• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENATALAKSANAAN TUMOR GANAS MESENKIMAL LARING PADA ANAK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENATALAKSANAAN TUMOR GANAS MESENKIMAL LARING PADA ANAK."

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENATALAKSANAAN

TUMOR GANAS MESENKIMAL LARING PADA ANAK

Sukr i Rahman, Bestar i Jaka Budiman, Rossy Rosalinda*

Bagian Telinga Hidung Tenggor ok Bedah Kepala Leher

Fakult as Kedokt er an Univer sit as Andalas/ RSUP Dr . M. Djamil Padang

ABSTRAK

Tumor ganas laring jarang ter jadi pada anak. Oleh kar ena rendahnya kecur igaan ter hadap penyakit ini dan relatif sulit untuk menghadapi anak selama pemeriksaan lar ing, tumor ganas laring pada anak seringkali ter lambat didiagnosis. Biasanya pasien ter diagnosis pada stadium lanjut. Terapi tumor ganas lar ing pada anak masih mer upakan suatu tantangan dan ber beda-beda berdasarkan jenis tumor . Pembedahan merupakan pilihan terapi utama untuk tumor ganas mesenkimal sedangkan radioterapi dan kemoter api tidak memberikan manfaat untuk jenis tumor ini. Oleh karena ter dapat masalah dalam ber bicara setelah tindakan pembedahan, dibutuhkan suatu rehabilitasi suar a pada pasien dengan tumor ganas lar ing.

Satu kasus fibr ohistiositoma tipe angiomatoid lar ing dilaporkan pada anak laki-laki usia 12 tahun dan telah dilakukan tindakan laringektomi total serta direncanakan untuk r ehabilitasi suara.

Kata Kunci: Tumor ganas laring pada anak, fibr ohistiositoma lar ing, lar ingektomi total, rehabilitasi suara

ABSTRACT

Lar yngeal cancer is uncommon in childr en. Because of low index of suspicion and r elat ively difficult t o encount er ed t he child dur ing lar yngeal examinat ion, t he diagnosis of pediat r ic lar yngeal cancer is oft en delayed. Usually t hese pat ient s ar e

diagnosed in lat e st ages. The t r eat ment of pediat r ic lar yngeal cancer is st ill challenging and being differ ent fr om t he t ype of t he t umor . Sur ger y is t he fi r st choice of t r eat ment for mesenchymal cancer as r adiot her apy and chemot her apy does not offer t he benefit for t his t umor . Because of a pr oblem in t alking aft er surgical t her apy, it needs such a voice r ehabilit at ion in lar yngeal cancer pat ient .

A case of lar yngeal fibr ous hist iocyt oma w it h angiomat oid t ype w as r epor t ed in 12-year -old boy and have been done t ot al lar yngect omy and also planned t o voice r ehabilit at ion.

Key Wor ds: Pediat r ic lar yngeal cancer , lar yngeal fibr ous hist iocyt oma, t ot al lar yngect omy, voice r ehabilit at ion

Pendahuluan

Tumor ganas lar ing merupakan kasus yang jarang ditemukan pada anak. Kasus ini pertama kali dilapor kan oleh Rehn pada tahun 1868 yang menemukan kar sinoma sel skuamosa laring pada anak..1,2,3

Mekanisme ter jadinya tumor ganas lar ing pada anak masih belum jelas. Namun, terdapat beberapa faktor r isiko yang berhubungan, diantaranya transformasi malignan papiloma lar ing, r iwayat radioterapi pada kepala dan leher , paparan zat kimia kar sinogenik, konsumsi tembakau, alkohol dan riwayat keluar ga dengan tumor ganas laring. Keganasan lar ing pada anak diduga mer upakan hasil akhir dari inter aksi faktor lingkungan dan genetik.1,2

Diagnosis tumor ganas laring ditegakkan dengan pemer iksaan laringoskopi indirek atau direk dan biopsi. Selain itu, diper lukan pemeriksaan radiologi seperti tomografi komputer atau pencitraan resonans magnetik laring untuk menentukan per luasan tumor . Pemer iksan r adiologi pada tulang, hepar dan limpa juga dilakukan untuk menilai adanya metastasis.1,3,4

