FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR
SKRIPSI
Oleh:
KAYLIN WIJDANI ALBAR 170100204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran
Oleh:
KAYLIN WIJDANI ALBAR 170100204
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DAN PROFESI DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
2021
“Perbandingan Tingkat Pengetahuan Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara Angkatan 2017-2019 Tentang Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular” sebagai syarat untuk memperoleh kelulusan sarjana kedokteran Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis memperoleh banyak sekali bantuan dari berbagai pihak dalam proses penyelesaian penelitian ini. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Prof. Dr. dr. Aldy Safruddin Rambe, Sp.S(K) yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.
2. dr. Doddy Prabisma Pohan, M.Ked(Surg), Sp.BTKV sebagai dosen pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktu untuk memberikan masukkan, ide, arahan dan membimbing penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
3. dr. M. Aron Pase, M.Ked(PD), Sp.PD selaku ketua penguji yang telah memberikan saran dan masukkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini.
4. dr. Andika Pradana, M.Ked(Paru), Sp.P selaku anggota penguji yang telah memberikan banyak masukan dan nasehat kepada penulis dalam menyelesaikan penelitian ini.
5. dr. Bobby Ramses Erguna Sitepu, M.Ked(Oph)., Sp.M yang telah bersedia menjadi dosen pembimbing akademik dan memberikan arahan serta bimbingan dalam penyelesaian akademik selama perkuliahan di FK USU.
6. Ayahanda Alwin Albar, ibunda Wydia Kemala Sari, Harits Muhammad Albar, dan Nabila Gardena Putri tercinta yang telah memberikan doa,
perhatian, dukungan, kasih sayang, dan motivasi sehingga penulis mampu untuk mencapai tahap ini.
7. Teman-teman penulis, yaitu: Ajeng Putri Maurin, Handika Aprillianda, Franklin Steven Boy, Nilfa Selviani, Nurfayza Magistrani, Nuril Hasanah, yang telah memberikan motivasi dan dukungan kepada penulis.
8. Teman-teman responden Fakultas Kedokteran USU Angkatan 2017, 2018 dan 2019 yang telah membantu penulis dalam menjalankan penelitian ini.
9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan yang telah mendoakan, mendukung, dan membantu penulis hingga tahap ini.
Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran sebagai masukkan kepada penulis untuk menyempurnakan penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 10 Desember 2020 Penulis,
Kaylin Wijdani Albar
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... iv
DAFTAR GAMBAR ... vii
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR SINGKATAN ... ix
ABSTRAK ... x
ABSTRACT ... xi
BAB I ... 1
1.1 LATAR BELAKANG ... 1
1.2 RUMUSAN MASALAH ... 2
1.3 TUJUAN PENELITIAN ... 3
1.3.1 Tujuan Umum ... 3
1.3.2 Tujuan Khusus... 3
1.4 MANFAAT PENELITIAN ... 3
BAB II ... 4
2.1 PENYAKIT KARDIOVASKULAR ... 4
2.1.1 Definisi ... 4
2.1.2 Etiologi ... 4
2.1.3 Epidemiologi ... 5
2.1.4 Patofisiologi ... 5
2.1.5 Manifestasi Klinis ... 6
2.1.6 Pencegahan ... 7
2.2 JENIS-JENIS PENYAKIT KARDIOVASKULAR ... 9
2.3 FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR ... 11
2.4 PENGETAHUAN ... 19
2.4.1 Definisi Pengetahuan... 19
2.4.2 Tingkat Pengetahuan ... 19 iv
2.4.4 Cara Memperoleh Pengetahuan ... 22
2.4.5 Kriteria Pengetahuan ... 24
2.5 KERANGKA TEORI ... 25
2.6 KERANGKA KONSEP ... 26
2.7 HIPOTESIS ... 26
BAB III ... 27
3.1 JENIS PENELITIAN ... 27
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ... 27
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN ... 27
3.3.1 Populasi Penelitian ... 27
3.3.2 Sampel Penelitian ... 27
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA ... 28
3.5 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA ... 29
3.5.1 Pengolahan Data ... 29
3.5.2 Analisis Data ... 29
3.6 DEFINISI OPERASIONAL ... 30
BAB IV ... 35
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 35
4.2 Hasil Penelitian ... 35
4.3 Validasi Kuesioner ... 44
BAB V ... 46
5.1 Kesimpulan ... 46
5.2 Saran 46 DAFTAR PUSTAKA ... 48
LAMPIRAN A. Daftar Riwayat Hidup ... 52
LAMPIRAN B. Halaman Pernyataan Orisinalitas ... 54
LAMPIRAN C. Lembar Penjelasan ... 55
LAMPIRAN D. Persetujuan Setelah Penjelasan (PSP) ... 56
LAMPIRAN E. Ethical Clearance ... 57
LAMPIRAN F. Surat Izin Penelitian ... 58
LAMPIRAN G. Kuesioner ... 59
LAMPIRAN J. UJI VALIDITAS RESPONDEN... 79
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Teori ... 25 Gambar 2.2 Gambar Kerangka Konsep ... 26
Tabel 2.2 Klasifikasi HDL dalam darah ... 12
Tabel 2.3 Klasifikasi kadar trigliserida dalam darah ... 12
Tabel 2.4 Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003 ... 13
Tabel 2.5 Klasifikasi IMT orang dewasa menurut WHO... 16
Tabel 2.6 Kriteria diagnosis DM ... 18
Tabel 3.1 Definisi operasional ... 30
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin berdasarkan masing- masing angkatan ... 35
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin ... 36
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik dengan tingkat pengetahuan baik, sedang dan kurang berdasarkan tahun angkatan ... 36
Tabel 4.4 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin .. 37
Tabel 4.5 Distribusi jawaban responden berdasarkan masing-masing angkatan .. 38
Tabel 4.6 Perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017-2019 tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular ... 44
Tabel 4.7 Hasil uji validitas dan reliabilitas ... 45
BB : Berat Badan
CDC : Centers for Disease Control
CVS : Cardiovascular System
DM : Diabetes Mellitus
HbA1C : Hemoglobin A1c
HDL : High Density Lipoprotein
IMT : Indeks Massa Tubuh
JNC : Joint National Committee
KEMENKES : Kementerian Kesehatan
LDL : Low Density Lipoprotein
PTM : Penyakit Tidak Menular
RISKESDAS : Riset Kesehatan Dasar
TB : Tinggi Badan
TTGO : Tes Toleransi Glukosa Oral
WHO : World Health Organization
2018, prevalensi penyakit jantung yang pernah didiagnosis oleh dokter di Indonesia sebesar 1,5%.
Faktor risiko penyakit kardiovaskular dibagi menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dimodifikasi yaitu kolesterol, hipertensi, merokok, perilaku makan, dan obesitas. Sedangkan faktor risiko yang tidak dimodifikasi yaitu, usia, jenis kelamin, riwayat keluarga dan diabetes. Dikarenakan tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular, diharapkan mahasiswa/i memiliki pengetahuan terhadap faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Metode. Penelitian ini merupakan penelitian analitik dengan desain cross sectional. Populasi penelitian adalah Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017- 2019. Data diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner.
Hasil. Tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara diperoleh 20,3% dengan pengetahuan baik, 50,3% dengan pengetahuan cukup, dan 29,3% dengan pengetahuan kurang.
Kesimpulan. Terdapat perbedaan yang signifikan antara tingkat pengetahuan mahasiswa/i angkatan 2017, 2018 dan 2019 tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Kata Kunci: Penyakit Kardiovaskular, Tingkat Pengetahuan, Mahasiswa
died from cardiovascular disease. Based on the results of the 2018 Basic Health Research, the prevalence of heart disease diagnosed by doctors in Indonesia is 1.5%. Risk factors for cardiovascular disease are divided into factors that can be modified and factors that cannot be modified. Modifiable factors: cholesterol, hypertension, smoking, eating behavior, and obesity.
