• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS SIMPANG LIMUN MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IMPLEMENTASI PROGRAM PROMOSI KESEHATAN DI PUSKESMAS SIMPANG LIMUN MEDAN TAHUN 2018 SKRIPSI"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Oleh

RIBKA SIMANJUNTAK NIM : 141000501

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(2)

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat pada Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

Oleh

RIBKA SIMANJUNTAK NIM : 141000501

PROGRAM STUDI S1 KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2018

(3)

Departemen : Administrasi dan Kebijakan Kesehatan

Menyetujui Komisi Pembimbing :

Ketua

Tanggal Lulus : 5 November 2018

(4)

Puskesmas Simpang Limun Medan Tahun 2018” beserta seluruh isinya adalah benar karya saya sendiri dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang belaku dalam masyarakat keilmuan kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Ketua : Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D.

Anggota : 1. Drs. Alam Bakti Keloko, M.Kes.

2. Puteri Citra Cinta Asyura Nst. S.K.M., M.P.H.

(6)

ditingkatkan kinerjanya di Puskesmas Simpang Limun adalah pelayanan promosi kesehatan. Tujuan penelitian ini adalah unutk mengetahui faktor-faktor yang memengaruhi implementasi program promosi keehatan di Puskesmas Simpang Limun. Jenis penelitian ini merupakan penelitian survei dengan menggunakan pendekatan explanatory research. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petugas kesehatan di Puskesmas Simpang Limun sebanyak 30 orang. Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah seluruh populasi sebanyak 30 orang.

Pengumpulan data menggunakan wawancara dengan alat bantu kuesioner. Data dianalisis dengan menggunakan uji regresi logistik berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun adalah sumber daya, sikap, dan komunikasi. Variabel yang paling berpengaruh terhadap implementasi program promosi adalah sumber daya (p=0,046) dan sikap (p=0,11). Diharapkan kepada Dinas Kesehatan Kota Medan untuk melakukan upaya-upaya peningkatan pengetahuan dan ketrampilan sumber daya manusia terutama petugasl promosi kesehatan yang ada dengan melakukan bimbingan teknis program promosi kesehatan, kepada petugas kesehatan Puskesmas Sentosa Simpang Limun agar memberikan komitmen untuk meningkatkan program promosi kesehatan melalui peningkatan kualitas sumber daya yang ada, yaitu sarana dan prasana serta media komunikasi yang digunakan dalam pelaksanaan promosi kesehatan.

Kata Kunci: Implementasi, Promosi kesehatan

(7)

Limun is health promotion service. The purpose of this research was to find out the elements which influenced the implementation of health promotion

programme in Puskesmas Simpang Limun. This research was survey research with explanatory research approach. The population of this research was an the health official in Puskesmas Simpang Limun numbered 30 persons. The sample of this research was all the number of population namely 30 persons. The data was collected by using interview and questionnaire. The data was analyzed by using double logistic regression test. The result of the research show that the variable which had relation with the implementation of health promotion programme in Puskesmas Simpang Limun were resources, disposition, and communication. The most influenced variable against it was resources (p=0,46) and disposition (p=0,11). It was expected to the Health Departemen of Medan to carry out the effort of increasing the knowledgement and human resources skill, especially the official of health promotion by giving technical leadership of health promotion programme to the health official in Puskesmas Simpang Limun, so That it could give connitmet to increase the health promotion programme through increasing the quality of the exist resources, namely infrastructure and communication media, which was used in doing the health promotion.

Key words: Implementation, Health Promotion

(8)

“Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan Tahun 2018”

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Selama penyusunan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum. selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si. selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara.

3. Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes. selaku Ketua Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

4. Destanul Aulia, S.K.M., M.B.A., M.Ec., Ph.D. selaku Dosen Pembimbing sekaligus sebagai Ketua Penguji yang telah banyak meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasihat serta pengarahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Drs. Alam Bakti Keloko M.Kes. selaku Dosen Penguji I yang telah memberikan bimbingan, saran, dukungan, nasihat, dan arahan untuk

(9)

kepada penulis dalam perbaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen dan Staf di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menjalani pendidikan.

8. Kepala Dinas Kesehatan Kota Medan dan seluruh Staf yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

9. Kepala Puskesmas Simpang Limun dan seluruh staf terkhusus Ibu Ratna Silaban dan yang telah banyak membantu penulis.

10. Teristimewa kepada kedua orang tua penulis Bapak Warison Simanjuntak dan Ibu Deliana br. Manullang serta kedua saudara penulis Yoel Sapto Saver Simanjuntak dan Natanael Simanjuntak yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, dan doa kepada penulis selama pengerjaan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Kritik dan saran yang konstruktif sangat penulis harapkan untuk

menyempurnakan skripsi ini. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat terutama dalam kemajuan ilmu pengetahuan.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

(10)

Halaman Pernyataan Keaslian Skripsi i

Halaman Pengesahaan ii

Abstrak iv

Abstract v

Kata Pengantar vi

Daftar Isi viii

Daftar Tabel xi

Daftar Gambar xii

Daftar Lampiran xii

Daftar Istilah xiii

Riwayat Hidup xiv

Pendahuluan 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 7

Tujuan Penelitian 7

Tujuan umum 7

Tujuan khusus 7

Manfaat Penelitian 7

Tinjauan Pustaka 9

Promosi Kesehatan 9

Pengertian dan sasaran pomosi kesehatan 9

Peluang dan strategi pomosi kesehatan 10

Kegiatan upaya pelayanan pomosi kesehatan 12 Indikator keberhasilan program puskesmas 14

PHBS tatanan rumah tangga 17

Puskesmas 19

Definisi dan tujuan puskesmas 19

Visi dan misi puskesmas 19

Fungsi puskesmas 21

Tenaga kesehatan 22

Upaya penyelenggaraan kesehatan 23

Landasan Teori Implementasi 26

Tahap-tahap implementasi 27

Faktor yang memengaruhi implementasi 27

Kerangka Konsep 32

Hipotesis Penelitian 32

(11)

Metode Pengumpulan Data 33

Uji Validitas dan Reliabilitas 34

Uji validitas 34

Uji reliabilitas 35

Metode Pengukuran 36

Metode Analisis Data 37

Hasil Penelitian 39

Gambaran Umum Puskesmas Simpang Limun 39

Profil Puskesmas Simpanng Limun 39

Data geografis dan demografis 39

Gambaran Umum Responden 40

Analisis Univariat 41

Analisis Bivariat 42

Hubungan sumber daya terhadap implementasi program

promosi kesehatan 42

Hubungan sikap terhadap implementasi program promosi

kesehatan 43

Hubungan komunikasi terhadap implementasi program

promosi kesehatan 44

Hubungan struktur birokrasi terhadap implementasi

program promosi kesehatan 45

Ringkasan hasil uji bivariat 46

Analisis Multivariat 46

Pembahasan 49

Implementasi Program Promosi Kesehatan 49

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Implementasi Program

Promosi Kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan 52 Pengaruh variabel sumber daya terhadap implementasi

program promosi kesehatan 52

Pengaruh variabel sikap terhadap implementasi program

promosi kesehatan 55

Pengaruh variabel komunikasi terhadap implementasi

program promosi kesehatan 57

Pengaruh variabel struktur birokrasi terhadap

implementasi program promosi kesehatan 60

(12)

Daftar Pustaka 63 Daftar Lampiran

(13)

1 Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan 13 2 Hasil Uji Validitas pada Variabel Sumber Daya 34

3 Hasil Uji Validitas pada Variabel Sikap 35

4 Hasil Uji Validitas pada Variabel Komunikasi 35 5 Hasil Uji Validitas pada Variabel Struktur Birokrasi 35 6 Hasil Uji Reliabilitas pada Variabel (Sumber Daya, Sikap,

Komunikasi, Struktur Birokrasi) 36

7 Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan 40

8 Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan Terakhir 41 9 Distribusi Frekuensi Variabel Sumber Daya, Sikap,

Komunikasi, Struktur Birokrasi, dan Implementasi Program

Promosi Kesehatan 42

10 Tabel Hubungan Sumber Daya dengan Implementasi Program

Promosi Kesehatan 43

11 Tabel Hubungan Sikap dengan Implementasi Program Promosi

Kesehatan 44

12 Tabel Hubungan Komunikasi dengan Implementasi Program

Promosi Kesehatan 45

13 Tabel Hubungan Struktur Birokrasi dengan Implementasi

Program Promosi Kesehatan 46

14 Hasil Uji Bivariat antara Variabel Bebas dengan Variabel

Terikat 46

15 Hasil Uji Regresi Logistik Berganda 47

(14)

