• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN DARI PROSES DAUR ULANG PLASTIK DENGAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT SKRIPSI TEKNIK INDUSTRI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN DARI PROSES DAUR ULANG PLASTIK DENGAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT SKRIPSI TEKNIK INDUSTRI"

Copied!
91
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN DARI PROSES DAUR ULANG PLASTIK DENGAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT

SKRIPSI TEKNIK INDUSTRI

Diajukan untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Teknik

MUHAMMAD ILHAMDIKA NIM. 125060707111062

UNIVERSITAS BRAWIJAYA FAKULTAS TEKNIK

MALANG

2017

(2)
(3)
(4)
(5)

i

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, karena atas limpahan berkat, rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Semoga rahmat dan hidayah-Nya selalu dilimpahkan kepada kita semua. Tidak lupa shalawat dan salam kami ucapkan kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi yang berjudul “ANALISA DAMPAK LINGKUNGAN PROSES DAUR ULANG PLASTIK DENGAN PENDEKATAN LIFE CYCLE ASSESSMENT (LCA)” ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S-1) di Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat diselesaikan berkat dukungan dan bimbingan dari beberapa pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Keluarga besar tercinta yang penulis sayangi dan hormati, khususnya Ayah Alm.

Hardi Yuliwan ST., MTI. dan Ibu Metty Novianti atas doa, kasih sayang, kedisiplinan, pelajaran, didikan dan motivasi yang diberikan selama ini, dukungan mental dan material, serta perjuangan yang tidak mengenal lelah demi memberikan segalanya yang terbaik kepada penulis, serta kakak Tika Dianty Mustikarani yang telah menjadi semangat dan motivasi dari penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

2. Bapak Ishardita Pambudi Tama, ST., MT., Ph.D. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri, atas kesabaran dalam memberikan masukan, arahan, serta ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

3. Bapak Marudut Sirait, ST., MT. selaku dosen pembimbing I, atas kesabaran dalam membimbing penulis, memberikan masukan, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

4. Bapak Ihwan Hamdala, ST., MT. selaku dosen pembimbing II, atas kesabaran dalam membimbing penulis, memberikan masukan, mengarahkan, memotivasi, dan memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

5. Ibu Ceria Farela Mada Tantrika, ST., MT. selaku Dosen Pembimbing Akademik, atas kesabaran dalam membimbing dan memberikan arahan terhadap penulis.

6. Bapak dan Ibu Dosen Pengajar di Jurusan Teknik Industri Universitas Brawijaya yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu yang sangat berharga bagi penulis.

(6)

ii ini.

8. Teman-teman Teknik Industri Universitas Brawijaya Angkatan 2012 atas doa dan motivasi untuk penulis dalam melaksanakan kegiatan perkuliahan.

9. Werewolf Ubud yang senantiasa menemani penulis dalam suka maupun duka.

Kawanan terbaik selama ini dan jadi keluarga kedua di perantauan penulis, terima kasih atas segalanya.

10. TIPEACE yang mengisi hari-hari pengerjaan penelitian ini dengan kejadian- kejadian tak terduga.

11. Creita Daniari S.Ikom A.k.a Xisi yang selalu memberikan motivasi untuk penulis.

12. Teman-teman Bastim yang selalu menemani penulis di kampung halaman.

13. Seluruh teman dekat, Terima kasih telah mewarnai hidup penulis dan memotivasi penulis agar jadi lebih baik lagi dari sebelumnya

Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik sangat diperlukan untuk kebaikan di masa depan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.

Malang, Juli 2017

Penulis

(7)

iii

DAFTAR ISI

... Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI ... iii

DAFTAR TABEL ... v

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

RINGKASAN ... xiii

SUMMARY ... xv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Rumusan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Batasan Masalah ... 6

1.7 Asumsi-asumsi ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Penelitian Terdahulu ... 7

2.2 Plastik ... 9

2.2.1 Jenis Plastik ... 9

2.3 Recycle Plastik ... 10

2.3.1 Langkah-langkah Recycle Plastik ... 11

2.4 Life Cycle Assessment (LCA)... 12

2.4.1 Stage Amatan Life Cycle Assessment ... 14

2.4.2 Ruang Lingkup Life Cycle Assessment ... 16

2.4.3 Langkah-langkah Life Cycle Assessment ... 17

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 23

3.1 Jenis Penelitian ... 23

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 23

3.3. Langkah-langkah Penelitian ... 23

3.3.1 Identifikasi Awal ... 23

3.3.2 Pengumpulan Data ... 24

(8)

iv

3.4 Diagram Alir Penelitian ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 29

4.1 Profil Perusahaan ... 29

4.1.1 Sejarah Perusahaan ... 29

4.1.2 Lokasi Perusahaan ... 29

4.1.3 Produk CV. Saam Jaya ... 30

4.1.4 Peralatan dan Fasilitas Pendukung ... 30

4.1.4.1 Mesin Utama ... 30

4.1.4.2 Mesin Pendukung ... 30

4.1.4.3 Fasilitas Pendukung ... 31

4.2 Proses Produksi ... 31

4.3 Life Cycle Assessment ... 32

4.3.1 Goal and Scope ... 32

4.3.2 Life Cycle Inventory ... 33

4.3.3 Life Cycle Impact Assessment ... 40

4.3.4 Network ... 41

4.3.5 Perhitungan Impact Assessment ... 42

4.3.5.1 Perbandingan Hasil Seluruh Proses ... 59

4.4 Analisis dan Pembahasan ... 63

4.5 Rekomendasi Perbaikan ... 65

BAB V PENUTUP ... 69

5.1 Kesimpulan ... 69

5.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA ... 71

LAMPIRAN ... 73

(9)

v

DAFTAR TABEL

No. Judul ... .. Halaman

Tabel 1.1 Data Konsumsi Mesin... 3

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 8

Tabel 2.2 Dokumen ISO pada Life Cycle Assessment ... 13

Tabel 4.1 Data Jarak Transportasi di CV. Saam Jaya ... 34

Tabel 4.2 Input dan Waste Proses Pemanasan ... 35

Tabel 4.3 Input Proses Pendinginan ... 37

Tabel 4.4 Input Proses Pemotongan ... 38

Tabel 4.5 Input Proses Packaging ... 39

Tabel 4.6 Data Jarak Distribusi Produk Jadi... 39

Tabel 4.7 Penjelasan Kategori Dampak ... 41

(10)

vi

Halaman ini sengaja dikosongkan

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

No. Judul ... Halaman

Gambar 2.1 Life Cycle Stage ... 16

Gambar 2.2 Ruang Lingkup LCA... 17

Gambar 2.3 Kerangka metodologis umum untuk LCA (ISO 14040) ... 17

Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian ... 27

Gambar 4.1 Tampilan awal Software SIMAPRO 8 ... 33

Gambar 4.2 Input Proses Transportasi Bahan Baku ... 35

Gambar 4.3 Input Proses Pemanasan ... 36

Gambar 4.4 Input Proses Pendinginan ... 37

Gambar 4.5 Input Proses Pemotongan ... 38

Gambar 4.6 Input Proses Packaging... 39

Gambar 4.7 Input Proses Distribusi Produk Jadi ... 40

Gambar 4.8 Proses Pembuatan Network untuk Proses Pemanasan ... 42

Gambar 4.9 Network Proses Pemanasan... 42

Gambar 4.10 Diagram characterization transportasi bahan baku ... 43

Gambar 4.11 Hasil characterization transportasi bahan baku ... 43

Gambar 4.12 Diagram normalization transportasi bahan baku ... 44

Gambar 4.13 Hasil normalization transportasi bahan baku ... 44

Gambar 4.14 Diagram weighting transportasi bahan baku ... 45

Gambar 4.15 Hasil weihghting transportasi bahan baku ... 45

Gambar 4.16 Diagram single score transportasi bahan baku ... 46

Gambar 4.17 Diagram characterization proses pemanasan ... 46

Gambar 4.18 Hasil characterization proses pemanasan ... 47

Gambar 4.19 Diagram normalization proses pemanasan ... 47

Gambar 4.20 Hasil normalization proses pemanasan ... 47

Gambar 4.21 Diagram weighting proses pemanasan ... 48

Gambar 4.22 Hasil weihghting proses pemanasan ... 48

Gambar 4.23 Diagram single score proses pemanasan ... 48

Gambar 4.24 Diagram characterization proses pendinginan ... 49

Gambar 4.25 Hasil characterization proses pendinginan ... 49

Gambar 4.26 Diagram normalization proses pendinginan ... 50

Gambar 4.27 Hasil normalization proses pendinginan ... 50

(12)