While non modifiable factors: age, gender, family history and diabetes. Due to the high prevalence of cardiovascular disease, it is expected that students will have knowledge of risk factors for cardiovascular disease.
Objective. This study aims to compare the level of knowledge of students at the Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara about risk factors for cardiovascular disease.
Method. This research is an analytical study with a cross sectional design. The study population was students of the Faculty of Medicine Universitas Sumatera Utara, class 2017-2019. Data obtained using a questionnaire instrument.
Result. The level of knowledge of student of the Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara was obtained by 20,3% with good knowledge, 50,3% with sufficient knowledge, and 29,3% with poor knowledge.
Conclusion. There is a significant difference between the level of knowledge of student class 2017, 2018 and 2019 regarding risk factors for cardiovascular disease.
Keyword: Cardiovascular Disease, Knowledge Level, College Student
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Secara global salah satu Penyakit Tidak Menular (PTM) penyebab kematian nomor satu setiap tahunnya adalah penyakit kardiovaskular. Penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang sering diakibatkan oleh aterosklerosis atau penumpukan plak di dalam dinding arteri. Penumpukan aterosklerotik dalam waktu jangka panjang akan menyebabkan penyimpitan pembuluh darah arteri dan meningkatkan terjadinya ruptur plak yang akan menyebabkan serangan jantung dan stroke (AHA, 2017).
Pada tahun 2016 diperkirakan 17,9 juta orang meninggal akibat penyakit kardiovaskular (WHO, 2017). Di Amerika Serikat, penyakit kardiovaskular menjadi penyebab utama kematian. Pada tahun 2019, peristiwa penyakit jantung diperkirakan terjadi pada sekitar 1.055.000 orang, termasuk 720.000 kasus baru dan 335.000 peristiwa penyakit jantung yang berulang (Benjamin, Muntner, and Alonso, 2019).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar 2018, prevalensi penyakit jantung yang pernah didiagnosis oleh dokter sebesar 1,5% (Riskesdas, 2018). Di Indonesia, penyakit kardiovaskular adalah penyebab utama morbiditas dan mortalitas, sepertiga dari semua kematian di Indonesia. Kematian dini akibat penyakit jantung koroner diperkirakan 3.299 dan penyakit serebrovaskular diperkirakan 2.555 dari 100.000 jiwa (Asri, 2019).
Tingginya prevalensi penyakit kardiovaskular disebabkan oleh banyak faktor.
Dimana faktor ini dapat dibedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang dapat dimodifikasi yaitu, aktivitas fisik, merokok, rendahnya asupan sayur dan buah-buahan, kadar lipid
yang abnormal, hipertensi, dan obesitas. Sedangkan faktor yang tidak dapat dimodifikasi yaitu, riwayat keluarga dan diabetes (WHF, 2017).
Prevalensi penyakit kardiovaskular di Indonesia terus meningkat seiring dengan perubahan gaya hidup yang ada pada masyarakat. Kemunculan kasus penyakit kardiovaskular sangat dipengaruhi oleh perilaku hidup diantaranya merokok, kurangnya konsumsi sayur dan buah-buahan, serta faktor biologis seperti obesitas.
Menurut data pada tahun 2013, prevalensi merokok pada penduduk di atas 15 tahun dari 34,7% (2007) menjadi 36,3% (2013). Prevalensi perilaku kurang konsumsi sayur dan buah masih sangat tinggi pada penduduk di atas 10 tahun yaitu 93,6%
(2007) dan 93,5% (2013). Sementara itu, terkait faktor risiko biologis seperti obesitas dari 14,4% (2007) menjadi 26,2% (2013) (Riskesdas, 2013).
Di usia produktif seperti mahasiswa banyak yang menghiraukan gaya hidup sehat, seperti kurangnya konsumsi serat dan sayuran, sering mengonsumsi makanan cepat saji, dan kurangnya aktivitas fisik dapat menyababkan faktor risiko penyakit kardiovaskular. Namun, faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat dikurangi melalui kepatuhan terhadap modifikasi pola makan dan gaya hidup seperti mengonsumsi makanan rendah lemak, berolahraga secara teratur, berhenti merokok dan mempertahankan berat badan normal (Amro et al., 2017).
Berdasarkan uraian di atas, diperlukan penelitian mengenai perbandingan tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017-2019 tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017-2019 tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular?
1.3 TUJUAN PENELITIAN 1.3.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017-2019 tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui distribusi mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara berdasarkan pengetahuan tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular.
2. Menganalisis perbedaan tingkat pengetahuan tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular berdasarkan tingkat pendidikan (angkatan) pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
1. Bagi penulis, memberikan informasi serta pengalaman dalam melakukan studi mengenai faktor risiko penyakit kardiovaskular pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi dunia kesehatan, memberikan informasi mengenai tingkat pengetahuan seseorang mengenai faktor risiko penyakit kardiovaskular.
3. Bagi peneliti lain, sebagai referensi lanjutan penelitian mengenai faktor risiko penyakit kardiovaskular.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 PENYAKIT KARDIOVASKULAR 2.1.1 Definisi
Penyakit kardiovaskular adalah penyakit jantung dan pembuluh darah yang pada umumnya mengacu pada kondisi yang melibatkan penyempitan atau pemblokiran pembuluh darah (AHA, 2017).
2.1.2 Etiologi
Penyebab penyakit kardiovaskular disebabkan oleh terbentuknya aterosklerosis. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti merokok, hiperkolestrolemia, hipertensi, diabetes melitus dan obesitas dapat mempengaruhi dan merangsang terbentuknya aterosklerosis (Kusmana and Hanafi, 1996).
Di sisi lain, terdapat faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti riwayat keluarga, usia, dan jenis kelamin. Riwayat keluarga dengan penyakit aterosklerosis didefinisikan sebagai kematian akibat penyakit kardiovaskular. Usia 55 tahun pada pria dan usia 65 tahun pada wanita dianggap sebagai faktor risiko independen (Goff, Lloyd, and Bennett, 2014). Terdapat penelitian lain yang mengatakan bahwa faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat dipengaruhi oleh jenis kelamin. Pada wanita, faktor risiko meningkat jika seseorang memiliki penyakit diabetes dan merokok lebih dari 20 batang per hari (Njolstad I et al., 1996).
Prevalensi penyakit kardiovaskular meningkat secara signifikan setiap dekade (Savji, Rockman, and Skolnick, 2013).
2.1.3 Epidemiologi
Penyakit kardiovaskular merupakan salah satu penyebab kematian di Amerika Serikat sejak tahun 1975 dengan jumlah kematian 633.842. Penyakit jantung menduduki penyebab utama kematian pada tahun 2015 dan diikuti oleh 595.930 kematian akibat dari kanker (Benjamin, Virani, and Callaway, 2018). Penyakit kardiovaskular merupakan penyebab nomor satu kematian secara global dengan perkiraan 17,7 juta kematian (WHO, 2017). Di Indonesia, prevalensi penyakit jantung yang pernah didiagnosis oleh dokter sebesar 1,5% (Riskesdas, 2018).
Risiko penyakit jantung tergolong tinggi dengan risiko 50% yang dihitung pada usia 45 tahun. Insiden meningkat secara signifikan seiring bertambahnya usia dengan beberapa variasi antar jenis kelamin karena insidensinya lebih tinggi pada pria usia muda (Fox, Pencina, and Wilson, 2008).