Penanganan tumor ganas lar ing pada anak masih mer upakan suatu tantangan dan berhubungan dengan aspek psikososial. Pembedahan mer upakan pilihan ter api utama untuk tumor ganas mesenkimal sedangkan r adioter api dan kemoter api tidak memberikan banyak manfaat. Setelah tindakan pembedahan, dibutuhkan suatu r ehabilitasi suara untuk meningkatkan kualitas hidup anak.3,5,6,7

Lapor an Kasus

(2)

2

paha tidak dikeluhkan pasien. Juga tidak ter dapat r iwayat demam, suara serak atau sesak nafas sebelumnya. Pasien tidak memiliki kebiasaan mer okok dan konsumsi alkohol ser ta tidak ter dapat riw ayat keluar ga dengan penyakit ser upa.

Pada pemer iksaan fisik didapatkan kelainan ber upa takipnea, retraksi pada suprasternal dan epigastrium ser ta ter dapat str idor inspir asi. Pada pemer iksaan telinga, hidung dan or ofar ing tidak ditemukan kelainan. Pada pemer iksaan lar ingoskopi indirek tampak massa ber lobus-lobus, ber war na kemerahan dengan permukaan licin yang menutupi plika ventr ikularis dan plika vokalis, ter utama sisi kanan. Epiglotis, aritenoid dan sinus piriformis dalam batas nor mal. Pada regio colli dekstr a dan sinistra tidak ditemukan pembesaran kelenjar getah bening. Pasien didiagnosis sebagai obstruksi jalan nafas atas gr ade II ec suspek tumor laring dan direncanakan untuk dilakukan tindakan tr akeostomi secara elektif dan mikr olaringoskopi-biopsi tumor laring dalam narkosis umum.

Pada tanggal 15 April 2010 dilakukan tr akeostomi dan mikrolar ingoskopi-biopsi tumor laring dalam nar kosis umum. Pada tanggal 19 Apr il 2010 didapatkan hasil biopsi tumor dengan kesan fibr ohistiositoma benigna (No. PA: P. 1513-10).

Pada tanggal 28 Apr il 2010 dilakukan evaluasi laring dengan laringoskopi serat optik dan didapatkan gambar an massa ber lobus dengan per mukaan licin dan ber w ar na kemerahan yang hampir memenuhi selur uh r ongga laring; plika ventrikularis, plika vokalis dan rima glotis tidak dapat dinilai.

Pada tanggal 8 Mei 2010 dilakukan pemer iksaan tomografi komputer laring dan didapatkan gambaran massa isodens pada daer ah glotis dan supraglotis, tidak tampak destruksi pada kar tilago tir oid dan krikoid.

Pasien didiagnosis sebagai benign fibr ous histiocytoma laring. Oleh karena per tumbuhan tumor yang sangat cepat, pasien dir ujuk ke bagian THT-KL RSCM untuk tatalaksana lebih lanjut dan konfirmasi slide hasil biopsi tumor ke bagian Patologi Anatomi (PA) RSCM.

Pada tanggal 11 Agustus 2010 didapatkan hasil kesan tumor miofibroblastik inflamator i pada slide yang dikonfirmasi di bagian PA RSCM. Pada tanggal 30 Agustus 2010 dilakukan tindakan debulking t umor -biopsi dan didapatkan hasil kesan keganasan mesenkimal (sar koma), dengan kemungkinan fibrosar koma atau sinoviosar koma monofasik (No. PA: 1006053). Pasien disarankan untuk dilakukan operasi pengangkatan lar ing, namun pasien dan keluar ga menolak.

Pada bulan November 2010 kembali dilakukan tindakan ekstir pasi tumor-biopsi dan didapatkan hasil biopsi kesan condong suatu fibr osar koma derajat 2 (No. PA: 1008105). Pasien disarankan untuk dilakukan tindakan operasi pengangkatan laring, namun pasien dan keluarga masih menolak. Karena alasan biaya, keluar ga pasien meminta untuk melanjutkan pengobatan di RSUP Dr . M. Djamil Padang.