viii

Gambar 4.30 Diagram single score proses pendinginan ... 51

Gambar 4.31 Diagram characterization proses pemotongan ... 52

Gambar 4.32 Hasil characterization proses pemotongan ... 52

Gambar 4.33 Diagram normalization proses pemotongan ... 52

Gambar 4.34 Hasil normalization proses pemotongan ... 53

Gambar 4.35 Diagram weighting proses pemotongan ... 53

Gambar 4.36 Hasil weihghting proses pemotongan ... 53

Gambar 4.37 Diagram single score proses pemotongan ... 54

Gambar 4.38 Diagram characterization proses packaging ... 54

Gambar 4.39 Hasil characterization proses packaging ... 55

Gambar 4.40 Diagram normalization proses packaging ... 55

Gambar 4.41 Hasil normalization proses packaging ... 55

Gambar 4.42 Diagram weighting proses packaging ... 56

Gambar 4.43 Hasil weihghting proses packaging ... 56

Gambar 4.44 Diagram single score proses packaging ... 56

Gambar 4.45 Diagram characterization proses distribusi produk jadi ... 57

Gambar 4.46 Hasil characterization proses distribusi produk jadi ... 57

Gambar 4.47 Diagram normalization proses distribusi produk jadi ... 57

Gambar 4.48 Hasil normalization proses distribusi produk jadi ... 58

Gambar 4.49 Diagram weighting proses distribusi produk jadi ... 58

Gambar 4.50 Hasil weihghting proses distribusi produk jadi ... 58

Gambar 4.51 Diagram single score proses distribusi produk jadi ... 59

Gambar 4.52 Diagram characterization perbandingan seluruh proses ... 60

Gambar 4.53 Hasil characterization perbandingan seluruh proses ... 60

Gambar 4.54 Diagram normalization perbandingan seluruh proses ... 60

Gambar 4.55 Hasil normalization perbandingan seluruh proses ... 61

Gambar 4.56 Diagram weighting perbandingan seluruh proses ... 61

Gambar 4.57 Hasil weihghting perbandingan seluruh proses ... 61

Gambar 4.58 Diagram single score perbandingan seluruh proses ... 62

Gambar 4.59 Hasil single score perbandingan seluruh proses ... 62

Gambar 4.60 Diagram weighting perbandingan penggunaan truk 16 ton dan kapal barang ... 74

(13)

ix

Gambar 4.62 Diagram single score perbandingan penggunaan truk 16 ton dan kapal barang ... 80

(14)

x

Halaman ini sengaja dikosongkan

(15)

xi

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul ... Halaman Lampiran 1 Network ... 73 Lampiran 2 Nilai Normalization dan Weighting EDIP ... 76

(16)

xii

Halaman ini sengaja dikosongkan

(17)

xiii

RINGKASAN

Muhammad Ilhamdika, Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Brawijaya, Juli 2017, Analisis Dampak Lingkungan dari Proses Daur Ulang Plastik dengan Pendekatan Life Cycle Assessment (LCA), Dosen Pembimbing: Marudut Sirait, ST., MT. &

Ihwan Hamdala, ST., MT.

Plastik sudah menjadi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Produk yang dihasilkan oleh industri sebagian besar dikemas dengan bahan plastik. Penggunaan plastik yang semakin marak, membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai dampak lingkungan yang dapat timbul selama proses produksi biji plastik daur ulang jenis polyethylene sebanyak 2,5 ton di pabrik biji plastik CV Saam Jaya. Dengan melakukan penilaian dampak lingkungan akan memberikan evaluasi serta rekomendasi yang dapat dilakukan oleh pabrik biji plastik CV Saam Jaya untuk mengurangi potensi timbulnya dampak lingkungan yang disebabkan siklus hidup daur ulang biji plastik.

Pada penelitian ini menggunakan pendekatan life cycle assessment untuk menilai dampak lingkungan yang timbul sepanjang siklus hidup biji plastik dari proses transportasi bahan baku, proses pemanasan, proses pendinginan, proses pemotongan, proses packaging, dan proses distribusi produk jadi. Terdapat 4 tahap pada metode LCA menurut standar ISO 14040:2006 yaitu tahap goal and scope yaitu menentukan tujuan dan cakupan LCA, tahap life cycle inventory yaitu melakukan pengumpulan dan pengukuran data, tahap life cycle impact assessment melakukan perhitungan nilai dampak lingkungan menggunakan metode EDIP 2003 dan dibantu software SimaPro 8 untuk melakukan perhitungan, dan yang terakhir tahap interpretasi hasil.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa proses distribusi produk jadi dengan nilai dampak terbesar 13,4 Pt atau 56,8% dari total nilai dampak pada keseluruhan proses sebesar 23,19 Pt, proses dengan nilai dampak terbesar selanjutnya adalah proses pemanasan dengan nilai 7,25 Pt (30,7%), proses transportasi bahan baku sebesar 1,33 Pt (5,7%), proses pendinginan sebesar 0,96 Pt (4%), proses pemotongan sebesar 0,193 Pt (0,8%), proses packaging 0,0642 Pt (0,2%). Selanjutnya dampak terbesar yang timbul dari hasil pengukuran siklus hidup biji plastik adalah ozone depletion atau penipisan lapisan ozon yang menyebabkan sinar ultra violet lebih banyak menembus atmosfer bumi.

Dampak ozone depletion menyumbang nilai dampak sebesar 10,19 Pt atau 43,2% dari keseluruhan nilai dampak.Beberapa dampak lingkungan yang timbul diantaranya adalah acidification atau pengasaman yang terjadi pada lingkungan yang disebabkan oleh proses pemanasan; ozone formation (human) atau terbentuknya ozon pada proses distribusi produk jadi dan transportasi bahan baku. Rekomendasi perbaikan yang diberikan adalah dengan mengganti moda transportasi pada distribusi produk jadi dengan menggunakan kapal laut dan melakukan maintenance secara berkala pada mesin pellet.

Kata Kunci: Plastik, Polyethylene, Life Cycle Assessment, SimaPro 8, Dampak Lingkungan

(18)

xiv

Halaman ini sengaja dikosongkan

(19)

xv

SUMMARY

Muhammad Ilhamdika, Departement of Industrial Engineering, Faculty of Engineering, Brawijaya University, July 2017, Environmental Impact Analysis of the Plastic Recycling Process with Life Cycle Assessment Approach (LCA), Academic Supervisors: Marudut Sirait and Ihwan Hamdala.

Plastics have became the need of society in everyday life. The products are produced by industry are mostly packed with plastic material. The use of plastics is increasingly widespread, bringing a negative impact on the environment. The purpose of this research is to assess the environmental impact that can arise during the production process of 2.5 tons recycled plastic seeds with type polyethylene in CV Saam Jaya plastic plant. By measuring the environmental impact will provide evaluation and recommendations that can be done by CV Saam Jaya plastic plant to reduce the potential for environmental impact caused during the process of recycling of plastic seeds.

This study utilize life cycle assessment approach to assess the environmental impact in each process along life cycle of plastic seeds from raw material transportation process, heating process, cooling process, cutting process, packaging process, and distribution process of finished product. There are 4 phases in LCA methods based on ISO 14040:2006 which are goal and scope phase, life cycle inventory phase which is collecting and measuring data, calculating environmental impact value in life cycle impact assessment phase with EDIP 2003 calculation methods and was assissted by SimaPro 8 software, and result interpretation phase.

The result of the research indicate that the process of distribution final product with impact value of 13,4 Pt or 56,8% from total impact value on whole process 23,19 Pt. The next process with the biggest impact value is the heating process with the value of 7.25 Pt (30.7%), followed by stage with raw material transportation process 1.33 Pt (5.7%), cooling process 0.96 Pt (4%), cutting process 0.193 Pt (0.8%) and packaging process 0.0642 Pt (0.2%). The greatest impact that arises through the measurement of the life cycle of the plastic seed is the ozone depletion layer that causes more ultra violet rays penetrate the earth's atmosphere. The impact of ozone depletion contributes 10.19 Pt or 43.2% of the overall impact value. Some of the environmental impacts that arise include acidification that occurs in the environment caused by the heating process; Ozone formation (human) or the formation of ozone in the process of distribution final products and transportation of raw materials. The recommendation is to replace the modes of transportation on the distribution of finished products by using ships and perform regular maintenance on pellet machines.

Keywords: Plastics, Polyethylene, Life Cycle Assessment, SimaPro 8, Environmental Impact

(20)

xvi

(21)

BAB I PENDAHULUAN

Untuk melakukan penelitian dibutuhkan beberapa hal penting yang mendukung dasar dari pelaksanaan penelitian yang ada. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai latar belakang permasalahan yang diteliti, identifikasi masalah, rumusan masalah, batasan masalah, asumsi, tujuan penelitian, dan manfaat penelitian yang diperoleh.