2.1.4 Patofisiologi
Jantung berfungsi untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Agar dapat menjalankan fungsinya dengan baik, asupan darah yang kaya oksigen harus terpenuhi. Darah yang mengandung oksigen biasanya mengalir melalui pembuluh darah arteri. Penyakit jantung koroner berawal dari penimbunan lemak pada pembuluh darah arteri yang mensuplai darah ke jantung. Akibat dari proses ini pembuluh darah arteri menyempit dan mengeras, sehingga jantung kekurangan pasokan darah yang kaya oksigen. Akibatnya fungsi jantung terganggu dan harus bekerja sangat keras. Penyakit ini sering juga disebut dengan istilah aterosklerosis (Suiraoka, 2012).
Aterosklerosis merupakan penyakit degenaratif progresif pada arteri yang menyebabkan oklusi (sumbatan bertahap) pada pembuluh darah sehingga mengurangi aliran darah yang dilaluinya. Pembentukan aterosklerosis ditandai dengan lipoprotein berdensitas rendah (low density lipoprotein, LDL) berikatan dengan suatu protein dibawah endotel. Seiring dengan menumpuknya LDL di dalam dinding pembuluh darah, kolesterol ini teroksidasi dan sel-sel endotel
menghasilkan bahan-bahan kimia yang menarik monosit ke tempat peradangan.
Setelah meninggalkan darah dan masuk ke dinding pembuluh, monosit menetap pemanen, membesar dan menjadi sel fagositik besar yang dinamai makrofag.
Makrofag memfagosit LDL yang teroksidasi hingga membentuk sel busa dan menumpuk di bawah dinding pembuluh darah dan membentuk fatty streak kemudian membentuk sebuah plak (Sherwood, 2012).
Pembesaran plak akan mempersempit lumen dan secara progresif mengurangi aliran darah koronaria, memicu serangan iskemia transien miokardium yang menjadi semakin sering seiring dengan semakin terbatasnya kemampuan aliran darah memenuhi kebutuhan oksigen jantung. Iskemia miokardium menyebabkan nyeri dan disebut juga dengan angina pektoris (Sherwood, 2012).
2.1.5 Manifestasi Klinis
Penyakit kardiovaskular dapat menimbulkan manifestasi klinis yang berbeda-beda a. Penyakit jantung koroner
Angina atau nyeri dada adalah gejala paling umum dari penyakit jantung koroner. Angina terjadi ketika terlalu banyak plak menumpuk di dalam arteri, sehingga menyebabkan arteri menyempit. Arteri yang menyempit dapat menyumbat aliran darah ke otot jantung sehingga menyebabkan nyeri dada.
Gejala lain dari penyakit jantung koroner yaitu pusing, kelemahan, mual, keringat dingin, rasa sakit atau tidak nyaman pada lengan atau bahu, dan sesak napas. Seiring berjalannya waktu, penyakit jantung koroner dapat melemahkan otot jantung. Hal ini menyebabkan gagal jantung yaitu kondisi dimana jantung tidak dapat memompa darah seperti seharusnya.
b. Penyakit Serebrovaskular
Pada penyakit serebrovaskular, terjadi defisit neurologis fokal seperti hemiparesis, afasia, disfagia, dan gangguan kesadaran.
c. Penyakit Arteri Perifer
Pada penyakit arteri perifer, terdapat gejala seperti rasa sakit atau berat pada otot-otot kaki ketika menaiki tangga serta kram pada kaki yang sakit. Gejala dapat mereda setelah istirahat. Terdapat tanda dan gejala lainnya seperti lemahnya denyut nadi di kaki, warna pucat atau kebiruan pada kulit, suhu yang lebih rendah di satu kaki dibandingkan dengan kaki lainnya, pertumbuhan kuku yang buruk pada jari kaki dan penurunan pertumbuhan rambut pada kaki.
d. Penyakit Jantung Rematik
Gejala pada penyakit jantung rematik biasanya berupa demam, batuk, rasa sakit waktu menelan, tidak jarang disertai muntah dan bahkan pada anak kecil dapat terjadi diare (Fitriany and Annisa, 2019).
e. Penyakit Jantung Bawaan
Gejala yang ditimbulkan dari penyakit jantung bawaan berupa gangguan pertumbuhan, sianosis, berkurangnya toleransi latihan, kekerapan infeksi saluran napas berulang, dan terdengarnya bising jantung (Djer and Madiyono, 2000).
f. Trombosis Vena Dalam dan Emboli Paru
Nyeri, bengkak, perubahan warna atau kemerahan pada bagian yang terkena, dan hangat dibagian kulit saat disentuh. Emboli paru merupakan komplikasi dari trombosis vena dalam dengan tanda dan gejala seperti sesak napas, detak jantung yang cepat, berkeringat, dan nyeri dada yang tajam terutama pada saat bernapas dalam.
2.1.6 Pencegahan
Penatalaksanaan penyakit kardiovaskular dilakukan dengan dua jenis intervensi yaitu: populasi luas dan individu (WHO, 2017).
a) Populasi luas
Contoh intervensi populasi luas yang dapat diterapkan untuk mengurangi penyakit kardiovaskular meliputi:
1. Kebijakan pengendalian tembakau
2. Mengurangi asupan makanan tinggi lemak, gula, dan garam 3. Membangun jalur jalan kaki dan bersepeda untuk meningkatkan
aktivitas fisik
4. Mengurangi penggunaan alkohol
5. Menyediakan makanan sekolah yang sehat untuk anak-anak b) Individu
Pada tingkat individu, untuk pencegahan serangan jantung, intervensi perawatan kesehatan individu perlu ditargetkan untuk yang berisiko tinggi menderita penyakit kardiovaskular seperti hipertensi dan hiperkolestrolemia.
Pendekatan primer lebih hemat biaya dan memiliki potensi secara efektif untuk mengurangi kejadian penyakit kardiovaskular.
Salah satu pencegahan faktor risiko penyakit kardiovaskular adalah aktivitas fisik. Pada tingkat individu, aktivitas fisik harus menjadi bagian dari kehidupan sejak kecil dan dipertahankan hingga dewasa. Pada anak-anak dan remaja, diharuskan untuk menghabiskan 30 hingga 45 menit setiap hari dalam kegiatan olahraga. Orang dewasa yang sehat dalam semua kelompok umur disarankan untuk memilih kegiatan fisik yang menyenangkan sesuai dengan rutinitas harian mereka.
Orang dewasa dianjurkan untuk melakukan setidaknya 150 menit aktivitas fisik aerobik sedang yaitu 30 menit selama 5 hari perminggu atau 75 menit aktivitas fisik aerobik yang kuat yaitu 15 menit selama 5 hari perminggu (Backer, 2017).
Untuk pencegahan sekunder penyakit kardiovaskular pada yang menderita penyakit berat seperti diabetes, diperlukan pengobatan menggunakan obat-obatan berikut:
1. Aspirin 2. Beta-blocker
3. Angiotensin-converting enzyme (ACE) inhibitors 4. Statin
Sebagian manfaat intervensi ini bersifat independen, tetapi ketika dilakukan dengan pengehentian merokok, hampir 75% kejadian penyakit kardiovaskular dapat dicegah.
Operasi bedah terkadang diperlukan untuk mengobati penyakit kardiovaskular seperti berikut:
1. Bypass arteri koroner 2. Ballon Angioplasty
3. Perbaikan dan pergantian katup 4. Transplantasi jantung
5. Operasi jantung buatan
2.2 JENIS-JENIS PENYAKIT KARDIOVASKULAR
Menurut WHO, ada beberapa jenis penyakit kardiovaskular, antara lain adalah:
1. Penyakit Jantung Koroner
Penyakit jantung koroner adalah kelainan pada pembuluh darah arteri jantung yang tidak dapat memberikan cukup darah yang kaya akan oksigen ke jantung. Penyebab penyakit jantung koroner adalah penumpukan plak di dalam lapisan arteri koroner yang lebih besar.
Penumpukan plak ini dapat memblokir sebagian maupun seluruh aliran darah ke jantung.
