• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENERAPAN METODE DISCOVERY DALAM MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SAINS.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENERAPAN METODE DISCOVERY DALAM MEMBANGUN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SAINS."

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

I I

I

Voi.002/No.02/DIKDAS/April 2009 ISSN : 1979-0633 Date : April - Mei 2009

t•Itf)J) I

tJ~NI)

II) I KilN

J)J.l..~Jlll

t•Itf)f;Jtll!l t•

ilSf~JlSAILiilNJ.l lJNIIII~I)

1. Anita Yus "Strategi Genius Learning dan Belajar Holistik Membangun Antusiasme Belajar"

2. Arifsyah" Pembelajaran IPS di Tingkat Sekolah Dasar"

3. Heri K "Pelaksanaan Pembelajaran Terpadu Bahasa Indonesia Di Kelas Ill Sekolah Dasar "

4. Hasruddin "Penerapan Metode Discovery dalam Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Sains"

5. Hasratuddin, Syawal Gultom, lrsan, Sri Melfayety "Model Klinik Matematika SMP

6. Andi Sapta "Pembelajaran Matematika SO dengan Strategi Pemecahan Masalah"

JURNAL TEMATIK PENDIDIKAN DASAR

Membahas Persoalan Pendidikan yang berkenaan dengan Pendidikan Dasar di tingkat SD dan SMP serta Perguruan T!nggi PGSD dan PGTK

(2)

I I I

JURNAL TEMATIK

PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN PEMBINA : REKTOR UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

PENANGGUNGJAWAB : DIREKTUR PASCASARJANA UNIMED KETUA PENYUNTING :Prof. Dian Armanto, M.Pd .. ,M.A.,M.Sc.,Ph.D. SEKRETARIS PENYUNTING : Dr. Bornok Sinaga, M.Pd.

PENYUNTING PELAKSANA : Prof. Dr. Sahat Saragih, M.Pd. : Prof. Dr. Asmin, M.Pd.

: Prof. Dr. Marabangun Harahap, M.S. PENYUNTING AHLI :Ora. Ida Karnasih M.Sc.,Ed.,Ph.D. (Unimed)

:Prof. Dr. Khairil Ansari, M.Pd. (Unimed)

: Dr. Yansen Marpaung (Unv. Sa nata darma -Yogyakarta) : Prof. Dr. Muhammad Darwis, M.Pd. (Unv. Negeri Makasar) . Prof. Amrin Saragih, M.A., Ph.D (Unimed)

: Prof. Dr. lbnu Hajar Damanik, M.Si. (Unimed) : Prof. Dr. Adi Rahmat (UPI-Bandung) : Prof. Dr. H. Ahmad Fauzan (UNP Padang) : Dr. Sumarno (UNY-Yogyakarta

: Prof. Dr. Kisyani Laksono. (UNESA-Surabaya) PELAKSANA TATA USAHA :Muhammad lkhwan

Cover i-one

PROGRAM STUD! PENDIDIKAN DASAR

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS NEGERI MEDAN JL Willem lskardar Psr V Medan Estate- Medan 20221

Telp. 001-6636730 Fax. 001-6636730

Penyunting menerlma sumbangan tulisan yang belum pernah diterbitXan dalam media lain. Naskah diketik di atas kertas HVS A4 dengan spasi 1 dan kurare lebih 10 halaman, dengan persyaratan/format yang tercantum di halaman belakang. Naskah yang masuk dievaluasi dan disunting untuk keseragaman format, istilah, dan gaya selingkung Jurnal TEMATIK Pendidikan Dasar.

Pem

beberapa I Tingkat Se

Pad

Learning

Selanjutn~

IPS diTiJ

Pa<

Heri K d

Kelas Iii

da1a_rn p~

Memba1

maemati

Syawal

SMP.

matem~

dengali

(3)

Remaja

Jakarta:

Tarsi to,

Sastra

K-12,

999.

48

Wilson, Lorraine, et al. An Integrated Approach to Learning, Melbourne: Robert Anderson & Association Ltd., 1991.

Zuhdi, Darmiyati dan Budiasih, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah, Jakarta: Depdikbud, 1996.