Pada tanggal 28 Mar et 2011 pasien datang ber obat ke poliklinik Sub Bagian Onkologi Bagian THT-KL RSUP Dr . M. Djamil Padang dengan keluhan sukar menelan sejak tiga minggu yang lalu. Pada pemeriksaan telinga dan hidung tidak ditemukan kelainan. Dar i pemer iksaan orofaring didapatkan massa ber war na kemerahan dengan permukaan licin telah menutupi hampir selur uh r ongga or ofaring. Pada regio colli anterior tampak kanul tr akeostomi ter pasang baik dan pasase udar a lancar. Pembesaran kelenjar getah bening pada leher tidak ditemukan. Pasien didiagnosis sebagai fibr osarkoma laring. Pada pasien dilakukan pemasangan

nasogast r ic t ube (NGT). Untuk menentukan stadium penyakit, dilakukan pemeriksaan r adiologi tomografi komputer lar ing (No. Foto C. 291), didapatkan gambaran lesi isodens yang memenuhi r ongga lar ing dan meluas ke or ofar ing dan nasofar ing. Kesan tumor laring yang meluas ke nasofar ing (gambar 1A-B). Dar i hasil pemer iksaan tes fungsi hepar dan ginjal ser ta foto polos thoraks tidak ditemukan kelainan. Pasien didiagnosis sebagai fibr osarkoma laring stadium IIB (T2bN0M0G2) dan

direncanakan untuk tindakan laringektomi total. Pasien dan keluarga setuju untuk dilakukan oper asi.

A. B.

Gambar 1. Tomogr afi komputer lar ing. (A) Potongan cor onal dan (B) potongan aksial, tampak massa isodens yang memenuhi

(3)

3

Sebagai per siapan oper asi, dilakukan pemer iksaan laborator ium darah dan didapatkan hasil darah r utin dan PT/ APTT dalam batas normal. Namun, ter dapat gangguan elektr olit ber upa hiponatremia (natrium 117 mmol/ L) dan hipokalemia (kalium 3,9 mmol/ L) dan pasien dir awat di bagian Anak untuk koreksi elektr olit. Setelah hasil labor atorium dalam batas nor mal, pasien direncanakan untuk tindakan laringektomi total. Namun, operasi mengalami penundaan hingga tanggal 24 Mei 2011 kar ena r uangan ICU untuk per awatan pasca operasi tidak ter sedia.

Sebagai terapi pre oper atif, pasien diberikan antibiotik injeksi seftriakson 900 mg (iv). Pada tanggal 24 Mei 2011, pasien menjalani oper asi laringektomi total dalam nar kosis umum. Operasi dimulai dengan pasien tidur telentang di meja operasi dengan kepala hiperekstensi (bahu diganjal). Tindakan asepis dan antisepsis dilakukan pada lapangan oper asi dan dipasang duk ster il. Insisi kulit dilakukan ber bentuk hur uf U setinggi os hioid kiri dan kanan melintasi lubang tr akeostomi dan diper dalam hingga memotong otot platisma. Fascia anter ior dan vena jugularis anterior yang ter lihat dibebaskan serta per darahan diatasi dengan ligasi dan kauter isasi. Muskulus ster nohioid dan ster notir oid dipotong kira-kira setinggi batas bawah kar tilago kr ikoid. Muskulus omohioid dipotong di dekat inser sinya pada os hioid. Kelenjar tir oid dipisahkan ke kiri dan kanan secara tumpul dan tajam dari kartilago kr ikoid dan cincin trakea. Per lekatan otot-otot pada os hioid seperti m. milohioid, m. geniohioid, tendon m. digastr ikus, m. hipoglosus dan m. stilohioid dipisahkan secara tumpul. Mukosa ke r ongga faring diinsisi untuk membuka r ongga ini dan tampak massa kenyal padat dengan per mukaan luar ber lobus-lobus dan ber war na kemerahan keluar dari r ongga hipofar ing dan or ofaring yang berasal dar i laring. Tumor tidak sampai ke daerah post-kr ikoid. Bagian posterior lar ing dan tr akea dipisahkan secara tajam dar i dinding esofagus. Kemudian tr akea dipotong setinggi lokasi tr akeostomi. Defek pada hipofaring dan esofagus dilakukan penutupan ber bentuk hur uf T dengan jahitan cont inuous menggunakan vicr yl 4.0. Tepi tr akea dijahitkan pada tepi kulit dengan benang silk 1.0 pada beberapa tempat. Tepi kulit dir apikan sesuai