1 Model Faktor Implementasi Kebijakan Menurut Edward III 31

2 Kerangka Konsep 31

(15)

Lampiran Judul Halaman

1 Kuesioner Penelitian 65

2 Metode Pengukuran Variabel Bebas 72

3 Master Data Penelitian 75

4 Output Uji Validias dan Reliabilitas 77

5 Output Hasil Uji Statistik 81

6 Dokumentasi Penelitian 89

7 Surat Permohonan Izin Penelitian 91

8 Surat Izin Penelitian 92

9 Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian 94

(16)

CSR Corporate Social Responsibility Depkes Departemen Kesehatan

HIV/AIDS Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome

ISPA Infeksi Saluran Pernafasan Akut IVA Inspeksi Visual Asam Asetat IMS Infeksi Menular Seksual KB Keluarga Berencana KEK Kurang Energi Kronik

Kemenkes RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia Kepmenkes Keputusan Menteri Kesehatan

KIA Kesehatan Ibu dan Anak KIE Komunikasi Informasi Edukasi LSM Lembaga Swadaya Masyarakat MP-ASI Makanan Pendamping Air Susu Ibu PHBS Perilaku Hidup Bersih dan Sehat PJB Pemeriksaan Jentik Berkala PKRS Promosi Kesehatan Rumah Sakit PMBA Pemberian Makanan Bayi dan Anak Posyandu Pos Pelayanan Terpadu

Puskesmas Pusat Kesehatan Masyarakat

Permenkes RI Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia PSN Pemberantasan Sarang Nyamuk

Riskesdas Riset Kesehatan Dasar

UKM Upaya Kesehatan Masyarakat UKP Upaya Kesehatan Perorangan

UU Undang-Undang

3M Menguras, Mengubur, Menutup

(17)

Protestan, anak ketiga dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Warison Simanjuntak dan Ibu Deliana br. Manullang.

Pendidikan formal dimulai di Sekolah Dasar Negeri 068344 Medan pada tahun 2002-2008, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 31 Medan pada tahun 2008-2011, pendidikan menengah atas di SMA Swasta Katolik Budi Murni 2 Medan pada tahun 2011-2014, selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Program Studi S1 Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Medan, November 2018

Ribka Simanjuntak

(18)

UU Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa kesehatan merupakan suatu keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Dengan demikian, Kesehatan merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan.

Oleh karena itu, dilakukan pembangunan kesehatan untuk menigkatkan derajat kesehatan setinggi-tingginya di wilayah Republik Indonesia.

Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan derajat kesehatan salah satunya melalui kegiatan promosi kesehatan. Menurut Green (1984) dalam Kholid (2015), promosi kesehatan adalah segala bentuk gabungan antara pendidikan kesehatan dan intervensi yang terkait dengan ekonomi, politik dan organisasi yang dirancang untuk memudahkan perubahan perilaku dan

lingkungan yang kondusif bagi kesehatan. Sehingga dapat dikatakan bahwa promosi kesehatan merupakan upaya untuk meningkatkan kesehatan secara menyeluruh bukan hanya perubahan perilaku tetapi juga perubahan

lingkungan.

Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya. Salah satu dari

(19)

upaya kesehatan wajib Puskesmas yang harus ditingkatkan kinerjanya adalah pelayanan promosi kesehatan. Promosi Kesehatan oleh Puskesmas adalah upaya Puskesmas untuk menyelenggarakan pemberdayaan kepada masyarakat untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan setiap individu, keluarga, serta lingkungannya secara mandiri dan mengembangkan upaya kesehatan bersumber masyarakat (KEPMENKES RI No. 585 Tahun 2007).

Sasaran primer (utama) upaya promosi kesehatan sesungguhnya adalah pasien, individu sehat dan keluarga (rumah tangga) sebagai komponen dari masyarakat. Mereka ini diharapkan mengubah perilaku hidup mereka yang tidak bersih dan tidak sehat menjadi perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)

(Kemenkes RI,2011). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang,

keluarga, kelompok atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.

PHBS harus dipraktikkan di semua bidang kesehatan masyarakat karena pada hakikatnya setiap masalah kesehatan merupakan hasil perilaku, yaitu interaksi manusia (host) dengan bibit penyakit atau pengganggu lainnya (agent) dan lingkungan (environment). Tingkat pencapaian pembinaan PHBS di Rumah Tangga dapat diukur melalui 10 indikator sebagai berikut: (1) Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan, (2) Memberi bayi ASI Ekslusif, (3) Menimbang balita setiap bulan, (4) Menggunakan air bersih, (5) Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun, (6) Menggunakan jamban sehat, (7) Memberantas jentik di rumah

(20)

seminggu sekali, (8) Makan sayur dan buah setiap hari, (9) Melakukan aktivitas fisik setiap hari, (10) Tidak merokok di dalam rumah (Kemenkes RI, 2016).

Pada PHBS tahun 2013 untuk rumah tangga dengan balita digunakan 10 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah 10; sedangkan untuk rumah tangga tanpa balita terdiri dari 7 indikator, sehingga nilai tertinggi adalah tujuh. Penilaian PHBS rumah tangga baik diukur dengan batasan yang sama dengan penilaian rumah tangga PHBS tahun 2007. Kriteria rumah tangga dengan PHBS baik adalah rumah tangga yang memenuhi indikator baik, sebesar 6 indikator atau lebih untuk rumah tangga yang punya balita dan 5 indikator atau lebih untuk rumah tangga yang tidak mempunyai balita (Riskesdas, 2013). Pada tahun 2014, target cakupan PHBS Rumah Tangga ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan RI sebesar 70 % (Kemenkes RI, 2011). Namun hasil Riskesdas 2013 menunjukkan bahwa proporsi nasional PHBS Rumah Tangga baik hanya 32,3 %.

Berdasarkan Profil Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2016, jumlah rumah tangga yang ber-PHBS cenderung fluktuatif, bila dilihat dari pencapaian tahun 2015 mengalami penurunan 2,51% dari tahun 2014. Namun pada tahun 2016 kemudian mengalami peningkatan kembali sebesar 2,71%. Pada tahun 2015, dari 3.307.289 jumlah RT, hanya 1.197.669 RT yang dipantau dan RT yang ber-PHBS sebanyak 607.901 RT (50,75%). Kemudian, pada tahun 2016, dari 3.295.701 jumlah RT, hanya 1.423.092 yang dipantau, dan RT yang ber- PHBS sebanyak 760.826 RT (53,46%). Profil kesehatan Kota Medan tahun 2016 menunjukkan dari 511.511 jumlah rumah tangga yang ada di kota Medan,

(21)

dipantau sebanyak 122.380 rumah tangga dan diketahui 46.901 rumah tangga (38,2%) diantaranya berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Simpang Limun, persentase rumah tangga berperilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) tahun 2017, menurut keluharan dan pustu, Kelurahan Sudirejo I memiliki 4.757 jumlah rumah tangga, yang dipantau 1.200 rumah tangga dan sebanyak 615 rumah tangga (51,3%) ber- PHBS, Kelurahan Sudirejo II memiliki 1.863, yang dipantau 920 rumah tangga dan sebanyak 450 rumah tangga (48,9%) ber-PHBS, Kelurahan Sitirejo I memiliki 2.754 rumah tangga, yang dipantau 1.005 rumah tangga dan sebanyak 550 rumah tangga (54,7%) ber-PHBS. Secara keseluruhan, dari 9.347 rumah tangga, ada 3.125 rumah tangga yang dipantau dan sebanyak 1.615 rumah tangga (51,7%) yang ber-PHBS.

Puskesmas Simpang Limun merupakan salah satu dari 39 Puskesmas yang ada di Kota Medan dengan wilayah kerja terdiri dari 3 wilayah kelurahan dan jumlah penduduk sebanyak 29.498 jiwa. Pemilihan lokasi penelitian di Puskesmas Simpang Limun mengingat Puskesmas ini terletak di pusat kota yakni berada di Kecamatan Medan Kota dan memiliki jumlah kepadatan penduduk yang cukup tinggi serta mayoritas penduduknya bekerja di sektor swasta dan pedagang. Serta memiliki trend penyakit tertinggi diwilayah kerjanya, seperti penyakit ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut), penyakit maag, hipertensi, penyakit, diabetes mellitus, dan sebagainya yang merupakan beberapa penyakit yang disebabkan oleh perilaku yang tidak bersih dan tidak sehat (tidak PHBS). Apabila

dibandingkan dengan Puskesmas Teladan yang merupakan sesama bagian dari

(22)

Kecamatan Medan Kota yang memiliki cakupan PHBS sebesar 92,5%, sudah seharusnya bagi Puskesmas Simpang Limun bekerja dengan optimal untuk menyaingi capaian tersebut.