Penerapan Metode Discovery dalam Membangun Kemampuan Berpikir Kritis Sains

Oleh: Hasruddin

Dosen Jurusan Biologi FMIPA Unimed

Abstrak

Pemahaman komprehensif dan kemampuan memaknai materi pelajaran yang tidak sekedar mampu menghafalkan materi menjadi agenda penting dalam pembelajaran. Peserta didik perlu diasah kemampuan berpikir kritisnya agar mereka mampu dan terampil dalam memecahkan persoalan yang akan dihadapinya di tengah kehidupan. Dalam proses pembelajaran, mereka benar-benar dibelajarkan dan aktif dalam proses berpikir, menemukan, menyimpulkan, dan mengambil keputusan. Dengan menemukan sendiri, menyelidiki sendiri, maka materi pelajaran akan lebih bertahan lama dalam ingatan mereka. Penguasaan metode belajar yang memberikan kesempatan kepada mereka seluas-luasnya bereksplorasi layaknya kerja seorang .ilmuwan, akan mendatangkan dampak penguasaan materi yang handal. Metode Discovery memberikan kesempatan kepada peserta didik berpikir analitis dan kritis, selanjutnya akan mencoba untuk memecahkan problema yang mereka hadapi sendiri. Kebiasaan ini akan dapat ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Kata Kunci: Metode Discovery, Berpikir Kritis, Sains

(4)

PendahuJuan

Kritikan yang seringkali muncul terhadap pembelajaran sains di pendidikan dasar adalah pembelajaran sains yang tidak membuat siswa aktif dalam belajar. Siswa dalam belajar sains hanya menghafalkan sains tanpa memahami proses sains. Mereka datang ke sekolah untuk menghafalkan sains, dan selanjutnya mengikuti ujian dengan mencoba mengingat kembali materi sains yang telah diperolehnya. Meskipun ada di antara mereka memperoleh nilai sangat tinggi, namun belum tentu mereka mampu menerapkan sains dalam kehidupan nyatanya sehari-hari.

Di sekolah, mereka sudah mempelajari listrik, namun hila ada masalah di rumah mereka, misalnya skring putus, temyata banyak di antara mereka yang tidak mampu memperbaiki skriflg yang putus itu. Demikian juga, materi pencemaan makanan, mereka masih banyak terlihat membeli dan mengkonsumsi makanan jajanan yang tidak higienis. Kenyataan seperti ini yang dihadapi oleh peserta didik perlu memberikan pemahaman yang kuat bagaimana mereka belajar sebenarnya. Dari proses belajar sebenarnya ini, akan terimplikasi dalam kebiasaan positif mereka dalam kehidupan sehari-hari.

Proses belajar yang dilakukan peserta didik dalam sains, bukanlah menghafalkan konsep sains semata. Tiba saatnya ujian, mereka menghafalkan sains agar memperoleh nilai tinggi. Belajar seperti ini, hanya memberikan kemampuan menghafalkan banyak materi sains, namun tidak

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana UNIMED 50

memiliki

rna

banyaknya p tengah masy2 sains yang be

Hakl Oleh sebab bagaimana p dari sini m akhimya be1 dan benar Sl

peserta did~

Belajar sai1 peserta didi membawa1 Bil ilmuwan, Pertanyaan pendidikar yangmem pendidikru menciptak seperti iln kebenarai kemampl.l merekah

(5)

di

mampu

bila ada di antara

memiliki makna bagi mereka. Padahal tantangan ke depan, adalah banyaknya persoalan sanis yang semakin kompleks muncul di tengah-tengah masyarakat. Peserta didik diharapkan mampu memecahkan masalah sains yang berada di sekitar kehidupan mereka.

Hakekat sains adalah terdiri dari konsep, fakta, proses, dan produk. Oleh sebab itu, pembelajaran sains perlu memberikan penekanan bagaimana peserta didik aktif menemukan konsep, menemukan proses, dan dari sini mereka terlatih untuk mempertanyakan konsep, proses, yang akhirnya berdampak kepada kemampuan mengambil keputusan yang tepat dan benar sesuai dengan kajian ilmiah. Belajar sains seharusnya melibatkan peserta didik dalam proses berpikir seperti layaknya kerja seorang ilmuwan. Belajar sains tidak hanya memberikan atau menceritakan sains kepada peserta didik. Bila ini dilakukan, sama saja menceritakan sejarah, bukannya membawa mereka ke dalam proses sains.

Bila peserta didik belajar sains seperti layaknya kerja seorang ilmuwan, maka apakah mereka diharapkan sebagai seorang ilmuwan? Pertanyaan ini wajar saja diu~gkapkan, karena tidak semua lulusan pendidikan dasar melanjutkan dirinya ke perguruan tinggi. Banyak faktor yang mempengaruhi keterbatasan peserta didik untuk melanjutkan ke jejang pendidikan yang lebih tinggi ini. Namun dalam hal ini, bukannya ingin menciptakan peserta didik menjadi ilmuwan, tetapi dengan cara belajar seperti ilmuwan ini, mereka diberi bekal bagaimana berproses menemukan kebenaran. Dengan demikian, mereka nantinya akan terampil menggunakan kemampuan berpikir analitis kritisnya terhadap segala problema yang akan mereka hadapi.

