• Tidak ada hasil yang ditemukan

KARAKTERISTIK BIOSENSOR ASAM URAT BERELEKTRODA KAKI LENGKUNG BERBASIS FILM TEBAL HIBRID BERLAPISAN POLIMER POLYANILINE DAN POLYPYRROLE.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "KARAKTERISTIK BIOSENSOR ASAM URAT BERELEKTRODA KAKI LENGKUNG BERBASIS FILM TEBAL HIBRID BERLAPISAN POLIMER POLYANILINE DAN POLYPYRROLE."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

KARAKTERISTIK BIOSENSOR ASAM URAT BERELEKTRODA

KAKI LENGKUNG BERBASIS FILM TEBAL HIBRID

BERLAPISAN POLIMER POLYANILINE DAN POLYPYRROLE

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sains

Jurusan Pendidikan Fisika Program Studi Fisika

Oleh

ERICA CAESARIATY HARNI PRIMA NABENA 0900201

PROGRAM STUDI FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

(2)
(3)

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

ERICA CAESARIATY HARNI PRIMA NABENA (0900201)

KARAKTERISTIK BIOSENSOR ASAM URAT BERELEKTRODA KAKI LENGKUNG BERBASIS FILM TEBAL HIBRID BERLAPISAN

POLIMER POLYANILINE DAN POLYPYRROLE DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH PEMBIMBING :

Pembimbing I

Ir. I Dewa Putu Hermida, M.T. NIP. 196605111994031003

Pembimbing II

Dr. Andi Suhandi, S.Pd., M.Si. NIP. 196908171994031003

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Fisika

(4)

ii

KARAKTERISTIK BIOSENSOR ASAM URAT BERELEKTRODA KAKI LENGKUNG BERBASIS FILM TEBAL HIBRID BERLAPISAN POLIMER

POLYANILINE DAN POLYPYRROLE

Penggunaan biosensor asam urat untuk mempermudah pemeriksaan kandungan asam urat pada darah seseorang sudah dapat digunakan di rumah. Berbagai biosensor dengan berbagai bentuk pola kontak tersedia di pasaran. Dengan melakukan pembuatan biosensor berbasis film tebal hibrid yang dibuat secara screen printing dan elektroplating diharapkan mampu meningkatkan selektifitas dan sensitifitas biosensor. Untuk komponen elektroda biosensor menggunakan emas berlapis polimer polyaniline dan polypyrrole sebagai elektroda working, emas untuk elektroda reference, dan Ag/AgCl untuk elektroda counter. Pola dan dimensi elektroda dimodifikasi ke dalam ukuran yang lebih kecil dengan pola kaki melengkung, hingga didapatkan dimensi sebesar 0.8382 cm x 2.3012 cm. Pengujian terhadap biosensor dilakukan untuk mengetahui karakteristik biosensor dengan pola kontak elektroda melengkung terhadap resistansi yang terukur agar diperoleh hubungan tegangan dan arus keluaran elektroda terhadap kadar asam urat dengan metode amperometrik dengan larutan asam urat berkonsentrasi 2 mg/dl dan 5 mg/dl. Selain itu juga dilakukan pengujian SEM dan EDS untuk mengetahui morfologi dan komposisi penyusun elektroda working yang menunjukan bahwa lapisan elektroda working memiliki susunan C dan N secara berturut-turut sebanyal 33 dan 11 persen.

(5)

iii

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

CHARACTERISTICS URIC ACID BIOSENSOR USING CURVE FEET-PAD ELECTRODE THICK FILM HYBRID BASED COATED POLYMER

POLYANILINE AND POLYPYRROLE

The use of uric acid biosensor to facilitate the examination of the blood uric acid content of a person already can be used at home. Various biosensors with different forms of contact patterns available in the market. Fabrication thick film hybrid-based biosensor by screen printing and electroplating methode are expected to improve the selectivity and sensitivity of the biosensor. For biosensor components are using gold-plated polymer polyaniline and polypyrrole electrodes as a working electrode, a reference electrode gold, and Ag/AgCl for the counter electrode. Electrode patterns and dimensions is modified into a smaller size with curved foot pattern, to obtain the dimensions of 0.8382 cm x 2.3012 cm. Tests on the biosensor performed to determine the characteristics of biosensors curve feet-pad , by observing of resistance in order to obtain the measured voltage and current relationship to the levels of uric acid electrode with amperometric method with uric acid concentration of 2 mg / dl and 5 mg / dl. It also investigate SEM and EDS testing to determine the morphology and composition of the working electrode. It shows that the working electrode layers have a composition of C and N respectively sebanyal 33 and 11 percent.

(6)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. HALAMAN PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined. ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.i

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

BAB I PENDAHULUAN

2.4 Teknologi Film Tebal Hibrid ... 21

2.5 Teknik Pembuatan Film Tebal Hibrid ... 26

2.6 Screen Printing ... 28

2.7 Elektroplating... 29

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 31

3.2 Waktu dan Tempat Penelitian Skripsi ... 31

3.3 Desain Penelitian ... 31

3.4 Langkah-langkah Penelitian ... 33

(7)

ix

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

4.1 Pengujian SEM dan EDS ... 52 4.2 Pengujian Keseragaman Resistansi Elektroda ... 55 4.3 Pengujian Amperometri ... 57 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

(8)

DAFTAR TABEL

(9)

xi

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Ikatan Kimia Asam Urat ……….. 8

Gambar 2.2 Skema Diagram Biosernsor (Arshak, et al 2009) .…………...…… 10

Gambar 2.3 Penggunaan Strip Biosensor Asam Urat ……… 12

Gambar 2.4 Sirkuit lengkap dari dua elektroda dalam sistem elektrokimia (Tom Zawodzinkski, dkk 2006) ... 15

Gambar 2.5 Design biosensor asam urat dengan tiga jenis elektroda …………. 17

Gambar 2.6 Ikatan kimia PANi ………... 20

Gambar 2.7 Struktur Polypyrrole (Arshak, et al 2009)…...……….. 20

Gambar 2.8 Design biosensor asam urat yang sudah dilapisi polymer PPy – PANi ……… 21

Gambar 2.9 Struktur molekul film tebal ……….. 26

Gambar 2.10 Fase pembuatan film tebal ………... 28

Gambar 3.1 Proses Penelitian …….………... 31

Gambar 3.2 Ortho film design biosensor asam urat ………... 34

Gambar 3.3 Skema Fabrikasi Biosensor Asam Urat ………... 36

Gambar 3.4 Screen polos, ulano 133, ulano 5, dan screen maker ……….. 37

Gambar 3.5 Langkah-langkah proses pembuatan screen………. 38

Gambar 3.6 Proses pembersihan screen……… 39

Gambar 3.7 Pola elektroda yang telah tercetak pada screen. a. Masker elektroda reference b. Masker elektroda working dan counter c. Masker pad biosensor ………..… 40