Berdasarkan data yang didapatkan, Puskesmas Simpang Limun Medan belum memenuhi target pencapaian cakupan rumah tangga ber-PHBS

sebagaimana telah ditetapkan dalam Rencana Strategis (Renstra) Kementrian Kesehatan 2015-2019 yaitu target rumah tangga ber-PHBS nasional yaitu sebesar 80%. Dengan tidak mencapai target nasional, hal ini menunjukkan bahwa

pelaksanaan promosi kesehatan oleh Puskesmas Simpang Limun belum berhasil dilakukan dengan maksimal yangmana untuk melihat keberhasilan program promosi kesehatan dapat dilihat dari cakupan PHBS-nya.

Upaya promosi kesehatan melalui berbagai kegiatan baik di dalam gedung maupun di luar gedung telah dilakukan di Puskesmas Simpang Limun diantaranya penyuluhan PHBS (rumah tangga, institusi pendidikan, institusi sarana kesehatan, institusi tempat-tempat umum), penyuluhan penyakit tidak menular, penyuluhan Human Immunodeficiency Virus/ Acquired Immuno Deficiency Syndrome (HIV/AIDS), penyuluhan ASI Ekslusif, kunjungan rumah (bumil, gizi buruk, Tuberkulosis mangkir) namun belum menunjukkan hasil yang maksimal.

Dalam pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan, Puskesmas Simpang Limun memiliki kendala-kendala yang dihadapi, yakni tidak memiliki

kelengkapan alat untuk mendukung kegiatan penyuluhan misalnya in focus, flipcharts dan stands, portable generator, dan alat peraga. Kemudian, kepala lingkungan dan kader tidak hadir ketika melaksanakan kegiatan penyuluhan

(23)

kesehatan. Tanpa kehadiran dan bantuan kepala lingkungan dan kader, masyarakat tidak mau menerima kedatangan petugas Puskesmas yang turun ke lapangan.

Ditambah lagi, masyarakat tidak terinformasi sewaktu kegiatan penyuluhan akan dilaksanakan, sehingga ketika melihat ke lapangan hanya sedikit masyarakat yang menghadiri penyuluhan kesehatan oleh Puskesmas. Kegiatan-kegiatan tidak berjalan sesuai dengan jadwal rencana kegiatan yang telah ditetapkan karena petugas yang bertanggung jawab melaksanakan kegiatan mendahulukan kepentingan pribadinya, cuaca, dan keterlambatan dana yang dikirim untuk melakukan pelaksanaan kegiatan promosi kesehatan,.

Hasil penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Bintang Gumilang (2015) tentang analisis faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS) di Rumah Sakit Universitas Airlangga

menunjukkan kualifikasi sumber daya sudah memenuhi syarat namun perlu penambahan kuantitas. Komunikasi unit PKRS dengan unit pelaksana belum memiliki pola yang sistematis. Unit PKRS belum memiliki unit keorganisasian yang lengkap. Monitoring dan evaluasi belum didukung sistem sehingga belum terlaksana.

Berkenaan dengan pentingnya peranan promosi kesehatan dalam

mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor-faktor implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan.

Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, dapat diambil

(24)

rumusan masalah dari penelitian ini yaitu faktor-faktor apa sajakah yang

memengaruhi implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Tahun 2018.

Tujuan Penelitian

Tujuan umum. Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang memengaruhi implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Tahun 2018.

Tujuan khusus. Tujuan khusus dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh sumber daya terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

2. Untuk mengetahui pengaruh sikap terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

3. Untuk mengetahui pengaruh komunikasi implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

4. Untuk mengetahui pengaruh struktur birokrasi terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

5. Untuk mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan

Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Pemerintah

(25)

Daerah dalam rangka mewujudkan pembangunan kesehatan agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya.

2. Bagi Dinas Kesehatan Kota Medan

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Kota Medan dalam mendukung fungsi utama puskesmas untuk mewujudkan pembangunan kesehatan.

3. Bagi Puskesmas Simpang Limun

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan bagi Puskesmas Simpang Limun dalam upaya peningkatan pelayanan promosi kesehatan.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitan ini diharapkan dapat menjadi bahan untuk menambah wawasan ilmu kesehatan masyarakat terutama di bidang Administrasi dan Kebijakan Kesehatan dalam pelaksanaan pelayanan promosi kesehatan serta menjadii bahan informasi bagi peneliti selanjutnya.

(26)

Pengertian dan sasaran promosi kesehatan. Promosi kesehatan adalah sebuah tahapan memandirikan atau pemberdayaan masyarakat untuk mampu menjaga serta meningkatkan kesehatan mereka. Langkah memandirikan atau pemberdayaan masyarakat juga berkaitan dengan pengumpulan dari setiap dorongan di masyarakat dan bukan saja sekedar pada upaya memberi informasi (misalnya KIE, pendidikan kesehatan, serta kegiatan penyuluhan) (Maulana, 2014).

Di Puskesmas, promosi kesehatan merupakan usaha dari badan ini agar pasien mampu bersikap mandiri sehubungan dengan mempercepat kesembuhan dan rehabilitasinya, dalam menaikkan angka kesehatan, meminimalisir masalah kesehatan serta mengembangkan usaha kesehatan yang berbasis masyarakat dengan cara pemberian ajaran dari, oleh, untuk dan bersama masyarakat, juga ditunjang dengan kebijakan publik dengan wawasan kesehatan.

Terdapat tiga (3) jenis sasaran dalam melakukan promosi kesehatan, yakni:

Sasaran primer. Sasaran primer (utama) usaha promosi kesehatan adalah

masyarakat itu sendiri. Berdasarkan dari masalah kesehatan, sasaran primer dibagi menjadi kelompok: ibu hamil dan menyusui untuk masalah KIA (Kesehatan Ibu dan Anak), anak sekolah untuk masalah kesehatan remaja, kepala keluarga untuk

(27)

masalah kesehatan umum, dan lainnya. Usaha promosi yang dilaksanakan pada sasaran primer ini sejajar dengan strategi dalam memberdayakan masyarakat.

Sasaran sekunder. Sasaran sekunder yaitu tokoh agama, tokoh adat,

tokoh masyarakat, dan lainnya. Dengan memberi ajaran tentang kesehatan pada kelompok sasaran sekunder, diharapkan agar berikutnya kelompok ini dapat mengajarkan tentang kesehatan tersebut pada masyarakat di lingkungannya.

Sasaran tersier. Sasaran tersier yakni orang-orang yang membuat

keputusan maupun penentu dari kebijakan di tingkat pusat dan daerah merupakan kelompok sasaran tersier promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2014).

Peluang dan strategi promosi kesehatan. Menurut KEPMENKES No.

585 Tahun 2007, terdapat banyak peluang agar dapat melakukan upaya promosi kesehatan oleh puskesmas. Peluang itu pada umunya dikelompokkan menjadi :

Di dalam gedung. Di dalam gedung puskesmas, promosi kesehatan

dilakukan sejalan dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh puskesmas. Jadi, dalam gedung puskesmas dapat dikatakan bahwa ada berbagai peluang sebagai berikut :

1. Promosi kesehatan yang ada di tempat pendaftaran, yakni di stasiun/tempat pasien wajib untuk memberi laporan/melakukan pendaftaran sebelum memperoleh pelayanan kesehatan.

2. Promosi kesehatan di pelayanan KIA & KB , di ruang perawatan, serta pada pelayanan medis di poliklinik (khusus puskesmas dengan tempat perawatan).

3. Promosi Kesehatan pada pelayanan penunjang medis, yakni di apotek/ruang obat serta di laboratorium.

(28)

4. Promosi kesehatan dalam pelayanan klinik-klinik khusus seperti klinik sanitasi.

5. Promosi kesehatan di tempat pembayaran rawat, yakni di ruang yang apabila pasien rawat inap akan meninggalkan puskesmas harus menyelesaikan pembayaran biaya rawat inap (untuk puskesmas dengan tempat perawatan).