Setidak-tidaknya dengan berlatih seperti kerja seorang ilmuwan ini

(6)

mereka akan memiliki sikap hati-hati, tidak mudah percaya dengan satu informasi, mampu bekerja sama, mampu memecahkan masalah, dan yang utamanya adalah memiliki kemampuan berpikir kritis. Mereka tidak hanya membeo saja seperti burung. Mereka menjadi pribadi yang tangguh dan mantap dalam menghadapi kehidupan di tengah masyarakat. Mereka mampu mengaplikasikan kemampuan yang telah mereka latihkan di bangku sekolah dalam kehidupan nyata di masyarakat. Kemandirian peserta didik perlu diasah sejak dini, agar mereka kelak dapat beradaptasi dalam Iingkungan dan kehidupan. Dengan demikian, peserta didik menjadi cakap dalam mengatasi berbagai masalah dalam kehidupan sehari-hari.

Membangun Kemampuan Berpikir Kritis

Kemampuan berpikir kritis sangat penting dibangun dalam diri peserta didik. Dalam kehidupannya mereka tidak terlepas dari berpikir, dan kebiasaaan atau kemampuan berpikir kritis menjadikan hidup mereka akan Iebih bermakna. Sebaliknya orang yang tidak berpikir adalah orang yang dalam kehidupannya tidak berarti. Kemampuan berpikir sangat diperlukan dan perlu dikembangkan untuk dapat menjalani hidup lebih bermakna. Cara mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis peserta didik terhadap materi pelajaran adalah dengan melatih penggunaan bahasa melalui struktur logika berpikir yang Iogis.

Peserta didik dapat menguji kebenaran ilmu pengetahuan dan menguji pengalaman pribadi dari berbagai aspek yang akan memberikan dampak kepada mereka untuk menjadi pelajar yang mandiri. Kemandirian intelektual ini penting dimiliki, ditambah Iagi keberanian, kesopanan, dan keimanan, yang akan membawa para peserta didik menjadi orang dewasa yang bermoral dan bertanggung jawab di tengah kehidupan bermasyarakat

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana UNIMED 52

(Paul , 1

dicapai de pemikir melihat se

Berpikir tingkah

dipengaru kepribadi seseorang kehidup

~

berbagai Dari am seseoran memilik kritis, n

menjadi kritis ii

(7)

52

(Paul, 1990), Menurut Swartz dan Perkeins (1990) bahwa kemampuan berpikir kritis bertujuan untuk mencapai penilaian yang kritis terhadap apa yang akan diterirna atau apa yang akan dilakukan dengan alasan yang logis.

Ennis (1991) menyatakan bahwa berpikir kritis merupakan berpikir secara beralasan dan re:flektif dengan menekankan pembuatan keputusan tentang apa yang harus dipercayai atau dilakukan. Berpikir kritis dapat dicapai dengan mudah bila seseorang itu memiliki karakteristik sebagai pemikir kritis. (Hassoubah, 2007) menyatakan bahwa berpikir kritis berarti melihat secara skeptis terhadap apa yang telah dilakukan dalam hidup ini. Berpikir kritis juga berarti usaha untuk menghindarkan diri dari ide dan tingkah laku yang menjadi kebiasaan. Kemampuan berpikir kritis dipengaruhi oleh dorongan intrinsik dan ekstrinsik. Latar belakang kepribadian dan kebudayaan seseorang dapat mempengaruhi usaha seseorang untuk dapat berpikir kritis terhadap suatu masalah dalam kehidupan.

Melalui kema~puan berpikir kritis peserta didik dapat mencermati berbagai pendapat orang lain yang mungkin berbeda atau mungkin sama. Dari analisis kritis terhadap pendapat-pendapat yang bertentangan itu, seseorang dapat menilai dan memutuskan mana pendapat yang lebih memiliki kebenaran ilmiah. Dengan menggunakan kemampuan berpikir kritis, maka persoalan akan menjadi semakin jelas, dan seseorang itu menjadi tidak ragu dalam pengambilan keputusan. Kemampuan berpikir kritis ini penting dimiliki oleh setiap orang agar kehidupannya lebih bermakna, karena tidak mudah dibohongi oleh orang lain.

Peserta didik dalam menerapkan pola berpikir kritis baik di dalam

(8)

kelas maupun dalam kehidupan sehari-hari dapat dilakukan dengan berbagai cara, yaitu: (I) Mencari pemyataan yang jelas dari setiap pemyataan; (2) Mencari alasan; (3) Berusaha mengetahui informasi dengan baik; (4) Memakai sumber yang memiliki kridibilitas dan menyebutkannya; (5) Memperhatikan situasi dan kondisi secara keseluruhan; (6) Berusaha tetap relevan pada ide utama; (7) Mengingat kepentingan asli dan mendasar; (8) Mencari altematif; (9) Bersikap dan berpikir terbuka; (I 0) Mengambil posisi ketika ada bukti yang cukup untuk melakukan sesuatu; (11) Mencari penjelasan sebanyak mungkin apabila memungkinkan; (12) Bersikap secara sistematis dan teratur dengan bagian-bagian dari keseluruhan masalah; dan (13) Peka terhadap tingkat keilmuan dan keahlian orang lain (Ennis, 1991). Cara-cara ini memungkinkan siswa untuk berpikir kritis.

