• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KEJADIAN GINGIVITIS PADA REMAJA DI SMA YAYASAN PESANTREN ISLAM KOTA BANDUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KEJADIAN GINGIVITIS PADA REMAJA DI SMA YAYASAN PESANTREN ISLAM KOTA BANDUNG"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

28

HUBUNGAN PENGETAHUAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KEJADIAN GINGIVITIS PADA REMAJA

DI SMA YAYASAN PESANTREN ISLAM KOTA BANDUNG

KARYA TULIS ILMIAH

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menyelesaikan Pendidikan Program Diploma III pada Jurusan Keperawatan Gigi

Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

LIA ASTRINA NIM P17325112036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN BANDUNG

JURUSAN KEPERAWATAN GIGI 2015

(2)

HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KEJADIAN GINGIVITIS PADA REMAJA DI SMA YAYASAN PESANTREN ISLAM KOTA BANDUNG TAHUN 2015

Lia Astrina 1), Nurhayati 2)

Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung

ABSTRAK

Gingivitis adalah salah satu penyakit periodontal, radang pada gingiva yang melibatkan daerah interdental papil, tepi gusi, gusi cekat atau kombinasinya.

Hasil penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1984 menunjukkan persentase penderita gingivitis pada remaja cukup tinggi mencapai 62,19 sampai 68,90%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan pemeliharan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung tahun 2015.

Jenis penelitian yang digunakan bersifat analitik dengan desain cross sectional. Sampel pada penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA kelas 1 dan 2 sebanyak 38 orang.

Hasil penelitian ini menunjukkan responden yang memiliki tingkat pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (50%) dan tingkat pengetahuan kurang sebanyak 19 responden (50%) serta gingiva sehat sebanyak 5 responden (13,16% ), peradangan ringan sebanyak 29 responden (76,31%) dan peradangan sedang sebanyak 4 responden (10,53%). Dari hasil perhitungan uji fisher exact didapatkan hasil P (0,73) > α (0,05) menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan tidak ada hubungannya dengan kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung.

Kata Kunci : Pengetahuan, Gingivitis, Remaja

(3)

28

LEMBAR PENGUJIAN

Karya Tulis Ilmiah Dengan Judul

HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KEJADIAN GINGIVITIS PADA REMAJA DI SMA

YAYASAN PESANTREN ISLAM KOTA BANDUNG

Diujikan Pada Hari ... Tanggal ... Bulan …... Tahun 2015

Mengetahui,

Penguji 1 Penguji 2

Tri Widyastuti, SKM, M.Epid. Denden Ridwan C, S.SIT, M.DSc.

NIP. 196706121988032001 NIP.19711141997031002

Penguji 3

drg. Nurhayati, M.Kes.

NIP. 195009161979022001

(4)

HUBUNGAN PEMELIHARAAN KESEHATAN GIGI DAN MULUT TERHADAP KEJADIAN GINGIVITIS PADA REMAJA DI SMA

YAYASAN PESANTREN ISLAM KOTA BANDUNG

Disahkan Pada Hari ...Tanggal…..Bulan Agustus 2015

Mengetahui, Dosen Pembimbing

drg. Nurhayati, M.Kes.

NIP. 195009161979022001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung

drg. Hj. Hetty Anggrawati K, M.Kes AIFO NIP.195610051987122001

(5)

v

KATA PENGANTAR Bismillahirrohmanirrohim,

Assalamu’alaikum wr.wb

Alhamdulillah dengan mengucap syukur kepada Allah SWT berkat rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul

“Hubungan Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Kejadian Gingivitis di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung”

Karya tulis ilmiah ini diajukan sebagai syarat dalam menyelesaikan program pendidikan Diploma III pada Jurusan Keperawatan Gigi Bandung Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Bandung.

Proses penyelesaian karya tulis ilmiah ini tak lepas dari bantuan, bimbingan, arahan serta dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Kedua orang tua serta keluarga yang tidak pernah berhenti memberikan do’a, dukungan dan motivasi kepada penulis.

2. Bapak Dr. Ir. H. Osman Syarif, MKM, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes Bandung.

3. Ibu drg. Hj. Hetty Anggrawati Kusuma, M.Kes AIFO selaku Ketua Jurusan Keperawatan Gigi Bandung.

4. Bapak Isa Insanuddin, M.Kes pembimbing akademik yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

(6)

5. Ibu drg. Tati Sri Indrani selaku wali tingkat yang telah mencurahkan perhatian, motivasi, bimbingan dan arahan yang sangat berarti kepada penulis.

6. Ibu drg. Nurhayati M.Kes selaku dosen pembimbing yang dengan penuh kesabaran dan keikhlasan dan tidak pernah lelah membimbing, memberikan motivasi, arahan dan waktunya dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

7. Ibu Tri Widyastuti, SKM, M.Epid selaku dosen penguji yang memberikan arahan dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

8. Bapak Denden Ridwan Chaerudin, S.SIT, M.DSc, selaku dosen penguji yang telah memberikan arahan dan saran dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini.

9. Bapak Agus Suryana, S.Sos, yang telah membantu mencari referensi dan sumber untuk kelancaran penulisan karya tulis ilmiah ini.

10. Dosen - dosen Jurusan Keperawatan Gigi yang telah memberikan bimbingan dan saran.

11. Rekan - rekan mahasiswa tingkat III Jurusan Keperawatan Gigi yang telah saling membantu memberikan motivasi selama penulisan karya tulis ilmiah ini.

12. Semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.

Bandung, Agustus 2015

Penulis

(7)

vii DAFTAR ISI

LEMBAR JUDUL LEMBAR PENGUJIAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK

KATA PENGANTAR ... 1

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan Penelitian ... 3

1. Tujuan umum ... 3

2. Tujuan khusus ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 4

BAB II ... 5

TINJAUAN PUSTAKA ... 5

A. Pengetahuan ... 5

1. Tingkatan Pengetahuan ... 5

2. Pengukuran Pengetahuan ... 8

B. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut ... 9

1. Alat dan bahan ... 9

2. Waktu yang tepat menyikat gigi ... 11

3. Teknik menyikat gigi (metode kombinasi) ... 11

4. Mengatur Pola Makanan ... 12

C. Gingivitis... 13

1. Penyebab terjadinya gingivitis ... 13

2. Proses terjadinya gingivitis ... 14

3. Tanda-tanda gingivitis... 14

4. Modifikasi Gingival Indeks ... 15

D. Remaja ... 16

BAB III ... 18

KERANGKA KONSEP,HIPOTESIS DAN DEFINISI OPERASIONAL ... 18

(8)

A. Kerangka Konsep ... 18

B. Hipotesis ... 18

C. Definisi Operasional ... 18

1. Variabel independen ... 18

2. Variabel dependen ... 19

BAB IV ... 20

METODE PENELITIAN ... 20

A. Jenis Penelitian ... 20

B. Waktu dan Tempat Penelitian ... 20

C. Populasi, Sampel dan Teknik sampling ... 20

1. Populasi ... 20

2. Sampel... 20

3. Teknik sampling ... 21

D. Jenis dan Pengumpulan data ... 21

1. Jenis data ... 21

2. Pengumpulan data ... 21

E. Pengolahan Data dan Analisis Hasil ... 22

1. Pengolahan data ... 22

2. Analisis hasil ... 22

BAB V ... 23

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 23

A. Hasil Penelitian... 23

B. Pembahasan ... 25

BAB VI ... 28

KESIMPULAN DAN SARAN ... 28

A. Kesimpulan ... 28

B. Saran ... 28 DAFTAR PUSTAKA

(9)

ix

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1

Tabel 2.2

Tabel 5.1

Tabel 5.2

Tabel 5.3

Nilai atau skor Modifikasi Gingival Index………..

Kriteria Modifikasi Gingival Indeks………

Distribusi frekuensi pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada remaja SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung tahun 2015...

Distribusi frekuensi gingivitis pada remaja SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung tahun 2015...

Hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung tahun 2015...

15

16

23

24

25

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Lembar Surat Izin Penelitian Lampiran 2 : Daftar Kuesioner

Lampiran 3 : Surat Persetujuan Responden Lampiran 4 : Lembar Pemeriksaan

Lampiran 5 : Rekapitulasi Kuesioner Pengetahuan

Lampiran 6 : Data Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Lampiran 7 : Data Gingivitis

Lampiran 8 : Data Pengetahuan dan Gingivitis Lampiran 9 : Data Indeks Kebersihan Gigi dan Mulut Lampiran 10 : Data Gigi Berjejal

Lampiran 11 : Analisa Hasil Perhitungan SPSS

(11)

28 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan atau hidup sehat adalah hak setiap orang. Oleh sebab itu kesehatan, baik individu, kelompok, maupun masyarakat merupakan aset yang harus dijaga, dilindungi, bahkan harus ditingkatkan semua orang, baik secara individu, kelompok maupun masyarakat dimana saja dan kapan saja mempunyai hak untuk hidup sehat atau memperoleh perlindungan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Sebagai perwujudan dari kewajiban dan tanggung jawabnya dalam pemeliharaan dan perlindungan terhadap kesehatannya, semua orang baik individu, kelompok, atau masyarakat harus mempunyai kemampuan untuk hal tersebut. Kemampuan untuk memelihara dan melindungi kesehatan mereka sendiri disebut kemandirian atau self reliance. Dengan perkataan lain, masyarakat yang berdaya sebagai hasil dari pemberdayaan masyarakat adalah masyarakat yang mandiri. Demikian juga individu atau kelompok yang berdaya, juga individu atau kelompok yang mandiri (Notoatmodjo, 2007).

Pengetahuan dan kesadaran tentang cara - cara memelihara dan meningkatkan kesehatan baik itu kesehatan gigi dan mulut adalah awal dari keberdayaan kesehatan (Notoatmodjo, 2007).

Hasil RISKESDAS (2013) bahwa sebesar 25,9 persen penduduk Indonesia mempunyai masalah gigi dan mulut dalam 12 bulan terakhir.

Menurut laporan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) (2001) cit,

1

(12)

Lebukan (2013) prevalensi penyakit gigi dan mulut tertinggi meliputi 60%

penduduk. Salah satunya prevalensi penyakit periodontal pada semua kelompok umur di Indonesia adalah 96,58% (Tampubolon, 2010 cit, Nandya dkk., 2011).

Gingivitis adalah salah satu penyakit periodontal, radang pada gingiva yang melibatkan daerah interdental papil, tepi gusi, gusi cekat atau kombinasinya (Usri dkk., 2012). Faktor utama yang menyebabkan terjadinya radang gusi (gingivitis) adalah penumpukan plak gigi yang mengandung berjuta bakteri. Bakteri dan produk - produknya ini kemudian menyebar ke daerah saku gusi sehingga lama kelamaan mengakibatkan inflamasi (peradangan). Disamping itu juga, terdapat faktor - faktor pendukung yang memodifikasi terjadinya gingivitis, seperti adanya karang gigi (kalkulus), gigi yang berjejal (crowding), merokok, dan pembuatan gigi tiruan yang buruk (Martariwansyah, 2008). Faktor lainnya yang akan semakin memperburuk peradangan adalah kehamilan, pubertas dan pil KB (Soebroto, 2009).

Menurut data dari Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) menyebutkan bahwa prevalensi gingivitis di seluruh dunia adalah 75% - 90%.

Hasil penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Departemen Kesehatan tahun 1984 menunjukkan persentase penderita gingivitis pada remaja cukup tinggi mencapai 62,19 sampai 68,90% (Riyanti, 2010). Dari hasil survei awal yang dilakukan oleh peneliti di SMA Yayasan Pesantren Islam dari 17 siswa/i terdapat 12 siswa/i yang terkena gingivitis.

(13)

3

SMA Yayasan Pesantren Islam yang bertempat di jl. Muhammad No.

17 Kota Bandung memiliki jumlah siswa/i yang terbagi dari 3 kelas yaitu kelas 1, 2 dan 3.

Berdasarkan data di atas, pengetahuan tentang pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut menjadi penting karena berdasarkan hasil RISKESDAS (2013) hanya 2,3% penduduk Indonesia yang mempunyai kebiasaan menyikat gigi dengan benar.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk meneliti tentang

“Hubungan Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Kejadian Gingivitis Pada Remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah sebagai berikut “Adakah Hubungan Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Kejadian Gingivitis Pada Remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung?”

