merupakan andil yang besar bagi pengendalian
ketidaksinambungan pada diri siswa yang bersangkutan, sehingga siswa akan
berusaha untuk mencapai keseimbangan dengan berbagai cara yang sering
kurang dapat diterima oleh masyarakat (termasuk pelanggaran disiplin).
Abraham Maslow (dalam Winkel 1996:155) menjelaskan hirarki
kebutuhan manusia dengan urutan hirarki dari bawah ke atas, yaitu:
a) Kebutuhan untuk melangsungkan kehidupan jasmani seperti: makanan,
minuman, tempat tinggal dan seks.
b) Kebutuhan untuk menjamin keamanan secara fisik dan psikologis: seperti
aman dan terteram.
c) Kebutuhan untuk menikmati hubungan sosial yang memuaskan seperti:
dicintai, disayangi, dan diterima oleh orang lain.
d) Kebutuhan untuk menikmati rasa harga diri seperti: mengakui diri sendiri
sebagai orang yang patut dihargai dan mendapat pengakuan itu pula dari
orang lain.
e) Kebutuhan untuk mengembangkan diri secara intelektual seperti:
pengetahuan dan pemahaman sebagai pengayaan alam kognitif.
f) Kebutuhan untuk menikmati dan menghargai keindahan dalam berbagai
bentuknya seperti keteraturan dan keseimbangan.
g) Mencapai pengayaan diri manusia secara optimal dan maksimal
Pelanggaran disiplin dapat terjadi di lingkungan di dalam keluarga,
sekolah dan masyarakat. Pelanggaran disiplin yang terjadi di dalam keluarga,
karena pendisiplinan yang digunakan orang tua dianggap “tidak adil” atau
“kekanak-kanakan”, sehingga remaja memberontak. Pemberontakan yang
biasanya terjadi di dalam keluarga karena salah satu orang tua lebih dominan
daripada yang lain (orang tua kurang selaras) atau kurang kompak dalam hal
pendisiplinan (Hurkock, 1997:232).
Pelanggaran disiplin di sekolah bersumber pada lingkungan sekolah
itu sendiri seperti:
a) Tipe kepemimpinan guru atau kepala sekolah yang otoriter, senantiasa
mendiktekan kehendak tanpa memperhatikan kedaulatan anak didik.
b) Sebagian besar siswa dikurangi hak-haknya sebagai siswa yang
seharusnya turut menentukan rencana masa depannya di bawah bimbingan
guru.
c) Tidak/atau kurang memperhatikan kelompok minoritas.
d) Siswa kurang diikut sertakan dan dilibatkan dalam tanggung jawab
sekolah.
e) Latar belakang kehidupan keluarga yang kurang diperhatikan dalam
f) Sekolah kurang mengadakan kerjasama dengan orang tua dan antara
keduanya saling melepaskan tanggung jawab.
Sebab-sebab lain adalah kebosanan dalam kelas, perasaan kecewa, dan
tertekan karena siswa dituntut bertingkah laku yang kurang wajar sebagai
remaja (Entang, 1984:17).
4. Minat Belajar
a. Minat
Minat secara sederhana berarti kecenderungan dan kegairahan yang
tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu hal. Minat sangat
berpengaruh dalam menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses belajar.
Minat dapat mempengaruhi hasil belajar siswa dalam bidang-bidang studi
tertentu. Minat mengandung unsur rasa suka atau rasa senang terhadap suatu
obyek sebagai contoh seseorang suka akan pelajaran akuntansi maka orang itu
akan merasa senang melihat, membaca dan bahkan ingin masuk penjurusan
ilmu pengetahuan sosial karena lebih mendalami bidang tersebut. Adanya
sikap menolak terhadap suatu pelajaran yang dinilainya tidak berguna akan
dapat menurunkan minat belajar terhadap pelajaran yang ada dan sebaiknya.
Hal ini akan membawa dampak prestasi belajar yang diraih pada pelajaran
Menurut Winkel (1987:30) minat adalah kecenderungan yang
menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan
merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Sedangkan Bimo Walgito
(1977:38) minat adalah suatu keadaan dimana seseorang menaruh perhatian
terhadap suatu obyek disertai dengan kecenderungan untuk berhubungan lebih
aktif dengan obyek tersebut.