dengan bentuk dan ukuran tr akea. Pematus dengan

vacuum dipasang dengan menembus kulit dan difiksasi. Luka operasi ditutup dengan jahitan subkutis dan kutis lapis demi lapis. Verban dan balut tekan dipasang pada daerah operasi. Oper asi selesai. Operasi ber langsung selama empat jam dengan jumlah per darahan intraoper atif sebesar 200 ml. Massa tumor (gambar 2A-C) dievaluasi dan tampak massa ber lobus-lobus, permukaan licin dengan konsistensi kenyal padat, ber war na kemerahan, ukuran 10x6x3 cm pada supr aglotis dan glotis. Massa tumor tidak meluas ke rongga subglotis. Massa dikir im untuk pemer iksaan histopatologi.

Pasca laringektomi total, pasien dianjur kan tidak menelan ludah dan pasien makan cair / minum melalui NGT. Pada hari ketiga pasca operasi, didapatkan cairan pada pematus sebesar 3 ml dan pematus diangkat. Jahitan pada luka oper asi diangkat pada hari ke tujuh dan ke sepuluh secara bertahap.

Pada hari ke-14 pasca operasi, pasien dilakukan tes minum dan tidak didapatkan adanya fistula tr akeoesofagus ataupun esofagokutan ser ta dilakukan pencabutan NGT. Pada luka oper asi juga tidak ditemukan tanda-tanda radang. Stoma lapang dan pasase udara lancar. Pasien didiagnosis sebagai pasca laringektomi total atas indikasi fibr osar koma lar ing stadium IIB. Setelah obser vasi selama satu hari, pasien dibolehkan pulang dan diberi terapi antibiotik oral dan mukolitik.

(4)

4

A. B.

C.

Gambar 2. Massa tumor lar ing (supraglotis dan glotis) dengan konsistensi kenyal padat, ber w ar na kemerahan, ber

lobus-lobus dengan per mukaan licin, ukuran 10x6x3 cm, (A) tampak depan, (B) tampak belakang, (C) potongan endolaring.

A. B.

Gambar 3. Fibr ohistiositoma tipe angiomatoid pada lar ing. ( A) Massa tumor , tampak sel dengan inti oval dan spindel,

ter dapat pola stor iform dan daer ah yang menyerupai hemangioper isitoma, tidak ter dapat mitosis. ( B) Potongan tulang

(5)

5

dibandingkan perempuan dengan per bandingan sebesar 3:2.1,2

Dari suatu penelitian didapatkan distr ibusi usia untuk kejadian tumor ganas lar ing terbanyak pada usia usia 5-9 tahun (1,01%) dan usia 1-4 tahun (1,01%).

Salah satu faktor penyebab tumor ganas laring pada anak adalah adanya degenerasi malignan papiloma dan komplikasi radioterapi ter hadap papilomatosis.1,3,8

Faktor risiko lain meliputi kebiasaan mer okok baik aktif maupun pasif, konsumsi alkohol, dan paparan ter hadap bahan kimia seperti asbestos ser ta adanya r iwayat keluarga dengan tumor ganas.1,2,3,9 Ber bagai penelitian

membuktikan bahwa tembakau dan alkohol menyebabkan perubahan mukosa traktus aer odigestif atas secar a pr ogesif dan dapat berubah dari leukoplakia atau displasia menjadi kar sinoma in situ dan akhir nya ber kembang menjadi kar sinoma invasif.8

Infeksi terhadap human papilloma vir us (HPV) 18 dan 33 serta infeksi human immunodeficiency vir us (HIV) juga ber hubungan dengan tumor ganas laring pada anak.1,8 Namun, secara fundamental tumor ganas laring

pada anak termasuk penyakit genetik dimana ter dapat ker usakan kr omosom spesifik yang menyebabkan sel tidak ber diferensiasi dengan baik.2 Tumor ganas laring

yang agresif diduga ber kaitan dengan kelainan genetik atau imunitas yang mendasari. Schantz et al menemukan sejumlah besar ker usakan kr omosom pada sel tumor ganas pada anak.8 Translokasi kr omosom juga ditemukan

pada anak dengan tumor ganas supr aglotik.1,2 Namun,

faktor penyebab yang pasti pada anak masih belum jelas.9

Diduga tumor ganas lar ing mer upakan hasil akhir dar i

interaksi antar a faktor lingkungan dan genetik.2

Pada pasien ini tidak ter dapat riw ayat suara serak ataupun sesak nafas sebelumnya yang dicur igai adanya suatu tumor pada laring, kebiasaan mer okok, konsumsi alkohol dan riwayat keluar ga dengan penyakit yang sama. Namun, kelainan pada faktor genetik dan imunitas belum dapat disingkir kan pada pasien ini.