2. Penyakit Serebrovaskular
Penyakit Serebrovaskular adalah kelainan yang bersifat heterogen.
Penyakit serebrovaskular terjadi pada pembuluh darah yang menyuplai otak.
3. Penyakit Arteri Perifer
Penyakit arteri perifer adalah sebuah kondisi penyempitan pembuluh darah arteri yang menyebabkan aliran darah ke kaki menjadi tersumbat. Penyumbatan terjadi akibat plak yang menumpuk, yang disebut dengan aterosklerosis. Plak dapat
mengeras dan mempersempit arteri sehingga membatasi aliran darah yang kaya oksigen ke kaki.
4. Penyakit Jantung Rematik
Penyakit jantung rematik adalah kerusakan otot jantung dan katup jantung akibat demam rematik yang dihasilkan dari respon autoimun terhadap infeksi tenggorokan yang disebabkan oleh Streptococcus pyogenes, yang juga dikenal sebagai infeksi bakteri Streptococcus grup A. Penyakit jantung rematik terjadi sekitar dua minggu setelah terinfeksi S. pyogenes (Dianne Sika-Paotonu et al., 2017).
5. Penyakit Jantung Bawaan
Penyakit jantung bawaan adalah kelainan struktur jantung sejak bayi lahir. Kelainan ini dapat melibatkan dinding jantung, katup jantung, dan pembuluh darah dekat jantung. Akibat dari kelainan ini, aliran darah ke jantung dapat terganggu.
6. Trombosis Vena Dalam dan Emboli Paru
Trombosis vena dalam dan emboli paru merupakan suatu kondisi medis yang mengacu pada pembentukan satu atau lebih gumpalan darah yang terjadi di salah satu vena besar tubuh, paling umum pada ekstremitas bagian bawah seperti tungkai bawah. Gumpalan dapat menyebabkan penyumbatan sirkulasi parsial atau menyeluruh di vena dalam. Beberapa pasien akan merasakan sakit, nyeri, bengkak, perubahan warna atau kemerahan pada bagian yang terkena, dan hangat dibagian kulit saat disentuh.
Komplikasi dari trombosis vena dalam yang tersering adalah emboli paru. Emboli paru terjadi ketika sebagian bekuan darah terlepas dan bergerak dalam aliran darah, pertama ke jantung dan kemudian ke paru-paru. Bekuan menyumbat secara parsial dan menyeluruh pada arteri paru-paru. Emboli paru merupakan komplikasi serius yang dapat mengancam jiwa dengan tanda dan gejala seperti sesak napas, detak jantung yang cepat, berkeringat, dan nyeri dada yang tajam terutama pada saat bernapas dalam.
2.3 FAKTOR RISIKO PENYAKIT KARDIOVASKULAR
Faktor risiko terjadinya penyakit kardiovaskular terdiri atas faktor risiko yang dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi (WHF, 2017).
2.3.1. Faktor risiko yang dapat dimodifikasi a. Kolesterol
Kadar lipid yang abnormal dalam darah merupakan salah satu faktor risiko penyakit kardiovaskular. Kolesterol adalah zat berlilin yang ditemukan di antara lipid dalam darah dan di semua sel tubuh. Kolesterol digunakan untuk membentuk sel dan hormon. Tubuh manusia dapat menghasilkan kolesterol dan kolesterol juga ditemukan di dalam sumber makanan seperti susu dan keju.
Kolesterol dibawa melalui darah oleh partikel yang disebut lipoprotein: low density lipoprotein (LDL) dan high density lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol LDL yang tinggi menyebabkan aterosklerosis yang akan meningkatkan risiko serangan jantung. Kolesterol HDL mengurangi risiko penyakit kardiovaskular karena HDL akan mengeluarkan kolesterol yang berlebih dalam aliran darah.
Tabel 2.1 Klasifikasi LDL dalam darah
Kadar LDL Keterangan
<100 mg/dl Optimal
100 – 129 mg/dl Diatas optimal
130 – 159 mg/dl Batas Tinggi
160 - 189 mg/dl Tinggi
≥ 190 mg/dl Sangat tinggi
Sumber: National Institute of Health, 2001
Tabel 2.2 Klasifikasi HDL dalam darah
Kadar HDL Keterangan
<40 mg/dl Rendah
≥ 60 mg/dl Tinggi
Sumber: National Institute of Health, 2001
Trigliserida merupakan jenis lemak yang paling umum dalam tubuh. Kadar trigliserida normal bervariasi berdasarkan usia dan jenis kelamin. Kadar trigliserida yang tinggi dikombinasikan dengan kadar kolesterol LDL yang tinggi sehingga akan mempercepat proses pembentukan aterosklerosis yang akan meningkatkan risiko serangan jantung.
Tabel 2.3 Klasifikasi kadar trigliserida dalam darah
Kadar Trigliserida Keterangan
<150 mg/dl Normal
150 – 199 mg/dl Batas tinggi
200 – 499 mg/dl Tinggi
>500 mg/dl Sangat tinggi
Sumber: National Institute of Health, 2001
b. Hipertensi
Tekanan darah tinggi secara terus-menerus menambah beban pembuluh arteri perlahan-lahan, sehingga arteri mengalami proses pengerasan, menjadi tebal dan kaku sehingga mengurangi elastisitasnya. Selain itu, tekanan darah yang terus menerus tinggi dapat menyebabkan dinding arteri rusak atau luka dan mendorong proses terbentuknya pengendapan plak arteri koroner (aterosklerosis). Semakin berat kondisi hipertensi semakin besar risiko yang ditimbulkan untuk penyakit kardiovaskular (Kemenkes, 2009).
Peningkatan tekanan darah pada seseorang yang berusia kurang dari 50 tahun dikaitkan dengan peningkatan risiko kardiovaskular. Seiring bertambahnya usia, tekanan darah sistolik menjadi prediktor penting sebagai faktor risiko penyakit kardiovaskular. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko utama penyakit jantung saat ini. Terdapat 970 juta orang di seluruh dunia menderita hipertensi. Di negara-negara maju sekitar 330 juta orang menderita hipertensi dan 640 juta orang di negara berkembang menderita hipertensi (Kemenkes, 2009).
Pada pasien dengan hipertensi dan diabetes, target tekanan darahnya adalah
<130/80 mmHg (Nuraini, 2015). Hipertensi merupakan penyebab kematian dini di seluruh dunia dan kejadian hipertensi terus bertambah. Pada tahun 2025, diperkirakan akan ada 1,56 miliar orang dewasa hidup dengan tekanan darah tinggi (WHO, 2017)
Tabel 2.4 Klasifikasi hipertensi menurut JNC-VII 2003
Kategori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Normal <120 <80
Pre-hipertensi 120-139 80-90
Hipertensi Derajat 1 140-150 90-99
Hipertensi Derajat 2 ≥ 160 ≥ 100
Sumber: Kementrian Kesehatan RI, 2009 c. Merokok
Risiko penyakit jantung koroner pada perokok 2-4 kali lebih besar daripada yang bukan perokok. Kandungan zat racun dalam rokok antara lain tar, nikotin dan karbon monoksida. Rokok menyebabkan penurunan kadar oksigen ke jantung, peningkatan tekanan darah dan denyut nadi, penurunan kadar kolesterol HDL, peningkatan penggumpalan darah, dan kerusakan endotel pembuluh darah koroner (Kemenkes, 2009).
Nikotin yang terdapat di dalam rokok menyebabkan seseorang kecanduan dan meningkatkan denyut jantung serta meningkatkan tekanan darah. Pada wanita yang
merokok memiliki risiko serangan jantung lebih tinggi daripada pria yang merokok.
Jika seorang wanita merokok 3-5 batang sehari, maka akan menggandakan risiko serangan jantung. Jika seorang pria merokok 6-9 batang sehari akan melipat gandakan risiko serangan jantung (WHF, 2017).