Gambar 3.8 substrat alumina, pasta konduktif, oven, RTC, dan alat printing …. 41 Gambar 3.9 Skema dan gambar proses pencetakkan pasta pada substrat……… 42

Gambar 3.10 Pencucian dengan Branson 3200……… 43

Gambar 3.11 Printer de Haart yang siap digunakan ……… 43

Gambar 3.12 Hasil pencetakkan PdAg dan emas ……… 44

Gambar 3.13 Penyaringan PPy dari endapan alumina ………. 45

(10)

Gambar 3.15 Penempatan strip biosensor pada alat elektroplating …………... 47

Gambar 3.16 Rangkaian electroplating ………. 47

Gambar 3.17 Proses Electroplating ……….………... 48

Gambar 3.18 Hasil electroplating ……….. 48

Gambar 3.19 Pengujian dengan prototype dari LIPI ……… .49

Gambar 3.20 Diagram alur Pengujian ………. 51

Gambar 3.21 Alat SEM dan EDS JEOL JSM 6360 LA ……… 44

Gambar 4.1 (a) Penampang cross section PANi, (b) Penampang cross section Ppy (c) Penampang cross section Ppy+PANi ………... 53

Gambar 4.2 Hasil SEM permukaan lapisan Au/PANi-PPy (350-450 μA)…… 54

Gambar 4.3 Penampang lapisan PANi-PPy dengan arus saat pelapisan (a) 350-550 μA (b) 200μA………...… 55

Gambar 4.4 Hasil Pengujian EDS permukaan elektroda working ………... 56

Gambar 4.5 Grafik tegangan keluar biosensor kaki siku (Robert, 2012) dan kaki lengkung ………... 60

(11)

xiii

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

DAFTAR LAMPIRAN

1. Data Base Pasta Emas 2. Database Ag/AgCl 3. Datasheet Pyrrole

4. Tegangan Keluaran dari AutoLab untuk biosensor kaki lengkung

5. Tegangan Keluaran dari AutoLab untuk biosensor kaki sikuesistansi biosensor asam urat kaki siku

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Teknologi film tebal merupakan salah satu bagian dari teknologi proses mikro elektronika untuk fabrikasi komponen–komponen elektronika secara screen printing. Teknologi film tebal telah banyak digunakan secara luas dalam indusri

komponen hibrid mikroelektronika dan diaplikasikan dalam berbagai bidang, seperti otomotif, telekomunikasi, medis dan pengembangan sensor dan aktuator.

Salah satu pengaplikasian teknologi film tebal adalah pada divais biosensor. Beberapa tahun terakhir, pengembangan biosensor banyak mendapat perhatian dan aplikasinya juga sudah memasuki dunia bisnis, terutama dengan tersedianya teknologi mikroelektronika yang sangat pesat memungkinkan terciptanya biosensor berukuran kecil, sensitif, akurat, dan diproduksi dengan biaya murah (Hiskia, 2006).

Biosensor pertama kali dibuat dengan massal adalah sensor yang menggunakan transduser elektrokimia yaitu elektroda enzim untuk menentukan kadar glukosa dengan metode amperometrik. Biosensor eksternal maupun internal dalam bentuk chip bahkan telah diproduksi oleh perusahaan Amerika i-Stat, MicriChips, Digital Angel, Veri Chips yang dapat ditanam dalam tubuh manusia. Beberapa perusahaan Jepang pun turut berpartisipasi, seperti Matsushita Electric Industrial Co. dengan teknologi biosensornya yang mampu menetapkan secara cepat dan mudah mengukur kolestrol darah. Tokyo Medical and Dental University dengan biosensor nafasnya yang memanfaatkan enzim monoamine oksidase A (MAO A) dan lainnya sebagainya. Tetapi secara umum untuk penggunaan biosensor berada dalam bidang health-care industry.

(13)

2

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

pada tahap ini biosensor dapat melakukan penyerapan atau kovalen fiksasi dari komponen aktif biologi ke permukaan transduser dan mengijinkan eleminasi membran semi-permiabel. Pada biosensor generasi ketiga atau direct biosensor merupakan divais yang mengikat langsung molekul bioreseptor ke elemen sensor. Sehingga molekul bioreseptor menjadi bagian gabungan dari biosensor. Biosensor berbasis konduktif polimer termasuk dalam kategori ini. (Arshak, et al 2009)

Salah satunya adalah biosensor asam urat. Sensor asam urat telah banyak digunakan di rumah sakit, klinik dokter, hingga puskesmas. Dengan memanfaatkan mekanisme amperometric dapat dibuat sebuah divais biosensor yang efisien. (Cho dan Huang, 1998; Ernst dan Kroll, 2001; Reyes, et al 2003; dan Piermarini, et al 2013)

Sebuah biosensor asam urat amperometri baru, dikembangkan dalam pengimmobilisasian uricase dengan prosedur glutaraldehid silang pada polyaniline-polypyrrole (PANi-PPy) komposit film pada permukaan elektroda platina. Stabilitas dan kemampuan untuk memproduksi enzim elektroda telah juga dipelajari. (Fatma Arslan, 2008).

Asam urat adalah hasil derivatif purine pada proses metabolisme manusia. Kadar asam urat dalam tubuh bergantung pada kebiasaan setiap individu. Hal-hal yang menyebabkan kadar asam urat antara lain, makanan yang dikonsumsi, obesitas, diabetes, kolesterol tinggi, gagal ginjal, dan kelainan hati. (J. –C. Chen dkk, 2005)

Secara alamiah, purin terdapat dalam tubuh kita dan terkandung pada semua makanan dari sel hidup. Setiap orang akan memiliki asam urat dalam tubuhnya, karena asam urat adalah hasil metabolisme normal manusia. Di dalam tubuh sudah disediakan 85% senyawa purin untuk memenuhi kebutuhan setiap hari. Tubuh kita hanya memerlukan 15% asupan purin dari makanan. Menyantap makanan tanpa memperhitungkan kadar purinnya dapat menyebabkan kandungan asam urat berlebihan.

(14)

3

yang bertahun-tahun tidak menunjukkan gejala, ada yang gejala muncul pada usia 20 tahun, 30 tahun, atau 40 tahun.