1.1 Latar Belakang

Sejak adanya revolusi industri pada tahun 1750, kebutuhan akan material untuk proses manufaktur sangat dibutuhkan. Di sisi lain, ketersediaan material seperti logam, dan alumunium cukup mahal dan terbatas. Oleh karena itu dibutuhkan alternatif material yang murah dan mudah didapatkan.

Seiring berjalannya waktu, pelaku industri mulai mencari material baru yang dapat berfungsi sebagai bahan kemasan ataupun bahan baku alternatif dari produk-produk yang sebelumnya dibuat dengan menggunakan logam. Sehingga pada tahun 1862 ditemukan suatu material yang dinamakan plastik dan diperkenalkan oleh Alexander Parkes di sebuah eksibisi internasional di London, Inggris. Plastik temuan Parkes disebut parkesine ini dibuat dari bahan organik dari selulosa. Parkes mengatakan bahwa temuannya ini mempunyai karakteristik mirip karet, namun dengan harga yang lebih murah. Ia juga menemukan bahwa parkesine ini bisa dibuat transparan dan mampu dibuat dalam berbagai bentuk (Office, 1857:255).

Mulai saat itu berbagai penemuan tentang material plastik terus berkembang. Saat ini material plastik sudah menjadi kebutuhan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Produk yang dihasilkan oleh industri sebagian besar dikemas dengan bahan plastik. Penggunaaan plastik yang semakin marak , membawa dampak negatif bagi lingkungan hidup.

Pencemaran lingkungan hidup menurut Santos Kemp (1990:44), adalah kontaminasi habitat, pemanfaatan sumber daya alam yang tidak dapat terurai. Sumber daya alam yang sangat sulit terurai salah satunya adalah plastik. Diperkirakan ada 500 juta hingga 1 miliar kantong plastik yang digunakan penduduk dunia dalam kurun waktu 1 tahun. Ini berarti ada sekitar 1 juta kantong plastik per menit. Sedangkan untuk membuatnya diperlukan ± 12 juta barel minyak per tahun dan 14 juta pohon yang ditebang (Arinta, 2016:2).

1

(22)

Konsumsi berlebihan terhadap plastik mengakibatkan jumlah sampah plastik yang besar karena bukan berasal dari senyawa biologis. Plastik memiliki sifat sulit terdegradasi (non-biodegradable) diperkirakan membutuhkan waktu 100 – 500 tahun hingga dapat terurai dengan sempurna. Sampah kantong plastik dapat mencemari tanah, air, laut, bahkan udara (Arinta, 2016:2).

Akibat dampak limbah plastik terhadap mahluk hidup dan lingkungannya, juga meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menanggulangi limbah plastik. Beberapa pihak menyelesaikan permasalahan tersebut dengan membakarnya, tetapi proses pembakaran yang kurang sempurna tidak mengurai partikel-partikel plastik dengan sempurna sehingga akan menjadi polusi di udara. Selain itu, plastik yang dibakar tidak benar-benar hilang melainkan meleleh dan berubah bentuk. Plastik yang berubah bentuk tersebut tetap ada dan mengendap di dalam tanah. Pada akhirnya plastik tersebut akan mengurangi kualitas tanah yang telah dicemarinya. Penggunaan plastik tidak dapat dihilangkan secara total, namun dapat diminimalisasi penggunaannya dengan cara melakukan 3R yaitu memakai ulang plastik (reuse), mengurangi pemakaian plastik (reduce), dan mendaur ulang sampah plastik (recycle). Selain itu juga diperlukan regulasi dari kalangan yang berwenang (pemerintahan) untuk meredam laju penggunaan plastik. Dalam rangka mengurangi limbah plastik salah satu metode umum yang digunakan adalah dengan cara recycle, yaitu seperti yang dilakukan oleh CV SAAM JAYA.

CV SAAM JAYA adalah perusahaan yang bergerak dalam bidang pengolahan daur ulang limbah plastik. CV SAAM JAYA bertujuan untuk mengurangi dampak sampah plastik, tapi masih menimbulkan polusi. Oleh karena itu dilakukan penelitian mengenai hasil daur ulang sampah plastik untuk mengetahui apakah proses daur ulang plastik tersebut masih menimbulkan polusi. Proses daur ulang plastik yang dilakukan perusahaan antara lain mengumpulkan sampah plastik lalu melakukan proses cuci giling untuk membersihkan sampah plastik dengan jenis Polyethylene (PE) dan Ethylene-vinyl acetate (EVA), setelah dibersihkan kedua jenis sampah plastik Polyethylene (PE) dan Ethylene- vinyl acetate (EVA) dicacah atau dihancurkan menggunakan mesin penghancur plastik.

Proses selanjutnya adalah memasukkan serpihan plastik tadi ke dalam metering feeder dari mesin extruder. Di dalam mesin ini serpihan plastik dipanaskan dengan suhu tinggi hingga plastik tersebut meleleh. Setelah meleleh, dengan menggunakan screw didorong ke sebuah cetakan yang ujungnya berada di ujung mesin extruder. Setelah keluar dari cetakan, lelehan plastik langsung dijatuhkan ke air dengan tujuan agar plastik langsung membeku kemudian ditarik dan dihubungkan ke sebuah alat pemotong dengan menggunakan air

(23)

knife. Plastik yang membeku dan berbentuk panjang dipotong sehingga menjadi butiran- butiran biji plastik. Berikut disajikan data konsumsi mesin biji plastik tahun 2015 pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1

Data konsumsi mesin

Bulan (Tahun 2015) Jumlah input (Ton) Waste (Ton)

Januari 129,075 2,027

Februari 125,200 2,176

Maret 112,450 1,910

April 63,400 2,217

Mei 125,675 1,332

Juni 133,050 1,191

Juli 89,925 1,816

Agustus 118,125 1,646

September 123,350 1,039

Oktober 45,275 0,396

November 125,950 1,612

Desember 129,625 1,692

Sumber: Departemen produksi CV Saam Jaya

Selama ini CV SAAM JAYA mampu mendaur ulang plastik sebanyak 150 ton per bulan. Dalam proses daur ulang plastik yang dilakukan, tentu ada waste yang dihasilkan pada setiap prosesnya yang akan berdampak pada lingkungan. Seperti pada proses pemanasan plastik pada mesin extruder yang menghasilhkan scrap plastik yang masih bisa digunakan sebagai penyaring untuk mesin extruder. Namun tidak semua scrap plastik tersebut yang dapat digunakan karena jumlah scrap plastik yang banyak dan kebutuhan akan alat penyaring tidak banyak. Sisa scrap plastik tersebut dapat menyebabkan pencemaran terhadap tanah dan berpotensi menimbulkan pencemaran udara berupa CO dan asam asetat yang dapat menyebabkan gangguan jantung. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah masalah distribusi produk dari perusahaan ke konsumen. Proses distribusi perlu diperhatikan karena dalam proses distribusi ini terdapat pencemaran lingkungan yang berasal dari alat transportasi yang digunakan terutama kendaraan bermotor. Pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor sangat berpengaruh pada lingkungan dan kesehatan manusia terutama dari CO, HC, PM10, SOX, NOX yang berasal dari gas buang kendaraan bermotor (Hidayat, 2015)

Selama ini perusahaan belum memperhatikan seberapa besar dampak lingkungan yang timbul akibat proses daur ulang dan distribusi yang dilakukan. Sebagai perusahaan yang bergerak dibidang pengolahan daur ulang limbah plastik haruslah memiliki sertifikat ISO 14000 dari kementrian lingkungan hidup sesuai dengan peraturan dan undang-undang yang berlaku bagi pelaku industri di Indonesia. Sehingga diperlukan adanya perhitungan

(24)

menengenai besarnya dampak yang dihasilkan terhadap lingkungan agar dapat sesuai dengan ISO 14000 yang berlaku di Indonesia. Oleh karena itu, perlu adanya penilaian secara menyeluruh dari semua siklus hidup daur ulang plastik untuk menentukan proses mana yang menimbulkan dampak lingkungan paling besar. Untuk mengevaluasi dampak lingkungan secara menyeluruh digunakan suatu metode yang telah digunakan secara internasional yaitu Life Cycle Assessment (LCA) dengan menggunakan software Simapro 8.

Life Cycle Assesment (LCA) merupakan metode penilaian pengaruh penyediaan suatu bahan atau produk secara lengkap, mulai dari penyediaan bahan dasar, proses pengolahan, distribusi sampai dengan penjualan ke konsumen, terhadap lingkungan. Teknik ini dilakukan dengan menggunakan kompilasi dan analisis data input dan output pada sistem produksi, evaluasi, serta melakukan interpretasi dari hasil kompilasi dan analisis serta hasil penilaian efek-efek yang berhubungan dengan tujuan LCA ini. Ruang lingkup dari LCA yaitu cradle to grave, cradle to gate, gate to gate¸ dan cradle to cradle (Curran, 2006).