Pada kebanyakan kasus, manifestasi klinis yang muncul ber upa suara serak dalam jangka w aktu yang panjang dan adanya obstr uksi jalan nafas atas.1 Gejala lain

dapat berupa disfagia dan/ atau nyeri tenggor ok.8

Keter lambatan dalam diagnosis seringkali dilapor kan kar ena gejala diduga sebagai perubahan suara akibat puber tas, infeksi jalan nafas atas rekuren atau penggunaan suar a yang ber lebihan.1,3 Diagnosis tumor

ganas lar ing didapatkan dar i pemeriksaan pemeriksaan laringoskopi indirek atau direk, dan biopsi.1 Pemeriksaan

tomografi komputer dan pencitraan resonans magnetik dapat membantu dalam menentukan per luasan penyakit. Pemeriksaan radiologi untuk tulang, hepar dan limpa dapat mengevaluasi adanya suatu metastasis.3

Lokasi tumor ganas laring pada anak ter banyak pada glotis (78%) diikuti supraglotis (17%) dan subglotis (5%).1 Rutt et al (2010)8 juga menemukan lokasi tumor

ter ser ing pada anak adalah pada glotis (67,7%) diikuti supraglotis (18,2%) dan subglotis (3,03%) ser ta sisanya ber upa tumor ganas laring yang tidak spesifik. Kebanyakan anak tidak ter dapat metastasis pada kelenjar getah bening. Pembesar an kelenjar getah bening pada leher hanya dilaporkan pada satu kasus. Metastasis jauh juga jarang dilaporkan pada anak.1

Pada pasien ini, tumor ber asal dari glotis dan telah meluas ke eksolar ing yaitu hingga or ofar ing dan nasofar ing serta tidak ter dapat pembesar an pada kelenjar getah bening dan metastasis jauh. Dar i pemeriksaan histopatologi didapatkan hasil tumor ganas fibr osarkoma derajat 2. Ber dasarkan stadium untuk tumor ganas pada jaringan lunak (sar koma), jenis tumor pada pasien ini ter masuk ke dalam stadium IIB (T2bN0M0G2).10,11

Pasien ini telah menjalani empat kali tindakan biopsi, per tama dar i mikr olaringoskopi-biopsi didapatkan hasil fibr ohistiositoma benigna dan dar i hasil konfirmasi didapatkan tumor miofibr oblastik inflamator i. Kedua dar i debulking tumor laring didapatkan hasil tumor ganas mesenkimal (sar koma), kemungkinan fibr osarkoma atau sinoviosar koma monofasik. Ketiga dari ekstirpasi tumor dan didapatkan hasil condong suatu fibr osarkoma derajat 2. Keempat dar i lar ingektomi total didapatkan hasil fibr ohistiositoma tipe angiomatoid.

Pada anak, tipe tumor ganas laring yang paling sering ditemukan adalah kar sinoma sel skuamosa yaitu pada 80% kasus.8Sar koma lar ing hanya ditemukan pada

1-2% dar i semua tumor laring dan jarang ditemukan pada anak.12 Fibr osar koma laring mer upakan salah satu

jenis sar koma yang jarang ditemukan pada anak.6,11

(6)

6

Tabel 1. Derajat Fibr osarkoma13

Der ajat Gambar an Histopatologi

1 Ber diferensiasi baik, selular itas r endah

2 Ber diferensiasi sedang

3 Ber diferensiasi jelek dengan sedikit mitosis

4 Tidak ber difer ensiasi, selular itas tinggi dan banyak mitosis

Salah satu diagnosis banding fibr osarkoma adalah fibr ohistiositoma maligna. Pada pengambilan spesimen biopsi, fibr ohistiositoma ini pada aw alnya seringkali didiagnosis sebagai fibr osar koma.6,14,15