Seperti telah diungkapkan diatas kadar asam urat dalam tubuh dipengaruhi makanan yang kita konsumsi. Oleh karena itu pasien yang akan diperiksa harus berpuasa 8-10 jam sebelum pengambilan sampel. Pemeriksaan asam urat di laboratorium dilakukan dengan dua cara, enzymatic colourimetric dan teknik PAP (4-aminophenazon). Keduanya memanfaatkan reaksi enzim untuk menguji kandungan asam urat dalam darah. Pada enzimatic colorimetric pembacaan hasil pengujian menggunakan photometer 5010, mengahasilkan ukuran kadar asam urat normal pada laki-laki sebesar 3,4 – 8,0 mg/dl dan perempuan sebesar 2,4 – 8,0 mg/dl. Sedangkan dengan metode PAP dihasilkan kandungan asam urat normal laki-laki sebesar 3,5 – 7,2 mg/dl atau 208 – 428 µmol/L dan wanita sebesar 2,6 - 6,0 mg/dl atau 155 – 357 µmol/L. Dengan metode ini hasil pengujian kadar asam urat dalam darah bisa diketahui paling cepat 30 menit, dan memerlukan proses yang panjang.

Kadar asam urat sering berubah dari hari ke hari, untuk itu perlu dilakukan pemeriksaan ulang beberapa minggu setelahnya. Untuk itu diperlukan alat pendeteksi yang ramah pengguna, sehingga dapat digunakan di rumah masing-masing, dengan hasil pengukuran yang akurat.

Dalam konteks ini, biosensor menjadi teknis pendeteksi analit dengan elektrokimia memnjadi alternatif untuk metode konvensional optik dikarenakan kelebihannya dalam sensitifitas, waktu pengukuran yang cepat, portabilitas, konsumsi energi yang rendah, dan efektivitas biaya. Beberapa elektrokimia menggunakan pendekatan seperti modifikasi polimer elektroda, modifikasi kimia elektroda, modifikasi enzim elektroda, dan pretreatment elektrokimia dikembangkan untuk mendeteksi asam urat. (Raphae Kiran, 2012)

(15)

4

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

karat karena pertumbuhan microba, serta menghemat dana operasional. (H.B. Yildiz, 2006).

Selain itu, banyak kelebihan dan pilihan baru untuk immobilisasi enzim berdasarkan aplikasi dan polimer konduktifnya. Dalam banyak kasus polimer konduktif menghasilkan sinyal transduksi yang lebih baik, meningkatkan sensitifitas, selektifitas, bio-compatibility, sintesis elektrokimia langsung, dan kelenturan biomolekul immobilisasi. (B.D. Malhotra, 2006).

Enzim yang dapat digunakan sebagai immobilisasi asam urat adalah Uricase (Uox). Uricase adalah katalis in vivo oksidasi dari asam urat ketika berikatan dengan oksigen sebagai agen pengoksidasi. Uox memproduksi alantonin dan CO2 sebagai hasil oksidasi dari asam urat dan H2O2 sebagai hasil reduksi O2. Berikut reaksi redoksnya:

Asam urat + O2 + H2O uricase allantonin + CO2 + H2O2 ……(1.1) Pendekatan amperometric dari oxidase elektrokimia menghasilkan H2O2 :

H2O2 O2 + 2H+ + 2e-……….(1.2) Hasil reaksi redoks inilah yang akan menghasilkan arus keluaran ketika sample darah diteteskan pada elektroda biosensor. Elektron yang dihasilkan akan ditangkap oleh elektroda working. Karena sistem elektroda ini berlangsung dalam elektrolit maka keberadaan elektroda reference untuk mencegah terjadinya konslet. Selanjutnya elektron yang dihasilkan oleh reaksi redoks dilanjutkan ke elektroda counter agar dapat terukur besarnya arus yang dihasilkan. Besarnya arus keluaran akan dikonversi menjadi besarnya konsentrasi asam urat.

(16)

5

Mekanisme dari oksidasi elektron dari hasil metabolisme tubuh sudah didiskusikan sejak akhir 1980an. Di satu sisi, hal ini dipublikasikan secara luas bahwa oksidasi berlangsung dalam satu arah, quasi-reversible proses transfer dua elektron, diikuti dengan irreversible reaksi kimia (mekanisme EqCi). (Ruiz dan

Rodriguez-Mellado, 1989).

Oksidasi dari asam urat berlangsung secara quasi-reversible, proses transfer dua elektron, diikuti dengan ireversible reaksi kimia seperti yang ditunjukan investigasi spectroelectrochemical. Hasil akhir produk dari mekanisme oksidasi kompleks adalah senyawa netral dan senyawa alkalin, allantoin. (Hsuch dan Brajter-Toth, 1993).

Pada skripsi ini dipaparkan mengenai karakteristik biosensor asam urat dengan elektroda berpola kontak lengkung. Diharapkan permukaan dengan bentuk dan luasan elektroda yang lebih kecil, namun tidak mengurangi luasan area sensing dapat mengahasilkan resistansi strip yang lebih kecil. Usaha memperkecil resistansi juga dilakukan dengan memperkecil arus pada proses elektroplating. Dengan arus yang lebih kecil ketebalan polimer akan lebih tipis. Dari resistansi elektroda yang kecil dapat mengasilkan arus keluaran yang lebih besar, dan selisih arus keluaran yang lebih besar pada konsentrasi asam urat yang berbeda. Hal ini sebagai salah satu indikator selektifitas dan sensitifitas biosensor asam urat yang lebih baik.

Pada jurnal yang sudah ada, telah diteliti respon biosensor dengan design elektroda yang berbeda. Salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Robert V. Manurung dan kawan kawan, yang melakukan penelitian dengan pola elektroda biosensor berkaki siku. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil respon elektroda reference yang stabil dengan waktu respon lima sampai sepuluh menit. Tegangan jatuh yang antara prototype dengan elektroda reference berada dikisaran 30 mV dengan optimum potensial referencenya sebesar 0,5 V pada pemberian arus amperometrik sebesar 300 – 350 μA. (Manurung, et al 2012).

(17)

6

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

Sehingga arus keluaran yang dihasilkan lebih besar dari sebelumnya dan dapat meningkatkan nilai selektifitas serta sensitifitasnya. Untuk mendapatkan resistansi yang lebih kecil arus pada proses elektroplating diperkecil dengan waktu pembuatan yang lebih singkat. Untuk itu perlu diketahui karakteristik morfologi dan komposisi elektroda working apakah modifikasi pada proses elektroplating sesuai dengan yang diinginkan. Kemudian pengukuran secara amperometrik untuk melihat sifat listrikan dari biosensor asam urat berkaki lengkung dengan melakukan variasi kadar asam urat yang digunakan.