Dalam penelitian ini, ruang lingkup yang digunakan adalah cradle to cradle. Cradle to cradle merupakan bagian dari analisis daur hidup yang menunjukkan ruang lingkup dari raw material sampai pada daur ulang material. Cradle to cradle dipilih karena berdasarkan fakta yang ada, dampak lingkungan yang terdapat di sekitar perusahaan merupakan limbah yang dihasilkan dari kegiatan internal supply chain perusahaan terutama pada bagian produksi. Dengan memperhatikan dampak pada keseluruhan siklus hidup produk, LCA memberikan pandangan secara luas atas aspek lingkungan dari produk atau proses. Konsep dasar dari LCA ini didasarkan pada pemikiran bahwa suatu sistem industri tidak lepas kaitannya dengan lingkungan tempat industri itu berada. Dalam suatu sistem industri terdapat input dan output. Input dalam sistem adalah material-material yang diambil dari lingkungan dan outputnya akan dibuang ke lingkungan kembali. Input dan output dari sistem industri ini tentu saja akan memberi dampak terhadap lingkungan. Pengambilan material (input) yang berlebihan akan menyebabkan semakin berkurangnya persediaan material, sedangkan hasil keluaran dari sistem industri yang bisa berupa limbah (padat, cair, udara) akan banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan. Oleh karena itu LCA berusaha untuk melakukan evaluasi untuk mengurangi dampak terhadap lingkungan dan juga mengurangi limbah industri. Tujuan LCA adalah untuk membandingkan semua kemungkinan kerusakan lingkungan yang dapat diakibatkan dari suatu produk maupun proses, agar dapat dipilih produk maupun proses yang mempunyai dampak paling minimum. Perusahaan dapat mengetahui proses atau kegiatan yang memiliki dampak

(25)

terbesar terhadap lingkungan yaitu pada nilai environmental impact dimana terdapat tiga elemen yaitu characterization, normalization, weighting sehingga akan diperoleh bagian mana yang memberikan kontribusi terbesar terhadap lingkungan untuk selanjutnya diberikan alternatif-alternatif perbaikan.

1.2 Identifikasi Masalah

Dari latar belakang diatas, dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Terdapat limbah yang dihasilkan dari siklus hidup produk daur ulang biji plastik.

2. Adanya dampak lingkungan yang dihasilkan dari siklus hidup produk daur ulang biji plastik.

3. Belum adanya penanganan masalah limbah yang baik akibat siklus hidup produk daur ulang biji plastik.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan, maka permasalahan dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Apa saja limbah yang ditimbulkan selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik?

2. Apa saja dampak lingkungan yang ditimbulkan selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik?

3. Bagaimana hasil analisa mengenai dampak lingkungan yang dihasilkan dari siklus hidup produk daur ulang biji plastik dan apa saja alternatif perbaikan yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan?

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah:

1. Mengetahui limbah apa saja yang dihasilkan selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik.

2. Mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik.

3. Mengetahui proses mana yang memberikan dampak lingkungan paling besar selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik dan mendapatkan alternatif perbaikan untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan.

(26)

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. CV. SAAM JAYA dapat mengetahui limbah yang dihasilkan selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik.

2. CV. SAAM JAYA dapat mengetahui dampak lingkungan yang dihasilkan selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik.

3. CV. SAAM JAYA dapat mengetahui proses mana yang memberikan dampak lingkungan paling besar selama siklus hidup produk daur ulang biji plastik dan mendapatkan solusi terbaik untuk mengurangi dampak lingkungan yang ditimbulkan.

1.6 Batasan Masalah

Agar penelitian ini terfokus dan tidak keluar dari topik yang dibahas maka ditentukan beberapa batasan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Penelitian ini menggunakan ruang lingkup cradle to gate.

2. Data yang digunakan adalah data pada tahun 2015 selama 12 bulan.

3. Proses perbaikan hanya sampai tahap usulan saja, tidak sampai melakukan implementasi.

4. Life-Cycle Inventory dan Life-Cycle Impact Assessment disesuaikan dengan database pada software Simapro8.

5. Penelitian tidak mencakup analisa terhadap biaya dan ekonomi.

1.7 Asumsi-Asumsi

Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah : 1. Proses produksi berjalan secara normal.

2. Jarak antara lokasi pabrik dan distributor diambil dari jarak yang terdekat dengan menggunakan Google Map.

(27)
(28)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pada bab ini akan dijelaskan mengenai penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan pengukuran atau analisis dampak lingkungan dengan menggunakan Life- Cycle Assessment (LCA), serta dasar teori yang berhubungan dan dapat mendukung penelitian ini.

2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu merupakan salah satu jenis referensi yang dapat memberikan pemahaman tentang konsep yang sesuai dengan penelitian ini. Penelitian terdahulu yang menjadi bahan referensi dapat dilihat pada Tabel 2.1. Deskripsi penelitian terdahulu yang berkaitan dengan metode Life-Cycle Assessment (LCA) adalah sebagai berikut:

1. Hidayat, arif (2015) pada penelitian mengenai analisis dampak lingkungan pada produksi kantong plastik di PT. Flamboyan Jaya Indonesia. Penelitian ini bertujuan menganalisis dampak lingkungan dari proses produksi dan distribusi produk kantong plastik dan juga mencari alternatif pengurangan dampak lingkungan. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Life-Cycle Assessment (LCA) untuk mengetahui dampak lingkungan yang terjadi dan juga dibuat UKL dan UPL untuk menganalisis hal-hal yang tidak dapat dinilai oleh software.

2. Wulandari (2008) melakukan penelitian berjudul “Life Cycle Assessment (LCA) Kemasan Botol PET (Polyethylena Terephtalate) dan Botol Gelas”. Penelitian ini dilakukan di salah satu perusahaan manufaktur penghasil minuman teh. Hasil yang didapatkan pada perbandingan analisis inventori dan dampak lingkungan, kemasan botol PET lebih baik dibandingkan dengan kemasan botol gelas. Namun disisi lain, kemasan botol PET memiliki kelemahan yaitu hanya dapat digunakan satu kali pemakaian, sedangkan botol gelas dapat digunakan kembali minimal 20 kali pemakaian. Berdasarkan Life Cycle Assessment (LCA) dapat disimpulkan bahwa kemasan botol gelas lebih baik terhadap lingkungan dibandingkan kemasan botol PET.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya dapat dilihat pada Tabel 2.1 di bawah ini:

7

(29)

Tabel 2.1

Penelitian terdahulu 1

Peneliti Objek penelitian Metode Hasil

Hidayat, arif (2015) Dampak lingkungan pada proses produksi kantong plastik

LCA 1. Dampak terbesar ditimbulkan oleh proses distribusi produk 3,18 kPt dan dampak lingkungan terbesar dari proses produksi adalah human toxicity soil 1,78 kPt.

2. Rata-rata dampak terbesar yang ditimbulkan tiap proses terjadi pada kategori global warming, human toxicity water, dan hazardous waste

Wulandari (2008) Industri kemasan botol PET dan botol gelas

LCA Kemasan botol gelas lebih baik terhadap lingkungan daripada kemasan botol PET karena dapat digunakan sebanyak 20 kali.

Dodbiba (2008) Plastik limbah dari TV set di Jepang

LCA Daur ulang mekanik dari plastik adalah pilihan penanganan yang lebih menarik dalam hal lingkungan daripada pembakaran untuk energi recovery yang memiliki beban lingkungan yang lebih besar.

Selain itu strategi desain disimpulkan yaitu untuk mengurangi jumlah jenis plastik yang digunakan dalam proses manufaktur pembuatan TV set.

3. Dodbiba (2008) melakukan penelitian dengan judul “The recycling of plastic wastes from discarded TV sets: comparing energy recovery with mechanical recycling in the context of life cycle assessment”. Dalam penelitian ini dihadapkan pada dua pilihan penanganan, yaitu pemulihan energi dan daur ulang mekanik limbah plastik dari TV set yang dibuang, serta dibandingkan dalam konteks dari metodologi Life Cycle Assessment (LCA). Tujuan utamanya adalah untuk menunjukkan parameter sistem yang memiliki pengaruh kuat pada hasil dari LCA dalam rangka untuk menemukan cara-cara untuk menurunkan dampak lingkungan dan menyarankan strategi untuk desain TV. Temuan utama dari studi ini adalah bahwa daur ulang mekanik dari plastik adalah pilihan penanganan yang lebih menarik dalam hal lingkungan daripada insinerasi untuk pemulihan energi yang menghasilkan dampak lingkungan yang lebih

(30)

besar. Akhirnya, berdasarkan hasil analisis sensitivitas, strategi desain yang disarankan yaitu dengan mengurangi jumlah jenis plastik yang digunakan dalam proses pembuatan TV.