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini yaitu diketahuinya hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung.

(14)

2. Tujuan khusus

Dalam penelitian ini terdapat tujuan khusus, yang diantaranya adalah sebagai berikut :

a. Mengetahui pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung.

b. Mengetahui kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung.

c. Mengetahui hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung.

D. Manfaat Penelitian

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi ilmiah bagi yang membaca mengenai hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada remaja terhadap kejadian gingivitis.

2. Dapat dijadikan data dasar bagi penulis selanjutnya.

3. Bagi penulis sendiri manfaat yang dapat diambil yaitu menambah pengetahuan, pengalaman terutama mengenai pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja.

(15)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya). Dengan sendirinya pada waktu pengindraan akan menghasilkan pengetahuan, pengetahuan tersebut sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek.

Sebagian besar pengetahuan seseorang diperoleh melalui indra pendengaran (telinga), dan indra penglihatan (mata). Pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior) (Notoatmodjo, 2012).

1. Tingkatan Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan seseorang terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda - beda. Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan, yakni :

a. Tahu (know)

Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya : tahu bahwa buah tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit demam berdarah ditularkan oleh gigitan nyamuk Aedes Aegypti, dan sebagainya. Untuk mengetahui atau mengukur bahwa orang tahu sesuatu dapat menggunakan

(16)

pertanyaan - pertanyaan misalnya: apa tanda - tanda anak yang kurang gizi, apa penyebab penyakit TBC, bagaimana cara melakukan PSN (pemberantasan sarang nyamuk), dan sebagainya.

b. Memahami (comprehension)

Memahami suatu objek bukan sekadar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekadar dapat meyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintreprestasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut. Misalnya orang yang memahami cara pemberantasan penyakit demam berdarah, bukan hanya sekadar menyebutkan 3 M (mengubur, menutup, dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus menutup, menguras dan sebagainya, tempat - tempat penampungan air tersebut.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan, ia harus dapat membuat perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja, orang yang telah paham metodologi penelitian, ia akan mudah membuat proposal penelitian dimana saja, dan seterusnya.

(17)

7

d. Analisis (analysis)

Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan /atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen - komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang itu sudah sampai pada tingkat analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan) terhadap pengetahuan atas objek tersebut. Misalnya, dapat membedakan antara nyamuk Aedes Aegypti dengan nyamuk biasa, dapat membuat diagram (flow chart) siklus hidup cacing kremi, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen - komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sinstesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi - formulasi yang telah ada. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata - kata atau kalimat sendiri tentang hal - hal yang telah dibaca atau didengar, dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu.

(18)

Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma - norma yang berlaku di masyarakat.

Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak, seseorang dapat menilai manfaat ikut keluarga berencana bagi keluarga, dan sebagainya.

2. Pengukuran Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) pengukuran pengetahuan kesehatan adalah dengan mengajukan pertanyaan - pertanyaan secara langsung (wawancara) atau melalui pertanyaan - pertanyaan tertulis atau angket.

Indikator pengetahuan kesehatan adalah “tingginya pengetahuan”

responden tentang kesehatan, atau besarnya persentase kelompok responden atau masyarakat tentang variabel - variabel atau komponen - komponen kesehatan. Misalnya, berapa % responden atau masyarakat yang tahu tentang cara - cara mencegah penyakit demam berdarah, atau berapa % masyarakat atau responden yang mempunyai pengetahuan yang tinggi tentang ASI eksklusif, dan sebagainya.

Menurut Pratomo dan Sudarti (1986) cit, Damanik (2008) pengetahuan dibagi menjadi 3 kategori sebagai berikut :

a. Baik, apabila responden mendapat nilai > 75%

b. Cukup, apabila responden mendapat nilai 40 - 75%

c. Kurang, apabila responden mendapat nilai < 40%

(19)

9

B. Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

1. Alat dan bahan a. Sikat Gigi

Menurut Putri,dkk. (2012) sikat gigi merupakan salah satu alat fisioterapi oral yang digunakan secara luas untuk membersihkan gigi dan mulut. Di pasaran dapat ditemukan beberapa macam sikat gigi, baik manual maupun elektrik dengan berbagai ukuran dan bentuk.

Bulu sikat terbuat dari berbagai macam bahan, tekstur, panjang dan kepadatan. Walaupun banyak jenis sikat gigi di pasaran, harus diperhatikan keefektifan sikat gigi untuk membersihkan gigi dan mulut seperti :

1) kenyamanan bagi setiap individu meliputi ukuran, tekstur dari bulu sikat

2) mudah digunakan

3) mudah dibersihkan dan cepat kering sehingga tidak lembap 4) awet dan tidak mahal

5) bulu sikat lembut tetapi cukup kuat dan tangkainya ringan, dan 6) ujung bulu sikat membulat

Adapun syarat - syarat sikat gigi menurut Machfoedz dan Zein (2005) yaitu sebagai berikut :

1) Tangkai lurus dan mudah dipegang

2) Kepala sikat gigi kecil agar dapat masuk ke bagian - bagian yang sempit dan dalam.

(20)

3) Bulu sikat gigi harus lembut dan datar b. Pasta Gigi

Menurut Pratiwi (2007) pasta gigi adalah pasta atau gel yang digunakan untuk meningkatkan kesehatan gigi dan mulut dengan cara mengangkat plak dan sisa makanan. Termasuk menghilangkan atau mengurangi bau mulut. Pasta gigi juga dapat membantu menguatkan struktur gigi dengan kandungan fluornya. Maka dari itu, pasta gigi berfluoride selayaknya dipilih, karena dari penelitian kandungan fluoride tersebut mampu menurunkan angka karies (Soebroto, 2009).

c. Kumur-kumur antiseptik (oral rinse)

Terdapat berbagai bahan aktif yang sering digunakan sebagai kumur - kumur. Yang dijual bebas umumnya berasal dari minyak tumbuh - tumbuhan seperti metal salisilat, sedangkan yang perlu diresepkan dokter adalah chlorhexidine 0,20 % dan H2O2 1,5 % atau 3,0 % (Soebroto, 2009).

d. Dental Floss atau benang gigi

Dental floss atau benang gigi berguna untuk membersihkan di sela - sela gigi. Akan tetapi tekniknya harus di mengerti dengan tepat karena jika tidak, dapat melukai gusi dan menyebabkan radang (Soebroto, 2009).