Mengurangi risiko merokok tetap akan menyebabkan banyak kerusakan, berhenti merokok secara efektif akan mengurangi risiko penyakit kardiovaskular seperti orang yang tidak pernah merokok dalam jangka waktu tertentu. Merokok adalah penyebab utama penyakit jantung. Diperkirakan merokok meningkatkan risiko stroke, penyakit jantung koroner, dan impotensi hingga 100% (Kemenkes, 2009).
d. Perilaku Makan
Peran diet sangat penting dalam pencegahan penyakit kardiovaskular. Pola makan yang tinggi lemak jenuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Diperkirakan menyebabkan sekitar 31% penyakit jantung koroner dan 11%
stroke di seluruh dunia. Kadar lipid darah yang tidak normal memiliki korelasi yang kuat dengan penyakit arteri koroner dan serangan jantung. Makanan yang mengandung tinggi lemak jenuh seperti keju akan meningkatkan kadar kolesterol serta terbentuknya aterosklerosis (WHF, 2017).
Risiko penyakit kardiovaskular dapat terjadi jika asupan lemak yang dikonsumsi lebih dari 37% dari total kalori. Asupan lemak tidak boleh melebihi 10% dari total energi dan untuk kelompok yang berisiko tinggi, seperti penderita diabetes, asupan lemak total harus 7% atau kurang dari total energi (WHF, 2017).
Tekanan darah tinggi adalah faktor risiko utama untuk penyakit kardiovaskular.
Jika seseorang mengonsumsi banyak garam, maka akan berisiko menderita hipertensi. Kadar natrium yang direkomendasikan adalah tidak lebih 2000 miligram natrium yang setara 5 gram garam (1 sendok teh) (Backer, 2017). Diperkirakan bahwa pengurangan konsumsi 3 gram garam, akan mengurangi 50% kejadian hipertensi dan penurunan jumlah kematian akibat penyakit jantung koroner sebesar 16%. Konsumsi serat dapat membantu menurunkan absorbsi lemak dan kolesterol
sehingga menurunkan risiko penyakit kardiovaskular. Beberapa penelitian menunjukan bahwa diet serat dengan cara mengkonsumsi makanan tinggi serat yang terdapat pada sereal, kacang merah, buah-buahan dan sayuran dapat menurunkan kadar kolesterol di dalam darah hingga 10% pada penderita hiperkolestrolemia (Yoeantafara and Martini, 2017).
e. Obesitas
Obesitas merupakan suatu kelainan kompleks pengaturan nafsu makan dan metabolisme energi yang dikendalikan oleh beberapa faktor biologi spesifik. Faktor genetik diketahui sangat berpengaruh bagi perkembangan penyakit ini. Secara fisiologis, obesitas didefinisikan sebagai suatu keadaan dengan akumulasi lemak yang tidak normal atau berlebihan di jaringan adipose sehingga dapat mengganggu kesehatan (Sidartawan, 2009)
Keadaan obesitas ini, terutama obesitas sentral, meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular karena keterkaitannya dengan sindrom metabolik. Distribusi lemak tubuh berperan penting dalam peningkatan faktor risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Penumpukan lemak di bagian sentral tubuh akan meningkatkan risiko penyakit jantung dan pembuluh darah. Lingkar perut ≥ 90 cm untuk pria dan
≥ 80 cm untuk wanita (Obesitas Sentral) akan meningkatkan penyakit jantung dan pembuluh darah (Kemenkes, 2009).
Nilai IMT dihitung dengan rumus:
IMT = BB[kg]
TB²[m²]
Keterangan:
BB: Berat badan dalam satuan kilogram
TB: Tinggi badan dikuadratkan dalam satuan meter
Tabel 2.5 Klasifikasi IMT orang dewasa menurut WHO
Klasifikasi IMT (kg/m²)
Berat Badan Kurang < 18,5
Berat Badan Normal 18,5 – 24,9
Berat Badan Lebih >25
Pra-Obesitas 25,0 – 29,9
Obesitas Tingkat I 30,0 – 34,9
Obesitas Tingkat II 35,0 – 39,9
Obesitas Tingkat III >40
Sumber: World Health Organization technical series, 2000
2.3.2 Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi a. Usia
Risiko penyakit jantung dan pembuluh darah meningkat pada usia di atas 55 tahun untuk laki-laki dan di atas 65 tahun untuk perempuan (Kemenkes, 2009).
Faktor risiko penyakit kardiovaskular dapat terjadi pada usia berapa pun namun akan meningkat seiring bertambahnya usia (CDC, 2017). Pada wanita usia lanjut yang memiliki kadar kolesterol total dan tekanan darah yang normal, tidak adanya intoleransi glukosa, dan berhenti merokok diprediksi dapat meningkatkan kelangsungan hidup hingga usia 85 tahun (Dellara, Michael, and Vasan, 2005).
b. Jenis Kelamin
Jenis kelamin pria mempunyai risiko penyakit jantung dan pembuluh darah lebih tinggi dibandingkan dengan wanita (Kemenkes, 2009). Pria lebih sering menderita aterosklerosis dibandingkan wanita, karena diduga faktor hormonal seperti esterogen yang melindungi wanita. Setelah menopause perbandingan wanita dan pria yang menderita aterosklerosis adalah sama (Kusmana and Hanafi, 1996).
c. Riwayat Keluarga
Jika seseorang memiliki riwayat keluarga seperti ayah atau saudara laki-laki yang menderita serangan jantung sebelum usia 55 tahun, atau saudara perempuan menderita serangan jantung sebelum usia 65 tahun, maka akan memiliki risiko lebih besar terkena penyakit jantung. Jika kedua orang tua menderita penyakit jantung sebelum usia 55 tahun, risiko untuk terkena penyakit jantung dapat meningkat hingga 50% dibandingkan dengan populasi umum (WHF, 2017).
Penelitian telah menunjukkan komponen genetik pada hipertensi dan kadar lipid yang tidak normal merupakan faktor yang berhubungan dengan perkembangan penyakit kardiovaskular. Salah satu faktor keturunan adalah kadar kolesterol tinggi. Ketika kadar kolesterol tinggi, maka akan terjadi penumpukan low density lipoprotein (LDL) dalam darah dan menyebabkan penyakit jantung koroner (WHF, 2017).
Diabetes tipe 2 juga memiliki komponen genetik. Jika salah satu orang tua menderita diabetes, maka akan beresiko lebih tinggi untuk terkena penyakit ini.
Diabetes tipe 2 adalah faktor lain untuk perkembangan penyakit kardiovaskular.
Perkembangan penyakit kardiovaskular melibatkan banyak faktor berbeda, bukan hanya riwayat keluarga. Sehingga, faktor risiko lainnya pun harus dikendalikan untuk mencegah terjadinya penyakit kardiovaskular (WHF, 2017)
d. Diabetes Melitus
Diabetes Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya. Hiperglikemia kronik pada diabetes berhubungan dengan kerusakan jangka panjang, disfungsi atau kegagalan beberapa organ tubuh, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan pembuluh darah (Dyah, 2009).
Gejala khas DM antara lain poliuria (sering buang air kecil), polidipsia (banyak minum), polifagia (banyak makan), dan berat badan menurun tanpa sebab yang
jelas. Gejala tidak khas DM yaitu kesemutan, infeksi yang sulit sembuh, gatal, penglihatan kabur, cepat lelah, gangguan disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus vulva pada wanita (Dyah, 2009).