Selain itu minat juga dapat diartikan sebagai kesadaran seseorang
bahwa obyek, seseorang, sesuatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut
paut dengan dirinya (Whiterington, 1988:124). Dalam hal ini minat dipandang
sebagai sambutan yang sadar agar mempunyai arti bagi dirinya, karena itu
terlebih dahulu orang harus mempunyai pengetahuan informasi mengenai
obyek tersebut. Selain itu juga seorang siswa harus menyadari bahwa situasi di
lingkungan sekitarnya mempengaruhi minat belajarnya. Misalnya ada orang di
lingkungan kita yang mengatakan bahwa pelajaran akuntansi merupakan
pelajaran yang sulit sekali, sehingga siswa dengan sadar merasa terpengaruh
menjadi kurang berminat dengan pelajaran akuntansi. Di sisi lain siswa
tersebut menginginkan prestasi belajar akuntansinya baik. Dengan adanya
situasi yang demikian sehingga siswa sadar akan hal tersebut membawa
dampak terhadap prestasi belajar akuntansi yang diperolehnya nanti tidak baik,
tersebut dengan jalan terus mencari cara agar siswa tersebut tetap berminat
terhadap pelajaran akuntansi.
Mappiare (1982:62) berpendapat bahwa timbulnya minat berasal dari
harapan. Sebab minat terdiri dari perasaan, prasangka atau kecenderungan
untuk mengarahkan individu pada suatu pilihan. Hal ini berarti minat seseorang
akan timbul jika seseorang memiliki rasa senang, mempunyai harapan terhadap
obyek, memiliki pandangan terhadap dirinya dan ada kecenderungan untuk
melakukan kegiatan yang mendukung. Sedangkan Suhirin (1980:12)
mengatakan bahwa minat adalah kecenderungan dalam diri individu untuk
tertarik pada suatu obyek atau mengenai suatu obyek. Dengan demikian
tidaklah mengherankan apabila siswa lebih dekat dengan mata pelajaran yang
diminati, karena rasa tertarik tersebut, kemauan atau keinginan untuk dekat dan
menekuni timbul dari dalam dirinya sendiri.
Minat bisa berhubungan dengan daya gerak yang mendorong kita
untuk menghadapi atau berurusan dengan orang, benda, atau kegiatan ataupun
bisa sebagai pengalaman yang efektif yang dirangsang oleh kegiatan itu sendiri
(Crow dan Crow, 1980:304). The Liang Gie (1984:28) mengatakan bahwa
minat berarti sibuk, tertarik sepenuhnya dengan sesuatu kegiatan karena
Elita D. Nugroho (1982:18) mengatakan bahwa pengetahuan
mengenai minat dapat dipergunakan untuk berbagai tujuan, antara lain:
a) Penempatan, yaitu minat merupakan alat yang digunakan untuk membantu
siswa memilih jurusan yang benar.
b) Perbaikan belajar, yaitu membantu guru mengenal siswa yang perlu
mendapat perhatian khusus.
c) Penilaian program, yaitu menentukan efektivitas suatu program.
Minat selalu berhubungan dengan kemampuan, kebutuhan,
pengalaman pada diri individu. Jadi minat bertujuan kepada suatu obyek yang
banyak sangkut pahutnya dengan individu. Minat tidak dibawa sejak lahir,
melainkan diperoleh dari pengalaman belajar. Dengan demikian, perlu
meningkatkan minat pada diri anak karena peningkatan minat merupakan
bantuan terhadap anak agar memandang sendiri hubungan antara materi
pelajaran dengan dirinya sebagai individu. Jadi minat yang timbul dari
kebutuhan anak-anak merupakan pendorong bagi anak-anak dalam
melaksanakan usahanya, sehingga minat merupakan hal yang sangat penting
dalam dunia pendidikan khususnya dalam pemilihan jurusan yang akan
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat
Faktor-faktor yang mempengaruhi minat menurut Giartama (1990:6) digolongkan
menjadi dua antara lain yaitu:
a. Minat secara intrinsik, merupakan minat yang timbul dari individu sendiri tanpa
pengaruh dari luar. Timbul karena pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar
yang baik, bakat, jenis kelamin, dan intelegensi.
b. Minat secara ekstrinsik, merupakan akibat pengaruh dari luar individu. Timbul
karena latar belakang sosial ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
c. Unsur-unsur minat
The Liang Gie (1984:24) mengemukakan ada beberapa unsur dalam minat
antara lain yaitu:
a. Minat melahirkan perhatian.
b. Minat memudahkan terciptanya konsentrasi.
c. Minat mencegah gangguan perhatian dari luar.
d. Minat memperkuat melekatnya bahan pelajaran dalam ingatan.
e. Minat memperkecil kebosanan studi dalam diri sendiri.
(untuk menumbuhkan minat terhadap suatu mata pelajaran, usahakan
d. Meningkatkan Minat Siswa
Slameto, 1988:83 mengatakan bahwa beberapa ahli pendidikan berpendapat
cara yang paling efektif untuk membangkitkan minat pada suatu subyek yang
baru adalah dengan menggunakan minat-minat siswa yang telah ada.