Berpikir kritis dan membaca kritis merupakan kegiatan yang saling berhubungan. Untuk mampu berpikir kritis maka seseorang itu harus mampu membaca secara kritis. Seorang P.elajar harus membaca terlebih dahulu materi pelajaran yang akan diterimanya agar mereka dapat menikmati proses pelajarari dengan berpikir kritis. Hassoubah (2007) menyarankan langkah-langkah dapat ditempuh peserta didik agar mampu membaca secara kritis yaitu: (1) Mengamati dan membaca sekilas sebuah teks sebelum dibaca secara keseluruhan; (2) Menghubungkan teks dengan konteksnya (konteks sejarah atau konteks budaya yang benar); (3) Membuat pertanyaan tentang kandungan teks saat membaca tulisan; ( 4) Merefleksikan kandungan teks yang berhubungan dengan pendapat dan

0

pendirian pembaca; ( 5) Membuat ringkasan kandungan teks dengan menggunakan kata-kata sendiri; (6) Mengevaluasi teks dari segi logika, kredibilitas, dan reliabilitasnya; dan (7) Membandingkan teks yang dibaca

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana UNIMED 54

dengan tek kedelapan berpikir kfl

Pen era pat

Se terlebih da karena ke Discovery Beberapa sedangkan penemuan

M

yang me berorienta reflektif. merupaka berbagai memecah

pendidik~

~

(9)

dengan teks lain dalam hal persamaan dan perbedaan. Dengan mengikuti kedelapan langkah-langkah ini siswa dapat menumbuhkan kemampuan berpikir kritisnya.

Penerapan Metode Discovery dalam Pembelajaran Sains

Sebelum membahas lebih lanjut mengenai metode discovery, terlebih dahulu perlu mengulas perbedaan antara discovery dengan inquiry, karena kedua metode ini sering sekali dipertukarkan pemakaiannya. Discovery diartikan penemuan dan inquiry diartikan sebagai penyelidikan. Beberapa ahli membedakan antara penyelidikan dengan penemuan, sedangkan ahli-ahli lain menempatkan penyelidikan sebagai bagian dari penemuan (Suryosubroto, 2002).

Metode penemuan merupakan komponen dari praktek pendidikan yang meliputi metode mengajar yang meniajllkan cara belajar aktif, berorientasi pada proses, mengarahkan sendiri, mencari sendiri, dan reflektif. Menurut Encylopedia of Educational Research, penemuan merupakan suatu strategi yang unik dapat diberi bentuk oleh guru dalam berbagai cara, termasuk mengajarkan . keterampilan menyelidiki dan memecahkan masalah sebagai alat bagi siswa untuk mencapai tujuan pendidikannya.

Metode penemuan merupakan metode dimana dalam proses belajar mengajar guru memperkenankan siswa-siswanya menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Sund (1975) berpendapat bahwa discovery adalah proses mental dimana siswa mengasimilasikan sesuatu konsep atau suatu prinsip. Proses mental tersebut misalnya: mengamati, menggolong-golongkan, membuat

(10)

~ ~ .

dugaan, menjelaskan, mengukur, dan membuat kesimpulan.

Lebih lanjut Sund berpendapat bahwa penggunaan metode discovery dengan batas-batas tertentu adalah baik untuk digunakan bagi siswa-siswa kelas yang lebih tinggi. Jelas kiranya bahwa dapat berkembang kemampuan berpikir discovery apabila ia terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang menuntut pelaksanaan tugas penggunaan mental siswa. Pada dasamya pembelajaran dengan menggunakan metode discovery ini berorientasi pada siswa atau dinamakan sebagai student dominated learning.

Memulai metode discovery biasanya guru mengajukan masalah-masalah yang akan dipecahkan oleh siswanya. Masalah-masalah-masalah ini dapat juga datangnya dari siswa, yang diperoleh dari kesempatan yang diberikan guru di awal pertemuan. Baik sekali dalam memulai pelajaran yang berdasarkan masalah. Ini juga merupakan suatu pemhelajaran yang dinamakan pemhelajaran berhasiskan masalah (problem based learning).

Masalah-masalah hercirikan adanya pertanyaan. Misalnya, hila guru ingin memulai palajaran fotosintesis, guru dapat mengajukan masalah: "Apa perhedaan laju fotosintesis pada tumbuhim hidrilla yang ditutup dengan wama yang . herheda?" Siswa akan memecahkan masalah dengan memvariasikan wama penutup wadah yang herheda lalu mengamati laju fotosintesisnya.