Fibrohistiositoma sangat ber var iasi secara histomor fologi yang ter dir i dar i sel menyer upai histiosit, sel ber bentuk spindel, sel raksasa multinuklear pleomorfik, mitosis tipikal dan atipikal serta nekrosis. Tumor ini tumbuh pada pola storiform, baik fokal maupun difus.14,15 Dari pemeriksaan histopatologi

ter akhir pada pasien ini didapatkan gambar an suatu fibr ohistiositoma tipe angiomatoid. Pada awalnya, jenis tumor ini ter golong ke dalam kelompok fibr ohistiositoma maligna. Namun, pada klasifikasi Wor ld Healt h Or ganizat ion (WHO) pada tahun 1994 yang mengklasifikasikan fibr ohistiositoma ke dalam tiga kategori yaitu benigna, intermediet (maligna derajat r endah) dan maligna, jenis tumor ini ter golong ke dalam kelompok fibr osar koma intermediet (maligna derajat r endah).16,17 Berbagai varian fibr ohistiositoma dari jinak

hingga ganas sulit dibedakan dan diper lukan pemer iksaan imunohistokimia dan mikr oskop elektr on.18

Terapi tumor ganas laring tergantung pada jenis tumor , stadium tumor , ada atau tidaknya keter libatan kar tilago laring dan metastasis. Pada tumor ganas mesenkimal laring, pembedahan mer upakan pilihan ter api utama. Radioterapi dan kemoterapi untuk jenis tumor ini tidak memberikan manfaat. Namun, terapi pada anak ber sifat individual.1,7,9 Preser vasi pada fungsi laring

adalah per timbangan utama.3

Pada pasien ini diputuskan untuk dilakukan tindakan laringektomi total dengan alasan hasil biopsi dari dua operasi sebelumnya didapatkan suatu fibr osarkoma dan ter dapat per tumbuhan tumor yang sangat cepat yang meluas hingga ke r ongga or ofar ing dan nasofar ing. Namun, tindakan lar ingektomi pada anak lebih sulit dilakukan dibandingkan dewasa kar ena str uktur laring anak yang masih lunak dan lapangan operasi yang ter batas serta berhubungan dengan aspek psikososial.1,3,9

Meskipun hasil akhir pemeriksaan histopatologi pada pasien ini ber upa fibr ohistiositoma tipe angiomatoid yang mer upakan suatu jenis tumor ganas derajat r endah, tindakan laringektomi total masih dapat

diper timbangkan. Jor dan & Soames pada tahun 1989 melapor kan satu kasus fibr ohistiositoma benigna pada laki-laki usia 54 tahun yang telah menjalani berbagai operasi pengangkatan tumor tetapi mengalami rekurensi yang masif sehingga dilakukan laringektomi total.18

Pada pasien ini tidak dilakukan radioterapi. Peranan r adioter api untuk tumor ganas laring jenis sar koma masih dipertanyakan. Beber apa studi telah membuktikan bahwa sar koma ber sifat radioresisten.19

Selain itu, r adioterapi r adikal pada anak dapat berakibat r etar dasi pertumbuhan secara signifikan, gangguan pertumbuhan wajah, disfungsi neur oendokr in, gangguan penglihatan, kelainan pada gigi dan hipotir oid serta dapat ber kembangnya tumor sekunder.1,3

Operasi pengangkatan laring dapat menimbulkan masalah dalam ber bicar a dan membutuhkan suatu rehabilitasi meliputi suara esofagus (esophageal speech), laring buatan (ar t ificial lar ynx) dan suara melalui katup trakeoesofagus.5,19-23 Suar a melalui

katup tr akeoesofagus merupakan teknik ter baru yang dapat menghasilkan suara mendekati suar a laring nor mal.15,24 Secara umum, terapi suar a ini dilakukan

sesegera mungkin setelah pasien selesai raw atan pasca operasi.5

Kontr ol yang r utin setelah ter api dibutuhkan yaitu setiap satu bulan sekali dalam satu tahun pertama, dua bulan sekali pada dua tahun per tama, dan setiap 3-6 bulan pada tahun-tahun ber ikutnya hingga 5 tahun. Kontr ol pasca ter api meliputi pemeriksaan fisik lengkap, labor atorium, foto polos thor aks, tomografi komputer atau pencitr aan magnetik resonans laring.4,5