1.2Rumusan Masalah

Setelah mengetahui pentingnya biosensor, maka diperlukan biosensor yang mudah digunakan namun memiliki selekifitas dan sensitifitas baik, maka dilakukan penelitian-penelitian untuk menghasilkan karakteristik biosensor yang baik berupa karakteristik morfologi dan karakteristik listrik. Berdasarkan hal tersebut, maka permasalahan yang dikaji pada penelitian adalah bagaimana karakteristik biosensor asam urat dengan pola kontak metal elektroda kaki lengkung yan dilapisi lapisan polimer PANi dan PPy.

1.3Batasan Masalah

(18)

7

1.4Tujuan

Penelitian ini bertujuan untuk mendapat gambaran karakteristik morfologi, ketebalan, dan komposisi pada elektroda working. Serta, sifat listrik yang dihasilkan biosensor asam urat dengan kaki lengkung yang dibuat dengan teknologi film tebal hibrid lapisan sensitif polimer PANi-PPy dengan harapan peningkatan selektifitas dan sensitivitas biosensor dari hasil penelitian sebelumnya, dengan melihat arus keluaran yang dihasilkan biosensor asam urat pada pengukuran amperometrik.

1.5Manfaat

(19)

31

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

1.1Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan oleh penulis pada penelitian mengenai lithografi biosensor asam urat terhadap karakteristik sensingnya yaitu studi literatur dan eksperimen di laboratorium LIPI. Teknologi yang digunakan adalah menggunakan divais berbasis film tebal hibrid.

1.2Waktu dan Tempat Penelitian Skripsi

Penelitian direncanakan membutuhkan waktu selama 4 (empat) bulan yaitu pada bulan Februari – Juni 2013 di Pusat Penelitian Elektronika dan Telekomunikasi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (PPET-LIPI) Jl. Cisitu 21/154D Komplek LIPI Sangkuriang Gd.20 - Bandung 40135 Telp. 022-2504660, 2504661 Fax. 022-2504659.

1.3Desain Penelitian

Pada biosensor yang akan dibuat nantinya, konfigurasi tiga elektroda dipilih untuk

(20)

32

Gambar 3.1 Proses Penelitian Perancangan Pola dan

Dimensi Biosensor

Modifikasi pola kaki siku menjadi pola kaki lengkung dengan dimensi strip biosensor yang lebih kecil.

Melakukan perhitungan perkiraan besarnya resistansi yang dihasilkan dari hasil rancangan. Studi Literatur :

1. Media Elektronik 2. Media Cetak

Pembuatan Biosensor

Screen printing dengan metode yang sama dengan yang telah dilakukan.

Tebal pasta = 30 µm

Dengan pasta Au, Ag/AgCl, dan PdAg.

Elektroplating dengan waktu 4 menit, tegangan 3 v, kuat arus < 350 µA.

Immobilisasi enzim uricase dengan glutaralhedrid.

Pengujian Biosensor Pengukuran resistansi sebelum dan sesudah elektroplating.

Morfologi dan komposisi dengan proses SEM dan EDS.

Pengukuran besarnya tegangan keluar setelah strip ditetesi larutan asam urat dengan kandungan yang berbeda.

Analisa Data Pengujian

Kesimpulan

: iya

(21)

33

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

1.4Langkah-langkah Penelitian

Kegiatan penelitian dilakukan di Laboratorium Bahan dan Komponen Mikroelektronika PPET-LIPI. Pembuatan dan pengujian strip biosensor asam urat terdiri dari beberapa tahapan proses, yaitu :

1.4.1 StudiLiteratur

Tahapan pertama yang dilakukan penulis adalah studi literatur.Pada tahap ini dilakukan pengumpulan sumber-sumber bacaan yang menjadi dasar, pembanding, dan pendukung pada penelitian ini, baik dalam bentuk media cetak maupun media elektronik.

1.4.2 Perancangan Biosensor

Agar karakteristik biosensor sesuai dengan yang kita harapkan, maka sebelum melakukan proses pembuatan sensor terlebih dahulu dilakukan perancangan biosensor. Perancangan biosensor dilakukan pada seluruh komponen-komponen biosensor.Perancangan yang dilakukan harus mengacu pada spesifikasi sensor yang diaharapkan dan ketentuan-ketentuan yang terdapat pada tinjauan pustaka.

Perancangan layout biosensor dimulai dengan membuat desain komponen-komponen biosensor dengan menggunakan Corel Draw X3 yang disimpan dalam format CDR. Kemudian dari format CDR dibuatkan bentuk ortho filmnya dalam bentuk negative. Pembuatan ortho film ini dilakukan oleh jasa percetakan repro film .

(22)

34

1. Jarak antar elektroda berdekatan, untuk menghindari tegangan drop 2. Bentuk layout elektroda harus melingkupi satu sama lain.

Perhitungan dimensi dari tiap-tiap elektroda: 1. Tebal elektroda

Tebal elektroda film tebal diperkirakan akan memeiliki ketebalan ± 30 μm, sesuai dengan ketebalan CDF 3 yang digunakan sebagai masker.

2. Jarak antar elektroda

3. Dimensi total dari strip biosensor

Pada perancangan dimensi total dari strip biosensor berukuran 0,8382 cm x 2,3012 cm dengan lebar jalur elektroda kurang dari 1 mm.

Adapun bentuk elektroda dirancang seperti pada Gambar 2.3. Dari pengukuran dan perhitungan yang telah dibuat maka akan dibuat rancangan elektroda dengan aspek rasio yang lebih kecil dengan memendekan panjang jalur elektrodanya. Berikut perhitungannya berdasarkan persamaan 2.3 :

1. Elektroda counter

Bahan : Ag/AgCl dengan resistivitas lembar sebesar 70 mΩ/sq. Maka resistivitasnya :

2. Elektroda reference

Bahan : Au dengan resistivitas sebesar 5 mΩ/sq. Maka resistivitasnya :

3. Elektroda working

Bahan : Au dengan resistivitas sebesar 5 mΩ/sq. Untuk working area akan dibagi 2 yaitu daerah lingkaran dan jalur ke pad.

(23)

35

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

Menurut perhitungan didapatkan resistansi yang lebih kecil sehingga perubahan arus yang terjadi ketika pengukuran kadar asam urat dapat lebih besar. Dengan lebar jalur antar elektroda sebesar 0,5 mm, untuk menjaga agar tidak terjadi loss IR.

3.4.3 Pembuatan Biosensor

Pada proses awal pembuatan biosensor perlu ditentukan alat dan bahan yang akan digunakan dalam proses fabrikasi. Fabrikasi dilakukan dengan teknologi screen printing dan elektroplating.