2.2 Plastik

Plastik merupakan bahan baru yang semakin berkembang. Dewasa ini, plastik banyak digunakan untuk berbagai macam bahan dasar. Penggunaan plastik dapat dipakai sebagai bahan pengemas, konstruksi, elektroteknik, automotif, mebel, pertanian, peralatan rumah tangga, bahan pesawat, kapal mainan dan lain sebagainya. Penggunaan plastik di berbagai bidang seperti di atas didasarkan pada alasan bahwa bahan plastik mempunyai keunggulan dibandingkan dengan bahan lain antara lain, seperti tidak mudah berkarat, kuat, tidak mudah pecah, ringan, dan elastis.

Ada beberapa proses yang terjadi pada industri plastik, yaitu bahan dasar biji plastik mengalami pemanasan, kemudian dikirim ke tempat pembentukan. Pembentukan bisa dilakukan dengan berbagai cara antara lain: pencetakan, pengepresan, dan pembentukan dengan pemanasan atau dengan vakum. Setelah mengalami pembentukan, selanjutnya dilakukan proses pendinginan. Proses ini bertujuan agar plastik yang sudah terbentuk tidak mengalami perubahan bentuk lagi.

2.2.1 Jenis Plastik

Secara umum plastik dikategorikan menjadi dua kelompok yaitu : 1. Thermo halus

Thermo halus adalah plastik yang mempunyai sifat apabila dipanaskan akan menjadi halus. Jenis plastik ini sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari karena sifat plastik ini mudah dibentuk sesuai keinginan konsumen.

2. Thermo kasar

Thermo kasar adalah plastik yang mempunyai sifat apabila dipanaskan akan menjadi keras dan tidak akan menjadi lunak. Jenis plastik ini sering digunakan pada industri- industri besar dan juga digunakan pada pesawat ruang angkasa.

Selain pengelompokkan plastik seperti di atas, plastik secara komersial dikenal dengan berbagai macam nama. Menurut Ahvenainen (2003) Penamaan ini dibuat berdasarkan bahan penyusunnya yaitu:

(31)

1. Polyethylene Terephthalate (PET atau PETE)

Bahan ini berwarna bening dan tembus pandang, biasanya digunakan sebagai kemasan minuman, minyak goreng, sambal, dan sebagainya. Plastik jenis ini direkomendasikan hanya untuk sekali pakai saja.

2. High Density Polyethylene (HDPE)

HDPE digunakan sebagai bahan pembuatan botol susu atau jus yang berwarna putih, galon air minum, plastik belanja, dan sebagainya. Bahan ini memiliki sifat bahan yang keras.

3. Polyethylene (PVC atau V)

PVC digunakan dalam pembuatan botol deterjen, botol sabun, botol shampo, pipa saluran, dan sebagainya.

4. Low Density Polyethylene (LDPE)

LDPE sering digunakan sebagai kantong belanja, plastik kemasan, pembungkus makan segar, dan botol-botol lembek. Bahan ini memiliki daya resistensi atau perlindungan yang baik terhadap reaksi kimia.

5. Polypropylene (PP)

Polypropylene digunakan dalam pembuatan botol minuman, kotak makanan, dan wadah penyimpanan makanan lainnya yang dapat dipakai berulang-ulang.

6. Polystyrene (PS)

Jenis plastik ini digunakan sebagai bahan pembuatan styrofoam, wadah makanan beku dan siap saji, piring, garpu, dan sendok plastik.

7. Other (O)

Terdapat 4 jenis plastik yang tergolong jenis Other, antara lain: Styrene Acrylonitrile (SAN), Acrylonitrile Butadiene Styrene (ABS), Polycarbonate (PC), dan Nylon.

2.3. Recycle Plastik

Recycle adalah istilah yang mencakup banyak bidang proses, tapi terlalu luas untuk digunakan dengan dirinya sendiri. Beberapa contoh metode dari proses ini adalah pemisahan, primer, tersier dan kuaterner. Banyak negara-negara berkembang yang menggunakan recycle dan reuse untuk mengurangi limbah dan menjadi lebih sustainable.

Polusi dari recycle muncul sebagai isu masa depan pembangunan dan dampak lingkungan.

Reuse adalah cara pasti untuk menjaga produk plastik dalam siklus dan menghindari pemborosan. Rumah sakit misalnya, yang beralih ke sterilizable polyvinyl chloride sementara mereka memiliki banyak sampah berbasis Polyethylene (PVC) yang biasanya

(32)

dibakar di tempat atau dibawa ke tempat pembuangan akhir (TPA) barang-barang berbahaya khusus.

Banyak penelitian yang masih dalam proses dan telah menciptakan beberapa bahan plastik yang bisa disterilkan tanpa harus membuang plastik. Inisiatif seperti ini, terutama dalam contoh ini dari lembaga-lembaga besar dapat sangat mengurangi dan menghindari pemborosan. Di beberapa bagian negara Amerika Serikat dan Kanada memiliki Blue Box yaitu layanan pengambilan sampah di rumah yang mirip dengan truk sampah yang ditemukan di banyak negara-negara maju. Di rumah orang-orang mengumpulkan plastik mereka yang termasuk dalam pedoman yang diatur untuk pemrosesan dan reuse di daerah masing-masing (Heinberg, 2005).

2.3.1 Langkah-langkah recycle plastik

Berikut adalah langkah-langkah recycle plastik secara umum menurut Randall (1986) yaitu:

1. Pengumpulan

Plastik dikumpulkan dari rumah-rumah untuk di daur ulang. Botol Polyethylene (PET) dan High Density Polyethylene (HDPE) adalah plastik yang paling umum dikumpulkan.

2. Pemilihan

Plastik yang sudah dikumpulkan kemudian dipilih berdasarkan jenis plastik. Pemilihan dapat dilakukan secara manual atau dengan sistem otomatis. Penggunaan sistem pemilihan otomatis berkembang pesat. Sistem ini meningatkan efisiensi dan kualitas, mengurangi biaya dari daur ulang plastik. Pemilihan plastik dan pemisahan harus mengikuti persyaratan yang diperlukan karena plastik yang tercampur dapat mempengaruhi kualitas serpihan dan biji plastik yang dihasilkan.

3. Pencucian

Pencucian bisa menggunakan air, namun ada juga yang menggunakan air dan deterjen maupun zat kimia lainnya untuk membersihkan plastik. Setelah dicuci, deterjen dan zat kimia lainnya harus dihilangkan juga dari plastik tersebut.

4. Pengeringan

Serpihan plastik harus kering, mesin pengering menggunakan udara panas untuk menghilangkan kelembaban dari serpihan plastik. Semua sterilisasi harus dihapus untuk memastikan kualitas dan kemurnian.

(33)

5. Reklamasi

Setelah serpihan plastik menjadi kering, serpihan plastik meleleh dan plastik dikonversi menjadi pelet. Sebagian besar produk seperti botol dan produk rumah tangga dapat dibuat dari serpihan plastik atau pellet.

6. Akhir penggunaan

Serpihan plastik dan pelet dapat digunakan untuk menghasilkan produk plastik baru seperti botol.

2.4 Life-Cycle Assessment (LCA)

ISO 14040 mendefinisikan LCA sebagai kumpulan dan evaluasi dari input dan output serta potensi dampak lingkungan dari siklus hidup sebuah sistem produk. Menurut Curran (1996) LCA adalah suatu metode pengukuran dampak suatu produk tertentu terhadap ekosistem yang dilakukan dengan mengidentifikasikan, mengukur, menganalisis, dan menakar besarnya konsumsi energi, bahan baku, emisi serta faktor-faktor lainnya yang berkaitan dengan produk tersebut sepanjang siklus hidupnya. LCA merupakan suatu tujuan dari proses yang digunakan untuk mengevaluasi beban lingkungan yang berhubungan dengan produk, dan proses atau aktivitas produksinya. LCA dilengkapi dengan identifikasi serta kuantifikasi energi dan penggunaan bahan dan juga pelepasan ke lingkungan.

Penggunaan LCA juga dapat diterapkan pada strategi bisnis perusahaan agar menghasilkan produk-produk yang ramah lingkungan (green product) dan melalui proses- proses yang bersih (clean production). LCA tidak harus mencakup keseluruhan daur hidup produk, mulai dari bahan mentah, proses, distribusi sampai pada pembuangan produk.

LCA dapat juga dilakukan di bagian-bagian tertentu dalam daur hidup yang dianggap memiliki dampak paling besar terhadap lingkungan.