(21)

11

e. Pembersih lidah

Pembersih lidah juga mulai banyak digunakan, baik untuk membersihkan dorsum lingual yang seringkali luput terbersihkan saat sikat gigi (Soebroto, 2009).

2. Waktu yang tepat menyikat gigi

Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah setelah makan pagi dan sebelum tidur malam (Houwink dkk., 1993).

3. Teknik menyikat gigi (metode kombinasi)

a. Menurut Pratiwi (2009) teknik menyikat gigi metode kombinasi yaitu : Pada gerakan vertikal, bulu sikat diletakkan tegak lurus dengan permukaan fasial gigi dan digerakkan dari atas ke bawah atau sebaliknya. Gerakan ini dilakukan didaerah permukaan fasial gigi dari depan sampai belakang. Gerak vertikal bertujuan melepaskan sisa makanan yang terselip di antara lekuk permukaan gigi dan antara gigi dengan gusi. Bulu sikat bergerak dari daerah leher gigi (perbatasan garis gusi dan gigi) ke arah mahkota gigi, artinya pada gigi atas, bulu sikat bergerak dari atas ke bawah dan gerak sebaliknya pada gigi bawah. Hal ini dilakukan untuk mencegah iritasi gusi dan pembersihan yang tidak efektif.

b. Gerakan vertikal juga dilakukan pada permukaan dalam gigi yaitu permukaan palatal pada gigi atas dan lingual pada gigi bawah seperti pada permukaan fasial, bulu sikat bergerak menarik sisa makanan dari daerah leher gigi ke arah mahkota gigi.

(22)

c. Gerakan horizontal dilakukan pada permukaan gigit atau kunyah (permukaan oklusal) pada gigi geraham (premolar dan molar). Bulu sikat digerakkan maju - mundur secara berulang - ulang.

d. Gerakan memutar dilakukan pada permukaan fasial gigi atas sampai bawah dari belakang kiri, ke depan dan belakang kiri. Gerakan ini dilakukan pada posisi gigi atas berkontak dengan bawah.

e. Setelah itu, dilakukan penyikatan pada lidah diseluruh permukaannya, terutama bagian atas lidah. Gerakan pada lidah tidak ditentukan, namun umumnya adalah dari pangkal belakang lidah sampai ujung lidah.

f. Seluruh gerakan ini dapat diulang - ulang.

4. Mengatur Pola Makanan

Plak dapat menyebabkan iritasi pada gusi di sekitar gigi yang dapat menyebabkan radang gusi (Hongini dan Aditiawarman, 2012). Tindakan pertama yang dapat mengontrol pembentukan plak adalah dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat terutama sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti bahwa karbohidrat merupakan bahan utama dalam pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energi untuk bakteri dalam pembentukan plak. Makanan yang lunak dan mudah menempel pada gigi sebaiknya sedapat mungkin dihindarkan (Putri dkk., 2012). Dalam mencegah masalah gusi, vitamin C berperan besar sebagai bahan untuk membangun jaringan ikat yang kuat agar gigi kokoh tertanam pada rongga alveolernya. Vitamin C juga meningkatkan fungsi kekebalan

(23)

13

sel - sel darah putih. Vitamin B dan asam folat, serta vitamin A, vitamin E, selenium, seng dan flavonoid juga diperlukan untuk kesehatan gusi. Zat - zat gizi ini banyak ditemukan pada makanan sehari - hari, yaitu sayur - sayuran dan buah - buahan (Susanto, 2011). Selain itu serat dan air yang terdapat pada buah - buahan contohnya pir dapat digunakan sebagai sikat gigi alami yang dapat membantu meningkatkan kebersihan rongga mulut yang mampu mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi dan gusi sehingga dapat mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi lainnya (Martariwansyah, 2008).

C. Gingivitis

Gingivitis adalah radang pada gingiva, yang melibatkan daerah interdental papil, tepi gusi, gusi cekat atau kombinasinya (Usri dkk., 2012).

Dimana epitelium jungsional masih utuh melekat pada gigi sehingga pada kondisi awal perlekatannya belum mengalami perubahan (Putri dkk., 2012).

1. Penyebab terjadinya gingivitis

Menurut Martariwansyah (2008) faktor utama yang menyebabkan terjadinya radang gusi adalah penumpukan plak gigi yang mengandung berjuta bakteri. Bakteri dan produk - produknya ini kemudian menyebar ke daerah saku gusi sehingga lama kelamaan mengakibatkan inflamasi (peradangan). Disamping itu juga, terdapat faktor - faktor pendukung yang memodifikasi terjadinya gingivitis, seperti adanya karang gigi (kalkulus), gigi yang berjejal (crowding), merokok, dan pembuatan gigi tiruan yang

(24)

buruk. Faktor lainnya yang akan semakin memperburuk peradangan adalah kehamilan, pubertas dan pil KB (Soebroto, 2009).

2. Proses terjadinya gingivitis

Menurut Martariwansyah (2008) faktor lokal penyebab radang gusi adalah penumpukan plak berupa Streptococcus sanguins yang terdapat didaerah tepi gusi. Plak akan menghasilkan toksin atau racun yang akan mengiritasi gusi sehingga gusi akan mengalami peradangan (Ramadhan, 2010). Menurut Loe, dkk. (1965) dalam Putri, dkk. (2012) gejala klinis gingivitis mulai terlihat 10 - 21 hari setelah prosedur pembersihan mulut dihentikan.

3. Tanda-tanda gingivitis

Menurut Djamil (2011) gusi kemerahan, bengkak, mudah berdarah spontan saat disikat gigi. Jika menemukan gejala tersebut, berarti gusi sedang mengalami peradangan (gingivitis). Keadaan ini bisa disertai dengan rasa nyeri pada gusi yang bengkak atau seluruh gusi, gatal di gusi, atau ditemukannya bercak darah di bantal saat bangun tidur. Gejala ini bisa pula diikuti halitosis (napas bau) akibat akumulasi darah pada kantung gusi yang mengalami penguraian.