6. Promosi kesehatan di lingkungan puskesmas, seperti di tempat parkir,

halaman, dinding, kantin/kios, tempat ibadah, dan pagar halaman puskesmas.

Di masyarakat (di luar gedung). Untuk melakukan promosi keehatan,

Puskesmas dapat melakukannya di berbagai tatanan, yaitu :

1. Tatanan rumah tangga, yaitu di pemukiman penduduk misalnya di kompleks- kompleks perumahan, Dasa Wisma, Rukun Tetangga/Rukun Warga dan lain- lain.

2. Tatanan sarana pendidikan, seperti di sekolah-sekolah, madrasah, pondok pesantren, kursus-kursus, perguruan tinggi dan lain-lain.

3. Tatanan tempat kerja, yakni di pabrik-pabrik, kantor-kantor,

koperasikoperasi, himpunan petani, pelelangan ikan, komplek pertokoan dan lainlain.

4. Tatanan tempat umum, misalnya di pasar, terminal, stasiun, dermaga/pelabuhan, restauran, penginapan dan lain-lain.

Strategi dasar utama atau pokok promosi kesehatan yaitu pemberdayaan masyarakat yang didorong oleh bina suasana dan advokasi serta dijiwai semangat kemitraan.

(29)

Pemberdayaan. Pemberdayaan merupakan usaha untuk mencegah dan

atau mengatasi masalah kesehatan yang dihadapi oleh pasien dengan memberikan atau meningkatkan pengetahuan, kemauan, dan kemampuan pasien (to facilitate problem solving), dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).

Bina suasana. Bina Suasana adalah proses membentuk suasana

lingkungan sosial yang kondusif dan mendorong dipraktikkannya PHBS serta memberikan contoh teladan dalam melaksanakan PHBS dan melestarikannya.

Advokasi. Advokasi merupakan proses melakukan pendekatan dan

motivasi kepada pihak-pihak tertentu yang kemungkinan dapat mendukung keberhasilan pembinaan PHBS baik dari segi materi maupun non materi.

Kemitraan. Dalam melaksanakan pemberdayaan, bina suasana, dan

advokasi, petugas kesehatan dengan kelompok sasaran mengembangkan kemitraan. Kemitraan ini dikembangkan atas kesadaran bahwa untuk

meningkatkan efektivitas promosi kesehatan, petugas-petugas kesehatan harus bekerjasama dengan berbagai pihak terkait seperti: kelompok profesi, pemuka agama, LSM, media massa, dll.

Kegiatan upaya pelayanan promosi kesehatan. Menurut Permenkes No.

75 Tahun 2014 Tentang Puskesmas, berikut merupakan kegiatan-kegiatan yang dilakukandi bidang promosi kesehatan dalam melaksanakan upaya kesehatan masyarakat, yaitu:

(30)

Tabel 1

Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan

Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Perkotaan Pelayanan

Promosi kesehatan

Penyuluhan Promosi kesehatan di sekolah pendidikan dasar

Promosi pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan

Penyuluhan kesehatan jiwa masyarakat dan napza (kesekolah)

Penyuluhan kesehatan jiwa bagi ibu hamil dan menyusui

Penyuluhan pada kelompok atau masyarakat tentang perilaku menjaga kebersihan diri Penyuluhan kesehatan gigi dan mulut pada ibu hamil, anak balita, anak remaja, dewasa, lansia (pendekatan siklus kehidupan)

Penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat tentang imunisasi

Konseling kesehatan reproduksi pada kelompok anak remaja

Peningkatan pengetahuan komprehensif masyarakat tentang pencegahan penularan HIV-AIDS dan IMS

Peningkatan pengetahuan dan kepedulian masyarakat tentang penyakit diare, tifoid dan hepatitis

Edukasi dan konseling Pemberian Makanan Bayi dan Anak (PMBA) meliputi ASI dan MP-ASI untuk balita sehat,balita kurang gizi, dan balita gizi buruk rawat jalan

Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan dan aktifitas fisik bagi anak usia sekolah

Edukasi dan konseling mengenai pola makan, perilaku makan bagi bumil KEK/Kurus

Konseling dietetik

Kegiatan Edukasi dan Konseling tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat

Pemberdaya -an

Masyarakat

Memotivasi tokoh masyarakat dalam pembentukan kader kesehatan atau pembentukan kelompok yang peduli terhadap kesehatan

Membentuk jejaring dalam pembentukan PHBS di masyarakat

(bersambung)

(31)

Tabel 1

Kegiatan Upaya Pelayanan Promosi Kesehatan

Upaya Kegiatan Puskesmas Kawasan Perkotaan

Pemberdaya -an

Masyarakat

Penggerakan kelompok masyarakat dalam pemanfaatan Posyandu

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat untuk Peningkatan Penggunaan Obat Rasional melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)

Pelatihan Melatih kader kesehatan tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS

Melatih kader kesehatan dalam menyampaikan informasi pada kelompok atau masyarakat tentang perawatan diri dan mempraktikkan PHBS didaerah binaan

Melatih Kader tentang Swamedikasi dan Penggunaan Obat melalui Metode Cara Belajar Insan Aktif (CBIA)

Advokasi Mengadvokasi masyarakat dan lintas terkait dalam praktik PHBS dan penanggulangan masalah kesehatan tertentu

Advokasi tokoh masyarakat dalam membentuk kelompok swabantu terkait perawatan masalah gizi

Indikator keberhasilan promosi kesehatan. Indikator keberhasilan promosi kesehatan yang dilakukan mencakup indikator masukan (input), indikator proses, indikator keluaran (output), dan indikator dampak (outcome) agar dapat melakukan evaluasi secara sempurna.

Indikator masukan (input). Berikut adalah masukan yang perlu

diperhatikan, yaitua berupa komitmen, sumber daya manusia, sarana/peralatan dan dana. Dengan demikian, indikator masukan ini antara lain :

1. Kepala Puskesmas yang memiliki komitmen terlihat dari Rencana Umum Pengembangan Promosi Kesehatan Puskesmas.

2. Seluruh jajaran memiliki komitmen yang tercermin dalam Rencana

(32)

Operasional Promosi Kesehatan Puskesmas.

3. Petugas promosi kesehatan Puskesmas yang memenuhi standar tenaga promosi kesehatan Puskesmas.

4. Petugas promosi kesehatan dan petugas-petugas kesehatan lainnya yang mengikuti pelatihan.

5. Sarana dan peralatan promosi kesehatan Puskesmas memenuhi standar sarana/peralatan promosi kesehatan Puskesmas.

6. Dana di Puskesmas cukup untuk menyelenggarakan promosi kesehatan di Puskesmas.

Indikator proses. Indikator proses yang diperhatikan adalah proses

pelaksanaan promosi kesehatan puskesmas baik promosi kesehatan di dalam gedung maupun promosi kesehatan di masyarakat. Indikator yang digunakan yaitu:

1. Sudah atau belum dilaksanakan kegiatan promosi kesehatan di dalam gedung (promosi dilakukan tenaga kesehatan atau diselenggarakan klinik khusus, pemasangan poster, dll) serta frekuensinya.

2. Media komunikasi yang digunakan (poster, spanduk, dll) memiliki kondisi fisik yang bagus atau sudah rusak

3. Pernah atau tidak dilaksanakan kegiatan promosi kesehatan di masyarakat (kunjungan rumah dan pengorganisasian masyarakat)

Indikator keluaran. Indikator keluaran yang diperhatikan yaitu keluaran dari kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan, baik secara umum maupun secara khusus. Dengan demikian, indikator keluarannya berupa cakupan dari kegiatan,

(33)

misalnya:

1. Seluruh petugas kesehatan Puskesmas telah melaksanakan promosi kesehatan pemberdayaan atau konseling

2. Banyaknya jumlah pasien/klien yang sudah dilayani oleh berbagai kegiatan promosi kesehatan dalam gedung (denah puskesmas, alur

pelayanan,konseling, dll).