Tabel 2.6 Kriteria diagnosis DM
Kriteria Diagnosis DM
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dL
Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari tanpa memperhatikan waktu makan terakhir
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dL
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam 3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO ≥ 200 mg/dL
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang setara dengan 75 gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air
Diabetes melitus tidak dapat disembuhkan, tetapi kadar glukosanya dapat dikurangi, dalam penatalaksanaan dan kontrol diabetes. Bukan hanya glukosa darah yang perlu diperiksa tetapi juga kadar HbA1C penting pula untuk diperiksa sebagai pengendalian diabetes yang lebih baik dibandingkan glukosa. Kadar HbA1c yang menandakan kontrol glikemik yang baik pada penderita diabetes melitus tipe 2 adalah ≤ 7,5% (Amran and Rahman, 2018).
Diabetes yang tidak terkontrol menyebabkan kerusakan pada pembuluh darah sehingga membuat pembuluh darah lebih rentan terhadap kerusakan akibat aterosklerosis dan hipertensi. Orang dengan diabetes cenderung mengalami serangan jantung dibandingkan orang yang tidak diabetes. Gula darah terkontrol dapat mengurangi risiko penyakit kardiovaskular hingga 50% dan risiko serangan jantung atau kematian akibat penyakit kardiovaskular hingga 57% (WHF, 2017).
2.4 PENGETAHUAN 2.4.1 Definisi Pengetahuan
Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba.
Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2014).
2.4.2 Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt behaviour). Tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif mempunyai enam tingkatan (Notoatmodjo, 2014), yaitu:
1. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, tahu merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah.
2. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atas materi dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
3. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi sebenarnya. Aplikasi di sini dapat diartikan
sebagai aplikasi atau pengguanaan hukum-hukum, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau yang lain.
4. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu obyek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
Dengan kata lain sintesis adalah suatu bentuk kemampuan menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang baru
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justfikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
2.4.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan seseorang, yaitu:
1. Faktor Internal meliputi:
a. Umur
Semakin cukup umur tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja dari segi kepercayaan masyarakat yang lebih dewasa akan lebih percaya dari pada orang yang belum cukup tinggi kedewasaannya. Hal ini sebagai akibat dari pengalaman jiwa (Nursalam, 2011).
b. Pengalaman
Pengalaman merupakan guru yang terbaik (experience is the best teacher), pepatah tersebut bisa diartikan bahwa pengalaman merupakan sumber pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan cara untuk memperoleh suatu kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu pengalaman pribadi pun dapat dijadikan sebagai upaya untuk memperoleh pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh dalam memecahkan persoalan yang dihadapai pada masa lalu (Notoadmodjo, 2010).
c. Pendidikan
Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya semakin pendidikan yang kurang akan mengahambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai-nilai yang baru diperkenalkan (Nursalam, 2011).
d. Pekerjaan
Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarganya (Menurut Thomas 2007, dalam Nursalam 2011). Pekerjaan bukanlah sumber kesenangan, tetapi lebih banyak merupakan cara mencari nafkah yang membosankan berulang dan banyak tantangan (Frich 1996 dalam Nursalam, 2011).
e. Jenis Kelamin
Istilah jenis kelamin merupakan suatu sifat yang melekat pada kaum laki- laki maupun perempuan yang dikontruksikan secara sosial maupun kultural.
2. Faktor eksternal a. Informasi
Menurut Long (1996) dalam Nursalam dan Pariani (2010) informasi merupakan fungsi penting untuk membantu mengurangi rasa cemas. Seseorang yang mendapat informasi akan mempertinggi tingkat pengetahuan terhadap suatu hal.
b. Lingkungan
Menurut Notoatmodjo (2010), hasil dari beberapa pengalaman dan hasil observasi yang terjadi di lapangan (masyarakat) bahwa perilaku seseorang termasuk terjadinya perilaku kesehatan, diawali dengan pengalaman-pengalaman seseorang serta adanya faktor eksternal (lingkungan fisik dan non fisik)
c. Sosial budaya
Semakin tinggi tingkat pendidikan dan status sosial seseorang maka tingkat pengetahuannya akan semakin tinggi pula.
2.4.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) terdapat beberapa cara memperoleh pengetahuan, yaitu:
1. Cara kuno atau non modern
Cara kuno atau tradisional dipakai untuk memperoleh kebenaran pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah, atau metode penemuan statistik dan logis.
Cara-cara penemuan pengetahuan pada periode ini meliputi:
a. Cara coba salah (trial and error)
Cara ini dilakukan dengan mengguanakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila kemungkinan tersebut tidak bisa dicoba kemungkinan yang lain.
b. Pengalaman pribadi
Pengalaman merupakan sumber pengetahuan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.
c. Melalui jalan fikiran
Untuk memperoleh pengetahuan serta kebenarannya manusia harus menggunakan jalan fikirannya serta penalarannya. Banyak sekali kebiasaan- kebiasaan dan tradisi-tradisi yang dilakukan oleh orang, tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan baik atau tidak. Kebiasaan-kebiasaan seperti ini biasanya diwariskan turun-temurun dari generasi ke generasi berikutnya. Kebiasaan- kebiasaan ini diterima dari sumbernya sebagai kebenaran yang mutlak.
2. Cara modern
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan lebih sistematis, logis, dan alamiah. Cara ini disebut “metode penelitian ilmiah” atau lebih populer disebut metodologi penelitian, yaitu:
a. Metode induktif
Mula-mula mengadakan pengamatan langsung terhadap gejala-gejala alam atau kemasyarakatan kemudian hasilnya dikumpulkan lalu diklasifikasikan, akhirnya diambil kesimpulan umum.
b. Metode deduktif
Metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dengan bagian-bagiannya yang khusus.
2.4.5 Kriteria Pengetahuan
Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterpretasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
1. Baik, bila subyek menjawab benar 76%-100% seluruh pertanyaan.
2. Cukup, bila subyek menjawab benar 56%-75% seluruh pertanyaan.
3. Kurang, bila subyek menjawab benar <56% seluruh pertanyaan.
dimodifikasi
Usia
Jenis Kelamin
Riwayat Keluarga
Diabetes Melitus
tidak dapat yang
Kolesterol Hipertensi Merokok Perilaku Makan Obesitas
2. Faktor
Faktor Risiko Penyakit Kardiovaskular 1. Faktor yang dapat dimodifikasi
Pengetahuan Tentang Faktor Risiko Penyakit
Kardiovaskular Jenis-Jenis Penyakit Kardiovaskular
Penyakit Jantung Koroner
Penyakit Serebrovaskular
Penyakit Arteri Perifer
Penyakit Jantung Rematik
Penyakit Jantung Bawaan
Trombosis Vena Dalam &
Emboli Paru 2.5 KERANGKA TEORI
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Teori
Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan
2017
Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan
2018
Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan
2019
Tingkat pengetahuan mahasiswa/i tentang faktor
risiko penyakit kardiovaskular 2.6 KERANGKA KONSEP
Gambar 2.2 Gambar Kerangka Konsep
2.7 HIPOTESIS
1. Terdapat perbedaan tingkat pengetahuan tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular berdasarkan tingkat pendidikan (angkatan) pada mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 JENIS PENELITIAN
Penelitian ini adalah penelitian cross sectional, bersifat studi analitik untuk melihat apakah terdapat perbedaan tingkat pengetahuan mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017-2019 tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular melalui data primer yang didapatkan dengan pengisian kuesioner yang telah diedarkan secara online melalui google form.
3.2 LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN
Penelitian telah dilaksanakan di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara secara online. Penelitian ini berlangsung pada bulan Juli-November 2020.
3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi sebagai berikut:
a. Kriteria Inklusi
1. Mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017-2019.
2. Bersedia menjadi subjek penelitian.
b. Kriteria Eksklusi
1. Subjek penelitian tidak kooperatif.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara angkatan 2017-2019. Teknik pengambilan sampel
dalam penelitian ini menggunakan teknik consecutive sampling, yaitu semua subjek yang datang dan memenuhi kriteria pemilihan akan dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subjek yang diperlukan terpenuhi. Besar sampel dihitung menurut rumus perbedaan proporsi pada dua atau lebih populasi:
Z1 / 2 2P1PZ1 P11P1 P21P2
2n P1 P22
Keterangan:
𝑛 : Besar sampel minimum pada masing-masing kelompok.