Gambar 3.3 Skema Fabrikasi Biosensor Asam Urat

1. Pembuatan Screen

Dalam pembuatan screen, alat dan bahan yang dibutuhkan meliputi : a. Screen

Screen yang digunakan berbahan stainless steel, ukuran mesh-nya bervariasi.

Tergantung dengan ukuran partikel yang ingin dibuat. Untuk pasta berbahan logam digunakan screen dengan kerapatan yang tinggi, untuk pencetakkan emas dan Ag/AgCl digunakan screen berukuran 325 dan PdAg digunakan screen berukuran 400. Sedangkan untuk lapisan enkapsulasi digunakan screen berukuran 200, lebih renggang dibandingkan pelapisan pasta logam.

b. Kamar gelap

Ruangan ini digunakan sebagai tempat pola pelapisan masker pada screen. Karena penggunaan CDF 3 yang bersifat fotosensitif, maka diperlukan ruangan ini.

(24)

36

Capilarry Direct Film (CDF), yaitu emulsi film yang digunakan sebagai bidang cetak tembus. Karakteristik CDF 3 yaitu tidak bolek terkena sinar atau cahaya secara langsung, digunakan dalam suhu ruang sekitar 27°C, dengank kelembapan normal dan memiliki ketebalan 30µm.

d. Ulano 133

Ulano 133 adalah suatu bahan emulsi yang digunakan sebagai pelapis (filler) bidang screen yang tidak tertutup oleh CDF 3.

e. Ulano 5

i. air bertekanan tinggi, dan j. screen maker,

Screen maker merupakan alat penyinaran menggunakan sinar ultra violet.

Screen maker yang digunakan adalah “Screen maker 30001 Richmond”

Gambar 3.4 screen polos, ulano 133, ulano 5, dan screen maker Proses pembuatan screen dilakukan dalam ruang gelap. Screen yang dibuat berfungsi sebagai pembentuk pola dan menentukan ketebalan pasta yang dicetak pada substrat. Ukuran pada screen ini disebut mesh, yang menentukan kerapatan pada masing-masing screen.

(25)

37

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

reference, masker pad biosensor, dan masker enkapsulasi biosensor. Lapisan

enkapsulasi digunakan sebagai pelindung biosensor. Secara sistematis proses pembuatan screen dapat dilihat dalam Gambar 3.4.

Gambar 3.5 Langkah-langkah proses pembuatan screen

Screen yang digunakan adalah dari bahan stainless steel dengan ukuran

(26)

38

Gambar 3.6 Proses pembersihan screen

Setelah screen kering dan bersih, selanjutnya adalah mempersiapkan emulsi CDF 3 dalam ruangan gelap. Kertas CDF 3 dipotong dengan ukuran 2,5” x 2,5”. Tempelkan kertas CDF 3 ditengah screen rekatkan dengan solasi transparan. Kemudian lapiskan emulsi ulano 133 pada bagian tengah screen secara merata dengan rakel. Keringkan dengan hair dryer selama 10 menit, hingga kering.

Setelah screen dengan CDF 3 kering, buka lapisan transparan tipis penutup CDF 3. Pastikan lapisan CDF 3 tetap melekat sempurna di screen. Di bagian CDF tempelkan ortho-film pola yang ingin dicetak, rekatkan dengan solasi transparan di salah satu sisinya agar tidak bergeser. Letakkan screen ditengah-tengah bidang penyinaran pada screen maker 3000T Richmond. Tutup mesin bidang penyinaran tersebut dan vakumkan. Operasikan screen maker untuk melakukan penyinaran selama kurang lebih 10 menit. Pada proses ini pola ortho-film yang menutupi lintasan cahaya bereaksi terhadap bahan CDF 3 sehingga pola dapat tercetak di screen

Untuk memperoleh pola tersebut, setelah proses penyinaran selesai, ambil screen dari mesin lalu semprot dengan air bertekanan tinggi secara perlahan agar pola tidak rusak. Setelah tampak dan tercetak dengan keringkan screen dengan hair dryer.

(27)

39

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

(a) (b)

(c)

Gambar 3.7 Pola elektroda yang telah tercetak pada screen. a. Masker elektroda reference b. Masker elektroda working dan counter c. Masker pad biosensor

2. Pencetakkan pasta pada substrat

Proses pencetakkan pasta pada substrat membutuhkan alat dan bahan sebagai berikut :

a. Substrat alumina berukuran 2” x 2” 3 buah b. Konduktif pasta untuk bahan elektroda

Untuk elektroda working dan counter menggunakan pasta emas dari DuPont QG150, untuk elektroda reference menggunakan pasta Ag/AgCl dari DuPont 5874, dan untuk pad menggunakan pasta PdAg dari DuPont 7484 c. Dielektrik pasta

Dielektrik pasta untuk bahan enkapsulasi dari Electro-Science Laboratories Inc. Type 4608 CFB M2.

(28)

40

e. Printer de Haart

Tekanan pada alat ini dapat diatur dengan kompresornya sesuai dengan kualitas screen dan ketebalan pasta yang diinginkan. Karena ketebalan yang diinginkan sama dengan penelitian sebelumnya sebesar 30 μm, maka tekanan yang digunakan pun sama yaitu sebesar 4 psi.

f. Oven

Digunakan untuk pengeringan dengan suhu dibawah 200°C. Proses ini berfungsi mengurangi kandungan air.

g. Pemanas RTC (Radian Technology Corporation)

Alat ini mampu memanaskan hingga suhu 850°C. Alat ini berfungsi untuk meperkuat ikatan antar partikel pada pasta dan menghilangkan kandungan kimia yang tidak diinginkan.

h. Tiner, cairan pembersih screen dan rakel dari pasta setelah proses pencetakkan i. Dye water atau air destilasi

j. Isopropanol analys (IPA)

k. Branson 3200, alat untuk membersihkan substrat dengan memafaatkan sinar UV dan getaran pada alat.

l. Pemotong keramik

(29)

41

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

Substrat yang digunakan berbahan alumina dengan ukuran 2 inchi x 2 inchi sebanyak 3 buah, yang akan menghasilkan 24 strip biosensor. setiap alumina menghasilkan 8 buah strip. Pasta yang akan dicetak pertama adalah pasta yang paling tahan dengan panas, karena stiap proses pencetakkan akan diakhiri dengan pemanasan agar ikatan partikel pada pasta yang tercetak semakin kuat.

(30)

42

Gambar 3.10 Pencucian dengan Branson 3200

Pasta pertama yang digunakan adalah PdAg. Siapkan masker pad yang menggunakan bahan PdAg seperti pada Gambar 3.6.c. Pasangkan pada alat printer de Haart. Atur tekanan kompresi sebesar 40 bar. Letakkan substrat di tengah-tengah bidang pencetakkan. Olesi pasta PdAg di bagian sisi awal rakel menyentuh screen.