3. Jumlah keluarga yang telah mendapat kunjungan rumah oleh Puskesmas.

4. Banyaknya jumlah kelompok masyarakat yang sudah dirangkul oleh Puskesmas dengan pengorganisasian masyarakat

Indikator dampak. Indikator dampak berdasar pada tujuan

dilaksanakannya promosi kesehatan itu sendiri, yaitu terwujudnya PHBS di masyarakat. Oleh karena itu, waktu yang tepat untuk evaluasi adalah setelah promosi kesehatan Puskesmas berjalan dalam beberapa waktu. Tatanan yang dianggap mewakili untuk di evaluasi adalah tatanan rumah tangga. Jadi indikator dampaknya adalah berupa : persentase keluarga atau rumah tangga yang telah melaksanakan PHBS. PHBS itu sendiri merupakan kumpulan dari sejumlah indikator perilaku. PHBS meliputi berbagai tindakan atau perilaku. Sumber daya memiliki keterbatasan untuk mengevaluasi, oleh karena itu perlu ditetapkan beberapa perilaku yang sangat sensitif untuk indikator yang akan dikompositkan (KEPMENKES No.585 Tahun 2007).

PHBS tatanan rumah tangga. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) merupakan kumpulan-kumpulan perilaku yang dilakukan berdasarkan kesadaran dari hasil pembelajaran seseorang atau keluarga sehingga dapat menolong diri

(34)

sendiri dibidang kesehatan serta berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakatnya. Mengubah perilaku yang tidak sehat menjadi perilaku sehat dan menciptakan lingkungan sehat yang dilakukan oleh tiap-tiap anggota rumah tangga maka akan mewujudkan keadaan sehat sehingga mampu menjaga, meningkatkan, dan melindungi kesehatan setiap anggota rumah tangga dan terhindar dari gangguan ancaman penyakit dan lingkungan yang kurang kondusif untuk hidup sehat.

PHBS di Rumah Tangga merupakan usaha agar memberdayakan anggota rumah tangga untuk sadar, mau dan mampu mempraktikkan PHBS untuk

memelihara dan meningkatkan kesehatannya, mencegah resiko terjadinya penyakit dan melindungi diri dari ancaman penyakit serta berperan aktif dalam gerakan kesehatan masyarakat. Dengan demikian, tatanan rumah tangga sehat dapat diwujudkan dengan perilaku sehat dan lingkungan sehat.

Indikator merupakan petunjuk yang digunakan untuk membatasi fokus perhatian dalam memberikan suatu penilaian. PHBS tatanan rumah tangga memiliki indikator sebagai berikut:

1. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan, yaitu pertolongan pertama pada persalinan dalam rumah tangga dilakukan oleh tenaga kesehatan (dokter, bidan dan paramedis lainnya).

2. Bayi diberi ASI ekslusif, adalah bayi yang mendapat ASI saja sejak lahir sampai usia 6 bulan;

3. Memiliki Jaminan Pemeliharaan Kesehatan, adalah setiap anggota rumah tangga memiliki pembiayaan praupaya kesehatan seperti askes, kartu sehat,

(35)

dana sehat, Jamsostek dan lain sebagainya;

4. Ketersediaan air bersih, adalah adanya akses rumah tangga terhadap air bersih dan dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari misalnya berasal dari air dalam kemasan, air leding, air sumur terlindung dan penampungan air hujan.

Sumber air pompa, sumur dan mata air terlindung berjarak minimal 10 meter dari tempat penampungan kotoran atau limbah.

5. Ketersediaan jamban sehat, adalah rumah tangga yang memiliki jamban leher angsa dengan tangki septik atau lubang penampungan kotoran sebagai

pembuangan akhir;

6. Mencuci tangan pakai sabun : Agar tangan bersih dan bebas kuman, tangan dicuci menggunakan sabun dan di air yang mengalir;

7. Memberantas jentik di rumah sekali seminggu : Melakukan Pemeriksaan Jentik Berkala (PJB) di lingkungan rumah tangga. PJB adalah pemeriksaan tempat perkembangbiakan nyamuk yang ada di dalam rumah, seperti bak mandi, WC, vas bunga, tatakan kulkas, dan di luar rumah seperti talang air, dll yang dilakukan secara teratur setiap minggu. Selain itu, juga lakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan cara 3 M (Menguras, Mengubur, Menutup).

8. Tidak merokok di dalam rumah, adalah anggota keluarga tidak merokok di dalam rumah selama ketika berada bersama anggota keluarga lainnya selama 1 bulan terakhir.

9. Melakukan aktifitas fisik setiap hari, adalah setiap anggota keluarga

melakukan aktifitas fisik (sedang maupun berat) minimal 30 menit setiap hari

(36)

dalam 1 minggu terakhir.

10. Makan buah dan sayur setiap hari, adalah anggota rumah tangga umur 10 tahun keatas yang mengkonsumsi minimal 3 porsi buah dan 2 porsi sayuran atau sebaliknya setiap hari dalam 1 minggu terakhir (Anik, 2013)

Puskesmas

Definisi dan tujuan Puskesmas. Fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu tempat dimana upaya pelayanan kesehatan diselenggarakan, baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilaksanakan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Pusat Kesehatan Masyarakat yang disebut dengan Puskesmas merupakan fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan

perseorangan tingkat pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya di wilayah kerjanya (Permenkes RI, 2014).

Puskesmas menyelenggarakan pembangunan kesehatan yang bertujuan untuk mewujudkan masyarakat yang memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat; mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu; hidup dalam lingkungan sehat; dan memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok dan masyarakat. Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas tersebut dilaksanakan untuk mendukung terwujudnya kecamatan sehat (Permenkes RI, 2014).

Visi dan misi Puskesmas. Visi pembangunan kesehatan yang

dilaksanakan oleh Puskesmas yaitu pembangunan kesehatan yang sesuai dengan

(37)

paradigma sehat, pertanggungjawaban wilayah, kemandirian masyarakat, pemerataan, teknologi tepat guna dan keterpaduan dan kesinambungan (Permenkes RI, 2014).

Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas yaitu mendukung tercapainya visi pembangunan kesehatan nasional. Misi tersebut adalah:

1. mendorong seluruh pemangku kepentingan agar berkomitmen dalam usaha mencegah dan meminimalisir resiko kesehatan yang dihadapi individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

2. menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan kesehatan di wilayah kerjanya.

3. mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat.

4. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.

5. menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.

6. mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas (Permenkes RI, 2014).

(38)

Fungsi Puskesmas. Dalam melaksanakan tugasnya, puskesmas

menyelenggarakan fungsi yakni penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) tingkat pertama di wilayah kerjanya dan Upaya Kesehatan Perorangan (UKP) tingkat pertama di wilayah kerjanya. Wewenng Puskesmas dalam menjalankan fungsinya antara lain:

1. melaksanakan perencanaan berdasarkan analisis masalah kesehatan masyarakat dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;

2. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan kesehatan;

3. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan;

4. menggerakkan masyarakat untuk mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan pada setiap tingkat perkembangan masyarakat yang bekerjasama dengan sektor lain terkait;

5. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya kesehatan berbasis masyarakat;

6. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia Puskesmas;

7. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan kesehatan;

8. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses, mutu, dan cakupan Pelayanan Kesehatan; dan

9. memberikan masukan terkait masalah kesehatan masyarakat, termasuk dorongan terhadap sistem kewaspadaan dini dan respon penanggulangan penyakit (Permenkes RI, 2014).

(39)

Tenaga kesehatan. Tenaga kesehatan merupakan orang-orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta mempunyai pengetahuan dan atau keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Puskesmas sendiri terdiri atas tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan. Jenis dan jumlah tenaga kesehatan dan tenaga non kesehatan dihitung berdasarkan analisis beban kerja, dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama lainnya di wilayah kerja, dan pembagian waktu kerja. Jenis tenaga kesehatan sebagaimana paling sedikit terdiri atas:

1. dokter atau dokter layanan primer;

2. dokter gigi;

3. perawat;

4. bidan;

5. tenaga kesehatan masyarakat;

6. tenaga kesehatan lingkungan;

7. ahli teknologi laboratorium medik;

8. tenaga gizi; dan 9. tenaga kefarmasian.

Tenaga non kesehatan harus mampu mendukung kegiatan ketatausahaan, administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di

Puskesmas. Tenaga kesehatan di Puskesmas harus bekerja sesuai dengan standar

(40)

profesi, standar pelayanan, standar prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak pasien, serta mengutamakan kepentingan dan keselamatan pasien dengan memperhatikan keselamatan dan kesehatan dirinya dalam bekerja.

Seluruh tenaga kesehatan yang bekerja di puskesmas harus mempunyai surat izin praktik sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan (Permenkes RI, 2014).

Upaya penyelenggaraan kesehatan. Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama.