Zα : Tingkat kemaknaan (1.96 pada α =0.05).
Zβ : Power (0,842 pada β=0,20).
𝑃1 : Proporsi standar.
𝑃2 : Proporsi yang diteliti.
𝑃1-𝑃2 : Selisih proporsi minimal yang dianggap bermakna.
P : ½ (𝑃1+𝑃2 ).
Berdasarkan rumus:
𝑛 = (1,96 √2. 0,6. 0,4 + 0,842√0,5.0,5 + 0,7.0,3)2 (0,5 − 0,7)2
𝑛 = 93,026 (94 mahasiswa/i)/kelompok.
3.4 METODE PENGUMPULAN DATA
Dalam pengumpulan data digunakan data primer yang diisi sendiri oleh responden. Pengumpulan data primer dilakukan dengan metode angket dengan menggunakan instrumen kuesioner yang telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Dan data sekunder, yaitu informasi jumlah mahasiswa/i Fakultas Kedokteran Sumatera Utara dari direktori mahasisiwa atau daftar absensi.
3.5 METODE PENGOLAHAN DAN ANALISIS DATA 3.5.1 Pengolahan Data
Pengolahan data menggunakan program komputer yaitu Statistical Package for the Social Science (SPSS) yang dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
a. Editing
Dilakukan untuk memeriksa ketepatan dan kelengkapan data.
b. Coding
Data yang telah terkumpul dan dikoreksi ketepatan dan kelengkapannya kemudian diberi kode oleh peneliti secara manual sebelum diolah dengan komputer.
c. Entry
Data yang telah diberi kode kemudian dimasukkan kedalam program komputer.
d. Cleaning
Pemeriksaan semua data yang telah dimasukkan ke dalam program komputer.
e. Saving
Penyimpanan data untuk dianalisis.
3.5.2 Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan kemudian diolah dengan menggunakan komputer dan dianalisis dengan analisis univariat untuk mendeskripsikan karakteristik dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi berdasarkan variabel independen dan dependen yang akan diteliti. Serta analisis bivariat yang dilakukan terhadap dua variabel untuk mengetahui ada atau tidaknya perbedaan tingkat pengetahuan tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular pada mahasiswa/i angkatan 2017-2019 FK USU. Analisis hasil uji statistik yang digunakan untuk melihat perbedaan pada penelitian ini adalah uji Chi Square.
Data akan ditampilkan dalam nilai persentase.
3.6 DEFINISI OPERASIONAL
Tabel 3.1 Definisi operasional
Variabel Definisi operasional
Alat ukur Hasil ukur Skala pengukuran Tingkat
Pengetahuan
Sesuatu yang diketahui
responden tentang faktor risiko penyakit kardiovaskular
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal
Angkatan Kelompok mahasiswa yang masuk pada tahun tertentu.
Kuesioner 1) Angkatan 2017 = 0 2) Angkatan
2018 = 1 3) Angkatan
2019 = 2
Nominal
Kolesterol Kolesterol adalah zat lilin untuk
pembentukan sel. Kolesterol dibagi menjadi 3 yaitu, low density
lipoprotein (LDL), high density
lipoprotein (HDL) dan Trigliserida.
Kadar normal LDL yaitu <100 mg/dl, kadar
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal
normal HDL yaitu 45 mg/dl
dan kadar
normal
trigliserida yaitu
<150 mg/dl (AHA, 2017).
Hipertensi Hipertensi Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal adalah kondisi
tekanan darah yang tinggi.
Hipertensi yaitu ketika tekanan sistolik ≥140
mmHg dan
tekanan diastolik
≥90 mmHg
(WHO, 2017).
Merokok Merokok adalah Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal tindakan
menghirup dan menghembuskan asap dari bahan tanaman yang terbakar seperti tembakau.
Merokok 3-5 batang sehari bagi wanita, dan 6-9 batang sehari bagi pria akan melipat
gandakan risiko serangan jantung (WHF, 2017).
Perilaku Makan Suatu keadaan yang
menggambarkan perilaku
seseorang terhadap frekuensi
makan, pola makan, makanan kesukaan dan pemilihan
makanan.
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal
Obesitas Akumulasi lemak yang berlebihan.
Obesitas dihitung
berdasarkan nilai indeks massa tubuh, yaitu berat badan seseorang
(dalam satuan kg) dibagi dengan kuadrat dari tinggi badan (dalam satuan meter). Jika seseorang
memiliki indeks massa tubuh ≥25 maka seseorang dianggap
kelebihan berat badan (WHO, 2020).
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal
Usia Lama waktu
hidup. Risiko penyakit
kardiovaskular meningkat pada usia > 55 tahun untuk pria dan >
65 tahun untuk wanita.
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
Ordinal
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Jenis Kelamin Karakteristik biologis yang dilihat dari penampilan luar.
Pria memiliki risiko lebih tinggi
dibandingkan wanita.
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal
Riwayat Keluarga
Riwayat
keturunan yang dimiliki
seseorang.
Seseorang berisiko terkena penyakit
kardiovaskular jika memiliki keluarga dengan riwayat penyakit kardiovaskular.
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal
Diabetes Melitus
Suatu kelompok penyakit
metabolik dengan karakteristik hiperglikemia.
Kriteria gula darah puasa (GDP) ≥126 mg/dl atau glukosa darah 2 jam PP ≥200
Kuesioner 1) Pengetahuan baik (>76%) 2) Pengetahuan cukup (56- 75%)
3) Pengetahuan kurang (<56%)
Ordinal
mg/dl atau glukosa darah sewaktu ≥200 mg/dl.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Penelitian ini berlokasi di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara yang beralamat di Jl. Dr. Mansyur No. 5 Medan.
4.2 Hasil Penelitian
Data penelitian ini merupakan data primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari responden di Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara secara online melalui google form. Penelitian ini dilakukan pada 300 responden yang merupakan mahasiswa dan mahasiswi aktif Fakultas Kedokteran Sumatera Utara stambuk 2017, 2018 dan 2019. Karakteristik yang diamati pada responden adalah jenis kelamin dan tingkat pengetahuan berdasarkan masing-masing angkatan.
Tabel 4.1 Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin berdasarkan masing-masing angkatan
Jenis Kelamin Tahun angkatan
2017 2018 2019
Laki-laki 39 37 39
Perempuan 61 63 61
Total 100 100 100
Dari tabel 4.1 dapat dilihat berdasarkan karakteristik jenis kelamin pada masing-masing angkatan, pada tahun 2017 sebanyak 39 responden adalah laki-laki dan 61 responden adalah perempuan. Pada tahun 2018, sebanyak 37 responden adalah laki-laki dan 63 responden adalah perempuan. Pada tahun 2019, sebanyak 39 responden adalah adalah laki-laki dan 61 responden adalah perempuan.
Distribusi frekuensi karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 4.2
Tabel 4.2 Distribusi frekuensi karakteristik jenis kelamin
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 115 38,3
Perempuan 185 61,7
Total 300 100
Dari tabel 4.2, terlihat bahwa kelompok terbesar adalah kelompok jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 185 orang (61,7%), diikuti dengan kelompok laki-laki sebanyak 115 orang (38,3%).
Tingkat pengetahuan responden mengenai faktor risiko penyakit kardiovasular dapat dikategorikan menjadi baik, cukup, kurang. Pengetahuan responden dikategorikan baik jika jumlah soal yang dijawab benar >75%, pengetahuan dikategorikan cukup apabila jumlah soal yang dijawab benar 56%-75% dan pengetahuan dikategorikan kurang apabila jumlah soal yang dijawab benar <56%
(Arikunto, 2010).