Kegiatan penemuan oleh siswa herupa kegiatan penyelidikan atau percohaan untuk menemukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang ditetapkan. Contoh konsep adalah panas, energi, sel, hakteri, respirasi, nutrisi, dan lai sehagainya. Contoh Prinsip adalah cahaya herpengaruh terhadap laju transpirasi, logam hila dipanaskan akan memuai, dan lain sehagainya. Dengan demikian, pemhelajaran dengan metode penemuan, siswa didorong untuk helajar sehagian hesar melalui keterlihatan aktif

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasaljana UNIMED 56

mereka s

I

lehih me lehih tin eksperim data, me kesempa1 jenis tun pengama makanan discovet)

(

secara k masalah men gum] perlakuru Berdas Kegiatan kegiatan mengeml

I

(11)

mereka sendiri dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.

Inquiry merupakan perluasan dari proses inquiry yang digunakan lebih mendalam. Proses inquiry mengandung proses-proses mental yang lebih tinggi tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan data, menganalisis data, menarik kesimpulan, dan sebagainya. Bila guru sains, memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan observasi terhadap berbagai jenis tumbuhan dan hewan di halaman sekolah. Lalu berdasarkan hasil pengamatannya itu, mereka membuat rantai makanan dan jaring-jaring makanan. Kegiatan ini dapat dinamakan sebagai kegiatan dari metode discovery.

Guru sains mengawali pembelajaran dengan masalah, lalu siswa secara kelompok membuat rancangan eksperimen untuk memecahkan masalah tersebut. Selanjutnya siswa melakukan kegiatan eksperimen, mengumpulkan data, mengobservasi gejala yang timbul akibat dari adanya perlakuan, membuat tabel data, mengonterpretasikan dan menganalisis fata. Berdasarkan analisis dan tafsiran data ini, siswa membuat kesimpulan. Kegiatan belajar seperti ~i, dinamakan metode inquiry. Baik dalam kegiatan dari metode discovery maupun dalam kegiatan inquiry dapat mengembangkan kemampuan berpikir dan proses mental siswa.

Langkah-langkah pelaksanaan metode penemuan menurut Gilstrap dalam Suryosubroto (2002) adalah: (1) Menilai kebutuhan dan minat siswa, dan menggunakannya sebagai dasar untuk menentukan tujuan yang berguna dan realistis untuk mengajar dengan penemuan; (2) Seleksi pendahuluan, atas dasar kebutuhan dan minat siswa, prinsip-prinsip, generalisasi, pengertian dalam hubungannya dengan apa yang akan dipelajari; (3) Mengatur susunan kelas sedemikian rupa sehingga memudahkan

(12)

terlibatnya arus bebas pikiran siswa dalam belajar penemuan; (4)

Bercakap-cakap dengan siswa untuk membantu menjelaskan peranan; dan

(5) Menyiapkan suatu situasi yang mengandung masalah yang minta

dipecahkan.

Peran guru dalam kegiatan discovery ini adalah sebagai fasilitator.

Guru tidak lagi bertindak mendominasi kegiatan belajar. Belajar sains,

bahwa siswanyalah yang belajar, sedangkan guru memberikan kesempatan

kepada siswa untuk belajat. Guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk bergiat mengumpulkan data, misalnya setiap siswa mempunyai

sebuah tabung yang diamatinya, lalu mencatat data dalam buku catatan

masing-masing. Siswa diberi kesempatan dalam mengumpulkan dan

mengatur data sesuai dengan kecepatannya masing-masing.

Guru juga memberikan jawaban dengan tepat dan cepat sesuai

dengan data hila ada pertanyaan dari siswanya. Namun demikian, guru

memberikan pertanyaan yang mengarahkan siswa dapat menemukan

jawaban terhadap permasalahan yang . diajukannya. Dalam kegiatan

pembelajaran . dengan metode penemuan ini, akan tercipta rangsangan

interaksi siswa dengan siswa lainnya. Interaksi siswa akan menjadi lebih

efektif dalam mempertanyakan data yang terkumpul.

Dalam kegiatan discovery ini, guru bersikap membantu jawaban

siswa, ide siswa, pandangan dan tafsiran yang berbeda. Dengan demikian,

siswa akan terbantu dalam menarik kesimpulan yang benar. Siswa akan

merasa bahwa mereka akan memiliki rasa percaya diri dalam memperkuat

pemyataannya dengan berdasarkan kepada alasan dan fakta-fakta. Guru

dapat memberikan pujian kepada siswa yang sedang bergiat dalam

melakukan proses penemuan. Guru dapat juga membantu siswa dalam

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasarjana UNIMED 58

menuliskan

pengertian

ditemukan

Se

pembelaja

pada mas

Berdasar~

tujuan b

ditimbuJ.li

juga dap

siswa d

mendefll

masalah

roemec2

sesuai

sum bet

mengu

yang

kesimJ

pen en

guru.

dans!

(13)

menuliskan atau merumuskan prinsip, aturan, ide, generalisasi, atau

pengertian yang menjadi pusat dari masalah semula dan yang telah

ditemukan melalui metode discovery.