Upaya kesehatan dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan. Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama yang dimaksud yakni upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan masyarakat pengembangan (Permenkes RI, 2014).

Upaya kesehatan masyarakat esensial adalah sebagai berikut:

1. pelayanan promosi kesehatan;

2. pelayanan kesehatan lingkungan;

3. pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;

4. pelayanan gizi; dan

5. pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.

Upaya kesehatan masyarakat esensial harus dilaksanakan oleh setiap Puskesmas agar mampu mencapai standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan.Upaya kesehatan masyarakat pengembangan yang dimaksud merupakan upaya kesehatan masyarakat yang kegiatannya membutuhkan usaha yang sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi pelayanan, berdasarkan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan wilayah kerja dan

(41)

keterampilan sumber daya yang tersedia di masing-masing Puskesmas (Permenkes RI, 2014).

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang diatur berdasarkan komitmen atau kesepakatan nasional, regional, dan global serta yang memiliki daya ungkit tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan wajib meliputi program basic six yang harus dilaksankan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah Indonesia. Upaya kesehatan wajib yaitu sebagai berikut.

1. Upaya promosi kesehatan, meliputi:

a. promosi kesehatan di dalam gedung puskesmas, dan b. promosi kesehatan di luar gedung puskesmas

2. Kesehatan lingkungan, meliputi:

a. penyehatan air

b. penyehatan tempat pembuangan sampah dan limbah c. penyehatan lingkungan pemukiman dan jamban keluarga d. pengawasan sanitasi tempat-tempat umum

e. pengamanan tempat pengelolaan pestisida f. pengendalian vector

3. KIA termasuk keluarga berencana, meliputi:

a. kesehatan ibu b. kesehatan bayi

c. upaya kesehatan balita dan anak prasekolah d. upaya kesehatan anak usia sekolah dan remaja

(42)

e. pelayanan keluarga berencana 4. Upaya perbaikan gizi masyarakat

5. Upaya pencegahan dan pemberantasan penyakit menular, meliputi:

a. TB Paru

b. pelayanan imunisasi c. diare

d. ISPA

6. Upaya pengobatan, meliputi:

a. pengobatan, dan

b. pemeriksaan laboratorium (Satrianegara, 2014).

Upaya kesehatan adalah semua kegiatan yang dilaksankan secara terpadu, terintregasi dan berkesinambungan agar memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, pengobatan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau

masyarakat.

Pelayanan kesehatan promotif merupakan suatu kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan pelayanan kesehatan yang lebih mengutamakan kegiatan yang bersifat promosi kesehatan (Undang-Undang No.36 Tahun 2009). Promotif (peningkatan kesehatan) adalah upaya yang dilakukan melalui usaha-usaha, peningkatan gizi, pemeliharaan kesehatan perseorangan, pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur, istirahat yang cukup dan rekreasi sehingga sseorang dapat mencapai tingkat kesehatan yang optimal.

(43)

Pelayanan kesehatan preventif merupakan suatu kegiatan mencegah terjadinya suatu masalah kesehatan/penyakit. Preventif (pencegahan penyakit) adalah upaya yang dilakukan melalui usaha-usaha pemberian imunisasi pada bayi dan anak, ibu hamil, pemeriksaan kesehatan secara berkala untuk mendeteksi penyakit secara dini untuk mencegah penyakit (Syarifuddin, 2015).

Pelayanan kesehatan kuratif merupakan upaya pengobatan yang dilakukan untuk penyembuhan penyakit, pengurangan penderitaan akibat penyakit,

pengendalian penyakit, atau pengendalian kecacatan agar kualitas penderita dapat terjaga sebaik mungkin.

Teori Implementasi Kebijakan

Implementasi kebijakan adalah suatu tahapan dari proses kebijakan setelah penetapan undang-undang. Bila dilihat secara luas, implementasi memiliki

pengertian melaksanakan undang-undang dimana berbagai aktor organisasi, prosedur, dan cara bekerja bersama-sama untuk melaksanakan kebijakan dalam upaya untuk meraih tujuan-tujuan kebijakan atau program-program.

Tahap-tahap implementasi kebijakan. Untuk memperoleh implementasi kebijakan yang efektif, , maka perlu adanya tahap-tahap

implementasi kebijakan tersebut. Menurut Brian W. Hogwood dan Lewis A.

Gunn mengemukakan bahwa beberapa tahapan implementasi yaitu sebagai berikut:

Tahap I : Terdiri atas kegiatan-kegiatan :

1. Merancang suatu program dengan penetapan tujuan secara jelas;

(44)

2. Menetapkan standar pelaksanaan;

3. Menetapkan biaya yang akan digunakan dan waktu pelaksanaan.

Tahap II : Merupakan pelaksanaan program dengan menggunakan struktur staf, sumber daya, prosedur, biaya serta metode;

Tahap III : Merupakan kegiatan-kegiatan : 1. Menentukan jadwal;

2. Melakukan pemantauan ;

3. Menyelenggarakan pengawasan untuk menjamin kelancaran pelaksanaan program. Dengan demikian apabila ditemukan suatu penyimpangan atau pelanggaran maka diambil tindakan yang sesuai, dengan segera.

Faktor-faktor yang memengaruhi implementasi kebijakan. Menurut Indianahono ( 2017) yang mengutip pendapat Van Meter dan Horn (1975) ada enam variabel yang memengaruhi kinerja implementasi kebijakan publik tersebut, meliputi:

Standar dan sasaran kebijakan. Pada dasarnya standard dan sasaran pada

kebijakan merupakan apa yang ingin dicapai atau diraih suatu kebijakan atau program, baik yang kelihatan maupun tidak, jangka pendek dan jangka panjang.

Kejelasan dan sasaran kebijakan ini dapat dilihat secara spesifik hingga pada akhir program dapat diketahui apakah program tersebut berhasil atau gagal.

Sumber daya. Keberhasilan dari implementasi kebijakan sangat

tergantung dari kemampuan memanfaatkan sumber daya yang tersedia. Hal ini

(45)

menunjukkan seberapa besar dukungan materi dan sumber daya manusia melaksanakan program kebijakan.

Karakteristik agen pelaksana. Karkteristik ini menunjukkan seberapa

besar daya dukung struktur organisasi, nilai-nilai yang berkembang, hubungan- hubungan dan komunikasi yang terjadi di internal organisasi. Hal ini sangat penting karena kinerja implementasi kebijakan (publik) akan sangat banyak dipengaruhi oleh ciri-ciri yang tepat dan sangat cocok dengan para agen pelaksana.

Sikap dan kecenderungan para petugas. Sikap penerimaan atau

penolakan dari pelaksana sangat memengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan. Seberapa demokratis, rasa antusias, dan responsif terhadap kelompok sasaran dan lingkungan beberapa yang data ditunjuk sebagai bagian dari sikap pelaksana ini.

Komunikasi antar organisasi dan aktivitas pelaksana. Hal ini

menunjukkan bahwa komunikasi dibuat sebagai acuan seperti, seberapa sering rapat rutin dilakukan, tempat, dan waktu. Komunikasi juga menunjukkan bahwa perrlu adanya saling dukung atar isstitusi yang berkaitan dengan program kebijakan.

Lingkungan ekonomi, sosial dan politik. Hal terakhir yang perlu

diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik dalam perspektif yang ditawarkan oleh Van metter dan Van Horn adalah sejauh mana lingkungan eksternal ikut serta dalam mendorong keberhasilan kebijakan publik yang telah ditentukan. Lingkungan sosial ekonomi yang tidak kondusif dapat menjadi

(46)

penyebab dari kegagalan kinerja implementasi. Oleh sebab itu, upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus memperhatikan kondisi lingkungan eksternal.

Menurut Indianahono (2017) yang mengutip pendapat George C. Edward III mengemukakan ada beberapa hal yang dapat memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, yaitu:

Komunikasi. Konsep ini menunjukkan suatu komunikasi efektif yang

terjadi antara pelaksana program dengan kelompok sasaran akan membuat setiap kebijakan terlaksana dengan baik pula. Tujuan dan sasaran kebijakan yang disosialisasikan dengan baik akan menghindari adanya penyimpangan atas

kebijakan. Hal ini sangat penting karena dengan tingginya pengetahuan kelompok sasaran terhadap program yang telah ditetapkan maka akan mengurangi tingkat penolakan dan kesalahpahaman dalam mengimplementasikan program dan kebijakan dalam ranah yang sesungguhnya.