LCA dapat diterapkan dalam pengembangan strategis dan pemasaran produk.

Metodologi LCA telah dikembangkan secara ekstensif selama dekade terakhir ini. Selain itu, sejumlah standar yang terkait LCA (ISO 14040-14043) dan laporan teknis telah diterbitkan dalam ISO untuk merampingkan metodologi tersebut (Curran, 1996).

LCA dapat digunakan untuk membantu strategi bisnis dalam pembuatan keputusan, untuk peningkatan kualitas produk dan proses, untuk menetapkan kriteria eco-labelling, dan untuk mempelajari aspek lingkungan dari suatu produk. Elemen utama dari LCA antara lain:

(34)

1. Mengidentifikasi dan mengkuantifikasikan semua bahan yang terlibat, misalnya energi dan bahan baku yang dikonsumsi, emisi dan limbah yang dihasilkan.

2. Mengevaluasi dampak yang potensial dari bahan-bahan tersebut terhadap lingkungan.

3. Mengkaji beberapa pilihan yang ada untuk menurunkan dampak tersebut.

Konsep dasar dari LCA didasarkan pada pemikiran bahwa suatu sistem industri tidak lepas kaitannya dengan lingkungan tempat industri itu berada. Dalam suatu sistem industri terdapat input dan output. Input dalam sistem adalah material-material yang diambil dari lingkungan dan outputnya akan dibuang ke lingkungan kembali. Input dan output dari sistem industri ini tentu saja akan memberikan dampak terhadap lingkungan. Pengambilan material (input) yang berlebihan akan menyebabkan semakin berkurangnya persediaan material, sedangkan hasil keluaran dari sistem industri yang bisa berupa limbah (padat, cair, gas) akan banyak memberi dampak negatif terhadap lingkungan.

Tujuan LCA adalah untuk membandingkan semua kemungkinan kerusakan lingkungan yang dapat diakibatkan dari suatu produk maupun proses, agar dapat dipilih produk maupun proses yang mempunyai dampak paling minimum.

Salah satu manfaat yang diperoleh dalam penerapan metode Life Cycle Assessment adalah membantu perusahaan untuk mengerti dampak lingkugan dari keseluruhan operasinya, barang dan jasa yang kemudian digunakan untuk mengidentifikasi peluang perbaikan proses di perusahaannya (Lewis and Demmers, 1996)

Badan internasional yang menaungi LCA adalah ISO. ISO (International Organization for Standardization) adalah organisasi swasta di seluruh dunia, termasuk badan-badan nasional dari kedua negara industri dan berkembang, yang bertujuan untuk membakukan berbagai macam produk dan kegiatan. Salah satu kegiatan utamanya adalah pengembangan dari seri 9000 standar, yang ditujukan untuk integrasi aspek kualitas dalam praktek bisnis.

ISO 14000 adalah serangkaian standar ISO termasuk standar 14001 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Sistem, serta serangkaian standar yang berkaitan dengan LCA (seri 14040). Kegiatan ISO ini dimulai pada tahun 1994 dan bertujuan untuk menghasilkan seri pertama standar LCA. Perkembangan LCA dalam ISO bisa dilihat pada Tabel 2.2.Sumber:

EPA (1993) Tabel 2.2

Dokumen ISO pada LCA

Number Type Title Year

14040 International standard Principle and framework 1996, 2006 14041 International standard Goal and scope definition and

inventory analysis

19981

(35)

Number Type Title Year 14042 International standard Life cycle impact assessment 20001 14043 International standard Life cycle interpretations 20001 14044 International standard Requirements and guidelines 20061 14047 Technical report Examples of application of ISO

14042

2003

14048 Technical report Data documentation format 2001

14049 Technical report Examples of application of ISO 14041

2000

1Updated in 2006 and merged into 14044

2Replaces 14041, 14042, and 14043 Sumber: Curran (2012:16)

Badan internasional ketiga dibidang LCA adalah UNEP (United Nations Environmental Programme), yang direpresentasi oleh Departemen Teknologi, Industri dan Ekonomi di Paris. Fokus UNEP terutama pada penerapan LCA, khususnya di negara- negara berkembang. Kontribusi penting dari UNEP adalah publikasi pada tahun 1996 dari user-friendly panduan untuk LCA, yang berjudul “Life Cycle Assessment: What it is, and what to do about it.” Publikasi kedua yaitu “Towards Global Use of Life Cycle Assessment”, yang diterbitkan pada tahun 1999. Selain itu, serangkaian karya internasional yang berhubungan dengan berbagai aspek LCA sedang diselenggarakan oleh Environmental Protection Agency AS (US-EPA) dan CML di Belanda, di bawah naungan UNEP. SETAC dan UNEP kini bekerja beroperasi di tugas baru yang besar, mengenai identifikasi praktik terbaik yang tersedia di bidang penilaian siklus hidup, atas prakarsa kelompok kerja SETAC Eropa. Tugas ini melibatkan identifikasi praktik terbaik yang tersedia dalam membangun database untuk tahap persediaan siklus hidup, dan daftar kategori dampak lingkungan dan faktor yang menyertainya untuk mengatasi kategori dampak tersebut.

1.4.1 Stage Amatan Life-Cycle Assessment

Tahapan siklus hidup yang umum menurut EPA (1993) dapat dilihat pada gambar 2.4 yang terdiri dari raw material acquisition, manufacturing, use/reuse/maintenance, dan recycle/waste management. Penjelasan dari setiap stage sebagai berikut:

a. Material acquisition

Siklus hidup produk dimulai dengan pengambilan/penambangan bahan baku dan sumber energi dari bumi. Misalnya, pemanenan pohon atau tambang bahan terbarukan akan dianggap bahan baku akuisisi. Transportasi bahan-bahan tersebut dari sudut akuisisi ke titik pengolahan juga termasuk dalam tahap ini.

(36)

b. Manufacturing

Selama tahap manufaktur, bahan baku diubah menjadi produk atau kemasan. Produk atau kemasan tersebut kemudian dikirim ke konsumen. Tahap manufaktur terdiri dari tiga langkah: bahan baku, fabrikasi produk, dan distribusi.

1. Materials Manufacture - Langkah pembuatan material melibatkan kegiatan yang mengubah bahan mentah menjadi bentuk yang dapat digunakan untuk membuat produk jadi.

2. Product Fabrication - Langkah fabrikasi produk mengambil bahan diproduksi dan mengolahnya menjadi produk yang siap untuk diisi atau dikemas.

3. Filling/Packaging/Distribution - Langkah ini adalah langkah terakhir produk dan mempersiapkan mereka untuk pengiriman. Ini mencakup semua manufaktur dan transportasi kegiatan yang diperlukan untuk mengisi, paket, dan mendistribusikan produk jadi. Produk diangkut baik untuk gerai ritel atau langsung ke konsumen.

Tahap ini menyumbang dampak lingkungan yang disebabkan oleh moda transportasi, seperti truk dan pengiriman.

c. Use / Reuse / Maintenance

Tahap ini melibatkan konsumen yang sedang menggunakan, penggunaan kembali, dan pemeliharaan produk. Setelah produk didistribusikan ke konsumen, semua kegiatan yang berhubungan dengan masa manfaat produk yang termasuk dalam tahap ini. Ini termasuk kebutuhan energi dan limbah lingkungan dari kedua penyimpanan produk dan konsumsi.

Produk atau materi mungkin perlu direkondisi, diperbaiki atau dilayani sehingga akan mempertahankan kinerjanya. Ketika konsumen tidak lagi membutuhkan produk, produk akan didaur ulang atau dibuang.

d. Recycle / Waste Management

Tahap Recycle / Waste Management meliputi kebutuhan energi dan limbah lingkungan yang terkait dengan disposisi produk atau material.

(37)

Gambar 2.1 Life Cycle Stages

1.4.2 Ruang Lingkup Life-Cycle Assessment

Ruang lingkup pada LCA dapat dibagi menjadi empat macam ruang lingkup yaitu cradle to grave, cradle to gate, gate to gate, cradle to cradle (Putri, 2014:18).

1. Cradle to grave, ruang lingkup pada bagian ini dilakukan secara keseluruhan mulai dari pengambilan raw material dari bumi untuk pembuatan produk dan berakhir pada titik dimana seluruh material kembali ke bumi.

2. Cradle to gate, ruang lingkup pada sebagian siklus hidup produk mulai dari ekstrasi sumber daya (cradle) sampai gerbang perusahaan (gate) yaitu sebelum produk didistribusikan ke konsumen. Pada lingkup ini fase kegunaan (use) dan pembuangan (disposal) dari produk dihilangkan.

3. Gate to gate merupakan ruang lingkup yang terpendek yaitu hanya menilai pada proses yang memiliki nilai tambah dalam aliran proses.