Gingivitis juga sering ditandai dengan adanya perubahan warna, bentuk, konsistensi (kekenyalan), tekstur, dan perubahan pada gusi. Gusi yang sebelumnya berwarna merah muda, kini menjadi merah ke biru - biruan, yang awalnya tepi gusi berbentuk tajam seperti pisau, kini menjadi bulat dan yang sebelumnya berkonsistensi keras dan kenyal, kini menjadi

(25)

15

lunak dan mudah rusak. Belum selesai sampai disitu, permukaan gusi yang sebelumnya ber-stipling seperti kulit jeruk, kini menjadi licin dan mengkilap karena ada jaringan yang mengalami pembengkakan. Awalnya tidak berdarah kini menjadi mudah berdarah, akibat peregangan pembuluh darah sehingga gusi sangat rentan terhadap cedera (Martariwansyah, 2008).

4. Modifikasi Gingival Indeks

Modifikasi Gingival Indeks (MGI) yaitu indeks untuk menilai tingkat keparahan dan banyaknya peradangan gusi pada seseorang atau pada subjek dikelompok populasi yang besar (Putri dkk.,2012).

Tabel 2.1

Nilai atau Skor Modifikasi Gingival Indeks

Skor Keadaan Gingiva

0 Tidak ada peradangan gingival

1 Peradangan ringan : terlihat ada sedikit perubahan warna, sedikit perubahan pada tekstur sebagian margin atau papilla gingiva, tapi tidak semua unit.

2 Peradangan ringan : kriteria seperti diatas tapi meliputi keseluruhan unit margin atau papilla gingiva.

3 Peradangan sedang : gingival mengkilat, kemerahan, edema, dan/atau hipertrofi unit margin atau papilla margin.

4 Peradangan berat : warna merah terang atau merah menyala, adanya edema, dan/atau hipertrofi unit margin atau papilla gingival, perdarahan spontan, kongesti atau ulserasi.

Untuk memudahkan pengukuran, dipakai enam gigi sebagai gigi indeks yang disebut dengan Ramfjord Teeth, yaitu molar pertama kanan atas, insisif pertama kiri atas, premolar pertama kiri atas, molar pertama kiri bawah, insisif pertama kanan bawah, dan premolar pertama kanan

(26)

bawah. Jika salah satu gigi indeks tersebut tidak ada, dilakukan penggantian gigi indeks dengan cara menentukan gigi tetangga yang lebih ke distal (Putri dkk., 2012).

Tabel 2.2

Kriteria Modifikasi Gingival Indeks

M o

Modifikasi gingival indeks =

D. Remaja

De Brun (dalam Rice, 1990) mendefinisikan remaja sebagai periode pertumbuhan antara masa kanak - kanak dan dewasa. Menurut Papalia dan Olds (2001), masa remaja adalah transisi perkembangan antara masa kanak - kanak dan dewasa yang pada umumnya dimulai pada usia 12 atau 13 tahun dan berakhir pada usia akhir belasan tahun atau awal dua puluhan tahun (Jahja, 2011).

Menurut Yusuf (2010) fase remaja merupakan segmen perkembangan individu yang sangat penting, yang diawali dengan matangnya organ - organ fisik (seksual) sehingga mampu bereproduksi. Menurut Adams dab Gullota

Kriteria Skor

Sehat 0

Peradangan Ringan 0,1-1,0

Peradangan Sedang 1,1-2,0

Peradangan Berat 2,1-3,0

(27)

17

(dalam Aaro, 1997) masa remaja meliputi usia antara 11 hingga 20 tahun (Jahja, 2011). Adapun menurut Konopka (Pikunas, 1976) masa remaja ini meliputi remaja awal 12 – 15 tahun, remaja madya 15 – 18 tahun, dan remaja akhir 19 – 22 tahun. Sementara Salzman mengemukakan, bahwa remaja merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat - minat seksual, perenungan diri, dan perhatian terhadap nilai - nilai estetika dan isu - isu moral (Yusuf, 2010).

(28)

A. Kerangka Konsep

Berdasarkan teori yang ada maka dapat digambarkan bentuk kerangka konsep penelitian ini adalah sebagai berikut :

Variabel Independen Variabel Dependen

B. Hipotesis

Ada hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung.

C. Definisi Operasional

1. Variabel independen

a. Definisi Operasional :Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya.

b. Alat Ukur : Kuesioner

c. Hasil

1) Pengetahuan baik : Apabila responden bisa menjawab kuesioner > 75%

Pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan

mulut

Kejadian Gingivitis

(29)

19

2) Pengetahuan cukup : Apabila responden bisa menjawab kuesioner 40% - 75%

3) Pengetahuan kurang baik : Apabila responden bisa menjawab < 40%

d. Skala Ukur : Ordinal

2. Variabel dependen

a. Definisi Operasional : Gingivitis adalah radang pada gingiva, melibatkan daerah interdental papil, tepi gusi, gusi cekat atau kombinasinya, pengukurannya menggunakan Modifikasi Gingival Indeks.

b. Alat Ukur : Kaca mulut

c. Cara Ukur : Observasi

d. Hasil Ukur Kriteria

Sehat : 0

Peradangan Ringan : 0,1 - 1,0 Peradangan Sedang : 1,1 - 2,0 Peradangan Berat : 2,1 - 3,0

e. Skala Ukur : Ordinal

(30)

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan bersifat analitik dengan desain Cross Sectional dimana variabel independen yaitu pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan variabel dependen yaitu kejadian gingivitis dimana data didapat secara bersamaaan dan subjek penelitian diperiksa dalam 1 waktu.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2015 yang bertempat di SMA Yayasan Pesantren Islam Jl. Muhammad No. 17 Kota Bandung.

C. Populasi, Sampel dan Teknik Sampling

1. Populasi

Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa dan siswi SMA Yayasan Pesantren Islam yang berjumlah 38.

2. Sampel

Sampel pada penelitian yaitu siswa/siswi SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung kelas 1 dan kelas 2, tidak termasuk kelas 3 karena sedang mempersiapkan Ujian Nasional.

(31)

21

3. Teknik sampling

Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan Total Sampling.