Tabel 4.3 Distribusi frekuensi karakteristik dengan tingkat pengetahuan baik, sedang dan kurang berdasarkan tahun angkatan
Tahun Angkatan
2017 2018 2019 Total Presentase Tingkat
Pengetahuan
Baik 21 25 15 61 20,3
Cukup 47 60 44 151 50,3
Kurang 32 15 41 88 29,3
Total 100 100 100 300 100
% 100 100 100 100 100
`
Dari tabel 4.3, terlihat bahwa mahasiswa angkatan 2017 memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 orang, pengetahuan cukup sebanyak 47 orang, dan pengetahuan kurang sebanyak 32 orang. Mahasiswa angkatan 2018 memiliki pengetahuan baik sebanyak 25 orang, pengetahuan cukup sebanyak 60 orang, dan pengetahuan
kurang sebanyak 15 orang. Mahasiswa angkatan 2019 memiliki pengetahuan baik sebanyak 15 orang, pengetahuan cukup sebanyak 44 orang dan pengetahuan kurang sebanyak 41 orang. Dapat dilihat bahwa hasil tingkat pengetahuan dengan kategori baik memiliki persentase paling kecil yaitu 20,3% (61 orang), diikuti dengan tingkat pengetahuan dengan kategori kurang sebesar 29,3% (88 orang) dan tingkat pengetahuan dengan kategori cukup sebesar 50,3% (151 orang).
Tabel 4.4 Distribusi tingkat pengetahuan responden berdasarkan jenis kelamin
Jenis Kelamin
Laki-laki Perempuan Total Persentase Tingkat
Pengetahuan
Baik 14 47 61 20,3
Cukup 56 95 151 50,3
Kurang 45 43 88 29,3
Total 115 185 300 100
Persentase 38,3 61,7 100
Dari tabel 4.4, dapat dilihat bahwa berdasarkan jenis kelamin terdapat 47 (25,4%) perempuan dengan tingkat pengetahuan baik, 95 (51,4%) perempuan dengan tingkat pengetahuan cukup, dan 43 (23,2%) perempuan dengan tingkat pengetahuan kurang. Kemudian untuk jenis kelamin laki-laki, terdapat 14 (12,2%) laki-laki dengan tingkat pengetahuan baik, 56 (48,7%) laki-laki dengan tingkat pengetahuan cukup, dan 45 (39,1%) laki-laki dengan tingkat pengetahuan kurang.
Dari hasil penelitian ditemukan bahwa persentase tingkat pengetahuan mahasiswa perempuan lebih baik yaitu sebesar 25% dibandingkan dengan persentase tingkat pengetahuan laki-laki yaitu sebesar 12%. Hal ini mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh Sadasivam et al bahwa skor pengetahuan perempuan yaitu sebesar 51% secara keseluruhan lebih baik dibandingkan laki-laki dengan persentase sebesar 49% (Sadasivam et al., 2016).
Pada penelitian ini, pengetahuan responden dinilai berdasarkan 20 pertanyaan yang mencakup pengetahuan mengenai faktor risiko penyakit kardiovaskular.
Pertanyaan yang diajukan, sebelumnya telah dilakukan uji validitas dan reliabilitas.
Maka kuesioner pengetahuan tersebut telah valid dan reliable.
Data distribusi frekuensi jawaban kuesioner responden dapat dilihat pada tabel 4.5
Tabel 4.5 Distribusi jawaban responden berdasarkan masing-masing angkatan
No Pertanyaan 2017 2018 2019
Benar Salah Benar Salah Benar Salah
f % f % f % f % f % f %
1 Manakah dari kandungan rokok berikut yang paling besar pengaruhnya terhadap
perjalanan
penyakit jantung?
88 88 12 12 93 93 7 7 87 87 13 13
2 Berapakah jumlah
rokok yang
dikonsumsi per hari untuk dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular?
32 32 68 68 16 16 84 84 20 20 80 80
3 Manakah definisi hipertensi yang paling tepat di bawah ini?
70 70 30 30 62 62 38 38 69 69 31 31
4 Menurut
pengetahuan Anda, berapa tekanan
darah yang
disarankan untuk
31 31 69 69 36 36 64 64 22 22 78 78
pasien hipertensi dengan risiko tinggi untuk penyakit
kardiovaskular (dalam mmHg)?
5 Fraksi lipid manakah yang dapat
menyebabkan terjadinya aterosklerosis?
79 79 21 21 89 89 11 11 78 78 22 22
6 Apakah penting untuk
meningkatkan kolesterol HDL yang sangat rendah pada pasien dengan risiko tinggi penyakit jantung koroner?
93 93 7 7 89 89 11 11 94 94 6 6
7 Berapakah
konsumsi natrium normal per hari yang
direkomendasikan oleh WHO?
52 52 48 48 62 62 38 38 50 50 50 50
8 Manakah
pertanyaan tentang makanan berlemak
40 40 60 60 41 41 59 59 47 47 53 53
berikut yang benar?
9 Manakah makanan di bawah ini yang dapat menurunkan kadar LDL?
89 89 11 11 86 86 14 14 88 88 12 12
10 Manakah kelompok
makanan dibawah ini yang dianjurkan untuk mengurangi faktor risiko penyakit
kardiovaskular, kecuali?
66 66 34 34 76 76 24 24 73 73 27 27
11 Berapakah
konsumsi gula normal per hari yang
direkomendasikan oleh WHO?
47 47 53 53 59 59 41 41 51 51 49 49
12 Berapakah nilai lingkar pinggang laki-laki yang berhubungan dengan
peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular?
73 73 27 27 87 87 13 13 65 65 35 35
13 Berapakah indeks massa tubuh yang
79 79 21 21 80 80 20 20 74 74 26 26
dikategorikan sebagai obesitas?
14 Berapakah kadar
LDL yang
disarankan untuk pasien diabetes melitus dengan risiko tinggi untuk penyakit
kardiovaskular?
58 58 42 42 70 70 30 30 47 47 53 53
15 Jenis kelamin yang lebih berisiko mengalami
penyakit kardiovaskular pada usia 30-40 tahun?
72 72 28 28 73 73 27 27 59 59 41 41
16 Apakah riwayat keluarga menderita penyakit jantung merupakan faktor yang paling mempengaruhi perjalanan
penyakit jantung?
90 90 10 10 85 85 15 15 80 80 20 20
17 Berapakah kadar HbA1c yang menandakan kontrol glikemik yang baik pada
68 68 32 32 76 76 24 24 57 57 43 43
penderita diabetes melitus tipe 2?
18 Berapakah nilai normal kadar gula darah dua jam setelah makan?
69 69 31 31 74 74 26 26 66 66 34 34
19 Berapakah waktu minimal seseorang melakukan
aktivitas fisik aerobik sedang untuk mengurangi faktor risiko penyakit
kardiovaskular?
57 57 43 43 62 62 38 38 46 46 54 54
20 Manakah dibawah ini yang termasuk aktivitas fisik aerobik kuat?
53 53 47 47 58 58 42 42 46 46 54 54
Dari tabel 4.4, dapat disimpulkan bahwa pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh mahasiswa angkatan 2017 adalah pertanyaan pada nomor 6 yaitu sebesar 93%. Pada mahasiswa angkatan 2018 pertanyaan yang paling banyak dijawab benar adalah pertanyaan nomor 1 yaitu sebesar 93%, dan pertanyaan yang paling banyak dijawab benar oleh mahasiswa 2019 adalah pertanyaan nomor 6 sebesar 94%.
Kemudian untuk pertanyaan yang paling banyak dijawab salah oleh mahasiswa angkatan 2017 adalah pertanyaan nomor 4 yaitu sebesar 69%. Pada mahasiswa angkatan 2018 pertanyaan yang paling banyak dijawab salah adalah pertanyaan