Secara sederhana bahwa penerapan metode discovery dalam

pembelajaran sains adalah seperti berikut ini. Pertama, Orientasi siswa

pada masalah. Guru dapat menyampaikan masalah yang akan dipelajari.

Berdasarkan masalah yang disampaikan ini, guru dapat menginformasikan

tujuan belajar yang ingin dicapai. Dengan demikian, siswa akan

ditimbulkan motivasi belajarnya untuk memecahkan masalah. Masalah ini

juga dapat dimulai datangnya dari siswa. Kedua, Guru mengorganisasikan

siswa dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini, guru membantu siswa

mendefmisikan dan mengorganisasikan tugas-tugas yang berkaitan dengan

masalah termasuk dalam penyediaan alat dan bahan yang digunakan dalam

memecahkan masalah.

Ketiga, siswa melakukan kegiatan mengumpulkan informasi yang

sesuai dalam pemecahan rpasalah. Informasi dapat diperoleh dari berbagai

sumber belajar. Guru memberikan fasilitas kepada siswa dalam

mengumpulkan data ini. Keempat, Siswa membuat laporan tentang data

yang diperoleh, menginterpretasikannya, lalu membuat

kesimpulan-kesimpulan. Dalam hal ini siswa dapat mempresentasikan hasil

penemuannya di hadapan teman-temannya dalam kelas dan di hadapan

guru. Melalui kegiatan ini, siswa dilatih untuk berkomunikasi secara lisan

dan secara tulisan.

Kelima, siswa melakukan refleksi terhadap hasil kegiatan di bawah

arahan dan bimbingan guru. Kegiatan refleksi ini penting dilakukan agar

(14)

siswa dapat menarik manfaat dari apa yang telah dilakukannya dalam kehidupan mereka. Kegiatan refleksi ini, juga memberikan peluang untuk melihat apakah diperoleh keberhasilan dalam proses penemuan. Siswa diajak tidak merasa cepat puas dalam memperoleh sesuatu, agar mereka terbiasa dalam hidupnya untuk terus melakukan proses discovery.

Kelebihan metode discovery ini adalah bahwa siswa akan dibangkitkan gairahnya dalam belajar. Siswa akan tertantang dalam melakukan kegiatan penemuan, dan mereka akan merasa senang hila memperoleh keberhasilan dari jerih payahnya sendiri. Siswa diberikan kesempatan yang seluas-luasnya untuk bergerak maju sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya masing-masing. Metode discovery ini memberikan araban kepada siswa untuk belajar mandiri, sehingga mereka merasa terlibat dan termotivasi sendiri untuk belajar.

Siswa akan terbantu dalam mencari kepercayaan diri sendiri melalui metode discovery ini. Mereka dapat terlatih dalam mengatasi kondisi yang mungkin dapat menimbulkan kekecewaan. Metode discovery ini berpusat pada siswa. Dalam hal ini, · siswa diberi kesempatan untuk belajar bagai~ana sesunguhnya belajar itu, mengecek ide, dan guru dapat dijadikan ternan dalam proses belajar, karena guru bertindak sebagai fasilitator. Guru menjadi bagian penting bagi siswa dalam memberikan jawaban terhadap kesimpulan yang telah mereka lakukan.

Kaitan Metode Discovery dengan Berpik.ir Kritis

Dalam metode discovery, siswa melakukan proses pengamatan atau observasi. Dengan mengamati akan mempermudah seseorang untuk berpikir secara kritis. Untuk meningkatkan kemampuan mengamati, seseorang harus peka atau tanggap terhadap lingkungan. Berawal dari

Program Studi Pendidikan Dasar Program Pascasatjana UNIMED 60

perm as a! men gum] menggu11 ini, sisw1

Dengan kegiatan kritis. F Melalui berpikir yang b1 lainnya.

adalah kritis, 1

proses sehing! yang le

adalah menge Pembe

maksil

meny<: emosi

(15)

Siswa mereka

akan

dalam

permasalahan yang telah dirumuskan, lalu melakukan observasi dalam mengumpulkan data untuk memecahkan masalah, menuntut siswa untuk menggunakan kemampuan berpikir kritisnya. Melalui kegiatan observasi ini, siswa melatih diri untuk mengoptimalkan pemakaian inderanya.

Siswa akan terlibat proses mentalnya dalam kegiatan discovery. Dengan demikian, siswa akan melakukan "mental operation" dalam kegiatan discovery yang pada gilirannya akan membentuk proses berpikir kritis. Pertanyaan-pertanyaan yang bersifat open-ended perlu diberikan. Melalui pertanyaan-pertanyaan seperti ini akan merangsang siswa untuk berpikir kritis. Jawaban pertanyaan seperti ini, tidak hanya satu jawaban yang benar, tetapi memungkinkan akan adanya jawaban-jawaban yang Jainnya.