Di samping memanfaatkan minat siswa yang telah ada maka, disarankan
agar pengajar membentuk minat-minat baru pada diri siswa. Ini bisa dicapai
dengan jalan memberikan informasi pada siswa mengenai hubungan antara suatu
bahan pengajaran yang lalu, menguraikan kegunaannya, bagi siswa di masa yang
akan datang, sikap siswa dalam mengikuti pelajaran harus tetap dijaga serta
suasana pelajaran. Bila usaha-usaha di atas tidak berhasil, pengajar dapat
memakai insentif dalam usaha mencapai tujuan pengajaran. Insentif merupakan
alat yang dipakai untuk membujuk seseorang agar melakukan sesuatu yang tidak
mau dilakukan atau yang tidak dilakukannya dengan baik, yang diharapkan akan
muncul minat terhadap bahan yang diajarkan.
Menurut Hurlock, 1992:114 sepanjang masa kanak-kanak minat menjadi sumber
motivasi yang kuat untuk belajar. Anak yang berminat terhadap sebuah kegiatan,
baik permainan maupun pekerjaan, akan berusaha lebih keras untuk belajar
dibandingkan dengan anak yang kurang berminat atau merasa bosan. Jika kita
mengharapkan bahwa pengalaman belajar merupakan kemampuan anak
merupakan “saat siap belajar” yaitu saat anak-anak siap belajar, karena mereka
berminat terhadap keuntungan dan kepuasan pribadi yang dapat diperoleh lewat
pengalaman belajar.
e. Minat Belajar Siswa
Bila siswa menyadari bahwa belajar merupakan suatu alat untuk mencapai
beberapa tujuan yang dianggapnya penting, dan siswa melihat bahwa hasil dari
pengalaman belajarnya akan membawa kemajuan pada dirinya, kemungkinan
besar ia akan berminat dan bermotivasi untuk mempelajarinya. Berbicara
mengenai minat tentu saja tidak terlepas dari keadaan psikologis seseorang.
Minat diartikan sebagai: “Kesadaran seseorang bahwa suatu objek, seseorang,
suatu soal atau situasi mengandung sangkut paut dengan dirinya. Dalam hal ini
minat dipandang sebagai suatu sambutan yang sadar agar mempunyai arti bagi
dirinya. Karena itu terlebih dahulu orang harus mempunyai pengetahuan dan
informasi mengenai objek tersebut (Whinterington, 1963:90). Selanjutnya
Whinterington membagikan minat menjadi dua yaitu:
1) Minat primitif yaitu minat yang tumbuh karena kebutuhan biologis yang dapat
berupa makanan, minuman, seks dan kebutuhan sejenisnya.
2) Minat kultural yaitu minat yang timbul dari perbuatan belajar yang lebih
5. Prestasi Belajar Akuntansi
a. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, prestasi adalah hasil puncak yang
telah dicapai. Sedangkan prestasi belajar adalah hasil dari penguasaan
pengetahuan dan keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran,
lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka nilai yang diberikan oleh guru.
Prestasi belajar adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran. Lazimnya ditunjukkan oleh nilai tes atau angka yang diberikan
oleh guru. Prestasi belajar selalu dikaitkan dengan tes hasil belajar atau tes
prestasi (Mulyono, 1990:700. Selanjutnya Sunaryo (1983:10) mengungkapkan
bahwa prestasi belajar adalah hasil perubahan kemampuan yang meliputi
kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Dari beberapa definisi yang telah disebutkan di atas maka yang dimaksud
dengan prestasi belajar adalah suatu hasil dari proses belajar yang telah dicapai
oleh seorang siswa yang diuji melalui kegiatan evaluasi. Kegiatan evaluasi
dilakukan untuk mengetahui sejauh mana kegiatan pembelajaran dapat dicapai.
b. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Akuntansi
Dimyati Mahmud (1990:84-87) mengemukakan faktor-faktor yang
mempengaruhi tingkat prestasi, yaitu:
a) N. Ach (Need for Achievement)
N. Ach adalah dorongan atau motif untuk berprestasi atau suatu motif
intrinsik untuk mencapai prestasi dalam hal tertentu.
b) Takut gagal
Takut gagal seperti perasaan cemas (nervous) dalam menghadapi ujian
atau tes akan sangat mempengaruhi keberhasilan atau tingkat prestasi
seseorang.
c) Takut sukses
Seorang wanita memiliki karakteristik lebih takut sukses dari pada pria.
Apabila cukup kuat takut sukses ini merongrong N Ach seseorang dan
melahirkan perasaan negatif terhadap prestasi yang baik.
d) Persepsi
Persepsi seseorang terhadap prestasinya terkait dengan kombinasi empat
faktor: kemampuan, usaha, sukarnya tugas, dan keberuntungan.