D. Jenis dan Pengumpulan data

1. Jenis data

Jenis data yang digunakan yaitu data primer dan data sekunder, data primer didapat dari pemeriksaan langsung pada sampel yang diteliti dan data sekunder didapat dari pihak sekolah yaitu nama siswa dan siswi, umur dan jumlah siswa dan siswi SMA Yayasan Pesantren Islam.

2. Pengumpulan data a. Instrumen penelitian

Untuk memperoleh data tentang pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut, instrumen yang digunakan berupa daftar pertanyaan terbuka.

b. Cara pengumpulan data

Data diambil dari sampel, sebelumnya diberikan informed consent terlebih dahulu, jika responden setuju untuk menjadi objek penelitian maka akan diberikan kuesioner dan akan dilakukan pemeriksaan.

(32)

E. Pengolahan Data dan Analisis Hasil

1. Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan secara manual dan ditabulasikan, data yang sudah terkumpul dilakukan pengecekan apakah sudah lengkap atau belum selanjutnya dilakukan pengkodean dalam daftar berdasarkan jumlah responden dan dilakukan pengolahan data.

2. Analisis hasil

Analisis data untuk mengetahui gambaran pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dan kejadian gingivitis dari responden ditabulasikan disajikan secara kategorik dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Untuk mengetahui hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis dari hasil data tabulasi maka dilakukan uji statistik dengan menggunakan fisher exact.

(33)

23 BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A.

Hasil Penelitian

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan pada bulan Maret sampai Agustus di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung, mengenai hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja, hasil penelitian tersebut ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi sebagai berikut:

Tabel 5.1

Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut SMA Yayasan Pesantren Islam

Kota Bandung Tahun 2015

Berdasarkan tabel di atas menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan cukup sebanyak 19 responden (50%), sedangkan pengetahuan kurang sebanyak 19 responden (50%).

Pengetahuan Jumlah (n) Persentase (%)

Baik 0 0

Cukup 19 50

Kurang 19 50

Jumlah 38 100

(34)

Tabel 5.2

Distribusi Frekuensi Modifikasi Gingival Indeks Pada Remaja SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung Tahun 2015

Tabel di atas menunjukkan bahwa responden yang memiliki peradangan ringan sebanyak 29 responden (76,31%).

Tabel 5.3

Hubungan Tingkat Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut Terhadap Kejadian Gingivitis SMA Yayasan Pesantren Islam

Kota Bandung Tahun 2015

Pengetahuan

Gingivitis

Sehat Ringan Sedang Jumlah

N % N % N % N %

Cukup 3 7,9 15 39,5 1 2,6 19 50 Kurang 2 5,3 14 36,8 3 7,9 19 50 Jumlah 5 13,2 29 76,3 4 10,5 38 100

Pada tabel 5.3 tidak dicantumkan pengetahuan baik dan gingivitis berat karena tidak ada responden yang mempunyai pengetahuan baik dan gingivitis berat. Tabel tersebut menginformasikan bahwa responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang mempunyai peradangan ringan sebanyak 39,5%, sedangkan responden dengan tingkat pengetahuan kurang yang mempunyai peradangan ringan sebanyak 36,8%.

Setelah dilakukan uji statistik fisher exact dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil P (0,73) > α (0,05), menunjukan bahwa tidak ada hubungan

Modifikasi Gingival Indeks Jumlah Persentase (%)

Sehat 5 13,16

Peradangan Ringan 29 76,31

Peradangan Sedang 4 10,53

Peradangan Berat 0 0

Jumlah 38 100

(35)

25

antara pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut pada remaja dengan kejadian gingivitis di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung tahun 2015.

B. Pembahasan

Pada tabel 5.1 pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di SMA Yayasan Pesantren Islam berkriteria cukup dan kurang. Hal ini disebabkan tidak adanya penyuluhan sama sekali mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung.

Menurut Notoatmodjo (2010) pengetahuan adalah hasil tahu seseorang mengenai objek yang diperoleh dari indera yang dimilikinya.

Dari hasil wawancara mendalam dengan 19 responden yang memiliki pengetahuan cukup. Sebanyak 16 responden mendapatkan informasi kesehatan gigi dan mulut lewat media televisi seperti iklan, 2 responden lewat orang tua (ibu), 1 responden lewat media televisi dan orang tua (ibu).

Berdasarkan tabel 5.2 dari 38 responden terdapat 33 responden mempunyai peradangan gingiva, peradangan gingiva ringan maupun sedang.

Hampir semua responden yang mengalami peradangan mempunyai kebiasaan teknik menyikat gigi yang kurang tepat. Selain itu faktor lain yang menyebabkan terjadinya gingivitis sebanyak 22 responden mempunyai karang gigi, 9 responden mempunyai karang gigi dan gigi berjejal. Hanya 2 responden yang mengalami peradangan gingiva karena teknik menyikat gigi yang kurang tepat tanpa dipengaruhi faktor lain. Peradangan gingiva yang dialami responden karena teknik menyikat gigi yang kurang tepat, karang gigi

(36)

dan gigi berjejal. Teknik menyikat gigi yang kurang tepat dapat menyebabkan penumpukan plak yang dapat menyebabkan gingivitis. Menurut Martariwansyah (2008) faktor utama yang menyebabkan terjadinya radang gusi adalah penumpukan plak. Faktor - faktor pendukung yang memodifikasi terjadinya gingivitis, seperti adanya karang gigi (kalkulus), gigi yang berjejal (crowding), merokok, dan pembuatan gigi tiruan yang buruk.

Pada tabel 5.3 sebanyak 5 responden dengan tingkat pengetahuan cukup dan kurang mempunyai gingiva sehat. Dari hasil wawancara mendalam responden sering makan buah - buahan dan sayur - sayuran. Menurut Martariwansyah (2008) serat dan air yang terdapat pada buah - buahan dapat digunakan sebagai sikat gigi alami yang dapat membantu meningkatkan kebersihan rongga mulut yang mampu mengurangi penumpukan plak pada permukaan gigi dan gusi sehingga dapat mencegah gigi berlubang dan penyakit gusi lainnya.