Sanjaya (2008) menyatakan bahwa tujuan dari metode penemuan adalah mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental. Kemampuan berpikir secara optimal ditumbuhsuburkan, sehingga dengan demikian akan mengarahkan kepada penguasaan materi yang lebih baik.

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan seluruh otak, baik otak kiri maupun otak kanan. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan penggunaan otak secara maksimal. Melalui belajar dengan menggunakan metode discovery ini perlu menyeimbangkan proses berpikir logis dan rasional dengan keterlibatan emosi siswa, sehingga siswa akan terbentuk dalam dirinya untuk melakukan proses berpikir kritis.

(16)

Dalam interaksi siswa dengan s1swa, siswa dengan guru dalam

metode discovery memungkinkan siswa dalam mengembangkan

kemampuan berpikir kritisnya. Untuk mengecek apakah seseorang itu telah

memiliki kemampuan berpikir kritis melalui kegiatan discovery adalah:

(I) Menerima pandangan dan saran dari orang lain untuk mengembangkan

ide-ide baru; (2) Mencari dan memaparkan hubungan antara masalah yang

didiskusikan dengan masalah atau pengalaman lain yang relevan;

(3) Menghubungkan masalah khusus yang menjadi subjek diskusi dengan

prinsip yang lebih bersifat umum; ( 4) Menanyakan pertanyaan-pertanyaan

yang relevan dan beraturan; dan (5) Mencari dan memberikan ide atau

pilihan yang bervariasi.

Penutup

Pembelajaran sains dengan metode discovery memberikan peluang

kepada siswa untuk memaksimalkan kerriampuan berpikir kritis. Siswa

terlibat secara aktif dalam ll?enemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip.

Di samping itu, melalui metode discovery, siswa belajar untuk memecahkan

masalah secara mandiri dan keterampilan-keterampilan berpikir termasuk di

dalamnya kemampuan berpikir kritis.

Program Studi Pendidil<an Dasar Program Pascasarjana UNIMED 62

Daftar R

Ennis, R. Pro

Hassoub2

Ba.J

Paul, R. Ra

Sanjaya, Pe

Sardim<11 P1

(17)

itu telah adalah: bangkan ah yang

62

Daftar Rujukan:

Ennis, R.H. 1991. Goals for a Critical Thinking. Illinois Critical Thinking Project: University Illinois.

Hassoubah, Zaleha Izhab. 2007. Mengasah Pikiran Kreatif dan Kritis.

Bandung: Nuansa.

Paul, R. 1990. Critical Thinking: What Every Person Needs to Survive in A Rapidly Changing World. California: Sonomo State University.

Sanjaya, Wina. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Be/ajar Mengajar. Jakarta: PT. RajaGrafmdo Persada.

Suryosubroto. 2002. Proses Be/ajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: PT. Rineka

(18)

LEMBAR

HASIL

PENILAIAN

SEJAWAT SEBIDANG

ATAU

PEER REVIEW

Lampiran 7

Tematik

002 I 02 IDIKDA S/Apri l 2 009

1979-0633

April-

Mei

2009

Prodi Pend. Dasar Program Pascasarjana Unimed 49*63

(

15 ) halaman

KARYA

ILMIAH

: JURNAL

ILMIAH

:

"Penerapan Metode Discovery Dalam Membangun Kemampuan Berpikir

Kritis

Sains"

Judul Karya Ilmiah (Artikel)

Penulis Jurnal Ilmiah

Identitas Jurnal Ilmiah

Kategori Publikasi Jurnal Ilmiah (beri lpada kategori yang tepat)

Hasil Penilaian Peer Review :

Hasruddin

a. Nama Jurnal b. Volume,AJomor c. ISSN

d. Edisi (bulan/tahun)

e. Penerbit

f. Jumlah halaman

,E

I

Jurnal Ilmiah Internasional

Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi

WT

Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi

Komponen Yang Dinilai

Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah

Nilai Akhir Yang Diperoleh lnternasional

E

Nasional Terakreditasi

E

Nasional Tidak Terakreditasi

w

a. Kelengkapan unsur isi artikel (10%)

L

b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)

/B

c. Kecukupan dan kemutahiran datalinformasi dan

metodologi (30%)

7a

d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)

r('

Totat

=

(100%)

11

Medan, Agustus 201 5

Reviewer

-l

Qffi

tas Negeri Malang

(1-an S. Degeng,M.Pd Prof. Dr. A. Duran Corebima,M.Pd

NIP. 19490212 197903

t

002

Unit kerja : Guru Besar Pendidikan Biologi

(19)

LEMBAR

HASIL

PENILAIAN

SEJAWAT SEBIDANG

ATAU

PEER REVIEW

KARYA

ILMIAH

: JURNAL

ILMIAH

Lamptan

7

ooPenerapan Metode Discovery Dalam Membangun Kemampuan Berpikir

Kritis

Sains"

Hasruddin

a. Nama

Jurnal

: Tematik

b.Volume,Nomor

:}}Zl}2lDIKDAS/April2009 c.