4. Cradle to cradle merupakan bagian dari analisis daur hidup yang menunjukkan ruang lingkup dari raw material sampai pada daur ulang material.

(38)

Gambar 2.2 Ruang Lingkup LCA Sumber: Hermawan (2013:4)

1.4.3 Langkah-langkah Life-Cycle Assessment

Metodologi pembuatan LCA yang mengacu pada ISO 14040 terdiri dari 4 tahap seperti gambar 2.3 yaitu:

Gambar 2.3 Kerangka metodologis umum untuk LCA (ISO 14040) Sumber: Curran (2012:16)

1. Goal and Scope Life-Cycle Assessment

Definisi Goal and Scoping adalah tahap proses LCA yang mendefinisikan tujuan dan metode termasuk siklus hidup dampak lingkungan ke dalam proses pengambilan keputusan. Pada tahap ini, hal-hal berikut harus ditentukan: jenis informasi yang diperlukan untuk menambah nilai proses pengambilan keputusan, seberapa akurat hasilnya harus untuk menambah nilai, dan bagaimana hasilnya harus ditafsirkan dan ditampilkan untuk bermakna dan bermanfaat (Curran, 2006:7).

(39)

Proses LCA dapat digunakan untuk menentukan potensi dampak lingkungan dari setiap produk, proses, atau jasa. Definisi Tujuan dan scoping dari proyek LCA akan menentukan waktu dan sumber daya yang dibutuhkan. Tujuan dan ruang lingkup yang ditetapkan akan memandu seluruh proses untuk memastikan bahwa hasil yang paling berarti diperoleh. Setiap keputusan yang dibuat untuk seluruh definisi tujuan dan dampak fase scoping baik bagaimana penelitian akan dilakukan, atau relevansi hasil akhir. Bagian berikut mengidentifikasi keputusan yang harus dibuat pada awal studi LCA dan dampak dari keputusan ini pada proses LCA. Enam keputusan dasar berikut harus dilakukan pada awal proses LCA untuk membuat penggunaan efektif waktu dan sumber daya:

a. Tentukan tujuan proyek

b. Tentukan apa jenis informasi diperlukan untuk menginformasikan pengambil keputusan

c. Tentukan yang diperlukan secara spesifik

d. Tentukan bagaimana data harus terorganisir dan hasil ditampilkan e. Tentukan lingkup studi

f. Tentukan dasar aturan pertunjukan kerja 2. Life-Cycle Inventory (LCI)

Life-Cycle Inventory (LCI) adalah proses menghitung energi dan kebutuhan bahan baku, emisi atmosfer, emisi yang ditularkan melalui air, limbah padat, dan lainnya untuk seluruh siklus hidup produk, proses, atau kegiatan (Curran, 2006:19).

Pada tahap Life-Cycle Inventory di LCA, semua data yang relevan dikumpulkan dan terorganisir. Tanpa LCI, tidak ada dasar untuk mengevaluasi dampak lingkungan komparatif atau perbaikan potensial. Tingkat akurasi dan detail dari data yang dikumpulkan tercermin di seluruh sisa proses LCA.

Analisis persediaan siklus hidup dapat digunakan dalam berbagai cara. Mereka dapat membantu organisasi dalam membandingkan produk atau proses dan mempertimbangkan faktor lingkungan dalam pemilihan material. Selain itu, analisis persediaan dapat digunakan dalam pembuatan kebijakan, dengan membantu pemerintah mengembangkan peraturan mengenai penggunaan sumber daya dan emisi lingkungan.

Hasil dari LCI yaitu sebuah analisis persediaan menghasilkan daftar yang berisi jumlah polutan dilepaskan ke lingkungan dan jumlah energi dan materi yang dikonsumsi.

Hasilnya dapat dipisahkan dengan tahap siklus hidup, media (udara, air, dan tanah), proses yang spesifik, atau kombinasi keduanya.

(40)

Dalam dokumen EPA (1995), menyediakan kerangka kerja untuk melakukan analisis persediaan dan menilai kualitas data yang digunakan dan hasil. Dokumen tersebut mendefinisikan empat langkah LCI berikut:

a. Mengembangkan diagram alir dari proses yang sedang dievaluasi.

b. Mengembangkan rencana pengumpulan data.

c. Kumpulkan data.

d. Mengevaluasi dan melaporkan hasil.

3. Life-Cycle Impact Assessment (LCIA)

Tahap Life-Cycle Impact Assessment (LCIA) dari LCA adalah evaluasi potensi kesehatan manusia dan dampak lingkungan dari input dan output selama LCI. Penilaian dampak harus membahas efek kesehatan lingkungan dan manusia dan juga harus mengatasi penipisan sumber daya alam. Sebuah penilaian dampak siklus hidup berusaha untuk membangun hubungan antara produk atau proses dan dampak lingkungan potensial.

Sebagai contoh, apa saja dampak dari 9.000 ton karbon dioksida atau 5.000 ton emisi metana dilepaskan ke atmosfer? Mana yang paling buruk? Apa dampak potensial terhadap asap? Pada pemanasan global? (Curran, 2006:46)

Kunci Konsep dalam komponen ini adalah stressors. Sebuah stressor adalah seperangkat kondisi yang dapat menyebabkan dampak. Sebagai contoh, jika suatu produk atau proses memancarkan gas rumah kaca, peningkatan gas rumah kaca di atmosfer dapat berkontribusi terhadap pemanasan global. Proses yang mengakibatkan pembuangan berlebihan ke air dapat menyebabkan eutrofikasi. Sebuah LCIA menyediakan prosedur yang sistematis untuk mengklasifikasikan dan karakterisasi jenis dampak lingkungan.

Meskipun banyak yang bisa dipelajari tentang proses dengan mempertimbangkan data persediaan siklus hidup, sebuah LCIA memberikan dasar yang lebih bermakna untuk membuat perbandingan. Sebagai contoh, meskipun kita tahu bahwa 9.000 ton karbon dioksida dan 5.000 ton metana dilepaskan ke atmosfer keduanya berbahaya, sebuah LCIA dapat menentukan yang dapat memiliki dampak yang lebih besar. Menggunakan faktor karakterisasi berbasis ilmu pengetahuan, sebuah LCIA dapat menghitung dampak setiap output seperti asap atau pemanasan global. Hasil dari LCIA menunjukkan perbedaan relatif dampak lingkungan yang potensial untuk setiap opsi. Sebagai contoh, LCIA bisa menentukan produk atau proses menyebabkan potensi pemanasan yang lebih global.

(41)

Langkah-langkah berikut terdiri dari LCIA:

a. Seleksi dan mendefinisikan kategori dampak, mengidentifikasi kategori dampak lingkungan yang relevan (misalnya, pemanasan global, pengasaman, toksisitas terestrial).

b. Klasifikasi, mengklasifikasi hasil LCI untuk kategori dampak (misalnya, mengelompokkan emisi karbon dioksida pemanasan global).

c. Karakterisasi, pemodelan LCI dampak dalam kategori dampak menggunakan faktor konversi berbasis ilmu pengetahuan (misalnya, pemodelan dampak potensial dari karbon dioksida dan metana pada pemanasan global).

d. Normalisasi, mengungkapkan dampak potensial dalam cara yang dapat dibandingkan (misalnya membandingkan dampak pemanasan global karbon dioksida dan metana untuk dua pilihan).

e. Pengelompokan, menyortir atau peringkat indikator (misalnya menyortir indikator berdasarkan lokasi: lokal, regional, dan global).

f. Pembobotan, menekankan potensi dampak yang paling potensial.

g. Mengevaluasi dan Pelaporan Hasil LCIA, mendapatkan pemahaman yang lebih baik tentang keandalan hasil LCIA.

ISO mengembangkan standar untuk melakukan penilaian dampak berjudul ISO 14042, Life-Cycle Impact Assessment (ISO 1998), yang menyatakan bahwa tiga langkah pertama – seleksi kategori dampak, klasifikasi, dan karakterisasi- adalah langkah-langkah wajib untuk LCIA. Kecuali untuk evaluasi data (Langkah 7), langkah-langkah yang lain adalah opsional tergantung pada tujuan dan ruang lingkup penelitian.