2) Faktor eksternal
Kesempatan dan faktor situasional juga sangat berpengaruh dalam peningkatan
prestasi belajar. Jika situasi lingkungan mendukung dalam proses belajar
mengajar pasti juga akan sangat mempengaruhi tingkat prestasi belajar
c. Prestasi Belajar Akuntansi
Prestasi belajar akuntansi adalah suatu hasil yang diperoleh akibat adanya
belajar akuntansi, dalam usaha memperoleh suatu hasil sangat ditentukan adanya
evaluasi terhadap suatu hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Evaluasi ini
dimaksudkan untuk melihat sejauh mana proses belajar yang diberikan dapat
mencapai hasil yang diharapkan.
Prestasi belajar akuntansi merupakan indikator kualitas dan kuantitas dari
pengetahuan yang dikuasai oleh anak didik. Hasil evaluasi dapat dipakai untuk
meninjau kembali hasil belajar mengajar sesuai dengan tujuan instruksional yang
telah ditentukan sebelumnya. Bila hasil yang diperoleh belum memuaskan, hal ini
tidak sesuai dengan tujuan instruksional yang telah ditentukan. Prestasi belajar
akuntansi akan mengalami kenaikan apabila didukung oleh situasi proses belajar
mengajar yang baik pula, dalam hal ini kemampuan seorang guru dalam
menciptakan suasana belajar yang baik sangat diperlukan. Suasana belajar yang
baik dapat mendorong siswa lebih termotivasi, lebih berminat dan perhatian pada
mata pelajaran akuntansi yang sering digunakan dapat mendorong terciptanya
suasana belajar yang positif, sehingga siswa lebih bersemangat. Pemilihan teknik
pengajaran yang bervariasi tentu saja menuntut kesiapan seorang guru yang lebih
banyak dan tersedianya fasilitas-fasilitas penunjang yang memadai, dengan
mengajar di dalam kelas, sehingga dampak yang timbul adalah prestasi belajar
siswa akan meningkat.
Mata pelajaran akuntansi merupakan mata pelajaran yang menuntut seorang
siswa untuk lebih berpartisipasi aktif dalam proses pendidikan, karena dalam
pembelajaran tidak hanya guru saja yang harus aktif. Kurikulum yang telah
dirancang dengan baik tidaklah banyak artinya bila penjabarannya dalam proses
belajar mengajar tidak ikut menunjang tujuan kurikulum tersebut. Proses belajar
mengajar menjadi faktor yang sangat penting karena banyak tuntutan
keterampilan yang diharapkan oleh para pengguna lulusan yang tidak secara
langsung dapat diwujudkan dalam mata pelajaran khusus ini. Agar proses belajar
mengajar dapat tercapai perlu adanya interaksi yang baik didukung dengan adanya
variasi-variasi mengajar yang diciptakan guru dalam belajar guna memacu
semangat belajar siswa yang pada akhirnya prestasi belajar siswa dapat menjadi
baik.
Dalam proses belajar mengajar akuntansi, diharapkan dapat menghasilkan
perubahan pada siswa yang berupa kemampuan-kemampuan internal. Dalam
kemampuan internal ini nantinya harus dinyatakan dalam prestasi. Prestasi belajar
yang dicapai siswa dapat memberikan petunjuk mengenai tujuan instruksionalnya,
sebab yang dievaluasi adalah hasil usaha belajar sesuai dengan tujuan
adalah prestasi belajar akuntansi. Dari beberapa penulis maka dapat ditarik
kesimpulan bahwa prestasi belajar merupakan hasil tertinggi yang telah dicapai
dalam bidang tertentu, yang berdasarkan prestasi tersebut seorang guru.
B. Kerangka Berpikir
1. Hubungan Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru dengan Prestasi
Belajar Akuntansi.
Variasi gaya mengajar yang digunakan oleh seorang guru sangat mempengaruhi
tingkat prestasi belajar akuntansi. Variasi gaya mengajar akan mengurangi
kebosanan siswa dalam proses belajar mengajar. Variasi gaya mengajar yang
dilakukan oleh guru banyak sekali komponennya dan jika dilakukan dengan
benar-benar akan sangat menarik sehingga dapat mempertahankan minat serta semangat
siswa dalam belajar. Variasi gaya mengajar jika digunakan pada kondisi yang tepat
akan mempengaruhi prestasi belajar siswa.
2. Hubungan Antara Kedisiplinan Belajar Dengan Prestasi Belajar Akuntansi.
Kedisiplinan merupakan ketaatan terhadap peraturan atau tata tertib tertentu.
Siswa yang mempunyai sifat disiplin akan pula mempunyai prestasi yang lebih.
Karena siswa yang disiplinnya tinggi akan mempunyai tanggung jawab yang besar.
Tanggung jawab disini maksudnya adalah tanggung jawab dalam kegiatan
belajar mengajar dengan baik dan tepat waktu. Seorang siswa yang mempunyai
kedisiplinan tinggi tentu saja mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dalam
belajarnya. Rasa tanggung jawab dalam kegiatan belajar akan mempengaruhi
prestasi belajar.