Keganasan laring pada anak lebih agresif dibandingkan dewasa, kemungkinan karena penyakit ini diketahui pada stadium lanjut. Akibatnya, tumor ganas laring pada anak memiliki pr ognosis yang bur uk.3 Namun,

dibandingkan tumor ganas lainnya, fibr osar koma tipe angiomatoid memiliki pr ognosis yang lebih baik.16

Terapi tumor ganas lar ing pada anak masih mer upakan suatu tantangan.1,9 Sulit untuk menjelaskan

kepada pasien mengenai penyakit mereka, ter api yang akan dijalankan dan efek setelahnya.3,9 Dari aspek

psikososial, dibutuhkan suatu kelompok pasien dengan kelainan yang sama (suppor t gr oup) dimana pasien dan keluarga bertemu dengan pasien lain yang sama-sama menderita tumor ganas laring sehingga dapat ber bagi dan mempelajar i penyakit yang dider ita ser ta efek dari ter api yang dijalankan.3,4,5

Daftar Pustaka

1. Manish J, Pankaj C, Pr athamesh P, Devendra C, Gauri P, Anil D. Carcinoma lar ynx in children. Int J Head & Neck Sur g. 2010;1(1):49-51

(7)

7

a differ ent etiology. Acta Otolar yngol. 2004;124:992-4

3. Prasad KC, Abr aham P, Peter R. Malignancy of the lar ynx in a child. ENT J. 2001;80(8):508-11

4. Birchall MA, Pope L. Tumour s of the lar ynx. In: Gleeson M, et al, eds. Scott-Br ow n’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surger y. 7th ed.

Hodder Ar nold Company: London; 2008. p. 2598-619 5. National Cancer Institute. Cancer of the lar ynx. [last

r evised Jun 23, 2011; cited Jul 20, 2011]. Available fr om:

http:/ / w w w.cancer .org/ cancer/ lar yngealandhypop haryngealcancer

6. Gupta SS, Singhal S. Benign fibrous histiocytoma of lar ynx: A rar e cause of acute air w ay obstr uction. Lung India. 2010;3:183-4

7. Bish FO, Clemente JR, Ruiz HG, Fernandez JDM, Bor ge FM. Malignant lar yngeal fibr ous histiocytoma (MLFH): Tw o unusual cases. Acta Otorr hinolar ingol Esp. 2004;55:390-4

8. Rutt AL, Haw kshaw MJ, Sataloff RT. Lar yngeal cancer in patients younger than 30 year s: A review of 99 cases. ENT J. 2010;89(4):189-92

9. Rastogi M, Sr ivastava M, Bhatt MLB, Srivasta K, Bhatia N. Lar yngeal car cinoma in a 13-year-old child. Oral Onc Extr a. 2005;41:207-10

10. Amer ican Society of Clinical Oncology. Sar coma staging. [last update Jul 18, 2011; cited Jul 25, 2011]. Available from:

http:/ / w w w.cancer .net/ cancer+types/ sar coma 11. Edge SB. Byrd DR. Compton CC. AJCC Cancer Staging

Manual. 7th ed. Spr inger -Ver lag: New Yor k; 2010. p.

191-4

12. Gale N, Car desa A, Zidar N. Lar ynx and hypophar ynx. In: Car desa A, Slootweg PJ, eds. Pathology of the Head and Neck. Spr inger : New Yor k; 2006. p. 217-26

13. Imbach P. Soft tissue sar coma. In: Imbach P, Kuhne T, Arceci R, eds. Pediatr ic Oncology: A comprehensive guide. Springer: New York; 2006. p. 137-50

14. Thompson LDR, Fanbur g-Smith JC. Malignant soft tissue tumor s. In: Bar nes L, Eveson JW, Reichar t P, Sidr ansky D, eds. WHO Classification of Tumour s:

Pathology & Genetics Head and Neck Tumour s. WHO: France; 2005. p.147-9

15. Wenig BM. Atlas of head and neck pathology. WB Saunder s Company: Philadelphia; 2008. p. 138-41 16. Fisher C. Fibr ohistiocytic tumor s. In: Montgomery E,