4. Life-Cycle Interpretation

Life-Cycle Interpretation adalah teknik yang sistematis untuk mengidentifikasi, mengukur, memeriksa, dan mengevaluasi informasi dari hasil LCI dan LCIA, dan berkomunikasi secara efektif. Interpretasi siklus hidup adalah fase terakhir dari proses LCA. (Curran, 2006:54) ISO telah menetapkan dua tujuan berikut interpretasi siklus hidup:

a. Menganalisis hasil, mencapai kesimpulan, menjelaskan keterbatasan, dan memberikan rekomendasi berdasarkan temuan dari fase sebelumnya dari LCA, dan melaporkan hasil interpretasi siklus hidup secara transparan.

b. Memberikan presentasi mudah dipahami, lengkap, dan konsisten dari hasil studi LCA, sesuai dengan tujuan dan ruang lingkup penelitian. (ISO 1998b)

Tujuan melaksanakan LCA adalah untuk lebih menginformasikan para pengambil keputusan dengan menyediakan jenis informasi tertentu (sering unconsidered), dengan

(42)

kehidupan perspektif siklus dampak lingkungan dan kesehatan manusia yang terkait dengan setiap produk atau proses. Namun, LCA tidak memperhitungkan kinerja akun teknis, biaya, atau penerimaan politik dan sosial. Oleh karena itu, dianjurkan bahwa LCA digunakan sehubungan dengan parameter lainnya.

Pada ISO 14044 (2006) diberikan langkah-langkah standar untuk melakukan interpretasi LCA. Berikut langkah-langkah untuk melakukan interpretasi siklus hidup dalam ISO 14044:

1. Identifikasi masalah signifikan berdasarkan LCI dan LCIA.

2. Evaluasi yang menganggap kelengkapan, sensitivitas, dan konsistensi cek.

3. Kesimpulan, rekomendasi, dan pelaporan.

(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan tahap awal yang menjelaskan langkah-langkah urutan pengerjaan suatu penelitian. Metodologi penelitian dibuat untuk mengarahkan urutan pengerjaan penelitian agar proses penelitian dapat berjalan dengan baik dan mencapai tujuan penelitian yang ditetapkan di awal. Pada bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang digunakan, tempat dan waktu penelitian, data yang digunakan selama penelitian, langkah-langkah penelitian, dan diagram alir penelitian

3.1 Jenis Penelitian

Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Metode deskriptif digunakan untuk menggambarkan secara lengkap mengenai permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Selain itu metode deskriptif juga digunakan untuk memberikan suatu saran perbaikan terhadap permasalahan yang terjadi.

3.2 Tempat Dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di CV. SAAM JAYA yang berada di Perumnas Kraton Harmoni Blok B1/27, Ds.Bendungan, Kab. Pasuruan Jatim pada bulan Oktober 2016 sampai dengan Agustus 2017.

3.3 Langkah-Langkah Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa langkah-langkah yang dilakukan. Langkah- langkah yang dilakukan yaitu identifikasi awal, pengumpulan dan pengolahan data, dan analisa dan pembahasan.

3.3.1 Identifikasi Awal

Pada tahap ini terdapat beberapa langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi masalah sampai dengan menentukan tujuan dalam penelitian yang dilakukan.

1. Studi Lapangan

Langkah awal yang perlu dilakukan adalah melakukan pengamatan langsung ke

23

(44)

tempat penelitian untuk mendapatkan gambaran dari kondisi sebenarnya dari objek yang akan diteliti. Hal ini akan bertujuan untuk memberikan gambaran yang jelas tentang objek penelitiannya. Dari haasil studi lapangan ini, peneliti dapat mengetahui permasalahan yang terjadi pada perusahaan tersebut.

2. Studi Literatur

Studi literatur digunakan untuk mempelajari teori dan ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan permasalahan yang akan diteliti. Sumber literatur berasal dari buku, jurnal, dan penelitian terdahulu yang berhubungan dengan Life-Cycle Assessment (LCA).

3. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah dilakukan dengan tujuan mencari permasalahan yang terjadi.

Setelah melakukan studi lapangan dan mendapat gambaran jelas permasalahan yang ada maka peneliti dapat melakukan identifikasi masalah dengan dibantu pembimbing lapangan untuk mendapatkan informasi tambahan.

4. Perumusan Masalah

Setelah melakukan identifikasi masalah, tahap selanjutnya adalah merumuskan masalah yang ada. Perumusan masalah merupakan rincian dari permasalahan yang dikaji dan nantinya akan menunjukkan tujuan dari penelitian ini

5. Penentuan Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ditentukan berdasarkan perumusan masalah yang telah dijabarkan sebelumnya. Hal ini ditujukan untuk menentukan batasan-batasan yang perlu dalam pengolahan dan analisis hasil pengukuran selanjutnya.

3.3.2 Pengumpulan Data

Pada tahap pengumpulan data, dikumpulkan data-data yang diperlukan untuk dilakukan pengolahan data. Data yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain:

1. Profil Perusahaan dan Struktur Organisasi CV. SAAM JAYA Pasuruan.

2. Data mesin-mesin dan energi yang digunakan dalam proses produksi CV. SAAM JAYA Pasuruan.

3. Data bahan baku utama dan tambahan yang digunakan selama proses produksi di CV.

SAAM JAYA Pasuruan.

4. Data alat-alat transportasi yang digunakan sebagai alat pendistribusian dari supplier maupun ke konsumen CV. SAAM JAYA Pasuruan.

5. Data input dan output tiap proses CV. SAAM JAYA Pasuruan.

(45)

6. Data limbah tiap proses CV. SAAM JAYA Pasuruan.

Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dari beberapa sumber seperti data historis perusahaan, penjelasan dari pihak terkait dan beberapa referensi penelitian terdahulu. Pengumpulan data ini menggunakan beberapa metode, antara lain:

a. Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung suatu kegiatan yang sedang dilakukan terhadap obyek penelitian. Observasi yang telah dilakukan yaitu mengamati tahapan-tahapan proses pembuatan produk biji plastik di CV. SAAM JAYA.

b. Wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data dengan cara berkomunikasi langsung dengan pihak-pihak yang berhubungan langsung dengan obyek yang diteliti.

Pihak yang diwawancarai antara lain kepala bagian produksi, operator, dan beberapa staf karyawan di CV. SAAM JAYA. Pertanyaan yang diajukan terkait mengenai proses-proses dari produksi biji plastik dan siklus hidup dari produk.

c. Dokumentasi Perusahaan

Dokumentasi perusahaan merupakan metode pengumpulan data yang berasal dari arsip, dokumen, atau catatan yang dimiliki perusahaan. Dokumen ini digunakan sebagai pelengkap atau penunjang dalam penelitian.

3.3.3 Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini merupakan pelaksanaan Life-Cycle Assessment (LCA) produk biji plastik yaitu:

1. Pelaksanaan Life Cycle Assessment:

a. Penentuan goal dan scope.

b. Pembuatan Life Cycle Inventory (LCI).

c. Pembuatan Life Cycle Impact Assessment (LCIA).

2. Identifikasi dampak kegiatan yang akan terjadi.

3.3.4 Tahap Analisa dan Pembahasan

Penjelasan secara sistematis mengenai tahapan analisis dan kesimpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Pembahasan

Pada tahap ini akan dibahas hasil dari LCI dan LCIA pada pengolahan data. Hasil LCI

Gambar

Gambar 4.62  Diagram single score perbandingan penggunaan truk 16 ton dan kapal  barang .......................................................................................................
Gambar 2.3 Kerangka metodologis umum untuk LCA (ISO 14040)  Sumber: Curran (2012:16)
3.4  Diagram Alir Penelitian
Gambar 3.1 Diagram Alir Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Life Cycle Analysis (LCA) atau sering juga disebut Life Cycle Assessment merupakan sebuah metode berbasis cradle to grave (analisis keseluruhan siklus dari proses

Tahapan analisis life cycle assessment (LCA) meliputi, (1) penentuan goal and scope, tahapan ini merupakan pendefinisian dari tujuan analisis life cycle dan

Dampak lingkungan ini dapat diamati dengan Life Cycle Assessment (LCA) pada pengolahan produk perikanan di kawasan Muncar dengan mengidentifikasi input (resource)

Melihat dampak yang dihasilkan dari kegiatan Proses pemanfaatan tandan kosong kelapa sawit menjadi mulsa perlu dilakukan analisa kajian dampak dengan metode

Life Cycle Assessment (LCA) merupakan metode yang dapat digunakan untuk menganalisis dampak lingkungan yang ditimbulkan dari proses pengadaan bahan baku, proses produksi, hingga

Dampak lingkungan terbesar dihasilkan dari ketiga ruang lingkup Life Cycle Assessment (LCA) yaitu pada bagian proses produksi yaitu sebesar 60.2 Pt dengan penyusun impact

Berdasarkan hasil Life Cycle Assessment (LCA) pada software Simapro 8, aktivitas supply chain produk susu nandhi murni mulai dari ekstraksi bahan baku susu segar di

Definisi Life Cycle Assessment (LCA) secara umum diartikan suatu metode untuk mengukur dampak lingkungan yang diakibatkan produk atau aktifitas sepanjang daur hidup mulai