Bidang studi akuntansi merupakan materi yang termasuk dalam kategori
yang sulit untuk dipelajari, karena terdapat konsep-konsep akuntansi yang sulit
untuk dimengerti, sehingga mempelajarinyapun membutuhkan suatu ketekunan,
kejelian dalam menghitung angka-angka. Namun bila siswa tersebut memiliki
kedisiplinan belajar yang tinggi akan cenderung memiliki prestasi belajar akuntansi
yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kedisiplinan belajarnya rendah.
3. Hubungan Antara Minat Belajar Akuntansi Dengan Prestasi Belajar Akuntansi.
Minat merupakan salah satu unsur kepribadian individu yang memegang
peran penting dalam pembuatan suatu keputusan. Minat akan mengarahkan tindakan
individu terhadap suatu obyek atas dasar rasa senang atau tidak senang. Perasaan
senang dan tidak senang merupakan dasar dari suatu minat. Minat seseorang akan
dapat diketahui dari pernyataan senang dan tidak senang atau tidak disuka terhadap
suatu obyek tertentu. Seorang siswa yang minat dengan pelajaran akuntansi akan
terus berusaha untuk belajar akuntansi seoptimal mungkin, karena siswa merasa
tinggi akan dapat meningkatkan atau mempertahankan prestasi belajar akuntansi
siswa itu sendiri.
C. Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan prnyataan yang masih lemah, karenanya masih harus diuji
kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:
1) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara variasi gaya mengajar guru
akuntansi dengan prestasi belajar akuntansi.
2) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara kedisiplinan belajar akuntansi
dengan prestasi belajar akuntansi.
3) Ada hubungan yang positif dan signifikan antara minat belajar akuntansi dengan
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini bersifat replikasi dari penelitian sebelumnya dan jenis
penelitian ini adalah studi kasus yaitu jenis penelitian yang mengambil suatu
permasalahan yang terjadi pada obyek penelitian tertentu. Jenis penelitian studi kasus
tersebut bila dihubungkan dengan hasil penelitian maka kesimpulan yang dapat diambil
dari penelitian hanya berlaku bagi obyek penelitian yang lain. Penelitian ini hanya
terbatas pada obyek tertentu saja yaitu sekolah dan siswa sebagai respondennya. Secara
khusus, yang akan diteliti dari responden adalah persepsi siswa tentang variasi gaya
mengajar guru, disiplin siswa dan minat belajar siswa.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMK BOPKRI I Yogyakarta
Alamat: Jln. Cik Di Tiro No. 37 Yogyakarta
2. Waktu penelitian
C. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah orang-orang yang akan dimintai informasi atau menjadi
sumber informasi khususnya siswa. Responden penelitian dalam hal ini adalah siswa
siswi kelas satu dan kelas dua jurusan akuntansi SMK BOPKRI 1 Yogyakarta.
D.Populasi
Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang sejenis akan
tetapi dapat dibedakan satu sama lain yang disebabkan karena adanya karakteristik yang
berlainan, populasi juga disebut sebagai keseluruhan subyek penelitian. Populasi dalam
penelitian ini adalah siswa siswi kelas 1 dan 2 jurusan akuntansi SMK BOPKRI I
sebanyak 94 siswa, sedangkan siswa siswi kelas 3 jurusan akuntansi tidak ikut diambil
menjadi populasi karena pada saat penelitian dilakukan siswa siswi kelas 3 baru saja
menempuh ujian akhir dan sedang libur sekolah.
E. Sampel
Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteritik yang dimiliki oleh populasi.
Apabila populasi besar dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua populasi yang
ada pada populasi maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi
itu. Pada penelitian ini diambil 62 siswa-siswi yang akan mengisi kuesioner. Apa yang
F. Teknik Sampling
Teknik sampling merupakan teknik pengambilan sampel. Dalam penelitian terdapat
berbagai teknik sampling yang digunakan untuk menentukan sampel. Teknik sampling
dalam penelitian ini termasuk dalam kelompok nonprobability sampling yaitu teknik
yang tidak memberikan peluang atau kesempatan sama bagi setiap unsur atau anggota
populasi untuk dipilih menjadi sampel. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah teknik sampling aksidental karena dalam penelitian tersebut teknik
penentuan sampel berdasarkan kebetulan bertemu dengan peneliti dapat digunakan
sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan ditemui itu cocok sebagai sumber
data. Jadi, penelitian tersebut menggunakan sampel sebanyak 62 responden.
G. Variabel Penelitian dan Pengukurannya
1. Variabel yang Akan Diteliti
Dalam penelitian ini terdapat empat variabel yaitu tiga variabel bebas dan
satu variabel terikat.