Gambar 3.11 Printer de Haart yang siap digunakan

Untuk mengaktifkan proses pencetakkan injak tuas dibawah printer de Haart. Rakel akan bergerak dan menyapu pasta ke masker secara merata. Pasta emas tercetak pada substrat. Panaskan alumina dengan pola emas di oven dengan suhu 195°C selama 15 menit.

Cuci masker dengan tiner. Jika pasta tidak langsung turun, usap dengan lap dari arah belakang screen. Dari arah depan hanya boleh menyemprotkan tiner, namun untuk mengusap screen lakukan dari arah belakang agar pola masker tidak rusak.

(31)

43

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

Pasta kedua yang dicetak adalah emas dari DuPont QG150. Sesuai dengan desain yang dibuat dengan Corel Draw X5, pola elektroda working ini akan berada di atas pad. Seperti pencetakkan pad, proses yang dilakukan pun sama, namun pastikan penempatan alumina di bawah masker. Sehingga pola elektroda working tercetak tepat, tidak bergeser. Setelah pasta emas tercetak panaskan

kembali dengan oven dengan suhu 195°C selama 15 menit. Bersihkan screen masker dengan tiner.

Gambar 3.12 Hasil pencetakkan PdAg dan emas

Pasta ketiga yang dicetak adalah Ag/AgCl untuk pola elektroda refernce seperti pada Gambar 3.6.a. Luruskan kembali alumina tepat berada dibawah pola masker pada screen agar pasta Ag/AgCl tercetak di posisi yang benar. Setelah pasta emas tercetak panaskan kembali dengan oven dengan suhu 195°C selama 15 menit. Bersihkan screen dengan tiner.

Setelah ketiga pasta konduktif tercetak pada alumina firing kembali alumina pada RTC dengan suhu 850°C untuk membuang zat-zat kimia yang tidak diinginkan. Dinginkan alumina yang sudah keluar dari RTC. Pemotongan alumina menjadi strip biosensor dilakukan dengan mata intan.

3. Elektroplating

(32)

44

a. Pembuatan PPy 0,1 M

Encerkan PPy (C4H5N) dari Sigma-Aldrich 131709 dengan persamaan pengenceran

………(3.1)

Keterangan : M1 : molaritas awal V1 : volume awal

M2 : molaritas yang diinginkan V2 : volume pengencer

Untuk menghitung banyaknya larutan PPy yang ditambahkan dalam 500 ml aquades. Digunakan persamaan di atas, jika molaritas mula-mula PPy sebesar 14,413 M akan dilarutkan dalam 500 ml aquades. Maka,

14,413 x V1 = 0,1 x 500 ml 14,413 V1 = 50 ml

V1 = 3,47 ml

Sebanyak 3,47 ml PPy ditambahkan pada 500 ml aquades dalam tabung reaksi, kocok hingga tercampur. Tambahkan serbuk alumina untuk ngurangi reaksi oksidasi pada larutan. Saring dengan kertas saring, agar tersaring serbuk alumina yang mengendap.

(33)

45

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

b. Pembuatan larutan PANi (C6H7N) 0,1 M

Seperti pada pembuatan larutan PPy, mula-mula hitung volume PANi yang akan dilarutkan dalam 500 ml aquades dengan persamaan pengenceran 3.1. Jika molaritas mula-mula PANi 10,97 M, maka

10,97 x V1 = 0,1 x 500 ml 10,97 V1 = 50 ml

V1 = 4,56 ml

Sebanyak 4,56 ml PANi ditambahkan pada 500 ml aquades, kocok hingga tercampur rata. Larutan PANi siap digunakan.

Sedangkan alat-alat yang dibutuhkan dalam proses ini adalah beaker glass 500 ml, kertas saring, sendok pengaduk, botol kimia 500 ml, kertas label, kabel, emas lempengan, power supply, tabung gas nitrogen, selang udara, tissue, statip, timer, dan multimeter. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 3.14.

(34)

46

Sebelum melakukan proses elektroplating campurkan 250 ml PANi dengan 250 ml H2SO4 sebagai katalis dalam satu beaker glass 500 ml. Aduk dengan cara mem-bubbling larutan ini dengan gas nitrogen selam 4 menit. Proses pemberian gelembung ini tidak hanya untuk mengaduk namun juga untuk menghilangkan oksigen. Hal ini juga dilakukan pada larutan Ppy.

Gambar 3.15 Penempatan strip biosensor pada alat elektroplating Langkah awal yang dilakukan adalah buat rangkaian listrik seperti Gambar 3.9. Posisikan strip biosensor pada alat elektroplating seperti Gambar 3.10. Pada proses ini diberikan arus pada strip biosensor yang sudah dibuat. Arus yang diberikan berkisar 200 –350 μA dengan rangkaian seperti pada Gambar 3.16.

Gambar 3.16 Rangkaian elektroplating Power Supply (-) (+)

Alat electroplating (kaki tengah biosensor) (-)

(35)

47

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

Proses elektroplating:

a. Biosensor direndam dalam larutan PANi 0,1 M + H2SO4 pada arus 200-350

μA selama 4 menit. Cuci dengan aquades.

b. Biosensor direndam dalam larutan PPy pada arus 200 –350 μA selama 10 menit, hinggga lapisan polimer terlihat.

c. Cuci dengan dye water, keringkan biosensor.

Gambar 3.17 Proses Elektroplating

Proses ini merupakan proses pelapisan polimer pada elektroda working biosensor dengan memberikan tegangan pada larutan kimia aktif. Lapisan yang terbentuk merupakan lapisan film tipis polimer Polyaniline dan Polypyrrole (PANi-Ppy).

Gambar 3.18 Hasil elektroplating

(36)

48

kemudian larutan PPy. Sebelum larutan diganti cuci dengan dye water. Keringkan strip biosensor.

4. Immobilisasi Enzim

Setelah lapisan polimer terbentuk rata diatas emas, dilakukan proses immobilisasi enzim. Enzim diimobilisasi pada permukaan elekroda yang kemudian dilapisi oleh menbran. Membran ini berfungsi untuk menstabilkan konfigurasi elektroda dan juga untuk mencegah masuknya senyawa pengganggu yang dapat bereaksi dengan enzim. Elektroda ini ditempatkan dalam larutan analit yang kemudian akan berdifusi melewati membran menuju lapisan enzim.