Sumber daya. Edward III menunjuk bahwa setiap sumber daya yang

diperlukan untuk implementasi kebijakan harus memadai, baik sumber daya manusia maupun sumber daya finansial. Sumber daya manusia merupakan kuantitas dan kualitas pelaksana yang cukup untuk melingkupi seluruh kelompok sasaran. Sumber daya finansial merupakan kecukupan modal untuk sebuah program/kebiajakn. Dua hal tersebut harus diperhatikan dalam melaksanakan program/kebijakan pemerintah. Sebab tanpa keterampilan implementor, kebijakan menjadi kurang baik dan berjalan lambat dan seadanya. Sedangkan, sumber daya finansial menjamin keberlangsungan program/kebijakan. Tanpa ada dukungan

(47)

finansial yang memadai, program tak dapat berjalan efektif dan cepat dalam mencapai tujuan.

Disposisi atau Sikap. Edward III memandang disposisi sebagai

karakteristik yang menempel erat pada pelksana kebijakan. Kejujuran, komitmen, dan demokratis merupakan karakteristik yang harus dimiliki oleh pelaksana kebijakan. Implementor yang memiliki komitmen tinggi dan jujur akan tetap bertahan apabila menemukan hambatan dalam pelaksanaan kebijakan. Kemudian kejujuran yang akan mengarahkan pelaksana untuk tetap berada dalam program yang telah ditetapkan. Komitmen serta kejujurannya yangan membuat pelaksana semakin antusias dalam melaksanakan tahappan-tahapan program secara

konsisten.

Struktur birokrasi. Meskipun sumber-sumber untuk

mengimplementasikan kebijakan cukup dan para pelaksana kebijakan mengetahui apa dan bagaimana cara melakukannya, serta mempunyai keinginan untuk

melakukannya, implementasi kebijakan dapat jadi masih belum efektif, karena adanya ketidakefesienan struktur birokrasi. Struktur birokrasi mencakup aspek- aspek seperti struktur organisasi yang ada dalam organisasi yang bersangkutan, dan hubungan organisasi dengan luar organisasinya.

(48)

Gambar 1. Model faktor penentu implementasi kebijakan menurut Edward III Kerangka Konsep

Peneliti menerapkan model implementasi kebijakan yang dikembangkan oleh model George Edward III dengan indikator sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi.

Gambar 2. Kerangka konsep penelitian

Hipotesis Penelitian

Ada pengaruh sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi terhadap implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan.

Sumber Daya

Implementasi program promosi

kesehatan Sikap

Komunikasi Struktur Birokrasi

Variabel Terikat (Dependen Variable) Variabel Bebas

(Independen Variable) Communications

Bureaucratic structure

Resources

Disposition

Implementation

(49)

Penelitian yang digunakan bersifat survei dengan pendekatan explanatory research agar diketahui dengan jelas faktor-faktor yang memengaruhi

implementasi program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2018.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan dan waktu pelaksanaan penelitian dilakukan sejak bulan Januari 2018 sampai dengan selesai.

Populasi dan Sampel

Populasi. Populasi dalam penelitian ini meliputi seluruh aspek

pelaksanaan program promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Medan.

Dengan demikian, populasi penelitian ini adalah kepala Puskesmas Simpang Limun dan petugas kesehatan yang bertanggung jawab unutk melakukan promosi kesehatan berjumlah 30 orang.

Sampel. Menurut Ahmad (2015), Sampling jenuh adalah tektink

penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel apabila jumlah populasi relatif kecil. Sampel dalam penelitian ini adalah jumlah populasi sama dengan jumlah sampel untuk kepala Puskesmas dan petugas kesehatan yang bertanggung jawab untuk melakukan promosi kesehatan sebanyak 30 orang.

(50)

Definisi Operasional

Variabel bebas (independen). Definisi operasional variabel bebas dalam penelitian ini adalah:

1. Sumber daya adalah sebagai segala sesuatu yang digunakan dalam implementasi program promosi kesehatan yaitu pengalaman, jumlah dan kualitas pelaksana sesuai kebutuhan (sumber daya manusia), jumlah anggaran yang tersedia sesuai kebutuhan (sumber daya dana), sarana dan prasarana yang tersedia memadai(sumber daya fisik)

2. Sikap adalah meliputi kemauan serta komitmen para petugas menjalankan pelayanan promosi kesehatan dan pemahaman mengenai kebijakan promosi kesehatan

3. Komunikasi adalah penyampaian informasi yang dilakukan terhadap

kelompok sasaran (masyarakat) disosialisasikan dengan baik, informasi tepat dan jelas.

4. Struktur birokrasi adalah hubungan pihak-pihak organisasi yang

berkepentingan dalam implementasi program promosi kesehatan dalam melakukan pemantauan dan pengawasan yang kontinu.

Variabel terikat (dependen). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah implementasi program promosi kesehatan yakni keberhasilan pelaksanaan

promosi kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Metode Pengumpulan Data

Data primer diperoleh dengan wawancara langsung terhadap responden dengan menggunakan kuesioner. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian

(51)

ini adalah data-data yang diperoleh dari profil Puskesmas Simpang Limun.

Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji validitas. Uji validitas digunakan oleh peneliti untuk mengukur data yang merupakan data yang telah valid dengan alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner. Suatu skala pengukur dikatakan valid apabila skala digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.

Kriteria dalam pengukuran kuesioner adalah sebagai berikut:

1. Jika rhitung> rtabel maka pernyataan dinyatakan valid 2. Jika rhitung< rtabel maka pernyataan dinyatakan tidak valid

Uji validitas dilakukan pada 30 petugas kesehatan di Puskesmas Pasar Merah Kecamatan Medan Kota yang mempunyai kriteria yang sama dengan sampel. Nilai r-tabel untuk sampel pengujian kuesioner adalah sebesar 0,3, maka dikatakan valid jika nilai r-hitung variabel 0,3 (r-tabel) dinyatakan valid dan nilai r-hitung variabel 0,3 (r-tabel) dinyatakan tidak valid (Suyanto, 2018). Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2

Hasil Uji Validitas pada Variabel Sumber daya

Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket S1

S2 S3 S4 S5 S6 S7 S8

0,559 0,539 0,691 0,736 0,504 0,588 0,529 0,603

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid

(52)

Tabel 3

Hasil Uji Validitas pada Variabel Sikap

Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket Sik1

Sik2 Sik3 Sik4 Sik5 Sik6 Sik7 Sik8 Sik9 Sik10 Sik11 Sik12 Sik13 Sik14 Sik15

0,546 0,663 0,565 0,707 0,700 0,587 0,686 0,603 0,525 0,670 0,641 0,680 0,532 0,513 0,534

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tabel 4

Hasil Uji Validitas pada Variabel Komunikasi

Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket K1

K2 K3 K4 K5 K6 K7 K8

0,721 0,610 0,602 0,566 0,621 0,584 0,507 0,614

Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Valid Tabel 5

Hasil Uji Validitas pada Variabel Struktur Birokrasi

Nomor Pertanyaan Nilai Corrected Item-Total Correlation Ket Sb1

Sb2 Sb3

0,913 0,756 0,961

Valid Valid Valid

Uji reliabilitas. Uji reliabilitas dapat diartikan sebagai keterpercayaan.

Keterpercayaan berhubungan erat dengan ketepatan dan konsistensi. Instrumen yang dapat dipercaya atau reliabel jika hasil pengukurannya relatif konsisten. Hal

(53)

ini menunjukkan bahwa sejauh mana hasil pengukuran itu tetap konsisten bila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala menggunakan alat ukur yang sama.

Uji reliabilitas dengan menggunakan metode Cronbach Alpha yaitu dengan menguji instrument kepada sekelmpok responden pada satu kali pengukuran. Apabila nilai r-reliabilitas instrument (r-hitung) lebih besar dari r- tabel, maka instrument tersebut adalah reliabel, dan apabila r-hitung lebih kecil dari r-tabel maka instrument tersebut tidak reliabel.

Berdasarkan hasil uji reliabilitas terlihat nilai r-tabel adalah 0,65. Apabila r- alpha 0,65 maka kuesioner tersebut dikatakan reliabel, bila nilai r-alpha maka kuesioner dikatakan tidak reliabel (Suyanto, 2018). Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 6 berikut ini:

Tabel 6

Hasil Uji Reliabilitas Variabel (Sumber daya, Sikap, Komunikasi dan Struktur Birokrasi)

Variabel Cronbach Alpha Ket

Sumber daya Sikap Komunikasi Struktur Birokrasi

0,719 0,870 0,730 0,853

Reliabel Reliabel Reliabel Reliabel Metode Pengukuran

Metode pengukuran variabel bebas (independen variabel). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi. Metode pengukuran variabel bebas dalampenelitian ini dapat dilihat pada lampiran.