Variabel-variabel tersebut adalah:
a. Variabel bebas (Independence variable)
1) Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru (X1)
Persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru adalah proses
rangsang dari lingkungan dalam hal ini adalah variasi gaya mengajar guru
melalui panca indera, sehingga individu menyadari dan mengerti tentang apa
yang diinderakan.
2) Disiplin siswa (X2)
Disiplin siswa adalah keteraturan dalam segala usaha yang dilakukan untuk
mencapai hasil belajar yang optimal serta merencanakan terlebih dahulu
dengan sistematika yang baik tentang apa yang akan dipelajari.
3) Minat (X3)
Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk merasa
tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung
dalam bidang itu.
b. Variabel terikat (Dependence variable)
Prestasi belajar akuntansi (Y)
Prestasi belajar akuntansi adalah penguasaan pengetahuan yang dikembangkan oleh
mata pelajaran akuntansi.
2. Kategori Kecenderungan Variabel
Kategori kecenderungan variabel bebas dari variabel terikat dinilai dengan
Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe II. Penilaian dengan menggunakan PAP tipe II
Tabel 3.1 Tabel PAP Tipe II
Derajat Penguasaan Nilai akhir
81%-100% 66%-80% 56%-65% 46%-55%
<46%
Sangat Tinggi Tinggi Cukup Rendah Sangat Rendah
3) Pengukuran Variabel
Setiap variabel penelitian yang akan dianalisis perlu diukur dengan cara
pengukuran masing-masing variabel. Maka pengukuran variabel penelitian yang
penulis lakukan adalah:
a. Variabel Bebas
Data mengenai persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru,
disiplin siswa, dan minat belajar siswa di sekolah diperoleh melalui jawaban
kuesioner yang berupa daftar pertanyaan dan pernyataan. Jumlah item
pernyataan variabel variasi gaya mengajar guru sebanyak 10 item merupakan
pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti. Jumlah item pertanyaan variabel
disiplin siswa sebanyak 10 item merupakan pertanyaan yang disusun sendiri
oleh peneliti sedangkan 10 item pertanyaan variabel minat belajar siswa juga
merupakan pertanyaan yang disusun sendiri oleh peneliti. Kuesioner yang
hanya memilih jawaban yang telah tersedia dan kuesioner ini dibagikan pada
siswa.
Penulis menggunakan skala Likert untuk memberikan skor pada
kuesioner karena jawaban bersifat kualitatif. Ada dua kategori yang digunakan
yaitu pernyataan positif dan pernyataan negatif yang dinilai dengan pilihan
Selalu (S), Kadang-kadang (Kdg), dan Tidak Pernah (TP). Pembagian
pernyataan menjadi dua kategori ini karena pada dasarnya sikap seseorang
terhadap obyek tertentu terdiri dari sikap mendukung (positif), sikap menolak
(negatif), dan sikap netral. Penulis mengharap responden mempunyai sikap
mendukung atau menolak, oleh karena itu jawaban netral dihilangkan. Adapun
skor yang digunakan dalam menilai pertanyaan tersebut adalah:
Tabel 3.2 Ketentuan Pemberian Skor
Instrumen Variasi Gaya Mengajar Guru & Minat Belajar
No. Keterangan Skor untuk
pernyataan positif
Skor untuk pernyataan negatif
1. Selalu 4 1
2. Sering 3 2
3. Kadang-kadang 2 3
4. Tidak pernah 1 4
Sedangkan dalam mengukur sikap siswa dalam proses belajar mengajar
baik di sekolah maupun di rumah yang berhubungan dengan kedisiplinan dan minat
belajar siswa digunakan skala pengukuran yaitu disediakan alternatif jawaban a, b,
c, dan d. Masing-masing alternatif jawaban diberi skor sebagai berikut:
Jawaban b diberi skor 3
Jawaban c diberi skor 2
Jawaban d diberi skor 1
b. Variabel Terikat
Variabel terikat (Dependent Variable), yaitu variabel yang merupakan akibat
atau tergantung pada variabel yang mendahuluinya. Variabel terikat dalam
penelitian ini adalah prestasi belajar akuntansi.