Metoda immonilisasi yang digunakan adalah pembentukan cross-linking oleh uap glutaraldehid. Senyawa ini akan membentuk suatu lapisan matriks tertentu dimana di dalamnya molekul enzim yang dioleskan pada permukaan elektroda akan terjebak dalam struktur cross-linking proses ini dilakukan dengan menempatkan strip biosensor diatas uap glutaraldehid selama 15 menit hingga permukaan elektroda working menjadi kering.

3.4.4 Pengujian dan Karakterisasi Biosensor

Gambar 3.19 Pengujian dengan prototype dari LIPI

Pengujian dapat dilakukan dengan menggunakan alat prototype dari LIPI maupun dengan seperangkat komputer, setelah strip di immobilisasi dengan uricase. Kemudian diteteskan asam urat dengan konsentrasi yang berbeda. Satu strip biosensor hanya dapat digunakan satu kali. Pembacaan tegangan keluaran biosensor dengan aplikasi AutoLab.

(37)

49

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

konfigurasi tiga elektroda, lapisan PPy-PANi/Au sebagai elektroda working, lapisan Au sebagai elektroda reference, dan Ag/AgCl sebagai elektroda counter.

Gambar 3.20 Diagram alur Pengujian

(38)

50

Gambar 3.21 Alat SEM dan EDS JEOL JSM 6360 LA

SEM adalah mikroskop yang menggunakan hamburan elektron dalam membentuk bayangan. Hasil dari foto SEM dapat digunakan untuk mengetahui bagaimana morfologi permukaan dari suatu kristal (butir-butir dan batas butir).

Untuk menghitung banyak bulir digunakan metode Hien. Berikut langkah-langkah perhitungan butir dengan metode Hien :

1. Catat pembesaran yang dilakukan ada saat SEM

2. Buat garis lurus horizontal sebanyak banyaknya (satu butir untuk satu garis) pada Gambar hasil SEM, hitung panjang garis.

3. Hitung jumlah butir yang diberi garis lurus. Jumlahkan seluruh butir pada seluruh garis.

4. Masukkan senluruh nilai pada persamaan 3.1 untuk menghitung ukuran butir :

EDS adalah teknik analisis yang digunakan untuk menganalisis elemen atau karakterisasi kimia dari sampel. Pengujian ini adalah salah satu jenis spektroskopi sinar X yang mengutamakan penyelidikan sampel melaui interaksi antara radiasi elektromagnetik dan materi, analisis sinar X yang dipancarkan melalui tumbukan dengan partikel bermuatan. Prinsip dasar karakterisasi ini adalah setiap elemen struktur atom yang unik memungkinkan sinar X memiliki ciri khas yang sama dengan energi yang dimiliki atom.

(39)

51

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

diskrit atau kulit elektron yang terikat pada inti. Sinar-X dapat mengeksitasi elektron dalam kulit atom, membuat elektron menciptakan hole. Elektron kulit terluar, yang lebih tinggi energinya kemudian menempati hole, dan perbedaan energi antara kulit dengan energi lebih tinggi dan kulit dengan tingkat energi yang lebih rendah, dan menunjukan struktur atom unsur dari kulit dimana dipancarkan, hal ini memungkinkan komposisi unsur dari sampel dapat diketahui.

(40)

63

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 1.1Kesimpulan

Morfologi hasil proses perlapisan elektroplating polimer pada elektroda working ditampilkan pada hasil pengujian SEM dan EDS. Ketebalan lapisan polimer yang dihasilkan dari perbedaan besarnya arus saat proses elektroplating tidak jauh berbeda dengan ketebalan film tebal yang dibuat, yaitu berkisar 30 μm. Namun homogenitasnya berbeda, seperti yang tergampar pada citra penampang strip. Pada arus kurang dari 200 μA lapisan PPy hanya tersebar di pinggir elektroda working. Sehingga di tengahnya hanya terlihat lapisan PANi. Dari hasil EDS ditampilkan bahwa unsur yang menyusun polimer-polimer tersebut adalah karbon dan nitrogen sebanyak 33 dan 11 persen, serta terdeteksinya Al2O3 sebagai substrat.

Dari pengujian keseragaman resistansi, resistansi yang dihasilkan dari proses screen printing sudah menunjukan hasil yang baik. Nilai delta R yang kecil menunjukan keseragaman yang baik. Namun, belum dapat dihasilkan resistansi yang seragam setelah pelapisan polimer. Hasil yang didapatkan sangat bervariasi.

Secara teori nilai konsentrasi asam urat yang besar akan menghasilkan arus keluaran yang lebih besar. Dari hasil pengujian secara amperometrik keluaran arus, menunjukan bahwa biosensor asam urat kaki lengkung memiliki nilai keluaran arus yang lebih besar dibandingkan biosensor asam urat kaki siku dengan konsentrasi asam urat yang sama. Dengan range arus keluaran biosensor berelektroda kaku lengkung dari konsentrasi 2 mg/dl dan 5 mg/dl sebesar 0,16 mA dan arus keluaran biosensor berlektroda kaki siku 0,1 μA. Semakin besar rangenya Hal ini menunjukan salah satu indicator bahwa selektifitas dan sensitfiitas biosensor asam urat kaki lengkung lebih baik dibandingkan biosensor asam urat kaki siku.

1.2Saran

(41)

64

Erica Caesariaty Harni Prima Nabena, 2013

dan waktu yang pas selama proses elektroplating. Perlu dilakukan penelitian dengan melakukan variasi arus dan waktu proses elektroplating, sehingga mendapatkan ketebalan lapisan polimer dengan nilai tertentu. Agar dapat dihasilkan ketebalan dan resistansi yang seragam pada elektroda working.

(42)

65

DAFTAR PUSTAKA

Arshak, K., Velusamy, V., Korostynska, O., Oliwa-Stasiak, K., dan Adley, C. (2009) “Conducting Polymers and Their Applications to Biosensors : Emphasizing Foodborne Pathogen Detection”. IEEE Sensors Journal. 9, (12),1942-1951.

Arslan, F. (2008). An Amperometric Biosensor for Uric Acid Determination Prepared From Uricase Immobilized in Polyaniline-Polypyrrole Film. Sensors. 5492 – 5500.

Arslan, F., Ustabas, S., dan Arslan, H. (2011). “An Amperometric Biosensor for Glucose Determination Prepared from Glucose Oxidase Immobilized in

Polyaniline-Polyvinylsulfonate Film”. Sensors. 11, 8152-8163.

Chen, J.-C., Chung, H.-H., dan Tsai, D. –M. (2005). “A Disposable Single Use Electrochemical Sensor For The Detection Of Uric In Human Whole Blood”. Sensors and Actuators B. 110, 364 – 369.