Metode pengukuran variabel terikat (dependen variabel). Variabel

(54)

dependen dalam penelitian ini dinilai berdasarkan persentase keberhasilan

pelaksanaan promosi kesehatan menurut responden, kemudian diambil mean (nilai rata-rata) sehingga dapat dikategorikan sebagai berikut:

1. Berhasil, apabila nilai persentase > mean 2. Tidak berhasil, apabila nilai persentase < mean Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan melalui 3 tahap, yaitu :

Analisis univariat. Untuk menjelaskan variabel independen yaitu nilai variabel penelitian secara tunggal yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi dengan implementasi program promosi kesehatan yang dibuat dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan dideskripsikan

Analisis bivariat. Analisis bivariat digunakan untuk melihat ada tidaknya hubungan antara variabel bebas yaitu sumber daya, sikap, komunikasi, dan struktur birokrasi terhadap variabel terikat yaitu implementasi program promosi kesehatan dengan menggunakan uji chi-square. Bila hasil bivariat menghasilkan P value < 0,05 maka variabel tersebut langsumg masuk tahap multivariat.

Analisis multivariat. Analisis yang digunakan dengan menggunakan uji regresi logistik berganda untuk menguji pengaruh antara variabel dependen dan beberapa variabel independen. Variabel dependen dinyatakan dengan huruf Y, sedangkan variabel independen dinyatakan dengan huruf X. Hasil uji regresi logistik berganda akan diperoleh persamaan :

Y = a + a1x1 + . . . . + anxn

(55)

Dimana :

y : Implementasi Program Promosi Kesehatan a : Koefisien regresi variabel independen x : Nilai variabel independen

(56)

Profil Puskesmas Simpang Limun. Puskesmas Simpang Limun adalah unit pelaksana teknis Dinas Kesehatan Kota Medan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan di sebagian wilayah Kecamatan Medan Kota. Sebagai unit pelaksana teknis, Puskesmas melaksanakan sebagian tugas Dinas Kesehatan Kota Medan. Puskesmas berdasarkan kebijakan dasar pusat kesehatan masyarakat (Peraturan Menteri Kesehatan nomor 75 tahun 2014) mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam Sistem Kesehatan Nasional dan sistem kesehatan kabupaten/kota.

Puskesmas Simpang Limun mempunyai jumlah posyandu aktif sebanyak 26 dengan jumlah kader terlatih ditiap kelurahan sebanyak 130 orang dibawah koordinasi Puskesmas Simpang Limun. Sementara dokter kecil yang telah dididik dan dilatih oleh petugas Puskesmas sebanyak 76 orang. Puskesmas Simpang Limun berdasarkan posyandu terbanyak berada di Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak 11, kader terbanyak di Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak 55 , dokter kecil terbanyak di Kelurahan Sudirejo 2 sebanyak 37 jiwa, dokter remaja terbanyak di Kelurahan Sitirejo 1 sebanyak 99 jiwa dan jumlah UKS terbanyak di Kelurahan Sudirejo 1 sebanyak 17.

Data geografis dan demografis. Secara geografis, wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun berada di Kecamatan Medan Kota dengan luas wilayah sebesar 210,69 Ha. Wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun terdiri atas

(57)

3 kelurahan, yaitu Kelurahan Sudirejo I, Kelurahan Sudirejo II, Kelurahan Sitirejo I. Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun sebagai berikut.

- Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Timur - Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Amplas - Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Medan Maimun

Secara demografis, wilayah kerja Puskesmas Simpang Limun memiliki distribusi penduduk berdasarkan keluarahan sebagai berikut.

Tabel 7

Distribusi Penduduk Berdasarkan Kelurahan

Kelurahan Laki-Laki % Perempuan % Jumlah Penduduk

Sudirejo I 6603 50,2 6538 49,8 13141

Sudirejo II 4385 47,7 4813 52,3 9198

Sitirejo I 3543 49,5 3616 50,5 7159

Total 14531 49,3 14967 50,7 29498

Gambaran Umum Responden

Gambaran umum responden (tenaga kesehatan) di Puskesmas Simpang Limun terdiri atas distribusi umur dan pendidikan terakhir. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap 30 tenaga kesehatan di Puskesmas Simpang Limun Kota Medan tahun 2018, maka didapatkan hasil bahwa sebanyak 16 responden (53,3%) berusia ≤ 44 tahun dan sebanyak 14 responden (46,7%) berusia > 44 tahun. Berdasarkan distribusi pendidikan terakhir, terdapat sebanyak 3 responden (10%) dengan pendidikan terakhir SMA, sebanyak 3 responden (10%) dengan pendidikan terakhir Diploma I, sebanyak 11 responden (36,7%) dengan pendidikan terakhir Diploma III, sebanyak 12 responden (40%) dengan pendidikan terakhir S1, dan sebanyak 1 responden (3,3%) dengan pendidikan terakhir S2. Distribusi tersebut dapat dilihat pada tabel 9 berikut:

(58)

Tabel 8

Distribusi Responden Menurut Umur dan Pendidikan Terakhir

Variabel N %

Umur

≤ 44 tahun

> 44 tahun

16 14

53,3 46,7 Pendidikan terakhir

SMA Diploma I Diploma III S1

S2

3 3 11 12 1

10,0 10,0 36,7 40,0 3,3

Jumlah 30 100,0

Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel independen (bebas) dan dependen (terikat) dalam penelitian ini meliputi, sumber daya, sikap, komunikasi, struktur birokrasi, serta implementasi program promosi kesehatan.

Berdasarkan hasil penelitian, distribusi variabel sumber daya dengan kategori baik sebanyak 17 responden (56,7%) dan sebanyak 13 reponden (43,3%) dengan kategori kurang baik. Berdasarkan distribusi variabel sikap, sebanyak 15 responden (50,0%) dengan kategori baik dan sebanyak 15 responden (50,0%) dengan kategori kurang baik. Berdasarkan distribusi variabel komunikasi,

sebanyak 19 responden (63,7%) dengan kategori baik dan sebanyak 11 responden (36,7%) dengan kategori kurang baik. Distribusi variabel struktur birokrasi, sebanyak 20 responden (66,7%) dengan kategori baik dan sebanyak 10 responden (33,3%) dengan kategori kurang baik, Berdasarkan distribusi variabel

implementasi program promosi kesehatan, terdapat sebanyak 15 responden (50,0%) dengan kategori berhasil dan sebanyak 15 responden (50,0%) dengan

Referensi

Dokumen terkait

1) Pemberian vitamin KI adalah ada atau tidak adanya bayi yang diberikan bidan vitamin K1 segera setelah bayi lahir. 2) Masa Kerja adalah pengalaman responden yang

Puskesmas Teladan sudah berusaha memenuhi pelayanan dengan standar yang telah ditentukan, akan tetapi kenyataannya di lapangan masih banyak ditemukan masalah-masalah

Dari hasil wawancara terhadap informan 7 dan 8 menunjukkan bahwa konsep komunikasi petugas terhadap masyarakat yang berada di wilayah kerja Puskesmas Medan Johor

Berkaitan dengan variabel Implementasi Kebijakan Akreditasi ditemukan permasalahan sebagai berikut: komunikasi antar tenaga kesehatan UPT Puskesmas Pameungpeuk dengan

Kendala apa saja yang dihadapi dalam perencanaan dan penyusunan anggaran program promosi kesehatandi tingkat dinas kesehatan?... Data Anggaran Promosi Kesehatan

Perencanaan Program Promosi Kesehatan di Puskesmas Teling Atas dibuat dalam bentuk Plan Of Action (POA) karena mempunyai dana dari Bantuan Operasional Kesehatan

Berkaitan dengan variabel Implementasi Kebijakan Akreditasi ditemukan permasalahan sebagai berikut: komunikasi antar tenaga kesehatan UPT Puskesmas Pameungpeuk dengan

Output Hasil penelitian ini diperoleh bahwa output sudah sesuai dengan keluaran yang diharapkan dari program promosi kesehatan dengan menggunakan media sosial di Puskesmas Kota