Prestasi belajar siswa diukur berdasarkan hasil raport siswa semester genap atau
semester 2 khusus bidang studi akuntansi
Tabel 3.3
Kisi – kisi Kuesioner
No Tolok Ukur Pernyataan
Negatif (Nomor Item Dalam Kuesioner) Pernyataan Positif (Nomor Item Dalam Kuesioner) 1 2
Persepsi siswa tentang
variasi gaya mengajar guru
Disiplin Siswa
1) Perencanaan jadwal
belajar
2) Teknik/cara belajar
yang baik
3) Keteraturan dalam
2,3,4,6,8 1,5,7,9,10
1,4,6
9,10
3
waktu
4) Pelaksanaan peraturan
sekolah
Minat belajar siswa
2,3,5
1,2,3,4,5 6,7,8,9,10
H. Data yang Diperlukan
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh langsung oleh responden melalui
daftar pertanyaan atau kuesioner. Data primer dalam penelitian ini adalah melalui
identitas diri siswa, hasil persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin
siswa, dan minat belajar siswa di sekolah yang dapat diperoleh hasilnya melalui
kuesioner yang telah dibagikan kepada siswa.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang lebih dahulu dikumpulkan oleh pihak lain di
luar peneliti. Data sekunder dalam penelitian ini adalah meliputi buku-buku yang
berkaitan dengan teori tentang variasi gaya mengajar guru, disiplin siswa, dan minat
belajar siswa di sekolah, buku kerja guru, buku kemajuan kelas, dan data-data yang
sudah ada di SMK BOPKRI I Yogyakarta. Data prestasi belajar siswa diambil dari
I. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara-cara yang ditempuh untuk memperoleh data
sesuai dengan data yang dibutuhkan. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data
yang digunakan yaitu:
1. Kuesioner
Kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh
informasi dari responden baik laporan tentang pribadinya maupun hal-hal yang ia
ketahui (Suharsimi Arikunto, 1998:140). Kuesioner ini digunakan untuk
mengumpulkan data variabel bebas yaitu variabel variasi gaya mengajar guru,
kedisiplinan belajar siswa, dan minat belajar siswa.
2. Dokumentasi
Dokumentasi adalah pengumpulan data berdasarkan benda-benda tertulis yang
tersedia di sekolah, misalnya nilai raport atau suatu metode untuk mengungkap data
yang bersifat historis, data yang diperoleh dari dokumen yang diyakini kebenarannya.
3. Wawancara
Wawancara adalah suatu metode untuk mengungkapkan data yang bersifat historis
J. Teknik Pengujian Instrumen
1. Pengujian Validitas Instrumen
Suatu alat ukur dikatakan valid atau sahih apabila alat pengukuran tersebut
dapat mengukur apa yang ingin diukur dengan tepat atau teliti. Dalam penelitian ini
validitas akan dihitung dengan menggunakan perhitungan korelasi product moment
dari Karl Pearson dengan rumus (Suharsimi Arikunto,1997:146) sebagai berikut:
rxy=
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2 2 Y Y N X X N Y X XY N ∑ − ∑ ∑ − ∑ ∑ ∑ − ∑ Keterangan:
rxy = korelasi skor item dengan skor total N = jumlah populasi
∑X = total skor dari setiap item
∑Y = total dari skor seluruh item
Koefisien korelasi yang diperoleh dari hasil perhitungan menunjukkan tinggi
rendahnya tingkat validitas instrument yang diukur. Selanjutnya hasil perhitungan koefisien
korelasi ini dibandingkan dengan hasil perhitungan r korelasi product moment pada tabel.
Jika hasil perhitungan r lebih besar dari pada r tabel, maka butir soal tersebut dapat
dikatakan valid. Sebaliknya apabila hasil perhitungan lebih kecil dari pada r tabel, maka
butir soal tersebut dapat dikatakan tidak valid. Pelaksanaan perhitungan validitas butir pada
kemudian dibandingkan dengan nilai r tabel yaitu sebesar 0,239 pada taraf signifikansi 5%,
n = 30, dan df sebesar n-2 yaitu 30 - 2 = 28. Hasil perhitungannya dapat dilihat pada tabel
di bawah ini:
Tabel 3.4
Hasil Uji Validitas
¾ Instrumen Persepsi Siswa Tentang Variasi Gaya Mengajar Guru
No. Item RHitung RTabell Haslil Analisis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,4413 0,5475 0,4877 0,4345 0,4449 0,4520 0,4510 0,4417 0,3973 0,3985 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
¾ Instrumen Disiplin Siswa
No. Item R Hitung R Tabel Hasil Analisis
¾ Instrumen Minat Belajar Siswa
No. Item R Hitung R Tabel Hasil Analisis
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 0,7746 0,6689 0,5739 0,7588 0,5677 0,4836 0,6721 0,3643 0,5655 0,7660 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 0,239 Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid
Dari hasil analisis diperoleh hasil sebagai berikut:
a.Untuk kuesioner persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru yang terdiri
dari 10 butir item pernyataan, yang terdiri dari 5 item pernyataan negatif dan 5
item pernyataan positif diperoleh hasil bahwa semuanya sahih.
b. Untuk kuesioner disiplin belajar siswa yang terdiri dari 10 item pernyataan positif
diperoleh hasil bahwa semuanya sahih.
c.Untuk kuesioner minat belajar siswa di sekolah yang terdiri dari 10 item
pernyataan positif diperoleh hasil bahwa semuanya sahih.