Responden dengan tingkat pengetahuan cukup yang memiliki peradangan sedang sebanyak 1 responden, dikarenakan pengetahuannya tidak diikuti tindakan dalam pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut. Menurut Notoatmodjo (2012) pengetahuan atau ranah kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behavior), menurut Rogers (dalam Notoatmodjo, 2012) mengadopsi perilaku itu tidak hanya pengetahuan akan tetapi membutuhkan kesadaran, sebelum orang mengadopsi perilaku baru, apabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku didasari pengetahuan, kesadaran, dan sikap postif maka perilaku

(37)

27

tersebut akan bersikap langgeng (lost lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Setelah dilakukan uji statistik fisher exact dengan menggunakan SPSS didapatkan hasil P (0,73) > α (0,05) yang berarti bahwa pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut tidak ada hubungannya dengan kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung 2015. Hasil data pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut di SMA Yayasan Pesantren Islam mempunyai kriteria cukup dan kurang sedangkan kejadian gingivitisnya sehat, peradangan ringan, dan peradangan sedang.

Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mintjelungan, dkk., (2013) mengenai hubungan pengetahuan kesehatan gigi dan mulut dengan status kesehatan gingiva pada penyandang tunanetra di Panti Tunanetra Manado bahwa pengetahuan tidak mempengaruhi status kesehatan gingiva.

Pengetahuan responden mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut hanya sekedar tahu, tetapi tidak diaplikasikan, sehingga peradangan gingiva tetap terjadi walaupun responden memiliki pengetahuan baik atau cukup.

(38)

A.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian yang telah dilakukan mengenai hubungan pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung tahun 2015 dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Pengetahuan remaja mengenai pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut yaitu 19 responden (50%) cukup dan 19 responden (50%) kurang.

2. Kejadian gingivitis sebanyak 29 responden (76,31%) peradangan ringan.

3. Tidak adanya hubungan antara pengetahuan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut dengan kejadian gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota bandung.

B. Saran

1. Diharapkan kepada tenaga kesehatan Puskesmas untuk melakukan penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut kepada siswa/siswi SMA Yayasan Pesantren Islam dan masyarakat lainnya.

2. Diharapkan kepada instansi SMA Yayasan Pesantren Islam untuk menempelkan media penyuluhan tentang kesehatan gigi dan mulut disetiap ruang sekolah.

3. Diharapkan ada penelitian lebih lanjut mengenai hubungan pengetahuan terhadap kejadian gingivitis pada remaja dengan memperhatikan faktor - faktor lain yang berhubungan dengan kejadian gingivitis.

(39)

29

DAFTAR PUSTAKA

Damanik, R.E.L., 2008. “Karakteristik, Pengetahuan, dan Sikap Ibu Hamil dengan Pemeriksaan Hemoglobin Sewaktu Hamil di Puskesmas Darussalam Kecamatan Medan Petisah Tahun 2008”, skripsi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. https:/

repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/14742/1/09E00548.pdf, diakses pada tanggal 7 Juli 2015

Djamil, M.S. 2011.A-Z Kesehatan Gigi. Solo: Metagraf

Houwink, dkk. 1993. Ilmu Kedokteran Gigi Pencegahan. Jogjakarta: Gadjah Mada University Press

Jahja, Yudrik. 2011. Psikologi Perkembangan. Jakarta: Kencana

Lebukan, BJ., 2013. “Faktor-faktor Penyebab Penyakit Periodontal (Studi Kasus Masyarakat Pesisir Pantai Kecamatan Bacukiki Barat Kota Pare-Pare)”, Skripsi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Hasanuddin.

https://repository.unhas.ac.id , diakses pada tanggal 23 Februari 2015 Machfoedz, I. dan Zein, A.Y. 2005. Menjaga Kesehatan Gigi dan Mulut Anak-

Aanak dan Ibu Hamil. Yogyakarta: Fitramaya

Martariwansyah. 2008. Gigiku Kuat,Mulutku Sehat. Bandung: Karya Kita

Mitjelungan, C.,Tambunan, E. dan Takahin dangen, S., 2013. “Hubungan Pengetahuan Kesehatan Gigi dan Mulut dengan Status Kesehatan Gingiva Pada Penyandang Tunanetra di Panti Tunanetra Manado”, e-journal, Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi. https:/

ejournal.unsrat.ac.id/index.php/egigi/article/view/3214, diakses pada tanggal 7 Juli 2015

Hongini, S.Y dan Aditiawarman, M. (2012). Kesehatan Gigi dan Mulut Buku Lanjutan Dental Terminology. Bandung: Pustaka Reka Cipta

Nandya, dkk., 2011. “Status Kesehatan Jaringan Periodontal Pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 Dibandingkan dengan Pasien Non Diabetes Mellitus Berdasarkan GPI”, e-journal, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Air Langga. https://journal.unair.ac.id, diakses pada tanggal 23 Februari 2015

Notoatmodjo, S. 2007. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta

____________. 2010. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

(40)

____________. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta:

Rineka Cipta

Pratiwi, D. 2007. Gigi Sehat Merawat Gigi Sehari-hari. Jakarta: Buku Kompas _______. 2009. Gigi Sehat dan Cantik Perawatan Praktik Sehari-hari. Jakarta:

Buku Kompas

Putri, M.H. Herijulianti ,E.Nurjanah, N. 2012. Ilmu Pencegahan Penyakit Jaringan Keras dan Jaringan Pendukung Gigi. Jakarta: EGC

Ramadhan, A.G. 2010. Serba Serbi Kesehatan Gigi dan Mulut. Jakarta: Bukune Riset Kesehatan Dasar. 2013. http:// www.litbang.depkes.go.id, diakses pada

tanggal 28 September 2014

Riyanti, E., 2010. “Penatalaksanaan Terkini Gingivitis Kronis Pada Anak”.

http://pustaka.unpad.ac.id, diakses pada tanggal 23 Februari 2015

Susanto, MI.G.W. 2011. Terapi Untuk Kesehatan dan kecantikan Gusi. Jakarta:

Esensi Erlangga Group

Soebroto, I. 2009. Apa yang Tidak Dikatakan Dokter Tentang Kesehatan Gigi Anda. Jogjakarta: Bookmarks

Usri, dkk. 2012. Diagnosis & Terapi Penyakit Gigi dan Mulut Edis2. Bandung:

LSK

Yusuf, S. 2010. Psikologi dan Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

(41)

29

LAMPIRAN

(42)

Lampiran 2

DAFTAR KUESIONER

I. Identitas Responden

Nama :

Umur :

Kelas :

Alamat :

Jenis Kelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan II. Pertanyaan

1. Apa itu gingivitis ?

2. Apa penyebab terjadinya gingivitis?

3. Berapa kali menyikat gigi dalam sehari?

4. kapan waktu menyikat gigi dalam sehari?