Cho, W-J. dan Huang, H-J. (1998). “An Amperometric Urea Biosensor Based on A Polyaniline

-Perfluorosulfonated Ionomer Composite Electrode”. Anal.Chem. 70. 3946-3951.

Clark, L.C. (1956). “Monitor and Control of Blood and Tissue Oxygen Tensions”. Trans. Amer. Soc. Artif. Internal Organs. 2, 41,

Chiang, J. C., dan Macdiarmid, A.G., (1986). “Polyaniline-Protonic Acid Doping of The

Emeraldine Form To Metallic Regine”. Synth. Met. 13, (1-3), 193-205.

Ekananda, Rizki. (2008). “Pembuatan dan Karakterisasi Biosensor Kolesterol dan Biosensor

Glukosa”.

Ernst, H. dan Knoll. M. (2001). “Electrochemical Characterisation Of Uric Acid Ascorbic Acid At A Platinum Electrode”. Analitica Chimica Acta. 449, 129-134.

Gunawan, B. (2010). “Aplikasi Sensor Kimia Sebagai Biosensor Berbasis DNA”. UMK

“Mawas”. 1-17.

Güven, O. (2007). “Radiation-Induced Conductivity Control in Polyaniline Blends/Composites”. Radiant. Phys. Chem. 76. 1302-1307.

(43)

66

Hiskia, Mambu, G.A., dan Kusharyoto, W. (2006). ”Rancang Bangun Amperometric Biosensor Cholestrol Dengan Teknik Screen Printing”. Prosiding Seminar Nasional IPTEK Solusi Kemandirian Bangsa. 643-549.

Hsuch, C., dan Brajter-Toth, A. (1993). “Fast scan Voltametry in Aqueous Solutions at Carbon

Fibre Ultramicro with Online iR Compensation”. Anal. Chem. 65. (11). 1570-1575.

Kausaite-Minkstimine, A., Mazeiko, V., Ramanavicience, A., dan Ramanavicius, A. (2011). “Evaluation of Amperometric Glucose Biosensor Based on Glucose Oxidase Encapsulated

Within Enzymatically Synthesized Polyaniline and Polypyrrole”. Sensors Aad Actuator B.

158, 278-285.

Kiran, R., Scorsone, Emmanuel., Mailley, P., dan Bergonzo, P. (2012). “Quasi-Real Time Quantification of Uric Acid in Urine Using Boron Doped Diamond Microelectrode with in Situ Cleaning”. Analytical Chemistry, ACS Publication. 84, 10207 – 10213.

Liberopoulus, E., Christides, D., dan Moses, E. “Comparative Effects of Losartan and Irbesartan

on Serum Uric Acid in Hypersensitive Patients with Hyperuricemia and Gout”. Journal Hypertension. 20, 347.

Malhotra, B.D., Chaubey, A., dan Singh, S.P. (2006). “Prospect of Conducting Polymers in

Biosensors”. Analytical Chemica Acta. 578. 1. 59-74.

Malinauskas, A. (1999). Synth. Met. 107. 75.

Manurung, R.V., Kurniawan, E. D., dan Risdian, C. (2012). “The Electropolymerization Of Conductive Polymer PPy-PANi On Gold Electrodes For Uric Acid Biosensor”. International Journal of Engineering & Technology IJET-IJENS. 12, (6), 91-94.

Piermarini, S., Miglirelli, D., Volpe, G., Massaoud, R., Pierantozzi, A., Cortese, C., dan

Palleschi, G. (2013). “Uricase Biosensor Based on A Screen-Printed Electrode Modified

With Prussian Blue For Detection of Uric in Human Blood Serum”. Sensors and Actuator B : Chemical. 179, 170-174.

Raman, A. (2007). Material selection and applications in mechanical engineering. New York : Industrial Press Inc.

Ramanavicius, A. dan Ramanavicience, A. (2006). “Electrochemical Sensors Based On Conducting Polymer-Polypyrrole”. Electrochimia acta. 51, 6025 – 6037.

(44)

67

Ruiz, J.J., dan Rodriguez-Mellado, J.M. (1989). “New Aspects of Oxidation-reduction Mechanism of The Ascorbic-dehydroascorbic Acid System on The Dropping Mercury

Electrode”. Journal of Chemical Society, Faraday Transaction. 85, 1567-1574.

Tian, F., dan Zhu, G. (2002). “Bioenzymatic Amperometric for Glucose Based On Polypyrrole/Ceramic Carbon as Electrode Material”. Analytica Chimica Acta. 451. 251-258.

Yildiz, H.B., dan Toppare, L. (2006). “Biosensing Approach for Alcohol Determination Using

Immobilized Alcohol Oxidase”. Biosensors, Bioelectronics. 21, 2306-2310.

Gambar

Tabel 2.1 Beberapa enzim immobilisasi dan zat analitnya …………………… 11
Gambar 3.1 Proses Penelitian
Gambar 3.2 Ortho film design biosensor asam urat
Gambar 3.3 Skema Fabrikasi Biosensor Asam Urat
+7

Referensi

Dokumen terkait

jasa perhitungan neraca penyediaan dan kebutuhan energi, harga energi dan keekonomiannya serta jasa perhitungan pembangkitan sistem kelistrikan dan pengaruhnya

Rematik dapat menyerang hampir semua sendi, tetapi yang paling sering diserang adalah sendi di pergelangan tangan, buku-buku jari, lutut dan engkel kaki. Sendi-sendi lain yang

sekolah/madrasah penyelenggara yang dihadiri oleh perwakilan serta kepala sekolah penggabung dan minimum seluruh guru kelas IX untuk SMP/MTs atau XII untuk

1.1.1 Sebagaimana yang digunakan dalam Syarat-syarat Penggunaan ini: 1) setiap produk Perangkat Lunak dan/atau Perangkat Lunak Pihak Ketiga (sebagaimana yang dinyatakan dalam

Tantangan pertama, adalam bagaimana belajar dan mengajar tentang Islam, satu sisi dalam konteks Orientalisme, yang melihat dan mempelajari Islam semata-mata untuk kepentingan

Bab ini mendeskripsikan mengenai kesimpulan dan saran dalam penelitian ini, dimana kesimpulan penelitian ini adalah proses optimalisasi modal politik pasangan Ismet Amzis-Harma

Hipotesis keempat yaitu terdapat pengaruh Value added capital employed (VACA), Value added human capital (VAHU) dan Structural capital value added (STVA) terhadap Return On Asset

Penelitian yang bersifat kuasi eksperimen telah dilakukan untuk melihat efek diberikannya pelatihan regulasi diri dalam belajar melalui web dan metode belajar problem-based