2. Pengujian Reliabilitas Instrumen
Reliabilitas menunjukkan taraf sampai mana suatu alat ukur mampu
ketepatan dan ketelitian hasil. Adapun rumus yang digunakan dalam penelitian ini
adalah koefisien reliabilitas dari Spearman Brown (Masidjo, 1995:242):
gg gg tt r r r + × = 1 2 Keterangan:
rtt = angka reliabilitas keseluruhan item.
rgg = angka korelasi belahan pertama dan belahan kedua
Kriteria pengujiannya yaitu dengan taraf signifikan 5%, jika rttlebih besar dari r tabel , maka reliabilitas butir kuesioner yang digunakan sebagai alat ukur tersebut signifikan. Dari hasil penelitian diketahui bahwa n = 30 dan db = n-2, jadi
derajat kebebasannya sebesar 28 (db = 30 – 2) sehingga r tabel dari 0,05;28 adalah 0,239
Hasil perhitungan uji reliabilitas dengan menggunakan program SPSS
diperoleh hasil sebagai berikut:
Tabel 3.5 Hasil Uji Reabilitas
No. Variabel Penelitian Koef. Reliabilitas
1. Persepsi Siswa tentang Variasi Gaya Mengajar Giru
0,7559
2. Disiplin Siswa 0,7195
3. Minat Belajar Siswa 0,8238
sehingga dapat disimpulkan bahwa alat yang digunakan untuk penelitian ini adalah
Reliabel.
K. Teknik Analisis Data
1. Uji Prasyarat
a. Uji Normalitas
Uji normalitas data digunakan untuk mengetahui apakah data yang
digunakan dalam penelitian berdistribusi normal atau tidak. Pengujian
normalitas menggunakan uji sampel dari Kolmogorov Smirnov, yaitu tingkat
kesesuaian antara distribusi harga satu sampel (skor yang diobservasi) dengan
suatu distribusi teoritis tertentu. Uji ini menetapkan suatu titik dimana teoritis
dan yang terobservasi mempunyai perbedaan terbesar, artinya distribusi
sampling yang diamati benar.
r-benar merupakan observasi suatu sampel random dari distribusi teoritis. Tes
Kolmogorov-Smirnov memusatkan pada penyimpangan (deviasi) terbesar.
Harga F0(X)-Sn(X) terbesar dinamakan deviasi maksimum. Adapun rumus uji Kolmogorov-Smirnov untuk normalitas adalah sebagai berikut
(Sugiyono,1999:225):
D = maksimum F0(X)-Sn(X)
D : deviasi maksimum
F0 : fungsi distribusi frekuensi kumulatif yang ditentukan
Sn(X) : distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi b. Uji Linearitas
Uji linearitas dilakukan untuk mengetahui apakah ada sifat hubungan yang
linear atau tidak antara variabel bebas dengan variabel terikat. Rumus yang
digunakan adalah persamaan garis regresi dengan menghitung nilai F atau
analisis varians untuk uji linieritas (Sudjana, 1989:317).
Rumus untuk menguji linieritas yaitu:
F =
2 2 e TC S S Keterangan :
STC2 = JK (TC) S2e =
k n E JK − ) (
Dalam hal ini, kita tolak hipotesis model regresi linier jika
F≥F(1−α)(k−2,n−k). Untuk distribusi F yang digunakan diambil dk pembilang = (k-2) dan dk penyebut = (n-k).
2. Uji Hipotesis
a. Untuk menguji hipotesis pertama digunakan analisis regresi linier, dengan
langkah-langkah sebagai berikut:
1) Perumusan Hipotesis
H0: p≤0, Variasi gaya mengajar guru tidalk berpengaruh positif terhadap
prestasi belajar akuntansi.
H1: p>0, Variasi gaya mengajar guru berpengaruh positif terhadap prestasi
belajar akuntansi.
2) Menentukan koefisien korelasi antara variabel bebas dengan variabel terikat,
dengan rumus sebagai berikut:
rxy=
( )( )
( )
{
2 2}
{
2( )
2}
∑
∑
∑
∑
∑
∑
∑
− − − y y n x x n y x xy n Keterangan:r : koefisien variabel
n : banyaknya sampel
x : variabel variasi gaya mengajar guru / disiplin siswa / minat belajar
siswa
y : variabel prestasi belajar akuntansi
4) Interpretasi hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat dengan
menggunakan pedoman sebagai berikut Suharsimi 2002: 245):
Tabel 3.6 Interpretasi Hubungan antara Variabel Bebas dengan Variabel Terikat
Besarnya nilai r Interpretasi
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 Tinggi Antara 0,600 sampai dengan 0,800 Cukup Antara 0,400 sampai dengan 0,600 Agak rendah Antara 0,200 sampai dengan 0,400 Rendah Antara 0,000 sampai dengan 0,200 Sangat Rendah
(Tak berklorelasi)
5) Menarik kesimpulan yaitu jika thitung < ttabel