ISSN

:1919-0633

d. Edisi (bulan/tahun) : April

-

Mei

2009

e.

Penerbit

: Prodi Pend. Dasar Program Pascasarjana Unimed

f. Jumlah

halaman

: 49*63 ( 15 ) halaman

Jurnal Ilmiah Internasional

Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi Judul Karya Ilmiah (Artikel)

Penulis Jurnal Ilmiah Identitas Jurnal Ilmiah

Kategori Publikasi Jurnal Ilmiah (beri /pada kategori yang tepat)

Hasil Penilaian Peer Review '.

I

l

ffi

Komponen Yang Dinilai

Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah

NilaiAkhir Yang Diperoleh Internasional

T

Nasional Terakreditasi

E

Nasional Tidak Terakleditasi

g

a. Kelengkapan unsur isi artikel (10%)

7

b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)

r9

c. Kecukupan dan kemutahiran datalinformasi dan

metodologi (30%)

zl

d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)

tb

Total

:

(100%)

Lt

/ -/t

i ,.,

\.

,J,;

\\ a,'

$ :r,

r I FMIPA Univ. Negeri Padang

S.Pd., M.Si 02200312 1 002

Unit kerja : Guru Besar Pendidikan Biologi

Universitas Negeri Padang

Prof.

Dr-tltfri,

M.Si
(20)

LEMBAR

HASIL

PENILAIAN

SEJAWAT SEBIDANG

ATAU

PEER REVIEW

KARYA

ILMIAH

: JURNAL

ILMIAH

Lampnan 7

Tematik

002 I 02 I DTKDAS/Apri I 2009

1979-0633

April- Mei

2009

Prodi Pend. Dasar Program Pascasarjana Unimed 49-63

(

15 )halaman

Judul Karya llmiah (Artikel)

Penulis Jurnal Ilmiah

Identitas Jurnal llmiah

Kategori Publikasi Jurnal Ilmiah

(beri /pada kategori yang tepat)

Hasil Penilaian Peer Review :

"Penerapan Metode Discovery Dalam Membangun Kemampuan

Berpikir

Kritis

Sains" Hasruddin

a. Nama Jurnal b. VolumeA.lomor

c.ISSN

d. Edisi (bulan/tahun)

e. Penerbit

f..Iumlah halaman

tl

*

Jurnal Ilmiah Internasional

Jurnal Ilmiah Nasional Terakreditasi Jurnal Ilmiah Nasional Tidak Terakreditasi

Komponen Yang Dinilai

Nilai Maksimal Jurnal Ilmiah

Nilai Akhir Yang Diperoleh Internasional

T

Nasional Terakreditasi

E

Nasional Tidak Terakreditasi

w

a. Kelengkapan unsur isi artikel (10%)

{

b. Ruang lingkup dan kedalaman pembahasan (30%)

,lg

c. Kecukupan dan kemutahiran data/informasi dan

metodologi (30%)

z,l

d. Kelengkapan unsur dan kualitas penerbit (30%)

46

Total

:

(100%)

6q

Medan,

Agustus 2015

Reviewer -3

Prof. Dr. Herbert Sipahutar, MS, M.Sc NIP. 19610626 1987 10 1 001

Referensi

Dokumen terkait

Pada perkembangan selanjutnya protokol diartikan sebagai tata aturan, pedoman standard/formal yang digunakan sebagai acuan pihak tertentu, misalkan

Indonesian Fish Cultivation Territory, catch and/ or breed fish using chemical substances, biological substances, explosives, tools and/or means and/or structures, which

Dalam menganalisis hasil riset, harus dapat dipastikan pula bahwa perusahaan mencapai penjualan, laba, dan tujuan lain yang ditetapkan dalam rencana tahunan menggunakan

MitraBuana JayaLestari dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara gaya kepemimpinan dan motivasi karyawan dengan produktivitas karyawan yaitu sebesar

Catat hasil percobaan ini dalam tabel kegiatan berikut. Apa yang dimaksud dengan konfigurasi forward pada server DNS? 2. Apa yang dimaksud dengan FQDN dalam penamaan domain?

Realizing that fact, Stella Duce 1 Senior High School and English Language Training International (ELTI) Yogyakarta then made an agreement to carry out a collaborative teaching

kedokteran tidak hanya terbatas pada rekomendasi-rekomendasi yang dikeluarkan oleh WMA atau organisasi kesehatan yang lain karena rekomendasi tersebut sifatnya sangat umum

16.1 Merencanakan prosedur kerja pembuatan makanan jadi atau setengah jadi dengan teknik pengawetan dengan menggunakan uap dari bahan hewani. 16.2 Membuat produk makanan jadi