5. Apa anda tahu alat bantu untuk memelihara kesehatan gigi dan mulut?

6. Tangkai sikat gigi yang baik itu seperti apa?

7. Bulu sikat gigi yang baik itu seperti apa?

8. Bagaimana teknik menyikat gigi pada bagian depan ?

9. Bagaimana teknik menyikat gigi untuk bagian pengunyahan ? 10. Bagaimana teknik menyikat gigi untuk bagian yang menghadap ke

pipi?

11. Bagaimana teknik menyikat gigi untuk bagian yang menghadap ke lidah?

12. Pasta gigi yang digunakan sebaiknya mengandung apa ? 13. Setiap berapa bulan sekali kontrol ke klinik gigi ? 14. Untuk apa buah-buahan dan sayuran ?

15. Makanan apa yang bisa membersihkan gigi ?

(43)

29

Lampiran 3 SURAT PERSETUJUAN RESPONDEN

(INFORMED CONSENT) Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :………

Umur :………

Alamat :………

Bersedia mengizinkan anak,

Nama :………

Umur :………

Alamat :………

Untuk ikut berpatisipasi sebagai responden pada penelitian yang dilakukan oleh :

Nama : Lia Astrina

NIM : P17325112036

Judul Penelitian : “Hubungan Pengetahuan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut terhadap Kejadian Gingivitis pada remaja di SMA Yayasan Pesantren Islam Kota Bandung”

Persetujuan ini diberikan dengan penuh kesadaran dan keikhlasan tanpa ada paksaan dari pihak manapun.

Bandung,……….2015

(………)

(44)

Lampiran 4 LEMBAR PEMERIKSAAN

Nama : Umur : Jenis Kelamin : L/P

Gigi Indeks

Bukal /Labial Palatal/Lingual Distal Mesial

Modifikasi Gingival Indeks =

  

         

(45)

29

DATA INDEKS KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT SMA YAYASAN PESANTREN ISLAM

KOTA BANDUNG

No. Nama DI CI OHI-S KRITERIA

1 AF 1,00 0,67 1,67 Sedang

2 AZ 0,67 0,67 1,34 Sedang

3 AA 1,33 1,00 2,33 Sedang

4 A 2,00 0,83 2,83 Sedang

5 BS 1,00 0,67 1,67 Sedang

6 DJ 1,33 1,33 2,66 Sedang

7 DN 0,67 0,50 1,17 Baik

8 FM 1,33 0,00 1,33 Sedang

9 FF 0,67 0,50 1,17 Baik

10 IR 0,67 0,33 1,00 Baik

11 IW 1,16 0,67 1,83 Sedang

12 JM 1,16 1,00 2,16 Sedang

13 KR 1,16 0,67 1,83 Sedang

14 NS 0,83 0,67 1,50 Sedang

15 QI 1,33 1,00 2,33 Sedang

16 QA 1,16 0,67 1,83 Sedang

17 SM 0,67 0,33 1,00 Baik

18 TC 0,67 0,67 1,34 Sedang

19 WH 0,00 0,00 0,00 Baik

20 YY 0,83 0,67 1,50 Sedang

21 AL 0,00 0,00 0,00 Baik

22 AS 0,67 0,33 1,00 Baik

23 DPP 0,67 0,67 1,34 Sedang

24 ED 0,00 0,00 0,00 Baik

25 GG 0,67 0,67 1,34 Sedang

26 HP 0,67 0,67 1,34 Sedang

27 IS 0,83 0,67 1,50 Sedang

28 IA 1,33 0,00 1,33 Sedang

29 JN 0,67 0,67 1,34 Sedang

30 MR 0,67 0,67 1,34 Sedang

31 MY 0,67 0,67 1,34 Sedang

32 NDW 0,83 0,67 1,50 Sedang

(46)

33 NA 0,67 0,67 1,34 Sedang

34 RM 0,00 0,00 0,00 Baik

35 RH 1,00 0,67 1,67 Sedang

36 RR 0,67 0,33 1,00 Baik

37 SW 0,83 0,67 1,50 Sedang

38 TS 0,17 0,00 0,17 Baik

Referensi

Dokumen terkait

Pada tahun 1972 diselenggarakan Seminar Nasional Pengajaran dan Pendidikan Civics (Civic Education) di Tawangmangu, Surakarta, dengan hasil yang memberi

Apabila suatu kata dasar yang diawali fonem konsonan mendapat awalan pi-, maka awalan pi- tersebut melekat begitu saja pada kata dasar.. Apabila awalan pi-

Data dalam penelitian ini dikumpulkan dengan cara sebagai berikut : data sikap siswa setelah penerapan kurikulum yang bermuatan pendidikan antikorupsi pada mata pelajaran PKn

Strategi AIDA ( Attention , Interest , Desire , Action )ini yang pasti guna memperoleh konsumen atau pelanggan dalam produknya.Penelitian ini betujuan untuk mengetahui

(jelaskan kenapa ukuran balon yang berisi asam cuka 2 M + baking soda lebih besar dari pada balon yang berisi asam cuka 2 M + air + baking soda

Sasaran ketiga yang diampu oleh Dinas Pertanian Pangan Kelautan dan Perikanan Kabupaten Bantul adalah meningkatnya kualitas dan kuantitas sumberdaya peternakan, dengan

Hal ini sama seperti orangtua yang memilih untuk menyekolahkan anaknya pada sekolah berbasis islam yang umumnya memiliki harapan agar putra-putrinya kelak dapat menjadi

‫قرنفلة ‪ " :‬لم يكن ضحية لى كما قد تظن ‪ ,‬كان ضحية ضعفه‪6"...‬‬ ‫الخطاب أعاله هو شكل من أشكال فعل الكالم الجازم في شكل