Aar on AD, eds. Clinical Pathology of Soft Tissue Tumor s. Mar cel Dekker : New Yor k; 2001. p. 163-94 17. Wismayer DS, Nascimento AG. Soft tissue tumor s. In:

Cheng L, Bostw ick DG, eds. Essentials of Anatomic Pathology. Humana Pr ess: New Jer sey; 2002. p. 13-3 – 13-12

18. Bielamow icz S, Dauer MS, Chang B, Zimmerman MC. Noncutaneous benign fibr ous histiocytoma of the head and neck. Otolar yngol Head Neck Surg. 1995;113:140-6

19. Liu CY, Wang MC, Li WY, Chang SY, Chu FY. Sar coma of the lar ynx: Treatment r esults and literature r eview . J Chin Med Assoc. 2006;69(3):120-4 20. Elmiyeh B, Dw ivedi RC, Jallali N, Chisholm EJ, Kazi R,

Clar ke PM, Rhys-Evans PH. Surgical voice r estoration after total laryngectomy: An over view . Indian J Cancer . 2010;47(3):230-47

21. Lor enz KJ, Gr oll K, Acker staff AH, Hilger s FJM, Maier H. Hands-free speech after surgical voice r ehabilitation w ith a Pr ovox voice pr osthesis: experience with the Pr ovox Free Hands HME tr acheostoma valve system. Eur Arch Otorhinolaryngol. 2007;264:151-7

22. Attieh AY, Sear l J, Shahalthough NH, Wreikat MM, Lundy DS. Voice restoration following total lar yngectomy by tracheoesophageal pr osthesis: effect on patient’s quality of life and voice handicap in Jor dan. Health and Quality of Life Outcome; 2008:6(26):1-10

23. Par ker AJ. Rehabilitation after laryngectomy. In: Gleeson M, et al, eds. Scott-Br ow n’s Otorhinolaryngology Head and Neck Surger y. 7th ed.

Hodder Ar nold Company: London; 2008. p. 2623-31 24. Hancock K, Houghton B, Van As-Br ooks CJ, Coman

W. Fir st clinical experience with a new non-indwelling pr osthesis (Pr ovox NIDTM) for voice

Gambar

Gambar 1. Tomografi komputer laring. (A) Potongan coronal dan (B) potongan aksial, tampak massa isodens yang memenuhi laring hingga rongga orofaring dan nasofaring
Gambar 2. Massa tumor laring (supraglotis dan glotis) dengan konsistensi kenyal padat, berwarna kemerahan, berlobus-lobus dengan permukaan licin, ukuran 10x6x3 cm, (A) tampak depan, (B) tampak belakang, (C) potongan endolaring

Referensi

Dokumen terkait

Dengan memanjatkan segala puji dan Rasa Syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala Rahmat-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan Skripsi ini

A rang sekam memiliki banyak manfaat, baik di dunia pertanian maupun untuk kebutuhan industri, para petani memanfaatkan arang sekam sebagai penggembur tanah, bahan pembuatan

Pencurian aset yang tidak tampak pada buku, dan tidak akan dapat dideteksi melalui pengujian transaksi akuntansi “yang dibukukan”, seperti: pencurian... uang pembayaran piutang

Berdasarkan pertimbangan hakim terhadap unsur pasal 55 ayat (1) ke- 1 KUHP pada perkara aquo, menyatakan bahwa berdasarkan fakta-fakta yang terungkap di persidangan, telah tampak

Faktor yang mempengaruhi subjek penelitian untuk terlibat dalam exploratory risk-taking behavior adalah peer pressure family involvement, sehingga keterlibatan subjek pada

Resusitasi jantung paru merupakan usaha yang dilakukan untuk mengembalikan fungsi pernafasan dan atau sirkulasi pada henti nafas (respiratory arrest) dan atau henti jantung

Manfaat praktis dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada seluruh masyarakat yang aktif pada media sosial agar dapat mengetahui bahwasanya dapat

Dari data-data yang diperoleh penulis berdasarkan analisis Balanced Scorecard dapat diketahui bahwa kinerja perusahaan berada dalam kondisi cukup baik. Hal ini dapat dilihat